1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang kaya akan kekayaan alamnya, sudah
terbuktikan dengan adanya batu bara, timah, emas, tambang minyak dan laut
yang tersebar dan bermacam-macam ikannya yang ada di Indonesia seperti di
berbagai daerah misalnya Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Pulau Bangka dan
Papua. Penambangan yang kaya akan kekayaan alam Indonesia ini dilakukan
oleh kolonial Belanda, kekayaan alam yang telah dieksploitasi oleh kolonial
Belanda salah satunya ialah minyak bumi. Eksplorasi kekayaan alam ini
diketahui dengan adanya beberapa sumur-sumur yang digunakan untuk
mengali minyak bumi yang berada di Negara Indonesia tersebut, dengan
ditemukannya beberapa sumur-sumur tua yang berada di daerah Indonesia
yang sudah diproduksi pada Tahun 1970.
Dengan ini menyebabkan Negara Indonesia dijajah selama berabad-abad
oleh Belanda, Jepang dan Prancis oleh karena itu Negara Indonesia
merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Sumber Daya
Aalam yang dimiliki oleh Indonesia salah satunya adalah Minyak dan Gas, ini
merupakan termasuk dalam golongan Sumber Daya Alam yang tidak bisa
diperbarui. Dibidang Minyak dan Gas ini salah satunya merupakan bagian
yang dimana untuk memperoleh keuntungan demi terselenggaranya
pembangunan disuatu negara.
Daerah Indonesia yang kaya akan sumber daya alam khususnya di luar
jawa seperti halnya di Provinsi Papua, Provinsi Papua sendiri dikenal dengan
2
adanya sumber daya alam Mineral yang dimana sangat menguntungkan dan
sangat tinggi nilainya. Oleh karena itu secara geologi Papua sendiri masuk di
Benua Australia. Provinsi Papua sendiri juga memiliki keunikan tersendiri
yang sangat memukau salah satunya dengan adanya penampakan pegunungan
sangat tinggi dan juga diselimuti salju-salju yang abadi dipuncak pegunungan
tersebut. Puncak pegunungan yang diselimuti salju-salju yang abadi ini
merupakan Pegunungan yang bernama Maoke yang dimana pada bagian-
bagiannya ialah Pegunungan Sterren, Pegunungan Sudirman dan juga
Pegunungan Jaya Wijaya. Oleh karena itu secara geografis sendiri terdiri dari
pantai, rawa-rawa, dataran yang rendah, dataran yang tinggi dan juga adanya
pegunungan-pegunungan yang tinggi. Ada dua sungai yang utama di Provinsi
Papua sendiri ialah sungai Memberamo yang dimana sungai ini mengalir ke
arah utara selain itu sungai Digul yang mengalir ke arah selatan. Dari dua
sungai inilah terdiri dari bagian hulunya menjadi sumber air dan berubah
menjadi cairan salju yang bernama Pegunungan Maoke. Ini sangat berpotensi
berupa sumber daya sungai yang dimana sumber daya sungai ini bisa
dijadikan pembangkit tenaga listrik yang sangat besar.
Salah satu sumber daya hutan yang berada di Provinsi Papua ini sangatlah
lebat saking lebatnya hingga menutupi diberbagai Pulau yang ada di Provinsi
Papua, oleh sebab itu hutan yang termasuk di Papua ini merupak tipe hutan
yang Tropik. Yang dimana sebagian besar vegetasinya sendiri temasuk tipe
Australis dan begitupun dengan hewan-hewan yang berada di Papua. Seperti
halnya komoditas seperti rotan, kayu dan juga burung-burung yang berwarna
indah menjadi ikonik wilayah Papua yang sangat unik. Di wilayah selatan
3
Merauke itu juga terdapat ekosistem yang bernama rawa basah, rawa basah
ialah Wasur yang sangatlah menarik dan unik. Untuk bahan galian yang paling
utama dimiliki Papua ialah tembaga dan minyak bumi, yang dimana sumber
daya alam yang berupa minyak bumi ini bisa didapati di Wilayah Sorong. Dan
juga bahan galian utama lainnya yaitu emas dan tembaga yang berada di
wilayah Grasberg di Pegunungan tengah. Untuk bahan galian lainnya
yanglainny yaitu berupa lempung dan gamping. Gamping sendiri bisa didapati
di wilayah Abepantai, Jayapura, Misol dan Niak. Adapun juga gamping ini
memiliki ukuran yang lumyan besar dan juga bisa didapati untuk menjadikan
modal untuk pembangunan di wilayah Provins Papua. Adanya lempung ini
yang terdapat di wilayah Abepura yang baik ini digunakan sebagai bahan baku
yaitu semen. untuk permasalahan yang dihadapi oleh wilayah Papua sendiri
ialah pengusahaan sumber daya alamnya yang diamana kurangnya sarana dan
prasarana, transportai khususnya darat yang sulit diakses dan juga sumber
daya terampil yang tidak dimiliki oleh masyarakat Papua sendiri.
Sedangkan kekayaan sumberdaya alam di Pulau Jawa salah satunya Cepu,
Kecamatan Cepu sendiri merupakan Kecamatan yang berada di Kabupaten
Blora, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan ini adalah Kcamatan yang berada
diperbatasan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah yang dimana dilewati oleh
jalan besar antar Provinsi yang menghubungkan antara Kota Surabaya, Kota
Purwodadi dan Kota Semarang. Untuk luas di daerah Cepu ialah
4897,425km2, yang dimana dibagai menjadi 17 Desa atau Kelurahan dan
juga berpenduduk sejumlah 74.526 orang. Kecamatan Cepu sendiri ialah salah
satu kota kaya akan kekayaan alamnya, dengan adanya kandungan-kandungan
4
minyak dan gas, hutan, dan juga pohon jatinya sendiri. Kecamatan Cepu bisa
ditemukan dengan adanya beberapa bangunan-bangunan yang bangunan ini
ialah bangunan peninggalan dari kolonial Belanda yang dimana masih utuh
hingga sekarang. Dan salah satunya ialah bangunan-bangunan yang sangat
unik yang bernama Loji Klunthung, ini merupakan peninggalan dizaman
Belanda yang dimana bangunan itu ialah Gedung Pertemuan SOS Sasono
Suko dan Kuburan Belanda yang diamana ini berada di Desa Wonorejo
Kelurahan Cepu(Chaeruddin, 1994:24).
Wilayah Blok Cepu ialah wilayah yang dimana minyak dan gas bumi yang
berada di wilayah Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur, Kabupaten
Blora, Provinsi Jawa Tengah, dan juga Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa
Timur. Oleh karena itu sebelum adanya penemuan terbaru atau cadangan
minyak yang lumayan besar di wilayah Cepu dan juga di wilayah sekitarnya
yaitu di Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban yang dimana ladang
minyak ini hanya untuk difungsikan sebagai pendidikan dibidang
perminyakan ialah Akademi Migas di Blok Cepu. Blok Cepu sendiri
merupakan sumber daya yang dimana termasuk sumber daya yang berupa
pertambangan minyak bumi, yang dimana bisa untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di wilayah Cepu yang dimana disepanjang waktu
untuk penemuan-penemuan berupa sumber minyak bumi yang ada di wilayah
Cepu. Ini merupakan salah satu bentuk hal yang menggembirakan bagi
perekonomian masyarakat Kota Blora dan sekitarnya yang dimana merupakan
Kota yang kaya akan pertambangan minyak bumi. Dengan adanya ladang
minyak di Kecamatan Cepu ini menjadi keuntungan bagi perekonomian di
5
Negara Indonesia yang dimana dibuktikan dengan adanya ladang minyak di
Kecamatan Cepu yang dimana ladang minyaknya sendiri termasuk didalam
deretan minyak yang terbesar di Dunia(Kristantii, 2010;78).
Penambangan minyak yang diproduksi dengan cara modern salah satunya
yang berada di wilayah Bojonegoro. Oleh sebab itu wilayah Bojonegoro yang
merupakan penghasil minyak dan gas yang tertinggi di Provinsi Jawa Timur
mengalami peningkatan yang dimana ditinjau dengan adanya indikator
pendapatan perkapita di wilayah Kabupaten Bojonegoro sendiri yang dimana
ini merupakan data yang dinyatakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Jawa Timur. Ini merupakan peningkatan dibidang minyak dan gas di
Kabupaten Bojonegoro sendiri atas dasar harga ya ngkonstan di Tahun 2010
sebesar Rp.2.317.251,59, di Tahun 2011 juga mengalami peningkatan yang
menjadi Rp.2.678.531,78, dan kemudian di Tahun 2012 sendiri juga
mengalami peningkatan siginfikan menjadi Rp.2.721.579,17 yang kemudian
di Tahun 2013 menjadi Rp.2.748.296,55 untuk Kabupaten Bojonegoro sendiri.
Kabupaten Bojonegoro sendiri juga memiliki kekayaan sumber daya alam
berupa minyak, yang dimana minyaknya merupakan minyak yang terbesar di
Negara Indonesia. Untuk potensi minyak dan gas sendiri di wilayah
Kabupaten Bojonegoro sangatlah besar dan juga memiliki cadangan minyak,
dengan adanya cadangan minyak ini sendiri menjadikan wilayah Kabupaten
Bojonegoro menjadi Kabupaten yang kaya akan minyak dan gas yang dimana
bisa mencapai 600 juta sampai 1,4 M barel hingga 1,7 M sampai 2 Triliun
kaki kubik.
6
Itu merupakan jumlah angka yang diperkirakan menjadi yang terbesar di
Indonesia yang berada di wilayah Blok Cepu sendiri yang dimana minyak dan
gas tersebut dieksploitasi oleh perusahaan yang bernama Exxon Mobil, dan
juga JOB PPEJ (Joint Operating Body Pertamina Petrocina East Java) yang
dimana JOB PPEJ sendiri mengelola di wilayah lapangan Sukowati yang
dimana produksinya mncapai 3 juta barel/tahun. Yang dimana juga terdapat
lapangan tiung biru yang masih aktif didalam tahap eksplorasi oleh pihak PT.
Pertamina EP yang dimana dengan adanya minyak dan gas yang berpotensi
sanagatlah besar dan juga mampu untuk memberikan produksi minyak dan gas
yang bisa mencapai 250 Juta kaki kubik/harinya. Dengan adanya minyak dan
gas ini yang berpotensi sangatlah besar itu tersebut bisa diperkirakan bisa atau
mampu menyumbang 20% dari hasil produksinya untuk tingkat Nasional.
Untuk wilyayah Blok Cepu dan juga Blok Sukowati ini sendiri juga secara
administratif berada di wilayah Kecamata Kedewan, Kecamatan Gayam dan
juga Kecamatan Ngasem. Penambangan minyak yang dikelola oleh
perusahaan besar yang secara mekanis sendiri juga terdapat penambangan
masih menggunakan cara yang tradisional yang dimana dikelola oleh
masyarakat setempat salah satunya di wilayah Kecamatan Kedewan sendiri
dengan menggunakan peralatan yang sangatlah sederhana, yang dimana cara
pengambilan minyaknya yang berada di sumur-sumur minyak tua tersebut.
Penambangan minyak bumi secara tradisional yang berada di wilayah
Indonesia, khususnya yang berada di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan,
Kabupaten Bojonegoro. Penambangan yang dilakukan mulai beroperasi pada
tahun 1969. Sumur-sumur tua di Desa Wonocolo berkedalaman mulai dari
7
200 hingga 450 meter untuk penggalian minyak mentah itu sendiri,
Penambangan Minyak secara Tradisional di Desa Wonocolo sendiri masih
menggunak pekerja setempat yang dimana pekerja stempet atau lokal itu yang
pada akhirnya masyarakat setempat bisa menguasai tahap-tahap penambangan
dan juga sampai pada tahap penyulingan atau pengolahan minyak mentah itu
sendiri, jumlah penambang dalam satu sumur berkisaran 30-70 orang.
Aktivitas penambangan yang dilakukan para penambang minyak masih belum
memenuhi SOP (Standart Operasional Procedure).
Kegiatan penambangan yang ada di Desa Wonocolo ini sendiri juga
mampu menghasilkan minyak dan gas mencapai kisaran 50.000liter atau
sekitar kurang lebihnya bisa mencapai hingga 314barel per harinya yang
dimana hasilnya itu menjadikan keuntungan tersendiri bagi masyarakat
setempat. Hasil dari penambangan minyak tersebut di jual ke pihak Pertamina.
Selanjutnya untuk produksi minyak dan gas inilah yang dilakukan masyarakat
Wonocolo secara Tradisional yang dimana ditandai dengan tidak adanya
sebuah pengelolaan yang tidak sesuai dengan SOP (Standart Operasional
Procedure) itu sendiri yang dimana bisa juga menimbulkan bagi lingkungan
dan alam sekitar.
Oleh karena itu penting penelitian mengenai fenomenologi penambang
minyak tradisional tentang bagaimana pengelolaan minyak secara tradisional
dan juga untuk mengetahui bentuk penambangan secara tradisional itu sendiri.
Penelitian ini juga dibuat sebagai pengambaran kondisi masyarakat yang
bekerja sebagai penambang minyak yang berada di Desa Wonocolo,
Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro.
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah di tulis oleh penulis, maka
dapat diambil rumusan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah fenomena penambang minyak tradisional di Desa
Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro?
2. Bagaimanakah dampak penambang minyak tradisional terhadap kondisi
sosial masyarakat Desa Woncolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten
Bojonegoro?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di tentukan, maka tujuan yang
hendak di capai dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tentang fenomena penambang minyak tradisional di
Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro.
2. Untuk mengetahui dampak penambang minyak tradisional terhadap
kondisi sosial masyarakat Desa Woncolo, Kecamatan Kedewan,
Kabupaten Bojonegoro.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun secara praktis yaitu sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
9
a. Dapat memberikan pengetahuan tentang masalah apa saja yang
dihadapi oleh masyarakat.
b. Dapat menjadi referensi ilmiah untuk peneliti selanjutnya agar lebih
baik.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Universitas Muhammadiyah Malang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi ilmiah
sehingga dapat digunakan untuk sarana dalam menambah wawasan
yang lebih luas.
b. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk referensi ilmiah
mengenai fenomenologi penambang tradisional di Desa Wonocolo,
Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro.
1.5 Definsi Konsep
1.5.1 Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani yaitu phenomena, yang
secara harfiah berarti “gejala” atau apa yang menampakan diri.
Fenomenologi mengacu pada studi tentang fenomena atau bagaimana
fenomena itu muncul pada individu. ia menyelidiki struktur dari berbagai
bentuk pengalaman dan mengasumsikan bahwa analisis ini memberikan
landasan yang lebih baik untuk filsafat misalnya epistimologi atau
metafisika (Bryan S. Turner: 2006).
1.6.1 Penambang
10
Penambangan adalah suatu industri dimana bahan galian mineral
diproses dan dipisahkan dari material pengikut yang tidak diperlukan.
Dalam industri mineral, proses untuk mendapatkan mineral-mineral yang
ekonomis biasanya menggunakan metode ekstraksi, yaitu proses
pemisahan mineral-mineral dari batuan terhadap mineral pengikut yang
tidak diperlukan. Mineral-mineral yang tidak diperlukan akan menjadi
limbah industri pertambangan dan mempunyai kontribusi yang cukup
signifikan pada pencemaran dan degradasi lingkungan. Industri
pertambangan sebagai industri hulu yang menghasilkan sumberdaya
mineral dan merupakan sumber bahan baku bagi industri hilir yang
diperlukan oleh umat manusia diseluruh dunia (Noor dalam Sulto 2011).
Sementara sumber daya mineral itu sendiri dapat diartikan sebagai
sumberdaya yang diperoleh dari hasil ekstraksi batuan-batuan yang ada di
bumi. Adapun jenis dan manfaat sumberdaya mineral bagi kehidupan
manusia modern semakin tinggi dan semakin meningkat sesuai dengan
tingkat kemakmuran dan kesejahteraan suatu negara (Noor dalam Sulto
2011).
1.7.1 Tradisional
Menurut Rajasakeran & Arren (dalam Jangawa, 2007).
Pengetahuan tradisional merupakan pengetahuan sistematis yang diperoleh
dari orang lokal melalui akumulasi pengalaman, percobaan informal dan
pemahaman mendalam terhadap lingkungan dalam budaya tertentu. Lebih
lanjut Jangawa (2007) menjelaskan bahwa pengetahuan tradisional dapat
dilihat sebagai pengetahuan lokal atau tradisional yang unik di setiap
11
kebudayaan atau masyarakat. Pengetahuan ini digunakan sebagai
pertahanan masyarakat dalam menjalani kehidupan.
Pengetahuan tradisional merupakan pengetahuan asli masyarakat
setempat yang di peroleh dari aktifitas, pengalaman, sistem kepercayaan,
pengetahuan masyrakat setempat secara dinamis dan berkelanjutan.
dimana pengetahuan ini digunakan untuk menunjang keberlangsungan
kehidupan masyarakat lokal dan di sebarkan secara lisan. Dalam berbagai
pengertian diatas terdapat beberapa istilah yang mengacu pada
pengetahuan tradisional seperti, “masyarakat asli” , “sistem pengetahuan
tradisional” “kuno” “sistem kepercayaan” dan “adaptasi pada budaya”.
Johnson (dalam Jangawa,2007) mengidentifikasikan beberapa karakter
dari pengetahuan tradisional, yaitu : a) pengetahuan yang berasal dari area
lokal, b) Pengetahuan merupakan budaya dan dalam context yang spesifik,
c) bukan pengetahuan formal, d) di desiminasikan secara tutur kata, secara
umum tidak terdokumentasikan, e) bersifat dinamis dan adaptif, serta f)
berubah bersamaan dengan adanya perubahan sosial, ekonomi dan budaya.
Pengetahuan tradisional merupakan aset yang sangat berharga.
Pengetahuan yang lahir dengan waktu eksperimen selama berabad-abad ini
memberi sumbangsih dan membantu masyarakat dalam memecahkan
permasalahan kehidupannya. Seperti yang terjadi di Afrika. Para
pengembara Afrika, sering memakan tumbuhan yang bernama “hoodia”.
Hoodia merupakan tumbuhan sejenis kaktus yang tumbuh di gurun. Jika
memakan makanan ini, maka akan dapat menahan lapar dalam waktu yang
cukup lama. Cara ini diamati oleh tentara–tentara Afrika Selatan. Mereka
12
mengambil pengetahuan tersebut dan menggunakannya dalam perang
melawan pemberontak. Hingga sampailah pengetahuan tersebut pada
dewan Riset Pengetahuan dan Industri Afrika Selatan yang selanjutnya
pengetahuan tersebut di teliti oleh mereka dan telah menemukan senyawa
tertentu yang mampu menekan rasa lapar. Kemudian penemuan ini
dipatenkan dan dikembangkan sebagai obat antiobesitas (Daulay, 2011).
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan
menggunakan pendekatan fenomenologis, Fenomenologi ialah studi
tentang pengetahuan yang berasal dari kesadaran atau cara kita
memaknai suatu obyek dan peristiwa yang menjadi pengalaman
seseorang secara sadar. Selain itu fenomenologi juga merupakan
gagasan realitas sosial, fakta sosial atau fenomena sosial yang menjadi
masalah penelitian.
Penelitian kualitatif dituntut untuk dapat menggali data
berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan dan dilakukan oleh
partisipan atau sumber data bukan “sebagai seharusnya”, bukan
berdasarkan apa yang dipikirkan oleh peneliti (perspektif etik), tetapi
berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi dilapangan, yang
dialami, dirasakan dan dipikirkan oleh partisipan data.
Fenomenologi ingin mengungkapkan apa yang menjadi
realitas dan pengalaman yang dialami oleh individu itu sendiri,
13
mengungkapkan dan memahami sesuatu yang tidak nampak dari
pengalaman subjektif individu, oleh karena itu, peneliti tidak dapat
memasukkan dan mengembangkan asumsi-asumsinya didalam
penelitiaanya (Donny Gahral Anwar, Hal; 42).
Dalam buku metodologi penelitian kualitatif, fenomenologi
dijelaskan sebagai beriku; a. Pengalaman subjektif atau pengalaman
fenomenologikal, b. Suatu studi tentang kesadaran dari perspektif
pokok dari seorang (Husserl). Istilah fenomenologi sering
dipergunakan sebagai anggapan umum untuk menunjukkan pada
pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan berbagai jenis dan tipe
subjek yang ditemui. Dalam arti yang lebih khusus, istilah ini
mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif
pertama seseorang (Lexy J. Moeloeng hal 14-15).
Fenomenologi merupakan pandangan berfikir yang
menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalamn subjektif
manusia dan mengintepretasi dunia. Dalam hal ini para fenomenologis
ingin memahami bagaimana dunia muncul kepadaorang lain. Ada
beberapa ciri pokok fenomenologi yang dilakukan oleh peneliti
fenomenologis yaitu;
a. Fenomenologis cenderung mempertentangkannya dengan
naturalisme yaitu disebut objektivisme dan positivisme,
yang telah berkembang jaman ranaisans dalam ilmu
pengetahuan modern dan teknologi.
14
b. Secara pasti, fenomenologis cenderung memastikan kognisi
yang mengacu pada apa yang dinamakan oleh Husser
“evidens” yang dalam hal ini merupakan kesadaran tentang
untuk benda itu sendiri secara jelas dan berbeda dan yang
lainnya mencakup dari segi itu sendiri.
c. Fenomenologis cenderung percaya bahwa bukan hanya
sesuatu benda yang ada dalam dunia alam dan budaya.
Sebagai bidang filsafat modern, fenomenologis menyelidiki
pengalaman, kesadaran yang berkaitan dengan pernyataan-pernyataan
seperti; bagaimana pembagian antara subyek (ego) dengan obyek (dunia)
muncul dan bagaiman sesuatu hal didunia ini diklasifikasikan. Selain itu
juga, fenomenologi berasumsi bahwa keasadaran bukanlah dibentuk
karena kebetulan dan dibentuk oleh sesuatu hal yang lainnya daripada diri
sendiri. Demikian juga dalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak ada
kontrol diri terhadap kesadaran struktur.
Analisis fenomenologi berusaha mencari untuk menguraikan ciri-
ciri dunianya.seperti apa aturan-aturan apa obyek dan kejadian itu
berkaitan. Aturan-aturan ini bukanlah ciri-ciri yang berdiri sendiri dari
sesuatu “dunia objektif”. Menurut pendapat para Fenomenologis hal itu
dibentuk oleh kebermaknaan dan nilai-nilai dalam kesadaran kita yang kita
alami sebagai hal yang berdiri sendiri dari kita (Donny Gahral Anwar, Hal;
36).
15
Dalam hal ini Fenomenologi menentang apa yang empirisme.
Sejak klasifikasi objek melibatkan aturan-aturan organisasonal yaitu
secara fundamental,secara intelektual dalam teori ilmu pengetahuan.
Fenomena sangat tidak potensial bagi ahli-ahli yang kritikal dalam sejarah
ilmu pengetahuan peneliti dalam pandangan Fenomenologis berusaha
memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang
berada dalam situasi-situasi tertentu (Raco J.R; Hal 81-83).
Pendekatan fenomenologis tersebut dipilih untuk memahami arti
dari suatu peristiwa dan berkaitan yang ada didalamnya secara lebih
mendalam. Dengan pendekatan ini diasumsikan bahwa peneliti tidak
mengetahui arti sesuatu dari informan yang sedang diteliti, sehingga
peneliti lebih banyak diam untuk menguak secara lebih mendalam tentang
pengertian sesuatu yang sedang diteliti.
1.6.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Wonocolo Kecamatan
Kedewan, Kabupaten Bojonegoro. Lokasi ini dipilih karena lokasi
tersebut sesuai dengan kriteria yang dimaksud di dalam penelitian yang
berjudul “Fenomenologi Penambang Minyak Tradisional (Studi di Desa
Wonocolo, Kecamatan Kadewan, Kabupaten Bojonegoro)”.
1.6.3 Teknik Penentuan Subjek Penelitian
Teknik penentuan subjek yang dilakukan penulis adalah teknik
Purposive Sampling dimana teknik ini menggunakan teknik non random
untuk menentukan subjek. Teknik non random dimana peneliti sudah
menentukan subjek berdasarkan ciri-ciri khusus yang menurut peneliti
16
sudah mempunyai informasi yang diinginkan peneliti. Teknik ini
mempunyai keuntungan dimana subjek mudah ditemui atau didekati oleh
peneliti (Sugiyono, 2010).
Kriteria subjek penelitian saya adalah para penambang minyak yang
ada di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan Kabupaten Bojonegoro.
1.6.4 Sumber Data
Data yang diperoleh yaitu dari dua sumber: Data sekunder, yaitu
diperoleh dari internet, jurnal dan buku. Data Primer, yaitu sumber data
yang diperoleh dari subjek yang diteliti, dengan wawancara dan observasi
langsung dilapangan.
1.6.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data antara lain:
1.6.5.1 Metode Observasi (pengamatan)
Observasi sebagai kegiatan mengamati secara langsung tanpa
mediator sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang
dilakukan objek tersebut. Sedangkan menurut S. Margono observasi
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Jenis observasi
yang dilakukan merupakan observasi non partisipatoris karena
peneliti disini melakukan penelitian dengan tidak ikut berperan dalam
kegiatan tersebut. peneliti disini mengamati proses Penambangan
Minyak Tradisional (Nurul Zuriah; Hal 173).
17
1.6.5.2 Metode Wawancara
Wawancara dilakukan langsung dengan informan, dalam
peneltian ini data yang diteliti adalah lisan dan tulisan. Secara lisan
peneliti menanyakan pertanyaan kepada narasumber dengan secara
mengalir tapi tetap berpedoman pada wawancara, secara garis besar
pertanyaan yang diajukan adalah latar belakang masyarakat melakukan
penambangan secara tradisional, proses penambangan hingga
pendistribusiannya, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Jadi ketika wawancara peneliti harus membuat nyaman
narasumber, pertama kita harus berkenalan terlebih dahulu, setelah
kenal baru kita menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang telah
disiapkan. Untuk mendapatkan data peneliti menggunakan alat bantu
berupa daftar pertanyaan, alat perekam suara, dan kamera. Daftar
pertanyaan yang diajukan berisi pertanyaan seputar tema yang diteliti.
Alat rekam suara digunakan untukmerekam ungkapan-ungkapan yang
dikemukakan informan. Hasil rekaman kemudian didengar berulang-
ulang melalui pencatatan sehingga memudahkan untuk
mengelompokkan data. Kamera digunakan untuk mengambil gambar
yang terkait dengan Penambangan Tradisional tersebut
1.6.5.3 Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode untuk mencari data mengenai hal-hal
yang variable yang berupa catatan , transkip, surat kabar, majalah,
notulen, rapat dan sebagainya. Data dokumentasi didapatkan dari bapak
kepala desa dan sekretaris desa, seperti buku milik desa yang memuat
18
profil desa wonocolo, dan surat kabar ataupun majalah Bojonegoro
yang membahas tentang penambangan minyak tradisional Wonocolo.
1.6.6 Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah model Miles dan
Huberman terdapat tiga tahap aktivitas dalam analisis meliputi reduksi
data, penyajian data serta penarikan kesimpulan.Miles dan Hubermen,
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak
diperolehnya lagi data atau informasi baru.
1.6.6.1 Data Reduksi ( Data Reduction)
Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Dalam hal ini peneliti
mengumpulkan data dengan cara merangkum, atau mengumpulkan
data-data dan memilih atau meringkas data-data relevan. Untuk
memudahkan pengklarifikasian maka data yang terkumpul akan diberi
kode.
Data reduksi yang diambil peneliti terkait manajemen pemasaran
dan pembiayaan musyarakah, data dari wawancara tentang proses
penambang minyak tradisional.
1.6.6.2 Data Display (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan
19
semakin mudah dipahami dan merencanakan kerja penelitian
selanjutnya.
Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan
sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki
makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menampilkan
data, membuat gubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang
sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai
tujuan penelitian. Penyajian data yang baik merupakan satu langkah
penting menuju tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal.
Mengguraikan jawaban-jawaban yang diberikan oleh penambang
minyak tradisional tersebut.
1.6.6.3 Penarikan Kesimpulan dan Verivikasi
Dalam hal ini peneliti mengemukakan beberapa kesimpulan dari
wawancara dan observasi. Penarikan kesimpulan dan verivikasi adalah
kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah jika ditemukan bukti kuat dan mendukung.
Pada tahap awal kesimpulan didukung oleh bukti-bukti yang valid
dan konsisten saat peneliti ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel.
Penelitian diawal sudah dijelaskan menggunakan pendekatan
fenomenologi. Untuk mempermudah langkah penelitian maka Teknik analisis
data yang akan digunakan disini adalah modifikasi teknik analisis fenomenologi
dari Van Kaam (Clark Moustaks; Hal 121), dengan alurnya sebagai berikut;
1. Listing and Preliminary Grouping
20
Mendaftar semua ekspresi yang relevan dengan pengalaman yaitu
daftar jawaban partisipan atau responden penelitian (horizontalizm).
2. Reduction and Elimination
Menguji setiap ekspresi yang ada dengan dua persyaratan berikut;
a. Apakah ekspresi tersebut mengandung momen penglaman yang penting
dan mengandung unsur pokok yang cukup baik untuk memahami
fenomena?
b. Apakah ekspresi tersebut memungkinkan untuk dikelompokan dalam
suatu kelompok besar dan diberi label?
3. Clustering and Thematizing the Invariant Constituents (Thematic
potrayal)
Pengalaman responden penelitian yang berkaitan kedalam label-
label tematik. Constituet (unsur pokok) yang dikelompokkan dan diberi
label ini adalah tema inti dari pengalaman. Jadi tema-tema yang ada pada
thematic potrayal adalah benang merah dari jawaban-jawaban semua
responden.
4. Final Identifications of the Invariant Constituent and Themes by
Application; Validation
Merupakan proses memvalidkan invariant constituent, yang
dilakukan dalam tahap ini adalah mencek invariant constituent dan tema
yang menyertainya terhadap rekaman utuh pernyataan responden
penelitian. A. Apakah diekspresikan secara eksplisit dalam transkripsi
utuh? B. Apakah sesuai atau cocok dengan konteks dalam transkrip? (jika
tidak diekspresikan secara eksplisit), C. Apabila tidak dinyatakan secara
21
eksplisit dan tidak cocok, maka hal itu tidak relevan terhadap pengalaman
responden penelitian dan harus dihapuskan
5. Individual Textural Description
Dengan menggunakan invariant constituent dan tema yang valid
dan relevan dari tahap sebelumnya, dapat disusun individual textural
description dari pengalaman setiap responden penelitian. Termasuk
didalamnya adalah ekspresi harfiah (kata per kata) dari catatn interview
yang ada.
6. Individual Structural Description
Hasil dari penyusunan individual structural description dan
imaginative variation akan membangun individual structural description
dari pengalaman setiap responden penelitian.
7. Textural-Strutural Description
Tahap ini merupakan proses penggabungan antara textural
description dan structural description dari pengalaman setiap responden
penelitian.
Setalah individual textural-structural description tersusun maka
dibuat suatu composite description dari makna dan esensi pengalaman
sehingga menampilkan gambaran pengalaman kelompok satu kesatuan.