1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu mata pelajaran pokok yang harus diajarkan di sekolah/madrasah ialah
Pendidikan Agama Islam (PAI). Dijelaskan dalam Peraturan Menteri Agama RI bahwa
PAI adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap,
kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama
Islam, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran pada semua
jalur, jenjang dan jenis pendidikan.1 PAI sendiri dibagi menjadi 4 mata pelajaran
dalam kurikulum Madrasah, yakni: Al-Qur’an Hadis, Akidah Akhlak, Fikih, dan
Sejarah Kebudayaan Islam. Di mana masing-masing mata pelajaran tersebut pada
dasarnya saling terkait dan melengkapi.
Pada era globalisasi ini, PAI sangat dibutuhkan bagi peserta didik, agar
dapat memahami secara benar ajaran Islam sebagai agama yang sempurna,
kesempurnaan ajaran Islam yang dipelajari secara integral diharapkan dapat
meningkatkan kualitas peserta didik dalam keseluruhan aspek kehidupanya. Oleh
karena itu, agar ajaran Islam dapat dipelajari secara efektif dan efisien, perlu
adanya usaha pengembangan dan peningkatan terhadap mutu pembelajaran PAI di
sekolah/madrasah sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman yang selalu
dinamis.
1 Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama
pada Sekolah, pasal 1 ayat 1.
2
Sekolah/madrasah sendiri merupakan lembaga pendidikan formal yang
mempunyai peranan penting untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
bermutu. Melalui sekolah/madrasah, diharapkan peserta didik dapat menggali dan
mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu, sudah
semestinya suatu instansi sekolah/madrasah selalu berusaha untuk meningkatkan
mutu pembelajaran setiap mata pelajaran, agar dapat menjadikan peserta didiknya
bermutu, termasuk diantaranya ialah peningkatan dalam mutu pembelajaran PAI.
Dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa mutu adalah
(ukuran) baik buruk suatu benda, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dan
sebagainya), kualitas. Di mana kualitas yang dimaksud lebih mengarah pada
sesuatu yang baik.2 Selain itu, Mulyasa menjelaskan bahwa mutu adalah suatu
sistem manajemen yang bertujuan untuk meningkatkan sesuatu hal tertentu secara
berkelanjutan terus menerus.3 Mutu dalam konteks pembelajaran dapat dipahami
dari input, proses dan output pembelajaran.4
Mutu input pembelajaran ialah segala hal yang berkaitan dengan masukan
untuk proses pembelajaran di sekolah/madrasah. Di antara indikator input
pembelajaran, ialah memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas;
tersedia sumber daya yang siap; tersedianya staf yang kompeten dan berdedikasi
tinggi; memiliki harapan prestasi yang tinggi, berfokus pada peserta didik, dan
2 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. III, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2002), hlm. 677. 3 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional; dalam konteks menyukseskan MBS dan
KBK, (Bandung: Rosdakarya, 2005), hlm. 224.
4 Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT.
Refika Aditama, 2009), hal. 84.
3
memiliki input manajemen.5 Berdasarkan indikator tersebut, dipahamai bahwa
pembelajaran yang bermutu terlibat berbagai input, seperti bahan ajar (kognitif,
efektif dan psikomotorik), metode, sarana prasarana, dukungan administrasi, serta
penciptaan suasana belajar yang kondusif.
Mutu proses pembelajaran ialah segala hal yang berkaitan dengan proses
pengambilan keputusan, pengelolaan, monitoring dan evaluasi dalam
pembelajaran.6 Dengan kata lain, mutu proses pembelajaran yang dimaksud
menekankan pada standar atau acuan dalam hal proses pembelajaran, seperti
teamwork yang solid, evaluasi yang berkelanjutan, serta seberapa efektif dan
efisien pembelajaran di kelas.7 Sedangkan mutu output pembelajaran merupakan
prestasi atau hasil dari proses pelaksanaan pembelajaran. Mutu output
pembelajaran ini mengacu pada prestasi yang dicapai, baik dalam bidang
akademik maupun non-akademik.
Begitu juga dengan mutu pembelajaran PAI, hanya saja ada sedikit
tambahan yaitu adanya keseimbangan antara input, proses dan output
pembelajaran yang pada akhirnya mampu mencetak manusia muslim yang
berkualitas. Dalam arti, peserta didik mampu mengembangkan pandangan hidup,
sikap hidup dan keterampilan hidup yang berperspektif Islam. Pemahaman
manusia berkualitas dalam khasanah pemikiran Islam sering disebut sebagai insan
kamil yang mempunyai sifat-sifat antara lain manusia yang selaras (jasmani dan
5 Suharno, Manajemen Pendidikan, (Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS)
Press, 2008), hal. 50.
6 Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2009), hlm. 84-85.
7 Suharno, Manajemen Pendidikan, hal. 46.
4
rohani, duniawi dan ukhrawi), manusia moralis (sebagai individu dan sosial),
manusia nazhar dan i’tibar (kritis, berijtihad, dinamis, bersikap ilmiah dan
berwawasan ke depan), serta menjadi manusia yang memakmurkan bumi.8
Pembelajaran di sekolah/madrasah merupakan salah satu aspek yang perlu
diperhatikan untuk mencapai mutu pembelajaran PAI yang diharapkan. Hal ini
dikarenakan keefektifan dan keefisienan pembelajaran merupakan titik awal
dalam menentukan keberhasilan pengajaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi
mutu pembelajaran PAI, diantaranya ialah: (1) pendidik, (2) peserta didik, dan (3)
kurikulum.9 Faktor lain yang juga ikut andil dalam mempengaruhi mutu
pembelajaran PAI ialah sarana prasarana pendidikan, pengelolaan manajemen,
dan lingkungan.10
Pemenuhan faktor-faktor tersebut berpengaruh besar terhadap keadaan mutu
pembelajaran PAI. Namun di antara faktor tersebut, terdapat faktor utama yang
paling dominan, yakni Pendidik atau Guru. Hal ini dapat dimaklumi karena guru
merupakan ujung tombak dari keberhasilan dalam pembelajaran, baik mulai dari
proses sampai dengan hasil pembelajaran. Oleh karena itu, guru merupakan salah
satu komponen utama yang menentukan keberhasilan pembelajaran, dan
keberhasilan belajar peserta didik.
Guru merupakan faktor utama yang memegang peran penting dalam
pembelajaran, di pundaknya terpikul tanggung jawab utama seluruh usaha
8 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005), hal. 201.
9 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 77.
10 Misbahul Munir, Supervisi Pendidikan Suplemen I dan II (Yogyakarta: Jurusan
Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006), hal. 43.
5
pembelajaran.11
Namun, tidak semua orang dewasa dapat dikategorikan sebagai
guru. Seorang guru harus memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh
setiap calon guru sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang,
bahwa untuk dapat diangkat sebagai tenaga pengajar, ia harus memiliki kualifikasi
minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.12
Oleh karena itu, salah satu komponen utama yang menentukan keberhasilan
pembelajaran adalah guru. Termasuk di dalamnya ialah keberhasilan belajar
siswa. Namun, keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran ditentukan
oleh kompetensi yang dimiliki guru dan kemampuan yang dimiliki siswa. Guru
yang berkualitas adalah guru yang profesional dalam melaksanakan tugas
pembelajaran, yakni mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, menguasai bahan ajar, memahami karakteristik peserta didik,
dan terampil dalam memilih metode pembelajaran.13
Dengan demikian, guru harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran. Sehingga suatu keniscayaan bagi guru
untuk meningkatkan kompetensinya. Kompetensi ini mutlak harus dikuasai oleh
guru karena menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru yang telah menguasai
kompetensi, akan lebih berhasil dalam melaksanakan pembelajaran dibanding
11
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2005), hal. 23.
12 Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 39 dan 42. 13
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru: Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2002), hal. 35.
6
dengan guru yang tidak memiliki kompetensi. Pada akhirnya, keberhasilan dalam
melaksanakan pembelajaran akan meningkatkan prestasi belajar peserta didik
yang selanjutnya akan meningkatkan kualitas pembelajaran, termasuk mutu
pembelajaran PAI.14
Dengan kata lain, guru yang berkualitas harus mampu
menguasai kompetensi yang menjadi kriteria dari seorang guru yang ideal.
Adapun yang dimaksud dengan kompetensi sebagaimana tercantum dalam
kamus ilmiah populer adalah kecakapan, kewenangan, kekuasaan dan
kemampuan.15 Dalam Undang-undang juga dijelaskan bahwa kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,
dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.16
Sedangkan menurut Saiful Sagala, kompetensi adalah perpaduan dari penguasaan,
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya.17
Salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru ialah kompetensi
pedagogik, yang merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan siswa meliputi
pemahaman terhadap siswa, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi
hasil belajar, serta pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai
14
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru: Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), hal. 35.
15 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: PT Arkola,
1994), hal. 353. 16
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen,
pasal 1 ayat 10. 17
Saiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung,
Alfabeta, 2009), hal. 23.
7
potensi yang dimiliki.18
Pada intinya, kompetensi pedagogik menuntut guru untuk
menguasai hal-hal yang berkaitan tentang pendidikan.
Berdasarkan hal tersebut, dipahami bahwa peran guru yang berkompeten,
memiliki peran penting dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran di
sekolah/madrasah, termasuk dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI. Di
mana peran guru dalam pembelajaran dirasakan sangat besar pengaruhnya
terhadap perubahan tingkah laku siswa. Sehingga untuk dapat tercapai mutu
pembelajaran sesuai harapan, diperlukan guru yang menguasai kompetensi, salah
satunya ialah kompetensi pedagogik, sehingga pembelajaran dapat berjalan
dengan baik. Dengan demikian mutu pembelajaran dengan kompetensi pedagogik
guru memiliki kaitan yang sangat erat dan saling mempengaruhi dalam proses
pencapaian tujuan pendidikan. Apabila kompetensi guru tinggi, maka asumsinya
adalah secara otomatis mutu pembelajaran akan tinggi pula.
Berdasarkan uraian diatas, penulis meneliti pengaruh kompetensi pedagogik
guru terhadap mutu pembelajaran PAI di lapangan. Penulis memilih MTs Negeri
Pemalang sebagai madrasah yang diteliti dengan pertimbangan bahwa seluruh
guru PAI di MTs Negeri Pemalang telah memiliki sertifikat sebagai seorang
pendidik yang kompeten. Selain itu, MTs Negeri Pemalang merupakan salah satu
lembaga pendidikan bercirikan Islam, dan sudah didirikan cukup lama, sehingga
telah diterima serta diakui oleh masyarakat Pemalang pada umumnya baik dari
segi kualitas maupun kuantitasnya. MTs Negeri Pemalang dalam kurikulumnya
memberikan porsi pendidikan Islam lebih banyak dibandingkan dengan
18
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 74 tahun 2008, tentang Guru, pasal 3
ayat 4-7.
8
sekolah/madrasah lainnya baik negeri maupun swasta, sehingga siswanya
memperoleh pengetahuan agama secara lebih mendalam.
Sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam, MTs Negeri Pemalang
mempunyai tanggung jawab untuk melahirkan dan menjadikan siswanya menjadi
generasi penerus yang mempunyai kepribadian muslim, sebagaimana tujuan
pendidikan Islam. Sehingga nilai-nilai luhur agama Islam yang diajarkan di MTs
Negeri Pemalang bukan hanya menjadi ilmu pengetahuan saja, tetapi juga
dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dan diharapkan nantinya
para siswa disamping mempunyai kecerdasan intelektual dan pemahaman agama
yang baik, juga mempunyai akhlak yang terpuji.
Dengan demikian pembahasan dalam tesis ini, penulis merumuskan judul
“Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru terhadap Mutu Pembelajaran PAI di MTs
Negeri Pemalang”. Pemilihan judul tersebut diharapkan mampu memberikan
gambaran mengenai upaya dalam memaksimalkan kompetensi pedagogik guru
PAI dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran PAI.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Kompetensi Pedagogik Guru PAI di MTs Negeri Pemalang ?
2. Bagaimana Mutu Pembelajaran PAI di MTs Negeri Pemalang ?
3. Bagaimana Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru PAI terhadap Mutu
Pembelajaran PAI di MTs Negeri Pemalang ?
9
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan secara logis tentang apa yang
hendak dicapai, yaitu :
1. Menjelaskan kompetensi pedagogik guru PAI MTs Negeri Pemalang
2. Menjelaskan mutu pembelajaran PAI MTs Negeri Pemalang
3. Menjelaskan pengaruh kompetensi pedagogik guru PAI terhadap mutu
pembelajaran PAI MTs Negeri Pemalang
D. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini untuk meningkatkan pengetahuan dan
wawasan tentang kompetensi pedagogik guru dan mutu pembelajaran PAI.
2. Secara praktis penelitian ini bermanfaat sebagai:
1. Sumbangan pemikiran bagi kepala madrasah tentang kompetensi
pedagogik guru dan mutu pembelajaran PAI di MTs Negeri Pemalang.
2. Masukan bagi guru dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru
dan mutu pembelajaran PAI MTs Negeri Pemalang.
E. Kajian Pustaka
Mulyasa berpendapat bahwa mutu adalah suatu sistem manajemen yang
berfokus pada tujuan untuk meningkatkan sesuatu secara berkelanjutan terus
menerus.19 Sedangkan pembelajaran dalam pemikiran Yamin merupakan proses
19
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional; dalam konteks menyukseskan MBS
dan KBK, (Bandung: Rosdakarya, 2005), hlm. 224.
10
seseorang memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap.20
Adapun PAI adalah
salah satu mata pelajaran di sekolah/madrasah yang memberikan pengetahuan dan
membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan siswa dalam mengamalkan
ajaran agama Islam, yang dilaksanakan pada semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan.21
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa mutu pembelajaran PAI ialah
adanya keseimbangan antara input, proses dan output pembelajaran yang pada
akhirnya siswa (lulusannya) menjadi manusia muslim yang berkualitas. Dalam
arti, siswa mampu mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup dan
ketrampilan hidup yang berperspektif Islam. Pemahaman manusia berkualitas
disebut insan kamil, yang mempunyai beberapa sifat antara lain manusia selaras
(jasmani dan rohani, duniawi dan ukhrawi), manusia moralis (individu dan sosial),
manusia nazhar dan i’tibar (kritis, berijtihad, dinamis, ilmiah dan berwawasan),
serta menjadi manusia yang memakmurkan bumi.22
Saiful Sagala menjelaskan bahwa kompetensi adalah perpaduan dari
penguasaan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya.23
Sedangkan pedagogik dalam pandangan Tilaar adalah ilmu mengenai proses
humanisasi, atau memanusiakan manusia. Pedagogik mengkaji mengenai proses
20
Martinus Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2004 ), hal. 97.
21 Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan
Agama pada Sekolah, pasal 1 ayat 1.
22 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005), hal. 201
23 Saiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung,
Alfabeta, 2009), hal. 23.
11
individuasi yang mempunyai kepribadian. Proses individuasi adalah
pengembangan potensi yang ada pada setiap individu, agar dapat dimanfaatkan
bagi keluhuran martabatnya sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat.24
Sehingga kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang harus
dimiliki oleh guru dalam bidang pendidikan. Dijelaskan dalam undang-undang
bahwa kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap siswa,
pengembangan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar, serta
pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.25
Ditemukan beberapa penelitian lain yang memiliki tema sama dengan
peneliti. Pertama, penelitian Wulandari yang berjudul Kontribusi Kompetensi
Pedagogik dan Profesional terhadap Proses dan Hasil Pembelajaran Matematika.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara empiris mengenai
kontribusi kompetensi pedagogik dan profesional terhadap proses dan hasil
pembelajaran Matematika. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan metode survey. Populasinya adalah semua guru matematika yang
mengajar pada SMP Negeri di Kota Palembang. Sampel yang digunakan sejumlah
76 guru. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah korelasi, analisis regresi
dan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik
memberikan kontribusi sebesar 27%, dan kompetensi profesional sebesar 23%
terhadap proses pembelajaran. Sedangkan proses pembelajaran memberikan
24
H. A. R. Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantara Pedagogik Transformatif
untuk Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2002), hal. 523. 25
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 74 tahun 2008, tentang Guru, pasal 3
ayat 4-7.
12
kontribusi sebesar 46,6% terhadap hasil pembelajaran matematika. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional
berkontribusi terhadap proses dan hasil pembelajaran matematika.26
Kedua, penelitian Arif yang berjudul Kompetensi Pedagogik Guru PAI di
SMK Negeri se-Kabupaten Wajo. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
aktivitas guru PAI dalam hal pelaksanaan kompetensi pedagogik terkait
pemahaman guru PAI terhadap peserta didik, kemampuan guru PAI dalam proses
pembelajaran, mengembangkan potensi peserta didik, dan memanfaatkan
teknologi pembelajaran. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif
dengan pendekatan fenomenologis. Subjek penelitiannya adalah guru PAI di
SMKN di kabupaten Wajo yang berjumlah 8 orang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kompetensi pedagogik guru PAI di SMKN yang ada di kabupaten wajo
sudah baik. Dari empat aspek yang diteliti, 3 aspek pedagogik terlaksana dengan
baik dan 1 aspek tidak terlaksana dengan baik.27
Ketiga, penelitian Mujibur Rohman yang berjudul Model Manajemen
Peningkatan Mutu Terpadu Pendidikan Islam (Studi Kasus di MTs Negeri Model
Brebes). Penelitian ini meneliti tentang model manajemen peningkatan mutu
terpadu pendidikan dan keunggulannya di MTs Negeri Model Brebes. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang tujuan utamanya
untuk menerangkan kondisi apa adanya. Namun secara metodologis penelitian ini
26
Sapto Rini Wulandari, “Kontribusi Kompetensi Pedagogik dan Profesional terhadap
Proses dan Hasil Pembelajaran Matematika”, Tesis, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia,
2010), hal. 141.
27 Muh. Amin Arif, “Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) se Kabupaten Wajo”, Tesis, (Semarang: IAIN Walisongo,
2012), hal. 10.
13
termasuk dalam lingkup penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang
dilakukan di kancah lapangan terjadinya gejala-gejala atau peristiwa. Metode
pengumpulan datanya dengan observasi, intervieu dan dokumentasi, sedangkan
analisanya dengan analisis deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa MTs Negeri Model Brebes menerapkan model manajemen peningkatan
mutu terpadu pendidikan dengan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Act) dan cukup
memberikan kontribusi terhadap output sesuai dengan kriteria madrasah yang
bermutu. Keunggulan model manajemen peningkatan mutu terpadu pendidikan di
MTs Negeri Brebes antara lain; adanya quality control yang intensif, sumber daya
manusia yang kompeten, metode perbaikan berkelanjutan yang sistematis dengan
siklus PDCA, pendekatan data dan fakta dalam meningkatkan mutu terpadu
pendidikan, serta adanya budaya mutu guna mewujudkan visi misi madrasah.28
Keempat, penelitian Munir yang berjudul Strategi Guru PAI dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran PAI di SMA Negeri 3 Malang. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis melalui
rancangan studi kasus. Metode pengumpulan data berupa metode wawancara,
dokumentasi dan observasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi yang dilakukan guru
PAI terkait dengan mutu pembelajaran PAI di SMAN 3 Malang sudah
dilaksanakan secara optimal, hal ini dapat dilihat pada: 1) Strategi guru PAI dalam
meningkatkan mutu pembelajaran PAI di SMAN 3 Malang, diantaranya adalah:
(a) Perencanaan pembelajaran, (b) Pelaksanaan pembelajaran, (c) Evaluasi
28
Mujibur Rohman, “Model Manajemen Peningkatan Mutu Terpadu Pendidikan Islam
(Studi Kasus di MTs Negeri Model Brebes)”, Tesis, (Semarang: IAIN Walisongo, 2013), hal. 35.
14
pembelajaran, (d) Model strategi PAKEM, (e) Peningkatan profesionalisme guru.
2) Dampak dari strategi guru PAI dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI
dapat dilihat dari (a) Prestasi akademik dan non akademik, (b) Pembelajaran
menjadi efektif dan efisien. 3) Faktor pendukung dan penghambat dari strategi
guru PAI dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI di SMAN 3 Malang.
Faktor pendukung itu antara lain (1) Faktor guru, (2) Lingkungan, (3) Sarana dan
prasarana, (4) Faktor Siswa. Sedangkan faktor penghambatnya adalah (1) Sarana
dan prasarana, (2) Faktor siswa.29
Kelima, penelitian Haryono dengan judul Pengaruh Kompetensi
Pedagogik dan Kinerja Guru terhadap Mutu Pembelajaran di Sekolah se-
kabupaten Lingga. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh
kompetensi pedagogik dan kinerja guru terhadap mutu pembelajaran di sekolah
se-kabupaten Lingga. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh kompetensi
pedagogik serta kinerja guru terhadap mutu pembelajaran di sekolah. Strategi
penelitian adalah survei dengan pendekatan kuantitatif. Sampel yang diambil
dalam penelitian tersebut ialah guru yang ada di kabupaten Lingga sebanyak 307
orang. Instrumen penelitian berupa angket dengan tipe skala Likert, sedangkan
teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis).
Hasil penelitian ditemukan: (1) Kompetensi pedagogik dengan kinerja
guru secara simultan mempengaruhi sepertiga mutu pembelajaran. (2)
Kompetensi pedagogik secara langsung mempengaruhi seperempat mutu
29
Miftakhul Munir, “Strategi Guru PAI dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran
Pendidikan agama islam di SMA Negeri 3 Malang”, Tesis, (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim,
2012), hal. 13.
15
pembelajaran. (3) Kompetensi pedagogik melalui kinerja guru mempengaruhi
seperseratus mutu pembelajaran. (4) Kompetensi pedagogik total mempengaruhi
kurang lebih seperempat mutu pembelajaran. (5) Kinerja guru secara langsung
mempengaruhi seperduapuluhlima mutu pembelajaran. (6) Faktor lain di luar
kompetensi pedagogik dan kinerja guru, seperti pembiayaan, kepemimpinan
kepala sekolah, manajemen sekolah, budaya dan iklim organisasi sekolah,
loyalitas, penghargaan, peralatan dan teknologi, etika kerja, dan lain-lain,
mempengaruhi duapertiga mutu pembelajaran.30
Berikut adalah ulasan atau kajian pustaka yang disajikan dalam bentuk
tabel, meliputi persamaan dan perbedaan penelitian-penelitian di atas dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Tabel 1.1
Persamaan dan Perbedaan Penelitian dengan Peneliti
No. Judul Penelitian Persamaan dengan
Peneliti
Perbedaan dengan
Peneliti
1 Kontribusi Kompetensi
Pedagogik dan
Profesional terhadap
Proses dan Hasil
Pembelajaran
Matematika, oleh
Wulandari
Peranan dari beberapa
bidang kompetensi
guru terhadap mutu
pembelajaran
Terdapat 2 bidang
kompetensi yang
dikaji, dan adanya
perbedaan dalam hal
mutu pembelajaran
yang dikaji, yakni
antara matematika
dengan PAI.
2 Kompetensi Pedagogik
Guru PAI di SMKN se
Kabupaten Wajo, oleh
Arif.
Adanya kesamaan
dalam hal yang dikaji,
yakni mengenai
kompetensi pedagogik
guru.
Merupakan penelitian
deskriptif tentang
kompetensi pedagogik
guru, sedangkan
penelitian peneliti
merupakan penelitian
kausalitas.
30
Deddy Haryono, “Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Kinerja Guru terhadap Mutu
Pembelajaran di Sekolah”, Thesis, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2012), hal. 63.
16
3 Model Manajemen
Peningkatan Mutu
Terpadu Pendidikan
Islam, oleh Rohman.
Adanya kesamaan
dalam hal yang dikaji,
yakni mengenai Mutu
Pembelajaran.
Merupakan penelitian
yang mengkaji tentang
penerapan suatu
model mutu
pembelajaran di
sekolah/madrasah.
4 Strategi Guru PAI
dalam Meningkatkan
Mutu Pembelajaran PAI
di SMA N 3 Malang,
oleh Miftakhul.
Adanya kesamaan
dalam hal yang diteliti
yakni mengenai
peningkatan mutu
pembelajaran PAI.
Fokus yang digunakan
dalam peningkatan
mutu ialah mengenai
strategi guru PAI,
sedangkan peneliti
fokus pada pengaruh
kompetensi pedagogik
terhadap mutu
pembelajaran PAI.
5 Pengaruh Kompetensi
Pedagogik dan Kinerja
Guru terhadap Mutu
Pembelajaran di
Sekolah, oleh Deddy.
Terletak dalam hal apa
yang diteliti, yakni
terkait kompetensi
pedagogik guru dan
mutu pembelajaran.
Merupakan penelitian
kuantitatif yang
mengungkap peranan
kompetensi guru
terhadap peningkatan
mutu pembelajaran
secara keseluruhan,
bukan bidang studi.
Berdasarkan telaah di atas, dipahami bahwa tesis yang berjudul “Pengaruh
Kompetensi Guru terhadap Mutu Pembelajaran PAI di MTs Negeri Pemalang”
belum dibahas pada penelitian sebelumnya, oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut guna menjawab rumusan masalah dan penelitian ini bukan
merupakan jiplakan atau plagiat dari penelitian-penelitian sebelumnya.
F. Kerangka Teoritik
Mutu merupakan baik buruknya sesuatu, kualitas, taraf atau derajat
(kepandaian, kecerdasan).31
Istilah mutu mengandung makna derajat (tingkat)
31
Partanto dan Dahlan, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994), hal. 505.
17
keunggulan suatu produk baik beruapa barang maupun jasa, baik yang dapat
dipegang (tangible) maupun yang tidak dapat dipegang (intangible). Dalam
konteks pembelajaran, mutu mengacu pada masukan (input), proses dan hasil
(output) pembelajaran. Proses pembelajaran yang bermutu terlibat berbagai input,
seperti bahan ajar (kognitif, efektif dan psikomotorik), metode, sarana prasarana,
dukungan administrasi, serta penciptaan suasana belajar yang kondusif.
Sedangkan mutu dalam konteks hasil pembelajaran mengacu pada prestasi yang
dicapai, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik.32
Begitu juga mutu pembelajaran dalam Pendidikan Agama Islam, hanya saja
ada sedikit tambahan yaitu bagaimana madrasah bisa menyeimbangkan antara
input, proses dan output pembelajaran yang pada akhirnya mampu mencetak
manusia muslim yang berkualitas. Dalam arti, peserta didik mampu
mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup yang
berperspektif Islam. Pemahaman manusia berkualitas dalam khasanah pemikiran
Islam disebut insan kamil yang mempunyai sifat-sifat antara lain manusia yang
selaras (jasmani dan rohani, duniawi dan ukhrawi), manusia moralis (sebagai
individu dan sosial), manusia nazhar dan i’tibar (kritis, berijtihad, dinamis, ilmiah
dan berwawasan), serta menjadi manusia yang memakmurkan bumi.33
Dalam kaitanya dengan peningkatan mutu pembelajaran PAI, tidak akan
terlepas dari adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, yakni: (1) pendidik,
32
Suharno, Manajemen Pendidikan, (Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS)
Press, 2008), hal. 45-54.
33 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005), hal. 201.
18
(2) peserta didik, dan (3) kurikulum.34
Pemenuhan faktor-faktor tersebut sangat
mempengaruhi bagaimana keadaan mutu pembelajaran di madrasah. Diantara
faktor tersebut, terdapat faktor utama yang paling dominan, yakni Pendidik atau
Guru. Hal ini dapat dimaklumi karena guru merupakan ujung tombak dari
keberhasilan sebuah pendidikan, baik mulai dari proses sampai dengan hasil
pendidikan. Oleh karena itu, guru merupakan salah satu komponen utama yang
menentukan keberhasilan pembelajaran, dan keberhasilan belajar peserta didik.
Namun, perlu diketahui bahwa keberhasilan guru dalam melaksanakan
pembelajaran ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki guru dan kemampuan
yang dimiliki peserta didik. Guru yang memiliki kompetensi sebagai pendidik
akan lebih berhasil dalam melaksanakan pembelajaran dibanding dengan guru
yang tidak memiliki kompetensi. Keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran
akan meningkatkan prestasi belajar peserta didik yang selanjutnya akan
meningkatkan kualitas pendidikan.35
Dengan demikian, usaha meningkatkan kualitas pembelajaran harus dimulai
dari peningkatan kualitas guru. Guru yang berkualitas adalah guru yang
profesional dalam melaksanakan tugas pembelajaran, yang mampu merancang
dan melaksanakan pembelajaran, serta menilai hasil pembelajaran. Untuk itu
seorang guru yang berkualitas harus mampu menguasai kompetensi yang menjadi
kriteria dari seorang guru yang ideal. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki
guru yaitu kompetensi pedagogik.
34
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 77.
35 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru: Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), hal. 35.
19
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh
guru dalam bidang pendidikan, meliputi pemahaman terhadap siswa,
pengembangan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar, serta
pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.36
Kompetensi ini mutlak harus dimiliki guru sebagai pendidik yang profesional
dalam melaksanakan tugasnya.
Dari sini lah dapat disimpulkan bahwa peran guru yang berkompeten, atau
guru yang menguasai kompetensi pedagogik, memiliki peran yang penting dalam
rangka meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, termasuk dalam
meningkatkan mutu pembelajaran setiap bidang studi yang ada di
sekolah/madrasah, salah satunya ialah pada bidang studi Pendidikan Agama
Islam. Dengan kata lain, hubungan yang erat antara peran guru dengan mutu
pembelajaran PAI ini pada akhirnya akan menghasilkan pembelajaran yang
maksimal, dan dapat merealisasikan tujuan pendidikan nasional.
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka teori di atas, hipotesis penelitian yang dirumuskan
dalam tesis ini ialah Kompetensi Pedagogik Guru PAI memberi pengaruh
terhadap Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di MTs Negeri
Pemalang.
36
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 74 tahun 2008, tentang Guru, pasal 3
ayat 4-7.
20
H. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, yakni
penelitian yang menggunakan data berupa angka, yang kemudian diolah
menggunakan statistik. Antar variabel pada penelitian ini memiliki
hubungan yang bersifat sebab akibat. Oleh karena itu, penelitian ini
termasuk dalam kategori penelitian kausalitas.37
Adapun desain penelitian
dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1.1
Desain Penelitian
Keterangan:
X = Kompetensi Pedagogik Guru
Y = Mutu Pembelajaran PAI
= Mempengaruhi
2. Definisi Operasional Variabel
Pada desain penelitian di atas telah dijelaskan bahwa antar variabel
pada penelitian ini memiliki hubungan yang bersifat kausalitas. Adapun
variabel yang dimaksud di sini adalah:
a. Kompetensi Pedagogik sebagai variabel independen (X), dan
Variabel independen yakni kompetensi pedagogik yang
merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru dalam
bidang pendidikan guna menjalankan tugas dan profesinya. Variabel
ini diperoleh dari skor berdasarkan angket yang telah disusun sesuai
37
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009,
hal. 59.
21
peraturan menteri pendidikan nasional nomor 16 tahun 2007. Adapun
indikator dari masing-masing aspek ialah sebagaimana terlampir.
b. Mutu Pembelajaran PAI sebagai variabel dependen (Y).
Variabel dependen yakni mutu pembelajaran PAI yang
merupakan suatu keadaan atau kualitas pembelajaran PAI. Variabel
ini diperoleh dari angket tentang mutu pembelajaran PAI yang disusun
berdasarkan konsep mutu dari Suharno meliputi mutu input, proses
dan output. Adapun indikator dari masing-masing aspek ialah
sebagaimana terlampir.
3. Populasi dan Sampel
Nana Sudjana memaknai populasi sebagai elemen atau suatu unit
tempat diperolehnya informasi, yang mana elemen tersebut dapat berupa
individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, organisasi dan lain
sebagainya. Selanjutnya, Nana menyebut sesuatu yang merupakan bagian
dari populasi terjangkau yang memiliki sifat sama dengan populasi disebut
dengan sampel.38
Sedangkan menurut Sugiyono, sampel dimaknai sebagai
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.39
Pada penelitian ini, sampel penelitiannya ialah seluruh guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang bertugas di MTs Negeri Pemalang
sejumlah 14 orang, yakni: AK, US, EF, AT, SN, HW, MH, SB, LH, SZ,
NE, SH, HF, dan MS.
38
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2001), hal. 84-85. 39
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 1997), hal. 57.
22
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam rangka untuk memperoleh data yang tepat dan akurat,
penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa angket yang
ditujukan kepada guru PAI MTs Negeri Pemalang. Angket yang digunakan
terdiri dari dua macam, yakni sebagai berikut:
a. Angket Kompetensi Pedagogik. Angket ini ditujukan kepada seluruh
guru PAI yang bertugas di MTs Negeri Pemalang, untuk mengetahui
keadaan kompetensi pedagogiknya.
b. Angket Mutu Pembelajaran PAI, yang ditujukan kepada guru PAI
guna mengetahui keadaan mutu pembelajaran PAI di MTs Negeri
Pemalang.
c. Dokumentasi, yang digunakan untuk mengumpulkan dokumen-
dokumen penting terkait kompetensi guru PAI dan mutu pembelajaran
PAI di MTs Negeri Pemalang.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data yang
kemudian akan diolah sehingga diperoleh kesimpulan guna menjawab
rumusan masalah di atas. Instrumen penelitian yang dimaksud fokus untuk
mengumpulkan data tentang kompetensi pedagogik guru PAI dan mutu
pembelajaran PAI di MTs Negeri Pemalang. Berikut adalah penjelasan dari
masing-masing instrumen yang dimaksud.
23
a. Angket Kompetensi Pedagogik Guru PAI (X)
Angket ini digunakan untuk mengetahui keadaan kompetensi
pedagogik guru PAI MTs Negeri Pemalang yang dijadikan sebagai
subjek penelitian. Angket ini disusun berdasarkan 10 aspek sesuai
yang tercantum pada peraturan menteri pendidikan nasional nomor 16
tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru. Berikut adalah masing-masing aspek yang tercantum pada
peraturan menteri pendidikan nasional tersebut.
Tabel 1.2
Aspek-aspek Kompetensi Pedagogik Guru
No. Aspek Nomor Butir Jumlah
1. Menguasai karakteristik peserta
didik dari aspek fisik, moral,
spiritual, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual.
1, 2, 3, 4. 4
2. Menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik. 5, 6, 7, 8. 4
3. Mengembangkan kurikulum yang
terkait dengan mata pelajaran
yang diampu. 9, 10, 11, 12, 13, 14. 6
4. Menyelenggarakan pembelajaran
yang mendidik. 15, 16, 17, 18, 19, 20,
21. 7
5. Memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran. 22, 23, 24. 3
6. Memfasilitasi pengembangan
potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki.
25, 26, 27, 28. 4
7. Berkomunikasi secara efektif,
empatik, dan santun dengan
peserta didik. 29, 30, 31, 32, 33, 34. 6
24
8. Menyelenggarakan penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar. 35, 36, 37, 38, 39, 40,
41. 7
9. Memanfaatkan hasil penilaian
dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran. 42, 43, 44, 45. 4
10. Melakukan tindakan reflektif
untuk peningkatan kualitas
pembelajaran. 46, 47, 48, 49, 50. 5
Angket disusun dengan menggunakan bentuk skala Likert, yang
di dalamnya terdapat 4 (empat) notasi pilihan jawaban dimana
masing-masing pilihan jawaban diberikan skor yang berbeda, yaitu
sebagai berikut:
1) Tidak Pernah (D), diberikan skor 1;
2) Pernah (C), diberikan skor 2;
3) Sering (B), diberikan skor 3; dan
4) Selalu (A), diberikan skor 4.
b. Angket Mutu Pembelajarn PAI (Y)
Angket ini ditujukan untuk mendeskripsikan mutu pembelajaran
PAI di MTs Negeri Pemalang. Angket ini disusun berdasarkan teori
mutu dari Suharno yang menjelaskan bahwa konsep mutu terdiri dari
3 aspek yakni mutu input, proses dan output. Berikut adalah masing-
masing gambaran dari 3 aspek tersebut.
Tabel 1.3
Aspek Mutu Pembelajaran PAI
No. Aspek Nomor Butir Jumlah
1. Mutu Input Pembelajaran
a. Memiliki tujuan, dan sasaran
mutu pembelajaran yang jelas dan 1, 2, 3, 4. 4
25
terarah.
b. Sumber daya (Guru PAI) yang
siap, kompeten dan berdedikasi
tinggi.
5, 6, 7, 8. 4
c. Memiliki harapan prestasi yang
tinggi. 9, 10, 11. 3
d. Berfokus pada peserta didik. 12, 13, 14, 15. 4
2. Mutu Proses Pembelajaran
a. Efektivitas proses belajar
mengajar yang tinggi. 16, 17, 18. 3
b. Pengelolaan kelas yang efektif
dan efisien. 19, 20, 21. 3
c. Memiliki budaya mutu. 22, 23, 24, 25. 4
d. Adanya teamwork yang kompak,
cerdas, dan dinamis antara guru
dan siswa dalam pembelajaran.
26, 27. 2
e. Memiliki kewenangan/
kemandirian dalam pembelajaran. 28, 29. 2
f. Partisipasi warga madrasah yang
tinggi dalam pembelajaran. 30, 31. 2
g. Memiliki keterbukaan
(transparansi manajemen). 32, 33. 2
h. Memiliki kemauan untuk
berubah. 34, 35. 2
i. Melakukan evaluasi dan
perbaikan. 36, 37. 2
j. Responsif dan antisipatif terhadap
pembelajaran. 38, 39, 40. 3
k. Memiliki akuntabilitas dan
sustainabilitas. 41, 42. 2
3. Mutu Output Pembelajaran
a. Prestasi belajar PAI pada ranah
kognitif 43, 44, 45, 46. 4
b. Prestasi belajar PAI pada ranah
afektif 47, 48. 2
c. Prestasi belajar PAI pada ranah
psikomotorik 49, 50. 2
26
Angket disusun dengan menggunakan bentuk skala Likert, yang
di dalamnya terdapat 4 (empat) notasi pilihan jawaban dimana
masing-masing pilihan jawaban diberikan skor yang berbeda, yaitu
sebagai berikut:
1) Terlaksana dengan Maksimal (A), diberikan skor 4.
2) Terlaksana (B), diberikan skor 3;
3) Belum Terlaksana (C), diberikan skor 2; dan
4) Tidak Terlaksana (D), diberikan skor 1;
6. Validitas dan Reliabilitas
Angket yang telah disusun, diuji agar dapat diketahui apakah angket
tersebut valid dan reliabel atau tidak. Suatu alat ukur dikatakan valid apabila
alat tersebut mengukur apa yang harus diukur, sehingga mampu mencapai
tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat dan cermat.40
Sedangkan
dikatakan reliabel apabila alat tersebut memberikan hasil ukuran yang
konsisten, stabil, dan dapat dipercaya.
Validasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah construct validity
(validasi konstruk), yakni validasi yang mengacu pada suatu teori tertentu
dalam penyusunan instrumen penelitian. Dengan kata lain, angket disusun
berdasarkan aspek-aspeknya. Selanjutnya, angket yang telah dikonstruksi
berdasarkan aspek-aspek tersebut, dikonsultasikan kepada dosen
40
Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, Cet. IV (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004), hlm. 7.
27
pembimbing sebagai professional judgement. Konsultasi ini dimaksudkan
agar item yang disusun, sesuai dengan aspek-aspeknya.
Angket yang sudah direvisi, kemudian diuji di lapangan. Pengujian
tersebut dilakukan menggunakan korelasi product moment dari Karl
Pearson. Item yang memiliki angka korelasi terhadap skor item total lebih
besar dari 0,30 dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 dinyatakan
valid. Sedangkan untuk mengetahui reliabilitas skala kebermaknaan hidup
digunakan teknik koefisiensi Alpha Cronbach. Apabila indeks nilai alpha
lebih besar dari standar minimal (>0,7), maka item pernyataan tersebut
reliabel. Kedua uji di atas dilakukan dengan menggunakan bantuan program
SPSS 17.0.
7. Teknik Analisis Data
Langkah selanjutnya yang penulis tempuh setelah pengumpulan data
adalah metode analisis data. Dalam rangka menganalisis data yang telah
dikumpulkan, penulis menggunakan metode analisis regresi linear
sederhana.41
Penggunaan analisis regresi linear sederhana karena pada
penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis asosiatif/hubungan, dan
melakukan prediksi, bagaimana perubahan nilai variabel dependen apabila
nilai variabel independen dimanipulasi.
41
Sugiyono, Metode Penelitian, hal. 215.
28
I. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disusun menjadi 3 bagian, yang masing-masing
bagian disusun secara sistematis, yakni sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Bagian ini memuat halaman judul, halaman pernyataan keaslian, nota
dinas, abstrak, pedoman transliterasi, halaman kata pengantar, daftar isi,
daftar tabel, daftar gambar dan lampiran.
2. Bagian isi terdiri dari :
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka,
kerangka teoritik, hipotesis penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penulisan. Dalam bab ini, secara garis besar
merupakan keseluruhan isi pembahasan, yang memberikan
gambaran umum tesis.
BAB II : Kompetensi Pedagogik Guru dan Mutu Pembelajaran PAI
Bab ini berisi penjelasan tentang konsep kompetensi guru dan
mutu pembelajaran PAI. Pembahasan kompetensi pedagogik
guru meliputi pengertian, fungsi, indikator, dan urgensi
kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran. Sedangkan
pembahasan mengenai mutu pembelajaran PAI, meliputi
pengertian, faktor yang mempengaruhi, standar mutu, dan
indikator pembelajaran yang bermutu.
29
Bab III : Kompetensi Pedagogik Guru dan Mutu Pembelajaran PAI di
MTs Negeri Pemalang
Bab ini menjelaskan tentang hasil temuan di lapangan. Temuan
tersebut meliputi gambaran umum MTs Negeri Pemalang,
kompetensi pedagogik guru PAI, dan keadaan mutu
pembelajaran PAI di MTs Negeri Pemalang.
Bab IV : Analisis Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru terhadap Mutu
Pembelajaran PAI di MTs Negeri Pemalang
Bab ini membahas tentang analisis peneliti tentang kompetensi
guru PAI, mutu pembelajaran PAI di MTs Negeri Pemalang,
dan analisis tentang pengaruh kompetensi pedagogik guru
terhadap mutu pembelajaran PAI di MTs Negeri Pemalang.
Bab V : Penutup
Merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan, dan
saran.
3. Bagian Akhir : Bagian ini berisi tentang daftar pustaka, daftar riwayat hidup
dan lampiran-lampiran.