9
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN JUDUL
Judul yang diambil pada proyek ini adalah “PENGEMBANGAN AREA
NAVIGASI KAPAL DAN AREA KONSERVASI DI PULAU KARANG
JAMUANG” Dari judul diatas dapat didefinisikan sebagai berikut:
2.1.1 DEFINISI PENGEMBANGAN
Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan adalah proses, cara,
perbuatan mengembangkan (Bahasa Indonesia, 1989). Pengembangan adalah
perbuatan menjadikan bertambah, berubah sempurna dalam hal pikiran, pengetahuan
dan sebagainya. (Poerwadarminta, 2003)
Pengembangan diperlukan untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,
konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebituhan pekerjaan dan
latihan.Pendidikan meningkatkan teoritis, konseptual, dan moral karyawan,
sedangkan latihan bertujuan untuk meningkatkan kinerja karyawan, workshoop bagi
karyawan dapat meningkatkan pengetahuan di luar perusahaan.
Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah
suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan
(Sukmadinata, 2005:164). Secara sederhana R&D dapat didefinisikan sebagai metode
penelitian yang secara sengaja, sistematis, bertujuan/diarahkan untuk
mencaritemukan, merumuskan, memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan,
menguji keefektifan produk, model, metode/strategi/cara, jasa, prosedur tertentu yang
lebih unggul, baru, efektif, produktif, dan bermakna (Putra, 2011:67).
R&D memang diarahkan untuk mencaritemukan kebaruan dan keunggulan
dalam rangka efektivitas, efisiensi, dan produktivitas. Oleh karena itu, R&D selalu
dengan tegas dibedakan dari penelitian murni/dasar walaupun tentu saja tidak dapat
dipisahkan dari penelitian murni/dasar. Bahkan sering kali R&D didasarkan pada
penelitian murni/dasar (Putra, 2011:67). Sehingga dapat diartikan penelitian dan
pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan suatu produk
baru berupa bahan ajar dan dapat dipertanggungjawabkan.
10
2.1.2 DEFINISI AREA NAVIGASI
Berdasarkan UU 17 tahun 2008 tentang pelayaran menyebutkan bahwa
Kenavigasian adalah kegiatan yang berkaitan dengan Sarana Bantu Navigasi
Pelayaran (SBNP), Telekomunikasi Pelayaran (Telkompel), Hidrografi dan
meteorologi, Alur dan Pelintasan, Bangunan atau lnstalasi, Pemanduan, penanganan
kerangka kapal dan Salvage, dan atau Pekerjaan Bawah Air (PBA) untuk kepentingan
Keselamatan Pelayaran. Untuk kepentingan keselamatan berlayar dan kelancaran
lalu-lintas kapal pada daerah yang terdapat bahaya navigasi ataupun kegiatan di
perairan yang dapat membahayakan keselamatan berlayar harus ditetapkan zona
keselamatan dengan diberi penandaan berupa SBNP sesuai ketentuan yang berlaku
serta disiarkan melalui stasiun radio pantai (SROP) maupun Berita Pelaut lndonesia.
Disamping itu perlu diinformasikan mengenai kondisi perairan dan cuaca seperti
adanya badai yang mengakibatkan timbulnya gelombang tinggi maupun arus yang
tinggi dan perubahannya.
Penyiaran berita disampaikan disiarkan secara luas melalui stasiun radio pantai
(SROP) dan/atau stasiun bumi pantai dalam jaringan telekomunikasi pelayaran sesuai
urutan prioritasnya dan wajib memenuhi ketentuan penyiaran berita antara lain berita
marabahaya, meteorologi dan siaran tanda waktu sandar bagi kapal yang berlayar di
perairan lndonesia.Pemasangan SBNP yaitu sarana yang dibangun atau terbentuk
secara alami yang berada diluar kapal dan berfungsi membantu navigator dalam
menentukan posisi dan/atau haluan kapal serta memberitahukan bahaya dan/atau
rintangan pelayaran untuk kepentingan keselamatan pelayaran dilakukan guna
memberi petunjuk terhadap zona terlarang yang tidak boleh dimasuki oleh setiap
kapal yang melewati daerah tersebut.
Pembangunan Telekomunikasi Pelayaran dimaksudkan agar setiap
pemancaran, pengiriman atau penerimaan tiap jenis tanda, gambar, suara dan
informasi dalam bentuk apapun melalui sistem kawat, optik, radio ataupun sistem
elektromagnetik lainnya dalam dinas bergerak pelayaran yang merupakan bagian dari
keselamatan pelayaran segera disampaikan kepada pihak atau pemerintah yang
terkait.
Guna ketertiban perairan serta keamanan dan keselamatan navigasi maka setiap
perencanaan kegiatan kelautan harus dikoordinasikan dengan Direktorat
Kenavigasian agar tidak terjadi tumpang tindih penempatan ataupun pembangunan
11
fasilitas kelautan yang dapat mengganggu kelancaran aktivitas pelayaran. Oleh
karenanya penyelenggaraan Kenavigasian perlu ditetapkan:
Penyelenggaraan Kenavigasian dilakukan guna mengatasi terjadinya
kecelakaan ataupun tingginya waktu tunggu kapal melalui penyesuaian fasilitas
pengembangan fasilitas pelabuhan serta keselamatan pelayaran dan fasilitas alur
pelayaran terhadap peningkatan kepadatan traffik.
SBNP merupakan fasilitas keselamatan pelayaran yang meyakinkan kapal
untuk berlayar dengan selamat, effisien, menentukan posisi kapal, mengetahui arah
kapal yang tepat dan mengetahui posisi bahaya di bawah permukaan laut dalam
wilayah perairan laut yang luas. Fasilitas SBNP tidak hanya digunakan untuk
transportasi laut namun juga digunakan untuk pembangunan kelautan dan nelayan.
SBNP diperlukan sebagai tanda bagi para navigator yang dipergunakan sejak adanya
pelayaran menyeberang laut dan menyusur pantai dalam rangka melakukan kegiatan
niaga ataupun perang.
Pada awalnya tanda visual diwujudkan berupa nyala api diatas bukit yang tinggi
untuk malam hari sedangkan siang hari berupa asap yang mengepul. Dengan
berkembangnya teknologi dan informasi maka akan digunakan berbagai sumber
cahaya SBNP antara lain jaringan PLN, generator (mensu) ataupun solar cell dan
untuk dapat dilakukan pemantauan dan pengendalian dari jarak jauh diarahkan kepada
otomatisasi guna effisiensi.
Kantor Distrik Navigasi adalah Lembaga pemerintah yang dibentuk
berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan dan memiliki kewenangan untuk
menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan
perundang-undangan untuk menjamin keselamatan pelayaran. Dasar pelaksanaan
tugas adalah Peraturan Menteri Perhubungan nomor : KM 30 Tahun 2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Distrik Navigasi. Distrik Navigasi mempunyai tugas
melaksanakan perencanaan, pengoperasian, pengadaan, dan pengawasan sarana bantu
navigasi pelayaran, telekomunikasi pelayaran, serta kegiatan pengamatan laut, survey
hidrografi, pemantauan alur dan perlintasan dengan menggunakan sarana instalasi
untuk kepentingan keselamatan pelayaran.
Standart Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran adalah beberapa bangunan
penunjang kegiatan navigasi dan peralatan atau sistem yang berada di luar kapal yang
12
didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan keselamatan dan efisiensi bernavigasi
kapal dan/atau lalu lintas kapal sebagai berikut :
1. Menara suar
2. Kantor Navigasi
3. Kantor Syahbandar
4. Kantor Pandu
5. Kantor Pelabuhan Indonesia
6. Kantor KP3 (Kepolisian Pelabuhan)
7. Asrama Pegawai
8. Gedung Pertemuan
9. Sistem Kelistrikan (gedung gendset)
10. Sistem Air Bersih
11. Dermaga Sandar
12. Jaringan Jalan
13. Penerangan Jalan Umum
14. Sanitasi
15. Drainase
16. Pengolahan sampah
17. Sistem penanggulangan Kebakaran
18. Gudang Persimpanan
19. Bengkel Perbaikan Kapal Pandu
2.1.3 DEFINISI WISATA BAHARI
Wisata Bahari adalah suatu bentuk kegiatan wisata atau refresing yang
berkaitan dengan air pantai, laut dan danau. Kegitan ini misalnya saja seperti bermain
SKY Air, Jet Sky, berenang, speed boat, menyelam dan kegiatan laun yang
menikmati keindahan bawah laut.
Indonesia bisa dikatakan mempunyai potensi yang baik untuk
dikembangkannya wisata bahari, karena merupakan negara kepulauan. Hal ini
menunjukkan bahwa daerah-daerah pesisir mempunyai potensi yang baik untuk
dikembangkannya wisata bahari.
Wisata bahari merupakan sebuah tempat rekreasi yang memberi dampak
positif bagi lingkungan dan juga perekonomian. Jenis rekreasi ini cukup banyak
terdapat di seluruh Indonesia karena tipe negara kita adalah negara kepulauan yang
disatukan oleh lautan.
13
Pariwisata adalah kegiatan seseorang dari tempat tinggalnya untuk
berkunjung ke tempat lain dengan perbedaan waktu kunjungan dan motivasi
kunjungan (anonim, 1986). Menurut Pandit (l990), pariwisata adalah salah satu jenis
industri baru yang mampu meng-hasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam
penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standart hidup serta
menstimulasi sektor-sektor produktifitas lainnya. Selanjutnya sebagai sektor yang
komplek juga meliputi industri-industri klasik yang sebenarnya seperti industri
kerajinan dan cinderamata, penginapan dan transportasi, secara ekonomis juga
dipandang sebagai industri.
Hakekat pariwisata dapat dirumuskan sebagai “seluruh kegiatan wisatawan
dalam perjalanan dan persinggahan sementara dengan motivasi yang beraneka
ragam sehingga menimbulkan permintaan barang dan jasa. Seluruh kegiatan yang
dilakukan pemerintah di daerah dengan tujuan wisatawan untuk menyediakan dan
menata kebutuhan wisatawan, dimana dalam proses keseluruhan menimbulkan
pengaruh terhadap kehidupan ekonomi , sosial-budaya, politik dan hankamnas
untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pembangunan bangsa dan negara"
(Anonymous, 1987).
Selanjutnya arti dari wisatawan adalah perjalanan seseorang yang karena
terdorong oleh suatu atau beberapa keperluan melakukan pejalanan dan persinggahan
lebih dari 24 jam di luar tempat tinggalnya, tanpa bermaksud mencari nafkah
(Anonymous, 1987). Secara harfiah “rekreasi “ berarti “re - kreasi”, yaitu kembali
kreatif. Sedang rekreasi itu sendiri merupakan kegiatan (bahkan kegiatan itu
direncanakan) dan dilaksanakan karena seseorang ingin melaksanakan. Jadi dapat
diartikan usaha atau kegiatan yang dilaksanakan pada waktu senggang untuk
mengembalikan kesegaran fisik (Clawson dan Knetsch, 1966 dalam Basuni dan
Sudargo, 1988). Basuni dan Soedargo (1988), menambahkan kegiatan rekreasi dapat
dibedakan menurut sifatnya yaitu rekreasi aktif dan rekreasi pasif. Rekreasi aktif
adalah rekreasi yang lebih berorientasi pada manfaat fisik daripada mental, sedang
rekreasi pasif adalah rekreasi yang berorientasi pada manfaat mental dari pada fisik.
Menurut Direktorat Perlindungan dan Pelestarian Alam (1979) dalam Hemawan
(1983) bahwa rekreasi alam atau wisata alam meru-pakan salah satu bagian dari
kebutuhan hidup manusia yang khas dipenuhi untuk memberikan keseimbangan,
keserasian, ketenangan dan kegairahan hidup, dimana rekreasi alam atau wisata alam
adalah salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang berlandaskan atas
prinsip kelestarian alam.
Perencanaan merupakan sebuah proses pengembangan dan pengkoordinasian
secara menyeluruhdari apa yang sudah ada sekarang untuk menjadi lebih baik agar
14
dapat mencapai suatu tujuanyang telah ditetapkan. Dalam hal perencanaan
pembangunan kawawasan pariwisata, proses pengembangan dan pengkoordinasian
tersebut menyangkut masa depan dari suatu destinasi pariwisata.
Dalam proses sebuah perencanaan kawasan pariwisata, elemen-elemen
politik, fisik, sosial, budaya dan ekonomi, sebagai komponen atau elemen yang
saling berhubungan dansaling tergantung, yang memerlukan berbagai pertimbangan
(Paturusi,2001
dalam http://freebahankulaih.blogspot.com/2010_08_01_archive.html) merupakan
hal penting yang harus dipertimbangkan agar mewujudkan pembangunan
kawasan pariwisata yang berkelanjutan dan mencapai sasaran kesejahteraan
masyarakat sebagai tujuan darisebuah pembangunan.Pada proses awal perencanaan
sebuah kawasan pariwisata baru pembangunan fasilitas-fasilitas pendukung seperti
infrastruktur danamenity coremerupakan sebuah hal yang mutlak untuk dilakukan,
terlebih dengan potensi alam dan kebudayaan yang menjadi daya tarik
kawasan pariwisata “Negeri khayal” yang secara signifikan akan merangsang minat
wisatawan untuk berkunjung. Namun disisi lain, elemen lain yang tidak dapat
dikesampingkan adalah keterlibatanmasyarakat yang merupakan bagian
daristakeholder dan juga sebagai pihak yang akan merasakandampak langsung
pengembangan kawasan tersebut baik dampak postitf maupun negatf yangakan
ditimbulkan.
Kegiatan wisata tak dapat dipungkiri akan selalu menjadi kebutuhan dasar setiap
manusia untuk menghilangkan kejenuhan yang dilakukan setiap hari. Haryono dalam
Agustina menyebutkan pariwisata adalah aktivitas dimana seseorang mencari
kesenangan dengan menikmati berbagaihiburan yang dapat melepaskan lelah [1].
Melihat fakta bahwa manusia akan selalumembutuhkan wisata, maka industri
pariwisata akan selalu menjadi hal yang tidak akan pernahmati. Kepulauan merupakan
salah satu potensi tujuan wisata yang memberikan bentuk wisatayang berbeda dengan
wisata pada daratan pada umumnya, hal ini disebabkan kondisi geografis kepulauan
memiliki ciri yang khas.
2.1.4 PULAU KARANG JAMUANG
Merupakan pulau di utara Bangkalan berada di Laut Jawa.Saat ini pulau berfungsi
sebagai stasiun pandu Karang Jamuang yang terletak diambang luar pada posisi 06o-
53’-34” Lintang Selatan dan 112o -43’-46” Bujur Timur.Merupakan pulau di utara
Bangkalan berada di Laut Jawa.Saat ini pulau berfungsi sebagai stasiun pandu Karang
Jamuang yang terletak diambang luar pada posisi 06o-53’-34” Lintang Selatan dan
112o -43’-46” Bujur Timur.
15
Pulau Karang Jamuang berada di kawasan pesisir utara, masuk wilayah
administratif kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan. Dalam RTRW Kabupaten
Bangkalan masuk dalam SSWP I yang meliputi Kecamatan Bangkalan, Socah dan
Burneh . Dengan Kota Bangkalan sebagai pusatnya. Arahan fungsi kegiatan yaitu
perdagangan skala regional dan lokal pertanian, perkebunan, peternakan, industri dan
pergudangan, jasa transportasi angkutan darat, jasa pemerintahan umum skala
regional.
2.2 STUDI PUSTAKA / LITERATUR
2.2.1 ARTI PENTING PELABUHAN
Pelabuhan di Indonesia merupakan pelabuhan yang melayani pelayaran
lokal, pelayaran bergerak di daerah tertentu dalam suatu propinsi di Indonesia,
atau dalam dua propinsi yang berbatasan. Luas wilayah operasi pelayaran lokal tidak
melebihi 200 mil. Kapal-kapal yang digunakan biasanya adalah kapal kecil, bahkan
kurang dari 200 DWT. Pelayaran antar pulau atau pelayaran nusantara mempunyai
wilayah operasi di seluruh perairan Indonesia. Pelayaran samudera adalah pelayaran
yang beroperasi dalam perairan internasional, dengan membawa barang-barang
ekspor dan impor dari satu negara ke negara lain.
Selain ketiga jenis pelayaran niaga tersebut, terdapat pelayaran rakyat
sebagai usaha rakyat yang bersifat tradisional yang merupakan bagian dari usaha
angkutan di perairan. Pelayaran ini menggunakan kapal kecil atau perahu layar.
Perkembangan sosial ekonomi berbagai daerah amat beragam. Sesuai
dengan jenis/ukuran kapal yang singgah di pelabuhan dan tingkat perkembangan
daerah, maka pemerintah sebagai regulator telah melakukan kebijaksanaan dalam
pengembangan jaringan sistem pelayanan angkutan laut dan kepelabuhanan yang
didasarkan pada 4th Gate Way Ports Sistem. Dalam kaitannya dengan hal tersebut di
atas, dilakukan penggolongan pelabuhan sebagai berikut:
1. Gate Way Port; yang terdidi dari pelabuhan, Tanjung Priok, Tanjung
Perak, Belawan, dan Ujung Padang
2. Regional Collector Port; yang terdiri dari pelabuhan berikut; Teluk
Bayur, Palembang, Balik Papan, Dumai, Lembar, Pontianak, Cirebon,
Panjang, Ambon, Kendari, Lhoksumawe, Sorong, Bitung, dan Semar.
16
Kegiatan pelayaran meliputi bidang yang sangat luas antara lain angkutan
penumpang dan barang, penjagaan pantai, hidrografi, pariwisata, olah raga dan
lain sebagainya. Secara garis besar, kegiatan pelayaran dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu pelayaran niaga dan pelayaran bukan niaga. Pelayaran niaga adalah usaha
pengangkutan barang terutama barang dagangan melalui laut antar tempat/pelabuhan.
Pelayaran bukan niaga meliputi pelayaran kapal patroli, survey kelautan dan
sebagainya.
Kapal sebagai sarana pelayaran mempunyai peran penting dalam sistem
angkutan laut. Hampir semua barang impor, ekspor dan muatan dalam jumlah sangat
besar diangkut dengan kapal laut. Kapal mempuyai kapasitas yang jauh lebih besar
daripada sarana angkutan lainnya. Pengangkutan minyak yang mencapai puluhan
bahkan ratusan ribu ton, misalnya, apabila harus diangkut dengan truk tangki
diperlukan ratusan kendaraan. Untuk muatan dalam jumlah besar, angkutan dengan
kapal akan memerlukan waktu lebih singkat, tenaga kerja lebih sedikit, dan biaya lebih
murah (Triatmodjo, 2008: 5).
Terdapat berbagai macam pelabuhan, tergantung dari sudut mana meninjaunya.
Sudut tinjau tersebut antara lain: segi penyelenggaraan, pengusahaan, fungsinya
dalam perdagangan nasional dan internasional, penggunaan, letak geografis
(Triatmodjo, 2008: 5).
1. Ditinjau dari Segi Penyelenggaraannya
a. Pelabuhan Umum untuk kepentingan pelayanan masyarakat umum yang
dilakukan oleh pemerintah dan pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada
badan usaha milik negara yang didirikan untuk maksud tersebut.
b. Pelabuhan khusus untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan
tertentu dan tidak boleh digunakan untuk kepentingan umum, kecuali dalam
keadaan tertentu dengan ijin pemerintah (Triatmodjo, 2008: 5).
2. Ditinjau dari Segi Pengusahaannya
a. Pelabuhan yang diusahakan merupakan pelabuhan untuk memberikan
fsilitas-fasilitas yang diperlukan oleh kapal yang memasuki pelabuhan untuk
melakukan kegiatan bongkar-muat barang, menaik-turunkan penumpang
serta kegiatan lainnya.
b. Pelabuhan yang tidak diusahakan merupakan tempat singgah kapal/perahu,
tanpa fasilitas bongkar muat, bea-cukai, dan sebagainya. Pelabuhan ini
umumnya pelabunan kecil yang disubsidi oleh pemerintah, dan dikelola
17
oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jendral Perhubungan Laut.
(Triatmodjo, 2008:5)
3. Ditinjau dari fungsi dalam Perdagangan Nasional dan Internasional
a. Pelabuhan laut, merupakan pelabuhan yang bebas dimasuki oleh kapal-
kapal berbendera asing. Pelabuhan ini biasanya merupakan pelabuhan besar
dan ramai dikunjungi oleh kapal-kapal samudra.
b. Pelabuhan pantai merupakan pelabuhan yang disediakan untuk perdagangan
dalam negeri, oleh karena itu tidak bebas disinggahi oleh kapal asing. Kapal
asing dapat masuk ke pelabuhan ini dengan meminta ijin terlebih dahulu
(Triatmodjo, 2008: 5).
4. Ditinjau dari Segi Penggunaannya
a. Pelabuhan ikan merupakan Pelabuhan yang tidak memerlukan kedalaman
air yang besar, karena kapal-kapal motor yang digunakan untuk menangkap
ikan tidak besar.
b. Pelabuhan minyak merupakan pelabuhan yang tidak memerlukan dermaga
atau pangkalan, karena bongkar muat minyak dilakukan dengan pipa-pipa
dan pompa-pompa yang menjorok ke laut (Triatmodjo, 2008: 5).
c. Pelabuhan barang merupakan pelabuhan yang mempunyai dermaga dengan
dilengkapi fasilitas untuk bongkar muat barang, pelabuhan ini dapat berada
di pantai atau estuari dari sungai besar.
d. Pelabuhan penumpang merupakan pelabuhan yang terdapat terminal
penumpang yang melayani segala kegiatan yang berhubungan dengan
kebutuhan orang yang datang dan bepergian.
e. Pelabuhan campuran merupakan percampuran antara pelabuhan penumpang
dan barang, sedangkan untuk keperluan minyak dan ikan biasanya terpisah.
f. Pelabuhan militer merupakan pelabuhan yang mempunyai daerah perairan
cukup luas untuk memungkinkan gerakan cepat kapal-kapal perang dan
letah bangunan cukup terpisah.
5. Ditinjau Menurut Letak Geografis
Menurut letak geografisnya, pelabuhan dapat dibedakan menjadi
pelabuhan alam, semi alam dan pelabuhan buatan.
a. Pelabuhan alam yaitu pelabuhan yang terjadi dari kondisi geografis yaitu
daerah yang menjorok ke dalam (berupa teluk).
18
b. Pelabuhan buatan merupakan daerah perairan yang dibuat oleh manusia
sedemikian rupa sehingga terlindung terhadap gangguan alam yang berasal
dari laut.
c. Pelabuhan semi alam merupakan campuran dari kedua tipe di atas. Misalnya
suatu pelabuhan yang terlindungi oleh lidah pantai dan perlindungan buatan
hanya pada alur masuk (Triatmodjo, 2008: 16).
Dengan demikian terminal penumpang pelabuhan di Paciran Lamongan
merupakan suatu wadah/tempat berkumpulnya manusia untuk melakukan
berbagai aktivitas dan terdapat fasilitas-fasilitas yang melayani segala kegiatan yang
berhubungan dengan kebutuhan orang yang datang dan bepergian.
Selain persyaratan yang ada di atas, pelabuhan memiliki beberapa fasilitas
sesuai dengan yang ditetapkan oleh DitJen Perla tahun 1990, di antaranya:
1. Pemecah gelombang, untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari
gangguan gelombang. Pemecah gelombang ini dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu: model sisi miring, sisi tegak dan model campuran.
2. Alur pelayaran, sebagai pengarah bagi kapal-kapal yang akan masuk
dan keluar pelabuhan. Alur pelayaran ini harus memiliki kedalaman dan
lebar yang sesuai dengan dimensi kapal, sehingga tidak menimbulkan
kesulitan.
3. Kolam pelabuhan, merupakan daerah perairan tempat kapal-kapal berlabuh
untuk melakukan bongkar muat barang dan penumpang, melakukan
maneuver dan gerakan memutar. Kolam ini harus memiliki kedalaman yang
cukup dan terlindung dari gangguan gelombang yang ada.
4. Dermaga, merupakan bangunan pelabuhan yang berfungsi sebagai tempat
berlabuhnya kapal dan menambatkannya pada waktu melakukan kegiatan
bongkar muat barang dan penumpang.
5. Alat penambat/Fender, berfungsi manahan kapal pada saat bongkar muat
barang atau penumpang tetap dalam keadaan stabil dan tenang. Fender ini
terbagi menjadi beberapa tipe, seperti: fender kayu, fender karet, dan fender
gravitasi. Sedangkan menurut konstruksinya fender dibedakan menjadi;
bolder pengikat, pelampung, penambat dan dolphin.
6. Gudang, berada di belakang dermaga yang berfungsi untuk menyimpan
barang-barang yang harus menunggu pengepakan dan pendistribusian. Antara
gudang dengan dermaga terdapat apron yang berfungsi sebagai tempat
pengalihan dari kegiatan transportasi laut ke kegiatan transportasi darat.
19
7. Terminal, berfungsi sebagai keperluan administrasi dan pelayanan yang
dilengkapi dengan fasilitas parkir, keselamatan pelayaran, dan keamanan
pelabuhan (Moedjiono, 2003:9)
2.2.2 PERAN DISTRIK NAVIGASI DALAM KESELAMATAN PELAYARAN
RENCANA PENGEMBANGAN PELABUHAN
PELABUHAN TERMINAL KETERANGAN
PT. PELABUHAN INDONESIA III
CABANG TANJUNG PERAK Terminal Jamrud Perpanjangan Dermaga
Terminal Mirah Perpanjangan Dermaga
Pembangunan Gudang
Peluasan Container Yard
Terminal Nilam Peluasan Container Yard
Terminal Kalimas Pembangunan Gudang
CABANG BULUPANDAN Pembangunan Pelabuhan Baru
CABANG MANYAR GRESIK Pembangunan Pelabuhan Baru
PT. BERLIAN JASA TERMIAL INDONESIA Peluasan Container Yard
PT. TERMINAL PETI KEMAS SURABAYA Peluasan Container Yard
Perpanjangan Dermaga
PT. TERMINAL TELUK LAMONG Pembangunan Pelabuhan Baru Tahap 2 dan 3
Peluasan Container Yard
PT. SIAM MASPION Pembangunan Pelabuhan Baru
PT. SMELTING Pembangunan Pelabuhan Baru
PT. PETRO KIMIA Perpanjangan Dermaga
GRESIK PUBLIC PORT Pembangunan Pelabuhan Baru
PT. PERTAMINA Perpanjangan Dermaga
PT. PLN PJB II GRESIK Perpanjangan Dermaga
PT. SEMEN GRESIK Perpanjangan Dermaga
PT. NUSANTARA PLYWOOD Perpanjangan Dermaga
PT. SUMBER MAS Perpanjangan Dermaga
PT. WILMAR Perpanjangan Dermaga
20
Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia, yang memiliki 17.504
pulau yang membentang dari Sabang sampai Meraoke dengan panjang garis pantai
kurang lebih 81.000 Km serta luas wilayah laut sekitar 5,9 juta Km². Sebagai negara
kepulauan berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 1985 tentang pengesahan Negara
Kepulauan (Archipelago State) oleh konfrensi PBB yang diakui oleh dunia
Internasional maka lndonesia mempunyai kedaulatan atas keseluruhan wilayah laut
lndonesia. Indonesia terletak pada posisi silang yang sangat strategis di antara Benua
Asia dan Benua Australia. Peranan laut sangat penting sebagai pemersatu bangsa serta
wilayah lndonesia dan konsekwensinya Pemerintah berkewajiban atas
penyelenggaraan pemerintahan dibidang penegakan hukum baik terhadap ancaman
pelanggaran terhadap pemanfaatan perairan serta menjaga dan menciptakan
keselamatan dan keamanan pelayaran.
Indonesia merupakan penghasil berbagai industri maritim seperti industri
perikanan, wisata bahari, industri perkapalan dan jasa docking, jasa pelabuhan
maupun sumberdaya mineral dan energy, disamping itu Indonesia juga memiliki
sumberdaya alam hayati sangat beragam seperti tumbuh-tumbuhan dan hewan,
terumbu karang dan taman wisata bawah laut, serta sumberdaya alam non hayati
seperti mineral dan tambang serta harta karun dan kerangka kapal beserta barang
bawaan yang terkubur didalamnya, maka keberaadaannya harus di pelihara dan dijaga
kelestariannya.
Laut sebagai jalur komunikasi (sea lane on communication) diartikan bahwa
pemanfaatan laut untuk kepentingan lalu-lintas pelayaran antar pulau, antar negara
maupun antar benua baik untuk angkutan penumpang maupun barang, maka perlu di
tentukan alur perlintasan laut kepulauan Indonesia bagi kepentingan pelayaran lokal
maupun internasional serta fasilitas keselamatan pelayaran seperti Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran (SBNP), Telekomunikasi Pelayaran, Kapal Negara Kenavigasian,
Bengkel Kenavigasian, Survey Hidrografi untuk menentukan alur pelayaran yang
amam serta infrastruktur lainnya. Pengaturan alur lalu-lintas dan perambuannya guna
kelancaran dan keselamatan pelayaran merupakan tanggung jawab pemerintah dan
kita bersama sebagai penguasa, pengelola, serta pengguna atas Laut. Untuk itu maka
perlu ditetapkan fungsi wilayah perairan guna pemanfaatan sumberdaya alam agar
tidak saling menggangu antar kegiatan pengelolaan laut yang dapat menimbulkan
dampak lingkungan khususnya kecelakaan terhadap transportasi laut dengan
menetapkan alur dan pelintasan melalui pelaksanaan penandaan terhadap bahaya
kenavigasian serta pemutakhiran kondisi perairan melalui kegiatan survey hidrografi
dan kemudian diumumkan ke dunia pelayaran.
21
Keamanan dan Keselamatan Pelayaran merupakan faktor yang sangat penting
untuk menunjang kelancaran transportasi laut dan mencegah terjadinya kecelakaan
dimana penetapan alur pelayaran dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan
keselamatan pelayaran melalui pemberian koridor bagi kapal-kapal berlayar melintasi
perairan yang diikuti dengan penandaan bagi bahaya kenavigasian. Penyelenggaraan
alur pelayaran yang meliputi kegiatan program, penataan, pembangunan,
pengoperasian dan pemeliharaannya ditujukan untuk mampu memberikan pelayanan
dan arahan kepada para pihak pengguna jasa transportasi laut untuk memperhatikan
kapasitas dan kemampuan alur dikaitkan dengan bobot kapal yang akan melalui alur
tersebut agar dapat berlayar dengan aman, lancar dan nyaman.
Pengaturan pemanfaatan perairan bagi transportasi dimaksudkan untuk
menetapkan alur pelayaran yang ada di laut, sungai, danau serta melakukan survey
hidrografi guna pemutakhiran data kondisi perairan untuk kepentingan keselamatan
berlayar. Tujun penjelasan tentang keselamatan pelayaran disamping menegaskan
konsekwensi untuk menindak lanjuti hasil konvensi IMO terhadap Pemerintah tentang
keselamatan pelayaran sekaligus mensosialisaikan tentang tugas dan peran Direktorat
Kenavigasian Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dimaksudkan juga untuk
memberikan masukan bagi upaya mencari solusi kedepan yang diharapkan dapat
mengatasi berbagai permasalahan yang timbul.
Keselamatan maritim merupakan suatu keadaan yang menjamin keselamatan
berbagai kegiatan dilaut termasuk kegiatan pelayaran, eksplorasi dan eksploitasi
sumberdaya alam dan hayati serta pelestarian lingkungan hidup. Untuk itu diperlukan
tata kelautan dan penegakkan hukum dilaut dalam menjamin keselamatan, keamanan,
ketertiban dan perlindungan lingkungan laut agar tetap bersih dan lestari guna
menunjang kelancaran lalu lintas pelayaran. Konsep kriteria dan pengaturan di bidang
kelautan mempunyai implikasi yang luas dan harus dipertimbangkan dalam
pemanfaatan ruang laut Nasional.
22
2.2.3 TATA CARA BERLALU LINTAS
Dalam meningkatkan efisiensi dan menekan angka kecelakaan
kapal maka perlu diatur tata cara berlalu lintas terutama di
Alur-Pelayaran Barat Surabaya (APES) sebagaimana diatur sebagai
berikut.
23
1. Pemanduan
a) setiap kapal berukuran Tonage Kotor GT 500 atau
lebih yang berlayar di perairan wajib pandu, wajib
menggunakan pelayanan jasa pemanduan kapal.
b) mesin penggerak utama dan alat navigasi harus dalam
kondisi baik dan normal untuk olah gerak kapal;
c) mengibarkan bendera "G" pada siang hari dan menyalakan
lampu putih merah pada malam hari apabila kapal
sedang menunggu petugas pandu;
d) mengibarkan bendera "H" pada siang hari dan menyalakan
lampu putih merah pada malam hari apabila petugas pandu
diatas kapal.
e) mengibarkan bendera "Q" pada siang hari dan menyalakan
lampuputih merah pada malam hari bagi kapal yang baru
tiba dari luar negeri, petugas petugas pandu hanya
diperbolehkan naik ke kapal untuk membawa kapal apabila
kapal telah dinyatakan bebas dari penyakit menular oleh
petugas karantina kesehatan (free practique) dan bendera
kuning telah diturunkan.
2. Komunikasi
a) Pemilik operator kapal atau nakhoda wajib memberitahukan
rencana kedatangan kapalnya kepada Kantor
Kesyahbandaran Utama Tanjung Perak Surabaya dan/atau
Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II
Gresik dengan mengirimkan telegram radio nakhoda (master
cable) kepada Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Perak
Surabaya dan Kantor Kesyahbandaran dan/atau Otoritas
Pelabuhan Kelas II Gresik melalui stasiun radio pantai
dengan tembusan kepada perusahaan angkutan laut atau
agen umum dalam waktu paling lama 48 (empat puluh
delapan) jam sebelum kapal tiba di pelabuhan;
b) setiap kapal yang memasuki dan keluar alur-pelayaran
wajib melapor kepada stasiun VTS Surabaya melalui channel
68 dan 83;
c) komunikasi antara petugas pandu/ kapal/ motor petugas
pandu dapat menggunakan Bahasa Indonesia dan atau
Bahasa Inggris dengan radio VHF pada channel 12;
24
d) komunikasi dengan kapal sebelum petugas pandu di atas
kapal dilakukan Nakhoda harus memberikan keterangan
kepada petugas pandu antara lain, kondisi, sifat, cara, data,
karakteristik dan lain• lain yang berkaitan dengan kemampuan
olah gerak kapal;
3. Proses Kapal Masuk
a) Dalam kondisi normal
1. kecepatan kapal di sekitar pelampung suar menuju
pelampung suar pengenal disarankan dengan maneuvering
speed, sampai motor petugas pandu dapat merapat di kapal
untuk menaikkan petugas pandu;
2. setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan
aman sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan
berhasil guna untuk menghindari tubrukan dan dapat
diberhentikan dalam suatu jarak yang sesuai dengan
keadaan dan suasana yang ada;
3. etiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari
tubrukan, jika keadaan mengizinkan, harus tegas, dilakukan
dalam waktu yang cukup lapang dan benar-benar
memperhatikan syarat• syarat kepelautan yang baik;
4. jika kondisi dermaga sedang penuh atau nakhoda memutuskan
untuk berlabuh terlebih dahulu, kapal dapat berlabuh di daerah
labuh kapal yang sudah disediakan;
5. jika proses administrasi kelengkapan dokumen selesai dan
sudah tersedia posisi tambat untuk kapal di dermaga, petugas
pandu akan menginformasikan ke kapal bahwa petugas
pandu akan naik dan memandu kapal hingga tambat di
pelabuhan.
b) dalam kondisi angin di atas normal/kabut/hujan
lebat/gelombang tinggi
1. kecepatan kapal di sekitar pelampung suar pengenal disarankan
menggunakan maneuvering speed;
2. untuk memasuki alur-pelayaran dalam kondisi kabut/hujan
lebat, kapal mempergunakan sarana navigasi visual, elektronik
25
(radar/GPS/AIS) dan peralatan navigasi lainnya secara baik dan
tepat guna.
4. Proses Kapal Keluar
a. petugas pandu melaporkan kepada syabandar dan atau
stasiun VTS Surabaya mengenai draft kapal dan jam kapal
mulai dipandu keluar;
b. meminta informasi ke stasiun VTS Surabaya mengenai
pergerakan kapal yang keluar / masuk alur;
c. arahkan haluan menuju bagian tengah alur dan berlayar
menuju
d. outer buoy; sesampainya di pilot boarding ground, petugas
pandu turun dan dijemput oleh motor pandu.
5.Tindak menghindari tubrukan
a.pengaturan tindakan untuk menghindari tubrukan meliputi:
1. setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan,
jika keadaan mengizinkan, harus tegas, dilakukan dalam
waktu yang cukup lapang dan benar-benar memperhatikan
syarat - syarat kepelautan yang baik;
2. setiap perubahan haluan dan atau kecepatan
untuk menghindari tubrukan, jika keadaan mengizinkan, harus
cukup besar sehingga segera menjadi jelas bagi kapal lain yang
sedang mengamati dengan penglihatan atau dengan radar,
serangkaian perubahan kecil dari haluan dan atau kecepatan
hendaknya dihindari;
3. jika ada ruang gerak yang cukup, perubahan haluan saja
mungkin merupakan tindakan yang paling berhasil guna untuk
menghindari situasi saling mendekati terlalu rapat, dengan
ketentuan bahwa perubahan itu dilakukan dalam waktu yang
cukup dini, bersungguh-sungguh dan tidak mengakibatkan
terjadinya situasi sating mendekati terlalu rapat;
4. tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan
dengan kapal lain harus sedemikian rupa sehingga
menghasilkan pelewatan dengan jarak yang aman, basil
guna tindakan itu harus dikaji dengan seksama sampai
26
kapal yang lain itu pada akhirnya terlewati dan bebas sarana
sekali;
5. jika diperlukan untuk menghindari tubrukan atau
memberikan waktu yang lebih banyak untuk menilai
keadaan, kapal harus mengurangi kecepatannya atau
menghilangkan kecepatannya sarna sekali dengan
memberhentikan atau menjalankan mundur sarana
penggeraknya.
b.Pengaturan tata cara berlalu lintas kapal layar meliputi:
1. bilamana dua kapal sedang sating mendekat sedemikian rupa
sehingga akan mengakibatkan bahaya tubrukan, salah satu dari
kedua kapal itu harus menghindari kapal yang lain sebagai
berikut:
a. bilamana masing-masing mendapat angin di lambung yang
berlainan, maka kapal yang mendapat angin di lambung
kiri harus menghindari kapal yang lain;
b. bilamana kedua-duanya mendapat angin di lambung yang
kanan, maka kapal yang ada di atas angin harus
menghindari kapal yang ada di bawah angin;
c. jika kapal mendapat angin di lambung kiri melihat sebuah
kapal di atas angin dan tidak dapat menentukan dengan
pasti apakah kapal lain itu mendapat angin di lambung kiri
atau kanan, maka kapal itu harus menghindari kapal lain
itu.
2. untuk memenuhi aturan ini, sisi atas angin harus dianggap sisi
yang berlawanan dengan sisi tempat layar utama berada, atau
bagi kapal dengan layar segi empat, adalah sisi yang berlawanan
dengan sisi tempat layar membujur itu berada.
c.Pengaturan penyusulan
1 . setiap kapal yang sedang menyusul kapal lain harus
menghindari kapal lain yang sedang disusul;
2. kapal harus dianggap menyusul bilamana sedang mendekati
kapal lain dari arah yang lebih besar daripada 22,5 derajat
di belakang arah melintang, yakni dalam suatu kedudukan
27
sedemikian sehingga terhadap kapal yang sedang disusul
itu pada malam hari kapal hanya dapat melihat
penerangan buritan, tetapi tidak satupun dari penerangan-
penerangan lambungnya;
3. bilamana kapal dalam keadaan ragu-ragu apakah ia sedang
menyusul kapal lain atau tidak, kapal itu harus beranggapan
bahwa demikianlah halnya dan bertindak sesuai dengan itu;
4. setiap perubahan baringan antara kedua kapal yang terjadi
kemudian tidak akan mengakibatkan kapal yang sedang
memo tong dalam pengertian aturan-aturan mi atau
membebaskannya dari kewajiban untuk menghindari kapal
yang sedang disusul itu sampai kapal tersebut dilewati
dan bebas sama sekali.
2.2.4 KENAVIGASIAN
Kenavigasian adalah kegiatan yang berkaitan dengan Sarana Bantu Navigasi
Pelayaran (SBNP), Telekomunikasi Pelayaran (Telkompel), Hidrografi dan
meteorologi, Alur dan Pelintasan, Bangunan atau lnstalasi, Pemanduan, penanganan
kerangka kapal dan Salvage, dan atau Pekerjaan Bawah Air (PBA) untuk kepentingan
Keselamatan Pelayaran. Untuk kepentingan keselamatan berlayar dan kelancaran lalu-
lintas kapal pada daerah yang terdapat bahaya navigasi ataupun kegiatan di perairan
yang dapat membahayakan keselamatan berlayar harus ditetapkan zona keselamatan
dengan diberi penandaan berupa SBNP sesuai ketentuan yang berlaku serta disiarkan
melalui stasiun radio pantai (SROP) maupun Berita Pelaut lndonesia. Disamping itu
perlu diinformasikan mengenai kondisi perairan dan cuaca seperti adanya badai yang
mengakibatkan timbulnya gelombang tinggi maupun arus yang tinggi dan
perubahannya.
Penyiaran berita disampaikan disiarkan secara luas melalui stasiun radio pantai
(SROP) dan/atau stasiun bumi pantai dalam jaringan telekomunikasi pelayaran sesuai
urutan prioritasnya dan wajib memenuhi ketentuan penyiaran berita antara lain berita
marabahaya, meteorologi dan siaran tanda waktu sandar bagi kapal yang berlayar di
perairan lndonesia.Pemasangan SBNP yaitu sarana yang dibangun atau terbentuk
secara alami yang berada diluar kapal dan berfungsi membantu navigator dalam
menentukan posisi dan/atau haluan kapal serta memberitahukan bahaya dan/atau
28
rintangan pelayaran untuk kepentingan keselamatan pelayaran dilakukan guna
memberi petunjuk terhadap zona terlarang yang tidak boleh dimasuki oleh setiap
kapal yang melewati daerah tersebut.
Pembangunan Telekomunikasi Pelayaran dimaksudkan agar setiap pemancaran,
pengiriman atau penerimaan tiap jenis tanda, gambar, suara dan informasi dalam
bentuk apapun melalui sistem kawat, optik, radio ataupun sistem elektromagnetik
lainnya dalam dinas bergerak pelayaran yang merupakan bagian dari keselamatan
pelayaran segera disampaikan kepada pihak atau pemerintah yang terkait.
Guna ketertiban perairan serta keamanan dan keselamatan navigasi maka setiap
perencanaan kegiatan kelautan harus dikoordinasikan dengan Direktorat
Kenavigasian agar tidak terjadi tumpang tindih penempatan ataupun pembangunan
fasilitas kelautan yang dapat mengganggu kelancaran aktivitas pelayaran. Oleh
karenanya penyelenggaraan Kenavigasian perlu ditetapkan:
Penyelenggaraan Kenavigasian dilakukan guna mengatasi terjadinya kecelakaan
ataupun tingginya waktu tunggu kapal melalui penyesuaian fasilitas pengembangan
fasilitas pelabuhan serta keselamatan pelayaran dan fasilitas alur pelayaran terhadap
peningkatan kepadatan traffik.
SBNP merupakan fasilitas keselamatan pelayaran yang meyakinkan kapal untuk
berlayar dengan selamat, effisien, menentukan posisi kapal, mengetahui arah kapal
yang tepat dan mengetahui posisi bahaya di bawah permukaan laut dalam wilayah
perairan laut yang luas. Fasilitas SBNP tidak hanya digunakan untuk transportasi laut
namun juga digunakan untuk pembangunan kelautan dan nelayan. SBNP diperlukan
sebagai tanda bagi para navigator yang dipergunakan sejak adanya pelayaran
menyeberang laut dan menyusur pantai dalam rangka melakukan kegiatan niaga
ataupun perang.
Pada awalnya tanda visual diwujudkan berupa nyala api diatas bukit yang tinggi untuk
malam hari sedangkan siang hari berupa asap yang mengepul. Dengan
berkembangnya teknologi dan informasi maka akan digunakan berbagai sumber
cahaya SBNP antara lain jaringan PLN, generator (mensu) ataupun solar cell dan
untuk dapat dilakukan pemantauan dan pengendalian dari jarak jauh diarahkan kepada
otomatisasi guna effisiensi.
29
2.2.5 PEMANDUAN
Pemanduan adalah kegiatan pandu dalam membantu, memberikan saran, dan
informasi kepada Nakhoda tentang keadaan perairan setempat yang penting agar
navigasi-pelayaran dapat dilaksanakan dengan selamat, tertib, dan lancar demi
keselamatan kapal dan lingkungan.
Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kapal dan kerugian
lain dalam pelayaran adalah dengan melaksanakan jasa pemanduan. Karena pandu
dianggap seorang navigator yang sangat mengetahui kondisi dan sifat perairan
setempat disamping keahliannya untuk mengendalikan kapal melalui saran atau
komando perintahnya kepada nakhoda sehingga kapal dapat melayari suatu perairan
dengan selamat.Perairan pandu dialokasikan untuk kepentingan keselamatan
pelayaran dan ketertiban maupun kelancaran lalu-lintas kapal pada wilayah perairan
tertentu.
2.2.6 BANGUNAN DAN INSTANSI KENAVIGASIAN
Bangunan dan instalasi adalah instalasi yang berada pada suatu lokasi di perairan
Indonesia baik yang kelihatan di permukaan maupun bawah air dalam jangka waktu
sementara atau selamanya dapat membahayakan pelayaran. Pada area lokasi
bangunan dan instalasi perlu ditetapkan daerah terlarang maupun daerah aman melalui
penempatan SBNP, dipetakan dan diumumkan ke dunia pelayaran.
Dengan tumbuh dan berkembangnya bangunan lepas pantai (offshore) dan semakin
meningkatnya kegiatan lalu-lintas pelayaran di perairan Indonesia perlu dilakukan
pengaturan mengenai penyelenggaraan SBNP dalam rangka membantu keamanan dan
keselamatan berlayar. Tugas pengendalian dan pengawasan bangunan lepas pantai
dilakukan oleh BP Migas dan Ditjen Migas Departemen Energi dan Sumberdaya
Energi dan Mineral sedangkan terhadap pengawasan SBNP dilakukan oleh DJPL
Association of Lighthouse Authorities (IALA) yang telah menetapkan
“Recommendation for the making of Offshore Structure” dan Indonesia sebagai salah
satu negara anggota IALA menganggap perlu untuk mengatur lebih lanjut ketentuan
“Recommendation for the making of Offshore Structure”
Pasca operasi adalah masa dimana instalasi minyak dan gas bumi dinyatakan tidak
lagi operasi atau bermanfaat untuk keperluan produksi dan hal ini akan berdampak
terhadap kegiatan pemanfaatan laut lainnya apabila tidak segera dikendalikan yakni
30
melakukan pembongkaran instalasi atau program decomunisioning sesuai ketentuan
yang berlaku dan kewajiban yang telah diatur dalam kontrak kerja sama Technical
Assistance Contract (TAC). Berkaitan dengan bangunan dan instalasi yang diperlukan
dalam penyelenggaraan kegiatan navigasi sebagai berikut :
1. Menara Suar / Mercusuar
2. Kantor Navigasi
3. Kantor Syahbandar
4. Kantor Pandu
5. Kantor Pelabuhan Indonesia III (Pengelola)
6. Kantor KP3 (Kepolisian Pelabuhan)
7. Asrama Pegawai
8. Gedung Pertemuan
9. Sistem Kelistrikan (gedung gendset)
10. Sistem Air Bersih
11. Dermaga Sandar
12. Jaringan Jalan
13. Penerangan Jalan Umum
14. Sanitasi
15. Drainase
16. Pengolahan sampah
17. Sistem penanggulangan Kebakaran
18. Gudang Persimpanan
19. Bengkel Perbaikan Kapal Pandu
2.2.7 PENGERTIAN PARIWISATA
Pariwisata adalah kegiatan seseorang dari tempat tinggalnya untuk
berkunjung ke tempat lain dengan perbedaan waktu kunjungan dan motivasi
kunjungan (anonim, 1986). Menurut Pandit (l990), pariwisata adalah salah satu jenis
industri baru yang mampu meng-hasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam
penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standart hidup serta
menstimulasi sektor-sektor produktifitas lainnya. Selanjutnya sebagai sektor yang
komplek juga meliputi industri-industri klasik yang sebenarnya seperti industri
kerajinan dan cinderamata, penginapan dan transportasi, secara ekonomis juga
dipandang sebagai industri.
31
Hakekat pariwisata dapat dirumuskan sebagai “seluruh kegiatan wisatawan
dalam perjalanan dan persinggahan sementara dengan motivasi yang beraneka
ragam sehingga menimbulkan permintaan barang dan jasa. Seluruh kegiatan yang
dilakukan pemerintah di daerah dengan tujuan wisatawan untuk menyediakan dan
menata kebutuhan wisatawan, dimana dalam proses keseluruhan menimbulkan
pengaruh terhadap kehidupan ekonomi , sosial-budaya, politik dan hankamnas
untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pembangunan bangsa dan negara"
(Anonymous, 1987).
Selanjutnya arti dari wisatawan adalah perjalanan seseorang yang karena
terdorong oleh suatu atau beberapa keperluan melakukan pejalanan dan persinggahan
lebih dari 24 jam di luar tempat tinggalnya, tanpa bermaksud mencari nafkah
(Anonymous, 1987). Secara harfiah “rekreasi “ berarti “re - kreasi”, yaitu kembali
kreatif. Sedang rekreasi itu sendiri merupakan kegiatan (bahkan kegiatan itu
direncanakan) dan dilaksanakan karena seseorang ingin melaksanakan. Jadi dapat
diartikan usaha atau kegiatan yang dilaksanakan pada waktu senggang untuk
mengembalikan kesegaran fisik (Clawson dan Knetsch, 1966 dalam Basuni dan
Sudargo, 1988). Basuni dan Soedargo (1988), menambahkan kegiatan rekreasi dapat
dibedakan menurut sifatnya yaitu rekreasi aktif dan rekreasi pasif. Rekreasi aktif
adalah rekreasi yang lebih berorientasi pada manfaat fisik daripada mental, sedang
rekreasi pasif adalah rekreasi yang berorientasi pada manfaat mental dari pada fisik.
Menurut Direktorat Perlindungan dan Pelestarian Alam (1979) dalam Hemawan
(1983) bahwa rekreasi alam atau wisata alam meru-pakan salah satu bagian dari
kebutuhan hidup manusia yang khas dipenuhi untuk memberikan keseimbangan,
keserasian, ketenangan dan kegairahan hidup, dimana rekreasi alam atau wisata alam
adalah salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang berlandaskan atas
prinsip kelestarian alam.
2.2.8 PENGERTIAN WISATA PULAU
Perencanaan merupakan sebuah proses pengembangan dan pengkoordinasian
secara menyeluruhdari apa yang sudah ada sekarang untuk menjadi lebih baik agar
dapat mencapai suatu tujuanyang telah ditetapkan. Dalam hal perencanaan
pembangunan kawawasan pariwisata, proses pengembangan dan pengkoordinasian
tersebut menyangkut masa depan dari suatu destinasi pariwisata.
Dalam proses sebuah perencanaan kawasan pariwisata, elemen-elemen
politik, fisik, sosial, budaya dan ekonomi, sebagai komponen atau elemen yang
saling berhubungan dansaling tergantung, yang memerlukan berbagai pertimbangan
merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan agar mewujudkan pembangunan
32
kawasan pariwisata yang berkelanjutan dan mencapai sasaran kesejahteraan
masyarakat sebagai tujuan darisebuah pembangunan.Pada proses awal perencanaan
sebuah kawasan pariwisata baru pembangunan fasilitas-fasilitas pendukung seperti
infrastruktur danamenity coremerupakan sebuah hal yang mutlak untuk dilakukan,
terlebih dengan potensi alam dan kebudayaan yang menjadi daya tarik
kawasan pariwisata “Negeri khayal” yang secara signifikan akan merangsang minat
wisatawan untuk berkunjung. Namun disisi lain, elemen lain yang tidak dapat
dikesampingkan adalah keterlibatanmasyarakat yang merupakan bagian
daristakeholder dan juga sebagai pihak yang akan merasakandampak langsung
pengembangan kawasan tersebut baik dampak postitf maupun negatf yangakan
ditimbulkan.
Kegiatan wisata tak dapat dipungkiri akan selalu menjadi kebutuhan dasar
setiap manusia untuk menghilangkan kejenuhan yang dilakukan setiap hari. Haryono
dalam Agustina menyebutkan pariwisata adalah aktivitas dimana seseorang mencari
kesenangan dengan menikmati berbagaihiburan yang dapat melepaskan lelah [1].
Melihat fakta bahwa manusia akan selalumembutuhkan wisata, maka industri
pariwisata akan selalu menjadi hal yang tidak akan pernahmati. Kepulauan merupakan
salah satu potensi tujuan wisata yang memberikan bentuk wisatayang berbeda dengan
wisata pada daratan pada umumnya, hal ini disebabkan kondisi geografis kepulauan
memiliki ciri yang khas.
2.2.9 ASPEK PERANCANGAN ARSITEKTURAL
Teori perancangan arsitektural sebagai dasar dalam menyusun
penataan Pulau Karang Jamuang, antara lain:
b. Kevin Lynch
Menurut Kevin Lynch identitas suatu lingkungan dibentuk secara
sekuensial oleh unsur-unsur :
Path : Merupakan jalur sirkulasi yang digunakan masyarakat untuk
menuju atau meninggalkan lingkungannya.
Landmark :Merupakan titik kota yang ditekankan pada peranannya
sebagai titik orientasi visual bagi masyarakat di sekitarnya.
Node : Adalah titik kota yang mempunyai peranan sebagai titik
orientasi yang lebih ditekankan pada bentuk kegiatan atau aktifitas rutin
yang sudah dikenal masyarakat.
Edge : Adalah batas wilayah yang mempunyai perenan sebagai
pemutus suatu kontinuitas.
33
District : Adalah suatu daerah di dalam kota yang timbul dalam
imajinasi masyarakat yang ditentukan oleh kesamaan karaktersitik daerah
bersangkutan.
c. Yoshinobu Ashihara
Ruang luar harus direncanakan sesuai dengan fungsi yang
diberikan, apakah sebagai ruang diam (statis) ataukah ruang bergerak
(dinamis).
Skala ruang luar :
Untuk menghindari kebosanan dalam penataan ruang luar, perlu dilakukan
perubahan kualitas ruang pada setiap jarak 21-24 meter. Modul tersebut
merupakan skala ruang luar.
Hirarki ruang luar :
Ruang luar mempunyai hirarki mulai dari tingkatan publik sampai private
atau sebaliknya. Hirarki ruang membawa konsekuensi pada besaran ruang
luar dan penyediaan perabot ruang luar.
Pelingkupan (enclose) ruang luar :
Ruang luar dapat terbentuk karena adanya pelingkupan atau enclose ruang
luar yang dibentuk oleh elemen-elemen dinding ruang luar. Agar dapat
melingkupi dengan baik, elemen ruang luar tersebut setidak-tidaknya harus
dapat memutus pandangan mata manusia atau dengan ketinggian lebih dari
tinggi mata manusia (lebih dari 160 sentimeter).
d. Hamid Shirvani
Penggunaan tanah :
Penggunaan tanah merupakan dasar untuk menentukan
fungsi tertentu pada area tertentu, dimana penggunaannya diwujudkan
dalam ruang tiga dimensi. Masalah utama yang dihadapi di masa lalu
1
2 3
4 5
Lima elemen citra
perkotaan
secara diagramatis
Path
Edge
Landmark
District
Node
34
adalah tidak adanya keragaman dalam penggunaan tanah dan tidak adanya
pertimbangan lingkungan dan kondisi fisik alamiah. Hal penting yang
harus dipertimbangkan dalam penetapan penggunaan tanah di masa
mendatang adalah penggunaan tanah campuran di daerah perkotaan untuk
membangkitkan kehidupan kota selama 24 jam dengan memperbaiki
sirkulasi, lingkungan alam dan infrastruktur. Caranya dengan memasukkan
kegiatan permukiman di dalam kawasan non permukiman atau sebaliknya.
Sedangkan modifikasinya dapat dilakukan dengan melakukan penyesuaian
terhadap penggunaan tanah yang diijinkan dan penyesuaian terhadap
kepadatan pengembangan.
Bentuk dan per-masa-an bangunan :
Bangunan merupakan unsur utama pembentuk ruang
luar pada lingkungan binaan perkotaan. Bentuk masa dan bangunan
merupakan lingkup pembahasan urban design yang menjadi arahan bagi
perencanaan dan perancangan fisik bangunan. Bentuk dan per-masa-an
bangunan mencakup pengaturan ketinggian, besaran, KDB, KLB,
kemunduran bangunan, langgam, skala, material, tekstur dan warna. Ada
dua jenis pengaturan yang bisa dilakukan, yaitu mengintegrasikan
pengaturan urban design di dalam dokumen rencana kota, dan menyusun
studi tersendiri mengenai urban design, kemudian hasil studi tersebut
dijadikan produk hukum.
Gambar 1.1 Konsep Kesesuaian Penataaan Dasar Bangunan, Tinggi
Bangunan
Sirkulasi dan parkir :
35
Sirkulasi menghubungkan bagian kota satu dengan bagian kota yang lain
dan menghubungkan fungsi yang satu dengan fungsi yang lain. Unsur-
unsur penting dalam sirkulasi meliputi jalur sirkulasi untuk kendaraan, jalur
sirkulasi untuk pejalan kaki, dan unsur lain yang perlu mendapat perhatian
adalah tempat parkir sebagai tempat peralihan dari sirkulasi kendaraan ke
pejalan kaki. Sedangkan mengenai masalah parkir, ada beberapa cara untuk
menangani permasalahan parkir di pusat kota, yaitu :
2. Mengkaitkan perijinan bangunan dengan parkir :
3. Lantai paling bawah dari gedung parkir dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan yang terkait di sekitarnya sehingga kontinuitas kegiatan
sepanjang ruas jalan dapat dijaga.
4. Memaksimalkan penggunaan ruang parkir bagi kegiatan-kegiatan
yang saling komplementer waktu kegiatannya.
5. Penggunaan parkir secara individual atau pembangunan ruang parkir
secara indiviual.
6. Pengembangan kawasan parkir di wilayah pinggiran kota.
Ruang luar :
Ruang luar sebuah kota adalah ruang di luar bangunan yang meliputi
seluruh ruang antar bangunan. Ada hubungan timbal balik antara ruang
luar dan bangunan, dimana bentuk dan masa bangunan menentukan
kualitas ruang luar yang terjadi, dan sebaliknya ruang menentukan
penting atau tidaknya kedudukan suatu bangunan di suatu lokasi. Unsur-
unsur penting dalam pembentukan ruang luar meliputi pemberian fungsi
kegiatan; kesehatan dan keamanan (pencahayaan, penghawaan, bahaya
kebakaran); pelingkup (enclosure); skala ruang luar dan sudut pandang
vertikal yang ditekankan pada skala manusia.
Jalur pejalan kaki :
Permasalahan utama dalam perencanaan jalur pejalan kaki adalah
seberapa banyak perhatian yang harus diberikan pada pedestrian dan
seberapa banyak pada kendaraan. Penggunaan pedestrian untuk
menunjang kehidupan kota, meningkatkan daya tarik ruang luar kota,
harus dapat memberikan keseimbangan dan memungkinkan
berlangsungnya kegiatan yang terkait, seperti penyediaan pelayanan
angkutan, pemberian jalan masuk dan kebutuhan pribadi. Keseimbangan
tersebut harus memperhatikan interaksi antara pedestrian dan kendaraan
dan tidak hanya antara pedestrian itu sendiri.
36
Gambar 1.3 Ilustrasi Pedestrian
Per-tanda-an :
Yang termasuk di dalam per-tanda-an adalah rambu lalu-lintas,
papan nama, papan petunjuk dan reklame. Papan tanda yang
dirancang baik akan dapat memberikan karakter pada wajah
bangunan di samping menghidupkan pemandangan jalan selain juga
sebagai media untuk mengkomunikasikan informasi tentang barang
serta pelayanan masing-masing usaha di daerah tersebut.
Pemasangan papan tanda atau reklame secara berlebihan akan
merusak wajah asli bangunan.
Pelestarian :
Pelestarian tidak hanya berkenaan dengan suatu kepentingan
bangunan-bangunan dan tempat bersejarah saja. Pada lingkup yang
lebih luas, pelestarian juga berkenaan dengan pertimbangan terhadap
semua tempat dan bangunan yang ada, baik yang bersifat permanen
maupun sementara. Hal ini tidak berarti semua harus dilestarikan,
tetapi usaha ke arah pelestarian cenderung tetap dibuat sepanjang
mereka, secara ekonomi adalah vital dan secara budaya mempunyai
arti penting. Di dalam urban design, selain ditujukan untuk
pelestarian bangunan-bangunan dan tempat-tempat yang bernilai
sejarah, juga harus ditujukan untuk melindungi atau
Contoh Pengembangan fungsi pedestrian di pusat lingkungan
sbg ruang publik
Pengembangan sistem pedestrian yang kontinyu, menghubungkan secara menerus antara pusat lingkungan dengan
kws yang dilayani.
37
mempertahankan lingkungan atau ruang luar kota yang ada.
Pelestarian juga harus ditujukan pada pelestarian kegiatan.
Konsep Arsitektur Hijau
Untuk mendapatkan karakter bangunan yang hemat energi, digunakan
pendekatan konsep “Arsitektur Hijau yang Berkelanjutan”, dimana terdapat 6 poin
penting dalam konsep Arsitektur Hijau, yaitu :
1. Respect for users (kepedulian terhadap pemakai bangunan)
“A green architecture recognizes the importance of all the peoples involved with it”.
Arsitektur yang berwawasan hijau mencakup dan mengakomodasi pentingnya
manusia yang terlibat didalamnya, baik sebagai penghuni/pemakai maupun sebagai
pelaksana pembangunan. (Vale, Brenda & Robert, 1991)
2. Respect for site (kepedulian pada lahan)
“ A building will ‘touch-this-earth lightly’” Sebuah bangunan seharusnya menyentuh ‘bumi dengan ringan ‘ yang mengacu pada
interaksi antara bangunan dan sitenya dimana suatu bangunan seharusnya tidak
merusak tatanan alami bumi dimana dia berdiri. (Vale, Brenda & Robert, 1991).
3. working with climate (responsive terhadap iklim lokal)
“A building should be designed to work with climate and natural energy resources”. Suatu bangunan seharusnya dirancang untuk menyesuaikan dengan iklim lokal dan
menggunakan sumber yang dapt diperbaharui. Memperhatikan iklim setempat dalam
penataan bangunan sehingga terjadi keseimbangan dan kenyamanan bagi penghuni
dan lingkungan sekitar. (Vale, Brenda & Robert, 1991).
4. Conserving energy (konservasi energi)
“ A building should constructed so as to minimize the need for fossil fuels to run
it”. Sebuah bangunan seharusnya dibangun sedemikian rupa untuk meminimalkan
penggunaan energi yang tidak dapat diperbaharui untuk mengoperasikannya. (Vale,
Brenda & Robert, 1991).
5. Minimizing new resources (minimasi material baru)
“ A building should be designed ao as to minimize the use of new resources and at
the
end of its useful life, to form the resources for other arcithecture”.
Sebuah bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan
meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat
digunakan kembali untuk membentuk tatanan arsitektur lainnya. (Vale, Brenda &
Robert,1991).
38
6. Holistic, memiliki pengertian mendisain bangunan dengan menerapkan 5 poin dari
teori
Brenda menjadi satu dalam proses perancangan . Pendekatan “Green Architecture”
tersebut yang akan digunakan sebagai proses penataan lingkungan sekitar site dan
bentukan bangunan.
“Untuk mendisain bangunan yang sehat dan hemat energi maka digunakan
pendalaman heating, cooling, dan lighting. Dimana sistem pemanasan,
pendinginan, dan pencahayaan sebuah bangunan dapat berhasil dengan
menambah atau mengurangi energi. (Lechner,2007)”.
Heating
Energi berwujud dalam berbagai bentuk dan sebagian besar bentuk ini
digunakan pada berbagai bangunan, terdapat tiga cara perpindahan panas secara
konveksi, pengangkutan, dan radiasi. Untuk perpindahan panas secara radiasi terjadi
4 interaksi, yaitu:
1. Pemancaran (transmittance) : situasi dimana radiasi melewati materi
2. Penyerapan (absorptance) : situasi dimana radiasi diubah menjadi sebuah panas
yang terukur pada material.
3. Pemantulan (reflectance) : situasi dimana radiasi dipantulkan permukaan.
4. Pemancaran (emittance) :situasi dimana radiasi dilepaskan oleh permukaan
sehingga mengurangi isi panas objek yang sensible dengan objek.
“Keempat interaksi terjadi berhubungan erat dengan penggunaan material
pada bangunan. (Lechner,2007)”.
Cooling
Untuk mendapatkan suhu yang nyaman dengan cara yang lebih berkelanjutan, maka
perlu
di terapkan tiga hal utama dalam mendisain bangunan yaitu:
Penghindaran panas
Pada tingkat ini, seorang perancang akan melakukan apapun yang memungkinkan
untuk meminimalisasi panas pada bangunan. Pada tingkat ini strategi-strateginya
meliputi penggunaan bayangan, orientasi, warna, vegetasi, penyekatan, cahaya siang
yang sesuai, dan mengendalikan sumber-sumber panas internal
Pendinginan pasif
Dengan beberapa sistem pendinginan pasif, sebenarnya suhu akan lebih rendah dan
tidak hanya diminimalisasi seperti halnya dalam penghindaran panas. Sistem
pendinginan pasif juga meliputi penggunaan ventilasi untuk mengganti zona bersuhu
39
nyaman menjadi bersuhu lebih tinggi. Terdapat lima metode pendinginan pasif, yaitu:
pendinginan ventilasi, sinar matahari, dengan cara penguapan, pendinginan bumi,
penghilang lembab dengan bahan pengering, tetapi pada proyek bangunan Hijau ini
lebih dispesifikasikan pada metode pendinginan ventilasi dan sinar matahari.
Pendinginan mekanik
Sistem pendinginan dengan menggunakan mesin pendingin, mesin yang memompa
panas, yang memiliki tiga metode dasar, yaitu: kompresi gas/uap, penyerapan, dan
termoelektrik.
Lighting
Cahaya didefinisikan sebAgai bagian dari spectrum elektromagnetik yang
sensitif bagi penglihatan mata kita. Pencahayaan dibagi menjadi dua, yaitu:
pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Ada beberapa strategi dasar untuk
mendisain pencahayaan alami, yaitu:
1. Orientasi : karena banyaknya kegunaan sinar matahari langsung, orientasi kearah
selatan biasanya merupakan yang terbaik dalam pencahayaan alami karena sisi
selatan menerima sinar matahari yang paling konsisten sepanjang hari dan tahun.
Orientasi terbaik kedua adalah utara karena cahaya-nya konstan. Walaupun
jumlahnya sedikit tapi kualitasnya tetap baik. Orientasi teburuk adalah barat dan timur
karena pada kedua orientasi ini menerima sinar matahari hanya setangah setiap
harinya, pada waktu matahari berada pada titik maksimum dan masalah terburuk
adalah matahari timur dan barat berada sampai posisirendah di langit sehingga
menimbulkan masalah silau dan bayangan.
2. Pencahayaan melalui atap : saat diaplikasikan, bukaan horizontal menawarkan dua
keuntungan penting. Pertama, mereka membiarkan iluminasi tidak seragam secara
adil pada area interior yang sangat luas, sementara cahaya alami dari jendela terbatas
pada kedalaman 15 kaki
3. Bentuk : bentuk bangunan tidak hanya ditentukan oleh kombinasi bukaan
horizontal dan vertikal, tetapi juga oleh berapa banyak area lantai yang memiliki akses
terhadap cahaya alami.
4. Perencanaan ruang : perencanaan ruang terbuka sangat menguntungkan untuk
membawacahaya kedalam interior.
Dalam pencahayaan buatan juga terdapat beberapa strategi guna menghasilkan efek
dari pencahayaan buatan yang dipakai, yaitu :
1. Ambient lighting, yaitu pencahayaan seluruh ruang. Technically, ambient lighting
artinya total sinar yang datang dari semua arah, untuk seluruh ruang. Sebuah lampu
40
yang diletakkan di tengah-tengah ruang hanya salah satu bagian dari ambient lighting.
Tetapi bila ada sinar yang datang dari semua tepi plafon, misalnya, terciptalah ambient
lighting. Dalam membuat ambient lighting, sinar haruslah cukup fleksible untuk
berbagai situasi atau peristiwa yang mungkin terjadi di ruangan. Tidak mungkin ruang
makan selalu romantis.
2. Local lighting, atau pencahayaan lokal. Pencahayaan jenis ini ditujukan untuk
aktivitas keseharian, misalnya membaca, belajar, memasak, berdandan dan
sebagainya. Pencahayaan dimaksud untuk membuat mata tidak cepat lelah.
3. Accent lighting, atau pencahayaan yang berfungsi sebagai aksen. Selain contoh di
atas, pencahayaan jenis ini dapat dipakai untuk membuat sudut tertentu, barang
tertentu menjadi menonjol. Pencahayaan seperti ini dapat membimbing pengunjung
untuk melihat suatu barang, atau koleksi tertentu.
Konsep Wujud Esensial
Dari paparan sebelumnya, bila diringkas, untuk mendapatkan karakter bangunan
yang hemat energi diperlukan elemen karakter, kualitas elemen, suprasegmen, dan
unsur arsitektural sebagai berikut :
Elemen Karakter Kualitas Elemen Unsur Arsitektural Suprasegmen
Respect for users Dapat
mengakomodasiusers
baik secara
fungsional dan
psikologi
Elemen pengisi dan
pembatas ruang
dalam
serta ruang luar
Warna, tekstur, skala,
dan proporsi
Respect for site Memiliki keterkaitan
dan kepedulian
terhadap lingkungan
sekitar
Elemen pembatas,
ruang luar, dan
sirkulasi
Bentuk, warna, dan
skala
Working with
climate
Bentuk bangunan yang
memperhatikan iklim
setempat dalam
penataannya
Elemen ruang luar
dan ruang dalam
Karakteristik bahan,
bentuk, dan skala
Conserving energy Penggunaan energi
yang dapat
diperbaharui
Elemen pembentuk
dan pengisi ruang
luar, ruang dalam,
serta jalur sirkulasi
Karakteristik bahan
Minimizing new
resources
Penggunaan material
daur ulang dan atau
material yang memiliki
masa pakai lama
Elemen pengisi,
pembatas, dan
pembentuk ruang
dalam, ruang luar,
serta jalur sirkulasi
Karakteristik bahan
dan skala
Wujud Konseptual Ruang Luar
41
Wujud ruang luar dibentuk oleh elemen-elemen arsitektur berupa wujud
bangunan, paved area, signage bangunan, furnitur taman, area tenang, area sirkulasi,
dan jalur sirkulasi.
Wujud bangunan dibentuk oleh dinding bangunan, atap bangunan, sudut-
sudut bangunan,
ritme elemen vertikal dan ritme elemen horizontal. Wujud bangunan ini pada akhirnya
menghasilkan outline bangunan.
Paved area merupakan salah satu bentuk ruang terbuka terbangun. Paved
areas membentuk ruang terbuka bersama dengan elemen-elemen vertikal
yang ada pada tapak, seperti bangunan, deretan pohon, dan elemen arsitektur
lainnya.
Signage bangunan merupakan slah satu elemen pelengkap pembentuk ruang
luar. Signage bangunan, bersama dengan elemen pembatas, skala dan
proporsi dari bangunan, menunjukkan identitas fungsi suatu bangunan dalam
area bangunan Hijau di Pulau Karang Jamuang.
Furnitur taman merupakan salah satu pengisi ruang luar. Furnitur taman
terdiri atas furnitur fungsional dan furnitur dekoratif.
Area tenang merupakan bagian dari ruang luar yang dapat berupa paved
areas maupun area rumput. Area tenang digunakan orang yang ingin
bersantai tanpa gangguan orang lain. Elemen pembentuk area tenang ini
adalah elemen pembatas vertikal dan elemen pengisi. Area tenang
merupakan bagian dari jalur sirkulasi.
Jalur sirkulasi merupakan bagian dari ruang luar berupa paved areas. Jalur
sirkulasi menghubungkan antar ruang terbuka, antar bangunan, atau antar
ruang terbuka dengan bangunan. Jalur sirkulasi dibentuk oleh paved areas
dan elemen vertikal dengan fokus linearitas horizontal yang mengarah
ketujuan dari jalur sirkulasi tersebut.
Akses sirkulasi merupakan bagian dari elemen pembatas ruang-ruang yang
memungkinkan seseorang untuk bergerak melintasi batas antar ruang. Akes
sirkulasi berupa bukaan pada batas-batas antar ruang. Pada ruang luar, akses
sirkulasi dapat berupa elemen pembatas paved areas ataupun bukaan pada massa
bangunan yang memungkinkan seseorang untuk melintasi batas antar ruang luar
dan ruang dalam.
42
2.2 ASPEK LEGAL
Terkait dengan penataan pulau Karang Jamuang, perlu meninjau kebijakan-
kebijakan yang mengatur terkait pemanfaatan pulau sebagai berikut:
2.3.1 RENCANA INDUK RISET NASIONAL (RIRN TAHUN 2017-2045)
Fokus Riset Kemaritiman
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dan bersama
Negara lain di Asia Tenggara disebut sebagai benua maritim. Jumlah pulau di
Indonesia yakni sebanyak 17.504 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000
kilometer. Selain itu, Indonesia memiliki wilayah laut seluas dua per tiga dari total
luas teritorialnya. Lebih tegasnya, luas wilayah laut Indonesia yakni sebesar 5,8 juta
kilometer persegi yang terdiri dari wilayah teritorial sebesar 3,2 juta kilometer persegi
dan wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) 2,7 juta kilometer persegi.
Secara geografis, Indonesia berada pada posisi strategis, yaitu antarbenua dan
antara dua samudera yang menghubungkan negara-negara dengan ekonomi maju.
Beberapa selat strategis yang merupakan jalur perekonomian dunia berada di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yakni Selat Malaka, Selat Sunda, Selat
Lombok, Selat Makasar, dan Selat Ombai Wetar (Kementerian Kelautan dan
Perikanan, 2012). Dengan cakupan yang demikian besar dan luas tersebut, potensi
sektor maritim dipastikan mampu memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan
bagi kelangsungan pembangunan nasional kini dan ke depan.
Potensi sektor maritim yang luar biasa tersebut belum secara optimal
ditransformasikan sebagai sumber kemajuan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Hal
ini antara lain dapat diindikasikan dari rendahnya kontribusi ekonomi sektor tersebut
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Berdasarkan catatan Kementerian Kelautan
dan Perikanan (2013), kontribusi ekonomi yang berasal dari pemanfaatan potensi
sumber kelautan umumnya dan sektor maritim khususnya masih terbatas pada sektor
perikanan. Bahkan untuk sektor perikanan, kontribusi yang diberikanbaru mencapai
angka kurang dari 4 persen PDB nasional. Kontribusi ekonomi maritim di sektor
pertambangan dan sektor energi masih relatif rendah. Belum lagi bicara kontribusi
ekonomi yang berasal dari potensi pengolahan hasil perikanan, industri bioteknologi
maritim, pariwisata bahari, pelayaran, angkutan laut, jasa perdagangan, industri
43
maritim, pembangunan maritim (konstruksi dan rekayasa), benda berharga dan
warisan budaya, jasa lingkungan, konservasi sampai biodiversitasnya untuk menyebut
hanya beberapa saja.
Oleh karena itu, perjuangan panjang, kerja keras dan cerdas sangat diperlukan
dalam mengoptimalkan sumberdaya maritim secara berkesinambungan tanpa
merusak lingkungan untuk menunjang pembangunan nasional yang mandiri,maju,
adil, dan makmur. Seiring dengan amanat RPJMN ke-3 (2015-2019), Indonesia telah
memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan
keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis sumber daya alam yang tersedia,
SDM yang berkualitas, serta kemampuan iptek. Berdasarkan kenyataan di atas, maka
riset dalam lima tahun ke depan akan difokuskan untuk mendukung:
(i) pengembangan infrastruktur kemaritiman, dengan topik riset komunikasi
navigasi, security, supervisi, dan kontrol (radar, sonar, sistem system manajemen
pelayaran)
(ii) pengembangan industri perkapalan dan kepelabuhan, dengan topik riset
pengembangan armada kapal kecil dan peningkatan system dan teknologi
kepelabuhan.
(iii) pemanfaatan dan pengamanan sumberdaya kemaritiman, dengan topik riset
kelestarian sumber daya laut, kualitas hasil laut hasil panen dan diversifikasi
produk hasil laut.
44
Gambar 4.9: Tema dan topik untuk fokus riset Kemaritiman
Pemilihan tema produk/riset yang terindikasi secara eksplisit di dalam
RPJMN Buku I, RPJMN Buku II, serta ARN dilakukan secara desk study dan melalui
diskusi pokja untuk mendapatkan tema dan topik yang representatif untuk focus riset
Kemaritiman. Tema/topik riset yang didapatkan secara top-down, kemudian
diintegrasikan dengan tema/topik riset yang bersifat bo!om-up. Hasil integrase untuk
fokus riset Kemaritiman ditunjukkan pada Tabel 4.8.
45
Berdasarkan hasil laporan dari Distrik Navigasi Kelas I Surabaya, seluruh SBNP
yang diusulkan untuk Penggunaan area pulau karang jamuang sebagai pusat
kepabeanan pelabuhan tanjung perak dan sekitarnya antara Disnav, Syahbandar dan
OP Tanjung Perak, KSOP Gresik, dan Pelindo . Begitu pun 8 pelampung suar baru
sebagai penanda alur APBS, dan 4 pelampung suar penanda areal labuh zona 5 dan
zona 6 (Karang Jamuang), 2 pelampung suar sebagai areal labuh zona 4 (Pelabuhan
Gresik), dan 2 pelampung suar sebagai penanda areal labuh zona 1,2, dan 3
(Pelabuhan Tanjung Perak) juga sudah terpasang.
Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, pelabuhan diartikan
sebagai tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu
sebagai tempat berkegiatan pemerintah dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan
sebagai tempat kapal berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang,
berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai
tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi.
Link (mata rantai) yaitu pelabuhan merupakan salah satu mata rantai proses
transportasi dari tempat asal barang ke tempat tujuan.
Interface (titik temu) yaitu pelabuhan sebagai tempat pertemuan dua mode
transportasi, misalnya transportasi laut dan transportasi darat.
Gateway (pintu gerbang) yaitu pelabuhan sebagai pintu gerbang suatu
negara, dimana setiap kapal yang berkunjung harus mematuhi peraturan dan
prosedur yang berlaku di daerah dimana pelabuhan tersebut berada.
2.3.2 PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPBUBLIK INDONESIA
Nomer PM 93 tahun 2014
Tentang, Sarana bantu dan prasarana pemanduan kapal.
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Pemanduan adalah kegiatan pandu dalam membantu,
memberikan saran dan informasi kepada Nakhoda
tentang kondisi pelabuhan, perairan dan alur pelayaran
setempat yang penting agar navigasi-pelayaran dapat
dilaksanakan dengan selamat, tertib, dan lancar demi
keselamatan kapal dan lingkungan.
46
2. Penundaan kapal adalah bagian dari pemanduan
yang meliputi kegiatan mendorong, menarik,
menggandeng, mengawal (escort) dan membantu (assist)
kapal yang berolah-gerak di alur pelayaran, daerah
labuh jangkar maupun kolam pelabuhan, baik untuk
bertambat ke atau untuk melepas dari dermaga, jetty,
trestle, pier, pelampung, dolphin, kapal dan fasilitas tambat
lainnya dengan mempergunakan kapal tunda sesuai
dengan ketentuan yang dipersyaratkan.
3. Sarana Bantu Pemanduan adalah peralatan atau
sistem yang berada di luar kapal serta didesain dan
dioperasikan secara langsung digunakan pandu dalam
melakukan tugas• tugas pemanduan untuk
meningkatkan keselamatan, efisiensi dalam berolah-gerak
kapal.
4. Prasarana Pemanduan adalah peralatan atau sistem
yang didesain untuk meningkatkankeselamatan dan
efisiensi secara tidak langsung digunakan untuk
membantu pandu dalam melakukan tugas-tugas
pemanduan
5. Kapal Tunda yang berfungsi sebagai sarana bantu
pemanduan adalah kapal dengan karakteristik tertentu
digunakan untuk kegiatan mendorong, menarik,
menggandeng, mengawal (escort) dan membantu (assist)
kapal yang berolah-gerak di alur pelayaran, daerah
labuh jangkar maupun kolam pelabuhan, baik untuk
bertambat ke atau untuk melepas dari dermaga, jetty,
trestle, pier, pelampung, dolphin, kapal dan fasilitas tambat
lainnya.
6. Kapal Pandu Yang berfungsi sebagai sarana bantu pemanduan adalah
kapal dengan kaarakteristik tertentu digunakan untuk kegiatan
mengangkut pandu dari atau ke kapal yang akan dipandu.
7. Kapal Kepil yang berfungsi sebagai sarana bantu
pemanduan adalah Kapal dengan karakteristik tertentu
digunakan untuk kegiatan mengambil atau membawa tali
tambat kapal ke dermaga, bolder, dolphin, pelampung.
8. Stasiun Pandu merupakan prasarana pemanduan
adalah tempat yang dilengkapi dengan fasilitas untuk
memonitor gerakan kapal serta memberidan menerima
47
komunikasi serta informasi dari dan ke kapal yang
melakukan kegiatan pemanduan di pelabuhan, perairan
dan alur pelayaran sesuai dengan ketentuan.
9. Bollard Pull adalah ukuran kekuatan daya tarik
darisuatu kapal tunda yang menggunakan tali tunda yang
dibuktikan dengan sertifikat pengujian (test sertifikat)
dari klasifikasi yang diakui oleh Pemerintah.
10. Tangga Pandu adalah tangga yang digunakan untuk
menaikkan atau menurunkan pandu dari atau ke
atas kapal sesuai persyaratan yang berlaku.
11. Operator Radio Pemanduan adalah petugas radio stasiun
pandu yang memenuhi persyaratan bertugas memberikan
layanan komunikasi dan informasi terhadap pelayanan
pemanduan serta memiliki sertifikat operator radio
pemanduan yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal.
2.3.3 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
PER.20/MEN/2008,
Tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Dan Perairan Di Sekitarnya.
Pada bab ketentuan umum, dalam Pasal 1 Peraturan Menteri ini yang
dimaksud dengan:
1) Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 Km2
(dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan ekosistemnya.
2) Pulau-Pulau Kecil dan Perairan di Sekitarnya adalah kumpulan pulau kecil beserta
perairannya yang memiliki kesatuan ekologis dan/atau ekonomis.
3) Rencana Zonasi adalah rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya
tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang
pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak
boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh
izin.
4) Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kelautan dan
perikanan.
Sedangkan pasal 2, menjelaskan:
1) Pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan sekitarnya dilakukan untuk
kepentingan pembangunan di bidang ekonomi, sosial dan budaya dengan berbasis
masyarakat dan secara berkelanjutan.
48
2) Pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan aspek:
a. Keterpaduan antara kegiatan Pemerintah dengan pemerintah daerah,
antarpemerintah
b. Daerah, dunia usaha, dan masyarakat dalam perencanaan dan pemanfaatan
ruang pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya.
c. Kepekaan/kerentanan ekosistem suatu kawasan yang berupa daya dukung
lingkungan, dan sistem tata air suatu pulau kecil;
d. Ekologis yang mencakup fungsi perlindungan dan konservasi;
e. Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat;
f. Politik yang mencakup fungsi pertahanan, keamanan, dan kedaulatan negara
kesatuan Republik Indonesia;
g. Teknologi ramah lingkungan;
h. Budaya dan hak masyarakat
Pada Bab 2 ,Pasal 3 terkait pemanfaatan mengatur:
1) Pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan sekitarnya diprioritaskan untuk
salah satu atau lebih kepentingan berikut:
a. Konservasi;
b. Pendidikan dan pelatihan;
c. Penelitian dan pengembangan;
d. Budidaya laut;
e. Pariwisata;
f. Usaha perikanan dan kelautan secara lestari;
g. Pertanian organik; dan/atau
h. Peternakan.
2) Pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya selain diatas dapat
dimanfaatkan antara lain untuk usaha pertambangan, permukiman, industri,
perkebunan, transportasi, dan pelabuhan.
3) Pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan sekitarnya kecuali untuk konservasi,
pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan, wajib:
a. Sesuai dengan rencana zonasi;
b. Memenuhi persyaratan pengelolaan lingkungan;
c. Memperhatikan kemampuan sistem tata air setempat; dan
d. Menggunakan teknologi yang ramah lingkungan.
Pada Pasal 4, menjelaskan sebagai berikut:
1) Pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya dapat diberikan
49
kepada:
a. Orang perseorangan warga negara Indonesia;
b. Badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia; atau
c. Masyarakat adat.
2) Pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya selain diatas dapat juga
diberikan kepada orang asing dengan persetujuan Menteri.
Sedangkan pasal 5, mengatur :
1) Orang perseorangan warga negara Indonesia dan badan hukum yang didirikan
berdasarkan hukum Indonesia dalam memanfaatkan pulau-pulau kecil dan
perairan di sekitarnya wajib mengajukan permohonan kepada gubernur atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dengan melampirkan:
a. rencana jenis usaha;
b. luasan penggunaan lahan; dan
c. luasan perairan yang akan dimanfaatkan.
2) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud gubernur atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya memberikan persetujuan atau penolakan
pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya.
3) Apabila permohonan pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya
disetujui, maka gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
menetapkan persetujuan pemanfaatan yang dituangkan dalam berita acara.
4) Apabila permohonan pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya
ditolak, maka gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
menetapkan penolakan disertai dengan alasan yang sah.
Sebagaimana pasal 6, berdasarkan persetujuan pemanfaatan pulau-pulau kecil dan
perairan di sekitarnya maka orang perseorangan warga negara Indonesia atau badan
hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dapat mengajukan permohonan
izin pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya sesuai dengan
peruntukkannya kepada instansi terkait berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2.3.4 RPJMD KABUTEN BANGKALAN TAHUN 2015 – 2030
Tentang Rencana Strategis Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa
Timur Tahun 2011-2030 tentang RSWP-3-K
Kedudukan RSWP-3-K sebagaimana Pasal 2 menjelaskan
50
1) RSWP-3-K Provinsi Jawa Timur merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dari Rencana Pembangunan Jangka PanjangDaerah (RPJPD) Jawa Timur
merupakan komplemen RencanaTata Ruang Wilayah (RTRW) Jawa Timur;
2) RSWP-3-K Provinsi Jawa Timur mengintegrasikan kegiatanpemangku
kepentingan dalam penyelenggaraan pengelolaan danpemanfaatan sumberdaya
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecilberdasar prinsip-prinsip manajemen;
3) RSWP-3-K Provinsi Jawa Timur direncanakan dan dilaksanakandengan
melibatkan peranserta Masyarakat Adat dan/ atauMasyarakat Lokal maupun
pemangku kepentingan lainnya.
Maksud dan tujuan provinsi bertujuanuntuk mengakomodasi :
a. Upaya memulihkan dan menjamin hak serta kewajiban masyarakat mengelola
sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulaukecil secara berkelanjutan;
b. Upaya melindungi dan memperbaiki ekosistem wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil;
c. Upaya mengembangkan system pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil secara optimal, efisien danberkelanjutan, bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat;
d. Upaya meminimalkan konflik pemanfaatan dan kewenangan pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil, sehingga dapatdicapai keterpaduan dan
keberlanjutan program pembangunan.
RSWP-3-K Provinsi sebagaimana Pasal 4 bertujuan untuk mengakomodasi:
a. Upaya memulihkan dan menjamin hak serta kewajiban masyarakat mengelola
sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulaukecil secara berkelanjutan;
b. Upaya melindungi dan memperbaiki ekosistem wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil;
c. Upaya mengembangkan system pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil secara optimal, efisien danberkelanjutan, bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat;
Upaya meminimalkan konflik pemanfaatan dan kewenangan pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil, sehingga dapatdicapai keterpaduan dan keberlanjutan
program pembangunan.
51
2.4 STUDI BANDING OBYEK SEJENIS
2.4.1 PULAU BERAS BASAH
Beras Basah merupakan nama sebuah pulau di wilayah kota Bontang. Pulau
dengan pantai pasir putih ini merupakan tempat rekreasi yang menarik sambil
menikmati keindahan panorama laut selat Makassar, wisatawan juga dapat berenang
dan menghirup udara laut yang sejuk. Pulau Beras Basah dapat dicapai dengan
menggunakan Speed Boat atau kapal motor dari Pelabuhan Tanjung Laut, Bontang.
Pengunjung dari luar Kalimantan bisa memanfaatkan jalur penerbangan ke
Balikpapan yang cukup ramai. Dari Balikpapan, pengunjung naik bus ke Bontang.
Dengan waktu perjalanan sekitar lima jam, tarif bus AC Balikpapan-Bontang sekitar
Rp 85 ribu. Jika dari Samarinda, perjalanan cukup dua jam dengan ongkos bus Rp 20
ribu.Tiba di Bontang, pengunjung bisa langsung ke Pelabuhan Tanjung Laut. Dari
sana, tidak sulit menemukan kapal yang siap membawa kita ke Beras Basah. Tarif
sewa kapal Rp 300 ribu-Rp 400 ribu. Satu kapal bisa memuat 10 penumpang. Hanya
perlu 40 menit dari pelabuhan untuk sampai ke Pulau Beras Basah.
Umumnya pengunjung pulau itu biasanya memang tidak menginap. Mereka
datang untuk menikmati hamparan pasir putihnya yang lembut, air lautnya yang
bening berkilat seperti kristal, atau mercusuar setinggi 15 meter yang berdiri tegak di
sana.
Gambar 1. 1 Pulau Beras Basah
2.4.2 PULAU UAMANG
Pulau ini terletak di sebelah selatan Ujung kulon, Banten. Untuk mencapai
pulau ini Pengunjung harus naik perahu yang telah disediakan. Perjalanan
52
menggunakan perahu ini hanya sekitar 40 menit karena jaraknya yang memang
tidak jauh. Pulau ini menyajikan hal-hal yang menarik untuk liburan kita.
Sambil menyusuri dermaga menuju pulau, kita akan melihat pasirnya yang
putih dan birunya laut. Pemandangan pantai yang indah, sehingga tempat ini juga
bisa dipakai dalam foto prewedding. Ketika sampai di lobby, pengunjung akan
langsung disambut dengan minuman selamat datang yang berupa juice dan
handuk basah yang segar. Sangat menyegarkan setelah harus melakukan
perjalanan yang memakan waktu sekitar 5 jam dari Jakarta. Pengelola juga
menyediakan transportasi dari Jakarta bila kita enggan menggunakan kendaraan
sendiri.
Pada pulau ini terdapat resort atau villa. Suite tempat bermalam sangat
nyaman. Setiap villa terbagi 2 sama besar dengan pintu sebagai penghubung.
Ruang tamu yang dilengkapi sofa membuat kita dapat lebih menikmati saat
berkumpul di ruangan ini. Kamar mandi bergaya pedesaan, dengan hiasan dari
tanah liat yang berkesan alami. Pada lantai atas, terdapat tempat tidur yang sangat
romantis dengan bagian atas dari kaca, sehingga kita dapat memandang bintang
pada malam hari.
Pulau ini hanya seluas 5 hektar, tapi fasilitas yang tersedia cukup lengkap
Bagi yang senang bermain air dan olahraga, Pengunjung dapat bermain jet ski,
banana boat, atau snorkeling. Ada juga kolam renang yang berbatasan dengan
pantai, jadi sambil berenang kita juga bisa menikmati indahnya pantai. Selesai
berenang, tersedia jacuzzi untuk memijat tubuh yang pegal. Bila pengunjung
senang untuk bermalas-malasan, ada juga paket spa, dimana pengunjung dapat
menikmati pijat dengan aromaterapi disertai suara deburan ombak.
Perairan di pulau ini masih banyak terdapat ikan. Di dekat dermaga,
pengunjung dapat melihat kumpulan ikan yang berkelompok. Ini dapat menjadi
tempat untuk pengunjung yang mempunyai hobby memancing. Untuk anak-anak,
ada juga berbagai permainan untuk anak seperti ayunan, trombolin, dan lain-lain.
Kita juga dapat bersantai di gazebo yang terdapat di depan masing-masing
suites tempat kita menginap dan berada tepat di pantai. Tempat yang ideal untuk
menikmati sunrise atau sunset. Saat makan malam suasana romantis bisa
pengunjung dapatkan bila ingin makan di tepi pantai sambil mendengar suara
ombak. Atau bisa juga di dalam cafe sambil mendengarkan alunan lagu yang
dilantunkan penyanyi.
Pulau Umang juga cocok untuk honeymoon, liburan bersama keluarga atau
outing. Hanya saja, perjalanan menuju pulau ini yang dirasa masih kurang
nyaman. Selain jaraknya yang jauh, jalan yang harus dilewati berkelok-kelok dan
53
naik turun. Jalanan juga masih sepi dan hanya untuk 2 kendaraan. Jadi pengunjung
harus berhati-hati dalam perjalanan.
Gambar 1.6 Pulau Beras Umang
54
2.5 KARAKTER OBYEK
Merupakan pulau di utara Bangkalan berada di Laut Jawa.Saat ini pulau
berfungsi sebagai stasiun pandu Karang Jamuang yang terletak diambang luar pada
posisi 06o-53’-34” Lintang Selatan dan 112o -43’-46” Bujur Timur.
Pulau Karang Jamuang berada di kawasan pesisir utara, masuk wilayah
administratif kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan. Dalam RTRW Kabupaten
Bangkalan masuk dalam SSWP I yang meliputi Kecamatan Bangkalan, Socah dan
Burneh . Dengan Kota Bangkalan sebagai pusatnya. Arahan fungsi kegiatan yaitu
perdagangan skala regional dan lokal pertanian, perkebunan, peternakan, industri dan
pergudangan, jasa transportasi angkutan darat, jasa pemerintahan umum skala
regional.
Gambar 1. 8 Pencitraan Foto Satelit (Google Earth) Pulau Karang Jamuang
55
2.5.1 HIDROLOGI DAN SUMBER DAYA AIR
Dilihat dari kondisi perairan, laut di Karang Jamuang masih terawat. Dengan
kondisi air jernih.Perairan pantai berwarna biru, dengan bau air dan temperatur yang
normal.
Gambar 1.9 Kondisi Perairan Pulau Karang Jamuang
2.5.2 JENIS TANAH
Jenis material tanah pesisir pantai berupa pasir halus berwarna putih.Tanah
pasir adalah tanah yang berasal dari batu pasir yang telah melapuk. Tanah ini sangat
miskin, tidak berstruktur, sedikit mengandung bahan organik dan kadar air di
dalamnya sangat sedikit. Tanah pasir yang terdapat di pantai berpasir disebut sand
dune. Di daerah ini dipengaruhi oleh angin.
Selain tanah pasir juga terdapat tanah padas. Tanah padas adalah tanah yang
amat padat, karena mineral di dalamnya dikeluarkan oleh air yang terdapat di lapisan
tanah sebelah atasnya. Sebenarnya tanah padas tidak dapat dikatakan tanah, karena
tanah telah hilang dan sisanya terdiri dari lapukan batuan induk. Kandungan organik
tanah ini rendah bahkan hampir tidak ada dan peka terhadap erosi.
Gambar 2.0 Jenis Tanah Pulau Karang Jamuang
56
2.5.3 KONDISI EKSISTING PENGGUNAAN LAHAN
Berdasarkan kondisi eksistingnya, Pulau Karang Jamuang terdiri dari 3 zona ruang.
1. Zona pertama yaitu di daratan, dengan pemanfaatan sebagai stasiun radio
pandu, perkantorandan penginapan divisi navigasi, serta mess ABK. Stasiun
pandu Karang Jamuangdengan kedalaman perairan 12 meter LWS, tersedia
perlengkapan komunikasi :
VHF radio telephone, frequency channel 12, power 25 watt,
standby selama 24 jam non stop.
Sebuah kapal pilot type MP I dengan sarana komunikasi VHF
radio telephone pada frequency channel 16-12-14, power 10 watt.
Menara suar listrik setinggi 40 meter dengan jarak tampak 21 mill
laut.
2. Zona kedua yaitu perairan berupa kolam yang dikelilingi batuan. Zona
perairan ini memiliki luas 17,2 Ha.
3. Dan zona ketiga berupa daratan yang berada diseberang zona pertama yang
dihubungkan dengan jembatan. Kondisinya saat ini masih perawan atau
belum termanfaatkan dan tidak terdapat bangunan.
Gambar 2.1 Pola Ruang Pulau Karang Jamuang
Zona 2 Zona 1
Zona 3
57
Gambar 2. 2 Foto Mapping Pola Ruang Pulau Karang Jamuang
58
2.5.4 JARINGAN JALAN
Terdapat jaringan jalan berupa jalan setapak berupa paving yang
menghubungkan dermaga menuju kantor stasiun radio pandu Karang Jamuang.
Teradapat juga jalan setapak berupa bebatuan karang yang mengelilingi pulau.
Gambar 2.3 Jalan Menuju Kantor dan Jalan Keliling Pulau
2.5.5 JARINGAN TRANSPORTASI
Kondisi jaringan pergerakan meliputi kondisi jalan dan kondisi angkutan yang
melayani ke Pulau Karang Jamuang.
ANGKUTAN AIR
Untuk mencapai Pulau Karang Jamuang bisa ditempuh dengan KM. Artama
III sebagai penunjang wisata bahari.
Gambar 2.4 Kapal Wisata
59
Dalam menunjang transportasi laut ini terdapat dermaga dengan ukuran 3 x
110 m.
Gambar 2.5 Fasilitas Dermaga
2.5.6 JARINGAN UTILITAS
Prasarana Listrik
Prasarana Air Bersih
Sanitasi
Persampahan
2.5.7 PRASARANA LISTRIK
Untuk kebutuhan listrik Pulau Karang Jamuang dilengkapi pembangkit listrik
tenaga angin dan genset disel. Untuk tenaga angin melayani lampu-lampu jalan.
Sedangkan genset melayani kebutuhan kantor.Pulau ini memiliki temperatur antara
17 - 27°C. Sinar matahari di pulau ini rata-rata terik.
60
Gambar 2.6 Prasarana Listrik
2.5.8 PRASARANA AIR BERSIH
Untuk supply kebutuhan air bersih menggunakan sistem reverse osmosis
untuk mengubah air garam menjadi air baku. Sumur yang digunakan adalah sumur
bor dengan kedalaman 30 m yang dipompa ke atas. Jadi proses pengelolaan air adalah:
Air sumur – dipompa ke atas – reverse osmosis – tandon air – disalurkan ke kamar
mandi kantor. Berikut merupakan unit-unit pengolahannya:
Sumur Yang Telah Ditutup
61
Pompa Air
Reverse Osmosis
Gambar 2.7 Prasarana Air
2.5.9 SANITASI
Pada kondisi eksisting, terdapat sanitasi di kantor berupa kamar mandi.
Namun keberadaan sanitasi tersebut diperkirakan tidak cukup seiring pengembangan
aktivitas pariwisata di Pulau Karang Jamuang.Oleh sebab itu, sudah selayaknya
terdapat penambahan toilet, WC serta pembangunan Instalasi Pengolah Air Limbah
(IPAL). Berikut merupakan sistematika pembangunan IPAL untuk Karang Jamuang:
Karakteristik Air Buangan
62
Diperkirakan karakteristik air buangan dengan adanya pembangunan di Pulau Karang
Jamuang, secara fisik mempunyai parameter sebagai berikut :
1. Total Solid
2. Temperatur
3. Warna
4. Bau
Ditinjau dari karakteristik kimianya, senyawa kimia yang terkandung di dalam air
limbah terdiri dari 3 golongan, sebagai berikut :
1. Senyawa Organik
2. Senyawa Anorganik
3. Gas
2.5.10 PERSAMPAHAN
Selama ini pengolahan sampah di Pulau Karang Jamuang hanya sebatas
dikumpulkan lalu dibakar. Mengingat keberadaan petugas yang sedikit di Pulau
Karang Jamuang, pengolahan berupa pembakaran sampah saat ini masih tidak terlalu
mengganggu aktivitas di Pulau Karang Jamuang. Namun, di masa mendatang
dibutuhkan pengolahan sampah secara terpadu. Hal ini berdasarkan peraturan yang
berlaku serta efektifitas terhadap keberadaan Pulau Karang Jamuang sebagai tempat
pariwisata. Adapun sumber sampah eksisting Pulau Karang Jamuang:
Sumber Sampah Jenis Sampah
Pekarangan Sampah halaman, kayu, dll.
Kantor Sampah dapur kantor, kertas, plastik,
kayu, sisa makanan, dll
Sampah dari laut (akibat air pasang) Sisa makanan, kertas, plastik, kulit,
potongan kain, sampah halaman, kayu,
kaca, kaleng, logam, daun, dll.
Tabel 1.1 Sumber Sampah
63
Gambar 2.8 Sampah Laut Pulau Karang Jamuang
Skema teknik operasional pengelolaan persampahan di Pulau Karang
Jamuang dapat yaitu :Timbunan Sampah – Pewadahan – Pengumpulan – Pembakaran
(insenerasi di tempat terbuka)
Timbulan Sampah
Untuk kota-kota di Indonesia, timbulan sampah rata-rata adalah 2,5-3,5
L/orang/hari. Timbulan tersebut dapat dijadikan dasar untuk pengelolaan sampah di
Pulau Karang Jamuang. Karena di pulau Karang Jamuang hanya terdapat beberapa
pegawai (asumsi maks 10 orang per hari), maka timbulannya adalah
Timbulan Sampah = timbulan sampah rata-rata x jumlah orang
= 2,5 L x 10
= 25 L/orang/hari
Besarnya timbulan sampah di Pulau Karang Jamuang diperkirakan sangat
dipengaruhi oleh:
Tingkat hidup pengunjung : makin tinggi tingkat hidup, makin banyak
sampahnya
Pola hidup pengunjung
Iklim
Pola penyediaan kebutuhan hidup dan penanganan makanan di
restoran/penginapan yang dibangun nantinya
Pewadahan Sampah
Pewadahanpenampungan sementara sampah yang dihasilkan di sumber, baik
individual atau komunal adalah memakai bak sampah
Pengumpulan Sampah
64
Kondisi eksisting pengumpulan sampah Pulau Karang Jamuang adalah di
tempat terbuka lalu dibakar.
2.5.11 KONDISI LINGKUNGAN
Karang Jamuang merupakan pulau yang kaya akan keanekaragaman hayati,
baik vegetasi maupun biota. Hal ini terlihat dari dominasi vegetasi mangrove, serta
terumbu karang dan aneka biota yang mampu hidup di pulau ini.
2.5.12 VEGETASI
Ekosistem pesisir pada wilayah ini lebih didominasi oleh ekosistem
mangrove, dimana keberadaannya memiliki fungsi dan manfaat baik bagi lingkungan.
Mangrove memiliki fungsi baik ekologis maupun ekonomi dan dimanfaatkan sebagai
lahan untuk tambak, perlindungan pantai maupun sungai.
Berdasarkan hasil survei primer yang dilakukan pada tahun 2013 didapatkan
berbagai macam jenis mangrove dan aneka vegetasi lain yang dapat dlihat pada
gambar berikut:
Mangrove Jenis Avicennia marina (Api-api daun lebar)
65
Mangrove Jenis Excoecaria agallocha (Buta-buta)
66
Mangrove Jenis Rhizophora sp. (Bakau)
Mangrove Jenis Sonneratia sp (Bogem)
Mangrove Jenis Xylocarpus sp. (Niri)
67
Mangrove Jenis Ceriops sp. (Tengar)
Gambar 2.19 Vegetasi Mangrove di Pulau Karang Jamuang
Tak hanya mangrove, berbagai jenis pohon khas pantai pun menyemarakkan
keberadaan pulau ini. Berikut merupakan gambar vegetasi tersebut:
Leucaena Leucocephala (Pohon Lamtoro)
68
Delonix regia (Pohon Flamboyan) Spondias sp.
Jatrophagossypifolia (Jarak Ulung)
Gambar 2.20 Vegetasi di Pulau Karang Jamuang
2.5.13 BIOTA
Pulau Karang Jamuang juga mempunyai kekayaan fauna.Ikan yang biasa
dipancing di pulau ini adalah Keting, Kerapu, dan lain-lain.Selain itu terdapat juga
kucing dan kambing yang dibawa dari Surabaya.
69
Ada pula aneka terumbu karang yang besar dan berwarna-warni.Terumbu
karang tersebut diperkirakan telah hidup puluhan tahun karena bentuknya yang kokoh.
Felis domesticus (Kucing)
Capra hircus (Kambing Ettawa
Jawa Kacang)
70
Seriotopora hystrix Acropora sp.
Gambar 2. 21 Jenis Biota Pulau Karang Jamuang
Leptoriaphrygia
Pecahan terumbu karang yang
kecil
71
2.5.14 KONDISI EKSISTING MESS
2.5.14 KONDISI EKSISTING KANTOR