9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.1. Tinjauan Teoritis
Adapun hal-hal yang akan dibahas dalam tinjauan teoritis ini
adalah konsep balita, konsep gizi balita, dan konsep pengetahuan ibu tentang gizi
balita.
2.1.1 Konsep Balita
2.1.1.1 Pengertian Balita
Anak Balita adalah sebagai masa emas atau "golden age" yaitu insan
manusia yang berusia 0-5 tahun (UU No. 20 Tahun 2003), meskipun sebagian
pakar menyebut anak balita adalah anak dalam rentang usia 0-8 tahun (Kurniadi,
2012).
2.1.1.2 Tumbuh Kembang Balita
Istilah pertumbuhan dan perkembangan (tumbang) pada dasarnya
merupakan dua peristiwa yang berlainan, akan tetapi keduanya saling keterkaitan.
Pertumbuhan (growth) merupakan masalah perubahan dalam ukuran besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur
dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter). Sedangkan
perkembangan (development) merupakan bertambahnya kemampuan
(skill/keterampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
10
Dari dua pengertian tersebut di atas dapat ditarik benang merah bahwa
pertumbuhan mempunyai dampak aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan
dengan pematangan fungsi sel atau organ tubuh individu, keduanya tidak bisa
terpisahkan (Sukarmin, 2009).
Sangat mudah bagi orang tua untuk selalu mengamati pertumbuhan dan
perkembangan fisik anaknya karena hal ini hampir setiap hari orang tua bisa
melihatnya.
1. Tumbuh kembang infant /bayi umur 0-12 bulan
a. Umur 1 bulan
Fisik : berat badan akan meningkat 150-200 gr/mg, tinggi badan
meningkat 2,5 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 1,5 cm/bulan. Besarnya
kenaikan seperti ini akan berlangsung sampai bayi berumur 6 bulan.
Motorik: bayi akan mulai berusaha untuk mengangkat kepala dengan
dibantu oleh orang tua, tubuh ditengkurapkan kepala menoleh ke kiri
ataupun ke kanan refleks menghisap, menelan, menggenggam, sudah
mulai positif.
Sensoris : mata mengikuti sinar ke tengah
Sosialisasi : bayi sudah mulai tersenyum pada orang yang ada di
sekitarnya
b. Umur 2-3 bulan
Fisik : Fontanel posterior sudah menutup.
Motorik : mengangkat kepala, dada dan berusaha untuk menahannya
sendiri dengan tangan, memasukan tangan ke mulut, mulai berusaha untuk
11
meraih benda-benda yang menarik yang ada disekitarnya, bisa di
dudukkan dengan posisi punggung disokong, mulai asyik bermain-main
sendiri dengan tangan dan jarinya.
Sensoris : sudah bisa mengikuti arah sinar ke tepi, koordinasi ke atas dan
ke bawah, mulai mendengarkan suara yang didengarnya.
Sosialisasi : mulai tertawa pada seseorang, senang jika tertawa keras,
menangis sudah mulai berkurang.
c. Umur 4-5 bulan
Fisik : berat badan menjadi 2 kali lebih berat badan lahir, ngeces karena
tidak adanya koordinasi menelan saliva.
Motorik : jika didudukan kepala sudah bisa seimbang dan punggung sudah
mulai kuat, bila di tengkurapkan sudah bisa mulai miring dan kepala sudah
bisa tegak lurus, reflek primitif sudah mulai hilang, berusaha meraih benda
di sekitar dengan tangannya.
Sensoris : sudah bisa mengenal orang-orang yang sering berada di
dekatnya, akomodasi mata positif.
Sosialisasi : senang jika berinteraksi dengan orang lain walaupun belum
pernah dilihatnya/dikenalnya, sudah bisa mengeluarkan suara pertanda
tidak senang bila mainan/benda miliknya diambil oleh orang lain.
d. Usia 6-7 bulan
Fisik : berat badan meningkat 90-150 gr/minggu, tinggi badan meningkat
1,25 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 0,5 cm/bulan besarnya kenaikan
12
seperti ini akan berlangsung sampai bayi berusia 12 bulan (6 bulan kedua),
gigi sudah mulai tumbuh.
Motorik : bayi sudah bisa membalikkan badan sendiri, memindahkan
anggota badan dari tangan yang satu ke tangan yang lainnya, mengambil
mainan dengan tangannya, senang memasukkan kaki ke dalam mulut,
sudah mulai bisa memasukkan makanan ke mulut sendiri.
Sosialisasi: sudah dapat membedakkan orang yang dikenalnya dengan
yang tidak dikenalnya, jika bersama dengan orang yang belum dikenalnya
bayi akan merasa cemas (stangger anxiety), sudah dapat menyebut atau
mengeluarkan suara em.....em.....em...., bayi biasanya cepat menangis jika
terdapat hal-hal yang tidak disenangnya akan tetapi akan cepat tertawa
lagi.
e. Umur 8-9 bulan
Fisik : sudah bisa duduk dengan sendirinya, koordinasi tangan ke mulut
sangat sering, bayi mulai tengkurap sendiri dan mulai belajar untuk
merangkak, sudah bisa mengambil benda dengan menggunakan jari-
jarinya.
Sensoris: bayi tertarik dengan benda-benda kecil yang ada disekitarnya.
Sosialisasi : bayi mengambil stranger anxiety / merasa cemas terhadap
hal-hal yang belum dikenalnya (orang asing) sehingga dia akan menangis
dan mendorong serta merontah-rontah, jika dimarahi dia sudah bisa
memberikan reaksi menangis dan tidak senang mulai mengulang kata-kata
“ dada..dada” tetapi belum punya arti.
13
f. Umur 10-12 bulan
Fisik : berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi bagian atas sudah
tumbuh.
Motorik : sudah mulai belajar berdiri tetapi tidak bertahan lama, belajar
berjalan dengan bantuan, sudah bisa berdiri dan duduk sendiri, mulai
belajar akan dengan menggunakan sendok akan tetapi lebih senang
menggunakan tangan, sudah bisa bermain ci...luk...ba..., mulai senang
mencoret-coret kertas.
Sensoris : visual aculty 20-50 positif, sudah dapat membedakan bentuk.
Sosialisasi : emosi positif, cemburu, marah, lebih senang pada lingkungan
yang sudah diketahuinya, merasa takut pada situasi yang asing, mulai
mengerti akan perintah sederhana, sudah mengerti namanya sendri, sudah
bisa menyebut abi, ummi.
2. Tumbuh kembang Toddler (BATITA); umur 1-3 Tahun
a. Umur 15 bulan
Motorik kasar : sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain.
Motorik halus : sudah bisa memeganggi cangkir, memasukkan jari ke
lubang membuka kotak, melempar benda.
b. Umur 18 bulan
Motorik kasar : mulai berlari tetapi sering jatuh, menarik-narik mainan,
mulai senang naik tangga tetapi masih dengan bantuan.
14
Motorik halus : sudah bisa makan dengan menggunakan sendok, bisa
membuka halaman buku, belajar menyususn balok-balok.
c. Umur 24 bulan
Motorik kasar : berlari sudah baik, dapat naik tangga sendiri dengan kedua
kaki tiap tahap.
Motorik halus : sudah bisa membuka pintu, membuka kunci, menggunting
sederhana, minum dengan menggunakan gelas atau cangkir, sudah dapat
menggunakan sendok dengan baik.
d. Umur 36 bulan
Motorik kasar : sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju
dengan bantuan, mulai bisa naik sepeda beroda tiga.
Motorik halus : bisa menggambar lingkaran, mencuci tangannya sendiri,
menggosok gigi.
3. Tumbuh kembang pra sekolah
a. Usia 4 tahun
Motorik kasar : berjalan berjinjit, melompat, melompat dengan satu kaki,
mengangkap bola dan melemparkannya dari atas kepala.
Motorik halus : sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar, sudah
bisa menggambar kotak, menggambar garis vertikal maupun garis
horizontal, belajar membuka dan memasang kancing baju.
b. Usia 5 tahun
15
Motorik kasar : berjalan mundur sambil berjinjit, sudah dapat menangkap
dan melempar bola dengan baik, sudah dapat melompat dengan kaki
secara bergantian.
Motorik halus : menulis dengan angka-angka, menulis dengan huruf,
menulis dengan kata-kata, belajar menulis nama, belajar mengikat tali
sepatu.
Sosial emosional : bermain sendiri mulai berjurang, sering berkumpul
dengan teman sebaya, interaksi sosial selama bermain meningkat, sudah
siap untuk menggunakan alat-alat bermain.
Pertumbuhan fisik : berat badan meningkat 2,5 kg/tahun, tinggi badan
meningkat 6,75 - 7,5 cm/tahun.
2.1.2. Konsep Gizi Balita
2.1.2.1 Pengertian Gizi
Gizi adalah Ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya (penghasil energi, pembangun, memelihara dan mengatur proses
kehidupan) (Almatsier, 2010).
Gizi berasal dari bahasa Arab yaitu ghidza yang berarti makanan. Di satu
sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan di sisi lain berkaitan dengan tubuh
manusia. Sedangkan pengertian makanan adalah bahan selain obat yang
mengandung zat-zat gizi / unsur kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh
tubuh dan berguna bila dimasukkan dalam tubuh ( Almatsier, 2010 ).
2.1.2.2 Kebutuhan Gizi Balita
16
Gizi merupakan unsur yang penting dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi,
mengingat zat gizi berfungsi menghasilkan energi, membangun dan memelihara
jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh, selain itu gizi
berhubungan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas
kerja.
Zat gizi yang dibutuhkan tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral. Dalam makanan ada 5 kelompok zat gizi (Waryana, 2010),
antara lain yaitu:
a. Karbohidrat (Hidrat Arang)
Karbohidrat merupakan sumber energi yang sangat diperlukan oleh tubuh
baik hewan maupun manusia. Karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan yang
berasal dari hewan. Produk yang dihasilkan terutama dalam bentuk sederhana.
Sebagian dari gula sederhana ini kemudian mengalami polimerisasi dan
membentuk polisakarida. Bentuk dasarnya adalah glukosa semua karbohidrat
pasti akan dipecah oleh system pencernaan kita menjadi glukosa dan kemudia
diserap oleh darah untuk digunakan oleh tubuh dalam berbagai cara. Gula darah
dapat digunakan dengan segera oleh tubuh jika ada kebutuhan energi (Mitayani
dkk, 2010). Sumber karbohidrat adalah padi-padian, umbi-umbian,
roti,tepung,selai dan sebagainya (Tejasari, 2005).
b. Lemak
Lemak berfungsi sebagai penyedia energy ke-2 setelah karbohidrat.
Oksidasi lemak akan berlangsung jika ketersediaan karbohidrat telah menipis
akibat asupan karbohidrat yang rendah. Menurut sumbernya lemak di bedakan
17
menjadi lemak nabati dan lemak hewani. Lemak nabati berasal dari tumbuh-
tumbuhan seperti : kacang-kacangan, alpukat. Lemak hewani berasal dari
binatang, yaitu : telur, ikan, susu daging dan lain-lain (Tejasari, 2005).
c. Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar
tubuh sesudah air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan
oleh zat lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh
(Almatsier, 2010).
d. Vitamin
Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah
kecil dan umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Vitamin termasuk kelompok
zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan (Almatsier, 2010).
Vitamin dapat diperoleh dari sayur, buah dan biji-bijian (Tejasari, 2005).
e. Mineral
Mineral berfungsi sebagai bagian dari zat aktif dalam metabolisme atau
sebagai bagian dalam struktur sel dan jaringan, struktur tulang dan gigi,
pemindahan rangsangan syaraf, pengaturan kerja enzim dan pembekuan darah.
Mineral-mineral ini bias didapatkan dari air, susu, telur, daging, sayur (Tejasari,
2005).
2.1.2.3 Status Gizi Balita
Status gizi adalah keadaan kesehatan individu atau kelompok yang
ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat energi lain yang
18
belum diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya dapat diukur
secara antropometri (Suhardjo, 2003).
2.1.2.4 Klasifikasi Status Gizi
Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang
sering disebut reference (Ibnu Fajar et al, 2002:73). Berdasarkan Semi Loka
Antopometri, Ciloto, 1991 telah direkomendasikan penggunaan baku rujukan
World Health Organization – National Centre for Health Service (WHONCHS)
(Gizi Indonesia, Vol. XV No 2 tahun 1999). Berdasarkan baku WHONCHS status
gizi dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Gizi lebih
Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi
dan pengeluaran energi. Asupan energi yang berlebihan secara kronis akan
menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (overweight) dan obesitas.
Makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (banyak mengandung lemak atau
gula yang ditambahkan dan kurang mengandung serat) turut menyebabkan
sebagian besar keseimbangan energi yang positif ini. Selanjutnya penurunan
pengeluaran energi akan meningkatkan keseimbangan energi yang positif
(Gibney, 2008:3). Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu,
terutama di perkotaan menyebabkan perubahan dalam gaya hidup, terutama pola
makan. Pola makan berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidat, rendah
serat kasar, dan tinggi lemak sehingga menjadikan mutu makanan ke arah tidak
19
seimbang. Dampak masalah gizi lebih tampak dengan semakin meningkatnya
penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus (DM), hipertensi,
dan penyakit hati (Supriasa, 2002:12). Penanggulangan masalah gizi lebih adalah
dengan menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui pengurangan
makan dan penambahan latihan fisik. Penyeimbangan masukan energi dilakukan
dengan membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi
alkohol (Almatsier, 2010).
b. Gizi baik
Gizi baik adalah gizi yang seimbang. Gizi seimbang adalah makanan yang
dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5
kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak
kekurangan (Dirjen BKM, 2002). Sekjen Perhimpunan Dokter Gizi Medik
Indonesia (PDGMI) Dr. dr. Saptawati Bardosono (2009) memberikan 10 tanda
umum gizi baik, yaitu:
1. Bertambah umur, bertambah padat, bertambah tinggi. Tubuh dengan
asupan gizi baik akan mempunyai tulang dan otot yang sehat dan kuat
karena konsumsi protein dan kalsiumnya cukup. Jika kebutuhan protein
dan kalsium terpenuhi maka massa tubuh akan bertambah dan tubuh akan
bertambah tinggi.
2. Postur tubuh tegap dan otot padat. Tubuh yang memiliki massa otot yang
padat dan tegap berarti tidak kekurangan protein dan kalsium.
Mengonsumsi susu dapat membantu mencapai postur ideal.
20
3. Rambut berkilau dan kuat. Protein dari daging, ayam, ikan dan kacang-
kacangan dapat membuat rambut menjadi lebih sehat dan kuat.
4. Kulit dan kuku bersih dan tidak pucat. Kulit dan kuku bersih menandakan
asupan vitamin A, C, E dan mineral terpenuhi.
5. Wajah ceria, mata bening dan bibir segar. Mata yang sehat dan bening
didapat dari konsumsi vitamin A dan C seperti tomat dan wortel. Bibir
segar didapat dari vitamin B, C dan E seperti yang terdapat dalam wortel,
kentang, udang, mangga, jeruk.
6. Gigi bersih dan gusi merah muda. Gigi dan gusi sehat dibutuhkan untuk
membantu menceerna makanan dengan baik. Untuk itu, asupan kalsium
dan vitamin B pun diperlukan.
7. Nafsu makan baik dan buang air besar teratur. Nafsu makan baik dilihat
dari intensitas anak makan, idealnya yaitu 3 kali sehari. Buang air besar
pun harusnya setiap hari agar sisa makanan dalam usus besat tidak
menjadi racun bagi tubuh yang dapat mengganggu nafsu makan.
8. Bergerak aktif dan berbicara lancar sesuai umur.
9. Penuh perhatian dan bereaksi aktif
10. Tidur nyenyak
c. Gizi kurang
Menurut Moehji, S (2003:15) Gizi kurang adalah kekurangan bahan-bahan
nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan vitamin yang dibutuhkan oleh
tubuh. Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) pada tahun 1999, telah
merumuskan faktor yang menyebabkan gizi kurang seperti pada bagan di bawah
21
ini. Empat masalah gizi kurang yang mendominasi di Indonesia, yaitu (Almatsier,
2010) :
1. Kurang Energi Protein (KEP)
Kurang Energi Protein (KEP) disebabkan oleh kekurangan makan sumber
energi secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada anak-anak,
KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama
penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Pada
orang dewasa, KEP bisa menurunkan produktivitas kerja dan derajat
kesehatan sehingga rentan terhadap penyakit. Kemiskinan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya KEP, namun selain
kemiskinan faktor lain yang berpengaruh adalah kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang makanan pendamping serta tentang pemeliharaan
lingungan yang sehat (Almatsier, 2010).
2. Anemia Gizi Besi (AGB)
Masalah anemia gizi di Indonesia terutama yang berkaitan dengan
kekurangan zat besi (AGB). Penyebab masalah AGB adalah kurangnya
daya beli masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sumber zat besi,
terutama dengan ketersediaan biologik tinggi (asal hewan), dan pada
perempuan ditambah dengan kehilangan darah melalui haid atau
persalinan. AGB menyebabkan penurunan kemampuan fisik dan
produktivitas kerja, penurunan kemampuan berpikir dan penurunan
22
antibodi sehingga mudah terserang infeksi. Penanggulangannya dilakukan
melalui pemberian tablet atau sirup besi kepada kelompok sasaran.
3. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
Kekurangan iodium umumnya banyak ditemukan di daerah pegunungan
dimana tanah kurang mengandung iodium. GAKI menyebabkan
pembesaran kelenjar gondok (tiroid). Pada anak-anak menyebabkan
hambatan dalam pertumbuhan jasmani, maupun mental. Ini menampakkan
diri berupa keadaan tubuh yang cebol, dungu, terbelakang atau bodoh.
Penanggulangan masalah GAKI secara khusus dilakukan melalui
pemberian kapsul minyak beriodium/iodized oil capsule kepada semua
wanita usia subur dan anak sekolah di daerah endemik. Secara umum
pencegahan GAKI dilakukan melalui iodisasi garam dapur.
4. Kurang Vitamin A (KVA)
KVA merupakan suatu ganguan yang disebabkan karena kurangnya
asupan vitamin A dalam tubuh. KVA dapat mengakibatkan kebutaan,
mengurangi daya tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi, yang
sering menyebabkan kematian khususnya pada anak-anak. Selain itu KVA
dapat menurunkan epitelisme sel-sel kulit . Faktor yang menyebabkan
timbulnya KVA adalah kemiskinan dan minim pengetahuan akan gizi.
d. Gizi buruk
23
Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena
kekurangan asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu
lama. Anak disebut gizi buruk apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai
(selama 3 bulan berturut-turut tidak naik) dan tidak disertai tanda-tanda bahaya.
Dampak gizi buruk pada anak terutama balita:
1. Pertumbuhan badan dan perkembangan mental anak sampai dewasa
terhambat.
2. Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi.
3. Bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif.
Klasifikasi status gizi menurut WHO-NCHS (National Center of Health
Statistic) dengan skor simpangan baku (z skor) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Klasifikasi Gizi menurut WHO NCHS
Indikator Status Gizi Keterangan
Berat Badan menurut Umur
(BB/U)
Gizi Lebih
Gizi Baik
Gizi Kurang
Gizi Buruk
> 2 SD
≥ -2 SD sampai 2 SD
< -2SD sampai ≥ -3 SD
< -3 SD
Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U)
Normal
Pendek
≥ -2 SD sampai 2 SD
< -2 SD
Berat Badan menurut Tinggi
Badan (BB/TB)
Gemuk
Normal
Kurus
Kurus Sekali
> 2 SD
≥ -2 SD sampai 2 SD
< -2 SD sampai ≥ -3 SD
< -3 SD
Sumber: DepKes RI (2002:13)
24
2.1.2.5 Standar Status Gizi
Standar status gizi menurut umur (BB/U):
a. Anak Laki-Laki Umur 0-60 Bulan
Tabel 2.2
Standar Status Gizi Menurut Umur (BB/U) Anak Laki-Laki Umur 0-60
Bulan
25
26
b. Anak Perempuan Umur 0-60 Bulan
Table 2.3
Standar Status Gizi Menurut Umur (BB/U) Anak Perempuan Umur 0-60
Bulan
27
28
2.1.2.6 Penilaian Status Gizi Balita
Untuk menilai status gizi balita menggunakan indeks BB/U yang
dikonversikan dengan baku rujukan WHO-NCHS dimana status gizi dapat dibagi
pada empat kategori (Soekirman, 2002) :
1. Gizi baik bila nilai skor Z terletak antara -2 SD ≤ Z < +2 SD
2. Gizi kurang bila nilai skor Z terletak antara -3 SD ≤ Z < -2 SD
3. Gizi buruk bila nilai skor Z < -3 SD
4. Gizi lebih bila nilai skor Z ≥ + 2 SD
Keterangan : SD = Standar Deviasi
2.1.2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Soekirman menyatakan bahwa status gizi pada balita dipengaruhi oleh
beberapa faktor penyebab diantaranya penyebab langsung dan tidak langsung
(Istiono, 2009).
a. Faktor langsung
1) Asupan makanan
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Pada anak
yang mendapatkan makanan tidak cukup baik dapat menyebabkan daya tahan
ttubuhnya melemah dan mudah terserang penyakit sehingga dapat mempengaruhi
status gizi (Waryana, 2010).
2) Penyakit infeksi
Terdapat pengaruh yang cukup besar dari penyakit infeksi terhadap
keadaan gizi seseorang. Penyakit infeksi tersebut antara lain seperti diare dan
29
demam, penyakit tersebut dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan, dimana
makanan yang dikonsumsi menjadi berkurang, sehingga dapat menyebabkan
terjadinya gangguan pada status gizi (Waryono, 2010).
b. Faktor tidak langsung
1) Ketahanan pangan
Ketahanan makanan adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik
mutunya (Waryono, 2010).
2) Pola pengasuh anak
Pola pengasuh anak adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan
waktunya, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal baik fisik, mental dan sosial (Waryono, 2010).
3) Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan
Tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang
terjangkau oleh seluruh keluarga. Berkunjung ke pusat pelayanan kesehatan dan
mendapat pemantauan status gizi atau pertumbuhan (Wrayono, 2010).
4) Tingkat pendidikan
Pendidikan sangat mempengaruhi penerimaan informasi tentang gizi
masyarakat dengan pendidikan yang rendah akan lebih mempertahankan tradisi-
tradisi yang berhubungan dengan makanan sehingga sulit menerima informasi
baru di bidang gizi (Ermawati, 2006). Selain itu tingkat pendidikan juga ikut
menentukan mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan, semakin
tinggi pendidikan seseorang, akan semakin mudah dia menyerap informasi yang
30
diterima termasuk pendidikan dan informasi gizi yang akhirnya dapat mengubah
perilaku makan ke arah yang lebih baik dan dapat meningkatkan status gizi anak
balita (Ermawati, 2006). Wifandoko (2007) menyatakan bahwa peningkatan
pendidikan akan meningkatkan kesehatan gizi yang selanjutnya akan
menimbulkan sikap dan perilaku positif.
5) Tingkat pendapatan
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas
makanan, karena dengan pendapatan yang memadai dapat menyediakan semua
kebutuhan anak balita yang primer maupun yang sekunder. Pendapatan yang
meningkat akan menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran termasuk
pengeluaran untuk pangan (Paputungan 2009).
6) Pengetahuan gizi
Pengetahuan gizi Kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang
kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum disetiap negara di dunia.
Penduduk dimanapun akan berutung dengan bertambahnya pengetahuan
mengenai gizi dan cara menerapkan informasi tersebut untuk orang yang berbeda
tingkat usia dan keadaan fisiologis (Agus Krisno, 2004).
2.1.3. Konsep Pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindra manusia. Yakni indra penglihatan pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Sebelum orang melalui perilaku baru, didalam diri seseorang terjadi
31
terjadi proses berurutan yakni, Awarenes (kesadaran) dimana orang tersebut
menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus, interest
(merasa menarik) terhadap objek atau stimulus tersebut bagi dirinya. Trial yaitu
subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai pengetahuan, kesadaran dan
sikap terhadap stimulus. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).
(Notoadmojo 2010).
Pengetahuan pada hakikatnya timbul karena adanya hasrat ingin tahu pada
diri manusia. Pengetahuan yang ada pada manusia tergantung pada tingkat
pendidikan yang diperoleh baik secara formal maupun non formal, dimana tingkat
pengetahuan akan memberikan pengaruh pada cara-cara seseorang memahami
pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Selanjutnya secara tidak langsung akan
menimbulkan sikap positif. Keadaan ini dapat mencegah timbulnya perubahan
sosial budaya makan dan gaya hidup negative.
Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan
nilai pangan merupakan hal yang umum di setiap negara. Kemiskinan dan
kekurangan persediaan pangan yang bergizi, merupakan faktor penting dalam
masalah kurang gizi. Akan tetapi ada sebab lain yang tak kalah penting, yaitu
kurang pengetahuan tentang makanan bergizi atau kemampuan untuk menerapkan
informasi pangan yang diproduksi dan tersedia (Harper, 2001).
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan ibu mengenai gizi adalah apa
yang diketahui ibu tentang makanan sehat untuk golongan umur tertentu (bayi, ibu
32
hamil dan menyusui), pemilihan makanan, pengolahan makanan serta persiapan
dan penyimpanan makanan.
2.1.3.1 Makanan Sehat Untuk Golongan Umur Tertentu
Makanan sehat untuk golonan umur tertentu (Mitayani, 2010) :
1. Bayi (umur 0-12 bulan)
ASI merupakan makanan bayi yang terbaik karena :
a. ASI mengandung zat-zat gizi yang tepat sesuai dengan yang diperlukan
untuk pertumbuhan bayi serta mudah dicerna dan diserap.
b. ASI mengandung zat kekebalan yang tidak terdapat pada susu lain,
sehingga dapat melindungi bayi terhadap bahaya infeksi.
c. ASI adalah bersih, murah, segar, hangat, dan mudah dalam cara
pemberiannya.
d. Dengan menyusukan akan terjalin hubungan kasih saying antara ibu dan
anak yang sangat diperlukan untuk perkembangan mental dan kepribadian
yang baik di kemudian hari.
2. Ibu hamil
Makanan untuk ibu hamil pada dasarnya tidak banyak berbeda dari menu
sebelum hamil. Bahan pangan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhn gizi ibu
hamil harus meliputi enam kelompok, yaitu makanan yang mengandung protein,
baik hewani maupun nabati, susu dan olahannya, sumber karbohidrat baik dari
roti ataupun bijian, buah-buahan dan syuran yang tinggi kandungan vitamin C,
sayuran berwarna hijau tua, serta buah dan sayur lain.
33
3. Ibu menyusui
Berikut ini beberapa makan sehat yang zat gizi nya perlu diperhatikan oleh
ibu menyusui:
Selama menyusui ibu membutuhkan makanan sumber protein yang biasa
dikonsumsi. Sumber protein ini dapat diperoleh dari ikan, daging ayam, daging
sapi, telur, susu, dan juga tahu, tempe, serta kacang-kacangan. Serta pada asam
lemak tak jenuh ganda dapat diperoleh dari minyak jagung, minyak biji kapas
serta ikan salmon, dan ikan haring (Arisman 2004).
2.1.3.2 Pemilihan Makanan dan Pengolahan Makanan
Bahan bahan makanan yang akan diolah menjadi makanan, agar zat zat
gizinya dapat dimanfaatkan secara optimal maka yang harus diperhatikan adalah
pemilihan, penanganan dan pengolahannya. pula sanitasi atau kebersihan harus
dijaga agar jangan sampai makanan yang dibuat tercemar oleh bakteri yang
akhirnya dapat menyebabkan penyakit. Begitu pula sanitasi atau kebersihan harus
dijaga agar jangan sampai makanan yang dibuat tercemar oleh bakteri yang
akhirnya dapat menyebabkan penyakit.
a. Sayur dan buah
Dalam sayur dan buah biasanya masih mengandung bahan kimia pestisida,
yaitu untuk pembasmi tanaman. Hal ini terjadi karena petani penanam buah dan
sayur melindungi tanamannya dari gangguan hama dengan menggunakan
pestisida. Untuk itu, buah atau sayur sebelum diolah atau dikonsumsi harus dicuci
bersih dahulu.
34
1. Pemilihan sayur dan buah.
Dalam memilih bahan bahan sayuran yang harus diperhatikan adalah ciri
ciri fisik sayuran yang baik adalah sebagai berikut :
1) Sayuran harus tampak bersih tidak dalam keadaan kotor.
2) Daun sayuran tampak segar, tidak layu, kering atau memar, dan tidak
tampak adanya serangan hama.
3) Batang daunnya masih muda dan mudah dipatahkan.
Demikian pula dengan buah, buah yang baik memiliki ciri cirri sebagai
berikut :
1) Buah tampak segar, kulit permukaan tidak berkerut.
2) Kulit buah tidak cacat, sehingga dipastikan buah tidak terserang hama.
2. Pengolahan sayur dan buah
Adapun pengolahan bahan sayuran yang baik adalah sebagai berikut :
1) Gunakan sedikit mungkin air untuk merebus.
2) Air sisa rebusan jangan dibuah tapi gunakan untuk yang lain seperti sup.
3) Sayuran dimasukkan setelah air perebus mendidih, hal ini untuk
menghindari berkurangnya zat gizi yang dikandung sayuran seminimal
mungkin.
4) Sayuran sebaiknya segera diolah.
5) Memotong sayuaran jangan terlalu kecil agar kandungan zat gizinya tidak
banyak yang teroksidasi.
35
6) Hindari memasak sayuran dengan alat perebus yang terbuat dari besi,
tembaga karena secara tidak lansung akan merusak vitamin.
7) Pemberian garam yodium pada sup atau sayur, sebaiknya diberikan pada
saat makanan matang dan dingin, karena yodium akan rusak pada suhu
tinggi.
b. Ikan
Tingkat kesegaran ikan yang akan dimasak sangat berpengaruh terhadap
hasil masakan, baik penampilan, rasa, tekstur, maupun nilai gizinya.
1. Pemilihan Ikan
Pemilihan ikan yang segar harus dilakukan apabila kita akan
mengkonsumsi ikan sebagai lauk. Ciri ciri ikan segar adalah sebagai berikut :
1) Mata cembung. Selaput mata jernih, dan pupil berwarna hitam.
2) Insang berwarna merah, tidak berlendir, tidak berbau busuk.
3) Warna kulit belum pudar, sisik melekat kuat .
4) Dagingnya terasa kenyal, bila ditekan segera pulih.
5) Berbau khas ikan segar, tidak anyir/ pesing.
2. Pengolahan Ikan
Ikan untuk anak balita sebaiknya jangan digoreng, tetapi dikukus agar
kandungan asam lemak pada ikan yang sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang
otak si kecil tidak rusak. Nutrisi ikan akan rusak apabila dipanaskan dengan
penambahan lemak seperti minyak.
36
c. Daging
Daging merupakan bahan yang mudah rusak, karena komposisi gizinya
yang baik untuk manusia juga baik bagi mikro- organisme, sehingga mudah
terjadi pencemaran permukaan daging oleh mikroorganisme. Penyimpanan pada
suhu rendah mampu memperlambat kecepatan berkembangnya pencemaran pada
daging.
1. Pemilihan daging yang baik
Daging yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Warna merah cerah dan ada lapisan lemak, semakin tua warna daging,
semakin alot teksturnya
2) Baunya segar, tidak busuk
3) Tekstur daging yang lunak dan elastis.
4) Pori-pori tulang terisi cairan daging warna merah muda.
2. Pengolahan Daging
Proses pengolahan dapat menyebabkan kerusakan protein pada daging.
Vitamin yang mudah rusak pada daging adalah tiamin. Kerusakan dipengaruhi
oleh waktu dan suhu pada saat memasak. Pada proses pengolahan jangan terlalu
lama dan pada suhu yang cukup, sehingga daging yang diolah hancur hancur/
lembut dan serat daging masih nampak terlihat. Untuk penyajian pada si kecil
apabila ingin dihaluskan disarankan menggunakan blender sebagai penghalus.
2.1.3.3 Persiapan dan penyimpanan makanan
Pada saat mempersiapkan makanan, kebersihan makanan perlu mendapat
perhatian khusus. Makanan yang kurang bersih dan sudah tercemar dapat
37
menyebabkan diare atau cacingan pada anak. Begitu juga dengan si pembuat
makanan dan peralatan yang dipakai seperti sendok, mangkok, gelas, piring dan
sebagainya sangat menentukan bersih tidaknya makanan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam mempersiapkan dan menyimpan makanan adalah (Soenardi,
2000) :
1) Simpan makanan dalam keadaan bersih, hindari pencemaran dari debu dan
binatang.
2) Alat makan dan memasak harus bersih.
3) Ibu atau anggota keluarga yang memberikan makanan harus mencuci
tangan dengan sabun sebelum memberi makan.
4) Makanan selingan sebaiknya dibuat sendiri.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh sanjaya (2000) juga disebutkan
bahwa sebagian anak dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah
mempunyai daya adaptasi yang tinggi sehingga mampu tumbuh dan kembang,
dan salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah pengetahuan ibu tentang gizi
dan kesehatan. Hal ini senada dengan yang dianggap oleh Berg (1986), bahwa
sekalipun daya beli merupakan halangan yang utama, tetapi sebahagiaan
kekurangan gizi akan bisa diatasi kalau orang tua tahu bagaimana seharusnya
memanfaatkan segala sumber yang dimiliki.
2.3.1.1.Tingkat Pengetahuan Gizi ibu
Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi
didasarkan pada tiga kenyataan yaitu:
38
1) Status gizi cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.
2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya
mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh
yang optimal.
3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat
belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi. (Suhardjo,
2003 ).
2.3.1.2 Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Nursalam (2008) kriteria untuk menilai dari tingkatan
pengetahuan menggunakan nilai :
1) Tingkat pengetahun baik bila skor atau nilai 76-100%
2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75%
3) Tingkat pengetahuan cukup kurang bila skor atau nilai ≤ 56%
2.1.4 Upah Minimum
Upah Minimum adalah suatu penerimaan bulanan minimum (terendah)
sebagai imbalan dari pengusaha kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa
yang telah atau akan dilakukan dan dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang
yang ditetapkan atas dasar suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan
serta dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan
karyawan termasuk tunjangan, baik karyawan itu sendiri maupun untuk
keluarganya. Sebagaimana yang telah diatur dalam PP No. 8/1981 upah minimum
dapat ditetapkan secara minimum regional, sektoral regional maupun subsektoral,
39
meskipun saat ini baru upah minimum regional yang dimiliki oleh setiap daerah.
Dalam hal ini upah minimum adalah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap.
Menurut Undang Undang No 13 tahun 2003 disebutkan bahwa upah
minimum hanya ditujukan bagi pekerja dengan masa kerja 0 (nol) sampai dengan
1 (satu) tahun. Dari definisi tersebut, terdapat dua unsur penting dari upah
minimum (Sumarsono, 2003) yaitu adalah:
a) Upah permulaan adalah upah terendah yang harus diterima oleh buruh pada
waktu pertama
kali dia diterima bekerja.
b) Jumlah upah minimum haruslah dapat memenuhi kebutuhan hidup buruh
secara minimal
yaitu kebutuhan untuk sandang, pangan dan keperluan rumah tangga.
Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2013 telah ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah masing-masing Provinsi yang bersangkutan. Saat ini, sudah
ada 11 Provinsi yang sudah menetapkan Upah Minimum Provinsi masing-masing.
Rata-rata kenaikan UMP tahun 2013 adalah sebesar 18, 32%. Kenaikan UMP
tahun ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan rata-rata kenaikan UMP tahun
2012 yang hanya sebesar 10, 27%. Berikut adalah daftar 33 Provinsi yang sudah
menetapkan Upah Minimum Provinsi beserta Surat Keputusan Gubernur dari
masing-masing Provinsi.
Upah Minimum Provinsi Gorontalo pada tahun 2012 Rp. 837,500 dan
pada tahun 2013 Rp.1,175,000 dengan SK. Gubernur Gorontalo No.
433/12/XI/2012 dan tanggal ditetapkan SK yaitu 26 November 12.
40
2.2 Kerangka Teori
Gambar : 2.1 kerangka Teori Penelitian (Supariasa, 2002)
2.3 Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini digunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pengetahuan yang
meliputi pendidikan dan sosial ekonomi sedangkan variabel terikat dalam
penelitian ini yaitu status gizi.
Variabel Independen Variabel Dependen
Keterangan: : Variabel yang di teliti
: Garis penghubung
Gambar : 2.2 Kerangka Konsep
- Pengetahuan Ibu
- Pendidikan
- Sosial ekonomi
Status Gizi
Balita
Kekurangan Gizi Anak
Asupan makanan Penyakit Infeksi
Ketidak cukupan
persediaan pangan
Pelayanan kesehatan
dasar tidak memadai
lingkungan Pola Asuh
/perawatan
tidak memadai
1) Kemiskinan
2) Kurang pendidikan
3) Kurang keterapilan
krisis ekonomi
41
2.4. Hipotesis
Hipotesis : Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi
balita di Puskesmas Tilote Kabupaten Gorontalo tahun 2013.