6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Pola Asuh
a. Pengertian Pola Asuh
Orang tua hendaknya selalu memberikan kasih sayang kepada
anaknya. Yusuf (2010:37) menyatakan bahwa orang tua bertanggung
jawab untuk memberikan asuhan yang baik bagi anak mereka. Asuhan
yang baik akan mempengaruhi anak tumbuh dengan baik pula. Pola
asuh orang tua terhadap anak dipengaruhi oleh beberapa hal seperti
lingkungan sekitar. Hasan (2011:24) mengungkapkan bahwa pola asuh
yang baik serta penuh perhatian akan menjadikan seorang anak tumbuh
dengan baik, namun jika orang tua tidak terlalu perduli dengan pola
asuh anak, akan membuat seorang anak tumbuh dengan kurang baik.
Uraian di atas menjelaskan bahwa pola asuh orang tua sangat penting
bagi anak, karena anak akan menjadi cerminan dari orang tua.
Pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan orang tua yang
diterapkan pada anak, bukan ditentukan oleh kebutuhan anak dan
kemampuan dari orang tuanya. Wahyuning (2003:126) menyatakan
bahwa pengasuhan anak menunjuk kepada pendidikan umum yang
diterapkan terhadap anak berupa suatu proses interaksi antara orang tua
(pengasuh) dengan anak (yang diasuh). Interaksi tersebut mencakup
Pengaruh Pola Asuh..., Rosdiana Nanda Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
7
perawatan seperti mencukupi kebutuhan makanan, mendorong
keberhasilan dan melindung, maupun sosialisasi yaitu mengajarkan
tingkah laku umum yang diteriama oleh masyarakat. Fine dalam
Wahyuning (2003:126) menyatakan bahwa pengasuhan anak adalah
bagian penting dan mendasar, menyiapkan anak untuk menjadi
masyarakat yang baik. Pola asuh yang diharapkan ialah pola asuh yang
bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan sandang dan pangan anak,
melainkan kebutuhan batin seperti perhatian dan dukungan.
Pola Asuh dari orang tua adalah sarana atau kapal yang
menjadi kendaraan untuk mengkomunikasikan nilai-nilai moral pada
anak-anak. Poerwadarminta (2007:66) dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia mengungkapkan bahwa pola asuh adalah sebuah sistem
kerja atau bentuk struktur yang tetap, merawat dan mendidik anak atau
membimbing, membantu, melatih supaya dapat berdiri sendiri. Hasan
(2011:21) mengemukakan bahwa mengasuh anak adalah mendidik dan
memelihara anak, seperti mengurus makannya, minumnya,
pakaiannya, dan keberhasilannya dalam periode yang pertama sampai
dewasa.
Sikap orang tua terhadap anak merupakan bentuk pola asuh,
seberapa banyak orang tua lebih menggunakan kekuasaan dalam
mengasuh anak-anaknya untuk selalu patuh dan tunduk, atau apakah
orang tua lebih banyak memberikan kebebasan secara penuh, tidak
mengontrol, bahkan acuh tak acuh terhadap perilaku anak. Shochib
Pengaruh Pola Asuh..., Rosdiana Nanda Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
8
(2010:207) menyatakan bahwa pola asuh orang tua diapresiasi anak
sebagai undangan, bantuan, bimbingan dan dorongan untuk
membentuknya mengembangkan diri sebagai pribadi yang berkarakter
adalah orang tua yang mampu memancarkan kewibawaan pada anak.
Rahardjo (2005:32) mengungkapkan bahwa lingkungan keluarga
memiliki peran penting dalam pembentukan konsep diri seorang anak.
Anastasia dalam Rahardjo (2005:32) menyatakan pendapat bahwa
dengan melihat hal tersebut maka sikap orang tua terhadap anak akan
sangat menentukan konsep diri anak. Rahman (2014:13) menyatakan
bahwa sikap perilaku dan kebiasaan orang tua akan dilihat , dinilai, dan
ditiru anak dan secara tidak sadar akan di terima didalam pikiran,
sehingga membentuk karakter anak. Definisi-definisi di atas, dapat
disimpulkan bahwa orang tua yang menjadi penentu seorang anak akan
tumbuh dengan baik dan berkepribadian baik pula.
Simpulan dari uraian di atas adalah keluarga merupakan kunci
dalam mengasuh dan membimbing anak-anaknya dalam membentuk
sifat dan sikap, karena tingkah laku anak merupakan cerminan dari
tingkah laku orang tua. Orang tua harus saling bekerja sama dan
membentuk pribadi anak. Keluarga yang harmonis akan meghasilkan
pengasuhan yang baik bagi anak. Pola asuh yang baik ialah pola asuh
yang penuh dengan perhatian, karena pengasuhan orang tua dianggap
sebagai bentuk bimbingan bagi anak. Konsep diri anak ditentukan dari
bagaimana orang tua mengasuh anak-anaknya.
Pengaruh Pola Asuh..., Rosdiana Nanda Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
9
Pekerjaan orang tua juga akan mempengaruhi gaya pengasuhan
anak, gaya pengasuhan tersebut akan diketahui seberapa disiplin anak
berdasarkan pekerjaan orang tua, sebagai contoh pekerjaan Buruh.
Orang tua dengan pekerjaan Buruh mempunyai lebih sedikit waktu
untuk mengurus anak, hal tersebut dapat berakibat pada anak. Anak
akan merasa kurang diperhatikan dan akan mencari perhatian di
sekolah atau di lingkungan rumahnya.
b. Macam-macam Pola Asuh
Orang tua sejatinya tidak bersikap menghukum maupun acuh
terhadap anak, seharusnya orang tua menetapkan aturan-aturan dan
bersikap hangat terhadap anak. Ormrod (2008:94) mengungkapkan
bahwa para peneliti telah mengidentifikasi berbagai macam cara pola
asuh orang tua terhadap anak. Baumrind dalam Ormrod menyatakan
bahwa pola asuh yang berbeda-beda berhubungan dengan perilaku dan
sifat kepribadian yang berbeda-beda pada anak.
1) Pengasuhan Otoritarian
Gaya pengasuhan otoritarian merupakan suatu gaya
membatasi dan menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti
perintah-perintah orang tua dang menghormati kerja keras mereka.
Orang tua yang otoriter bahkan mungkin sering memukul anak,
menekan aturan tanpa penjelasan dan selalu menunjukan amarah
kepada anak. Santrock (2007:167) mengungkapkan bahwa anak
yang tumbuh dengan pengasuhan otoriter sering terlihat tidak
Pengaruh Pola Asuh..., Rosdiana Nanda Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
10
bahagia, memiliki rasa takut, tidak percaya diri saat dirinya
dibandingkan dengan orang lain, tidak mampu memulai aktivitas,
dan kemampuan komunikasinya lemah. Anak dengan pola asuh
otoriter mungkin berperilaku agresif.
Orang tua yang bersikap otoriter menjadi pendorong anak
untuk berperilaku agresif. Farrington (Shochib,2010:5)
menyatakan bahwa sikap orang tua yang kasar dan keras, perilaku
orang tua yang menyimpang, dinginnya hubungan antara anak
dengan orang tua dan antara ayah dan ibu, orang tua yang bercerai,
serta ekonomi lemah menjadi pendorong utama seorang anak
berperilaku agresif. Orang tua harus mengasuh anak dengan gaya
pengasuhan yang tidak memberi penekanan kepada anak sehingga
anak dapat berperilaku baik di lingkungan maupun di sekolah.
Pengasuhan otoritarian memandang penting kontrol dan
kepatuhan tanpa syarat. Orang tu mencoba membuat anak
menyesuaikan diri dengan serangkaian standar perilaku dan
menghukum mereka secara keras atas pelanggaran yang telah
dilakukannya. Hale-Benson dalam Ormrod (2008:94) meyatakan
bahwa dalam lingkungan keluarga dengan kondisi ekonomi lemah
yang serba kekurangan atau lingkungan kumuh yang penuh bahaya
di setiap sudutnya. Orang tua mungkin justru akan berbuat
kebaikan bagi anak-anaknya dengan menerapkan aturan-aturan
yang sangat tegas mengenai aktivitas-aktivitas anaknya.
Pengaruh Pola Asuh..., Rosdiana Nanda Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
11
Kesimpulan dari pendapat di atas adalah bahwa lingkungan
menjadi satu hal yang perlu diperhatikan dalam mengasuh anak,
seperti yang telah kita ketahui bahwa lingkungan sangat
mempengaruhi perilaku anak. Lingkungan yang baik akan
mempengaruhi seseorang berperilaku baik, sebaliknya lingkungan
yang tidak baik akan mempengaruhi seseorang berperilaku tidak
baik.
Simpulan dari uraian di atas ialah bahwa gaya pengasuhan
otoritarian merupakan gaya pengasuhan yang tegas terhadap anak
mereka. Gaya pengasuhan ini akan membuat anak merasa kurang
bahagia dan kurang percaya diri saat berada di lingkungan
masyarakat maupun sekolah. Anak juga akan memiliki sifat agresif
terhadap orang lain. Anak dapat menjadi disiplin di depan orang
tua, namun dapat berperilaku tidak disiplin di belakang orang tua
mereka. Sifat agresif tersebut merupakan akibat dari sikap orang
tua yang kasar dan keras, sehingga akan membuat suasana dingin
antara anak dan orang tua.
2) Pengasuhan Otoritatif
Orang tua tipe otoritatif akan menerima dan melibatkan
anak sepenuhnya. Gaya pengasuhan ini sering kita sebut sebagai
gaya pengasuhan demokratis. Orang tua memberikan kehangatan,
bimbingan, dan komunikasi dua arah (Hasan,2011:26). Ormrod
(2008:94) mengungkapkan bahwa anak dari orang tua yang
Pengaruh Pola Asuh..., Rosdiana Nanda Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
12
menggunakan pola asuh otiritatif akan tumbuh dengan baik karena
perilaku mereka dianggap ideal. Anak-anak tersebut mampu
mendengarkan orang lain dengan hormat, mampu mengikuti aturan
saat memasuki masa sekolah, berusaha hidup mandiri, dan
berjuang meraih prestasi akademis. Ungkapan di atas dapat
disimpulkan bahwa seorang anak yang tumbuh dengan gaya
pengasuhan otoritatif akan tumbuh menjadi seseorang yang
berperilaku disiplin.
Pengasuhan otoritatif mendorong anak untuk mandiri
namun masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka.
Santrock (2007:167) mengungkapkan bahwa orang tua yang
otoritatif menunjukan kesenangan dan dukungan sebagai respons
terhadap perilaku kostruktif anak. Papalia (2010:395) menyatakan
bahwa orang tua mencintai dan menerima, tetapi juga menuntut
perilaku yang baik, dan kokoh dalam mempertahankan standar, dan
memiliki keinginan untuk menjatuhkan hukuman yang bijaksana
dan terbatas ketika memang hal tersebut dibutuhkan, dalam
konteks hubungan yang hangat dan suportif.
Simpulan dari uraian di atas ialah bahwa pengasuhan gaya
otoritatif merupakan gaya pengasuhan yang paling ideal digunakan
oleh orang tua dalam mengasuh anak. Orang tua membawa
pengasuhan anak dalam kehangatan sebuah keluarga. Anak dengan
gaya pengasuhan otoritatif akan tumbuh baik, anak akan
Pengaruh Pola Asuh..., Rosdiana Nanda Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
13
menghormati orang lain dan mampu menaati peraturan yang ada.
Hukuman yang digunakan dalam pengasuhan tersebut ialah
hukuman yang bijaksana bagi anak. Hukuman tersebut akan
berdampak baik pada anak saat berada di lingkungan sekolah, anak
akan berperilaku disiplin, patuh terhadap guru, saling menghormati
dan dapat berprestasi dengan baik.
3) Pengasuhan Permisif
Pengasuhan gaya permisif ialah gaya pengasuhan orang tua
yang sangat terlibat dalam kehidupan anak, namun tidak terlalu
menuntut atau mengontrol anak. Santrock (2007:167) menyatakan
bahwa orang tua membiarkan anak melakukan apa yang mereka
inginkan, alhasil anak tidak pernah belajar mengendalikan
perilakunya sendiri dan selalu berharap mendapatkan
keinginannya. Papalia (2010:395) mengungkapkan bahwa orang
tua dengan gaya permisif mengomunikasikan tentang keputusan
dan kebijakan kepada anak-anak. Anak cenderung menjadi tidak
dewasa serta sangat kurang control diri dan eksplorasi, dengan kata
lain seorang anak dengan gaya pengasuhan permisif akan tumbuh
menjadi anak yank manja, tidak patuh, agresif, kurang mandiri,
kurang disiplin, ingin menang sendiri, pemalu dan tidak mudah
bergaul.
Orang tua dengan pengasuhan permisif akan mendorong
anak menjadi agresif dan cenderung tidak percaya diri. Maccoby
Pengaruh Pola Asuh..., Rosdiana Nanda Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
14
dan Martin dalam Santrock (2002:258) menyatakan bahwa
pengasuhan permisif terjadi dalam dua bentuk. Pertama
pengasuhan yang permissive-indifferent, ialah suatu gaya
pengasuhan orang tua yang sangat tidak terlibat dalam kehidupan
anak. Kedua pengasuhan yang permissive-indulgent, ialah suatu
gaya pengasuhan orang tua yang sangat terlibat dalam kehidupan
anak-anak tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali terhadap
mereka.
Simpulan dari uraian di atas ialah bahwa orang tua dengan
gaya pengasuhan permisif membebaskan anak dalam melakukan
sesuatu yang anak sukai. Anak yang tumbuh dengan gaya
pengasuhan tersebut akan cenderung menjadi anak yang manja,
akibatnya anak dapat menjadi kurang mandiri, malu dan tidak
percaya diri. Anak dengan gaya pengasuhan permisif akan menjadi
anak yang acuh, kurang bertanggung jawab, dan berperilaku
kurang disiplin.
Simpulan uraian di atas ialah bahwa orang tua dalam
pengasuhan acuh tak acuh tidak begitu perduli pengasuhan anak. Anak
akan bahwa dirinya tidak dipedulikan, hal tersebut dapat membuat
anak merasa rendah diri dan bertingkah seperti anak kecil. Anak
dengan pengasuhan tersebut biasanya terjadi karena kedua orang tua
mereka yang sibuk bekerja, karena itu orang tua tidak mengetahui
aktivitas anaknya baik di sekolah maupun di lingkungan rumahnya.
Pengaruh Pola Asuh..., Rosdiana Nanda Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
15
Maccoby dan Martin dalam Santrock (2007:168)
mengungkapkan bahwa keempat klasifikasi pengasuhan tersebut
melibatkan kombinasi antara penerimaan dan sikap responsif di satu
sisi serta tuntutan dan kendali di sisi. Hart dalam Santrock menyatakan
bahwa pengasuhan otoritatif merupakan gaya yang paling ideal,
karena:
1) Orang tua yang otoritatif menerapkan keseimbangan yang tepat
antara kendali dan otonomi, sehingga member anak kesempatan
untuk membentuk kemandirian sembari memberikan standar,
batas, dan panduan yang dibutuhkan anak.
2) Orang tua yang otoritatif lebih cenderung melibatkan anak dalam
kegiatan memberi dan menerima secara verbal dan
memperbolehkan anak mengutarakan pandangan anak. Jenis
diskusi keluarga ini membantu anak memahami hubungan sosial
dan apa yang dibutuhkan untuk menjadi orang yang berkompeten
secara sosial.
3) Kehangatan dan keterlibatan orang tua yang diberikan oleh orang
tua yang otoritatif membuat anak lebih bisa menerima pengaruh
orang tua.
Pola asuh orang tua akan berpengaruh terhadap perilaku
disiplin anak di sekolah. Kaitan pola asuh dengan perilaku disiplin
anak ialah dapat kita lihat dari cara orang tua mengasuh anak. Orang
Pengaruh Pola Asuh..., Rosdiana Nanda Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
16
tua memegang peran penting dalam perilaku disiplin siswa yang
nantinya akan mempengaruhi proses belajar anak di sekolah.
Simpulan dari uraian di atas ialah bahwa pengasuhan otoritatif
merupakan gaya pengasuhan yang sangat ideal bagi anak-anak. Anak
dengan gaya pengasuhan otoritatif diberikan kesempatan untuk
melakukan kemandirian diri, namun dengan batasan tertentu.
Pengasuhan otoritatif juga dikenal sebagai pengasuhan demokratis,
karena pada pengasuhan tersebut anak dilibatkan dalam diskusi
keluarga dan diperbolehkan untuk mengutarakan pendapat yang akan
membuat anak lebih berani dan dapat bergaul di lingkungan
masyarakat nantinya.
2. Disiplin
Anak memerlukan disiplin untuk memenuhi kebutuhan tertentu
dalam perkembangannya. Mustari (2014:36) menyatakan bahwa disiplin
diperlukan ketika seseorang mempunyai cita-cita. Disiplin adalah kata
kunci kemajuan dan kesuksesan, bukan hanya untuk prestasi, jabatan,
harta, kemampuan, dan lain-lain. Disiplin juga diperluakan untuk sekedar
hobi, terciptanya disiplin harus dari kesadaran anak itu sendiri. Disiplin
sangat penting di dalam lingkungan sekolah, karena belajar mengajar
dapat berlangsung baik dengan adanya perilaku disiplin dari para
penghuninya.
Disiplin dan “disciple” berasal dari kata yang sama, yaitu seorang
yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin.
Pengaruh Pola Asuh..., Rosdiana Nanda Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
17
Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid
yang belajar dari orang tua dan guru untuk hidup yang berguna dan
bahagia. Disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan anak perilaku
moral (Hurlock,1978:82). Orang tua tidak mau cukup berusaha untuk
menanamkan disiplin, hal tersebut akan membuat hubungan orang tua
dengan anak sulit dan tidak menyenangkan.
Disiplin diperlukan untuk menjamin bahwa anak akan menganut
standar yang ditetapkan masyarakat dan yang harus dipatuhi anak.
Kemendiknas (2010:33) berpendapat bahwa disiplin merupakan tindakan
yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan. Hurlock (1987:84) terdapat empat unsur pokok disiplin yaitu:
peraturan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam peraturan tersebut
dan dalam cara yang digunakan untuk mengajarkan dan memaksakannya,
hukuman untuk pelanggaran peraturan, dan penghargaan untuk perilaku
yang baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku. Disiplin menurut
Zuriah (2008:69) ialah sikap dan perilaku sebagai cerminan dan ketaatan,
kepatuhan, ketertiban, kesetiaan, ketelitian, dan keteraturan perilaku
seseorang terhadap norma dan aturan yang berlaku.
Simpulan dari uraian di atas ialah bahwa disiplin merupakan suatu
hal yang penting bagi seorang anak. Disiplin sangat dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari seperti disiplin mandi, disiplin makan, disiplin tidur.
Sikap disiplin seseorang dapat dibentuk, tergantung cara orang tua mereka
menerapkan perilaku disiplin pada anak-anaknya. Orang tua seringkali
Pengaruh Pola Asuh..., Rosdiana Nanda Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
18
memanjakan anak, sehingga hal tersebut dapat membuat anak tumbuh
menjadi kurang disiplin.
Hurlock (1987:92) berpendapat bahwa ada tiga cara menanamkan
disiplin yaitu:
a) Cara Mendisiplin Otoriter
Teknik cara mendisiplin otoriter ialah mencakup hukuman
yang berat bila terjadi kegagalan memenuhi standar dan sedikit, atau
sama sekali tidak ada persetujuan, pujian atau tanda-tanda penghargaan
lainnya bila anak memenuhi standar yang diharapkan. Disiplin otoriter
selalu berarti mengendalikan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk
hukuman, terutama hukuman badan.
b) Cara Mendisiplin Permisif
Disiplin permisif berarti sedikit disiplin atau tidak berdisiplin.
Disiplin permisif biasanya tidak membimbing anak ke pola perilaku
yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. Orang
tua menganggap kebebasan sama dengan laissez-faire, membiarkan
anak meraba-raba dalam situasi yang tersulit untuk ditanggulangi oleh
anak itu sendiri tanpa bimbingan atau pengendalian.
c) Cara Mendisiplin Demokratis
Disiplin cara demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan
penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu
diharapkan. Penjelasan seperti saat anak melanggar peraturan atau
berbuat kesalahan, orang tua mengingatkan konsekuensi atau
Pengaruh Pola Asuh..., Rosdiana Nanda Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
19
mengingatkan anak kepada aturan-aturan yang telah anak buat dengan
orang tua. Diskusi seperti melibatkan anak saat orang tua membuat
aturan dan penerapan aturan tersebut, misalnya bertanya apa yang anak
inginkan jika prestasinya meningkat dan apa hukuman yang akan anak
terima jika prestasinya menurun. Penalaran seperti saat melarang anak
melakukan sesuatu orang tua harus menyertakan alasan yang mudah
diterima anak, misalnya “Kamu tidak boleh menonton TV lagi, karena
sekarang waktunya belajar”. Metode ini lebih menekankan aspek
edukatif dari disiplin dari pada aspek hukumannya. Disiplin
demokratis menggunakan hukuman dan penghargaan, dengan
penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman tidak pernah
keras dan biasanya tidak berbetuk hukuman badan.
Tiga cara mendisiplin di atas dapat diketahui bahwa peran pola
asuh orang tua sangat penting. Orang tua dituntut untuk dapat mengawasi
dan membimbing anak mereka. Orang tua harus senantiasa mengawasi
perilaku anak terlebih lagi perilaku disiplin di sekolah, lingkungan, dan
rumah. Pola asuh sangat berperan penting dalam perkembangan perilaku
disiplin anak, semakin baik pola asuh yang diterapkan orang tua kepada
anak, semakin baik pula perilaku disiplin anak di sekolah.
Simpulan dari uraian di atas ialah bahwa terdapat tiga cara
mendisiplin yaitu cara mendisiplin otoriter, cara mendisiplin permisif, dan
cara mendisiplin demokratis. Disiplin otoriter ialah disiplin yang
dikendalikan orang tua dalam bentuk hukuman dan paksaan. Disiplin
Pengaruh Pola Asuh..., Rosdiana Nanda Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
20
permisif ialah bentuk disiplin yang memberikan kebebasan kepada anak
untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Disiplin demokratis ialah
disiplin dengan menggunakan diskusi dalam penyelesaiannya,
penghargaan lebih diutamakan pada didiplin demokratis.
3. Prestasi Belajar
Anak sangat membutuhkan bimbingan dan dukungan orang tua
untuk meningkatkan prestasi belajarnya di sekolah. Hasan (2011:20)
mengungkapkan bahwa orang tua yang berperan dalam pendidikan, anak
akan menunjukan peningkatan prestasi belajar, diikuti dengan perbaikan
sikap, kedisiplinan, stabilitas sosioemosional. Arifin ( 2013: 12)
menjelaskan bahwa prestasi berasal dari bahasa Belanda “prestatie”, yang
kemudian dalam bahasa Indonesia di artikan menjadi “prestasi” yang
berarti “hasil usaha”. Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Poerwadaminta,1976:768) ialah prestasi diartikan sebagai hasil
yang telah di capai, sedangkan belajar di artikan sebagai berusaha supaya
mendapatkan sesuatu kepandaian. Pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar di peroleh oleh seseorang setelah ia melakukan
sebuah uasaha yaitu belajar. Prestasi seseorang bergantung dari cara orang
tua mendidik anak.
Prestasi belajar yang baik dapat tercermin dari seberapa disiplin
seseorang dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Arifin (2013:12)
menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan hal yang penting untuk
dibahas, karena mempunyai beberapa fungsi utama, seperti:
Pengaruh Pola Asuh..., Rosdiana Nanda Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
21
1) Prestasi belajar sebagai indicator kualitas dan kuantitas pengetahuan
yang telah dikuasai peserta didik.
2) belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat
dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan.
Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar
dapat dijadikan indicator tingkat kesuksesan peserta didik di
masyarakat.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)
peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus
utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang
diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.
Fungsi di atas menjelaskan bahwa sangat penting bagi kita untuk
memahami prestasi belajar seorang anak, karena prestasi belajar tidak
hanya digunakan sebagai indikator keberhasilan bidang studi saja, tetapi
juga sebagai indikator kualitas intitusi pendidikan. Prestasi belajar ini
sangat bermanfaat bagi guru sebagai umpat balik dalam pelaksanaan
proses pembelajaran.
Orang tua dan guru harus selalu berdampingan dalam
meningkatkan prestasi belajar anak. Hamdani (2011:139) menyebutkan
bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor tersebut
ialah faktor internal dan eksternal. Faktor internal ialah faktor yang berasal
Pengaruh Pola Asuh..., Rosdiana Nanda Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
22
dari dalam diri siswa tersebut, seperti kecerdasan, faktor jasmaniah, sikap,
minat dan bakat siswa. Faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar
diri siswa. Faktor eksternal di bagi menjadi dua bagian yaitu lingkungan
sosial dan lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial berupa guru, kepala
sekolah, teman sekelas, rumah, alat belajar dan lain sebagainya.
Sedangkan lingkungan nonsosial berupa gedung, tempat tinggal dan waktu
belajar. Slameto dalam Hamdani (2011:143), menjelaskan bahwa faktor
ekstern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah keluarga,
keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Terlihat dari uraian di atas bahwa keluarga dalam hal ini orang tua,
dapat mempengaruhi prestasi belajar anak di bidang akademik. Keluarga
merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak. Keluarga
yang harmonis dapat membantu keberhasilan proses belajar anak. Anak
akan merasa nyaman sehingga dapat membuat anak terdorong untuk lebih
disiplin belajar, karena itu orang tua harus benar-benar memperhatikan
pola asuh terhadap anak mereka. Pola asuh yang baik dapat memberikan
motivasi kepada siswa untuk dapat bersikap disiplin dalam segala hal.
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Beberapa penelitian tentang pola asuh telah dilakukan, diantaranya:
Rahardjo (2005) tentang “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Prestasi
Belajar dengan Konsep Diri pada Siswa SD Al-Irsyad I Purwokerto”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dan
prestasi belajar dengan konsep diri siswa SD Al-Irsyad 1 Purwokerto. Dari
penelitian tersebut didapatkan hasil uji-t = -2,596 dengan p = 0,010 dan
Pengaruh Pola Asuh..., Rosdiana Nanda Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
23
product moment r = 0,618 dengan p = 0,000. Diperoleh data ada dua jenis pola
asuh dominan yaitu 80 siswa mendapatkan nol pola asuh demokratis (58%)
dan 58 siswa (42%) mendapatkan pola asuh yang tak terbedakan(campuran).
Penelitian lain oleh Rahmania dan Putra (2006) tentang “Hubungan
Antara Persepsi terhadap Pola Asuh Otoriter Orang tua dengan
Kecenderungan Pemalu (Shynes) pada Remaja Awal”, dari penelitian tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan antara persepsi terhadap pola asuh
otoriter orang tua dengan kecenderungan pemalu (shynes). Kedua variabel
tersebut memiliki korelasi yang positif, yang artinya semakin besar persepsi
remaja awal terhadap pola asuh orang otoriter orang tua maka akan semakin
besar pula kecenderungan shyness yang akan mereka alami.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lainnya ialah, jika dalam
penelitian Rahmania dan Putra ditemukan adanya hubungan antara persepsi
terhadap pola asuh otoriter orang tua terhadap kecenderungan pemalu.
Sedangkan pada penelitian Rahardjo ditemukan dua jenis pola asuh yang
dominan yaitu pola asuh demokratis dan pola asuh terbedakan, pada penelitian
ini akan dicari pengaruh pola asuh orang tua terhadap kedisiplinan dan prestasi
belajar siswa.
C. KERANGKA PIKIR
Orang tua memainkan peran penting dalam upaya membentuk
kepribadian anak. Keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang sangat
penting bagi perkembangan para anak. Fungsi dasar keluarga adalah
memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang. Yusuf (2010:37)
Pengaruh Pola Asuh..., Rosdiana Nanda Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
24
menyatakan bahwa orang tua bertanggung jawab untuk memberikan asuhan
yang baik bagi anak. Pola asuh menurut Wiwit (2003:126) ialah seluruh cara
perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Orang tua mempunyai
peranan sangat penting bagi tumbuh kembangnya anak sehingga menjadi
seorang pribadi yang sehat, cerdas, terampil, mandiri, dan berakhlak mulia.
Pengasuhan anak menunjuk kepada pendidikan umum yang diterapkan
pengasuhan terhadap anak berupa suatu proses interaksi antara orang tua
(pengasuh) dengan anak (yang diasuh). Interaksi tersebut mencakup perawatan
seperti mencukupi kebutuhan makanan, mendorong keberhasilan dan
melindung, maupun sosialisasi yaitu mengajarkan tingkah laku umum yang
diteriama oleh masyarakat. Pengasuhan anak menurut Fine dalam Wiwit
(2003:126) merupakan bagian penting dan mendasar, menyiapkan anak untuk
menjadi masyarakat yang baik.
Peranan orang tua bagi pendidikan anak di sekolah adalah memberikan
dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar, seperti pendidikan agama,
budi pekerti, sopan santun, perilaku disiplin, estetika, kasih saying, rasa aman,
dasar-dasar untuk mematuhi peraturan, dan menanamkan kebiasaan-
kebiasaan. Hasan (2011:20) mengungkapkan bahwa orang tua yang berperan
dalam pendidikan, anak akan menunjukan peningkatan prestasi belajar, diikuti
dengan perbaikan sikap, kedisiplinan, stabilitas sosioemosional.
Disiplin merupakan sikap yang semestinya dimiliki seorang anak dalai
kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah. Sikap disiplin dapat
di bentuk sejak dini pada anak. Sikap disiplin juga di perlukan anak dalam
prestasi belajarnya di sekolah. Prestasi belajar siswa di dapatkan setelah siswa
Pengaruh Pola Asuh..., Rosdiana Nanda Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
25
melakukan sebuah usaha yaitu belajar. Belajar tidak dapat meningkatkan
prestasi belajar apabila belajar tersebut tidak dilakukan secara disiplin.
Adapun skema kerangka berpikir yang peneliti rumuskan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap
kedisiplinan siswa kelas VA SD Negeri Pangebatan.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap
prestasi belajar siswa kelas VA SD Negeri Pangebatan.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap
kedisiplinan siswa kelas VA SD Negeri Pangebatan.
4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap
prestasi belajar siswa kelas VA SD Negeri Pangebatan.
POLA ASUH
ORANG TUA (X)
PRESTASI
BELAJAR SISWA
(Y2)
KEDISIPLINAN
(Y1)
Pengaruh Pola Asuh..., Rosdiana Nanda Pratiwi, FKIP, UMP, 2017