BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Maksud
Mengetahui komposisi mineral dalam batuan piroklastik.
Mengetahui tekstur dalam batuan piroklastik.
Menentukan klasifikasi dan nama batuan berdasarkan deskripsi petrografis
batuan piroklastik.
1.2. Tujuan
Dapat mendeskripsikan kenampakan mikroskopis atau petrografis batuan
piroklastik.
Dapat menentukan komposisi mineral dalam batuan piroklastik.
Dapat menjelaskan Petrogenesis dari batuan piroklastik.
Dapat menentukan penamaan dan klasifikasi batuan piroklastik.
1.3. Waktu Pelaksanaan
Hari / Tanggal : Senin, 7 - 18 Oktober 2013
Waktu : 18.30 WIB (Gelombang 1)
Tempat : Laboratorium mineralogi, petrografi dan mikropaleontologi,
Teknik Geologi Universitas Diponegoro
1 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Pengertian Petrografi
Merupakan bagian dari ilmu petrologi yang mempelajari tentang deskripsi dan
klasifikasi batuan dengan menggunakan bantuan mikroskop polarisasi. Deskripsi
batuan secara petrografis, hal yang penting diperhatikan adalah identifikasi
komposisi mineral dan tekstur batuan. Pengelompokkan atau pengklasifikasian
batuan didasarkan pada hasil pengamatan tekstur dan komposisi mineralogi utama
(rock forming minerals).
( Agus Hendratno , 2005 )
2.2. Petrografi Batuan Beku
2.2.1. Pengertian Batuan Piroklastik
Menurut William (1982) batuan piroklastik adalah batuan vulkanik yang
bertekstur klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses yng berkaitan
dengan letusan gunung api, dengan material asal yang berbeda dimana material
penyusun tersebut terendapkan dan terkonsolidasi sebelum mengalami
transportasi oleh air atau es.
Berdasarkan proses keterbentukannya piroklastik dibedakan menjadi 6
tipe:
Tipe 1
Batuan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik jatuh ke darat
yang kering dengan medium udara saja, kemudian mengalami litifikasi
membentuk batuan fragmental.Jadi jatuhan piroklastik ini belum mengalami
pengangkutan.
Tipe 2
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik terangkut ke
tempat pengendapannya di daratan yang kering dengan media gas yang
2 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
dihasilkan dari magma sendiri yang merupakan aliran abu yang merupakan
onggokan aliran litifikasi dan membentuk fragmental.
Tipe 3
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang jatuh ada suatu
tubuh perairan (baik darat maupun laut) yang tenang arusnya sangat kecil,
onggokan aliran litifikasi dan membentuk batuan fragmental.
Tipe 4
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang jatuh pada
suatu tubuh perairan yang arusnya aktif (bergerak). Sebelum mengalami
litifikasi mengalami rewarking dan dapat bercampur dengan batuan lain yang
dihasilkan akan mempunyai struktur sediment basa.
Tipe 5
Bahan piroklastik yang telah jatuh sebelum mengalami pelapukan
kemudian diangkut dan diendapkan ditempat lain dengan media air. Hasilnya
batuan sedimen dengan asal-usulnya adalah bahan-bahan piroklastik,dengan
struktur sediment biasa.
Tipe 6
Bahan piroklastik yang telah jatuh sudah mengalami proses-proses
litifikasi, kemudian diendapkan kembali ke tempat yang lain. Batuan yang
dihasilkan adalah batuan sediment dengan propenan piroklastik.
(Danang Endarto, 2005)
2.2.2. Struktur Batuan Piroklastik
Seperti halnya struktur batuan beku , pada batuan piroklastik juga
dijumpai struktur antara lain :
Massif
Bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas
Vesikuler
3 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
Dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini dibagi lagi
menjadi 3 yaitu:
1. Skoriaan, bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
2. Pumisan, bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
3. Aliran, bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun
lubang-lubang gas
Amigdaloidal
Bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder.
(Danang Endarto, 2005)
2.2.3. Tekstur Batuan Piroklastik
Variasi batuan, pembundaran dan pemilihan batuan piroklastik mirip
dengan batuan sediment klastik pada umumnya. Hanya pumice-unsur tersebut
tergantung tenaga letusan, penguapan, tegangan permukaan dan pengaruh
seretan. Yang khas pada batuan piroklastik adalah bentuk batuan yang runcing
yang tajam, terutama dikenal sebagai glass hard atau gelas runcing tajam serta
adanya batu apung (pumice).
a) Tingkat Kristalisasi
Holohialin, jika seluruhnya terdiri dari gelas.
b) Granularitas
Pada batu piroklastik memilki tingkat granularitas Afanitik
apabila ukuran kristal tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang
atau ukuran kristalnya sangat halus.Gelasan (glassy) adalah batuan
beku dikatakan memiliki tekstur gelasan apabila semuanya tersusun
atas gelas.
c) Bentuk Butir
Anhedral, berbentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh bidang
kristal yang tidak sempurna.
(Danang Endarto, 2005)
4 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
2.2.4 Klasifikasi Batuan Piroklastik
1. Klasifikasi secara genetik batuan beku fragmental dibagi menjadi 4 tipe
utama, yaitu:
Pyroclastic Flow Deposits (Piroklastik Aliran )
Macam :
- block & ash flows
-scoria flows
-pumice / ash flows
Distribusi / penyebaran : di lembah / depresi; struktur : perlapisan
(graded bedding, paralel laminasi); tekstur : sortasi buruk, terdiri dari
kristal, litik, dan gelas (pumis); bagian bawah : pyroclastic surge deposits
Pyroclastic Fall Deposits (Piroklastik Jatuhan)
Jatuhan piroklastik merupakan onggokan piroklastik yang
diendapkan melalui media udara, dan terbentuk setelah material hasil
letusan dikeluarkan dari kawah, menghasilkan suatu kolom erupsi.
Sortasi yang baik pada endapan ini disebabkan oleh pemilahan oleh
udara selama mengalami proses pengendapan. Tiga tipe endapan
piroklastik jatuhan berdasarkan litologi dan proses pembentukannya adalah
sebagai berikut: (Cas and Wright, 1987)
a. Endapan Jatuhan Scoria
Endapan ini sebagian besar tersusun oleh magma yang bersifat basal-
basaltik yang vesikuler hasil aktivitas letusan Hawaiian dan Strombolian.
b. Endapan Jatuhan Pumice
Endapan ini tersusun oleh magma vesikuler dengan viskositas yang tinggi
(andesit-riolit, phonolit dan tracile) hasil aktivitas subplinian, plinian dan
ultraplinian (plinian tipe letusan)
c. Endapan Jatuhan Ash
5 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
Endapan ini terbentuk oleh letusan yang bersifat phreatomagmatik dan
preatik
2. Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan ukurannya (Schmid, 1981)
Ukuran Piroklas
Endapan piroklastik
Tefra (tak
terkonsolidasi)
Batuanpiroklastik
(terkonsolidasi)
> 64
mm
Bom, blok Lapisan bom / blok
Tefra bom atau blok
Aglomerat, breksi
piroklastik
2 – 64
mm
lapili Lapisan lapili atau
Tefra lapili
Batulapili (lapillistone)
1/16 – 2
mm
Abu/debu
kasar
Abu kasar Tuf kasar
< 1/16
mm
Abu/debu
halus
Abu/debu halus tuf halus
G
6 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
Gambar 2.1 Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan ukuran
dan bentuk piroklas penyusun
3. Klasifikasi Berdasarkan Asal-usul Fragmenya :
Juvenile pyroclasts : hasil langsung akibat letusan, membeku dipermukaan
(fragmen gelas, kristal pirojenik)
Cognate pyroclasts : fragmen batuan hasil erupsi terdahulu (dari
gunungapi yang sama)
Accidental pyroclasts : fragmen batuan berasal dari basement (komposisi
berbeda)
4. Klasifikasi berdasarkan komposisi fragmen
Menurut Williams, Turner dan Gilbert (1954), tuf dapat diklasifikasikan
menjadi :
Vitric Tuff : tuf dengan penyusun utama terdiri dari gelas.
Lithic Tuff : tuf dengan penyusun utama terdiri dari fragmen batuan.
Crystal Tuff : tuf dengan penyusun utama kristal dan pecahan-
pecahan kristal.
Gambar 2.2 Klasifikasi tuff berdasarkan komposisi butir
7 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
5. Klasifikasi Menurut H. William F.J Tunner Dan C.M Gilbert (1954)
Berdasarkan Ukuran Fragmen
William F.J Turner Dan C.M Giblert (1954) berdasarkan ukuran butir,
membagi piroklastik menjadi bom dan bongkahan apabila ukurannya lebih
besar dari 32mm;lapili (4-32mm) dan abu (<4mm) . Bom merupakan bahan
lepas yang padat saat dikeluarkan sudah berupa bahan padat akan
membentuk endapan breksi gunung api.
Siz
e
UNCONSOLIDATE
D
CONSILDATE
D
>
23
Bomb
Block
Block and ashes
Angglomerat
Volcanic
Breciass
Tuff Breceiass
4-
32
Lapili
Cinder (vecikuler)
Lapili
Cindey lapili tuft
¼-4 Coarse Ash Coarse Tuft
<
1/4
Asg or volcanic dust Tuft
(Danang Endarto, 2005)
6. Klasifikasi Menurut Pettijohn, Dengan Membandingkan Presentase Gelas
Dengan Kristal
Vitric Tuff
8 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
Mengandung 75%-100% gelas dan 0%-25% kristal
Vitric Crystal Tuff
Mengandung 50%-75% gelas dan 25%-50% kristal
Crystal Vitric Tuff
Mengandung 25%-50% gelas dan 50%-75% kristal
Crystal Tuff
Mengandung 0%-25% gelas dan 75%-100% kristal
9 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
BAB III
LEMBAR DESKRIPSI RESMI
3.1. Sayatan tipis peraga batuan nomor K3
Sayatan K3
No. Urut : 1
Perbesaran : 4 x
Kenampakan mikroskopis :
1. Tekstur Umum:
- hipokristalin
- inequigranular (faneroporfiritik)
- subhedral
2. Tekstur khusus:
- Tekstur : Vitrofirik
Deskripsi komposisi :
a. Gelasan : Berwarna pink (pengamatan nikol bersilang dengan baji
kuarsa), tidak menyerap cahaya (opaque) dan berwarna hitam
b. Kristal/ mineral :
1) Hornblende : Relief tinggi, berwarna coklat, memiliki belahan,
bentuknya prismatik.
2) Kuarsa : Gelapan bergelombang, warna colorless, bentuknya
tidak beraturan.
10 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
Kelimpahan Mineral :
Tabel 3.1 Tabel Persentase Komposisi K3
Mineral MP 1 MP 2 MP 3 Rata-rata
Kristal/mineral 45% 30% 25% 35%
Gelasan 45% 60% 45% 50%
Lithic 5% 10% 30% 15%
jumlah 100% 100% 100% 100%
Gambar :
MP1 MP2 MP3
Gambar 3.1 Sayatan K3
Petrogenesa:
Sayatan dengan non peraga K3 memiliki tekstur hipokristlin dengan
komposisi yang terdiri dari hornblende, kuara, opaq dan masa dasar yang berupa
gelasan sebesar 50% . Hal tersebut mengindikasikan bahwa batuan ini terbentuk
secara cepat.
Nama Batuan : - Rudyte (Grabau, 1924)
- Crystal tuff (Pettijhon, 1975)
- Lithic tuff (W.T.G, 1956)
- Essential (Mac Donald, 1972)
11 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
3.2. Sayatan tipis peraga batuan nomor AA 17
Sayatan AA-17
No. Urut : 2
Perbesaran : 4 x
Kenampakan mikroskopis :
1. Tekstur Umum:
- hipokristalin
- inequigranular
- subhedral
2. Tekstur khusus:
- Tekstur : Vitrofirik
Deskripsi komposisi :
a. Gelasan : Berwarna pink (pengamatan nikol bersilang dengan baji
kuarsa), tidak menyerap cahaya (opaque) dan berwarna hitam
b. Minera/ kristal :
1) Kuarsa : Gelapan bergelombang, warna colorless, bentuknya
tidak beraturan.
2) Plagioklas : Kembaran Carlsbad/Albit, warna colorless, bentuknya
prismatic, mempunyai belahan
Kelimpahan Mineral :
Tabel 3.2 Tabel Persentase Komposisi AA-17
Mineral MP 1 MP 2 MP 3 Rata-rata
Kristal/
mineral60% 60% 35% 51.7%
Gelasan 40% 40% 65% 48.3%
12 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
Litic 0% 0% 0% 0%
Jumlah100
%
100
%100% 100%
Gambar :
MP1 MP2 MP3
Gambar 3.2 Sayatan AA-17
Petrogenesa:
Sayatan dengan no peraga AA17 memiliki tekstur hipokristalin ( terdiri dari
kristal dan gelasan) berdasarkan komposisi sayatannya yang terdiri dari
plagioklas, kuarsa, opaq dan gelasan. Komposisi dominanya yaitu 48.3% gelasan
yang menandakan batuan terbentuk secara cepat.
Nama batuan : - Vitric Tuff (W.T.G, 1956)
- Crystal Vitric tuff (Pettijohn, 1975)
- Arenyte (Grabau, 1924)
- Essential (Mac Donald, 1972)
13 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
3.3. Sayatan tipis peraga batuan nomor BP 08
Sayatan BP 08
No. Urut : 3
Perbesaran : 4 x
Kenampakan mikroskopis :
1. Tekstur Umum:
- hipokristalin
- inequigranular (faneroporfiritik)
- subhedral
2. Tekstur khusus:
- Tekstur : Vitrofirik
Deskripsi komposisi :
a. Gelasan : Berwarna pink (pengamatan nikol bersilang dengan
baji kuarsa), tidak menyerap cahaya (opaque) dan berwarna hitam
b. Kristal/ mineral :
1) Kuarsa : Gelapan bergelombang, warna colorless, bentuknya
tidak beraturan.
2) Plagioklas : Kembaran Carlsbad/Albit, warna colorless, bentuknya
prismatic, mempunyai belahan
3) Hornblende : Relief tinggi, berwarna coklat, memiliki belahan,
bentuknya prismatik.
Kelimpahan Mineral :
Tabel 3.3 Tabel Persentase Komposisi BP 08
Komposisi MP 1 MP 2 MP 3 Rata-rata
14 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
Kristal/mineral 5% 5% 5% 5%
Gelasan 95% 95% 95% 95%
Lithic 0% 0% 0% 0%
jumlah 100% 100% 100% 100%
Gambar :
MP1 MP2 MP3
Gambar 3.3 Sayatan BP 08
Petrogenesa:
Pada sayatan dengan no peraga BP08 ini memiliki tekstur vitrovirik umuran
mineral yang kecil-kecil menandakan pembentukan batuan ini terjadi
dipermukaan bumi. Masa dasar yang berupa gelasan mengindikasikan batuan
terbentuk sangat cepat dan merupakan hasil erupsi eksplosif gunung api.
Nama Batuan : - Arenyte (Grabau, 1924)
: - Vitric Tuff (Pettijhon, 1975)
: - Vitric Tuff (W.T.G, 1956)
- Essential (Mac Donald, 1972)
15 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
3.4. Sayatan tipis peraga batuan nomor BP 02
Sayatan BP 02
No. Urut : 4
Perbesaran : 4 x
Kenampakan mikroskopis :
1. Tekstur Umum:
- hipokristalin
- inequigranular
- subhedral
2. Tekstur khusus:
- Tekstur : Vitrofirik
Deskripsi komposisi :
a. Gelasan : Berwarna pink (pengamatan nikol bersilang dengan baji
kuarsa), tidak menyerap cahaya (opaque) dan berwarna
hitam
b. Kristal/ mineral :
1) Kuarsa : colorless, pecahan tidak beraturan/uneven, gelapan
bergelombang
Kelimpahan Mineral :
Tabel 3.5 Tabel Persentase Komposisi BP 02
Komposisi MP 1 MP 2 MP 3 Rata-rata
Kristal/
mineral5% 5% 5% 5%
Gelasan 95 95% 95% 95%
16 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
%
Lithic 0% 0% 0% 0%
jumlah 100%100
%
100
%100%
Gambar :
MP1 MP2 MP3
Gambar 3.4 Sayatan BP 02
Petrogenesa:
Sayatan dengan no peraga BP02 ini memiliki tekstur vitrovirik dengan
komposisi mineral kuarsa dan gelasan dengan komposisi dominannya ialah
gelasan yaitu sebanyak 95% hal ini mengindikasikan batuan terbentuk di
permukaan bumi dengan pembekuann magma yang cepat.
Nama Batuan : - Lutyte (Grabau, 1924)
: - Vitric Tuff (Pettijhon, 1975)
: - Vitric Tuff (W.T.G, 1956)
- Essential (Mac Donald, 1972)
17 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
3.5. Sayatan tipis peraga batuan nomor BS 05
Sayatan BS 05
No. Urut : 5
Perbesaran : 4 x
Kenampakan mikroskopis :
1. Tekstur Umum:
- hipokristalin
- inequigranular
- subhedral
2. Tekstur khusus:
- Tekstur : Vitrofirik
Deskripsi komposisi :
a. Gelasan : Berwarna pink (pengamatan nikol bersilang dengan
baji kuarsa), tidak menyerap cahaya (opaque) dan berwarna hitam
b. Kristal/ mineral :
1) Kuarsa : Gelapan bergelombang, warna colorless,
bentuknya tidak beraturan.
2) Plagioklas : Kembaran Carlsbad/Albit, warna colorless,
bentuknya prismatic, mempunyai belahan
Kelimpahan Mineral :
Tabel 3.3 Tabel Persentase Komposisi BS 05
18 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
Mineral MP 1 MP 2 MP 3 Rata-rata
Kristal/
mineral30% 40% 40% 36.6%
Gelasan 40% 50% 40% 43.4%
Litic 30% 10% 20% 20%
jumlah100
%
100
%100% 100%
Gambar :
MP1 MP2 MP3
Gambar 3.5 Sayatan BS 05
Petrogenesa:
Sayatan dengan no peraga BS 05 memiliki tekstur hipokristalin yaitu terdiri dari
kristal dan gelasan serta tekstur yang inequigranular karena ukuran mineral yang
tidak seragam. Komposisi mineralnya lebih dominan gelasan yang menandakan
pembekuan batuannya terjadi secara cepat.
Nama Batuan : - Rudyte (Grabau, 1924)
: - Crystal Vitric Tuff (Pettijhon, 1975)
: - Vitric Tuff (W.T.G, 1954)
- Essential (Mac Donald, 1972)
19 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
3.6. Sayatan tipis peraga batuan nomor AZIZ 17
Sayatan AZIZ 17
No. Urut : 6
Perbesaran : 4 x
Kenampakan mikroskopis :
1. Tekstur Umum:
- hipokristalin
- inequigranular
- subhedral
2. Tekstur khusus:
- Tekstur : Vitrofirik
Deskripsi komposisi :
a. Gelasan : Berwarna pink (pengamatan nikol bersilang dengan
baji kuarsa), tidak menyerap cahaya (opaque) dan berwarna hitam
b. Kristal/ mineral :
1) Kuarsa : Gelapan bergelombang, warna colorless,
bentuknya tidak beraturan.
2) Plagioklas : Kembaran Carlsbad/Albit, warna colorless,
bentuknya prismatic, mempunyai belahan
Kelimpahan Mineral :
20 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
Komposi
siMP 1 MP 2 MP 3
Rata-
rata
Kristal/
mineral
2
0%
1
5%
1
5%16.7%
Gelasan75
%
8
0%
8
0%78.3%
Opaq 5% 5% 5% 5%
jumlah100
%
100
%
100
%100%
Tabel 3.5 Tabel Persentase Komposisi BP 02
Gambar :
MP1 MP2 MP3
Gambar 3.6 Sayatan AZIZ 17
Petrogenesa:
Saytan dengan no peraga AZIZ 17 memiliki tekstur hipokristalin yang terdiri
dari kristal dan gelasan serta butirannya tidak seragam. Komposisi
dominannya berupa gelasan. Dari data yang didapat maka dapat diketahui
proses pembekuannya terjadi secara cepat.
Nama Batuan : - Lutyte (Grabau, 1924)
: - Vitric Tuff (Pettijhon, 1975)
: - Vitric Tuff (W.T.G, 1956)
- Essential (Mac Donald, 1972)
21 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam praktikum petrografi acara batuan piroklastik, dilakukan pengamatan
pada sayatan tipis batuan piroklastik dengan menggunakan bantuan mikroskop
polarisasi. Pengamatan dengan mikroskop polarisasi meliputi tekstur, granularitas,
kristalisasi serta mineral utama penyusun batuan tersebut beserta persentasenya.
Pengamatan dilakukan dengan perbesaran empat kali.
Pendeskripsian sayatan batuan beku ini dilakukan dengan metode melihat 3
(tiga) media pandang dalam setiap preparat. Dalam setiap media pandang, dilakukan
pendeskripsian mineral penyusun batuan serta sebaran komposisi mineral penyusun
batuan. Tiap media pandang hasilnya akan menunjukkan jumlah komposisi mineral
yang berbeda - beda. Kemudian komposisi rata-rata mineralnya dimasukan dalam
klasifikasi batuan piroklastik Grabau (1924), Pettijohn (1975), dan WTG (1954)
sehingga mendapatkan nama batuan tersebut. Berdasarkan komposisi mineral dan
teksturnya, kita dapat mengetahui petrogenesis batuan piroklastik tersebut.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada sampel sayatan tipis
batuan piroklastik, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
4.1. Preparat K3
22 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
Tekstur pada batuan piroklastik dicirikan dengan adanya komposisi gelasan dan
dalam beberapa kasus terdapat kelimpahan mineral / kristal, sehingga tekstur batuan
ini disebut dengan hipokristalin. Teksturnya yang vitroklastik menunjukkan batuan
ini secara umum didominasi oleh kristal-kristal mineral yang terlebih dahulu yang
kemudian diikuti oleh akumulasi kristal – kristal mineral tersebut dengan material
gelasan produk vulkanik pada sekitar lubang kepundan yang selanjutnya terlontarkan
secara eksplosif dan membeku secara cepat bersama – sama.
Komponen penyusun batuan ini yang pertama adalah kristal (mineral). Mineral-
mineral yang teridentifikasi pada sayatan ini antara lain kuarsa dan hornblende.
Kuarsa memiliki sifat optik khas berupa gelapan bergelombang dengan warna
interferensi abu-abu dan relief yang rendah. Kuarsa umumnya banyak ditemukan di
semua jenis batuan karena resistansinya yang tinggi. Hornblende merupakan salah
satu mineral yang dicirikan dengan relief yang tinggi dan bentuknya memanjang.
Komposisi lain penyusun batuan piroklastik ini adalah massa gelasan yang berasal
dari magma yang membeku secara cepat, sehingga tidak cukup waktu untuk
mengalami pembentukan mineral. Selain gelas vulkanik, litik atau rock fragment juga
teridentifikasi sebagai salah satu komponen penyusun batuan piroklastik. Litik
dicirikan dengan suatu bentuk butir yang cukup prismatik yang didalamnya terdapat
pecahan-pecahan batuan dan mineral yang tidak terlalu jelas.
Berdasarkan komposisi dan tekstur batuan yang telah dijelaskan sebelumnya,
dapat diinterpretasikan batuan ini termasuk dalam tipe endapan piroklastik jatuhan.
Tipe piroklastik jatuhan dicirikan dengan komposisi massa gelasan yang
mendominasi dan komposisi mineral dan litik sebagai minoritas. Tipe endapan
piroklastik dapat dihubungkan dengan fasies gunung api untuk menginterparetasi
jarak dan juga kondisi geologi. Berdasarkan interpretasi komposisi penyusunnya, batu
ini termasuk dalam fasies distal yang dicirikan dengan komposisi gelasan yang
dominan.
23 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
Gambar 4.1 Fasies Gunungapi
Klasifikasi penamaan batuan beku didasarkan pada kelimpahan komponen
penyusunnya. Berikut merupakan kelimpahan komponen penyusun batuan piroklastik
K3 : mineral 35 % , Litik 15 % , Gelasan 50 %. Dari perhitungan diatas didapatkan
nama batuan lithic tuff (William, Turner, Gilbert : 1954) , rudyte (Grabau, 1954) ,
crystal tuff (Pettijohn, 1975)
24 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
4.2. Preparat AA 17
Tekstur pada batuan piroklastik dicirikan dengan adanya komposisi
gelasan dan dalam beberapa kasus terdapat kelimpahan mineral / kristal, sehingga
tekstur batuan ini disebut dengan hipokristalin. Teksturnya yang vitroklastik
menunjukkan batuan ini secara umum didominasi oleh kristal-kristal mineral yang
terlebih dahulu yang kemudian diikuti oleh akumulasi kristal – kristal mineral
tersebut dengan material gelasan produk vulkanik pada sekitar lubang kepundan yang
selanjutnya terlontarkan secara eksplosif dan membeku secara cepat bersama – sama.
Komponen penyusun batuan ini yang pertama adalah kristal (mineral). Mineral-
mineral yang teridentifikasi pada sayatan ini antara lain kuarsa, plagioklas, dan
mineral opak. Kuarsa memiliki sifat optik khas berupa gelapan bergelombang dengan
warna interferensi abu-abu dan relief yang rendah. Kuarsa umumnya banyak
ditemukan di semua jenis batuan karena resistansinya yang tinggi. Plagioklas
merupakan mineral feldspar yang memiliki sifat optik khas berupa kembaran albit
yang nampak seperti bendera berwarna hitam-putih menunjukkan terang maksimal
dan gelap maksimal. Mineral opak pada pengamatan petrografis berupa mineral
dengan warna hitam dan tidak berubah warnanya baik pada nikol sejajar maupun
nikol bersilang.
Komposisi lain penyusun batuan piroklastik ini adalah massa gelasan yang berasal
dari magma yang membeku secara cepat, sehingga tidak cukup waktu untuk
mengalami pembentukan mineral. Selain gelas vulkanik, litik atau rock fragment juga
teridentifikasi sebagai salah satu komponen penyusun batuan piroklastik.
Berdasarkan komposisi dan tekstur batuan yang telah dijelaskan sebelumnya,
dapat diinterpretasikan batuan ini termasuk dalam tipe endapan piroklastik jatuhan.
Tipe piroklastik jatuhan dicirikan dengan komposisi massa gelasan yang
mendominasi dan komposisi mineral dan litik sebagai minoritas. Tipe endapan
piroklastik dapat dihubungkan dengan fasies gunung api untuk menginterparetasi
jarak dan juga kondisi geologi. Berdasarkan interpretasi komposisi penyusunnya, batu
25 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
ini termasuk dalam fasies medial yang dicirikan dengan komposisi gelasan dan
mineral cukup besar.
Gambar 4.2 Fasies Gunungapi
Klasifikasi penamaan batuan beku didasarkan pada kelimpahan komponen
penyusunnya. Berikut merupakan kelimpahan komponen penyusun batuan piroklastik
AA 17 ; mineral opak 6.7% , kristal 45% , gelasan 48,3%. Dari perhitungan diatas
didapatkan nama batuan vitric tuff (William, Turner, Gilbert ; 1954) , arenyte
(Grabau, 1954) , crystall vitric tuff (Pettijohn, 1975)
26 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
4.3. Preparat BP 08
Dilihat dari kenampakan mikroskopisnya, sayatan ini terlihat memiliki
kristalinitas hipokristalin, yaitu terdiri atas gelasan dan kristal. Pada sayatan ini
terlihat tekstur khusus yaitu vitrofirik, tekstur ini merupakan tekstur khusus pada
batuan piroklastik di mana massa dasar gelasan mendominasi. Dominasi massa dasar
gelasan ini menunjukkan bahwa proses pembentukan batuan ini melalui proses
pembekuan magma yang cepat dan terjadi di permukaan bumi.
Pada pengamatan terhadap sayatan nomor BP 08 menggunakan mikroskop
polarisasi, didapatkan mineral-mineral penyusunnya yang berupa mineral kuarsa,
hornblende , massa dasar gelasan, dan mineral plagioklas. Mineral kuarsa dicirikan
dengan sifat optik colorless, gelapan bergelombang, dan bentuknya tidak beraturan.
Massa dasar gelasan dicirikan dengan kenampakan warna hitam pada penampakan
PPL dan XPL, dan berubah menjadi warna merah muda saat diamati pada
pengamatan XPL menggunakan baji kuarsa. Mineral plagioklas dicirikan dengan
kenampakan colorless, prismatic, kembaran albit, relief rendah. Serta mineral
hornblende dicirikan dengan mineral relief tinggi, berwarna coklat dan bentuknya
yang prismatic.
Batuan ini terbentuk sebagai hasil letusan eksplosif gunung api saat terjadi
erupsi. Hal ini mengakibatkan terjadi lontaran material oleh magma yang membawa
material dan mineral di lubang erupsi. Akibat adanya letusan eksplosif ini, maka
material hasil erupsi ini selanjutnya tersortasi dengan baik dan membeku secara cepat
di udara, akibatnya menghasilkan tubuh batuan yang dominan akan gelasan. Material-
material ini pada akhirnya terendapkan di daratan karena pengaruh gravitasi, dan
kemudian terkonsolidasi membentuk batuan piroklastik. Mineral penyusun yang
berupa plagioklas dan kuarsa mengindikasikan bahwa batuan ini terbentuk dari
magma yang bersifat asam.
27 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
Gambar 4.3 Fasies Gunungapi
Fasies gunung api terdiri atas empat macam, yaitu fasies sentral, fasies
proksimal, fasies medial, dan fasies distal. Fasies sentral dicirikan dengan adanya
kubah lava, breksi, agglomerate, dan batuan beku intrusi dangkal. Fasies proksimal
dicirikan oleh adanya lava, breksi tuff, dan tuff lapili. Fasies medial dicirikan dengan
adanya lahar dan tuff. Sedangkan fasies distal dicirikan dengan adanya konglomerat
dan batuan epiklastika berukuran butir pasir hingga lempung. Berdasarkan
deskripsinya, maka batuan ini terendapkan pada fasies medial, karena komposisi
batuan ini yang didominasi material berupa tuff.
Klasifikasi penamaan batuan beku didasarkan pada kelimpahan komponen
penyusunnya. Berikut merupakan kelimpahan komponen penyusun batuan piroklastik
BP 08 kristal 5% , gelasan 95%. Dari perhitungan diatas didapatkan nama batuan
vitric tuff (William, Turner, Gilbert ; 1954) , arenyte (Grabau, 1954) , vitric tuff
(Pettijohn, 1975), dan Essential (Mac Donald, 1972).
28 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
4.4. Preparat BP 02
Dilihat dari kenampakan mikroskopisnya, sayatan ini terlihat memiliki kristalinitas
holohialin, yaitu terdiri atas keseluruhan massa dasar gelasan. Pada sayatan ini
terlihat tekstur khusus yaitu vitrovirik, tekstur ini merupakan tekstur khusus pada
batuan piroklastik di mana massa dasar gelasan mendominasi. Dominasi massa dasar
gelasan ini menunjukkan bahwa proses pembentukan batuan ini melalui proses
pembekuan magma yang cepat dan terjadi di permukaan bumi.
Pada pengamatan terhadap sayatan nomor BP 02 menggunakan mikroskop polarisasi,
didapatkan mineral-mineral penyusunnya yang berupa mineral kuarsa dan massa
dasar gelasan. Mineral kuarsa dicirikan dengan sifat optik colorless, gelapan
bergelombang, dan tidak ada belahan. Sedangkan massa dasar gelasan dicirikan
dengan kenampakan warna hitam pada penampakan PPL dan XPL, dan berubah
menjadi warna merah muda saat diamati pada pengamatan XPL menggunakan baji
kuarsa
Batuan ini terbentuk sebagai hasil letusan eksplosif gunung api saat terjadi erupsi. Hal
ini mengakibatkan terjadi lontaran material oleh magma yang membawa material dan
mineral di lubang erupsi. Akibat adanya letusan eksplosif ini, maka material hasil
erupsi ini selanjutnya tersortasi dengan baik dan membeku secara cepat di udara,
akibatnya menghasilkan tubuh batuan yang dominan akan gelasan. Material-material
ini pada akhirnya terendapkan di daratan karena pengaruh gravitasi, dan kemudian
terkonsolidasi membentuk batuan piroklastik. Mineral penyusun yang berupa kuarsa
mengindikasikan bahwa batuan ini terbentuk dari magma yang bersifat asam.
29 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
Gambar 4.4 Fasies Gunungapi
Fasies gunung api terdiri atas empat macam, yaitu fasies sentral, fasies
proksimal, fasies medial, dan fasies distal. Fasies sentral dicirikan dengan adanya
kubah lava, breksi, agglomerate, dan batuan beku intrusi dangkal. Fasies proksimal
dicirikan oleh adanya lava, breksi tuff, dan tuff lapili. Fasies medial dicirikan dengan
adanya lahar dan tuff. Sedangkan fasies distal dicirikan dengan adanya konglomerat
dan batuan epiklastika berukuran butir pasir hingga lempung. Berdasarkan
deskripsinya, maka batuan ini terendapkan pada fasies distal, karena komposisi
batuan ini memiliki material-material halus.
Klasifikasi penamaan batuan beku didasarkan pada kelimpahan komponen
penyusunnya. Berikut merupakan kelimpahan komponen penyusun batuan piroklastik
BP 02 kristal 5% , gelasan 95%. Dari perhitungan diatas didapatkan nama batuan
vitric tuff (William, Turner, Gilbert ; 1954) , Lutyte (Grabau, 1954) , vitric tuff
(Pettijohn, 1975), dan Essential (Mac Donald, 1972).
30 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
4.5. Preparat BS 05
Dilihat dari kenampakan mikroskopisnya, sayatan ini terlihat memiliki
kristalinitas hipokristalin, yaitu terdiri atas sebagian kristal-kristal dan sebagian gelas.
Pada sayatan ini terlihat tekstur khusus yaitu vitrovirik, tekstur ini merupakan tekstur
khusus pada batuan piroklastik di mana massa dasar gelasan mendominasi. Dominasi
massa dasar gelasan ini menunjukkan bahwa proses pembentukan batuan ini melalui
proses pembekuan magma yang cepat dan terjadi di permukaan bumi.
Pada pengamatan terhadap sayatan nomor BS 05 menggunakan mikroskop
polarisasi, didapatkan mineral-mineral penyusunnya yang berupa mineral kuarsa,
massa dasar gelasan, mineral opaq, dan lithic. Mineral kuarsa dicirikan dengan sifat
optik colorless, gelapan bergelombang, dan bentuknya tidak beraturan.
Mineral plagioklas dengan ciri-ciri kembaran carlsbad/ albit, warna colourless dan
bentuknya prismatik. Massa dasar gelasan dicirikan dengan kenampakan warna hitam
pada penampakan PPL dan XPL, dan berubah menjadi warna merah muda saat
diamati pada pengamatan XPL menggunakan baji kuarsa. Mineral opaq diperlihatkan
dengan kenampakan warna hitam baik pada pengamatan PPL maupun XPL.
Sedangkan lithic memiliki kenampakan seperti fragmen batuan.
Batuan ini terbentuk sebagai hasil letusan eksplosif gunung api saat
terjadi erupsi. Hal ini mengakibatkan terjadi lontaran material oleh magma yang
membawa material dan mineral di lubang erupsi. Akibat adanya letusan eksplosif ini,
maka material hasil erupsi ini selanjutnya tersortasi dengan baik dan membeku secara
cepat di udara, akibatnya menghasilkan tubuh batuan yang dominan akan gelasan.
Material-material ini pada akhirnya terendapkan di daratan karena pengaruh gravitasi,
dan kemudian terkonsolidasi membentuk batuan piroklastik. Mineral penyusun yang
berupa plagioklas dan kuarsa mengindikasikan bahwa batuan ini terbentuk dari
magma yang bersifat asam.
31 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
Gambar 4.5 Fasies Gunungapi
Fasies gunung api terdiri atas empat macam, yaitu fasies sentral, fasies
proksimal, fasies medial, dan fasies distal. Fasies sentral dicirikan dengan adanya
kubah lava, breksi, agglomerate, dan batuan beku intrusi dangkal. Fasies proksimal
dicirikan oleh adanya lava, breksi tuff, dan tuff lapili. Fasies medial dicirikan dengan
adanya lahar dan tuff. Sedangkan fasies distal dicirikan dengan adanya konglomerat
dan batuan epiklastika berukuran butir pasir hingga lempung. Berdasarkan
deskripsinya, maka batuan ini terendapkan pada fasies medial, karena komposisi
batuan ini yang didominasi material berupa tuff.
Klasifikasi penamaan batuan beku didasarkan pada kelimpahan komponen
penyusunnya. Berikut merupakan kelimpahan komponen penyusun batuan piroklastik
BS 05 kristal 36.6% , gelasan 43.4% dan litic 20%. Dari perhitungan diatas
didapatkan nama batuan vitric tuff (William, Turner, Gilbert ; 1954) , Rudyte
(Grabau, 1924) , crystal vitric tuff (Pettijohn, 1975), dan Essential (Mac Donald,
1972).
32 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
4.6. Preparat AZIZ 17
Dilihat dari kenampakan mikroskopisnya, sayatan ini terlihat memiliki
kristalinitas hipokristalin, yaitu terdiri atas sebagian kristal-kristal dan sebagian gelas.
Pada sayatan ini terlihat tekstur khusus yaitu vitrovirik, tekstur ini merupakan tekstur
khusus pada batuan piroklastik di mana massa dasar gelasan mendominasi. Dominasi
massa dasar gelasan ini menunjukkan bahwa proses pembentukan batuan ini melalui
proses pembekuan magma yang cepat dan terjadi di permukaan bumi.
Pada pengamatan terhadap sayatan nomor AZIZ 17 menggunakan mikroskop
polarisasi, didapatkan mineral-mineral penyusunnya yang berupa mineral kuarsa,
massa dasar gelasan, mineral opaq, dan plagioklas. Mineral kuarsa dicirikan dengan
sifat optik colorless, gelapan bergelombang, dan tidak ada belahan. Massa dasar
gelasan dicirikan dengan kenampakan warna hitam pada penampakan PPL dan XPL,
dan berubah menjadi warna merah muda saat diamati pada pengamatan XPL
menggunakan baji kuarsa. Mineral plagioklas dicirikan dengan kenampakan
colorless, prismatic, kembaran albit, relief rendah, dan tanpa belahan. Mineral opaq
diperlihatkan dengan kenampakan warna hitam baik pada pengamatan PPL maupun
XPL.
Batuan ini terbentuk sebagai hasil letusan eksplosif gunung api saat terjadi erupsi. Hal
ini mengakibatkan terjadi lontaran material oleh magma yang membawa material dan
mineral di lubang erupsi. Batuan ini merupakan batuan yang terbentuk akibat adanya
akumulasi dari material yang sudah ada sebelumnya berupa kristal dan fragmen
batuan lain. Proses pembekuan magmanya diperkirakan berlangsung lambat,
sehingga mampu membentuk kristal-kristal. Material-material ini pada akhirnya
terendapkan di daratan karena pengaruh gravitasi, dan kemudian terkonsolidasi
membentuk batuan piroklastik. Mineral penyusun yang berupa plagioklas dan kuarsa
mengindikasikan bahwa batuan ini terbentuk dari magma yang bersifat asam.
33 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
Gambar 4.6 Fasie Gunungapi
Fasies gunung api terdiri atas empat macam, yaitu fasies sentral, fasies
proksimal, fasies medial, dan fasies distal. Fasies sentral dicirikan dengan adanya
kubah lava, breksi, agglomerate, dan batuan beku intrusi dangkal. Fasies proksimal
dicirikan oleh adanya lava, breksi tuff, dan tuff lapili. Fasies medial dicirikan dengan
adanya lahar dan tuff. Sedangkan fasies distal dicirikan dengan adanya konglomerat
dan batuan epiklastika berukuran butir pasir hingga lempung. Berdasarkan
deskripsinya, maka batuan ini terendapkan pada fasies distal, karena komposisi
batuan ini memiliki material-material halus.
Klasifikasi penamaan batuan beku didasarkan pada kelimpahan komponen
penyusunnya. Berikut merupakan kelimpahan komponen penyusun batuan piroklastik
AZIZ 17 kristal 21.7% , gelasan 78.3%. Dari perhitungan diatas didapatkan nama
batuan vitric tuff (William, Turner, Gilbert ; 1954) , Rudyte (Grabau, 1924) , crystal
vitric tuff (Pettijohn, 1975), dan Essential (Mac Donald, 1972).
34 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka dihasilkan kelimpahan
komponen penyusun batuan piroklastik K3 : mineral 35 % , Litik 15 % ,
Gelasan 50 %. Dari perhitungan diatas didapatkan nama batuan lithic tuff
(William, Turner, Gilbert : 1954) , rudyte (Grabau, 1954) , crystal tuff
(Pettijohn, 1975)
Klasifikasi penamaan batuan beku didasarkan pada kelimpahan komponen
penyusunnya. Berikut merupakan kelimpahan komponen penyusun batuan
piroklastik AA 17 ; mineral opak 6.7% , kristal 45% , gelasan 48,3%. Dari
perhitungan diatas didapatkan nama batuan vitric tuff (William, Turner,
Gilbert ; 1954) , arenyte (Grabau, 1954) , crystall vitric tuff (Pettijohn, 1975)
Klasifikasi penamaan batuan beku didasarkan pada kelimpahan komponen
penyusunnya. Berikut merupakan kelimpahan komponen penyusun batuan
piroklastik BP 08 kristal 5% , gelasan 95%. Dari perhitungan diatas
didapatkan nama batuan vitric tuff (William, Turner, Gilbert ; 1954) , arenyte
(Grabau, 1954) , vitric tuff (Pettijohn, 1975), dan Essential (Mac Donald,
1972).
Klasifikasi penamaan batuan beku didasarkan pada kelimpahan komponen
penyusunnya. Berikut merupakan kelimpahan komponen penyusun batuan
piroklastik BP 02 kristal 5% , gelasan 95%. Dari perhitungan diatas
didapatkan nama batuan vitric tuff (William, Turner, Gilbert ; 1954) , Lutyte
(Grabau, 1954) , vitric tuff (Pettijohn, 1975), dan Essential (Mac Donald,
1972).
Klasifikasi penamaan batuan beku didasarkan pada kelimpahan komponen
penyusunnya. Berikut merupakan kelimpahan komponen penyusun batuan
35 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
piroklastik BS 05 kristal 36.6% , gelasan 43.4% dan litic 20%. Dari
perhitungan diatas didapatkan nama batuan vitric tuff (William, Turner,
Gilbert ; 1954) , Rudyte (Grabau, 1924) , crystal vitric tuff (Pettijohn, 1975),
dan Essential (Mac Donald, 1972).
Klasifikasi penamaan batuan beku didasarkan pada kelimpahan komponen
penyusunnya. Berikut merupakan kelimpahan komponen penyusun batuan
piroklastik AZIZ 17 kristal 21.7% , gelasan 78.3%. Dari perhitungan diatas
didapatkan nama batuan vitric tuff (William, Turner, Gilbert ; 1954) , Rudyte
(Grabau, 1924) , crystal vitric tuff (Pettijohn, 1975), dan Essential (Mac
Donald, 1972).
5.2. Saran
Sebaiknya praktikan menguasai materi terlebih dahulu
Dalam pengamatan peraga batuan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dan
teliti
36 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I
DAFTAR PUSTAKA
Tim Asisten Praktikum Petrografi. 2013. Buku Panduan Praktikum Petrografi.
UNDIP: Semarang
Tim Asisten Praktikum Mineralogi. 2011. Buku Panduan Praktikum Mineralogi.
UNDIP: Semarang
37 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I