13
BAB II
LANDASAN TEORI
II. A. Etos Kerja
II. A. 1. Pengertian Etos Kerja
Berdasarkan kamus Webster (2007), “etos” didefinisikan sebagai
keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang,
sekelompok, atau institusi. Jadi, etos kerja dapat diartikan sebagai doktrin tentang
kerja yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai baik dan benar
yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku kerja mereka (Sinamo, 2002).
Banyak tokoh lain yang menyatakan defenisi dari etos kerja. Salah satunya
ialah Harsono dan Santoso (2006) yang menyatakan etos kerja sebagai semangat
kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sukriyanto (2000) yang menyatakan bahwa etos kerja adalah
suatu semangat kerja yang dimiliki oleh masyarakat untuk mampu bekerja lebih
baik guna memperoleh nilai hidup mereka. Etos kerja menentukan penilaian
manusia yang diwujudkan dalam suatu pekerjaan.
Selanjutnya, Hill (1999) menyatakan:
The work ethic is a cultural norm that advocates being personally accountable and responsible for the work that one does and is based on a belief that work has intrinsic value.
Menurut Hill (1999) etos kerja adalah suatu norma budaya yang
mendukung seseorang untuk melakukan dan bertanggung jawab terhadap
Universitas Sumatera Utara
14
pekerjaannya berdasarkan keyakinan bahwa pekerjaan tersebut memiliki nilai
instrinsik.
Berdasarkan pendapat kedua tokoh diatas, dapat dilihat bahwa etos kerja
erat kaitannya dengan nilai-nilai yang dihayati secara intrinsik oleh seseorang. Hal
ini diperkuat oleh Hitt (dalam Boatwright & Slate, 2000) yang menyamakan etos
kerja sebagai suatu nilai dan menyatakan bahwa gambaran etos kerja yang
dimiliki seseorang merupakan gambaran dari nilai-nilai yang dimilikinya yang
berfungsi sebagai panduan dalam tingkah lakunya.
Cherrington (dalam Boatwright dan Slate, 2000) menyimpulkan etos kerja
dengan lebih sederhana yaitu etos kerja mengarah kepada sikap positif terhadap
pekerjaan. Ini berarti bahwa seseorang yang menikmati pekerjaannya memiliki
etos kerja yang lebih besar daripada seseorang yang tidak menikmati
pekerjaannya. Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Anoraga (2001)
yang menyatakan etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau
suatu umat teradap kerja. Jika pandangan dan sikap itu melihat kerja sebagai suatu
hal yang luhur untuk eksistensi manusia, maka etos kerja akan tinggi. Sebaliknya,
jika melihat kerja sebagai suatu hal yang tidak berarti untuk kehidupan manusia,
apalagi kalau sama sekali tidak ada pandangan dan sikap terhadap kerja, maka
etos kerja itu dengan sendirinya akan rendah.
Selanjutnya Petty (1993) menyatakan etos kerja sebagai karakteristik yang
harus dimiliki pekerja untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang
terdiri dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan. Subekti (dalam
Kusnan, 2004) menambahkan, suatu individu atau kelompok masyarakat dapat
Universitas Sumatera Utara
15
dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi, apabila menunjukkan tanda-tanda
sebagai berikut:
a. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia.
b. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi
eksistensi manusia.
c. Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia.
d. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan
sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita,
e. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.
Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa etos kerja adalah sikap atau pandangan positif terhadap pekerjaan untuk
dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang didasari oleh nilai dan norma
tertentu sebagai panduan tingkah lakunya dalam bekerja.
II. A. 2. Aspek-aspek Etos Kerja
Menurut Petty (1993), etos kerja memiliki tiga aspek atau karakteristik,
yaitu keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan.
a. Keahlian interpersonal
Keahlian interpersonal adalah aspek yang berkaitan dengan hubungan
kerja dengan orang lain atau bagaimana pekerja berhubungan dengan pekerja lain
di lingkungan kerjanya. Keahlian interpersonal meliputi kebiasaan, sikap, cara,
penampilan dan perilaku yang digunakan individu pada saat berada disekitar
orang lain dan mempengaruhi bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
16
Indikator yang digunakan untuk mengetahui keahlian interpersonal
seorang pekerja adalah meliputi karakteristik pribadi yang dapat memfasilitasi
terbentuknya hubungan interpersonal yang baik dan dapat memberikan
konteribusi dalam performansi kerja seseorang, dimana kerjasama merupakan
suatu hal yang sangat penting.
Terdapat 17 sifat yang dapat menggambarkan keahlian interpersonal
seorang pekerja (Petty, 1993), yaitu: sopan, bersahabat, gembira, perhatian,
menyenangkan, kerjasama, menolong, disenangi, tekun, loyal, rapi, sabar,
apresiatif, kerja keras, rendah hati, emosi yang stabil, dan keras kemauan.
b. Inisiatif
Inisiatif merupakan karakteristik yang dapat memfasilitasi seseorang agar
terdorong untuk lebih meningkatkan kinerjanya dan tidak langsung merasa puas
dengan kinerja yang biasa. Aspek ini sering dihubungkan dengan situasi di tempat
kerja yang tidak lancar. Hal-hal seperti penundaan pekerjaan, hasil kerja yang
buruk, kehilangan kesempatan karena tidak dimanfaatkan dengan baik dan
kehilangan pekerjaan, dapat muncul jika individu tidak memiliki inisiatif dalam
bekerja (Petty, 1993).
Terdapat 16 sifat yang dapat menggambarkan inisiatif seorang pekerja
(Petty, 1993) yaitu: cerdik, produktif, banyak ide, berinisiatif, ambisius, efisien,
efektif, antusias, dedikasi, daya tahan kerja, akurat, teliti, mandiri, mampu
beradaptasi, gigih, dan teratur.
Universitas Sumatera Utara
17
c. Dapat diandalkan
Dapat diandalkan adalah aspek yang berhubungan dengan adanya harapan
terhadap hasil kerja seorang pekerja dan merupakan suatu perjanjian implisit
pekerja untuk melakukan beberapa fungsi dalam kerja. Seorang pekerja
diharapkan dapat memuaskan harapan minimum perusahaan, tanpa perlu terlalu
berlebihan sehingga melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya. Aspek ini
merupakan salah satu hal yang sangat diinginkan oleh pihak perusahaan terhadap
pekerjanya.
Terdapat 7 hal yang dapat menggambarkan seorang pekerja yang dapat
diandalkan (Petty, 1993), yaitu: mengikuti petunjuk, mematuhi peraturan, dapat
diandalkan, dapat dipercaya, berhati-hati, jujur, dan tepat waktu.
Berdasarkan pemaparan diatas, terdapat tiga aspek etos kerja yaitu
keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan.
II. A. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi etos kerja, yaitu:
a. Usia
Menurut hasil penelitian Buchholz’s dan Gooding’s, pekerja yang berusia
di bawah 30 tahun memiliki etos kerja lebih tinggi daripada pekerja yang berusia
diatas 30 tahun (dalam Boatwright dan Slate, 2000)
b. Jenis kelamin
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Boatwright dan Slate (2000),
wanita memiliki etos kerja yang lebih tinggi daripada pria.
Universitas Sumatera Utara
18
c. Latar belakang pendidikan
Hasil penelitian Boatwright dan Slate (2000) menyatakan bahwa etos kerja
tertinggi dimiliki oleh pekerja dengan latar belakang pendidikan S1 dan terendah
dimiliki oleh pekerja dengan latar belakang pendidikan SMU.
d. Lama bekerja
Menurut penelitian Boatwright dan Slate (2000) mengungkapkan bahwa
pekerja yang sudah bekerja selama 1-2 tahun memiliki etos kerja yang lebih tinggi
daripada yang bekerja dibawah 1 tahun.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan terdapat empat faktor
yang dapat mempengaruhi etos kerja yaitu usia, jenis kelamin, latar belakang
pendidikan, dan lama bekerja.
II. B. Pegawai Negeri Sipil
II. B. 1. Pengertian Pegawai Negeri Sipil
Pegawai Negeri menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 43
tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8
tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian adalah setiap warga negara
Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh
pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau
diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pegawai Negeri terdiri dari; Pegawai Negeri Sipil, Anggota Tentara
Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pegawai
Universitas Sumatera Utara
19
Negeri Sipil terdiri dari: Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil
Daerah. Pejabat yang berwenang dapat mengangkat pegawai tidak tetap di
samping Pegawai Negeri (Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999
tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian).
Pegawai Negeri Sipil muslim adalah Pegawai Negeri Sipil sebagaimana
pengertian diatas yang beragama Islam.
II. B. 2. Kedudukan dan Tugas Pegawai Negeri Sipil
Kedudukan Pegawai Negeri Sipil sangat strategis karena di dalam
aktivitasnya memegang peranan yang besar dalam menuju cita-cita bangsa dan
negara. Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang
bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional,
jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan
pembangunan. Dalam kedudukan dan tugas Pegawai Negeri harus netral dari
pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Untuk menjamin netralitasnya,
Pegawai Negeri dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik
(Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999 tentang perubahan atas
Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian)
Universitas Sumatera Utara
20
II. B. 3. Hak dan Kewajiban Pegawai Negeri Sipil
Kewajiban Pegawai Negeri adalah setia dan taat kepada Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah, serta wajib menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
(Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999 tentang perubahan atas
Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian).
Ada pun hak Pegawai Negeri adalah:
1. Memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan
tanggung jawabnya (Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No.43 Tahun 1999
tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian)
2. Memperoleh cuti (Pasal 8 Undang-Undang No. 8 tahun 1974)
II. B. 4. Kode Etik Pegawai Negeri Sipil
Koesoemahatmadja (1979) meringkas Kode Etik Pegawai Negeri Sipil
menjadi lima butir, yaitu:
a. Bersikap hormat-menghormati antara sesama warga negara yang memeluk
agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berlainan.
b. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan diri sendiri, seseorang
atau golongan.
c. Menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah dan martabat Pegawai
Negeri Sipil serta menaati segala peraturan perundang-undangan, peraturan
Universitas Sumatera Utara
21
kedinasan dan perintah-perintah atasan dengan penuh kesadaran, pengabdian,
dan tanggung-jawab.
d. Memberikan pelayanan terhadap masyarakat sebaik-baiknya sesuai dengan
bidang tugasnya masing-masing.
e. Memelihara keutuhan, kekompakan, persatuan dan kesatuan negara dan
bangsa Indonesia serta Korps Pegawai Negeri Sipil.
II. B. 5. Manajemen Pegawai Negeri Sipil
Menurut Bab III Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999
tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Manajemen Pegawai Negeri Sipil diarahkan
untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara
berdayaguna dan berhasilguna. Untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan pembangunan tersebut diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang
profesional, bertanggung jawab, jujur, dan adil melalui pembinaan yang
dilaksanakan berdasarkan sistim prestasi kerja dan sistim karier yang
dititikberatkan pada sistim prestasi kerja.
Kebijaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil mencakup penetapan
norma, standaar, prosedur, formasi, pengangkatan, pengembangan kualitas
sumber daya Pegawai Negeri Sipil, pemindahan, gaji, tunjangan, kesejahteraan,
pemberhentian, hak, kewajiban, dan kedudukan hukum.
Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu.
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan
Universitas Sumatera Utara
22
berdasarkan prinsip prosesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan
jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya
tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau golongan. Pengangkatan
Pegawai Negeri Sipil dalam pangkat awal ditetapkan berdasarkan tingkat
pendidikan formal. Untuk lebih menjamin obyektivitas dalam mempertimbangkan
pengangkatan dalam jabatan dan kenaikan pangkat diadakan penilaian prestasi
kerja.
Badan Kepegawaian Negara dibentuk untuk menjamin kelancaran
penyelenggaraan kebijaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil. Badan
Kepegawaian Negara menyelenggarakan manajemen Pegawai Negeri Sipil yang
mencakup perencanaan, pengembangan kualitas sumber daya Pegawai Negeri
Sipil dan administrasi kepegawaian, pengawasan dan pengendalian,
penyelenggaraan dan pemeliharaan informasi kepegawaian, mendukung
perumusan kebijaksanaan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil, serta memberikan
bimbingan teknis kepada unit organisasi yang menangani kepegawaian pada
instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
II. C. Departemen Agama Kota Medan
Departemen Agama merupakan salah satu departemen yang ada dalam
sturktur pemerintahan Republik Indonesia. Departemen Agama (dahulu
Kementerian Agama) dibentuk pada 3 Januari 1946 atau lima bulan setelah
Proklamasi Kemerdekaan. Para founding fathers Indonesia lekas menyadari akan
Universitas Sumatera Utara
23
perlunya pengaturan dan kebijakan negara yang berkaitan dengan agama melalui
suatu departemen khusus (Nasar, 2008).
Departemen Agama dibentuk dalam rangka memenuhi kewajiban
pemerintah untuk melaksanakan isi Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29. Pasal
tersebut berbunyi, ayat (1) Negara berdasar atas ke-Tuhanan yang Maha Esa, ayat
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu
((Nasar, 2008).
Visi Departemen Agama adalah terwujudnya masyarakat agamais yang
berakhlak mulia, rukun dan damai. Adapun misinya yaitu:
1. Meningkatkan bimbingan dan pelayanan kehidupan beragama.
2. Meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengamalan dan pengembangan
nilai-nilai agama.
3. Memperkokoh kerukunan umat beragama
4. Mengembangkan lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan
keagamaan.
5. Meningkatkan kualitas pendidikan agama pada sekolah umum dan madrasah.
6. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan haji.
Departemen Agama dipimpin oleh seorang Menteri Agama. Pada setiap
propinsi dan kabupaten/kota memiliki Kantor Wilayah Departemen Agama dan
Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota. Kantor Depertemen Agama kota
Medan memiliki 21 Kantor Urusan Agama yang berada di 21 kecamatan yang ada
di kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
24
Struktur Organisasi Kantor Departemen Agama Kota Medan dapat dilihat
pada bagan berikut:
Struktur Organisasi Kantor Departemen Agama Kota Medan
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373
Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen
Agama Propinsi dan Kantor Depaartemen Agama Kabupaten/Kota, Bagian Tata
Usaha mempunyai tugas melakukan pelayanan teknis dan administrasi
perencanaan dan informasi keagamaan, kepegawaian dan ortala, keuangan dan
IKN, humas dan kerukunan hidup umat beragama, katatausahaan dan
kerumahtanggaan kepada seluruh organisasi dan/atau satuan kerja di lingkungan
Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota.
BAGIAN TATA USAHA
SEKSI PENYELENGGARA
HAJI & UMROH
KANTOR DEPARTEMEN
AGAMA
SEKSI MAPENDA
SEKSI PEKAPONTREN
SEKSI BIMAS
KRISTEN
PENJAB KEPEGAWAIAN
PENJAB RUMAH TANGGA
PENJAB KEUANGAN
21 KANTOR URUSAN AGAMA
SEKSI URUSAN
AGAMA ISLAM
PB. ZAKAT & WAKAF
Universitas Sumatera Utara
25
Seksi Urusan Agama Islam mempunyai tugas melakukan pelayanan dan
bimbingan di bidang kepenghuluan, keluarga sakinah, pangan halal, ibadah sosial
serta pengembangan kemitraan umat Islam.
Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah mempunyai tugas melakukan
pelayanan dan pembinaan di bidang penyuluhan haji dan umrah, bimbingan
jemaah dan petugas, dokumen dan perjalanan haji, pembekalan dan akomodasi
haji, serta pembinaan KBIH dan pasca haji.
Seksi Madrasah dan Pendidikan Agama Islam (Mapenda) pada Sekolah
Umum memiliki tugas melakukan pelayanan dan bimbingan di bidang kurikilum,
ketebagaan dan kesiswaan, sarana, kelembagaan dan ketatalaksanaan serta
supervisi dan evaluasi pada pada raudhatul athfal, madrasah ibtidaiyah, madrasah
tsanawiyah, dan pendidikan agama Islam pada prasekolah, sekolah umum tingkat
dasar dan menengah pertama serta sekolah luar biasa.
Seksi Pendidikan Keagamaan, Pondok Pesantren, Pendidikan Agama
Islam pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid mempunyai tugas melakukan
pelayanan dan bimbingan teknis penyelanggaraan pendidikan di bidang
pendidikan diniyah, pendidikan salafiyah, kerja sama kelembagaan dan
pengembangan potensi pondok pesantren, pendidikan agama Islam pada
masyarakat dan pemberdayaan Masjid.
Penyelenggaran Zakat dan Wakaf mempunyai tugas memberikan
pelayanan dan bimbingan kepada masyarakat di bidang pembinaan lembaga dan
pengembangan zakat dan wakaf.
Universitas Sumatera Utara
26
Seksi Bimbingan Masyarakat Kristen (Bimas Kristen) mempunyai tugas
melakukan pelayanan dan bimbingan di bidang lembaga dan sarana agama,
penyuluhan, tenaga teknis keagamaan, pendidikan agama Kristen, dan supervisi
pendidikan.
Departemen Agama memiliki kode etik pegawainya, yaiitu:
1. Menjunjung tinggi persatuan dan Kesatuan.
2. Mengutamakan pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat.
3. Bekerja dengan jujur, adil dan amanah
4. Melaksanakan tugas dengan disiplin, profesional dan inovatif.
5. Kesetiakawanan dan bertanggung jawab atas kesejahteraan Korps.
II. D. Etos Kerja Pegawai Negeri Sipil Muslim pada Kantor Departemen
Agama Kota Medan
Tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat
madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan
bermoral tinggi (Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999 tentang
perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian). Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
nasional tersebut diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang merupakan unsur aparatur
negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang harus menyelenggarakan
pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan,
dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Universitas Sumatera Utara
27
Batubara (dalam Yoana, 2004) mengatakan salah satu kunci kemajuan dan
keberhasilan pembangunan nasional adalah etos kerja. Jika Indonesia ingin
mencapai pembangunan nasional yang baik maka yang harus dilakukan adalah
membenahi etos kerja manusianya.
Menurut Harsono dan Santoso (2006) yang dimaksud dengan etos kerja
adalah semangat kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu.
Hitt (dalam Boatwright & Slate, 2000) menyamakan etos kerja sebagai suatu nilai
dan menyatakan bahwa gambaran etos kerja yang dimiliki seseorang merupakan
gambaran dari nilai-nilai yang dimilikinya yang berfungsi sebagai panduan dalam
tingkah lakunya.
Menurut Glock dan Stark (dalam Diana, 1997), agama adalah sistem
simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, sistem perilaku yang terlembaga yang
semuanya berpusat persoalan-persoalan yang dihayati sebagai sesuatu yang paling
maknawi. Darajat (dalam Jufri, 2004) menambahkan agama akan mempengaruhi
cara berfikir, bersikap, bereaksi serta berperilaku.
Islam merupakan salah satu agama yang didalamnya terjandung nilai-nilai
dan ajaran-ajaran yang bersifat universal dan sempurna. Islam sangat
meganjurkan umatnya untuk bekerja dan memiliki etos kerja yang tinggi . Allah
SWT berfirman:
“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang yang mu’min, dan kamu akan dikembalikan kepada [Allah] Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”(Qur’an surat At-Taubah:105).
Universitas Sumatera Utara
28
Allah SWT juga berfirman:
“Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebarlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (Qur’an surat Al-Jumu’ah:10)
Islam juga mengajarkan kepada umatnya agar selalu bekerja keras dan
memiliki etos kerja yang tinggi . Allah SWT berfirman:
“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (Qur’an surat Al-Insyirah : 7-8).
Petty (1993) menyatakan etos kerja sebagai karakteristik yang harus
dimiliki pekerja untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang terdiri
dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan. Keahlian interpersonal
berkaitan dengan bagaimana pekerja berhubungan dengan pekerja lain di
lingkungan kerjanya. Indikator yang digunakan untuk mengetahui keahlian
interpersonal seorang pekerja adalah meliputi karakteristik pribadi yang dapat
memfasilitasi terbentuknya hubungan interpersonal yang baik dan dapat
memberikan kontribusi dalam performansi kerja seseorang.
Islam mengajarkan kepada umatnya agar menjalin hubungan baik dengan
sesama manusia (hablum minannas) sebagai wujud nyata dari hubungan yang
baik dengan Allah SWT (hablum minallah). Mampu membina hubungan yang
baik dengan rekan kerja akan meningkatkan performansi seorang pekerja
(Tasmara, 1995).
Inisiatif merupakan karakteristik yang dapat memfasilitasi seseorang agar
terdorong untuk lebih meningkatkan kinerjanya dan tidak langsung merasa puas
Universitas Sumatera Utara
29
dengan kinerja yang biasa. Islam mengajarkan kepada umatnya agar memiliki
inisiatif dalam bekerja dan melakukan pekerjaan sebaik-baiknya. Sebagaimana
sabda Rasulullah:
“Sesungguhnya Allah menyukai dari kamu orang yang apabila ia mengerjakan suatu pekerjaan, ia mengerjakannya dengan sungguh-sungguh (sempurna).” (HR. Bukhari)
Sedangkan dapat diandalkan adalah aspek yang berhubungan dengan
adanya harapan terhadap hasil kerja seorang pekerja dan merupakan suatu
perjanjian implisit pekerja untuk melakukan beberapa fungsi dalam kerja. Salah
satu karakteristik dari dapat diandalkan adalah mematuhi peraturan. Dalam ajaran
Islam, menaati praturan yang telah dibuat oleh pimpinan adalah sebuah
kewajiban. Sebagaimana firman Allah SWT:
”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul- (Nya), dan ulil amri diantara kamu.”( Qur’an surat An Nisa’: 59)
Ulil amri dalam pengertian ayat diatas adalah orang-orang yang menjadi
pemimpin pada suatu kelompok masyarakat atau pada suatu pemerintahan. Setiap
umuat Islam harus patuh pada peraturan yang ditetapkan oleh pemimpin-
pemimpinnya. Hal ini termasuk dalam konteks suatu instansi pemerintahan. Hal-
hal yang ditetapkan oleh pemimpin di suatu instansi wajid diikuti oleh seluruh
pegawainya. Disebabkan juga para pegawai tersebut telah bersumpah akan
menaati seluruh peraturan instansi.
Menurut Tasmara (1995) etos kerja muslim di definisikan sebagai cara
pandang yang diyakini oleh seorang muslim bahwa bekerja itu bukan saja untuk
memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, tetapi juga sebagai suatu
Universitas Sumatera Utara
30
manifestasi dari amal sholeh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang
sangat luhur. Terdapat beberapa ciri etos kerja muslim, yaitu: memiliki jiwa
kepemimpinan, selalu berhitung, menghargai waktu, tidak pernah merasa puas
berbuat kebaikan, hidup berhemat dan efisien, memiliki jiwa wiraswasta,
memiliki insting bertanding dan bersaing, keinginan untuk mandiri, haus untuk
memiliki sifat keilmuan, berwawasan makro-universal, memperhatikan kesehatan
dan gizi, ulet dan pantang menyerah, berorientasi pada produktivitas dan
memperkaya jaringan silaturrahmi.
Departemen Agama merupakan salah departemen yang ada di
pemerintahan Indonesia. Tujuannya yaitu untuk mengurusi masalah-masalah yang
berkaitan dengan kehidupan beragama di Indonesia. Untuk wilayah kota Medan
terdapat Kantor Departemen Agama kota Medan. Kantor Departemen Agama kota
Medan membawahi 21 Kantor Urusan Agama yang berada di setiap kecamatan di
kota Medan. Mayoritas dari pegawainya adalah beragama Islam, yaitu 180 orang
dari 188 orang, atau sekitar 95,74%. Melihat data diatas peranan Pegawai Negeri
Sipil muslim sangat penting untuk mencapai visi dan misi Departemen Agama.
Dilihat dari segi tugas-tugas yang diemban, Pegawai Negeri Sipil muslim
Departemen Agama mengurusi masalah-masalah yang berhubungan langsung
dengan agama Islam, seperti pembinaan masyarakat Islam, penyelenggaraan Haji,
zakat dan wakaf, pengelolaan madrasah dan pondok pesantren. Oleh karena itu
diharapkan Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen Agama memiliki
pengetahuan keislaman yang lebih baik dan dapat mengaplikasikannya dalam
Universitas Sumatera Utara
31
kehidupan kerjanya. Maka diharapkan Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen
Agama memiliki etos kerja yang baik.
Menurut Anoraga (2001), seorang pekerja yang memiliki etos kerja yang
baik akan memiliki sikap positif pada pekerjaannya, semangat datang ke kantor,
jarang absen dan memiliki inisiatif dalam bekerja. Namun berdasarkan obervasi
yang peneliti lakukan pada beberapa KUA, banyak Pegawai Negeri Sipil muslim
yang tidak masuk kantor. Hal ini seperti yang terjadi pada KUA Medan Kota.
Dari 6 Pegawai Negeri Sipil hanya 2 orang yang masuk. Kemudian juga, pada
satu KUA setiap hari rata-rata ada saja PNS yang tidak masuk dengan berbagai
alasan. Kemudian pada Kantor Departemen Agama kota medan sering dijumpai
Pegawai Negeri Sipil muslim yang tidak mengikuti apel pagi karena terlambat.
Universitas Sumatera Utara