6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hasil Belajar
2.1.1 Hasil Belajar
Menurut Darman Syah dalam Miftakhul Janah (2010:4) hasil belajar
adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk
angka. Sedangkan menurut Nasution (1996) hasil belajar adalah kesempurnaan
yang dicapai seseorang dalam berpikir, merasa dan berbuat. Selain itu menurut
Oemar Hamalik (2001) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan
terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Bloom dalam Astuti Lisna
Binti (2010) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif,
afektif, psikomotorik. Selanjutnya menurut Horward Kingsley membagi tiga
macam hasil belajar yakni, keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan
pengertian, sikap dan cita-cita. Kemudian Gagne membagi lima kategori hasil
belajar yakni, informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap,
dan keterampilan motoris.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah hasil kecakapan manusia dari tiga aspek yang dimiliki manusia yaitu
kognitif,afektif dan psikomotorik yang membuat manusia berhasil dalam
mencapai keberhasilan dalam segala pekerjaannya melalui kapasitasnya tersebut
yang ditunjukkan dengan perolehan angka dan perubahan perilaku pada diri
seseorang. Cara mengukur hasil belajar dari teori-teori di atas adalah dengan
menggunakan penilaian dalam Nana Sudjana (2010) ada penilaian yang bisa
digunakan dalam menilai tercapai tidaknya Kriteria Ketuntasan Minimal belajar
siswa yaitu dengan adanya hasil belajar siswa, di bawah ini ada satu penilaian
yang akan digunakan peneliti yaitu :
7
Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir
program belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar-
mengajar. Penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar-mengajar. Melalui
penilaian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan
strategi pelaksanaannya. Dari segi alatnya,penilaian hasil belajar dapat dibedakan
menjadi tes dan bukan tes (nontes).
1. Tes
Tes yang digunakan penulis adalah tes tulisan (menuntut jawaban secara
tulisan), tes tindakan(menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal tes
disusun dalam bentuk objektif, bentuk esai dan uraian.
2. Nontes
Dalam nontes alat penilaian yang digunakan penulis adalah observasi
langsung yaitu pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses
yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh
pengamat.
2.1.2 Pengertian Belajar
Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Selanjutnya Skinner (1958), belajar adalah merupakan suatu
proses atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
Kemudian Hintzman dalam Muhibbinsyah (2010) dalam bukunya the psychology
of learning and memory berpendapat leraning is a change in organism due to
experience which can affact the organism’s behavior. Artinya belajar adalah suatu
perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan
oleh pengalaman yang dapat memenuhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi,
8
dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman
tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila memengaruhi organisme.
Menurut Witting dalam Muhibbinsyah (2010),”belajar sebagai : any
relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs
as a result of experience. Belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang
terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai
hasil pengalaman”. Selanjutnya menurut Hamali (1992 : 28) belajar adalah suatu
pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-
cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan pelatihan.
Dari definisi-definisi belajar di atas dapat ditarik kesimpulan, belajar
adalah proses perubahan tingkah laku yang berasal dari pengalaman yang sudah di
lewati dengan melaksanakan pelatihan-pelatihan.
2.1.3 faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Muhibbin Syah (2010), Secara global,faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam,yaitu:
1. Faktor internal (faktor dalam diri siswa) yaitu keadaan jasmani dan
rohani siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), kondisi lingkungan disekitar
siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
1. Faktor Internal Siswa
Ada dua aspek yang ada di dalam diri siswa yaitu : 1 ) aspek
fisiologis(bersifat jasmaniah); 2 ) aspek psikologis (bersifat rohaniah).
a. Aspek Fisiologis
9
Kesehatan siswa sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam
menyerap informasi dalam belajar.
b. Aspek Psikologis
1. Inteligensi Siswa
Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) sangat menentukn tingkat
keberhasilan belajar siswa.
2. Sikap Siswa
Sikap (attitude) siswa yang positif dalam merespon dengan cara yang
relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya merupakan
pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa.
3. Bakat Siswa
Kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak
bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan.
4. Minat Siswa
Kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu.
5. Motivasi Siswa
Keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu.
2. Faktor Eksternal Siswa
a. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial siswa yaitu sekolah seperti guru-guru, para tenaga
kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-teman
sekelas,orang tua (keluarga) dan masyarakat dapat mempengaruhi
semangat belajar siswa.
b. Lingkungan Nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung
sekolah,dan letaknya,rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat
10
belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-
faktor ini turut menentukan tingkat kebrhasilan belajar siswa.
3. Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar adalah keefektifan segala cara atau strategi yang
digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar
materi tertentu.
Menurut piaget dalam Widianto (2011),”siswa SD mempunyai
karakteristik berada pada tahap operasional konkret dimana siswa
memasukkan informasi melalui operasi benda-benda konkret”. Diharapkan
melalui pendekatan matematika realistik hasil belajar siswa pada pelajaran
matematika dapat meningkat.
Proses berpikir manusia berkembang dari nyata ke maya pernyataan ini
sesuai dengan pendapat Piaget dalam Bell (1981),”berpendapat bahwa
proses berpikir manusia merupakan suatu perkembangan yang bertahap
dari berpikir intelektual kongkret ke abstrak berurutan melalui tahap
perkembangan”. Berikut tahap perkembangan menurut Piaget :
1. Periode Sensori Motor (0-2) tahun.
Karakteristik periode ini merupakan gerakkan-gerakkan sebagai akibat
reaksi langsung dari rangsangan. Rangsangan itu timbul karena anak
melihat dan meraba-raba objek. Anak belum mempunyai kesadaran
adanya konsep objek yang tetap.
2. Periode pra-operasional (2-7) tahun.
Proses berpikir atau logik, merupakan aktivitas mental, bukan aktivitas
sensori motor. Anak berpikir didasarkan kepada keputusan yang dapat
dilihat seketika. Periode ini disebut juga periode pemberian simbol.
3. Periode operasi kongkret (7-12) tahun.
11
Anak mulai berpikir operasional. Periode ini juga disebut operasi kongkret
sebagai berpikir logiknya didasarkan atas manipulasi fisik dari objek-
objek.
4. Periode operasi formal (> 12) tahun.
Pada tahap ini anak-anak mulai memberikan alasan dengan menggunakan
lebih banyak simbol atau gagasan dalam cara berpikir.
2.2 Pendekatan Matematika Realistik (PMR)
Menurut Hans Freudenthal dalam Nyimas Aisyah dkk (2011) Matematika
adalah kegiatan manusia (human activity) itu artinya bahwa Pendekatan
Matematika Realistik merupakan pembelajaran yang berhubungan dengan
kehidupan nyata. Matematisasi dibedakan menjadi dua, yaitu matematisasi
horizontal dan matematisasi vertikal. Dalam istilah Freudenthal (dalam van den
Heuvel-Panhuisen, 1996) matematisasi horizontal berarti bergerak dari dunia
nyata ke dalam dunia simbol, sedangkan matematisasi vertikal berarti bergerak di
dalam dunia simbol itu sendiri.
Alur pelaksanaan matematika realistic menurut oleh de Lange
12
2.2.1. Karakteristik Pendekatan Matematika Realistik
Terdapat lima karakteristik Pendekatan Matematika Realistik menurut
Nyimas Aisyah, dkk (2010) sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran
matematika. Kelima karakteristik itu adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari
dunia nyata. Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus
nyata bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang
sesuai dengan pengalaman mereka.
2. Dunia abstrak dan nyata harus dijembatani oleh model. Model harus sesuai
dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa. Di sini model dapat
berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa, seperti cerita-
cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal siswa.
Model dapat berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan yang juga ada
disekitar siswa.
3. Siswa dapat menggunakan strategi, bahasa, atau simbol mereka sendiri
dalam proses mematematikakan dunia mereka. Artinya, siswa memiliki
kebebasan untuk mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan
masalah nyata yang diberikan oleh guru.
4. Proses pembelajaran harus interaktif. Interaksi baik antara guru dan siswa
maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam
pembelajaran matematika. Disini siswa dapat berdiskusi dan bekerja sama
dengan siswa lain, bertanya dan menanggapi pertanyaan, serta mengevaluasi
pekerjaan mereka.
5. Hubungan di antara bagian-bagian dalam matematika, dengan disiplin ilmu
lain, dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan
yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah.
13
2.2.2. keunggulan dan kelemahan Pendekatan Matematika Realistik
Menurut Mustaqimah dalam Dewi Kusuma (2010) kelemahan dan
Kelebihan pendekatan Matematika Realistik adalah sebagai berikut:
1. Keunggulan
a. Karena siswa membangun sendiri pengetahuannya maka siswa
tidak mudah lupa dengan pengetahuannya
b. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena
menggunakan realitas kehidupan, sehingga siswa tidak cepat bosan
untuk belajar matematika
c. Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap jawaban
siswa ada nilainya
d. Memupuk kerjasama dalam kelompok
e. Melatih keberanian siswa karena harus menjelaskan jawabannya
f. Pendidikan budi pekerti
2. Kelemahan
a. karena sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu maka siswa
masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawabannya
b. membutuhkan waktu yang lama terutama bagi siswa yang lemah
c. siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar untuk menanti
temannya yang belum selesai
d. belum ada pedoman penilaian, sehingga merasa kesulitan dalam
evaluasi/memberi nilai.
2.2.3. Langkah-langkah Pendekatan Matematika Realistik
Menurut Zulkardi (2002) dalam Nyimas Aisyah,dkk (2007), secara umum
langkah-langkah pembelajaran matematika realistik dapat dijelaskan sebagai
berikut:
14
1. Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual, guru harus benar-benar memahami
masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang mungkin akan
ditempuh siswa dalam menyelesaikannya.
2. Pembukaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran yang
akan dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata. Kemudian
siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara mereka
sendiri.
3. Proses pembelajaran
Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah sesuai
dengan pengalamannya, dapat dilakukan secara perorangan maupun secara
kelompok. Kemudian setiap siswa atau kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya didepan siswa atau kelompok lain dan siswa atau kelompok lain
memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi
terbaik serta menemukan aturan atau prinsip yang bersifat lebih umum.
4. Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui diskusi kelas,
siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu. Pada akhir
pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk
matematika formal.
2.3 Matematika
“Matematika” berasal dari bahasa yunani,”mathein” atau “manthenein”
yang berarti mempelajari. Menurut Jujun S (2007 : 190) dalam Widianto (2011)
matematika merupakan bahasa yang eksak, cermat, dan terbebas dari emosi.
Matematika sebagai bahasa merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian
15
makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. Selanjutnya menurut Kline
(1973) dalam Widianto (2011), matematika bukan pengetahuan tersendiri yang
dapat sempurna karena dirinya sendiri tetapi beradanya untuk membantu manusia
memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam. Kemudian
menurut Subarinah (2006) matematika merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Hal
ini berarti belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur
konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya.
Jadi, dari beberapa definisi matematika di atas dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah pelajaran yang mempelajari suatu makna yang ingin
disampaikan baik berupa konsep strukutur keterhubungan pola yang ada di
dalamnya.
2.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh Amanah (2010) tentang Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Dalam Konsep Satuan Panjang Melalui
Pendekatan Matematika Realistik Bagi Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri
Muneng 1 Tahun Pelajaran 2009/2010. Amanah memilih melakukan penelitian di
kelas III SDN Muneng 1 karena hasil belajar siswa masih rendah rata-rata nilai
mencapai 55,71, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 7 siswa dari 21 siswa kelas
III. Berdasarkan hasil analisa data tingkat ketuntasan hasil belajar setelah
melakukan penelitian diperoleh hasil belajar Siklus I 47,61% atau sekitar 10 siswa
mencapai ≥KKM dari 21 siswa kelas III. Pada Siklus II ada 86% atau sekitar 18
siswa siswa mencapai ≥KKM dari 21 siswa kelas III. Amanah berhasil melakukan
penelitian karena hasil penelitian ketuntasan hasil belajar siswa telah mencapai ≥
Indikator kinerja yang ditentukan Amanah yaitu 80% dan KKMnya 65, sedangkan
ketuntasan yang diperoleh 86%. Dapat dirumuskan Melalui Pendekatan
Matematika Realistik dengan Menggunakan Media Alat Ukur Panjang dapat
16
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dalam Konsep Menentukan Hubungan
antar Satuan Panjang dikelas III Sekolah Dasar Negeri Muneng 1 Kecamatan
Pakis Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2009./2010.
Penelitian Sri Suwarni (2011) yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa melalui Pendekatan Matematika Realistik dengan Menggunakan
Kartu Pecahan pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Sugihan Semester II
Tahun Pelajaran 2010/2011. Sri Suwarni memilih melakukan penelitian pada
siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Sugihan karena hasil belajar matematika
siswa kelas IV masih rendah, siswa kelas IV SDN 3 Sugihan berjumlah 25
siswa,laki-laki 14 orang dan perempuan 11 orang. Indikator kinerja yang
ditentukan oleh Sri Suwarni 80% siswa harus tuntas dengan KKM 65. Diperoleh
hasil belajar siswa pada Pra Siklus 44% atau sekitar 11 siswa mencapai ≥KKM,
Siklus I 60% atau sekitar 15 siswa mencapai ≥KKM dan Siklus II 84% atau
sekitar 21 siswa mencapai ≥KKM. Penelitian Sri Suwarni berhasil karena
ketuntasan yang diperoleh telah memenuhi Indikator kinerja yang Sri Suwarni
harapkan yaitu 80% sedangkan hasil prosentase siswa yang tuntas pada
penelitiannya adalah 84%. Melalui Pendekatan Matematika Realistik dapat
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV di Sekolah Dasar Negeri
3 Sugihan tentang Pecahan dan Urutannya.
Penelitian Miftakhul Janah (2010) yang berjudul Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa melalui Pendekatan Matematika Realistik dalam
Menyelesaikan Soal Cerita pada Pokok bahasan Satuan Panjang Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar Negeri Gejayan. Adanya hasil belajar matematika siswa kelas IV
Sekolah Dasar Negeri Gejayan masih rendah yang menjadi penyebab rendahnya
hasil belajar siswa kelas IV adalah siswa mengalami kesulitan dalam rangka
memahami pokok bahasan satuan panjang dalam bentuk soal cerita. Hasil analisis
penelitian yang dilakukan oleh Miftakhul Janah memperlihatkan adanya
17
peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri
Gejayan. Pada Pra Siklus jumlah siswa yang tuntas sebanyak 7 siswa atau sekitar
32% dari 22 siswa kelas IV, Siklus I 54% atau sekitar 12 siswa kelas IV mencapai
KKM dan Siklus II 82% atau sekitar 18 siswa dari 22 siswa kelas IV mencapai
KKM. Penelitian Miftakhul Janah berhasil karena hasil penelitian melebihi
indikator kinerja yang ditentukan oleh Miftakhul Janah yaitu 80% dan KKMnya
58, sedangkan jumlah siswa yang tuntas diperoleh 82% siswa kelas IV atau
sekitar 18 siswa tuntas. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan Pendekatan
Matematika Realistik dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas
IV dalam Menyelesaikan Soal Cerita.
Berdasarkan hasil penelitian para peneliti di atas disimpulkan pendekatan
matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran
matematika.
18
2.5 Kerangka Berpikir
Kondisi awal
Guru :
Mengajar dengan
model ceramah
Siswa :
Hasil belajar
siswa rendah
Tindakan
Menerapkan
Pendekatan
Matematika
Realsitik
Siklus I:
Pendekatan
Matematika
Realistik dengan
menggunakan
beberapa bangun
datar.
Siklus II:
Menerapkan
Pendekatan
Matematika
Realistik dengan
menggunakan
bahan-bahan
sederhana.
Kondisi Akhir
Diduga melalui pendekatan Pendekatan
matematika realistik pada materi pelajaran
Matematika tentang bangun datar simetri
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
19
2.6 Hipotesis Tindakan
Kerangka berpikir diatas dapat menjadi hipotesis tindakan bahwa
Pendekatan Matematika Realistik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V
di SDN Mangunsari 05 Salatiga semester II pada materi bangun datar.