II-1
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Landasan Teori
II.1.1 Pengertian Sistem
Secara umum, sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau
elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi,materi,
atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Istilah ini sering digunakan untuk
menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, dimana suatu model
matematika seringkali bisa dibuat.
Menurut Jogiyanto (2005:2), sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen
yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan
suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata.Kesatuan yang nyata adalah suatu
objek nyata, seperti tempat, benda, dan orang-orang yang betul-betul ada dan
terjadi.
Sementara menurut Mulyadi (2016:5) dalam bukunya yang berjudul Sistem
Akuntansi, sistem adalah jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan; sedangkan prosedur
adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam
satu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara
seragam transaksi perusahaan yang terjadi secara berulang-ulang.
II.1.2 Karakteristik Sistem
Menurut Agus Mulyanto (2009:2) dalam bukunya Sistem Informasi Konsep
dan Aplikasi, karakteristik sistem ialah sebagai berikut:
1. Mempunyai Komponen Sistem (System’s Components)
Suatu sistem tidak berada dalam lingkungan yang kosong, tetapi sebuah
sistem berada dan berfungsi di dalam lingkungan yang berisi sistem lainnya.
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi,
II-2
bekerjasama membentuk satu kesatuan. Apabila suatu sistem merupakan
salah satu dari komponen sistem lain yang lebih besar, maka akan disebut
dengan subsistem, sedangkan sistem yang lebih besar tersebut adalah
lingkungannya.
2. Mempunyai Batasan Sistem (Boundary)
Batas sistem merupakan pembatas atau pemisah antara suatu sistem dengan
sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya.
3. Mempunyai Lingkungan (Environment)
Lingkungan luar adalah apa pun di luar batas dari sistem yang dapat
mempengaruhi operasi sistem, baik pengaruh yang menguntungkan
ataupun yang merugikan. Pengaruh yang menguntungkan ini tentunya
harus dijaga sehingga akan mendukung kelangsungan operasi sebuah
sistem. Sedangkan lingkungan yang merugikan harus ditahan dan
dikendalikan agar tidak mengganggu kelangsungan sebuah sistem.
4. Mempunyai Penghubung (Interface) Antar Komponen
Penghubung (interface) merupakan media penghubung antara satu
subsistem dengan subsistem yang lainnya. Penghubung inilah yang akan
menjadi media yang digunakan data dari masukan (input) hingga keluaran
(output). Dengan adanya penghubung, suatu subsistem dapat berinteraksi
dan berintegrasi dengan subsistem yang lain membentuk satu kesatuan.
5. Mempunyai Masukan (input)
Masukan atau input merupakan energi yang dimasukan ke dalam sistem.
Masukan dapat berupa masukan perawatan (input maintenance), yaitu
bahan yang dimasukkan agar sistem tersebut dapat beroperasi dan
masukan sinyal (input signal), yaitu masukan yang diproses untuk
mendapatkan keluaran.
II-3
6. Mempunyai Pengolahan (processing)
Pengolahan (process) merupakan bagian yang melakukan perubahan dari
masukan untuk menjadi keluaran yang diinginkan.
7. Mempunyai Sasaran (Objective) dan Tujuan
Suatu sistem pasti memiliki sasaran (objective) atau tujuan (goal). Apabila
sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada
gunanya. Tujuan inilah yang mengarahkan suatu sistem.Tanpa adanya
tujuan, sistem menjadi tidak terarah dan terkendali.
8. Mempunyai Keluaran (output)
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Keluaran dapat berupa
informasi sebagai masukan pada sistem lain atau hanya sebagai sisa
pembuangan.
9. Mempunyai Umpan Balik (Feed Back)
Umpan balik diperlukan oleh bagian kendali (control) sistem untuk
mengecek terjadinya penyimpangan proses dalam sistem dan
mengembalikannya ke dalam kondisi normal.
II.1.3 Pengertian Pengendalian Internal
Menurut COSO (2013), pengendalian internal adalah penggunaan semua
sumber daya perusahaan untuk meningkatkan, mengarahkan, mengendalikan, dan
mengawasi berbagai aktivitas dengan tujuan untuk memastikan bahwa tujuan
perusahaan tercapai.
II.1.4 Komponen Pengendalian Internal
Menurut COSO (2013), ada lima komponen pengendalian internal:
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi,
mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan
II-4
pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian
intern, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian
menyediakan arahan bagi organisasi dan mempengaruhi kesadaran
pengendalian dari orang-orang yang ada di dalam organisasi tersebut.
Beberapa faktor yang berpengaruh di dalam lingkungan
pengendalian antara lain integritas dan nilai etik, komitmen terhadap
kompetensi, dewan direksi dan komite audit, gaya manajemen dan gaya
operasi, struktur organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab,
praktik dan kebijkan SDM. Auditor harus memperoleh pengetahuan
memadai tentang lingkungan pengendalian untuk memahami sikap,
kesadaran, dan tindakan manajemen, dan dewan komisaris terhadap
lingkungan pengendalian intern, dengan mempertimbangkan baik substansi
pengendalian maupun dampaknya secara kolektif.
2. Penilaian Resiko
Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap
risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar
untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola. Penentuan risiko tujuan
laporan keuangan adalah identifkasi organisasi, analisis, dan manajemen
risiko yang berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan yang disajikan
sesuai dengan PABU. Manajemen risiko menganalisis hubungan risiko
asersi spesifik laporan keuangan dengan aktivitas seperti pencatatan,
pemrosesan, pengikhtisaran, dan pelaporan data-data keuangan.
Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup
peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara
negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah,
meringkas, dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi
manajemen dalam laporan keuangan. Risiko dapat timbul atau berubah
karena berbagai keadaan, antara lain perubahan dalam lingkungan operasi,
personel baru, sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki, teknologi
II-5
baru, lini produk, produk, atau aktivitas baru, restrukturisasi korporasi,
operasi luar negeri, dan standar akuntansi baru.
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang
membantu menjamin bahwaarahan manajemen dilaksanakan.Aktivitas
tersebut membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk
menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas.Aktivitas
pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diterapkan di berbagai tingkat
organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin
relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur
yang berkaitan dengan review terhadap kinerja, pengolahan informasi,
pengendalian fisik, dan pemisahan tugas.
4. Informasi dan Komunikasi
Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan,
dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang
memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.Sistem
informasi yang relevan dalam pelaporan keuangan yang meliputi sistem
akuntansi yang berisi metode untuk mengidentifikasikan, menggabungkan,
menganalisa, mengklasikasi, mencatat, dan melaporkan transaksi serta
menjaga akuntabilitas asset dan kewajiban. Komunikasi meliputi
penyediaan deskripsi tugas individu dan tanggung jawab berkaitan dengan
struktur pengendalian intern dalam pelaporan keuangan.
5. Aktivitas Pemantauan
Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja
pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan
desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan
koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara
terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi
II-6
dari keduanya. Di berbagai entitas, auditor intern atau personel yang
melakukan pekerjaan serupa memberikan kontribusi dalam memantau
aktivitas entitas.
Aktivitas pemantauan dapat mencakup penggunaan informasi dan
komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan pelanggan dan respon dari
badan pengatur yang dapat memberikan petunjuk tentang masalah atau
bidang yang memerlukan perbaikan. Komponen pengendalian intern
tersebut berlaku dalam audit setiap entitas. Komponen tersebut harus
dipertimbangkan dalam hubungannya dengan ukuran entitas, karakteristik
kepemilikan dan organisasi entitas, sifat bisnis entitas, keberagaman dan
kompleksitas operasi entitas, metode yang digunakan oleh entitas untuk
mengirimkan, mengolah, memelihara, dan mengakses informasi, serta
penerapan persyaratan hukum dan peraturan.
II.1.5 Prinsip Pengendalian Internal
Kerangka pengendalian internal COSO (2013) menyatakan 17 prinsip yang
merepresentasikan konsep-konsep fundamental yang terkait dengan tiap-tiap
komponen pengendalian internal. Prinsip-prinsip ini dirumuskan langsung dari
komponen pengendalian internal, sehingga entitas akan mencapai pengendalian
internal secara efektif dengan menerapkan semua prinsip.
Berikut adalah prinsip-prinsip pengendalian yang dimaksud:
1. Organisasi menunjukkan komitmen terhadap integritas dan nilai-nilai etika.
2. Dewan komisaris (atau dewan pengawas) menunjukkan independensi dari
manajemen dan melaksanakan pengawasan atas pengembangan dan
pelaksanaan pengendalian internal.
3. Di bawah pengawasan dewan komisaris (atau dewan pengawas),
manajemen menetapkan struktur organisasi, garis pelaporan, serta
wewenang dan tanggung jawab yang tepat sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan.
II-7
4. Organisasi menunjukkan komitmen dalam merekrut, mengembangkan, dan
mempertahankan individu-individu yang kompeten sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan.
5. Organisasi memberikan dukungan bagi individu-individu yang bertanggung
jawab atas pelaksanaan pengendalian internal sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan.
6. Organisasi menetapkan tujuan-tujuan yang jelas agar identifikasi dan
penilaian risiko terkait tujuan-tujuan itu bisa dilakukan.
7. Organisasi melakukan identifikasi risiko atas pencapaian tujuan entitas
secara menyeluruh dan dan melaksanakan analisis risiko sebagai landasan
untuk menetapkan manajemen risiko.
8. Organisasi mempertimbangkan potensi kecurangan (fraud) dalam
melakukan penilaian risiko atas pencapaian tujuan.
9. Organisasi melakukan identifikasi dan penilaian atas perubahan-perubahan
yang mungkin berdampak signifikan terhadap sistem pengendalian internal.
10. Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas-aktivitas pengendalian
yang yang akan memberikan kontribusi dalam meminimalkan risiko atas
pencapaian tujuan hingga mencapai tingkat toleransi risiko yang bisa
diterima.
11. Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas-aktivitas pengendalian
umum atas teknologi pendukung pencapaian tujuan.
12. Organisasi memberlakukan aktivitas-aktivitas pengendalian melalui
kebijakan yang menetapkan apa yang diharapkan dan melalui prosedur yang
menjabarkan kebijkan menjadi tindakan.
13. Organisasi memperoleh atau menghasilkan dan menggunakan informasi
yang relevan dan berkualitas untuk mendukung komponen-komponen
pengendalian internal lain berfungsi sebagaimana mestinya.
II-8
14. Organisasi melakukan komunikasi informasi secara internal, termasuk
tujuan dan tanggung jawab pengendalian internal, yang diperlukan untuk
mendukung the pengendalian internal berfungsi sebagaimana mestinya.
15. Organisasi menjalin komunikasi dengan pihak-pihak eksternal terkait hal-
hal yang mempengaruhi berfungsinya komponen-komponen pengendalian
internal lainnya.
16. Organisasi memilih, mengembangkan, dan melaksanakan evaluasi, baik
yang dilakukan secara terus-menerus (berkelanjutan) maupun yang
dilakukan secara terpisah untuk memastikan apakah komponen-komponen
pengendalian internal ada dan berfungsi.
17. Organisasi mengevaluasi dan mengkomunikasikan kelemahan-kelemahan
pengendalian internal secara tepat waktu kepada pihak-pihak yang
bertanggung jawab untuk mengambil tindakan koretif, termasuk
manajemen puncak dan dewan komisaris (atau dewan pengawas serupa),
sebagaimana mestinya.
II.1.6 Pengertian Sistem Pengendalian Internal
Sistem pengendalian internal merupakan suatu perencanaan yang meliputi
struktur organisasi dan semua metode dan alat-alat yang dikoordinasikan yang
digunakan dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga kekayaan organisasi,
memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, mendorong efisiensi, dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
II.1.7 Jenis Sistem Pengendalian Internal
Terdapat dua jenis sistem pengendalian internal yang biasa digunakan pada
instansi atau entitas usaha, yaitu:
1. Pengendalian Internal Akuntansi (Pengendalian Preventif)
Pengendalian internal akuntansi dibuat untuk mencegah terjadinya
inefisiensi yang tujuannya adalah menjaga kekayaan perusahaan dan
memeriksa keakuratan data akuntansi.
II-9
2. Pengendalian Internal Administratif (Pengendalian Umpan Balik)
Pengendalian administratif dibuat untuk mendorong dilakukannya efisiensi
dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
II.1.8 Pengertian Persediaan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2011;14.5), persediaan adalah aset
yang tersedia untuk di jual dalam kegiatan usaha biasa, atau dalam proses produksi
untuk penjualan tersebut; atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk di
gunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Sementara itu, Mulyadi (2016:554) mengklasifikasikan jenis persediaan
dalam beberapa tipe, yaitu:
1. Persediaan produk jadi,
2. Persediaan produk dalam proses,
3. Persediaan bahan baku,
4. Persediaan bahan penolong,
5. Persediaan bahan habis pakai pabrik, persediaan suku cadang
II.1.9 Metode Pencatatan Persediaan
Masih menurut Mulyadi (2016), ada dua macam metode pencatatan
persediaan: metode mutasi persediaan (atau metode perpetual) dan metode
persediaan fisik (atau metode fisik). Dalam metode perpetual, setiap mutasi
persediaan dicatat dalam kartu persediaan.Dalam metode fisik, hanya tambahan
persediaan dari pembelian saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya
persediaan karena pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan.Untuk
mengetahui harga pokok persediaan awal yang dipakai atau dijual, harus dilakukan
dengan penghitungan fisik sisa persediaan yang masih ada di gudang pada akhir
periode akuntansi.
Prosedur perhitungan fisik persediaan umumnya digunakan oleh
perusahaan untuk menghitung secara fisik persediaan yang disimpan di gudang,
yang hasilnya digunakan untuk meminta pertanggungjawaban bagian gudang
II-10
mengenai pelaksanaan fungsi penyimpanan, dan pertanggung jawaban bagian kartu
persediaan mengenai keadaan catatan persediaan yang diselenggarakannya, serta
untuk melakukan penyesuaian terhadap catatan persediaan di bagian kartu
persediaan.
II.1.10 Metode Penilaian Persediaan
Menurut Kieso (2008) ada beberapa metode dalam penilaian persediaan
yang bisa digunakan dalam akuntansi persediaan, yaitu:
1. Metode Persediaan FIFO (First In First Out)
Metode FIFO mengasusmsikan bahwa barang-barang yang digunakan
sesuai dengan urutan pembelianya. Keunggulan FIFO adalah mendekatkan
persediaan akhir dengan biaya berjalan. Karena barang atau persediaan
pertama yang dibeli adalah persediaan yang akan pertama digunakan dalam
memproses persediaan. Kelemahanya adalah bahwa metode FIFO dalam
biaya berjalan tidak dapat ditandingkan dengan pendapatan berjalan pada
laporan laba rugi.
2. Metode Persediaan Rata-Rata (Average Cost)
Terdapat perbedaan terhadap metode FIFO dan rata-rata perbedaan tersebut
mengacu pada pembebanan harga pokok rata-rata kepada barang-barang
yang akan dipakai atau dijual. Perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan
dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya, cara ini
mengurangi dampak dari fluktuasi harga. Metode ini disebut dengan metode
rata-rata tertimbang (weighted average method) dan pada sistem perpetual
dikenal dengan nama metode rata-rata bergerak (moving average method).
3. Metode LIFO (Last In First Out)
Metode LIFO menandingkan biaya dari barang-barang yang paling akhir
dibeli terhadap pendapatan. Jika yang digunakan adalah persediaan
periodik, maka akan diasumsikan bahwa biaya dari total kuantitas yang
II-11
terjual atau dikeluarkan selama suatu bulan berasal dari pembelian yang
paling akhir.
Dari semua metode penilaian persediaan yang telah dijelaskan diatas,
perusahaan memiliki wewenang untuk menggunakan metode yang cocok sesuai
dengan kondisi dan situasi perusahaan, tapi penilaian ini harus dilakukan secara
konsisten.
II.1.11 Sistem Akuntansi Persediaan
Menurut Mulyadi (2016), berikut adalah hal-hal yang akan diperlukan
dalam sistem akuntansi persediaan:
1. Fungsi yang terkait dalam sistem pembelian persediaan adalah:
a. Bagian Gudang
b. Bagian Pembelian
c. Bagian Penerimaan
d. Bagian Akuntansi
2. Dokumen yang digunakan dalam sistem pembelian adalah:
a. Surat permintaan pembelian
b. Surat permintaan penawaran harga
c. Surat order pembelian
d. Laporan penerimaan barang
e. Surat perubahan order pembelian
f. Bukti Kas Keluar
3. Catatan yang digunakan dalam system pembelian adalah:
a. Register bukti kas keluar
b. Jurnal Pembelian
c. Kartu Utang
d. Kartu Persediaan
4. Informasi yang dibutuhkan manajemen adalah:
a. Jenis persediaan yang mencapai titik pemesanan kembali (recorder point)
b. Order pembelian yang telah dikirim kepada pemasok
c. Order pembelian yang telah dipenuhi oleh pemasok
II-12
d. Total saldo utang dagang pada tanggal tertentu
e. Saldo utang dagang kepada pemasok tertentu
f. Tambahan kuantitas dan harga pokok persediaan dari pembelian
5. Jaringan prosedur yang membentuk sistem pembelian yaitu:
a. Prosedur permintaan pembelian
b. Prosedur permintaan penawaran harga pemilihan pemasok
c. Prosedur order pembelian
d. Prosedur penawaran harga
e. Prosedur pemcatatan utang
f. Prosedur distribusi pembelian.
g. Prosedur penghitungan fisik persediaan
6. Fungsi yang terkait:
a. Panitia penghitungan fisik persediaan
b. Bagian Akutansi
c. Bagian Gudang
7. Dokumen yang digunakan:
a. Kartu perhitungan fisik
b. Daftar hasil perhitungan fisik
c. Bukti memorial
8. Catatan yang digunakan:
a. Kartu persediaan
b. Kartu gudang
c. Jurnal Umum
9. Informasi yang diperlukan manajemen:
a. Laporan data pemakaian barang
b. Laporan data penerimaan barang
c. Laporan data barang
d. Laporan data persediaan barang
Dalam penerapannya pada sistem akuntansi Rumah Sakit, sebenarnya tidak
terlalu berbeda. Hanya saja bagian pembelian dan penerimaan pada perusahaan
II-13
dagang biasa digantikan oleh bagian farmasi atau apotek dan poliklinik atau
laboratorium di rumah sakit.
II.1.12 Unsur Pengendalian Intern dalam Sistem Akuntansi Persediaan
Dalam bukunya, Mulyadi (2016: 581) menjelaskan mengenai unsur-unsur
pengendalian intern yang terhitung penting dalam akuntansi persediaan barang,
khususnya obat-obatan:
1. Organisasi
a. Penghitungan fisik persediaan harus dilakukan oleh suatu panitia yang
terdiri dari fungsi pemegang kartu penghitungan fisik, fungsi penghitung,
dan fungsi pengecek.
b. Panitia yang dibentuk harus terdiri dari karyawan selain karyawan fungsi
gudang dan fungsi akuntansi persediaan, karena karyawan di kedua fungsi
inilah yang justru dievaluasi tanggungjawabnya atas persediaan.
2. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
a. Daftar hasil penghitungan fisik persediaan ditandatangani oleh ketua panitia
penghitungan fisik persediaan.
b. Pencatatan hasil penghitungan fisik persediaaan didasarkan atas kartu
penghitungan fisik yang telah diteliti kebenarannya oleh pemegang kartu
penghitungan fisik.
c. Harga satuan yang dicantumkan dalam daftar hasil penghitungan fisik
berasal dari kartu persediaan yang bersangkutan.
d. Penyesuaian terhadap kartu persediaan didasarkan pada informasi
(kuantitas maupun harga pokok total) tiap jenis persediaan yang tercantum
dalam daftar penghitungan fisik.
3. Praktik yang Sehat
a. Kartu perhitungan fisik bernomor urut tercetak dan penggunaannya
dipertanggungjawakan oleh fungsi pemegang kartu persediaan fisik.
b. Penghitungan fisik setiap jenis persediaan dilakukan dua kali secara
independen, pertama kali oleh penghitung dan kedua kali oleh pengecek.
II-14
c. Kuantitas dan data persediaan yang lain yang tercantum dalam bagian ketiga
dan kedua kartu penghitungan fisik dicocokkan oleh fungsi pemegang kartu
penghitungan fisik sebelum data yang tercantum dalam bagian kedua kartu
penghitungan dicatat dalam daftar hasil penghitungan fisik.
d. Peralatan dan metode yang digunakan untuk mengukur dan menghitung
kuantitas persediaan harus dijamin ketelitiannya.
II.1.13 Evaluasi Pengendalian Internal
Secara umum, evaluasi adalah proses untuk mengumpulkan informasi
mengenai objek, menilai objek, dan membandingkannya dengan standar, kriteria,
dan indikator. Pengendalian sendiri secara umum adalah kegiatan untuk
mengusahakan agar pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan apa yang
diharapkan. Tujuan dari evaluasi sendiri secara garis besar adalah untuk mengetahui
apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai, memberikan pengamatan yang
objektif, mengetahui kemampuan, menentukan kelayakan, dan memberikan umpan
balik.
Menurut COSO (2013), tujuan pengendalian internal yang mesti dicapai
dari sistem pengendalian internal yang sudah ada adalah efektivitas dan efisiensi
operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku.
II.1.14 Teknik Evaluasi Pengendalian Internal
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2015:285), teknik-teknik yang dapat
digunakan dalam melakukan pengendalian internal adalah sebagai berikut:
1. Narasi
Narasi adalah deskripsi tertulis tentang pengendalian internal klien.
Narasi yang tepat dari sistem akuntansi dan pengendalian terkait
memiliki karakteristik berikut ini:
1. Setiap dokumen dan catatan dalam sistem adalah yang
sebenarnya,
2. Semua proses yang terjadi,
II-15
3. Disposisi setiap dokumen dan catatan dalam sistem,
4. Indikasi pengendalian yang relevan dengan penilaian resiko
pengendalian.
2. Flowchart
Bagan alir/flowchart pengendalian internal adalah diagram
dokumen klien dan aliran sekuensial mereka dalam organisasi.
Flowchart yang memadai mencakupi karakteristik yang sama
dengan yang diidentifikasikan untuk narasi.
3. Kuesioner Pengendalian Internal
Kuesioner pengendalian internal adalah, sesuai namanya, kuesioner
yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang pengendalian di
setiap area audit sebagai sarana untuk mengungkap aspek-aspek
pengendalian internal yang mungkin kurang memadai.
4. Matriks Pengendalian/Control Matrix
Matriks ini digunakan jika desain atau operasi pengendalian tidak
mengizinkan petugas untuk mencegah atau menahan salah saji
secara cepat waktu dan jika pengendalian yang dibutuhkan tidak ada
atau tidak dirancang dengan benar.
II.2 Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang revelan dengan topik yang akan dilakukan peneliti adalah:
1. Penelitian yang dilakukan Ketut Widiasa dan kawan-kawan pada
tahun 2015, mahasiswa jurusan Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Bali,
dengan judul Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Persediaan Barang Dagang pada
UD Tirta Yasa. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai apakah sistem pengendalian
internal pada UD Tirta Yasa telah berjalan sesuai dengan kriteria dan telah
berlangsung secara layak dan memadai.
II-16
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur organisasi pada UD.
Tirta Yasa sudah cukup memadai, akan tetapi masih banyak bagian-bagian
osong dan mengakibatkan perangkapan jabatan pada karyawan. Begitu juga
aktivitas pengendalian masih belum memadai, dikarenakan masih belum
adanya pemisahan atau bagian khusus untuk menangani masalah
ini.Efektivitas pengelolaan persediaan barang dagang yang dilakukan oleh
UD Tirta Yasa sudah efektif namun kurang memadai, karena masih
mempunyai kekurangan pada dokumen-dokumen yang semestinya
digunakan dalam sistem pembelian barang sediaan.Hal ini menambah
lemahnya sistem pengendalian karena dokumen-dokumen tersebut
seharusnya bisa menjadi alat pengendalian internal.
Persamaan antara penelitian sebelumnya dengan yang akan peneliti
lakukan adalah melakukan penelitian terhadap sistem pengendalian internal
suatu entitas. Metode yang digunakan sama-sama menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif berdasarkan teknik pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan yang akan dilakukan
adalah lokasi dan subyek penelitiannya. Subyek yangakan diteliti oleh
peneliti adalah mengenaievaluasi sistem pengendalian internal pada
persediaan obat-obatan sementara Ketut Widiasa dan kawan-kawan khusus
pada evaluasi sistem pengendalian internal terhadap persediaan barang
dagang di entitas usaha. Lokasi penelitian yang digunakan oleh Ketut
Widiasa dan kawan-kawan adalah UD Tirta Yasa di Buleleng, Bali,
sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti berlokasi di Rumah Sakit
Umum Daerah Cibabat, Cimahi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rico Aditya Pangadda dan kawan-
kawan, mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Malang, dengan judul Analisis Sistem dan Prosedur Persediaan Obat-
obatan dalam Upaya Mendukung Pengendalian Intern (Studi pada
Rumah Sakit Islam Unisma Malang) pada tahun 2015. Penelitian ini
II-17
bertujuan untuk melihat bagaimana pengendalian intern perusahaan
berdasarkan analisis sistem dan prosedur persediaan berjalan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem dan prosedur
persediaan yang ada pada Rumah Sakit Islam Unisma sudah cukup baik
untuk mendukung dalam pengendalian intern.Hal ini dapat dilihat pada
pemisahan fungsi penerimaan dan pengadaan, setiap prosedur
membutuhkan otorisasi dari pejabat yang berwenang, dokumen dan catatan
yang ada dapat menciptakan praktek yang sehat.Tetapi sistem yang ada pada
Rumah Sakit Islam Unisma memiliki kelemahan pada sistem penghitungan
fisik persediaan.Hal ini dapat menyebabkan kesalahan informasi yang
dibutuhkan manajemen untuk melakukan pembelian persediaan.
Persamaan antara penelitian sebelumnya dengan yang akan peneliti
lakukan adalah melakukan penilaian terhadap sistem pengendalian internal
suatu rumah sakit. Metode yang digunakan sama-sama menggunakan
pendekatan studi kasus.
Perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan yang akan peneliti
lakukan adalah pada fokus penelitian, teknik pengumpulan data, dan lokasi.
Penelitian Pangadda dan kawan-kawan terfokus pada prosedur persediaan
sementara peneliti memilih bahasan sistem pengendalian internal secara
umum.Teknik pengumpulan yang dilakukan Pangadda dan kawan-kawan
hanya dokumentasi sementara penelitian ini menggunakan teknik
triangulasi dari wawancara, observasi, dan dokumentasi.Lokasi penelitian
yang digunakan oleh Pangadda dan kawan-kawan adalah Rumah Sakit
Islam Unisma, Malang, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti
berlokasi di Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat, Cimahi.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Langgeng Bramantyo L., mahasiswa
program studi Akuntansi di fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian
Nuswantoro Semarang yang berjudul Medical Inventory dalam Kajian
Pengendalian Internal (Studi Kasus pada Rumah Sakit Telogorejo) pada
tahun 2014.
II-18
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah standar prosedur
operasi atas pengendalian internal terhadap manajemen persediaan barang
medis telah diaplikasikan pada RS Telogorejo sudah sesuai, efektif, dan
sejalan dengan konsep dan teori yang telah dipelajari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelemahan pada
ketiadaan control terhadap registrasi dan inspeksi dari penghitungan
persediaan sebelum melakukan permintaan pembelian, juga pada prosedur
pemasukan dan penyimpanan suplai medis, dan layout gudang persediaan
yang kurang memadai—meski secara umum dapat disimpulkan bahwa RS
Telogorejo telah melakukan pengendalian internal yang sejalan dengan
konsep dan teori yang ada.
Persamaan antara penelitian sebelumnya dengan yang akan peneliti
lakukan adalah melakukan penilaian terhadap sistem pengendalian internal
pada persediaan medis suatu rumah sakit. Metode yang digunakan sama-
sama menggunakan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang
digunakan pun sama-sama triangulasi dari wawancara, observasi, dan
dokumentasi.
Perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan yang akan peneliti
lakukan adalah pada fokus penelitian dan lokasi. Penelitian Bramantyo
terfokus pada persediaan barang medis secara umum sementara peneliti
memilih bahasan pengadaan persediaan obat-obatan.Lokasi penelitian yang
digunakan oleh Bramantyo adalah Rumah Sakit Telogorejo, Semarang,
sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti berlokasi di Rumah Sakit
Umum Daerah Cibabat, Cimahi.
Berikut adalah tabel yang meringkas bagian penelitian sebelumnya:
II-19
No
.
Judul
Penelitian
Penulis
dan Tahun
Penelitian
Tipe
Penelitian
Bahasan
Penelitian
Persamaan
dengan
Penelitian
Ini
Perbedaan
dengan
Penelitian
Ini
1. Evaluasi
Sistem
Pengendal
ian Intern
Persediaan
Barang
Dagang
pada UD
Tirta Yasa
Ketut
Widiasa
dan
kawan-
kawan,
2015
Kualitatif Menilai
apakah
sistem
pengendali
an internal
pada UD
Tirta Yasa
telah
berjalan
sesuai
dengan
kriteria
dan telah
berlangsun
g secara
layak dan
memadai.
Melakuka
n evaluasi
terhadap
SPI suatu
entitas,
Metode
penelitian
yang
digunakan
.
Subyek
penelitian,
lokasi
penelitian.
2. Analisis
Sistem dan
Prosedur
Persediaan
Obat-
obatan
dalam
Upaya
Mendukun
Rico
Aditya
Pangadda
dan
kawan-
kawan,
2015
Kualitatif Melihat
bagaimana
pengendali
an intern
perusahaa
n
berdasarka
n analisis
sistem dan
Subyek
penelitian,
metode
penelitian
yang
digunakan
Fokus
penelitian,
teknik
pengumpu
lan data,
dan lokasi
penelitian.
II-20
No
.
Judul
Penelitian
Penulis
dan Tahun
Penelitian
Tipe
Penelitian
Bahasan
Penelitian
Persamaan
dengan
Penelitian
Ini
Perbedaan
dengan
Penelitian
Ini
g
Pengendal
ian Intern
(Studi
pada
Rumah
Sakit
Islam
Unisma
Malang)
prosedur
persediaan
berjalan
3. Medical
Inventory
dalam
Kajian
Pengendal
ian
Internal
(Studi
Kasus
pada
Rumah
Sakit
Telogorejo
)
Langgeng
Bramanty
o L., 2014
Kualitatif Menentuk
an apakah
standar
prosedur
operasi
atas
pengendali
an internal
terhadap
manajeme
n
persediaan
barang
medis
telah
diaplikasik
Subyek
penelitian,
metode
penelitian
dan teknik
pengumpu
lan data
yang
digunakan
Fokus
penelitian
dan lokasi
penelitian
II-21
No
.
Judul
Penelitian
Penulis
dan Tahun
Penelitian
Tipe
Penelitian
Bahasan
Penelitian
Persamaan
dengan
Penelitian
Ini
Perbedaan
dengan
Penelitian
Ini
an pada
RS
Telogorejo
sudah
sesuai,
efektif,
dan sejalan
dengan
konsep
dan teori
yang telah
dipelajari
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
II.3 Kerangka Berpikir
Sistem pengendalian internal merupakan hal penting yang harus
dipertimbangkan instansi dalam melakukan pekerjaannya sehari-hari. Berjalannya
sistem pengendalian internal adalah salah satu tolak ukur bagaimana baiknya proses
pengendalian dalam organisasi berlangsung. Analisis atas sistem pengendalian
internal adalah salah satu cara instansi dan/atau auditor untuk mengetahui seberapa
efektif dan efisiennya sistem pengendalian internal yang sedang berjalan pada
instansi tersebut. Hasil analisis tersebut nantinya dapat membantu instansi untuk
memperbaiki atau meningkatkan kualitas dari kinerja sistem pengendalian
internalnya.
Dalam kasus ini, rumah sakit yang memiliki banyak pasien dengan turnover
tinggi memiliki keharusan untuk menyediakan obat-obatan pada para pasien.
Cepatnya turnover tersebut bisa memiliki resiko terjadinya keterlambatan atau
II-22
ketidaksediaan obat yang dimaksud, sehingga untuk mengatasi masalah tersebut
diperlukan sebuah analisis yang komprehensif mengenai sistem pengendalian
internal untuk pengadaan obat-obatan di Rumah Sakit tersebut.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
23