Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi - sinta.unud.ac.id II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran),

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Babi

Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap

kelahiran), pertumbuhannya cepat dan dalam umur enam bulan sudah dapat

dipasarkan. Selain itu ternak babi efisien dalam mengkonversi berbagai sisa

pertanian dan restoran menjadi daging (Ensminger, 1991).

Menurut Sihombing (1997), klasifikasi zoologis ternak babi dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

Phylum : Chordata,

Klass : Mamalia (menyusui),

Ordo : Artiodactyla (berkuku genap),

Famili : Suidae (non ruminansia),

Genus : Sus,

Spesies : Sus scrofa, Sus vittatus, Sus celebensis, Sus barbatus, Sus

leucomystax, Sus verrucosus, Sus cristatus.

Secara umum dapat dikenal tiga tipe babi yaitu babi tipe lemak lard

type, tipe sedang bacon type dan tipe daging meat type (Mangisah, 2003). Namun

di negara-negara maju dan berkembang peternakan babinya, penggolongan ini

hampir tidak ditemui lagi karena tujuan dari pemeliharaannya sudah untuk

menghasilkan daging yang berkualitas baik tanpa melihat tipe babi yang

dipeliharanya. Blakely dan Bade (1998) menyatakan bahwa ternak babi yang

dikembangkan dewasa ini merupakan babi hasil persilangan yang dilakukan oleh

perusahaan pembibitan babi untuk memenuhi kebutuhan dan kualitas yang

terkontrol. Ternak babi membutuhkan ransum yang imbangan nutrisinya baik atau

sempurna, untuk memperoleh reproduksi dan produksi daging yang optimal.

Ternak babi membutuhkan energi, protein, mineral, vitamin dan air. Setiap zat

mempunyai fungsi dan kaitan spesifik di dalam tubuh. Kekurangan atau

ketidakseimbangan zat-zat makanan dapat memperlambat pertumbuhan dan

berdampak pada performans. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi - sinta.unud.ac.id II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran),

5

yaitu cara pemberian pakan, aroma pakan, kondisi lingkungan atau suhu kandang,

ketersedian air minum, jumlah ternak dan kesehatan ternak (Sihombing, 1997).

Babi Landrace merupakan babi yang berasal dari Denmark, termasuk babi

bacon yang berkualitas tingi. Babi Landrace sangat populer sehingga

dikembangkan juga di Amerika Serikat, Australia, dan Indonesia, yakni American

Landrace dan Australian Landarce. Babi ini berwarna putih, terkenal babi

bertubuh panjang seperti busur, besar, lebar, bulu halus, dan juga kakinya

panjang. Babi ini terkenal sangat profilik hingga kini babi ini juga yang terbukti

paling banyak per kelahiran, serta presentase dagingnya tinggi. Tulang rusuknya

16-17 pasang dan sampai kini puting susu babi inilah yang terbanyak diantara

bangsa babi unggul. Babi jantan dewasa berbobot sekitar 320-410 kg dan induk

berbobot 250-340 kg. Kelemahan babi ini adalah kaki belakang yang lemah

terutama saat induk bunting, dan hasil daging yang pucat (Sihombing, 2006).

Gambar 2.1 American Landrace (Kitsteiner, 2014)

Budaarsa (2012) melaporkan bahwa babi Landrace menjadi pilihan

pertama para peternak karena pertumbuhannya cepat, konversi makanan

sangat bagus dan temperamennya jinak. Lebih lanjut dilaporkan bahwa babi

Landrace yang diberi pakan komersial (ransum yang seimbang), maka

pertambahan berat badannya bisa mencapai 1 kg per hari dengan berat sapih

pada umur 35 hari bisa mencapai 15 kg.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi - sinta.unud.ac.id II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran),

6

2.2 Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)

Eceng gondok merupakan tumbuhan rawa atau air, yang mengapung di atas

permukaan air. Di ekosistem air, enceng gondok ini merupakan tanaman

pengganggu atau gulma yang dapat tumbuh dengan cepat (3% per hari). Pesatnya

pertumbuhan enceng gondok ini mengakibatkan berbagai kesulitan seperti

terganggunya transportasi, penyempitan sungai, dan masalah lain karena

penyebarannya yang menutupi permukaan sungai/ perairan (O’Sullivan, 2010).

Menurut Mukti (2008), klasifikasi dari tanaman eceng gondok adalah

sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Suku : Pontederiaceae

Marga : Eichornia

Spesies : Eichornia crassipes

Gambar 2.2. Eceng Gondok (Eichornia crassipes)

(Dbenbenn, 2006)

Eceng gondok dapat hidup mengapung bebas di atas permukaan air dan

berakar di dasar kolam atau rawa jika airnya dangkal. Kemampuan tanaman inilah

yang banyak di gunakan untuk mengolah air buangan, karena dengan aktivitas

tanaman ini mampu mengolah air buangan domestik dengan tingkat efisiensi yang

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi - sinta.unud.ac.id II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran),

7

tinggi. Eceng gondok dapat menurunkan kadar BOD, partikel suspensi secara

biokimiawi (berlangsung agak lambat) dan mampu menyerap logam-logam berat

seperti Cr, Pb, Hg, Cd, Cu, Fe, Mn, Zn dengan baik, kemampuan menyerap logam

persatuan berat kering eceng gondok lebih tinggi pada umur muda dari pada umur

tua (Widianto dan Suselo, 1977).

2.2.1 Morfologi

Eceng gondok merupakan tumbuhan yang hidup dalam perairan

terbuka. Mengapung bila air dalam dan berakar didasar bila air dangkal.

Perkembangbiakan eceng gondok terjadi secara vegetatif maupun secara

generatif. Perkembangan secara vegetatif terjadi bila tunas baru tumbuh dari

ketiak daun, lalu membesar dan akhirnya menjadi tumbuhan baru.

Setiap 10 tanaman eceng gondok mampu berkembangbiak menjadi

600.000 tanaman baru dalam waktu 8 bulan. Hal ini membuat eceng gondok

dimanfaatkan untuk pengolahan air limbah. Eceng gondok dapat mencapai

ketinggian antara 40- 80 cm dengan daun yang licin dan panjangnya 7 - 25 cm.

Tumbuhan eceng gondok terdiri atas helai daun, pengapung, leher

daun, ligula, akar, akar rambut, ujung akar, dan stolon yang dijadikan

sebagai tempat perkembangbiakan vegetatif (Mukti, 2008).

2.2.2 Kandungan Eceng Gondok

Eceng gondok bisa menjadi salah satu alternetif bahan ransum ternak,

karena eceng gondok memiliki nilai nutrisi yang cukup baik, yaitu energi

metabolis 2029 kkal/kg, kandungan protein kasar 13% dan kandungan serat kasar

21,3% (Radjiman et al., 1999). Menurut analisis yang dilakukan oleh

Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak

Fakultas Peternakan Universitas Diponogoro Semarang tahun 2005, melaporkan

bahwa eceng gondok mengandung protein kasar (PK) 11,2% dan bahan ekstrak

tiada nitrogen (BETN) sekitar 20% berdasarkan bahan kering (100% BK).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi - sinta.unud.ac.id II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran),

8

2.3 Logam Timbal (Pb)

Logam berasal dari bumi yang bisa berupa bahan organik dan bahan

anorganik. Diantara sekian banyak logam, ada yang keberadaannya di dalam

tubuh mahluk hidup baik pada tanaman, hewan atau ternak dan manusia

merugikan bahkan beracun. Logam yang dimaksud umumnya digolongkan pada

logam berat. Menurut Saeni (1989) bahwa yang dimaksud dengan logam berat

adalah unsur yang mempunyai bobot jenis lebih dari 5 g/cm3 yang biasanya

terletak di bagian kanan bawah sistem periodik.

Contoh-contoh logam berat yang dinyatakan oleh Saeni (1989) diantaranya:

Fe, Pb, Cr, Cd, Zn, Cu, Hg, Mn dan As. Dari logam-logam berat tersebut, menurut

Anggorodi (1979) Fe, Cr, Zn, Cu dan Mn termasuk dalam kelompok logam berat

dan merupakan mineral yang esensial dan tergolong mineral mikro bagi ternak,

maka logam berat yang tergolong nonesensial dan bersifat racun bagi ternak

adalah kelompok logam: Pb, Cd, Hg, dan As.

Timbal (Pb) memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat

kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul

perkaratan. Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serat

mudah dimurnikan dari pertambangan. Timbal meleleh pada suhu 328 °C; titik

didih 1740 °C; dan memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom 207,20 (Widowati

et al., 2008).

Salah satu logam berat yang banyak mencemari air sungai adalah timbal

(Pb). Tercemarnya air sungai oleh limbah pabrik yang mengandung Pb

menyebabkan tanaman konsumsi yang tumbuh di daerah sungai menjadi tercemar

oleh Pb (Kohar et al., 2004). Timbal (Pb) merupakan salah satu pencemar yang

dipermasalahkan karena bersifat sangat toksik dan tergolong sebagai bahan

buangan beracun dan berbahaya (Purnomo dan Muchyiddin, 2007).

Timbal (Pb) merupakan logam yang bersifat neurotoksin yang dapat masuk

dan terakumulasi dalam tubuh manusia ataupun hewan, sehingga bahayanya

terhadap tubuh semakin meningkat (Lu, 1995 dan Kusnoputranto, 2006). Menurut

Underwood dan Suttle (1999), Pb biasanya dianggap sebagai racun yang bersifat

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi - sinta.unud.ac.id II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran),

9

akumulatif dan akumulasinya tergantung levelnya. Hal itu menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh pada ternak jika terdapat pada jumlah di atas batas ambang.

Konsentrasi logam berat yang dikonsumsi oleh hewan bervariasi. Badan

penelitian nasional Kanada (National Researh Council, NRC) menentukan jumlah

maksimum kandungan logam yang diperbolehkan untuk konsumsi hewan disebut

Maximum Tolerable Level (MTL). Adapun MTL merupakan kandungan logam

yang aman bagi hewan dan manusia yang mengkonsumsi produk hewan tersebut.

Batas toleransi logam berat Pb dalam pakan menurut NRC untuk sapi adalah 30

mg/kg (Sutjiwardhayani, 2006). Underwood dan Suttle (1999) mencantumkan

batas ambang untuk ternak unggas dalam pakannya, yaitu 3-5 mg/kg. Disisi lain

Darmono (1995) mencantumkan dosis keracunan Pb pada beberapa ternak, seperti

terlihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Dosis Keracunan Timbal pada Beberapa Ternak

Jenis Ternak Toksik dalam Pakan (mg/kg)

Babi 1.000

Pedet 200 – 400

Domba ` 200 – 400

Sumber: Darmono (1995)

2.4 Sel Darah Putih pada Babi

Sel darah putih (leukosit) berasal dari bahasa Yunani dari kata leuco yang

berarti putih dan cyte yang berarti sel. Leukosit merupakan benda darah yang

memiliki bentuk khas, nukleus, sitoplasma dan organel dapat bergerak pada

keadaan tertentu. Leukosit mampu bergerak keluar dari pembuluh darah untuk

menjalankan fungsinya. Pembuluh darah merupakan tempat transportasi bagi

leukosit. Jumlah leukosit pada setiap spesies bervariasi dan dipengaruhi juga oleh

keadaan tubuh individu tersebut (Dharmawan, 2002 ; Gartner and Hiatt, 2014).

Sel darah putih mengalami proses pembentukan di dalam sumsum tulang

belakang dan sebagian lagi berada pada organ limfoid. Ganong (1996)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi - sinta.unud.ac.id II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran),

10

menyatakan bahwa, dalam aktivitasnya sebagai sistem peratahanan, leukosit

mampu keluar dari pembuluh darah dan akan menuju ke jaringan-jaringan yang

membutuhkan. Jumlah leukosit pada setiap spesies hewan berbeda–beda. Jumlah

leukosit tertinggi ternyata pada babi yaitu 16 x 103/mm3, sedangkan pada sapi

berkisar 8 x 103/mm3. Neutrofil dan limfosit merupakan leukosit yang paling

banyak terdapat pada hewan dengan keadaan normal. Jumlah monosit, eosinofil

dan basofil yang rendah merupakan normal pada mamalia (Harvey, 2012).

Leukosit digolongkan menjadi dua kelompok, yakni: 1) granulosit: leukosit

yang memiliki butir khas dan jelas dalam sitoplasmanya dan terdiri atas neutrofil,

eosinofil, dan basofil; 2) agranulosit: leukosit yang tidak memiliki butir khas

dalam sitoplasmanya, terdiri atas monosit dan limfosit. Dari penghitungan jenis

leukosit dapat ditentukan presentase normal dari tiap jenis hewan yang ternyata

cukup berbeda. Pada anjing, kucing, dan kuda, presentase leukosit neutrofil lebih

besar daripada limfosit, sedangkan pada ruminansia, limfosit bersifat dominan.

Darah babi diantara kedua kelompok tersebut di atas, hanya limfositnya sedikit

lebih banyak daripada leukosit neutrofilnya (Dharmawan, 2002).

2.4.1 Leukosit Granulosit

Granulosit digolongkan menjadi tiga tipe sel berdasarkan sifatnya terhadap

zat warna tertentu. Basofil granulnya bersifat basofil (ungu), eosinofil granulnya

bersifat asidofil (berwarna merah dengan eosin), sedangkan neutrofil granulnya

tidak bersifat asidofil ataupun basofil. Neutrofil sering disebut juga sebagai

heterofil. Neutrofil merupakan leukosit polimorfonukleus (polymorphonuclear

leucocytes / PMN) karena intinya berlobus – lobus, yang terdiri atas satu sampai

lima lobus (Dharmawan, 2002).

2.4.1.1 Neutrofil

Neutrofil merupakan sel darah putih yang memiliki granula tidak berwarna

dan tidak bersifat asidofil maupun basofil, sehingga hal ini yang akan

membedakan dengan eosinofil dan basofil. Neutrofil dalam peredaran darah

memiliki waktu yang singkat hanya 5 – 10 jam. Di jaringan neutrofil hidup hanya

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi - sinta.unud.ac.id II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran),

11

beberapa hari kemudian akan diapoptosis oleh makrofag dalam limpa dan hati

(Harvey, 2012). Neutrofil dewasa berdiameter 10 – 12 µm. Neutrofil memiliki

granul halus dalam sitoplasma dan intinya bergelambir. Inti kromatinya terlihat

pekat dan mengelompok. Benang kromatin antar gelambir jelas terdapat pada

ruminansia dan terkadang tampak pada babi. Neutrofil tua memiliki gelambir

lebih banyak dan lebih jelas dari pada neutrofil muda. Bentuk dari neutrofil muda

(band cell) berbentuk huruf U, V atau S (Dharmawan, 2002).

Menurut Hoffbrand (2006), neutrofil memiliki cara sendiri dalam memasuki

jaringan yakni dengan bermigrasi sebagai akibat respon kemotatik. Permukaan sel

neutrofil memiliki pseudopodia kecil yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop

elektron. Pseudopodia ini berguna untuk meningkatkan luas permukaan neutrofil

dalam rangka proses fagositosis (Weiss dan Wardrop, 2010). Dengan mikroskop

elektron kadang diamati adanya mitokondria yang jelas, sedikit poliribosom dan

granul oksigen (Dharmawan, 2002). Ada tiga jenis granul (butir) yang dimiliki

oleh neutrofil dan memiliki fungsi tertentu, yaitu granul spesifik, granul azurofilik

dan granul tersier. Granul spesifik mengandung agen fagositosis. Granul

azurofilik merupakan lisosom. Sedangkan granul tersier mengandung glikoprotein

yang dimasukan ke membran sel (Weiss dan Wardrop, 2010 ; Gartner dan Hiatt,

2014).

Fungsi neutrofil adalah sebagai garis pertahanan pertama (first line of

defense) terhadap serangan mikroorganisme, trauma jaringan atau pemicu sinyal

inflamasi lainnya. Kemampuan neutrofil menginfiltrasi bakteri tergantung pada

adanya berbagai reseptor pada membran sel. Peningkatan neutrofil muda

mencerminkan infeksi yang terjadi masih baru (akut), hal ini diberi istilah shift to

the left (bergeser kekiri). Sedangkan neutrofil tua yang abnormal dan

hiperpigementasi mencerminkan adanya infeksi kronis atau stress, hal ini diberi

istilah shift to the right (bergeser ke kanan) (Dharmawan, 2002). Menurut Fossum

(1997), dalam kondisi terinfeksi, sumsum tulang merah dirangsang untuk

melepaskan lebih banyak neutrofil ke dalam aliran darah, sehingga terjadilah

peningkatan jumlah neutrofil. Peningkatan neutrofil dapat dilihat pada peradangan

akut dan penyakit infeksius (Melvin dan William, 1993). Peningkatan jumlah

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi - sinta.unud.ac.id II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran),

12

neutrofil (neutrofilia) karena dipengaruhi oleh invasi dari virus, bakteri, parasit,

dan partikel lainnya yang terjadi di dalam suatu jaringan, sehingga mengakibatkan

sel neutrofil bergerak secara amoboid ke daerah yang terinfeksi. Jumlah neutrofil

normal pada babi sekitar 28 – 47% dari jumlah keseluruhan leukosit (Dharmawan,

2002).

2.4.1.2 Eosinofil

Jumlah leukosit eosinofil dalam aliran darah berkisar antara 0 sampai 15%

dari jumlah leukosit, berdiameter 10 – 15 µm. Inti bergelambir dua, dikelilingi

oleh butir-butir asidofil yang cukup besar dan berukuran 0,5 sampai 1,0 mm.

Jangka hidup sel ini 3 sampai 5 hari. Hubungan antar dua gelambir sering tertutup

oleh butir sekreta sehingga tidak jelas (Dharmawan, 2002). Eosinofil diberi nama

demikian karena keterkaitannya dengan eosin (pewarna merah pada pemeriksaan

darah rutin). Ukuran bentuk dan jumlah granul eosinofil berbeda tiap spesienya.

Pada sapi dan babi eosinofil ukurannya sangat kecil. Leukosit eosinofil babi

butirnya bulat, warnanya oranye kotor, dan mengisi penuh sel. Intinya berbentuk

lonjong atau seperti ginjal dan memiliki dua gelambir. Eosinofil muda (band

eosinophil) sering terlihat pada hewan dan dalam penghitungan diferensial juga

dihitung. Tahap pematangan eosinofil dapat dibedakan dengan jelas apabila

terjadi eosinofilia ekstrim (Dharmawan, 2002 ; Harvey, 2012).

Eosinofil banyak terdapat di jaringan kulit, saluran pernafasan dan saluran

pencernaan. Jumlah leukosit di setiap jaringan dipengaruhi oleh spesies, tahap

siklus estrus dan kandungan histamin di jaringan. Di jaringan tersebut eosinofil

melakukan aktivitasnya. Aktivitas eosinofil mengalami perubahan morfologi,

karakteristik, permukaan sel dan aktivitas fungsional. (Weiss dan Wardrop, 2010).

Dalam fungsinya sebagai pertahanan tubuh, eosinofil akan bertindak atau

merespon adanya infeksi penyakit parasitik maupun alergi. Dalam menanggapi

respon suatu infeksi, eosinofil akan terus meningkatkan jumlahnya selama

serangan alergi itu masih terus ada. Hal ini berkaian dengan sifat eosinofil yang

fagositik, terutama terhadap antigen dan antibody komplek (Caceci, 1998).

Sebenarnya fungsi utama dari eosinofil adalah sebagai detosifikasi terhadap

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi - sinta.unud.ac.id II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran),

13

protein asing yang masuk ke dalam tubuh, baik itu melalui paru-paru maupun

saluran cerna. Selain respon terhadap protein asing, eosinofil juga merespon

terhadap racun yang dihasilkan oleh bakteri maupun parasit. Sel ini juga

mengandung histaminase yang mengaktifkan histamin dan melepaskan serotonin

dari sel tertentu, juga melepaskan zinc yang menghalangi agregasi trombosit dan

migrasi makrofag. Pada babi nilai normal eosinofil berkisar antara 0,5 – 11%

(Dharmawan, 2002). Nilai tersebut akan mengalami peningkatan (eosinofilia)

akibat terjadi reaksi hipersensitivitas dan infeksi bakteri maupun parasit,

sedangkan eosinofil akan mengalami penurunan (eosinopenia) akibat terjadi

infeksi sekunder.

2.4.1.3 Basofil

Basofil merupakan leukosit polimorfonuklear yang terdapat pada darah

berkisar 0,2% saja. Dengan diameter 10 – 12 µm dan ukuran ini terlihat lebih

kecil dari sel eosinofil. Intinya terdiri atas dua gelambir atau bentuknya tidak

beraturan. Granul yang ada di sitoplasmanya berwarna biru tua atau ungu yang

agak cerah dan menutupi inti dengan ukuran (0,5 sampai 1,5µm). Leukosit basofil

sulit ditemukan dalam darah anjing dan kucing. Dengan mikroskop elektron,

penampakan leukosit basofil pada babi agak berbeda karena butirnya berbentuk

panjang seperti halter (Dharmawan, 2002).

Basofil memiliki fungsi langsung pada akhir fase dari respon

hipersensitivitas tipe I serta pada fase awal dari respon hipersensitivitas delayed

(tertunda). Leukosit basofil juga beredar ke jaringan radang membantu IgE pada

fase akhir, sel ini memiliki fungsi merusak seperti sel mast. Basofil juga berperan

dalam proses fagositosis cacing. Dalam menghasilkan respon sel T helper 2,

basofi berperan sebagai stimulusnya (Weiss dan Wardrop, 2010).

Dalam komposisi basofil terdapat kandungan yang salah satunya berupa

heparin, dimana heparin ini merupakan suatu zat antikoagulan. Aktivitas dari

basofil ini berhubungan dengan daerah peradangan yang terfokus pada

pembekuan darah selain itu juga menjaga kondisi statis darah dan limfe dengan

jalan mengeluarkan zat yang mengandung heparin. Sehingga dalam hal ini dapat

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi - sinta.unud.ac.id II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran),

14

diduga aktivitas dari basofil ini merupakan prekursir dari sel mast. Seperti yang

dikatakan oleh Ganong (1995), bahwa sel basofil di dalam sirkulasi darah mirip

dengan sel mast besar yang terletak tepat di sisi luar kapiler dalam tubuh

(Dharmawan, 2002). Basopenia atau penurunan jumlah sel basofil dalam sirkulasi

darah dapat terjadi karena reaksi stres dan terapi steroid dalam jangka panjang.

Peningkatan jumlah basofil atau basofilia dalam sirkulasi darah mengindikasi

bahwa, telah terjadi peradangan akut yang menyebabkan hipersensitivitas (Melvin

dan William, 1993). Dharmawan (2002) menambahkan, basofilia pada hewan

jarang terjadi, kalaupun ada, biasanya disertai oleh eosinofilia atau leukemia

granulosit basofilik.

2.4.2 Leukosit Agranulosit

Sel darah putih yang digolongkan ke dalam agranulosit tidak memiliki

granul sitoplasma spesifik, namun kadang mengandung granul azurofil yang tidak

begitu spesifik. Lebih jauh lagi agranulosit ditandai oleh adanya memiliki inti

lonjong, bulat dengan lekukan pada intinya yang khas (Dharmawan, 2002).

2.4.2.1 Limfosit

Proporsi limfosit pada babi berkisar antara 39 – 62% dari total leukosit.

Limfosit kecil berukuran 6 – 9 µm, sedangkan yang besar berdiameter 12 – 15

µm. Limfosit besar merupakan bentuk yang belum dewasa (prolymphocytes).

Limfosit kecil pada babi intinya memenuhi sel dengan sitoplasma tipis dan dapat

mengandung butir azurofil. Sedangkan limfosit besar intinya agak cerah dan dan

menunjukkan adanya bercak kromatin (Dharmawan, 2002).

Sel limfosit banyak dibentuk dan diproduksi dalam kelenjar limfe, timus dan

limpa. Selain itu sel limfosit juga dibentuk dalam sumsum tulang belakang pasca

kelahiran, namun yang diproduksi pada tempat ini jumlahnya lebih sedikit. Sel

limfosit merupakan suatu sel pertahanan, sehingga menurut Melvin dan William

(1993), limfosit sangat berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Ada beberapa

fungsi dari sel ini, sehingga menurut Tizard (2000) fungsi utama limfosit untuk

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi - sinta.unud.ac.id II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran),

15

memproduksi antibody sebagai sel efektor khusus dalam menanggapi antigen

yang terikat pada makrofag.

Sifat limfosit cenderung lentur dan mampu mengubah bentuk dan

ukurannya sehingga dengan mudah dapat menerobos jaringan. Limfosit di aliran

darah ada tiga tipe, yaitu sel T, sel B dan sel null. Pada ketiga jenis sel tersebut

ada perbedaan (surface marker) yang dapat dibedakan dengan teknik sitokimia.

Sel T berperan dalam imunitas seluler dengan proporsi 70 – 75%. Sel B berperan

dalam imunitas humoral dengan proporsi sedikit hanya 10 – 20%, beberapa

diantaranya tumbuh menjadi sel plasma. Sedangkan limfosit null hanya mencapai

10 - 15% (Dharmawan, 2002).

Menurut Guyton (1997), Limfosit memiliki masa hidup berminggu-minggu,

berbulan–bulan atau bahkan bertahun-tahun, namun hal ini akan bergantung pada

kebutuhan sel ini dalam tubuh. Kondisi yang stress dan pengaruh setelah vaksinasi

dapat meningkatkan jumlah limfosit (limfositosis), selain itu juga dipengaruhi

oleh kondisi penyembuhan infeksi akut. Penurunan persentase limfosit

(limfositopenia) terjadi akibat infeksi viral.

2.4.2.2 Monosit

Leukosit terbesar adalah monosit dengan diameter 15 – 20 µm dan

berjumlah 2 – 10% dari seluruh jumlah leukosit (Dharmawan, 2002). Monosit

dapat dibedakan dari limfosit dari segi bentuk yang bervariasi, selain itu jumlah

sitoplasma monosit lebih sedikit dari limfosit serta sitoplasma limfosit lebih

basofilik daripada monosit. Inti monosit dapat berbentuk bundar, berbentuk

ginjal, band-shape atau berbelit – belit (ameboid) dengan kromatin yang longgar

atau sedikit mengelompok. Inti memiliki satu sampai tiga inti, tetapi tidak tampak

pada sediaan ulas darah. Sitoplasma berwarna biru abu – abu dan sering berisi

vakuola dengan variasi ukuran. Kadang ditemukan debu merah muda atau butiran

ungu kemerahan pada sitoplasma (Harvey, 2010).

Monosit berkembang menjadi makrofag setelah mencapai jaringan. Jika di

dalam darah monosit tidak akan pernah menjadi dewasa. Jaringan yang ditempati

oleh makrofag ialah sinusoid hati, sumsum tulang, alveoli paru – paru dan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi - sinta.unud.ac.id II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran),

16

jaringan limfoid. Dalam sel darah putih, jumlah monosit mencapai 0 – 10% dari

total keseluruhan komponen (Dharmawan, 2002).

Fungsi utama dari monosit adalah untuk mengeliminasi mikroorganisme

yang masuk ke dalam tubuh. Peran lainnya adalah sebagai proses dan mengatur

respon imun melalui presentasi antigen pada sistem kekebalan tubuh dan sekresi

sitokin, mengubah faktor pertumbuhan, modulasi respon radang melalui faktor

pertumbuhan hematopoietik, inisiasi peradangan, produksi sitokin dan kemokin,

pengaturan metabolisme besi, menghilangkan jaringan rusak dan mati, serta

interaksi dengan sel – sel tumor (Weiss dan Wardrop, 2010).

Gambaran normal masing-masing jenis leukosit babi dapat dilihat pada

Gambar 2.3.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi - sinta.unud.ac.id II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran),

17

Gambar 2.3. Gambaran sel darah putih normal pada babi. A: eosinofil, B: basofil,

C: limfosit menengah, D: limfosit kecil dan besar, E: monosit, F: neutrofil

2.5 Leukositosis

Leukositosis adalah suatu gambaran darah berupa peningkatan jumlah

absolute dari sel-sel leukosit, neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit di

atas nilai normal. Secara berurutan gambaran darah yang demikian itu dikenal

sebagai leukositosis, neutrofilia, eosinofilia, basofilia, monositosis, dan

limfositosis.

Penyebab terjadinya leukositosis, yaitu infeksi umum: septicemia,

pasteurelosis, salmonelosis, infeksi lokal: oleh bakteri streptokokus,

stapfilokokus, korine bacterium, dan bakteri nanah lainnya. Pada prinsipnya,

bakteri yang masuk ke dalam tubuh akan memproduksi toksin yang dapat masuk

ke dalam jaringan maupun sel leukosit itu sendiri. Sebagai responnya, akan terjadi

kenaikan jumlah leukosit (Dharmawan, 2002).

Selanjutnya, Dharmawan (2002) menjelaskan penyebab lain terjadinya

leukositosis, yaitu tumor, trauma, leukimia dan keracunan Pb, Hg, serta racun ular

yang menyebabkan terjadinya kenaikan leukosit. Tingkatan leukositosis dapat

dipengaruhi oleh spesies, berat tidaknya infeksi, virulensi agen penyakit,

kepekaan inang.

bersegmen, G-H: neutrofil Band (Pewarnaan Giemsa, pembesaran 10 mm)

(Karalyan et al., 2012)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi - sinta.unud.ac.id II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran),

18

2.6 Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis

Babi Landrace

Pemeliharaan secara

intensif

Biaya ransum

komersial mahal

Pemberian eceng gondok dari perairan tercemar Pb

dalam ransum dapat meningkatkan total dan

diferensial leukosit

Ransum ditambahkan eceng

gondok dari perairan tercemar

timbal (Pb)

Timbal (Pb) merupakan

logam berat yang bersifat

neurotoksin dan

terakumulasi dalam tubuh

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi - sinta.unud.ac.id II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran),

19

Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah pemberian eceng

gondok yang berasal dari perairan tercemar Pb dapat meningkatkan total dan

diferensial leukosit babi tersebut.