17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran Tematik Integratif
2.1.1.1 Pengertian
Permendikbud No. 57 Tahun 2014 mengartikan pembelajaran
tematik adalah salah satu model pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta
didik Pembelajaran terpadu didefinisikan sebagai pembelajaran
yang menghubungkan berbagai gagasan, konsep, keterampilan, sikap,
dan nilai, baik antar mata pelajaran maupun dalam satu mata
pelajaran. Pembelajaran tematik memberi penekanan pada pemilihan
suatu tema yang spesifik yang sesuai dengan materi pelajaran,
untuk mengajar satu atau beberapa konsep yang memadukan berbagai
informasi (Permendikbud No. 57 Tahun 2014).
Pembelajaran tematik integratif menurut Rusman (2012: 254)
merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang merupakan
suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara
individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep
serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan
otentik.Sedangkan menurut Sukmadinata (2004: 197) lebih
memandang pembelajaran tematik sebagai suatu model pembelajaran
dengan fokus pada bahan ajaran. Bahan ajaran disusun secara terpadu
dan dirumuskan dalam bentuk tema-tema pembelajaran. Tema yang
dimaksud adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi inti
pembicaraan. Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak
keuntungan, di antaranya: (1) Peserta didik mudah memusatkan
perhatian pada suatu tema tertentu; (2) Peserta didik mampu
mempelajari pengetahuan danmengembangkan berbagai kompetensi
18
dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama; (3) Pemahaman
terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; (4)
Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan
mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta
didik; (5) Peserta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna
belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; (6)
Peserta didik lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi
dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam
satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain; (7)
Guru dapat menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran yang
disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan
dalam dua atau tiga pertemuan,waktu selebihnya dapat digunakan
untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
Menurut Sukandi, dkk. (2001: 3), pembelajaran tematik pada
dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran dengan
memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam suatu tema.
Dengan demikian, pelaksanaan dalam pembelajaran tematik dapat
dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran yang
disajikan dalam satu pertemuan. Pembelajaran tematik sebagai suatu
konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar yang
melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam
pembelajaran tematik siswa akan dapat memahami konsep yang
dipelajari melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang dipahaminya.
Dari beragam pengertian tentang pembelajaran tematik, penulis
sepaham dengan pendapat Permendikbud No. 57 Tahun 2014 karena
selain menyangkut tema juga memberikan pengalaman bermakna bagi
peserta didik. Sehingga pembelajaran tematik integratif didefinisikan
sebagai salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan
19
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik.
2.1.1.2 Kompetensi dasar dan Materi Pokok
Kompetensi Inti Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI) menurut Permendikbud No. 57 Tahun 2014 merupakan
tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik SD/MI pada
setiap tingkat kelas. Kompetensi Inti dirancang untuk setiap
kelas/usia tertentu. Melalui Kompetensi Inti, sinkronisasi horisontal
berbagai Kompetensi Dasarantarmata pelajaran pada kelas yang
sama dapat dijaga. Selain itu sinkronisasi vertikal berbagai
Kompetensi Dasar pada mata pelajaran yang sama pada kelas yang
berbeda dapat dijaga pula. Rumusan Kompetensi Inti menggunakan
notasi sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk Kompetensi Inti sikap spiritual.
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk Kompetensi Inti sikap sosial.
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk Kompetensi Inti pengetahuan.
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk Kompetensi Inti keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang SD/MI dapat
dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1Kompetensi Inti SD/MI Kelas IV, V, dan VI
Kompetensi Inti
Kelas IV
Kompetensi Inti Kelas
V
Kompetensi Inti Kelas
VI
1.Menerima,
menjalankan dan
menghargai
ajaran agama
yang dianutnya.
1.Menerima,
menjalankan dan
menghargai
ajaran agama
yang dianutnya.
1. Menerima,
menjalankan dan
menghargai
ajaran agama
yang dianutnya
2.Menunjukan
perilaku jujur,
disiplin, tanggung
jawab, santun,
peduli, dan
percaya diri
2.Menunjukkan
perilaku jujur,
disiplin, tanggung
jawab, santun,
peduli, dan
percaya diri dalam
2. Menunjukkan
perilaku jujur,
disiplin, tanggung
jawab, santun,
peduli, dan
percaya diri
20
dalam
berinteraksi
dengan keluarga,
teman, guru, dan
tetangga.
berinteraksi
dengan keluarga,
teman, guru dan
tetangganya serta
cinta tanah air.
dalam
berinteraksi
dengan keluarga,
teman, guru dan
tetangganya serta
cinta tanah air.
3.Memahami
pengetahuan
faktual dengan
cara mengamati
dan menanya
berdasarkan rasa
ingin tahu tentang
dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan
dan kegiatannya,
dan benda-benda
yang dijumpainya
di rumah, di
sekolah dan
tempat bermain.
3. Memahami
pengetahuan
faktual dan
konseptual
dengan cara
mengamati,
menanya dan
mencoba
berdasarkan rasa
ingin tahu
tentang dirinya,
makhluk ciptaan
Tuhan dan
kegiatannya, dan
benda-benda
yang
dijumpainya di
rumah, di
sekolah dan
tempat bermain.
3. Memahami
pengetahuan
faktual dan
konseptual
dengan cara
mengamati,
menanya dan
mencoba
berdasarkan rasa
ingin tahu tentang
dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan
dan kegiatannya,
dan benda-benda
yang dijumpainya
di rumah, di
sekolah dan
tempat bermain.
4.Menyajikan
pengetahuan
faktual dalam
bahasa yang jelas,
sistematis dan
logis, dalam karya
yang estetis,
dalam gerakan
yang
mencerminkan
anak sehat, dan
dalam tindakan
yang
mencerminkan
perilaku anak
beriman dan
berakhlak mulia
4. Menyajikan
pengetahuan
faktual dan
konseptual dalam
bahasa yang
jelas, sistematis
dan logis, dalam
karya yang
estetis, dalam
gerakan yang
mencerminkan
anak sehat, dan
dalam tindakan
yang
mencerminkan
perilaku anak
beriman dan
berakhlak mulia
4.Menyajikan
pengetahuan
faktual dan
konseptual dalam
bahasa yang jelas,
sistematis dan
logis, dalam karya
yang estetis,
dalam gerakan
yang
mencerminkan
anak sehat, dan
dalam tindakan
yang
mencerminkan
perilaku anak
beriman dan
berakhlak mulia
21
Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah berisikan kemampuan dan muatan
pembelajaran untuk suatu tema pembelajaran atau mata pelajaran pada
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang mengacu pada
Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar sebagaimana merupakan
penjabaran dari Kompetensi Inti dan terdiri atas:
a. Kompetensi Dasar sikap spiritual
b. Kompetensi Dasar sikap sosial
c. Kompetensi Dasar pengetahuan
d. Kompetensi Dasar keterampilan
Di bawah ini merupakan Pemetaan Mata Pelajaran, Kompetensi
Dasar dan Materi Pelajaran pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Subtema
1 Jenis-jenis Pekerjaan kelas 4 yang digunakan dalam penelitia ini.
Secara keseluruhan Pemetaan Mata Pelajaran, Kompetensi Dasar dan
Materi Pelajaran pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Subtema 1 Jenis-
jenis Pekerjaan kelas 4 terlampir.
Tabel 2.2 Mata Pelajaran, Kompetensi Dasar dan Materi Pelajaran
pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Subtema 1 Jenis-jenis Pekerjaan
kelas 4.
Mata Pelajaran Kompetensi Dasar Materi Pelajaran
PPKn 3.2 Memahami hak dan
kewajiban sebagai
warga dalam dalam
kehidupan sehari-hari
di rumah, sekolah, dan
masyarakat.
Hak dan kewajiban
sebagai warga dalam
kehidupan seharihari
di rumah, sekolah dan
masyarakat
Bahasa
Indonesia
3.3 Menggali informasi
dari teks wawancara
tentang jenis-jenis
usaha dan pekerjaan
serta kegiatan ekonomi
dan koperasi dengan
bantuan guru dan
teman dalam bahasa
Indonesia lisan dan
Teks wawancara
tentang jenis-jenis
usaha dan pekerjaan
serta kegiatan
ekonomi dan koperasi
22
tulis dengan memilih
dan memilah kosakata
baku.
3.4 Menggali informasi
dari teks cerita
petualangan tentang
lingkungan dan sumber
daya alam dengan
bantuan guru dan
teman dalambahasa
Indonesia lisan dan
tulisdengan memilih
dan memilah kosakata
baku.
Teks cerita
petualangan tentang
lingkungan dan
sumber daya alam.
Matematika 3.12 Mengenal sudut siku-
siku melalui
pengamatan dan
membandingkannya
dengan sudut yang
berbeda.
Sudut siku-siku
Ilmu
Pengetahuan
Sosial
3.5 Memahami manusia
dalam dinamika
interaksi dengan
lingkungan alam,
sosial, budaya, dan
ekonomi.
Manusia dalam
dinamika interaksi
dengan lingkungan
alam, sosial, budaya,
dan ekonomi
2.1.1.3 Komponen Pembelajaran Tematik Integratif
Menurut Ibrahim & Sukmadinata dalam Mawardi (2014 : 26)
merincikan komponen pembelajaran mencakup tujuan, bahan ajar,
metode, media dan evaluasi. Dalam merancang sistem pembelajaran
komponen-komponen pembelajaran harus saling berinteraksi sehingga
membentuk suatu kesatuan yang utuh. Komponen-komponen
pembelajaran yang saling berinteraksi dapat di gambarkan sebagai
berikut.
23
Sumber Mawardi (2014: 26)
Gambar 2.1 Komponen-komponen pembelajaran
Komponen-komponen pembelajaran tematik integratif
merupakan komponen pembelajaran yang merancang pembelajaran
tematik, komponen-komponen tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Tujuan pembelajaran tematik
Menurut Sukayati (dalam Prastowo, 2013: 140) tujuan
pembelajaran tematik adalah :
1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara
lebih bermakna.
2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan
memanfaatkan informasi.
3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan
nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.
4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial sepertikerjasama,
toleransi, serta menghargai pendapat orang lain.
5. Meningkatkan gairah dalam belajar.
6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan
kebutuhanpara siswa.
24
Sedangkan menurut Kemendikbud (2014: 16) tujuan
pembelajaran tematik adalah :
1. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik
tertentu;
2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi muatan pelajaran dalam tema yang sama;
3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam
dan berkesan;
4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan
mengkaitkan berbagai muatan pelajaran lain dengan pengalaman
pribadi peserta didik;
5. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi
dalam situasi nyata, seperti bercerita, bertanya, menulis
sekaligus mempelajari pelajaran yang lain;
6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
yang disajikan dalam konteks tema yang jelas;
7. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang
disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan
diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau
pengayaan; dan
8. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh
kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti
sesuai dengan situasi dan kondisi.
Berdasarkan pendapat Sukayati tentang tujuan pembelajaran
tematik pada dasarnya sama dengan pendapat Kemendikbud.
Namun pendapat Kemendikbud lebih lengkap, sehingga dari kedua
pendapat penulis sepaham dengan pendapat menurut Kemendikbud
karena lengkap dan rinci.
2. Bahan ajar tematik
Menurut Depdiknas (2008 : 6), mengartikan bahan ajar
sebagai segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
25
gurudalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar
dalam pembelajaran tematik berupa buku guru dan buku siswa.
Dalam panduan penyusunan bahan ajar Depdiknas (2008 : 8)
disebutkan bahwa sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara
lain: 1) Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru). 2) Kompetensi
yang akan dicapai. 3) Content atau isi materi pembelajaran. 4)
Informasi pendukung. 5) Latihan-latihan. 6) Petunjuk kerja, dapat
berupa Lembar Kerja (LK). 7) Evaluasi. Dan 8) Respon atau
balikan terhadap hasil evaluasi.
3. Metode pembelajaran tematik
Menurut sisdiknas No. 20 Tahun 2003 mengartikan metode
pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh
guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
4. Media pembelajaran tematik
Menurut R. Ibrahim dan Sukmadinata (1996), media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat
mendorong proses belajar mengajar. Nana Sudjana dan Ahmad
Rivai (2010: 1) menyebutkan media pembelajaran yang digunakan
dalam proses belajar mengajar salah satunya yaitulingkungan
belajar. Dalam Permendikbud No. 57 tahun 2014 menjelaskan
lingkungan merupakan sumber belajar yang penting dalam
pembelajaran tematik terpadu dan membantu ketercapaian
kompetensi yang berkaitan dengan keterampilan, sikap, dan
pengetahuan. Selain lingkungan media pembelajaran dapat berupa
media elektronik seperti video, film, radio, internet dan lain-lain.
26
5. Penilaian pembelajaran tematik
Permendikbud No. 57 Tahun 2014 menjelaskan penilaian
merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Tujuan
penilaian adalah (1) Memberikan umpan balik mengenai
kemajuan belajar peserta didik dalam kaitannya dengan
kompetensi kompetensinya selama proses belajar-mengajar, dan
(2) Memberikan informasi kepada para guru dan orang tua
mengenai capaian kompetensi peserta didik
Menurut Barton & Smit (2000), penilaian pembelajaran
dalam pembelajaran terpadu menggunakan penilaian autentik.
Karena pembelajaran tematik pada dasarnya adalah
pembelajaran terpadu maka evaluasinya juga menggunakan
penilaian autentik. Cara penilaian ini bersifat kualitatif yang
menilai kinerja yang dapat berupa pajangan, hasil diskusi,
hasil tugas kelompok, tugas mandiri, tugas terstruktur, dan
tugas proyek. Selain itu, menggunakan informasi dari
portofolio, checklis, analisis reflektif, deskriptif, pengkajian,
pengamatan, pendapat teman, orang tua, dan sebagainya.
Prosedur penilaian dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan,
penyajian laporan, dan tindak lanjut. Penilaian dalam
pembelajaran tematik terpadu dilengkapi dengan berbagai format
(observasi, penilaian diri, portofolio, projek, unjuk kerja, dan
sebagainya).
Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan Penilaian
kompetensi sikap. Dilakukan melalui melalui observasi, jurnal,
penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation).
Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaiandiri, dan
penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala
penilaian (ratingscale) yang disertai rubrik, sedangkan pada
27
jurnal berupa catatan pendidik. Penilaian Kompetensi
Pengetahuan dilakukan melalui tes tulis, tes lisan, dan perbuatan
misalnya berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan
secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik
tugas. Penilaian Kompetensi Keterampilan dilakukan melalui
penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik
mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan
menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.
Instrumen yang digunakan dalam penilaian autentik berupa
daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi
rubrik. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon
berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku
sesuai dengan tuntutan kompetensi. Projek adalah tugas-tugas
belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan,
pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam
waktu tertentu. Penilaian portofolio adalah penilaian yang
dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya
peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-
integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi,
dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang
mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.
2.1.1.4 Macam-macam Model Pembelajaran Tematik Integratif
Menurut Forganty dalam Mawardi dan Bambang S. Sulasmono
(2011: 94-96) macam-macam model pembelajaran tematik dipaparkan
pada Lampiran 2.
Berdasarkan beragam model pembelajaran tematik yang telah
dipaparkan, menurut Mawardi dan Bambang S. Sulasmono (2011: 96)
model pembelajaran tematik jaring laba-laba (webbed) yang paling
mungkin diterapkan dalam pembelajaran di SD.Oleh karena
28
itu,Penulis memilih model pembelajaran tematik berbentuk jaring
laba-laba (webbed) sebagai model pembelajaran tematik yang akan
dikembangkan dan diterapkan. Di bawah ini merupakan deskrisi,
kelebihan dan klemahan model jaring laba-laba (webbed).
Tabel 2.3 Model pembelajaran tematik bentuk jaring laba-laba
Nama Model Deskripsi Kelebihan Kelemahan
Berbentuk
jaring laba-
laba (webbed)
Pengajaran
tematis,
menggunakan
suatu tema
sebagai dasar
pembelajaran
dalam berbagai
disiplin mata
pelajaran.
Dapat
memotivasi
murid-murid,
membantu
murid-murid
untuk melihat
keterhubungan
antara gagasan.
Tema yang
digunakan harus
dipilih baik-baik
secara selektif
agar menjadi
berarti, juga
relevan dengan
kontent.
2.1.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik Integratif
Pembelajaran tematik menekankan pada keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran
tematik memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Menurut
Suryosubroto (2009: 136-137) ada beberapa kelebihan dan
kekurangan dalam pembelajaran tematik yaitu :
a. Kelebihan pembelajaran tematik
1. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan
kebutuhansiswa.
2. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan
tingkatperkembangan dan kebutuhan siswa.
3. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena berkesan
danbermakna.
4. Menumbuhkan keterampilan sosial seperti bekerja
sama,toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan
oranglain.
29
b. Kekurangan pembelajaran tematik
1. Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi.
2. Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum
dengankonsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara
tepat.
2.1.2 Lingkungan sebagai Tema atau Setting Pembelajaran
Tema menurut Montgomery dalam Wachyu Sundayana (2014: 14)
adalah suatu konsep yang harus merujuk pada obyek yang nyata.
Menurut Wachyu Sundayana sendiri menjelaskan tema harus luas
sehingga memungkinkan untuk dipilah ke dalam anak tema atau topik.
Sedangkan Cameron (2001) menjelaskan tema harus dikembangkan
mulai dari yang dekat dengan lingkungan peserta didik dan beranjak ke
lingkungan yang lebih luas. Berdasarkan pendapat beberapa Ahli dapat
disimpulkan tema harus merujuk kepada objek yang nyata, harus luas,
dan dekat dengan lingkungan peserta didik. sehingga dapat dikatakan
bahwa lingkungan sekitar peserta didik dapat menjadi tema yang cocok
untuk dijadikan setting pembelajaran. Hal tersebut didukung dengan
adanya teori belajar Piaget yang menegaskan bahwa peserta didik pada
jenjang Sekolah Dasar dari sisi perkembangan kognisi berada pada tahap
operasional konkret. Pada tahap tersebut peserta didik mudah
mempelajari sesuatu melalui kegiatan dan pengalaman yang nyata dan
konkret. Kegiatan yang dilakukan melalui benda-benda dan lingkungan
sekitar peserta didik.
Menurut Hosnan (2014: 377) proses pembelajaran yang
menggunakan lingkungan sebagai media belajar dapat memberikan
pengalaman bermaknakepada peserta didik.sehingga lingkungan sekitar
peserta didik memang tepat dijadikan setting pembelajaran yang
memungkinkan terjadinya pemerolehan pengalaman bermakna oleh
peserta didik. Hal ini sangat cocok dengan penerapan pembelajaran
tematik yang dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta
30
didik melalui tema. Dengan begitu pembelajaran tematik akan lebih
bermakna apabila menggunakan lingkungan sebagai tema atau setting
pembelajaran.
Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan lingkungan sebagai
tema atau setting pembelajaran adalah suatu pembelajaran yang
menggunakan lingkungan sebagi tema untuk dirancang atau disetting
sebagai pembelajaran untuk memberikan pengalaman yang lebih
bermakna kepada peserta didik.
Lingkungan sebagai tema harus sesuai dengan pengertian tema
yang telah disimpulkan di atas yaitu tema harus objek yang nyata, luas,
dan dekat dengan lingkungan peserta didik. Dengan begitu lingkungan
harus di buat atau disetting agar lebih nyata, dan luas. Sesuai dengan
pendapat Wachyu Sunjayana (2014: 14) agar tema lebih luas dan nyata
maka tema dapat dipilah dan dikembangkan ke dalam anak tema.
Pada pembelajaran tematik Kurikulum 2013 tema dan sub tema
sudah ditetapkan dari Pemerintah, sehingga untuk merancang
pembelajaran dengan lingkungan sebagai tema maka tema dan sub tema
dipilah dan dikembangkan agar lebih nyata dan luas. Dengan
mengembangkan sub tema menjadi anak tema atau sub-sub tema maka
setting pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013 akan lebih nyata,
luas, dekat dengan lingkungan peserta didik dan memberikan
pengalaman bermakna kepada peserta didik.
2.1.3 Model Desain Pembelajaran
Menurut Slameto (2013: 89) model adalah pola yang dapat
membantu berpikir, konseptualisasi, suatu proses yang merujuk prinsip-
prinsip, dan prosedur yang dapat menjadikan pedoman bertindak. Model
dapat berwujud langkah-langkah yang harus diambil, adapula bagan,
garis, kotak-kotak, lingkaran, tanda panah dan sebagainya. Menurut
Mawardi (2014: 29) model merupakan konkretisasi teori yang berisi
konstruk, tujuan serta langkah-langkah. Sedangkan definisi model
menurut Agus Suprijono (2010: 54-55) adalah kerangka konseptual yang
31
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Berdasarkan pengertian tentang model menurut ahli, model
menurut Agus Suprijono merujuk pada prosedur dan tujuan saja.
dilengkapi dengan pengertian model menurut Slameto yang merujuk
kepada prinsip, prosedur dan tujuan dan model menurut Mawardi yang
merujuk pada konstruk, prosedur atau langkah-langkah. Sehingga penulis
berpendapat model merupakan konkretisasi teori yang berisi, prinsip-
prinsip, konstruk, tujuan dan langkah-langkah model.
Desain pembelajaran menurut Syaiful Sagala (2005:136)
merupakan pengembangan pembelajaran secara sistematik yang
digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin
kualitas pembelajaran. Sedangkan Soetarno Joyoatmodjo (2001: 66)
mengartikan desain pembelajaran sebagai upaya pengembangan secara
sitematis komponen-komponen pembelajaran dengan menggunakan teori
belajar tertentu. Berdasarkan pendapat dua ahli yang telah dipaparkan
masing-masing menjelaskan inti yang sama dari pengertian desain
pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah
upaya pengembangan secara sistematis dengan menggunakan teori
belajar dan pembelajaran tertentu untuk menjamin kualitas pendidikan.
Berdasarkan pengertian model dan desain pembelajaran yang telah
disimpulkan pengertian model desain pembelajaran adalah kerangka
konseptual dari konkretisasi teori pengembangan secara sistematis
dengan menggunakan teori belajar dan pembelajaran tertentu untuk
menjamin kualitas pendidikan yang berisi prinsip-prinsip, konstruk,
tujuan dan langkah-langkah. Berkaitan dengan desain pembelajaran
Tematik Integratif di Sekolah Dasar guru dijadikan perancang atau
desainer pembelajaran untuk membuat perencanaan atau konsep
pembelajaran yang akan dilaksanakan di sekolah. Menurut Kemendikbud
(2014: 17) desain pembelajaran Tematik Integratif harus mencakup
tahapan, antara lain :
32
1. Memilih/Menetapkan Tema
2. Melakukan Analisis SKL, KI, Kompetensi Dasar dan Membuat
Indikator.
3. Membuat Hubungan Pemetaan antara Kompetensi Dasar dan
Indikator dengan Tema.
4. Membuat Jaringan Kompetensi Dasar
5. Menyusun Silabus Tematik Terpadu
6. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik
Terpadu
Sedangkan menurut Trianto (2011: 283-313) dalam
mengembangan dan mendesain pembelajaran tematik dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pemetaan KI, KD, dan indikator
2. Pemetaan Jaringan Tema
3. Menyusun Silabus Pembelajaran Tematik.
4. Menyusun RPP Pembelajaran Tematilk
Pendapat berbeda dikemukakan oleh Hosnan (2014: 366) dalam
mendesain pembelajaran Tematik Integratif perlu melakukan kegiatan:
1. Pemetaan Kompetensi Dasar
2. Pengembangan Jaringan Tema
3. Pengembangan Silabus
4. Penyusunan RPP
Berdasarkan langkah dalam mengembangan dan mendesain
pembelajaran Tematik Integratif yang telah dipaparkan para ahli, langkah
yang dikemukakan oleh Kemendikbud lebih jelas dan rinci, sedangkan
menurut Trianto dan Hosnan langkah yang dikemukakan singkat namun
jelas. Sesuai dengan kebutuhan peneliti dari ketiga langkah yang cocok
untuk mengembangkan model desain pembelajaran Tematik Integratif
adalah langkah Kemendikbud. Langkah desain pelaksanaan
Kemendikbud lebih memungkinkan untuk dikembangkan, dengan begitu
guru bebas mendesain pembelajaran sesuai yang diinginkan.
33
Prinsip model pembelajaran yang baik menurut Rachmadi
Widdiharto (2004: 3) harus memiliki 1) rasional teoritik yang logis yang
disusun penciptanya, 2) tujuan yang hendak dicapai, 3) prosedur yang
sistematis, 4) lingkungan belajar peserta didik. Sejalan dengan pendapat
Rangke L Tobing (dalam Wanwan Setiawan, 2009: 27) yang berpendapat
karakteristik model desain pembelajaran yang baik harus memiliki 1)
prosedur yang ilmiah, 2) spesifikasi hasil belajar yang hendak dicapai, 3)
spesifikasi lingkungan belajar, dan 4) kriteria penampilan yang
diinginkan. Sedangkan Joyce dan Weil menjelaskan model pembelajaran
yang baik harus memiliki aspek 1) sintaks atau prosedur, 2) sistem sosial
atau peran guru dan siswa, 3) prinsip reaksi, 4) sistem pendukung, dan 5)
dampak langsung dan pengiring (Joyce dan Weil, 2000: 13).
Berdasarkan pendapat tentang karakteristik atau prinsip model
desain pembelajaran yang baik, pendapat Rachmadi dan rangke saling
melengkapi satu sama lain dan pendapat Joyce dan Weil lebih
menekankan pada aspek yang ada. Sehingga sehingga dapat disimpulkan
prinsip model desain pembelajaran yang baik harus memiliki 1) rasional
teoritik yang logis, 2) tujuan, 3) prosedur, 4) sesuai dengan
lingkungan,dan 5) spesifikasi hasil belajar yang diinginkan.
2.1.4 Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan
Model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan
adalah suatu konkretisasi teori yang dibangun berdasarkan desain
pembelajaran Kemendikbud (2014: 17), lingkungan sebagai tema atau
setting pembelajaran, dan pembelajaran tematik integratif yang berisi
konstruk, tujuan dan langkah-langkah.
Konstruk desain pembelajaran tematik integratif berbasis
lingkungan adalah rancangan sistematis konsep pembelajaran dengan
menggunakan lingkungan sebagai tema untuk memberikan pengalaman
bermakna bagi peserta didik. Tujuannya yaitu memberikan pedoman
34
kepada guru dalam merancang dan mengembangkan pembelajaran
tematik integratif berbasis lingkungan.
Di bawah ini merupakan langkah pengembangan pembelajaran
tematik integratif yang telah dipadukan dengan pembelajaran berbasis
lingkungan.
1. Memilih tema
Pengembangan dimulai dengan memilih tema tertentu.Tema
ditetapkan dengan diskusi sesama guru, setelah tema terpilih,
dikembangkan sub tema dan sub-sub tema dengan memperhatikan
kaitannya dengan mata pelajaran. Pengembangan tema menjadi sub
tema dan sub-sub tema serta membuat pola keterkaitan akan
membentuk jaringan tema. Pembuatan jaringan tema merupakan
implementasi dari penerapan pembelajaran terpadu model webbed.
Pembuatan jaringan tema melalui beberapa tahapan antara
lain:
a. Menentukan tema terlebih dahulu.
Penentuan tema mengikuti prinsip penentuan tema, antara
lain:
1. Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa
2. Memperhatikan dari termudah menuju ke sulit
3. Mulai dari yang sederhana menuju yang kompleks
4. Mulai yang konkret menuju ke yang abstrak.
5. Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses
berpikir pada diri peserta didik.
6. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan
perkembangan peserta didik, termasuk minat, kebutuhan
peserta didik, termasuk minat, kebutuhan, dan
kemampuannya. Ruang lingkup tema yang ditetapkan
sebaiknya tidak terlalu luas bisa dijabarkan lagi menjadi anak
tema atau subtema yang sifatnya lebih spesifik dan lebih
konkret, sub tema dapat lagi dijabarkan ke anak-anak tema
35
atau sub-sub tema sehingga akan lebih spesifik, terfokus dan
lebih konkret. Anak-anak tema atau sub-sub tema tersebut
selanjutnya dapat dikembangkan lagi menjadi suatu materi/isi
pembelajaran yang terfokus pada sub-sub tema.
b. Menentukan sub-sub tema
Berdasarkan tema yang telah ditentukan, selanjutnya yaitu
menentukan sub-sub tema. Tema dan sub tema yang telah
ditentukan dikerucutkan menjadi sub-sub tema dengan melihat
kebutuhan peserta didik. Sub-sub tema yang dibuat harus lebih
spesifik dan lebih konkret dari sub tema yang dipilih. Sebagai
contoh Peneliti mengambil Tema 4 kelas 4 Sekolah
Dasar“Berbagai Pekerjaan” (dari Pemerintah) dapat
dikembangkan menjadi anak tema/ Sub tema 1: Jenis-jenis
pekerjaan (dari Pemerintah), dan dikembangkan sendiri menjadi
anak-anak tema: (1) Tukang Ronde, (2) Tentara, (3) Pedagang
susu, (4) karyawan pabrik, (5) Guru, (6) pengusaha.Bila
digambarkan akan tampak seperti dibawah ini.
Gambar 2.2 jaringan sub-sub tema
2. Melakukan AnalisisSKL, Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar
(KD) serta membuat Indikator
Analisis Kurikulum (SKL, KI dan KD serta membuat indikator)
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Membaca semua Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi
Inti, sertaKompetensi Dasar dari semua muatan pelajaran.
Berbagai Pekerjaan
Jenis-jenis pekerjaan
Tukang
Ronde
Tentara Karyawan
Pabrik
Pedagang
Susu
Guru Pengusaha
36
b. Menganalisis Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi
Inti serta Kompetensi Dasar (SKL, KI dan KD) yang ada
dari berbagai muatan pelajaran (Bahasa Indonesia, IPA, IPS,
PPKn, Matematika, SBdP, dan Penjasorkes.
c. Masing-masing Kompetensi Dasar setiap muatan pelajaran
dibuatkan indikatornya dengan mengikuti kriteria
pembuatan indikator.
3. Pemetaan keterhubungan Tema ke dalam KI, KD dan Indikator
Setelah melakukan pemetaan KI, KD dan indikator,
selanjutnya adalah pemetaan keterhubungan tema dengan KI, KD
dan Indikator dilakukan dengan kegiatan menganalisis
keterhubungan sub-sub tema dengan KI, KD, dan Indikator dari
semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas. Analisis
keterhubungan sub-sub tema dengan KI, KD dan Indikator dapat
menggunakan bantuan tabel sebagai berikut:
Tabel 2.4 Pemetaan Keterhubungan KI, KD, dan Indikator ke
dalam Sub-sub tema
Mata
Pelajaran KI KD Indikator
Sub Tema
Sub-Sub
Tema 1
Sub-sub
Tema 2 Dst.
4. Membuat jaringan Kompetensi Dasar
Membuat jaringan Kompetensi dasar dapat dilakukan dengan
memetakan Kompetensi Dasar dengan Indikator. Di bawah ini
merupakan contoh gambar pemetaan jaringan Kompetensi Dasar.
37
Gambar 2.3 pemetaan jaringan Kompetensi Dasar
5. Penyusunan Silabus Pembelajaran Tematik
Kurikulum 2013 silabus tematik telah disiapkan oleh
pemerintah, guru tinggal menggunakan sebagai dasar penyusunan
RPP. Walupun silabus telah ditetapkan oleh Pemerintah, dalam
pengembangan silabus berbasis kompetensi terdiri dari tujuh
langkah utama yang harus dilaksanakan antara lain:
1) Mengkaji Kompetansi Inti dan Kompetensi Dasar
2) Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
3) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
4) Merumuskan Indikator
5) Menentukan Jenis Penilaian
6) Menentukan Alokasi Waktu
7) Menentukan Sumber Belajar
Tema
Matematika
KD (diisi KD yang
diambildari pemerintah
Indikator (dibuat oleh
guru yang akan
mengajar)
Bahasa Indonesia
KD (diisi KD yang
diambildari pemerintah
Indikator (dibuat oleh guru
yang akan mengajar)
PPKn
KD (diisi KD yang
diambildari pemerintah
Indikator (dibuat oleh guru
yang akan mengajar)
Ilmu Pengetahuan Sosial
KD (diisi KD yang
diambildari pemerintah
Indikator (dibuat oleh
guru yang akan
mengajar)
38
6. Penyusunan RPP Pembelajaran Tematilk
Langkah mengembangkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Tematik Integratif Berbasis Lingkungan yaitu
sebagai berikut:
1. Mengkaji Silabus Tematik
2. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran
Kegiatan mengidentifikasi materi pembelajaran dilakukan
dengan mengkaji buku guru dan buku siswa untuk SD. Dalam
mengkaji buku siswa SD guru memiliki wewenang untuk
mengembangkan Buku Panduan Guru. Buku guru yang
dikembangkan harus berisi hal-hal berikut ini:
1) Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Kompetensi Inti
(KI).
2) Pemetaan Kompetensi Dasar (KD) 1 dan 2 serta KD 3 dan 4.
3) Ruang lingkup pembelajaran untuk satu subtema yang terdiri
dari 6sub-sub tema dalam 1 minggu.
4) Pemetaan indikator pembelajaran untuk setiap pembelajaran
5) Setiap pembelajaran berisi tentang uraian kegiatan
pembelajaran yang mencakup:
a) Nama kegiatan;
b) Tujuan pembelajaran;
c) Media dan alat pembelajaran;
d) Langkah-langkah kegiatan; dan
e) Penilaian.
6) Setiap akhir pembelajaran, guru hendaknya melakukan
kegiatan refleksi untuk melakukan kegiatan remedial dan
pengayaan.
Sedangkan mengkaji Buku Siswa, guru juga memiliki
wewenang dalam mengembangkan Buku Siswa. Buku siswa
disusun mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi. Buku
siswa memuat rencana pembelajaran berbasis aktivitas, dan
39
urutan pembelajaran yang dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan
yang harus dilakukan siswa. Buku siswa mengarahkanhal yang
harus dilakukan siswa bersama guru untuk mencapai kompetensi
tertentu, bukan buku yang materinya dibaca, diisi, atau dihafal.
Buku siswa berbasis lingkungan merupakan buku panduan
sekaligus buku aktivitas yang akan memudahkan para siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran dikarenakan materi yang ada
di dalamnya mengandung unsur lingkungan disekitar peserta
didik.Buku siswa dilengkapi dengan penjelasan lebih rinci
tentang isi sebagaimana dituangkan dalam Buku Guru. Kegiatan
pembelajaran yang ada di buku siswa berbasis lingkungan lebih
menuangkancontohkegiatanyang sering ditemui siswa dalam
kehidupan sehari-hari. Karena Peneliti mengambil contoh Sub-
sub tema Tukang Ronde maka materi yang ada di buku siswa
mengacu seputar Tukang Ronde. Guru juga dapat
mengembangkan ide-ide kreatif lebih lanjut dengan
memanfaatkan alternatif-alternatif kegiatan yang ditawarkan di
dalam Buku Guru, atau mengembangkan ide-ide pembelajaran
sendiri.
3. Menentukan Tujuan
Tujuan pembelajaran yang baik harus memenuhi unsur A,
B, C, dan D antara lain:
1) Audience yaitu peserta didik untuk siapa tujuan itu
dimaksudkan. Tujuan itu kemudian mencantumkan.
2) Behavior yaitu atau kemampuan yang harus
didemonstarsikan
3) Condition yaitu seperti apa perilaku atau kemampuan yang
akan diamati.
4) Degree yaitu keterampilan yang harus dicapai dan diukur.
4. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
40
Hal-hal yang diperhatikan dalam mengembangkan
kegiatan pembelajaran adalah :.
a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan
kepada pada pendidik, khususnya guru, agar dapat
melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan
manajerial yang dilakukan guru, agar peserta didik dapat
melakukan kegiatan seperti dalam silabus.
c. Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan
skenario langkah-langkah guru dalam membuat peserta didik
aktif belajar. Kegiatan ini diorganisasikan menjadi kegiatan:
pendahuluan, inti, dan penutup.Pada langkah pembelajaran
tematik integratif berbasis lingkungan langkah skenario
sesuai dengan langkah pembelajaran tematik yang telah
disetting Peneliti dari langkah Prabowo. Di bawah ini
merupakan rincian langkah pembelajaran tematik integratif
berbasis lingkungan:
Tabel 2.5 langkah pembelajaran tematik integratif berbasis
lingkungan
Langkah
Pembelajaran
Tematik
Langkah Kegiatan
Pembelajaran
Kegiatan Guru
1. Tahap
Perenca-
naan
a. Menentukan tema,
subtema dan sub-sub
tema
b. Menentukan mata
pelajaran yang akan
dipelajari
c. Menentukan
Kompetensi Dasar
d. Menentukan
Indikator dan Hasil
Belajar
e. Menentukan materi
yang akan dipelajari
f. Menentukan manfaat
41
dari mempelajari
materidengan
kehidupan sehari-hari
g. Menentukan sarana
dan prasarana yang
terlibat atau
digunakan
2. Langkah
yang
ditem-
puh guru
a. Menyampaikan
konsep pendukung
yang harus dikuasai
siswa.
b. Menyampaikan
konsep-konsep
pokok yang akan
dikuasai oleh siswa.
c. Menyampaikan
keterampilan proses
yang akan
dikembangkan
d. Menyampaikan
manfaat mempelajari
materi dengan
kehidupan sehari-hari
e. Menyampaikan
hubungan/kaitan
lingkungan dengan
materi pembelajaran
f. Menyampaikan
pertanyaan kunci
3. Tahap
Pelaksa-
naan
1. Pendahuluan a. mengantarkan
peserta didik kepada
suatu permasalahan
atau tugas yang akan
dilakukan untuk
mempelajari suatu
materi
2. Inti b. Pengolahan kelas,
dimana kelas dibagi
dalam beberapa
kelompok.
c. Kegiatan proses
d. Kegiatan pencatat
data
e. Diskusi dan
presentasi
42
3. Penutup f. Menyimpulkan
4. Evaluasi a. Evaluasi proses
b. Evaluasi hasil
c. Evaluasi
psikomotorik
5. Penjabaran Jenis Penilaian.
Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan
berdasarkan indikator.Penilaian dilakukan dengan menggunakan
tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan
kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas,
proyek dan/ atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian
diri. Oleh karena pada setiap pembelajaran peserta didik
didorong untuk menghasilkan karya, maka penyajian portofolio
merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Di bawah ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
merancang penilaian.
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi
pada KD-KD yang berasal dari KI-1, KI-2, KI-3 dan KI-4.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa
yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang
terhadap kelompoknya.
c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator
ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD
yang telah dimiliki dan yangbelum, serta untuk mengetahui
kesulitan peserta didik.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut.
Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran
43
berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang
pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program
pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi
ketuntasan.
e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman
belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya,
jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi
lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses
misalnya teknik wawancara, maupun produk berupa hasil
melakukan observasi lapangan.
6. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada
jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mataelajaran per
minggu dengan mempertibangkan jumlah KD, keluasan,
kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan
KD.Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan
perkiraan rerata untuk menguasasi KD yang dibutuhkan oleh
peserta didik yang beragam.Oleh karena itu, alokasi tersebut
dirinci dan disesuaikan lagi dalam RPP.
7. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/ atau bahan yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media
cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam,
sosial, dan budaya
2.1.5 Hasil Belajar
2.1.5.1 Pengertian
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan
(Suprijono, 2013: 5). Menurut Hamalik (2001: 33) hasil belajar
dalam kelas harus dilaksanakan ke dalam situasi-situasi di luar
44
sekolah. Dengan kata lain murid dapat mentransferkan hasil belajar ke
dalam situasi-situasi yang sesungguhnya di dalam masyarakat.
Nasution (dalam Kunandar, 2012: 276) mengemukakan bahwa hasil
belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar tidak
hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan
dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Sudjana
(dalam Kunandar, 2012: 276) mengemukakan bahwa hasil belajar
merupakan suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat
pengukuran berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes
tulis, tes lisan maupun tes perbuatan.
Kemendikbud (2013: 33) tentang Kompetensi Inti (KI) di
Sekolah Dasar (SD).
a. Ranah kognitif yaitu memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di
sekolah dan di tempat bermain.
b. Ranah afektif yaitu memiliki perilaku disiplin, santun, peduli, jujur,
percaya diri dan tanggung jawab dalam berinteraksi dengan
keluarga, teman, guru dan tetangganya.
1. Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh terhadap peraturan.
2. Santun adalah sikap baik dalam pergaulan dari segi bahasa
maupun perilaku.
3. Peduli adalah sikap seseorang dalam memberikan tanggapan
terhadap suatu perbedaan.
4. Jujur adalah perilaku untuk menjadikan seseorang dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
5. Percaya diri adalah kondisi mental seseorang yang memberikan
keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak.
45
6. Tanggung jawab adalah sikap seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai makhluk
sosial, individu dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
c. Ranah psikomotor siswa menyajikan pengetahuan faktual
dalambahasa yang jelas sistematis dan logis dalam karya
estetis, dalamgerakan yang mencerminkan perilaku anak sehat dan
dalam tindakanyang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
Penulis menyimpulkan hasil belajar pada ranah psikomotor
yangdiamati yaitu memposisikan diri sesuai dengan kelompok
yangditentukan, menempatkan urutan gambar sesuai dengan
urutan yanglogis dan sistematis, membentuk kerja sama yang
baik dalammelakukan diskusi kelompok, mendorong teman
melakukan interaksidalam kegiatan diskusi kelompok dan
menggunakan bahasa yang baikdan benar dalam komunikasi antara
siswa dan guru.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan
bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan akibat dari proses
pembelajaran yang mencakup ranah kognitif, afektif dan
psikomotor berupa data kuantitatif maupun kualitatif
2.1.5.2 Pengukuran Hasil Belajar Pembelajaran Tematik Integratif
Pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan
penilaian autentik dimana penilaian autentik merupakan proses
evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap
peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam pembelajaran
(Kemendikbud, 2014: 34). Penilaian autentik terdiri dari berbagai
teknik penilaian yaitu: (1)pengukuran langsung keterampilan peserta
didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan
seperti kesuksesan di tempat kerja. (2) penilaian atas tugas-tugas yang
memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. (3)
analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta
46
didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
Pada penelitian ini hanya menggunakan teknik penilaian yang ke tiga
yaitu analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon
peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang ada.
Penilaian autentik memiliki beberapa jenis penilaian untuk
mengukur hasil belajar dalam ranah afektif, kognitif dan
psikomotorik, namun pada penelitian ini hanya menggunakan
penilaian sikap dengan observasi, penilaian pengetahuan dengan tes
tulis dan tes lisan serta penilaian ketrampilan dengan penilaian kinerja.
Berikut ini adalah penjelasana dari teknik ketiga ranah tersebut.
1. Penilaian Sikap
Penilaian sikap ini bukan merupakan penilaian yang terpisah
dan berdiri sendiri, namun merupakan penilaian yang
pelaksanaannya terintegrasi dengan penilaian pengetahuan dan
keterampilan, sehingga bersifat otentik (mengacu kepada
pemahaman bahwa pengembangan dan penilaian KI 1 dan KI 2
dititipkan melalui kegiatan yang didesain untuk mencapai KI 3 dan
KI 4). Penilaian sikap yang digunakan adalah observasi. Observasi
merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format
observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati,
terkait dengan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.
Hal ini dilakukan saat pembelajaran di kelas maupun di luar kelas..
2. Penilaian Pengetahuan
Aspek pengetahuan dapat dinilai dengan cara:
a. Tes tulis
Meski konsepsi penilaian autentik muncul dari
ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang lazim dilaksanakan
pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran
47
tetap bisa dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau
mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai
jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan
benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat.
Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban
singkat atau pendek, dan uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta
didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan,
menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan
sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis
berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif,
sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan,
dan pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik
berkesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda
dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai
yang sama.
b. Tes Lisan
Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
guru secara ucap (oral) sehingga peserta didik merespon
pertanyaan tersebut secara ucap juga, sehingga menimbulkan
keberanian. Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat maupun
paragraf yang diucapkan.
3. Penilaian Keterampilan
Aspek keterampilan dapat dinilai dengan cara penilaian
Kinerja. Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang meminta
siswa untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya
yang mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan. Misalnya tugas memainkan alat musik, menggunakan
mikroskop, menyanyi, bermain peran, menari.
48
2.1.6 Model Pengembangan Desain pembelajaran tematik integratif
Berbasis Lingkungan
Dalam penelitian pengembangan dikenal salah satu model
pengembangan yaitu model ADDIE. Model pengembangan ADDIE
merupakan model desain pembelajaran yang berlandasan pada
pendekatan sistem yang efektif dan efisien serta prosesnya yang
bersifat interaktif yakni hasil evaluasi setiap fase dapat membawa
pengembangan pembelajaran ke fase selanjutnya. Hasil akhir dari
suatu fase merupakan produk awal bagi fase berikutnya. Model ini
terdiri atas 5 fase atau tahap utama yaitu 1) Analyze (Analisis), 2)
Design (Desain), 3) Develop (Pengembangan), 4) Implement
(Implementasi), 5) Evaluate (Evaluasi) (Reyzal Ibrahim, 2011).
Gambar 2.4 Tahap-tahap Model Pengembangan ADDIE
Tahapan-tahapan model ADDIE menurut Chaeruman (2008)
adalah sebagai berikut :
a. Tahap analisis: suatu proses mendefinisikan apa yang akan
dipelajari oleh peserta belajar. Maka untuk mengetahui atau
menentukan apa yang harus dipelajari, kita harus melakukan
beberapa kegiatan, diantaranya adalah melakukan needs
assessment(analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah
(kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh
49
karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa
karakteristik atau profil calon peserta belajar, identifikasi
kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci
didasarkan atas kebutuhan.
b. Tahap desain: tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat
rancangan. ibarat bangunan, maka sebelum dibangun gambar
rancang bangun (blue-print) diatas kertas harus ada terlebih
dahulu. Apa yang kita lakukan dalam tahap desain ini?
Pertama kita merumuskan tujuan pembelajaran. Selanjutnya
menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan
pembelajaran yag telah dirumuskan tadi. Kemudian menentukan
strategi pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk
mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini ada banyak pilihan
kombinasi metode dan media yang dapat kita pilih dan tentukan
yang paling relevan. Disamping itu, pertimbangkan pula sumber-
sumber pendukung lain, misalnya sumber belajar yang relevan,
lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya.
c. Tahap pengembangan: pengembangan adalah proses mewujudkan
blue-print atau desain tadi menjadi kenyataan. Jika dalam
desain diperlukan suatu perangkat lunak berupa multimedia
pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan,
atau diperlukan modul cetak, maka modul tersebut perlu
dikembangkan. Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar
lain yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya
harus disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah penting dalam
tahap pengembangan adalah uji coba sebelum
diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan
bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih
tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya digunakan untuk
memperbaiki sistem pembelajaran yang dikembangkan.
50
d. Tahap implementasi: langkah nyata untuk menerapkan sistem
pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini
semua yang telah dikembangkan diset sedemikian rupa sesuai
dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.
Misalnya, jika memerlukan perangkat lunak tertentu maka
perangkat lunak tersebut harus sudah diinstal. Jika penataan
lingkungan harus tertentu, maka lingkungan dibuat tertentu dan
juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau
desain awal.
e. Tahap evaluasi: evaluasi adalah proses untuk melihat apakah
sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan
harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi
pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap
empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena
tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misalnya, pada tahap
rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi
formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap
rancangan yang sedang kita buat. Pada tahap pengembangan,
mungkin perlu uji coba dari produk yang kita kembangkan atau
mungkin perlu evaluasi kelompok kecil.
Berdasarkan pemaparan tentang ADDIE Model, model untuk
mengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis
lingkungan dapat menggunakan ADDIE model karena lebih praktis dan
sesuai dengan langkah pengembangan model yang digunakan.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang mendukung berhasilnya
pembelajaran tematik integratif yaitu:
1. Penelitian Asep Herry Hermawan (2015) dengan judul
“Pengembangan Model Pembelajaran Tematik di Kelas Awal Sekolah
Dasar”. Hasil menunjukan guru memberikan respon positif. Hasil
51
tersebut menyatakan bahwa model layak digunakan dalam
pembelajaran. Pada penelitian asep hanya mengembangkan langkah-
langkah dan belum menyesuaikan dengan lingkungan peserta didik.
pada penelitian ini juga mengerucutkan pembelajaran menjadi konkret
namun kurang memperhatikan lingkungan sekitar peserta didik.
sehingga hal tersebut menjadikan pengembangan model desain
pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan menjadi suatu
kebaruan.
2. Penelitian Isniatun Munawaroh (2014) dengan judul “Pengembangan
Model Pembelajaran Tematik untuk Mengembangkan Keterampilan
Berpikir Kritis siswa SD Kelas Rendah”. Hasil validasi menunjukan
model cukup valid dengan tingkat presentase 95%, dilihat dari kenaikan
skor nilai pre-test terhadap skor nilai post-test. Hasil tersebut
menyatakan bahwa model pembelajaran tematik telah valid dan layak
digunakan dalam pembelajaran. Pada penelitian dan pengembangan
model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan
selain mengembangkan model desain yang sesuai lingkungan peserta
didik juga mengembangkan materi yang menjadikan anak perpikir kritis
dan aktif dalam pembelajaran. Sehingga pengembangan model desain
pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan memberikan
tambahan pengetahuan dalam pengembangan model desain
pembelajaran tematik integratif yang lain.
3. Penelitian Jamaluddin (2015) dengan judul “Pengembangan Model
Pembelajaran Tematik Terpadu Kontekstual bagi Anak Usia Dini di
Taman Kanak-Kanak Kelompok B”. Hasil menunjukan tingkat
keefektifan mencapai presentase ≥90% dan guru memberikan respon
yang positif. Hasil tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran
tematik layak digunakan dalam pembelajaran.Pada penelitian ini hanya
mengembangkan langkah-langkah desain pembelajaran dan melihat
respon guru dan siswa dengan menggunakan angket dan lembar
observasi tanpa mengetahui apakah kompetensi hasil belajar
52
menggunkan model pembelajaran yang dikembangkan lebih tinggi dari
kelas pembanding atau dari Pemerintah. Sehingga hal tersebut yang
membedakan penelitian ini dengan pengembangan model desain
pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan. Pada penelitian
dan pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif
berbasis lingkungan dilakukan Uji T untuk mengetahui apakah
kompetensi hasil belajar menggunkan model yang dikembangkan lebih
tinggi daripada Pemerintah.
4. Penelitian Fatchurrohman (2015) dengan judul “Pengembangan Model
Pembelajaran Tematik Integratif Eksternal dan Internal di Madrasah
Ibtidaiyah. Hasil menunjukan guru nyaman dan cocok terhadap model
yang dikembangkan dan hasil evaluasi yang baik. Sehingga hasil
tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran tematik layak
digunakan dalam pembelajaran. Pada penelitian ini juga hanya
mengembangkan langkah-langkah dan menggunakan angket respon
siswa serta lembar observasi guru tanpa melihat apakah model yang
dikembangkan lebih unggul dari yang sebelumnya. Sehingga
pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis
lingkungan memberikan sumbangan dalam mengembangkan langkah-
langkah juga memberikan pengetahuan dalam melihat apakah model
yang dikembangkan lebih unggul atau tidak. Sehingga penelitian dan
pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis
lingkungan menjadi suatu kebaruan.
2.3 Kerangka Berpikir
Upaya peningkatan kualitas pendidikan menjadi tugas dan tangung
jawab seorang guru. Karena guru yang berhadapan langsung untuk
membina para siswa di sekolah dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Keberhasilan kegiatan pembelajaran akan sangat dipengaruhi oleh
bagaimana seorang guru dapat merencanakan atau mendesain program
pengajaran, mengolah informasi yang relevan menjadi materi diklat,
53
menjabarkan program yang disusun menjadi tujuan pembelajaran,
menyampaikan materi dalam bentuk kegiatan belajar mengajar, dan
mengevaluasi hasil kegiatan instruksional diklat tersebut. Hal tersebut tidak
terlepas dari model pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru. Pada
penelitian ini akan dibuat pengembangan model desain pembelajaran
tematik integratif berbasis lingkungan yang akan diterapkan di kelas 4
Sekolah Dasar.
Model desain pembelajaran tematik integratif bebasis lingkungan ini
selain mengembangkan materi berdasarkan lingkungan sekitar peserta didik
juga menambahkan sub-sub tema sebagai pengganti pembelajaran 1 sampai
6 dengan maksud menjadikan pembelajaran lebih terfokus, spesifik dan
lebih konkret. Sub-sub tema yang ditambahkan sama sekali tidak merubah
tema maupun subtema yang telah ditetapkan pemerintah namun peneliti
merubah pembelajaran 1 samapi 6 yang belum spesifik dan masih abstrak
menjadi lebih spesifik dan konkret. Model desain pembelajaran tematik
integratif berbasis lingkungan selain mengetahui cara pengembangan model
juga untuk mengetahui terdapat perbedaan atau tidak dalam penerapan
model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan dengan
model desain pembelajaran tematik integratif dari Permendikbud.
Penelitian ini dilatar belakangi dari permasalahan yang telah
dipaparkan di Bab I. Jika diringkas pokok latar belakang dari penelitian ini
adalah guru tidak bebas dalam merancang PBM, ketidak sesuaian materi
pelajaran yang terdapat di buku siswa dengan kondisi lingkungan belajar
siswa dan kurang kebermaknaannya tema dan sub tema yang menyebabkan
kegagalan dalam implementasi Kurikulum 2013. Kemudian disusunlah
model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan dengan
memperhatikan komponen pembelajaran antara lain tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, strategi pembelajaran, sumber permbelajaran, dan
evaluasi. Tujuan Pembelajaran yang ingin dicapai yaitu selain memberikan
kompetensi kepada peserta didik juga memberikan pengalaman langsung
kepada siswa untuk digunaan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
54
yang didesain yaitu disesuaikan dengan lingkungan peserta didik atau
berbasis lingkungan. Dengan spesifikasi pembelajaran yang didesain antara
lain materi berdasarkan lingkungan sekitar siswa, belajar menjadi lebih
aktif, adanya pemfokusan tema dengan adanya sub-subtema agar
pembelajaran lebih konkret dan spesifik, dan mengguankan pengalaman
siswa dalam belajar. Dari pembelajaran yang didesain jika
diimplementasikan akan berdampak pada kompetensi hasil belajar peserta
didik.
Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang sudah diuraikan
kemudian ide untuk mengembangkan model desain pembelajaran muncul,
berikut adalah bagan yg menggambarkan kerangka berfikir penelitian ini :
Gambar 2.5 Kerangka berpikir Model Desain Pembelajaran Tematik
Integratif Berbasis Lingkungan
1. Guru tidak bebas dalam
merancang PBM
2. Ketidak sesuaian materi
pelajaran yang terdapat di
buku siswa dengan kondisi
lingkungan belajar siswa
3. Kurang kebermaknaan tema
dan sub tema.
Komponen pembelajaran
1. Tujuan pembelajaran
2. Materi Pembelajaran
3. Strategi Pembelajaran
4. Sumber Permbelajaran
5. Evaluasi
Tujuan Pembelajaran
Memberikan
kompetensi dan
pengalaman langsung
kepada siswa untuk
digunaan dalam
kehidupan sehari-hari
Pembelajaran berbasis lingkungan
1. Materi berdasarkan lingkungan sekitar siswa
2. Belajar aktif
3. Adanya pemfokusan tema dengan adanya sub-subtema agar
pembelajaran lebih konkret dan spesifik
4. Mengguankan pengalaman siswa dalam belajar
Kompetensi
hasil belajar
siswa
55
2.4 Model Hipotetik
Dalam mencapai tujuan tertentu maka harus melewati suatu prosedur
atau langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah Desain pembelajaran
Tematik Integratif berbasis lingkungan yang pertama adalah memilih tema.
Pada tahap memilih tema dilakukan pengembangan sub-sub tema yang
dipadukan dengan lingkungan sekitar sehingga sub-sub tema yang
dikembangkan sesuai dengan lingkungan peserta didik. Pada tahap
mengembangkan sub-sub tema dihasilkan produk berupa jaringan sub-sub
tema. Langkah kedua melakukan analisis SKL, KI, KD dan membuat
Indikator menghasilkan produk berupa tabel analisis SKL, KI, KD dan
membuat Indikator. Langkah ketiga membuat hubungan pemetaan antara KD
dan indikator menghasilkan tabel keterhubungan KD dan indikator. Langkah
keempat membuat jaringan KD. Pada tahap ini selain mengembangkan
jaringan KD juga mengembangkan jaringan indikator yang akhirnya
menghasilkan produk jaringan KD dan Indikator. Langkah kelima yaitu
menyusun silabus yang menghasilkan silabus, dan langkah terakhir menyusun
RPP yang menghasilkan RPP. Pada langkah penyusunan RPP terdapat tahap
untuk mengembangkan materi, sehingga perlu dilakukan pengembangan
materi. Materi yang dikembangkan disusun dalam Buku Guru dan Buku
Siswa sehingga perlu melakukan penyusunan Buku Guru dan Buku siswa.
Tujuan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif berbasis
lingkungan adalah sebagai pedoman bagi guru dalam merancang dan
mengembangkan pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan yang
digunakan guru untuk melaksanakan pembelajaran sehingga berdampak pada
kompetensi Hasil Belajar.
Berdasarkan diskripsi di atas model desain pembelajaran Tematik
Integratif berbasis lingkungan diwujudkan dalam gambar 2.6 berikut.
56
Gambar 2.6 Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif
Berbasis Lingkungan
Kompetensi Hasil Belajar
Mengembangkan
sub-sub tema
Melakukan analisis
SKL, KI, KD dan
membuat indikator
Membuat hubungan
pemetaan antara KD
dan indikator dengan
tema
Membuat jaringan KD
Menyusun silabus
Menyusun RPP
Jaringan sub-sub tema
Tabel analisis SKL,
KI, KD dan membuat
indikator
Tabel keterhubungan
KD dan indikator
dengan sub-sub tema
Jaringan KD dan indikator
Silabus
RPP
Menyusun Buku Guru
Menyusun Buku Siswa
Buku Guru
Buku Siswa
pedoman bagi guru dalam merancang dan
mengembangkan pembelajaran Tematik Integratif
berbasis lingkungan
Memilih Tema Lingkungan