11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kurikulum 2013
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian diatas, kurikulum memiliki dua
dimensi, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk
pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014
telah memenuhi kedua dimensi tersebut.
Kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan capaian
pendidikan (Majid, 2014:27). Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya
peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan
(skill), dan pengetahuan (knowledge). Permendikbud No. 67 Tahun 2013,
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkonstribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Pada proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 perlu memanfaatkan
sarana, prasarana, sumber belajar, dan media pembelajaran. Dalam kegiatan
pembelajaran khususnya anak sekolah dasar penggunaan media pembelajaran
yang bervariasi akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang
12
abstrak (Majid, 2014:190). Media dan sumber pembelajaran merupakan suatu
bagian dari keseluruhan proses pendidikan dalam semua program jenjang,
sehingga keterampilan untuk mengembangkan dan memanfaatkan media
pembelajaran sangat dibutuhkan oleh seorang guru yang profesional.
Peran media dalam pembelajaran kurikulum 2013 sangat penting, karena
proses pembelajaran diawali dengan kegiatan mengamati (membaca, mendengar,
menyimak, melihat yaitu tanpa atau dengan alat (Pertama, 2014:12). Oleh karena
itu dalam kurikulum 2013 kegiatan mendengar, menyimak, dan melihat
merupakan kegiatan yang membutuhkan media pembelajaran dalam proses
pelaksanaannya. Dapat disimpulkan bahwa media memiliki fungsi dan peran yang
sangat penting bagi pencapaian kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai
dalam pembelajaran kurikulum 2013.
2.2 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Menurut Nasution (Subarinah, 2006:1) istilah matematika berasal dari
bahasa latin “mathematika” yang mulanya diambil dari bahasa Yunani
“mathein” atau “mathenein” yang berarti “mempelajari”. Berdasarkan pada
pandangan konstruktivisme, hakikat matematika yaitu anak yang belajar
matematika dihadapkan pada masalah tertentu berdasarkan konstruksi
pengetahauan yang diperoleh ketika belajar dan anak berusaha memecahkannya
(Hamzah, 2007:126-132).
Ciri utama matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada
kesempatan dan pola pikir yang deduktif (Heruman, 2007:1). Akan tetapi, dalam
pembelajaran matematika pemahaman konsep sering diawali secara induktif
13
melalaui pengalaman peristiwa nyata. Proses induktif-deduktif dapat diguanakan
untuk mempelajari konsep matematika. Selama mempelajari matematika dikelas,
aplikasi hasil rumus atau sifat yang diperoleh dari penalaran deduktif atau induktif
sering ditemukan meskipun tidak secara formal hal ini disebut dengan belajar
bernalar (Depdiknas, 2003:5-6)
Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan struktur-struktur
yang abstrak dan hubungan-hubungan diantara hal itu (Hudoyo, 2003:123). Untuk
memahami struktur-struktur dan hubungan-hubungan, diperlukan pemahaman
tentang konsep-konsep yang terdapat di dalam matematika. Sedangkan
pembelajaran merupakan proses yang diselenggarakan oleh guru untuk
membelajarkan siswa dalam belajar. Bagaimana memperoleh dan memproses
pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Dimyati, 2002:157)
Pembelajaran matematika merupakan proses pemberian pengalaman
belajar kepada peserta didik melalaui serangkaian kegiatan yang terencana
sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang
dipelajari (Gatoto, 2007:1.26). Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada
semua peserta didik mulai dari sekolah dasar. Hal ini agar bahan kajian
matematika antara lain berhitung, ilmu ukur, dan aljabar dimaksudkan bertujuan
untuk mengembangkan logika dan kemampuan berpikir peserta didik (Peraturan
Pemerintah NO. 32 Tahun 2013).
Berdasarkan kurikulum 2013 proses pembelajaran di sekolah dasar melalui
pendekatan pembelajaran tematik terpadu. Dalam pembelajaran tematik terpadu,
tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Untuk kelas I,
II, dan III salah satunya pada mata pelajaran Matematika yang diorganisasikan
14
pada kompetensi dasar dari mata pelajaran IPA dan IPS. Kompetensi dasar IPA
dan IPS memiliki peran penting sebagai pengikat dan pengembang kompetensi
dasar Matematika dan mata pelajaran yang lainnya.
2.2.1 Tujuan Pembelajaran Matematika di SD
Menurut BSNP (2006:148) tujuan pembelajaran matematika di SD yaitu
agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat dan efisien,
dan tepat dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
15
Sementara, menurut Susanto (2013:189) secara umum tujuan pembelajaran
matematika di sekolah dasar yaitu agar siswa mampu dan terampil menggunakan
matematika, serta dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan
matematika.
2.2.2 Ciri-Ciri Pembelajaran Matematika di SD
Beberapa ciri pembelajaran matematika di SD menurut Suwangsih dan
Tiurlina (2006: 25-26) yaitu sebagai berikut :
1) Pembelajaran Matematika menggunakan metode spiral
Pada pembelajaran konsep atau suatu topik matematika selalu mengaitkan
atau menghubungkan dengan materi sebelumnya. Konsep yang baru selalu
dikaitkan dengan konsep yang sudah dipelajari dan mengingatkan kembali
konsep yang sudah dipelajari oleh siswa. Pengulangan konsep dalam
materi sangat diperlukan dalam pembelajaran matematika dengan cara
memperluas dan memperdalam materi.
2) Pembelajaran matematika bertahap
Materi pembelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu dimulai
dari hal yang konkret dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari hal yang
sederhana ke hal yang kompleks. Atau dari konsep-konsep yang
sederhana, menuju konsep yang lebih sulit.
3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif
Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun karena sesuai tahap
perkembangan mental siswa SD pada pembelajaran matematika di SD
digunakan pendekatan induktif untuk menjelaskan matematika kepada
16
siswa SD. Metode penalaran induktif yaitu suatu proses berpikir yang
berlangsung dari kejadian khusus ke umum.
4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi
Kebeneran matematika merupakan kebenaran konsistensi artinya tidak ada
pertentangan antara kebenaran yang satu dengan yang lainnya. Suatu
pertanyaan dianggap benar apabila didasarkan atas pernyataan-pernyataan
terdahulu yang diterima kebenarannya.
5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna
Pembelajaran secara bermakna merupakan cara pengajaran materi
pembelajaran yang mengutamakan pengertian dari pada hafalan.
2.2.3 Ruang Lingkup Matematika di SD
Ruang lingkup pembelajaran matematika di sekolah dasar untuk kelas II
berdasarkan Permendikbud No. 54 Tahun 2013 meliputi :
1) Bilangan asli dan Pecahan sederhana
Bilangan asli yaitu bilangan yang dimulai dari angka 1 dan bertambah 1
atau himpunan bilangan bulat positif yang tidak termasuk nol, sedangkan
pecahan sederhana adalah bilangan yang terdiri dari pembilang dan
penyebut atau dapat dinyatakan dalam bentuk a/b.
2) Geometri dan Pengukurun sederhana
Geometri (bangun ruang) adalah ilmu matematika yang mempelajari
tentang bentuk, ruang, komposisi, beserta sifat-sifatnya, ukuran-
ukurannya dan hubungan antara yang satu dengan yang lain. Pengukuran
17
yaitu proses memberikan bilangan kepada kualitas fisik panjang,
kapasitas, volume, luas, sudut, berat, dan suhu.
3) Statistika sederhana
Statistika adalah ilmu yang berhubungan dengan data, yaitu data diolah
untuk mendapatkan manfaat berupa keputusan dalam kehidupan.
2.2.4 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Matematika di SD
Pembelajaran matematika kelas II di SD memiliki Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar. Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi
SKL, yang harus menggambarkan kualitas seimbang antara pencapaian hard skills
dan soft skills. Kompetensi Dasar merupakan konten atau kompetensi yang terdiri
atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi inti
yang harus dikuasai peserta didik (Majid, 2014:46-49).
Berdasarkan Permendikbud No. 67 Tahun 2013 pada kelas II semester 1
dan semester 2 KI dan KD pada mata pelajaran matematika terdiri dari :
Tabel 2.1 KI dan KD kelas II Sekolah Dasar Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
1.1 Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
2. Menunujukan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam interaksi dengan keluarga, teman, dan guru
2.1 Menunjukan sikap cermat, dan teliti, jujur, tertib, dan mengikuti aturan, peduli, disiplin, waktu serta tidak mudah menyerah dalam mengerjakan tugas
2.2 Memiliki rasa ingin tahu dan ketertarikan pada matematika, yang terbentuk melalui pengelaman belajar.
2.3 Memiliki sikap terbuka, objektif, menghargai pendapat dan karya teman sebaya dalam diskusi kelompok maupun aktivitas sehari-hari
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanyakan berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya dirumah dan disekolah
3.1 Mengenal bilangan asli sampai 500 dengan menggunakan blok Dienes (kubus satuan)
3.2 Mengenal operasi perkalian dan pembagian pada bilangan asli yang hasilnya kurang dari 100 melalui kegiatan eksplorasi menggunakan benda konkrit
18
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
3.3 Mengenal kesamaan dua ekspresi, menggunakan benda konkrit, simbol atau penjumlahan/ pengurangan bilangan hingga satu angka
3.4 Mengenal nilai tukar antar pecahan uang 3.5 Mengenal satuan waktu dan
menggunakannya pada kehidupan sehari-hari dilingkungan sekitar
3.6 Mengetahui satuan panjang dan berat benda, jarak suatu tempat (baik tidak baku maupun yang baku) dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar
3.7 Mengenal ruang garis dan garis lurus 3.8 Mengidentifikasi unsur-unsur yang
membentuk segi tiga, segi empat dan segi enam beraturan
3.9 Mengenal bangun datar dan bangun ruang, serta mengelompokkan berdasarkan sifat geometrisnya
3.10 Menentukan nilai terkecil dan terbesar dari hasil pengukuran panjang atau berat yang disajikan dalam bentuk tabel sederhana
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
4.1 Memprediksi pola-pola bilangan sederhana menggunakan bilangan-bilangan yang kurang dari 100
4.2 Menaksir hasil perhitungan dengan strategi pembulatan satuan, pembulatan puluhan, dan pembulatan ratusan
4.3 Mengurai sebuah bilangan asli sampai dengan 500 sebagai hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian dua buah bilangan asli lainnya dengan berbagai kemungkinan jawaban
4.4 Mendemostrasikan berbagai penukaran uang di depan kelas dengan berbagai kemungkinan jawaban
4.5 Memecahkan masalah nyatasecara efektif yang berkaitan dengan penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, waktu, panjang, berat benda dan uang,selanjutnya memeriksa kebenaran jawabnya
4.6 Mengurai unsur-unsur bangun ruang sederhana dari benda-benda di sekitar
4.7 Menceritakan lokasi objek yang berkaitan dan representasi objek pada sebuah peta
4.8 Merepresentasikan, mengembangkan, dan membuat pola yang berulang, serta menemukan pola dasar
4.9 Mengumpulkan dan mengelompokkan data kategorikal atau diskrit dan menampilkan data menggunakan grafik konkrit dan piktograf
19
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
4.10 Membaca dan mendiskripsikan data yang disajikan dengan grafik konkrit dan piktograf
4.11 Membuat tabel sederhana hasil pengukuran panjang atau berat
(lanjutan tabel 2.1)
Dengan melihat Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pembelajaran
matematika di SD, seorang guru hendaknya melakukan proses pembelajaran
sesuai dengan Permendikbud No. 81A Tahun 2013 yaitu: (1) berpusat pada
peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan
kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika,
dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui
penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,
kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
2.3 Operasi Perkalian
Pada dasarnya operasi dalam matematika adalah aturan untuk
memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang diketahui. Hasil
operasi adalah elemen tunggal yang diperoleh, sedangkan satu atau lebih elemen
yang diketahui disebut elemen yang dioperasikan. Dalam matematika terdapat
beberapa macam operasi yaitu operasi uner yang merupakan pengerjaan hitung
yang melibatkan minimal terdiri dari satu elemen yang dioperasikan seperti
komplemen dan negasi.
Perkalian seringkali dipandang sebagai hal khusus dari penjumlahan,
dimana semua penambahannya sama. Operasi perkalian diartikan sebagai
penjumlahan berulang (Subarinah, 2006:31). Oleh karena itu untuk memahami
konsep perkalian anak harus paham dan terampil melakukan operasi penjumlahan.
20
Perkalian a x b diartikan sebagai penjumlahan bilangan b sebanyak a kali, jadi a x
b = b+b+b+b+...+b sebanyak a kali.
Contoh :
Saputra mempunyai 2 buah gelas yang berisi kelereng, setiap gelas
terdapat 5 kelereng. Berapa jumlah semua kelereng yang dimiliki Saputra ?
5 kelereng + 5 kelereng = ...?
Dua buah gelas, masing-masing terdapat 5 kelereng, maka:
2 x 5 = 5 + 5
= 10
Bentuk 5 + 5 menunjukan penjumlahan angka 5 sebanyak 2 kali. Jadi, 5 + 5
dapat ditulis menjadi perkalian 2 x 5 = 10
Sedangkan menurut Heruman (2008:22) pada prinsipnya perkalian sama
dengan penjumlahan secara berulang, sehingga kemampuan atau syarat yang
harus dimiliki siswa sebelum perkalian yaitu penguasaan penjumlahan. Perkalian
dapat diartikan sebagai suatu langkah untuk melipatgandakan sebuah angka
dengan angka yang lain untuk mendapatkan angka yang lebih besar.
Menurut Mahsetyo,dkk (2008:2.40) operasi perkalian memiliki sifat-sifat
sebagai berikut :
1. Sifat Asosiatif (Pengelompokan)
Sifat asosiatif yaitu apabila ada perkalian yang lebih dari dua angka, yang
manapu boleh lebih dulu dihitung. Untuk bilangan cacah a, b, c, berlaku :
21
(a x b) x c = a x (b x c)
Contoh : (3 x 4) x 6 = 12 x 6
= 72
3 x (4 x 6) = 3 x 24
= 72
2. Sifat Komutatif (Pertukaran)
Artinya adalah bahwa urutan perkalian bukan merupakan suatu masalah,
walaupun urutan angka dalam perkalian dibolak-balik hasilnya akan tetapi
sama. Pada operasi bilangan cacah berlaku sifat komutatif yaitu setiap bilangan
cacah a dan b berlaku a x b = b x a
Contoh : 5 x 3 = 15
3 x 5 = 15
3. Sifat Distributif (Penyebaran)
Untuk setiap bilangan cacah a, b, dan c, berlaku: a x (b + c) = (a x b) + (a x c)
atau a x (b – c) = (a x b) – (a x c)
Contoh : 2 x (4 + 5) = (2 x 4) + (2 x 5)
= 8 + 10 = 18
4. Sifat Identitas
Ada sebuah bilangan cacah apabila dikalikan dengan setiap bilangan cacah a
maka hasil kalinya tetap a. Bilangan cacah tersebut adalah bilangan 1. Jadi a x
1 = 1 x a untuk setiap bilangan cacah a.
5. Sifat Elemen Nol (0)
Untuk setiap bilangan cacah a, berlaku a x 0 = 0 x a = 0
22
2.4 Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata
“medium”. Secara harfiah, artinya adalah “perantara” atau “pengantar”. Oleh
karenanya, media dipahami sebagai perantara atau pengantar sumber pesan
dengan penerima pesan. Sanjaya (2008:211) menyatakan bahwa media
pembelajaran meliputi perangkat keras yang dapat mengantarkan pesan dan
perangkat lunak yang mengandung pesan.
Media dapat pula didefinisikan sebagai sesuatu yang membawa informasi
dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan siswa
(Sutikno, 2013:106). Istilah media sangat populer dalam bidang komunikasi.
Berbagai kegiatan manusia seperti diskusi, seminar, simulasi, proses belajar
mengajar, dan sebagainya juga merupakan media (Haryono, 2014:48). Dari
berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan media sebagai suatu alat atau
sejenisnya yang dapat dipergunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu kegiatan
pembelajaran.
Media berperan penting dalam suatu kegiatan pembelajaran, oleh karena
itu melalui media materi yang bersifat abstrak bisa menjadi lebih konkrit. Adapun
Syafi’I (Sumanto, 2010) menyebutkan ada beberapa manfaat penggunaan media
dalam proses pembelajaran, diantaranya sebagai berikut : 1) Membangkitkan
perhatian siswa, 2) Memperjelas informasi yang disampaikan, 3) Menstimulasi
ingatan tentang konsep, 4) Memotivasi siswa mengikuti materi pembelajaran, 5)
Menyajikan bimbingan belajar, 6) Membangkitkan performansi siswa yang
relevan dengan materi, 7) Memberikan masukan performansi siswa yang benar, 8)
23
Mendorong ingatan, menstransfer pengetahuan keterampilan, dan sikap yang
dipelajari.
Menurut Nababan (Pratama, 2014:8) media pembelajaran dibedakan
menjadi tiga yaitu :
1. Media komersil yaitu media yang dapat dibeli di toko buku atau alat
tulis, dan media yang dibuat oleh guru sendiri (teacher made)
2. Media yang dapat didengar (auditory), dapat dilihat (visual), dan dapat
didengar dan dilihat (audio-visual)
3. Games (Permainan)
Sedangkan media pembelajaran berdasarkan rancangannya ada dua yaitu:
1. Media yang dirancang (by design), yakni media dan sumber belajar
yang khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem
pembelajaran untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan
bersifat formal
2. Media yang dimanfaatkan (by utilization), yaitu media dan sumber
belajar yang didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan
keberadaanya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran.
Setiap media mempunyai karakteristik tertentu baik dilihat dari segi
kemampuannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaanya (Arsyad, 2002).
Memilih dan mengembangkan media yang akan digunakan harus berdasarkan
maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Menurut Pratama (2014:10) secara
umum media pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Memiliki pengertian fisik.
24
2. Memiliki pengertian non fisik.
3. Memiliki pengertian sebagai alat bantu.
4. Digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi antara guru dan
siswa.
5. Dapat digunakan secara masal, kelompok besar, kelompok kecil
maupun perorangan.
Merancang suatu media pembelajaran tidak harus menggunakan bahan-
bahan yang mahal atau dengan cara membeli, tetapi juga bisa menggunakan
benda-benda tidak terpakai atau barang bekas. Dalam penelitian ini penulis
mengembangkan media Kotak Berhitung yang termasuk dalam klasifikasi media
yang dirancang (by design). Media sangat berperan penting dalam meningkatkan
kualitas pendidikan (Sundayana, 2015:29).
Media kotak berhitung dirancang untuk peningkatan kualitas pendidikan
khususnya dalam pembelajaran matematika. Berikut ini beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam merancang media pembelajaran, diantaranya: a) Sesuai
dengan usia anak, b) Keamanan, artinya tidak membahayakan anak ketika
dipergunakan, c) Mudah, artinya tidak rumit dalam penggunaanya, d) Awet,
artinya tidak mudah rusak jika digunakan anak, e) Membantu siswa untuk
mendapatkan informasi atau pemahaman suatu materi. (Haryono, 2014:66).
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dilakukan oleh beberpa peneliti diantaranya yaitu :
Hadrianus Noi dengan judul “Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran
Matematika SD Materi Perkalian Berbasis Metode Sensori”. Produk yang
25
dikembangkan dalam penelitian ini adalah alat peraga yang berbasis pada metode
Montessori yang dilengkapi dengan album penggunaanya. Penelitian ini
dilakukan untuk kelas III SD, menggunakan pengembangan yang memodifikasi
model Sugiyono dan langkah-langkah Borg dan Gall. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga berbasis Metode Sensori
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan perkalian.
Uliya Khoirun Nisa dengan judul “Pengembangan Media Pembelajaran
Berbasis Macromedia Director MX Dalam Pembelajaran Perkalian Kelas II
SD/MI”. Media ini menggunakan program aplikasi director mx 2004 yaitu
program yang digunakan untuk membuat presentasi multimedia interaktif berupa
video, dan game dalam CD, DVD, dan Internet. Penelitian ini memfokuskan pada
pembuatan media pembelajaran interaktif yang menggunakan pengembangan
model R&D (Research and Devolepment). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
pengembangan media pembelajaran berbasis Macromedia Director MX layak
digunakan dalam proses pembelajaran matematika materi perkalian kelas II SD.
Dari penelitian terdahulu yang sudah dilakukan, kedua penelitian diatas
mempunyai perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu dari segi
desain, jenis permainan, model pengembangan, dan soal yang diberikan. Selain itu
media yang dikembangan oleh peneliti mempunyai keunggulan yaitu siswa dapat
secara langsung menggunakannya, dan terdapat benda konkret dalam media.
2.6 Media KOBER (Kotak Berhitung)
Kotak berhitung merupakan sebuah media pembelajaran yang berbentuk
kotak, terbuat dari triplek dengan tebal 3cm yang dimodifikasi dari alat serta
26
bahan yang sederhana, murah, dan sekaligus mudah didapatkan dilingkungan
sekitar. Oleh karena itu, kotak berhitung ini dapat dijadikan media pembelajaran
untuk memudahkan peserta didik dalam melakukan perkalian sebagai
penjumlahan berulang.
2.6.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut: Gergaji, paku,
palu, engsel, cat warna, alat bor, triplek, kartu angka/ bilangan dari map bekas
yang digunting, dan biji-bijian atau kelereng.
1.6.2 Cara Pembuatan
Tabel 2.2 langkah-langkah pengembangan media “KOBER” Gambar Langkah-Langkah Pembuatan
Potong triplek menggunakan gergaji, untuk menjadi beberapa bagian
Kemudian rangkai potongan triplek untuk membentuk sebuah kotak menggunakan paku dengan panjang disesuaikan
Buat lubang disalah satu bagian bawah kotak sebagai laci
Selanjutnya membuat tempat laci dan memberi pegangan di dibagaian depan
27
Gambar Langkah- Langkah Pembuatan
Buat lubang-lubang kecil sebanyank 10 lubang, dengan cara bersap. Sap bagian atas 5 lubang dan sap bagian bawah 5 lubang, kemudian pasang bagian lubang-lubang didalam kotak
Memasang kayu kecil sebagai gantungan angka di setiap atas lubang sebanyak 10
Memberikan kombinasi warna dengan bagian luar kotak warna merah, putih, kuning, dan biru
Media kotak berhitung siap untuk digunakan
(lanjutan tabel 2.2)
2.6.3 Cara Menggunakannya
1) Terdapat soal perkalian.
2) Gantungkan soal perkalian diatas papan.
3) Gantungkan angka pada kaitan yang ada di dalam kotak.
4) Setelah itu, masukan batu kesetiap lubang sesuai banyaknya angka yang
tergantung.
5) Kemudian, tarik laci untuk mengetahui hasil dari perkalian dengan
menghitung jumlah biji-bijian atau kelereng.
6) Tempelkan hasil soal perkalian dibagian atas papan.
28
2.6.4 Manfaat Media KOBER
Manfaat dengan adanya media kotak KOBER (Kotak Berhitung) yaitu
untuk mengeksplorasi kemampuan peserta didik dalam ranah aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik (Sundayana, 2015:118). Berikut ini penjelasannya:
1) Aspek Kognitif, yaitu peserta didik dapat memahami konsep perkalian
sebagai penjumlahan berulang dan dapat mempermudah kemampuan
berhitung perkalian.
2) Aspek Afektif, yaitu dalam penyajian dan penggunaan media tersebut baik
secara individu ataupun kelompok dapat melatih sikap peserta didik untuk
bekerja sama, jujur, kreatif, religius dan sebagainnya.
3) Aspek Psikomotorik, yaitu melatih keterampilan peserta didik untuk
menggantungkan angka, memasukan biji-bijian atau kelereng ke dalam
lubang, menarik laci untuk melihat hasilnya, menghitung hasil dari
perkalian, dan menggantungkan hasil perkalian diatas papan soal.
2.7 Efektivitas Pembelajaran
Departemen Pendidikan Nasional (2008:352), menyatakan bahwa efektif
berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab dan
dapat membawa hasil. Menurut E.Mulyasa (2003:82), mengutarakan efektivitas
adalah bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan
sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional. Efektivitas sering kali
berkaitan erat dengan perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, atau perbaningan hasil nyata dengan
hasil yang direncanakan.
29
Efektivitas pembelajaran secara konseptual dapat diartikan sebagai
perlakuan alam proses pembelajaran yang memiliki ciri-ciri : a) suasana yang
dapat berpengaruh, atau hal yang berkesan terhadap penampilan; dan b)
keberhasilan usaha atau tindakan yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Hamalik (Azhar Arsyad, 2007:15) mengemukakan bahwa pemakaian media
pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan
minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media
pembelajaran akan sangat membantu keefektivan proses pembelajaran dan
penyampaian pesan dan isi pelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Menurut Popham (2003:7), efektivitas proses pembelajaran seharusnya
ditinjau dari hubungan guru tertentu yang mengajar kelompok siswa tertentu, di
dalam situasi tertentu dalam usahanya mencapai tujuan-tujuan instruksional
tertentu. Efektivitas proses pembelajaran berarti tingkat keberhasilan guru dalam
mengajar kelompok siswa tertentu dengan menggunakan metode tertentu untuk
mencapai tujuan instruksional tertentu. Strategi guru untuk dapat meningkatkan
efektivitas pembelajaran di dalam kelas, Sutikno Sobry (2008:87) memaparkan
sebagai berikut :
30
Gambar 2.1 : Bagan Upaya Dalam Peningkatan Efektivitas Pembelajaran
Pendapat yang menyatakan tentang indikator sesuatu bisa dikatakan
efektif, Menurut Sinambela (2006:78), pembelajaran dikatakan efektif apabila
mencapai sasaran yang diinginkan, baik dari segi tujuan pembelajaran maupun
prestasi siswa yang maksimal. Beberapa indikator keefektifan pembelajaran :
a) Ketercapaian ketuntasan belajar,
b) Ketercapaian keefektifan aktivitas siswa (yaitu pencapaian waktu ideal
yang digunakan siswa untuk melakukan setiap kegiatan yang termuat
dalam rencana pembelajaran),
c) Ketercapaian efektivitas kemampuan guru mengelola pembelajaran, dan
respon siswa terhadap pembelajaran yang positif.
Persiapan
1. Mengecek atau membuat silabus 2. Menentukan tujuan kompetensi dasar (KD) 3. Menentukan tujuan indikator 4. Memilih model pembelajaran dan alat bantu
yang relevan 5. Menentukan cara evaluasi 6. Menentukan kapan pendidikan dimulai 7. Menentukan bacaan wajib dan pilihan 8. Belajar dan menguasai bahan pelajaran yang
akan disampaikan 9. Membuat ringkasan/ garis besar apa yang akan
disampaikan
Pelaksanaan
1. Datang tepat waktu 2. Menumbuhkan motivasi pada peserta didik 3. Menciptakan komunikasi yang baik 4. Menggunakan media pembelajaran yang baik
dan bervariasi 5. Menggunakan model pembelajaran yang baik
dan bervariasi 6. Memberi ringkasan materi / handout
Evaluasi Harus didasarkan pada tujuan pembelajaran instruksional yang telah ditetapkan
31
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan mengenai efektivitas
pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah tingkat
keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu media pembelajaran atau alat bantu
yang relevan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
2.8 Kerangka Berpikir
Kerangka bepikir dalam penelitian yaitu penjelasan dari permasalahan
yang terjadi, bagaimana cara mengatasi permasalahan dan dengan apa mengatasi
permasalahan tersebut. Kerangka pikir ini digunakan untuk memperjelas alur yang
akan dilakukan dalam penelitian pengembangan, sehingga tidak terjadi kesalahan
dalam pelaksanaannya.
Konsep pengembangan media “KOBER” pada pembelajaran matematika
materi perkalian, secara skematis kerangka berpikir dalam penelitian ini akan
digambarkan sebagai berikut :
32
Gambar 2.2 : Bagan Kerangka Berpikir
Keberhasilan Pembelajaran
ditandai oleh
Perubahan Pada Diri Siswa
ditemukan masalah
1. Siswa belum mampu memahami operasi bilangan perkalian sebagai penjumlahan berulang.
2. Guru belum menggunakan media pembelajaran matematika.
mengakibatkan
1. Siswa mengalami kesulitan dalam menghitung. 2. Efektivitas pembelajaran matematika menurun.
langkah yang diambil
Pengembangan Media Kotak Berhitung (KOBER)
hasil yang diperoleh
1. Siswa mampu menghitung dan mamahami operasi perkalian sebagai penjumlahan berulang.
2. Efektivitas pembelajaran matematika meningkat.