BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60
tahun atau lebih. Secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi
penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia
dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat seiring dengan
peningkatan usia harapan hidup. Data WHO menunjukan pada tahun 2000 usia
harapan hidup orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70
tahun dan pada tahun 2013 menjadi 71 tahun. Jumlah proporsi lansia di
Indonesia juga bertambah setiap tahunnya. Data WHO pada tahun 2009
menunjukan lansia berjumlah 7,49% dari total populasi, tahun 2011 menjadi
7,69% dan pada tahun 2013 didapatkan proporsi lansia sebesar 8,1% dari total
populasi (WHO, 2015).
Seiring dengan bertambahnya usia harapan hidup, jumlah lansia di
Indonesia cenderung meningkat. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan
bahwa penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak
14.439.967 jiwa (7,18 persen), selanjutnya pada tahun 2010 meningkat menjadi
23.992.553 jiwa (9,77 persen). Pada tahun 2020 diprediksikan jumlah lanjut
usia mencapai 28.822.879 jiwa (11,34 persen). Indonesia saat ini telah masuk
sebagai negara yang berstruktur penduduk tua sebagaimana ketentuan badan
dunia, karena jumlah penduduk lanjut usia telah mencapai lebih dari 7%.
Hubungan Gangguan Penglihatan..., DESI RAKHMAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Indonesia juga menduduki rangking keempat di dunia dengan jumlah
lansia 24 juta jiwa. Adapun provinsi di Indonesia yang paling banyak
penduduk lanjut usia adalah: Di Yogyakarta (12,48 %), Jawa Timur (9,36 %),
Jawa Tengah (9,26 %), Bali (8,77 %) dan Jawa Barat (7,09 %). Dari data
tersebut, jumlah lanjut usia terlantar di Indonesia pada tahun 2008 sebanyak
1.644.002 jiwa, tahun 2009 sebanyak 2.994.330 jiwa dan tahun 2010 sebanyak
2.851.606 jiwa (Kemenkes RI, 2016).
Berdasarkan data dari pemerintah Kabupaten Purbalingga pada tahun
2015 terdapat 115.062 lansia (12,74%) yang terdiri dari laki-laki sebanyak
56.500 lansia dan perempuan sejumlah 58.562 lansia. Data kependudukan
Desa Karangpucung pada bulan September 2016 menunjukan jumlah
penduduk Desa Karangpucung seluruhnya 2.545 jiwa yang terdiri dari
penduduk laki – laki 1.292 jiwa dan penduduk perempuan 1.253 jiwa dengan
jumlah kepala keluarga sebanyak 697 jiwa. Kemudian untuk Lansia di daerah
tersebut sekitar 375 dengan jumlah laki – laki 202 dan perempuan 173 dan
lansia yang sudah meninggal dunia sekitar 67 jiwa. Terdapat jumlah lansia 210
jiwa atau 56 % yang tinggal sendiri tanpa keluarga dan jumlah lansia yang
tinggal bersama keluarga sebanyak 96 jiwa atau 25,6 %.
Lanjut usia merupakan istilah akhir dari proses penuaan. Secara
biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan
tubuh fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
Hubungan Gangguan Penglihatan..., DESI RAKHMAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan serta sistem organ (Departemen Sosial, 2010).
Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa
lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan
seperti perubahan pada bagian wajah, tangan dan kulit. Perubahan bagian tubuh
seperti sistem syaraf yaitu otak dan isi perut yaitu limpa. Perubahan panca
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan perubahan motorik
antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar keterampilan baru.
Kemunduran fisik dan menurunnya fungsi organ dapat menyebabkan lansia
menjadi tergantung kepada orang lain. Meskipun lansia secara alamiah
mengalami penurunan dan kemunduran fisik, tetapi tidak menutup
kemungkinan lansia dapat melakukan aktivitas dan pemenuhan kebutuhan
sehari–hari secara mandiri. Ketersediaan bantuan sepanjang waktu di rumah
atau institusi layanan kesehatan atau rawatan rumah bersifat melindungi
kebutuhan lansia untuk tetap tinggal di rumahnya dan mempertahankan
kemandiriannya selama mungkin (Friedman, 2010).
Perubahan panca indera penglihatandapat dilihat dari kemampuan
fungsional dari lansia terutama kemampuan untuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari seperti berpakaian, buang air kecil atau besar, makan,
minum, mandi berjalan dan tidur, dari kemampuan tersebut maka dapat dilihat
apakah lanjut usia mandiri atau bergantung pada orang lain. Dengan
mengetahui kondisi tersebut maka orang lain dapat memberikan perlakuan
sesuai dengan masalah yang menyebabkan orang lanjut usia tergantung pada
Hubungan Gangguan Penglihatan..., DESI RAKHMAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
oranglain. Kemandirian merupakan suatu keadaan dimana seorang individu
memiliki kemauan dan kemampuan berupaya untuk memenuhi tuntutan
kehidupannya secara sah, wajar dan bertanggungjawab terhadap segala hal
yang dilakukannya, namun demikian tidak berarti bahwa orang yang mandiri
bebas lepas tidak memiliki kaitan dengan orang lain. Untuk dapat hidup
mandiri seseorang juga membutuhkan kesempatan, dukungan dan dorongan
dari keluarga serta lingkungan di sekitarnya, agar dapat mencapai otonomi
terhadap diri sendiri (Nugroho, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrawati dan Fauziah (2011)
menunjukan bahwa responden yang mengalami ketergantungan sebagian
sebanyak 61 responden (70,9%), sebanyak 23 responden (26,7%) tingkat
kemandirian dalam melakukan Activity Daily Living (ADL)secara mandiri,
sebanyak 2 responden (2,3%) tingkat kemandirian ADL ketergantungan berat.
Berdasarkan pengamatan peneliti, ketergantungan responden sangat
dipengaruhi oleh proses menua dan status kesehatan.
Penurunan fungsi indera pada lansia berupa gangguan penglihatan
dapat menjadi suatu kendala, sehingga bisa menjadi masalah dalam melakukan
aktivitas sehari-harinya secara mandiri. Menyadari bahwa gangguan
penglihatan dapat berpotensi mempengaruhi kemandirian dalam aktivitas
sehari-hari maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan
gangguan penglihatan dengan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari pada
lansia di Desa Karangpucung Kabupaten Purbalingga.
Hubungan Gangguan Penglihatan..., DESI RAKHMAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas bahwa
gangguan penglihatan mempengaruhi kemandirian dalam aktivitas sehari-hari
maka dapat dirumuskan masalah, “Adakah Hubungan Gangguan Penglihatan
dengan Kemandirian dalam Aktivitas Sehari-hari Pada Lansia di Desa
Karangpucung Kabupaten Purbalingga?”.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan gangguan penglihatan dengan kemandirian
dalam aktivitas sehari-hari pada lansia di Desa Karangpucung Kabupaten
Purbalingga.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gangguan penglihatan pada lansia di Desa Karangpucung
Kabupaten Purbalingga.
b. Mengetahui tentang kemandirian pada lansia di Desa Karangpucung
Kabupaten Purbalingga.
c. Mengetahui tentang aktivitas sehari – hari pada lansia di Desa
Karangpucung Kabupaten Purbalingga.
d. Mengetahui hubungan gangguan penglihatan dengan kemandirian pada
lansia di Desa Karangpucung Kabupaten Purbalingga.
e. Mengetahui hubungan gangguan penglihatan dengan aktivitas sehari-hari
pada lansia di Desa Karangpucung Kabupaten Purbalingga.
Hubungan Gangguan Penglihatan..., DESI RAKHMAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pengalaman dan
wawasan dalam mengembangkan penelitian dan masalah – masalah pada
lansia khususnya tentang hubungan gangguan penglihatan dengan
kemandirian dalam aktivitas sehari-hari pada lansia di Desa Karangpucung
Kabupaten Purbalingga.
2. Bagi Keluarga
Penelitian ini bermanfaat bagi keluarga untuk memberikan
pengetahuan dan pembelajaran pada anggota keluarga jika mengalami
gangguan penglihatan dengan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari pada
lansia di Desa Karangpucung Kabupaten Purbalingga.
3. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat tentang
hubungan gangguan penglihatan dengan kemandirian dalam aktivitas sehari-
hari pada lansia di Desa Karangpucung Kabupaten Purbalingga.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan referensi dan pengembangan penelitian tentang
hubungan gangguan penglihatan dengan kemandirian dalam aktivitas sehari-
hari pada lansia di Desa Karangpucung Kabupaten Purbalingga, serta
sebagai pedoman untuk melakukan intervensi pada keperawatan lansia.
Hubungan Gangguan Penglihatan..., DESI RAKHMAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
5. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
dalam pelayanan kesehatan gangguan penglihatan pada lansia di Desa
Karangpucung Kabupaten Purbalingga, serta sebagai pedoman untuk
melakukan intervensi pada keperawatan lansia.
E. PENELITIAN TERKAIT
1. Judul :“Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam
pemenuhan aktivitas sehari-hari di desa Batu Kecamatan Likupang Selatan
Kabupaten Minahasa Utara”.
Oleh :Indah, dkk (2015)
Tujuan penelitian mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan
kemandirian lansia dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari di Desa Batu
Kecamatan Likupang Selatan Kabupaten Minahasa Utara. Penelitian ini
merupakan penelitian dengan Analitik Observasional pendekatan cross
sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik random
sampling sebanyak 172 responden. Analisa data dengan menggunakan uji
chi square. Hasil uji chi square bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata
antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan
aktivitas sehari-hari. Hal tersebut ditunjukan dari dukungan keluarga berada
pada kategori baik sebanyak 44 (69.8%) responden, dan kemandirian lansia
yang sebagian besar termasuk dalam kategori baik yaitu 41 (65.1 %)
responden.
Hubungan Gangguan Penglihatan..., DESI RAKHMAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Persamaan : persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
sama-sama meneliti kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari.
Perbedaan : perbedaan dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu
gangguan penglihatan dantempat penelitian yang dilakukan di Desa
Karangpucung Kabupaten Purbalingga.
2. Judul:“Kemandirian aktivitas dasar sehari – hari deengan konsep diri pada
lanjut usia di UPT Panti Wredha Mojopahit Mojokerto”.
Oleh : Maulidia Alfiarista Sari, ( 2015 ).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Kemandirian
aktivitas dasar sehari – hari pada lanjut usia di UPT Panti Wredha
Mojopahit Mojokerto. Desain penelitian observasional dengan pendekatan
cross sectional. Populasi penelitian ini adalah lansia di UPT Panti Wredha
Mojopahit Mojokerto dengan sampel berjumlah 33 orang yang dipilih
secaraProbability Sampling atau Simple Random Sampling yang sesuai
dengan criteria inklusi. Instrument menggunakan lembar observasi Indeks
Barthel dan kuesioner konsep diri. Analisis data menggunakan uji statistic
chi square( p< 0,05 ). Hasil penelitian menunjukan bahwa ketergantungan
sangat berat sebanyak 4 orang ( 12,1%), ketergantungan berat 8 orang
(24,2%), ketergantungan ringan sebanyak 6 orang (18,2%), mandiri 5 orang
( 45,5%). Sedangkan dengan konsep diri positif sebanyak 13 orang (39,4%)
dan konsep diri negative sebanyak 20 orang ( 60,6%) . Uji statistic chi
square menunjukan adanya hubungan antara kemandirian aktivitas dasar
sehari hari dengan konsep diri pada lanjut usia.
Hubungan Gangguan Penglihatan..., DESI RAKHMAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Persamaan : persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
sama-sama meneliti kemandirian atau ketergantungan lansia.
Perbedaan : perbedaan dalam penelitian inidengan sebelumnya adalah
tempat penelitian dan variabel independent.
3. Judul : “Hubungan Fungsi Kognitif dengan Kemandirian dalam Melakukan
Aktivitas Sehari-hari pada Lansia di UPT PSLU Pasuruan”.
Oleh :Najiyatul Fadhia, dkk (2012).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan fungsi kognitif
dengan kemandirian dalam melakukan ADL pada lansia di UPT PSLU
Pasuruaan. Populasi target pada penelitian ini ialah lansia yang tinggal di
UPT PSLU Pasuruan pada saat penelitian,yaitu sejumlah 95 orang dan
populasi terjangkaunya dengan mengacu pada definisi lansia dari WHO
yaitu 91 orang. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 33
orang dengan kriteria inklusi: 1) Tingkat pendidikan minimal sekolah dasar
(SD), 2) Lansia yang dapat membaca dan menulis dan 3) Lansia yang
kooperatif dan dapat diajak berkomunikasi serta kriteria eksklusi: 1)
Kecacatan ekstremitas atas dominan karena stroke, 2) Kelumpuhan
ekstremitas atas dominan karena non-union, 3) Tuna netra atau tuna rungu
dan 4) Gangguan jiwa. Variabel dalam penelitian ini adalah fungsi kognitif
dan kemandirian dalam melakukan ADL. Pengumpulan data dalam
penelitian ini melalui kuesioner dan observasi. Kuesioner Mini-mental State
Examination (MMSE)untuk memeriksa fungsi kognitif dan observasi
langsung tingkat kemandirian responden melalui Indeks Katz. Analisis
Hubungan Gangguan Penglihatan..., DESI RAKHMAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
dengan menggunakan uji korelasi Pearson dilakukan untuk mengetahui
kekuatan hubungan dan signifikansi antara fungsi kognitif dengan
kemandirian dalam melakukan ADL pada lansia di UPT PSLU Pasuruan.
Persamaan : persamaan dalam penelitian ini adalah pada variabel
kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari pada lansia.
Perbedaan :perbedaan dalam penelitian inidengan sebelumnya adalah
tempat penelitian dan variabel independent yaitu gangguan penglihatan.
4. Judul :“The loss of independence in activities of daily living: The role of low
normal cognitive function in elderly nuns”.
Oleh :Greiner, dkk (2016)
Dalam studi ini, hasil ujian negara Mini-Mental dikisaran normal rendah
(24-27) dikaitkan dengan risiko kelebihan hilangnya kemandirian dalam
kegiatan kehidupan sehari-hari. Banyak risiko kelebihan ini pada mereka
dengan fungsi kognitif rendah normal muncul karena subset dari saudara
yang menjadi gangguan fungsi kognitif. Dengan demikian, fungsi kognitif
normal yang rendah dapat dipandang sebagai pertanda kerusakan kognitif
yang akan datang dan selanjutnya hilangnya fungsi fisik. Ada beberapa
skenario kemungkinan yang bisa menjelaskan hubungan ini. Satu skenario
adalah bahwa penurunan progresif dari rendah normal untuk gangguan
fungsi kognitif karena dementing penyakit. Skenario ini, penurunan kognitif
dimulai sebelum penilaian pertama, menempatkan individu dalam kisaran
normal rendah di penilaian itu. Penurunan fungsi kognitif kemudian
berlanjut melalui penilaian titik yang kedua, yang mana orang tersebut
Hubungan Gangguan Penglihatan..., DESI RAKHMAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
gangguan kognitif. Penurunan kognitif ini mendahului hilangnya
kemandirian dalam kegiatan kehidupan sehari-hari. Tambahan kerugian
kemerdekaan dalam kegiatan kehidupan sehari-hari bisa di antisipasi dan
mungkin dicegah melalui penggunaan mekanisme bantuan sosial dan latihan
fisik (33,34). Skenario lain adalah bahwa ada bersamaan penurunan fungsi
kognitif dan fisik karena acara dahsyat atau secara dramatis progresif,
seperti stroke. Disini, nilai rendah fungsi kognitif yang normal bisa
mencerminkan kondisi penyakit sebelumnya, seperti microinfarctions,
serangan iskemik transient atau penyakit vaskular sistemik. Penyakit-
penyakit tersebut dapat mempengaruhi individu untuk stroke berikutnya.
Persamaan: persamaan dalam penelitian ini adalah pada variabel
kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari pada lansia.
Perbedaan: perbedaan dalam penelitian inidengan sebelumnya adalah
tempat penelitian dan variabel independent yaitu gangguan penglihatan.
5. Judul : “Capability for daily activities in old people with rheumatoid
arthritis: a population based study”
Oleh: M Kauppi (2010)
Persentase orang-orang tua penduduk negara-negara Barat telah meningkat
selama beberapa dekade dan kemajuan ini diperkirakan akan terus berlanjut.
Proporsi orang berusia 75 tahun atau lebih pada populasi ini pada tahun
2008 adalah 5,3% dan itu mungkin akan 7,1% 2020 (resmi statistik kota
Kuopio, Finlandia). Warga senior sering menderita kondisi kronis, terutama
dari system.10 lokomotor 16-21 11 populasi berdasarkan data kapasitas
Hubungan Gangguan Penglihatan..., DESI RAKHMAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
fungsional tua orang sangat diperlukan dalam perencanaan sumber daya
yang dibutuhkan dalam masyarakat untuk mengurus mereka di masa depan.
Kemampuan untuk memimpin kehidupan yang independen meningkatkan
akses lebih baik ke perawatan yang baik, tetapi berkurang secara dramatis
bagi mereka dengan usia terkait menonaktifkan conditions. Meskipun
kemajuan dalam pengobatan aktif rheumatoid arthritis, penyakit dan
mungkin akan tetap penyebab utama dari beberapa tingkat kecacatan pada
population. Studi ini melibatkan sekelompok 700 orang tua di kota
Finlandia dengan populasi homogen. Hasil dapat dianggap mewakili
populasi, persentase partisipasi (86%) dalam kelompok adalah tinggi dan
subyek (601 orang) yang benar-benar diwawancarai dan belajar. Evaluasi ini
termasuk catatan medis mereka. Kemampuan fungsional dievaluasi oleh
ADL (Barthel indeks) dan IADL (Lawton dan Brody) skala, 13 14 yang
umumnya digunakan dalam studi populasi tua dan juga dalam praktek
klinis, walaupun kurang luas dalam rheumatology. Prevalensi rheumatoid
arthritis pada populasi studi ini adalah 2,5%, dan bahwa JRA 0,16%,
membawa prevalensi keseluruhan arthritis kronis (klinis rheumatoid
arthritis) hingga 2,7%. Angka-angka dapat diterima ketika sifat kronis dan
puncak insiden penyakit dan risiko kematian dini antara individu yang
terkena diambil account. Namun, frekuensi yang sedikit lebih rendah (1,7%)
sebelumnya telah dilaporkan dalam prevalensi rheumatoid arthritis di Oslo
dilaporkan menjadi hanya 1,4% pada kelompok usia 70 sampai 79 tahun
Finland.18 , tetapi angka-angka yang ada juga rendah antara muda people.
Hubungan Gangguan Penglihatan..., DESI RAKHMAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Hal utama mencari disini adalah bahwa berarti kemampuan untuk kegiatan
sehari-hari antara pasien dengan klinis rheumatoid arthritis tidak berbeda
secara signifikan dari yang di seluruh penduduk. Namun, proporsi orang
parah Cacat (Barthel indeks (25 poin) antara pasien dengan klinis
rheumatoid arthritis adalah tinggi (19%), dan distribusi mereka di Barthel
indeks dan nilai-nilai IADL adalah sedikit bipartit. Cacat parah tampaknya
dikaitkan dengan prevalensi demensia. Mungkin orang-orang dengan cacat
fisik rematik perlu kelembagaan perawatan pada keadaan sebelumnya
demensia daripada non-rheumatoid orang dengan demensia. Prevalensi
demensia tidak berbeda secara signifikan antara populasi berdasarkan kohort
dalam studi kami; dalam beberapa penelitian lain, namun, penyakit
Alzheimer telah ditemukan untuk menjadi kurang umum pada orang dengan
rheumatoid arthritis. Hal ini juga mungkin terjadi dalam sampel kami,
sebagai proporsi yang agak rendah (25%) dari rheumatoid pasien dengan
demensia Alzheimer's disease. Penyebab demensia di seluruh seri (137
pasien) telah dilaporkan sebelumnya (penyakit Alzheimer, 64 (47%);
vaskular demensia, 32 (23%); Lewy tubuh penyakit, 30 (22%); dan lain, 10
(8%)) yang berarti Barthel indeks dan IADL. Skor nilai-nilai dari semua
demensia pasien dalam seri yang 58 dan 4, respectively.
Persamaan : persamaan dalam penelitian ini adalah pada variabel
kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari pada lansia.
Perbedaan : perbedaan dalam penelitian inidengan sebelumnya adalah
tempat penelitian dan variabel independent yaitu gangguan penglihatan.
Hubungan Gangguan Penglihatan..., DESI RAKHMAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
6. Judul :“Qualitative evaluation of elderly home residents' fixed and
removable prostheses in relation to the ADL index”.
Oleh :Catovic, Adnan (2009)
Penyelidikan klinis dilakukan pada sekelompok 175 dilembagakan tua
dengan catatan asuransi gigi yang dilacak untuk 20 tahun terakhir, bagian
dari populasi lansia (n = 623) dari enam berbeda panti jompo. Kemampuan
kognitif yang cukup untuk mengerti dan bersedia menawarkan persetujuan
untuk studi yang kriteria inklusi, dilakukan oleh penduduk psikolog dari
setiap panti jompo. Kelompok terdiri dari 66 jantan dan betina 109, dengan
usia rata-rata 76,8 tahun (SD = 10.72). Evaluasi membutuhkan perawatan
khusus dilakukan bekerjasama dengan psikolog penduduk menggunakan
aktivitas sehari-hari hidup indeks 11 pada skala 1 (sepenuhnya bergantung
pada perawatan) untuk 5 (independen perawatan) dengan kriteria sebagai
berikut: kemampuan untuk memberi makan, mandi, berpakaian diri sendiri,
memuaskan kebutuhan kebersihan, independen mobilitas dan inkontinensia.
Uji Reliabilitas dirancang untuk menilai keandalan dari enam dokter gigi
berbeda. Dokter gigi memeriksa lima pokok dengan prostesis tetap dan lima
pokok dengan prostesis yang dapat dilepas dari satu panti jompo, dan
dievaluasi Karlsson 's12 dan diubah Nevalainen' s13 indeks, dua kali selama
periode 1 bulan di mana tidak ada perawatan gigi dilakukan, dan tidak ada
perubahan subyek rutinitas sehari-hari atau diet. Analisis statistik untuk
examiner intra dan antar keandalan dilakukan menurut cara yang diusulkan
oleh Slakter et al. 14 dan Fleiss et al.15. Intra-pemeriksa keandalan
Hubungan Gangguan Penglihatan..., DESI RAKHMAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
bervariasi dari 0,67 untuk 0,91, tergantung pada indeks diukur, sementara
antar pemeriksa keandalan bervariasi dari 0,53 sampai 0.88. Dua paling
konsisten penguji ditentukan oleh kesalahan standar terendah dalam
pengukuran, kehandalan pemeriksa antar mereka adalah 0.85; maka mereka
dilakukan penyelidikan lengkap.
Persamaan : persamaan dalam penelitian ini adalah pada variabel
kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari pada lansia.
Perbedaan : perbedaan dalam penelitian inidengan sebelumnya adalah
tempat penelitian dan variabel independent yaitu gangguan penglihatan.
Hubungan Gangguan Penglihatan..., DESI RAKHMAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Hubungan Gangguan Penglihatan..., DESI RAKHMAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017