5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Model Pembelajaran
2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merancang dan
melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran juga dapat dimaknai
sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang
bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau
di tempat lain yang melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran.
Brady (dalam Aunurrahman, 2011:146), mengemukakan bahwa model
pembelajaran dapat diartikan sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk
membimbing guru didalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.
Joyce & Weil (dalam Rusman, 2011:133), berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-
bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih
model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Agus Suprijono (2009:46) Model pembelajaran adalah pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran di kelas.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
adalah perangkat rencana atau pola yang digunakan sebagai teknik untuk
merancang, mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.
6
2.1.1.2 Pengertian Model Pembelajaran Examples Non Examples
Afrisanti Lusita (2011) mengemukakan bahwa model pembelajaran Ex-
amples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh.
Contoh-contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan.
Model Pembelajaran Examples Non Examples adalah salah satu teknik
yang dapat digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Dalam examples
non examples komponen utama adalah digunakannya media gambar dalam
mendukung proses pengajaran. Model ini terdiri atas dua komponen yaitu, exam-
ples dan non examples. Examples merupakan contoh yang diberikan oleh guru
melalui media gambar yang harus dipahami oleh peserta didik, sedangkan non
examples merupakan contoh yang tidak terdapat pada gambar, sehingga peserta
didik dituntut untuk mencari dan mengembangkan bagian yang tidak terdapat
pada gambar.
Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non Examples ini lebih
menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di
kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan
aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti;
kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan, dan
kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya. Model Pembelajaran Examples
Non Examples menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun
yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas
dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga
melihat dengan jelas.
Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak
konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari
melalui definisi konsep itu sendiri. Examples and Non Examples adalah taktik
yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan
untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri
dari Examples dan Non-Examples dari suatu definisi konsep yang ada, dan
meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang
ada. Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan
7
suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-examples memberikan
gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang
dibahas.
Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian model pembelajaran
examples non examples, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran examples
non examples adalah model pembelajaran dengan menggunakan media gambar
untuk di analisis oleh siswa dan menghasilkan diskripsi singkat dari suatu materi
pelajaran menekankan kemampuan siswa untuk menganalisis sebuah konsep dari
contoh dan non contoh yaitu dari contoh materi yang dibahas dan bukan contoh
dari suatu materi yang dibahas.
Pengertian Model Examples Non Examples menurut peneliti adalah
suatu pembelajaran yang dilakukan guru dengan menghadirkan contoh kongkrit
berupa gambar-gambar dari suatu materi yang dipelajari siswa. Sehingga siswa
dapat mempelajari materi dengan lebih jelas dan mudah dipahami dan akan
membuat siswa tidak menjadi jenuh atau bosan dalam mengikuti pelajaran.
2.1.1.3 Keuntungan Model Pembelajaran Examples Non Examples
Menurut Buehl (Depdiknas, 2007:219) mengemukakan keuntungan
Model Examples Non Examples, yaitu:
1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk
memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih
kompleks.
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong
mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari
examples dan non examples.
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik
dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non examples yang
dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu
karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples.
8
2.1.1.4 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Examples Non Examples
a) Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran Examples Non
Examples dalam Afrisanti Lusita (2011: 83) adalah:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperhatikan / menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar dan hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
Kebaikan Model Examples Non Examples adalah:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekuranga model Examples Non Examples adalah:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
b) Langkah-langkah pembelajaran dalam pembelajaran Examples Non Examples
dalam Agus Suprijono (20011: 125) adalah sebagai berikut:
1. Persiapkan gambar, diagram atau tabel sesuai materi bahan ajar dan
kompetensi.
2. Sajikan gambar ditempel atau pakai OHP.
3. Dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian. Diskusi kelompok
4. mengenai gambar yang di sajikan.
5. Presentasi hasil kelompok.
6. Bimbingan kesimpulan.
7. Evaluasi.
8. Refleksi
9
Berdasarkan langkah-langkah model Examples Non Examples dalam
pembelajaran yang di jelaskan oleh kedua ahli secara keseluruhan belum
dikelompokkan tentang kegiatan pada tahap persiapan, pada tahap pelaksanaan
dimana tahap pelaksanaan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan dan kegiatan
akhir. Untuk tahap persiapan sudah jelas dari kedua pendapat bahwa pada tahap
ini merupakan pemilihan alat peraga gambar yang akan digunakan yang sesuai
dengan materi dan tujuan pembelajaran yang akan di ajarkan. Pada tahap
pelaksanaan meliputi ketrampilan siswa dalam menganalisis sebuah konsep
dengan menggunakan media gambar. Langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan model examples non examples dengan terstruktur dan terencana
yaitu sebagai berikut:
Tahap persiapan, meliputi:
a. Memilih SK, KD dan Indikator sesuai dengan kurikulum yang diguna-
kan
b. Menentukan tujuan pembelajaran, menyiapkan materi, menyiapkan in-
stumen dalam format RPP.
c. Mempersiapkan alat peraga sesuai materi pembelajaran
Tahap pelaksanaan, meliputi:
a. Kegiatan Awal
1. Guru memberi salam, berdo’a, dan mengabsen siswa.
2. Pengkondisian kelas dan memberikan apersepsi dan motivasi.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
4. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
5. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok 2-3 siswa.
6. Guru membagikan gambar kepada masing-masing kelompok.
a. Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan materi yang akan di pelajari.
2. Guru memberikan gambar-gambar kepada kelompok untuk dianalisis.
3. Guru meminta siswa berdiskusi.
10
4. Guru meminta perwakilan kelompok untuk ke depan membacakan
hasil diskusi didepan kelas.
5. Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan dari hasil kegiatan
diskusi yang telah dilakukan.
6. Mulai dari komentar/ hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan ma-
teri sesuai tujuan yang ingin dicapai.
c. Kegiatan Akhir
1. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang
telah dilakukan.
2. Guru bersama siswa merefleksi pembelajaran.
3. Siswa mengerjakan evaluasi.
4. Guru menutup pembelajaran.
2.2 IPA
2.2.1 Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengeta-
huan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP
(Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan mem-
bahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan
pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan
bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran
IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan
melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara
produk sains ditemukan.
IPA disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya.
Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri
khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan adalah me-
11
rupakan himpunan fakta serta aturan yang yang menyatakan hubungan antara satu
dengan lainnya. Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini.
a. IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat
dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan
prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.
b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-
gejala alam.
c. IPA merupakan pengetahuan teoritis. Teori IPA diperoleh atau disusun
dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi
dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara
yang lain.
d. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan. Dengan
bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil
eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan
observasi lebih lanjut (Depdiknas, 2006).
IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap. Produk
dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur
pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan,
penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan,
pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan
kesimpulan.
2.2.2 Tujuan IPA
Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
12
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
2.2.3 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan ling-
kungan sekitanya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu mengutamakan
peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga pembelajaran yang terjadi
adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator
dalam pembelajaran tersebut. Guru berkewajiban untuk meningkatkan pengala-
man belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA. Tujuan ini tidak ter-
lepas dari hakikat IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Oleh sebab itu,
pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat.
Asy’ari, Muslicah (2006:25) memaparkan beberapa prinsip pembelajaran IPA di
SD sebagai berikut:
1. Empat Pilar Pendidikan Global, yang meliputi learning to know, learning
to do, learning to be, learning to live together. Learning to know, artinya
dengan meningkatkan interaksi siswa dengan lingkungan fisik dan
sosialnya diharapkan siswa mampu membangun pemahaman dan penge-
tahuan tentang alam sekitarnya. Learning to do, artinya pembelajaran
IPA tidak hanya menjadikan siswa sebagai pendengar melainkan siswa
diberdayakan agar mau dan mampu untuk memperkaya pengalaman be-
lajarnya. Learning to be, artinya dari hasil interaksi dengan lingkungan
siswa diharapkan dapat membangun rasa percaya diri yang pada akhirnya
13
membentuk jati dirinya. Learning to live together, artinya dengan adanya
kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu akan membangun pe-
mahaman sikap positif dan toleransi terhadap kemajemukan dalam ke-
hidupan bersama.
2. Prinsip Inkuiri, prinsip ini perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA
karena pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang
alam sekitar penuh dengan fakta atau fenomena yang dapat merangsang
siswa ingin tahu lebih banyak.
3. Prinsip Konstruktivisme. Dalam pembelajaran IPA sebaiknya guru dalam
mengajar tidak memindahkan pengetahuan kepada siswa. Melainkan
perlu dibangun oleh siswa dengan cara mengkaitkan pengetahuan awal
yang mereka miliki dengan struktur kognitifnya.
4. Prinsip Salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, masyarakat). IPA
memiliki prinsip-prinsip yang dibutuhkan untuk pengembangan
teknologi. Sedang perkembangan teknologi akan memacu penemuan
prinsip-prinsip IPA yang baru.
5. Prinsip pemecahan masalah. Pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip
ini agar siswa terlatih untuk menyelesaikan suatu masalah.
6. Prinsip pembelajaran bermuatan nilai. Pembelajaran IPA perlu dilakukan
secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan atau
kontradiksi dengan nilai-nilai yang diperjuangkan masyarakat sekitar.
7. Prinsip Pakem (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan).
Prinsip ini pada dasarnya merupakan prinsip pembelajaran yang berori-
entasi pada siswa aktif untuk melakukan kegiatan baik aktif berfikir
maupun kegiatan yang bersifat motorik.
Ketujuh prinsip itu perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA yang
kontekstual di SD. Hal ini bertujuan agar pembelajaran IPA lebih bermakna dan
menyenangkan bagi siswa, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa maksimal.
14
2.3 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar didefinisikan sebagai hasil yang diperoleh siswa setelah ia
melakukan proses belajar mengajar tertentu atau setelah ia menerima pengajaran
dari seorang guru (Tabrani Ruysan dalam Herlina, 2008:24). Senada dengan itu,
menurut Sudjana (dalam Herlina, 2008:24), mengatakan bahwa hasil belajar me-
rupakan akibat dari suatu proses belajar.
Menurut Hamalik (2002), hasil belajar adalah tingkat keberhasilan murid
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk
angka atau skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran
tertentu. Menurut Dimyati (2002), hasil belajar merupakan hasil dari suatu in-
teraksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
hasil yang diperoleh siswa dari hasil tes atau evaluasi setelah proses belajar men-
gajar yang dinyatakan dalam bentuk angka atau skor.
2.3.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Pencapaian hasil belajar yang optimal dipengaruhi oleh banyak faktor,
yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Slameto, 2010):
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang
berasal dari dalam diri siswa. Faktorn intern terbagi menjadi tiga, yaitu faktor
jasmaniah, faktor fsikologis, dan faktor kelelahan.
a. Faktor Jasmaniah
Faktor jasmaniah yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari
dua, yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh.
1) Faktor Kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya
terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat,
mudah pusing, ngantuk jika badan lemah, dan kelainan – kelainan
fungsi alat indera lainnya.
15
2) Faktor Cacat Tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi hasil belajar, siswa
yang cacat maka belajarnya juga akan terganggu. Jika hal ini terjadi,
hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus.
b. Faktor Fsikologis
Ada tujuh faktor yang termasuk ke dalam faktor fsikologis yang
mempengaruhi hasil belajar, yaitu:
1) Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang
baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-
konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan
mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap
kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama siswa yang mempunyai
tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang
mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
2) Perhatian
Untuk menjamin hasil belajar yang baik, siswa harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. jika bahan
pelajaran tidak menjadi perhatian, maka timbullah kebosanan sehingga
siswa tidak suka lagi belajar
3) Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa
tidak akan belajar dengan sebaik – baiknya karena tidak ada daya tarik
baginya.
4) Bakat
Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai bakatnya,
maka hasil belajar lebih baik karena ia belajar dan pastilah selanjutnya
ia lebih giat lagi dan pada akhirnya akan mencapai hasil belajar yang
memuaskan.
16
5) Motif
Dalam proses belajar mengajar, haruslah diperhatikan apa yang
dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya
mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang menunjang belajarnya.
6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat–alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru. Belajar akan lebih berhasil jika anak siap (matang).
Jadi, kemajuan untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari
kematangan siswa.
7) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau
bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, jika
siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya
akan lebih baik.
c. Faktor Kelelahan
Faktor kelelahan ada dua, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani. Kelelahan jasmani dapat terlihat dengan lemah lunglainya tubuh
dan timbulnya kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan
kelemahan rohani dapat dilihat dengan adanya kebosanan, sehingga minat
dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang
berasal dari luar diri siswa, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor
masyarakat.
a) Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:
cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah
tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
17
1) Cara Orang Tua Mendidik
Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya,
misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anak-anak mereka,
tidak memperhatikan sama sekali kepentingan dan kebutuhan anak
dalam belajar, tidak menyediakan kelengkapan belajar anak, dan lain–
lain yang dapat menyebabkan anak tidak/kurang dalam belajar.
2) Relasi Antar Anggota Keluarga
Wujud relasi itu misalnya, apakah hubungan dalam keluarga
penuh kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian,
sikap yang terlalu keras, bersikap acuh tak acuh. Demi kelancaran dan
keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam
keluarga.
3) Suasana Rumah Tangga
Suasana rumah yang tegang, ribut, sering cekcok, pertengkaran
antaranggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebakan anak
bosan dirumah, suka keluar rumah, akibatnya anak malas belajar.
4) Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan
keberhasilan belajar anak. Anak yang sedang belajar, selain harus
terpenuhi kebutuhan pokoknya seperti makan, pakaian, perlindungan,
kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar,
alat–alat tulis, buku – buku, penerangan dan lain-lain. Fasilitas tersebut
hanya dapat terpenuhi jika keluarga memilki cukup uang.
b) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang meliputi keberhasilan belajar siswa, meliputi:
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar
pelajaran di atas ukuran, gedung sekolah, dan metode mengajar guru.
18
c) Faktor Masyarakat
Faktor masyarakat yang mempengaruhi hasil belajar siswa
meliputi: kesiapan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul,
dan bentuk kehidupan masyarakat.
2.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Adi Kusuma, Sofyan, 2011; Pen-
garuh penggunaan model Examples Non Examples terhadap hasil belajar IPS
siswa kelas III SDN Blotongan 03 kecamatan Sidorejo kota Salatiga semester II
tahun pelajaran 2010/2011. Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen SatyaWacana
Salatiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa
kelompok eksperimen yaitu 79.75 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata
hasil belajar siswa kelompok kontrol yaitu 67.63. Dari hasil uji hipotesis yang di-
lakukan diperoleh nilai sig. 0,000 maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga da-
pat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar IPS siswa kelas III SD Negeri Blotongan 03 dengan menggunakan model
examples non examples dengan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Negeri Blo-
tongan 03 dengan model ceramah, maka treatment yang diberikan dapat berpenga-
ruh signifikan.
Meirina Dwita Setyowati (2009) Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Model Examples Non Examples dalam Numbered Heads Together (NHT) untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII-B SMP Negeri
2 Sukorejo Pasuruan. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi
belajar siswa yaitu dengan peningkatan rata-rata persentase motivasi belajar dan
taraf keberhasilan tindakan dari 63,75% (cukup) pada siklus I menjadi 82,15%
(baik) pada siklus II. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan persentase
ketuntasan belajar, yaitu: a) post tes I ke post tes II meningkat 2,44 % pada siklus
I dan post tes III ke post tes IV meningkat 4,77 % pada siklus II, dan b) tes akhir
siklus meningkat dari sebelum tindakan yaitu 71,43% menjadi 83,33% pada siklus
I, kemudian meningkat lagi menjadi 92,86% pada siklus II. Berdasarkan hasil pe-
19
nelitian disimpulkan bahwa model pembelajaran Examples Non Examples dalam
Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
biologi siswa kelas VII-B SMP Negeri 2 Sukorejo, oleh karena itu disarankan un-
tuk menggunakan pembelajaran kooperatif model Examples Non Examples dalam
Numbered Heads Together (NHT) pada pokok bahasan maupun jenjang pendidi-
kan yang berbeda.
Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan di atas, penggunaan alat
Metode Examples Non Examples pada dasarnya dapat meningkatkan hasil belajar
siswa secara berkala. Hal itu menunjukkan adanya perubahan pada hasil belajar
siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa yang penyajikan materi pelajaran oleh
guru dengan menggunakan Model Examples Non Examples. Dari hasil penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya peneliti muncul suatu pertanyaan apakah
penggunaan alat peraga pada pelajaran itu menunjukkan perubahan yang signifi-
kan karena yang dilakukan pada penelitian sebelumnya adalah dilakukannya pem-
belajaran secara bertahap (bersiklus) sampai benar-benar meningkat, oleh karena
itu peneliti akan melakukan penelitian experimen dan pengujian apakah terdapat
pengaruh yang signifikan pada hasil belajar siswa dengan menggunakan Model
Examples Non Examples dalam penelitian experimen.
2.5 Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam hasil belajar adalah dari
faktor model pembelajaran yang digunakan yang berpengaruh terhadap hasil bela-
jar anak karena model pembelajaran sangat penting dalam keberhasilan seseorang
dalam belajar.
Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan hasil belajar antara ke-
las kontrol dan kelas eksperimen dimana kelas kontrol pembelajaran dilakukan
seperti biasa guru kelas mengajar dan kelas eksperimen pembelajaran dilakukan
dengan menggunakan model examples non examples. Untuk pretest diambil dari
alat evaluasi pada kelas uji coba dan hasil pretest kedua kelas (kelas kontrol dan
20
kelas eksperimen) di uji beda rata-rata tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan. Kemudian dilakukan pembelajaran yang menggunakan metode
examples non examples pada kelas eksperimen dan pembelajaran secara konven-
sional pada kelas kontrol, hasil belajar dari kedua kelompok di lakukan uji beda
rata-rata apakah penggunaan metode examples non examples berpengaruh yang
signifikan terhadap rata-rata hasil belajar siswa. Apabila dilihat dalam bagan akan,
terlihat pada bagan berikut.
Bagan Kerangka Berfikir
2.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian kajian teori dan karangka berfikir diatas dapat ditarik
hipotesis dalam penelitian sebagai berikut:
Ada perbedaan pengaruh model pembelajaran examples non examples dengan
pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN
Mangunsari 04 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran
2011/2012.
Terdapat pengaruh yang
signifikan dengan
menggunakan model
pembelajaran Examples
Non Examples dimana hasil
belajar kelas eksperimen
lebih tinggi dari kelas
kontrol
Kelas
kontrol Pretest
Pembelajaran
seperti biasa
yang dilakukan
guru kelas
(konvensional)
Posttest
Posttest
Kelas
eksperimen Pretest
Pembelajaran
dengan Model
Examples Non
Examples