4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Cerebral Palsy
2.1.1 Definisi Cerebral Palsy
Cerebral palsy merupakan suatu penyakit kronis yang menandai gangguan
postur dan gerak nonprogresif, yang menyebabkan postur tubuh, gerak dan
keseimbangan tubuh sehingga dapat menggaggu aktivitas anak penderita cerebral
palsy (Rahma & Kuswanto, 2017)Cerebral palsy disebut juga suatu penyakit
tersendiri yang terjadi pada awal kehidupan, Brunner dan Suddarth mengatakan
Cerebral adalah otak dan palsy adalah kelumpuhan atau kelemahan yang tidak
dapat terkontrol. Kerusakan otak dan kelumpuhan tersebut membuat system otak
dan menyebabkan anak mempunyai kepribadian yang buruk dan mempunyai
keseimbangan fisik yang buruk. Penyebab umum dari cerebral palsy adalah
kecacatan fisik dari perkembangan janin atau awal kehidupan(Nasra, Saputri,
2015).
Cerebral Palsy (CP) merupakan penyebab kecacatan fisik secara umum,
Cerebral palsy terjadi pada awal kehidupan dan menjadikan lemah, kelumpuhan,
sulit berbicara, terganggunya postur/tubuh, tidak mempunyai keseimbangan tubuh
yang diakibatkan dengan gangguan motorik,dan mengakibatkan system saraf
pusat menjadi rusak(Andreani & Kuswanto, 2019). Anak penderita cerebral palsy
juga memiliki suatu hambatan yang kompleks misalnya : hambatan fisik,motorik,
kecerdasan, emosional, hambatan visual, dan kerusakan pada otak ini
menyebabkan berbagai jenis penderita cerebral palsy. Seperti cerebral palsy
spatik, cerebral palsy atetoid, cerebral palsy ataksid, cerebral campuran(Tjasmini,
Mimin, 2016).
5
2.1.2 Etiologi Cerebral Palsy
Penyebab Cerebral Palsy di bagi menjadi 3(Fransisca, Theresia, & Joudy,
2016) yaitu prenatal, natal dan postnatal.
1. Prenatal
Prenatal yaitu infeksi yang terjadi pada kandungan yang menyebabkan
kelainan pada janin.Contohnya toksoplasmosis, rubella, dan inklusi
sitomegalik. Gangguan ini sering terjadi pada pergerakan, anoksia pada
saat dalam kandungan ,terkena sinar X dan keracunan maka kehamilan
dapat terjadi “Cerebral Palsy”.
a. Gizi
Gizi adalahsuatu kebutuhan dasar anak yang dapat untuk menunjang
perkembangan dan fungsi tubuh.Tercukupi asupan gizi untuk anak
bisa diukur menggunakan status gizi.Penderita Cerebral Palsy
biasanya memiliki masalah saat pemberian makan sehingga dapat
menyebabkan terlambatnya pertumbuhan pada anak. Sehingga anak
dengan penderita Cerebral Palsy memiliki suatu masalah dalam
pemenuhan zat gizi yang dapat disebabkan pada asupan yang tidak
tercukupi sehingga gangguan fungsi pada otak dan gangguan pada
syaraf ,sehingga dapat menyebabkan kesulitan makan dan menelan
sehingga meningkatkan resiko malnutrisi(Sulistyawati1 & Mansur2,
2019).
b. Keturunan
Keturunan adalah harapan yang dimiliki Ibu dapat bisa melahirkan
dan menghasilkan garis keturunan yang sangat berkualitas serta
mampu melanjutkan garis keturunan.agar dapat menghasilkan
keturunan yang memiliki kondisi yang normal dan sehat baik rohani
dapat untuk melanjutkan garis keturunan mereka ke depannya. Ibu
yang memiliki anak denga kondisi yangberbeda dengan orang pada
umumnya, merupakan keturunan yang memiliki gagguan fisik, karena
memiliki anak berkebutuhan khusus atau Cerebral Palsy adalah beban
6
yang sangat berat bagi Ibu maupun itu beban fisik ataupun
mental(Naufal, Isyraf, & Rahmadani, 2019).
c. Virus
Virus merupakan mikroskopik yang menginfeksi sel organisme
biologis dan dilakukan tanpa menggunakan pemeriksaan yang spasifik
sehingga tidak diketahui dengan pasti yang sebenarnya ibu itu
mengalami infeksi dari bakteri atau virus. Kondisi saat kehamilan
sangat terpengaruh pada pertumbuhan janin, apabila kondisi
kehamilan tersebut terjadi sejak trimester 1 dimana masa awal
kehamilan focus pertumbuhannya janin pada pertumbuhan
otak.apabila ibu mengalami infeksi oleh bakteri atau virus yang aka
masuk kedalam perdaran dan akan tersalurkan pada janin melalui
plasenta (Sulistyawati, Nining, 2019).
d. Radiasi
Radiasi merupakan sinar yang mengakibatkan infeksi dalam masa
kandungan atau pada janin.Penyebab janin beresiko terkena Cerebral
palsy dimasa kehamilan merupakan terjadinya suatu infeksi pada
kandungan yang dapat menyerang pada janin dan kehamilan yang
terkena paparan radiasi yang berlebihan.
2. Intranatal
a) Anoksia yang banyak ditemukan pada masa natal yaitu “brain injuri”
maka dari itu hal inilah yang menyebabkan anoksia terjadi.hal tersebut
biasanya terdapat pada suatu keadaan. Bayi abnormal, disproporsi,
partus lama, plasenta, previa dan infeksi plasenta, partus juga
menggunakan intumen tertentu pada saat lahir dengan sesar.
b) Perdarahan otak merupakan pendarahan yang terjadi dengan bersama-
sama yang mengelilingi batang otak, yang mengganggu pernafasan
dan peredaran darah sehingga mengakibatkan anoksia. Perdarahan
pada otak dapat terjadi subaraknoid yang menyebabkan suatu
7
penyumbatan CSS sehingga dapat menyebabkan hidrosefalus.
Perdarahan ini juga dapat menekan kosrteks serebri sehingga akan
menimbulkan kelumpuhan spastic.
c) Primaturitas yaitu bayi yang waktunya belum lahir atau bayi yang
kurang bulan kemumgkinan akan menderita pendarahan otak
dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan karena pembulu
darah,enzim dan lain-lain belum berbentuk sempurna. Otak yang
belum matang pada bayi memiliki lebih banyak ekuipotensial atau
disebut dengan plastisitas, keduanya merupakan untuk
menggambarkan sebuah yang lebih jauh besar dari bagian otak yang
belum matang.
d) Ikterus merupakan kersakan pada jaringan otak yang permanen akibat
bilirubin ke ganglia basal, contohnya pada inkompatibilitas golongan
darah. Bentuk Cerebral palsy yang sering dijumpai merupakan
atetosis, yang disebabkan karena frekuensi yang begitu tinggi pada
bayi yang baru lahir. Geja kem ikterus yang terdapat pada bayi
mengalami ikterik yang biasanya tampak setelah hari kedua dan ketiga
kelahiran. Bayi terlihat lemah dan tidak bisa menyusu dengan baik.
Ketika demam dan tangisan menjadi lemah. Sulit untuk mendapatkan
reflek moro dan tendon, ekstensi ekstremitas pergerakan orot menjadi
berkurang.
3. Postnatal
Kerusakan jaringan otak dapat mengganggu perkembangan yang
menyebabkan cerebral palsymisalnya meningitis, ensefalitis, dan luka otak
pasca oprasi, pada gejala sekuele neurogik dan eritroblastosis fetal atau
disebut juga dengan defislensi enzim hati(Tjasmini, Mimin, 2016). Trauma
pada lahir biasanya akan menimbulkan suatu gejala sisa akibat lesi
irreversible pada otak. Suatu perdarahan pada otak yang juga bias
meninggalkan ruangan yang bias berhubungan dengan kista atau ventrikel
yang mengandung sebuah cairan. Dinding kista memiliki jaringan ganglia,
8
yaitu bereaksi setelah terjadi perdarahan.Kista dapat dinamakan
porensefalus dan sering dijumpai pada konveksitas hemisferium.
2.1.3 Klasifikasi
Kelainan otak pada fungsi gerak cerebral palsy dibagi menjadi 4 kategori
yaitu:
1. Cerebral palsy spatik
Merupakan suatu gangguan motorik yang termasuk penggerakan
pada mata dan tangannya.Hal tersebut dapat disebabkan kerusakan pada
otak.Kondisi akhir pada penderita cerebral palsy yaitu berdampak tidak
baik terhadap perkembangan pada penderita cerebral palsy tersebut, baik
dari perkembangan maupun fisik psikologinya.Tipe spatik merupakan
tipe yang paling sering dari kasus cerebral palsy, penyebabnya yang
memiliki fariasi ada yang ringan dapat mempengaruhi beberapa gerakan
sedangkan penyebab yang lebih parah dapat mengakibatkan pengaruh
bagi seluruh tubuh.Spatik juga diartikan kekuatan otot atau keketatan
otot-otot.Otot-otot yang menjadi kaku tidak disampaikan dengan benar
oleh bagian otak yang rusak. Pada orang yang normal ketika akan
melakukan suatu tindakan atau gerakan makan akan terjadi kesepakatan
dari dua kelompok otot tersebut, yaitu kestika satu kelomopok akan
melakukan suatu gerakan maka kelompok otok yang lain akan
melakukan pengenduran, yang kedua kelompok otot akan melakukan
secara bersama-sama maka akan membuat gerakan menjadi sulit
(Mulyati, 2016) Cerebral palsy dapat dikelompokkanberdasarkan jumlah
ekdtremitas tersebut, yaitu:
9
a. Diplegia
Gambar.a. diplegia
Diplegia adalah jika kedua kaki mengalami suatu hambatan diplegia yang
biasanya dialami oleh anak-anak juga dapat mengalami hambatan pada
pergerakan tangan dan kaki.
b. Quadriplegia
Gambar b. quadriplegia
Quadriplegia adalah jika kedua tangan dan kedua kaki dan tubuh juga
mengalami penghambatan atau biasanya sering digambarkan sebagai
quadriparesis.Pada quadriplegia juga melibatkan otot-otot wajah mulut
dan tenggorokan
10
c. Hemiplagia
Gambar c. hemiplegia
Hemiplagia adalah jika kaki dan tangan pada satu sisi tubuh yang
dipengaruhi atau yang mengalami suatu hambatan atau sering juga
digambarkan sebagai hemiparesis.
2. Cerebral palsy atetoid/diskenetik
Bentuk dari Cerebral plasy ini menyerang kerusakan pada bangsal
banglia yang mempunyai karakteristik gerakan menulis yang tidak bias
terkontrol secara perlahan. Gerakan ini sering meningkat saat stress dan
mulai hilang saat tertidur.pasien yang mengalami masalah koordinasi
gerakan otot bicara, Cerebral palsya tetosis terjadi pada 10-20%
penderita Cerebral palsy. Atetoid sering ditandai dengan ciri hipotonia
dan pergerakan yang lambat pada ekstermitas, wajah, bahu, otot dan
gerakan menggeliat yang tidak terkendali. Orang yang mempunyai tipe
tersebut sering mengalami perubahan dalam otot disemua anggota tubuh
mereka, saat melakukan aktivitas otot akan menjadi kaku dan normal
pada saat tidur. Berbicaranya juga sulit dipahami karena kesulitan untuk
mengendalikan lidah, penggunaan pita suara dan pernapasan,
Pendengaran juga terkait dengan masalah athetoid. Gerakan yang seperti
involunter menyeringai, menggeliat dan menyentak dengan tiba-tiba akan
mengakibatkan gerakan volunteer. Pada anak Cerebral Palsy dengan tipe
athetoid memiliki insiden droling yang lebih rendah dibandingkan
dengan tipe Cerebral palsy spatik(Kemala, Indri; Burhan, Omar K.;
Pohan, Gusrini Vivi, 2014).
11
3. Cerebral ataksid/ataxsia
Penderita yang sering terkena koordinasi yang buruk, berjalan dengan
tidak setabil dan gaya berjalannya dengan kaki terbuka lebar, kesulitan
berjalan dengan melakukan gerakan dengan cepat dan tepat, contohnya
menulis dan mengancingkan baju.Kondisi ataxsia ini disebabkan pada
luka otak kecil yang terletak dikepala bagian belakang yang dapat
bekerja untuk mengontrol keseimbangan dan koordinasi pada kerja otot.
Anak yang menderita Cerebral palsy ataxsia memiliki keseimbangan
yang terganggu, reflek hipoaktif, pergerakan mengulang, terjadinya
nistagmus yang artinya gerakan ritmik mata yang tidak terkontrol dan
sering menyebabkan penurunan ketajaman yang visual, terutama pada
penghentian gerak dan inisiasi, maka akan mejadi gerak lintasan yang
tidak teratur atau tidak bisa berjalan dengan garis yang lurus, tremor
terminal dan dapat melampaui tungkai, dan pengontrolan napasnya tidak
teratur(Tjasmini, Mimin, 2016).
4. Cerebral campuran
Cerebral campuran merupakan frekuansi kejadian yang 5% sampai
10%. Seseorang mempunyai dua kelainan atau lebih dari kelainan tipe-
tipe di atas berdasarkan etimitasi tingkat derajatan kecacatan(Utomo,
2013) cerebral palsy campuran terbagi menjadi tiga yaitu:
a) Sedang
Perkembangan motorikberjalan usia 3 tahun ke atas, anak berjalan
tanpa menggunakan alat bantu, terkadang masih memerlukan bracing
untuk ambulasi seperti tripod atau tongkat. Kaki dan tungkai masih
berfungsi untuk mengontrol gaya berat badan tersebut. Penderita cerebral
palsy membutuhkan bantuan yang khusus dan pendidikan khusus agar
bisa mengurus dirinya sendiri, dapat berbicara dan bergerak. Pengertian
dan rasa keindahan masih ada, dalam pertolongan khusus diharapkan
penderita Cerebral palsy bisa meningkatkan kualitas hidup sehingga
12
penderita Cerebral palsy dapat bergaul, bergerak, hidup di tengah
masyarakat.
b) Ringan
Penderita yang masih bisa melakukan kegiatan atau aktivitasnya
sehari-hari maka sama sekali tidak memerlukan bantuan khusus.Ada
juga yang masih dapat melakukan pekerjaannya sehari-hari dan hanya
memerlukan bantuan yang cukup sedikit.Karena menurut penderita
masih bisa melakukan hal-hal yang masih bisa mereka kerjakan.
c) Berat
Penderita ini tidak bias melakukan aktifitas fisik tanpa ada
pertolongan dari seseorang. Sebaiknya perawatan ini di tampung di
rumah yang mempunyi perawatan khusus atau rumah untuk retardasi
mental berat, yang pengertian dan rasa keindahan tidak ada sehingga
akan menimbulkan sebuah gangguan emosional baik bagi keluarganya
ataupun lingkungannya. Penderita penyakit Cerebral palsy tidak
mungkin hidup tanpa bantuan orang lain, dan membutuhkan perawatan
yang tetap, berbicara serta tidak dapat untuk menolong diri sendiri.
Pendidikan atau pertolongan yang khusus akan akan diberikan sangat
sedikit hasilnya. (Utomo, 2013).
2.1.4 Faktor Resiko
Menurut(Shrestha & Paudel, 2017)Faktor-faktor resiko yang dapat
menyebabnya terjadinya cerebral palsy yang semakin besar yaitu :
1) Letaknya sungsang
Dikatakan sungsang yaitu dimana posisi bayi terletak memanjang
dengan kepala berada difundus uteri dan bokongnya terletak di
bawah kafum uteri.Persalinan pada bayi dengan presentasi sungsang
dimana bayi yang terletak sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala
bayi berada pada fundus uteri sedangkan bokong terletak dibagian
terbawah atau di bagian pintu atas panggul.Proses lahirnya bayi
13
dengan letak sungsang secara berturut-turut lahir bagian yang
semakin lama semakin besar mulai dari lahirnya bokong, bahu,
kemudian lahirnya kepala. Pada kasus kehamilan dengan belum
cukup bulan, letak sungsang memiliki frekuensi lebih tinggi
sedangkan pada kasus kehamilan yang cukup bulan.
2) Proses persalinan yang sulit
Masalah vascular atau respirasi bayi selama masa persalinan yang
memiliki tanda awal yaitu adanya masalah kerusakan pada otak bayi
tidak bisa berkembang secara normal. Maka kerusakan tersebut akan
menyebabkan kerusakan otak yang permanen.
3) Apgar score
Apgar score merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh
dokter, yang dilakukan tindakan dokter ketika bayi baru lahir, yang
bertujuan untuk menilai kondisi pada bayi.Menggunakan nilai apgar
untuk mengedintifikasi bayi-bayi yang memerlukan tindakan
resusitasi dan juga untuk menindak lanjuti perkembangan yang lebih
lanjut pada menit pertama jehidupan bayi.
4) BBLR dan primatur
BBLR merupakan bayi lahir yang berat badannya kurang dari
rata-rata dan primatur merupakan bayi lahir yang belum cukup bulan
kurang dari 37 minggu.BBLR juga disebut dengan penyebab
kematian pada masa bayi baru lahir. Faktor utama dalam
peningkatan moralitas, morbiditas dan disabilitas, bayi dan anak
dapat memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya
dimasa depan. Pada bayi dengan BBLR banyak resiko terjadi
permasalah pada system tubuh, karena kondisi tubuhnya yang tidak
begitu stabil.
14
5) Malformasi system saraf pusat (SSP)
Bayi-bayi yang lahir dengan cerebral palsy sebagian besar
memperlihatkan adanya kejala malformasi SSP yang nyata seperti
halnya lingkar kebala abnormal (mikro spali) masalah tersebut
merujuk kepada masalah bahwa telah ada masalah ketika ada
perkembangan SSP dalam kandungan.
6) Peningkatan jumlah protein dalam sebuah urin dan perdarahan
vagina pada trimester ke III atau selama bulan ke 9-10 pada
kehamilan tersebut berhubungan erat dengan resiko peningkatan
terjadinya cerebral palsy pada bayi.
2.1.5 Manifestasi klinis
Tanda-tanda awal penderita cerebral palsy biasanya Nampak pada di usia
kurang dari 3 tahun, dan orang tuapun sering mencurigai kemampuan yang
perkembangan motoriknya tidak normal(Sitorus A. B., 2016). Bayi yang
mengalami cerebral palsy sering keterlambatan berdiri, tengkurap, perkembangan,
duduk ataupun berjalan.Adapun tanda-tanda khas menurut(Tjasmini, Mimin, 2016)
sebagai berikut :
a) Gangguan motorik
Gangguan yang dapat terjadi pada anak cerebral palsy berupa kesulitan
untuk mobilisasi yaitu kesulitan untuk berpindah tempat berjalan serta
bergerak diakibatjan karena terjadinya kelumpuhan dan kekakuan pada
bagian anggota gerak atas dan bawah, gangguan koordinasi antara
tulang, otot, persendian.Diakibatkan karena adanya kerusakan pada
otak, kerusakan pada system piramidaris, dan ekstra piramidari yang
merupakan pengatur system motorik pada manusia sehingga
mengakibatkan anak cerebral palsy mengalami kelumpuhan dan tidak
dapat terkendalinya gerakan-gerakan infoluter.
15
b) Gangguan sensoris
Pada anak yang menderita cerebral palsy akan terjadi kerusakan otak
yang sangat luas yang mengakibatkan gangguan system sensoris seperti
kelainan penglihatan, pendengaran, perabaan, sensari pengecapan. Pada
kelainan pendengaran yang menurun lebih umum terdapat pada
penderita Cerebral palsy daripada populasi normal lainnya, dan
gangguan pada mata mempengaruhi 35% dari orang yang menderita
Cerebral Palsy. Cacat visual yang sering didengar merupakan
strabismus. Strabismus merupakan suatu kondisi pada mata yang tidak
dapat bergerak kearah yang sama dan terlihan bergerak kearah yang
berbeda.
c) Gangguan berbicara
Gangguan berbicara diakibatkan karena area broka yang menjadi pusat
bahasa dibagian otak terganggu. Diakibatkan kerusakan pada otak yang
biasanya ditandai dengan sulitnya anak memahami bahasa dan pada
gangguan tersebut akan mengalami komplikasi berupa lidah,otot mulut,
dan otot artikulasi terganggu sehingga menyebabkan anak cerebral
palsy sulit berbicara.Lebih dari separuh dengan pasien menderita
Cerebral palsy yang memiliki beberapa masalah pada ucapan, yang
biasanya disebut dengan dysarthria adalah ketidakmampuan
mengartikulasikan kata-kata dengan baik karena kurang dari kontrol
otot-otot bicara.
d) Gangguan kecerdasan
Menurut stephen dan hawks pada jurnal penelitian yang dilakukan oleh
Mimin Tjasmin didapatkan 40-60% pada anak gangguan cerebral palsy
mengalami retardasi mental sehingga mengakibatkan mereka kesulitan
belajar hal ini menuntut penempatan yang tepat untuk memodifikasi
pembelajaran yang dilakukan pada anak cerebral palsy.Karena
kerusakan pada anak penderita Cerebral palsy terjadi di otak, maka
16
pada umunya anak penderita Cerebral palsy juga mengalami gangguan
dalam kecerdasannya.
e) Gangguan emosi dan penyesuaian social
Pada anak cerebral palsy akan terjadi hambatan-hambatan yang
merupakan syarat untuk melakukan hubungan social seperti contoh
ketidakmampuan mobilitas, komunikasi sehingga menyebabkan
terjadinya hambatan hubungan social dan anak penderita Cerebral palsy
ini mengalami kesulitan dalam penyesuaian social yang berkaitan
dengan konsep diri yang mereka miliki.
2.1.6 Patofisiologis
Pada penderita penyakit cerebral palsy akan terjadi kerusakan motorik dan
membuat ganggunya fungsi gerak yang begitu normal. Pada kerusakan cerebral
palsy suatu sidroma yang terdapat gangguan system motorik, sikap tubuh
pergerakan otot, atau terjadi kotraksi pada otak (Tjasmini, 2016). Penyakit cerebral
palsy yaitu bukanlah penyakit yang bisa berdiri sendiri, ialah kerusakan sindrom
saraf motorik yang terjadi sekunder dan menjadikannya lesi dalam perkembangan
otak.gerakan motorik dapat dilakukan tetapi tidak bisa terkoordinasi dengan baik
dan seringkali tidak dapat dilakukannya.Cerebral palsy juga terjadi pada otak yang
mengalami kerusakan motorik yang menetap, yang sering terjadi pada anak kecil
yang mengakibatkan kerusakan pada otak akibat trauma pada lahir.
Otak dapat disebut dengan system saraf pusat bagian pertama yang
mengalami perubahan atau pembesaran, bagian tersebut dapat terlindungi dari
selaput pelindung yang berada diarea tengkorak.Kerentanan otak dalam
perkembangannya, dapat mengakibatkan otak sebagai subyek cedera dalam
beberapa waktu.Cedera pada otak akibat vascular insufficiency memiliki berbagai
faktor saat terjadinya cedera, yaitu efisiensi aliran darah pada otak, distribusi
vascular ke otak dan system peredaran darah.Kelainan dapat tergantung pada berat
ringannya asfiksia yang terjadi pada otak. Cerebral palsy atau cedera otak
merupakan penyebab terbanyak sindroma yang sering ditemukan pada
anak(Fransisca, Theresia, & Joudy, 2016).
17
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut(Burkhardt & Sheriden, 2017) dapat di
diagnosismenggunakan kriteria levine POSTER yang terdiri dari :
1) P – posturing/Abnormal Movement (Anak Cerebral Palsy
MemilikiGangguan pada posisi tubuh dan Gangguan pada bergerak).
2) O – Oropharyngeal problems (Penderita Cerebral Palsy Memiliki
Gangguan untuk menelan dan Gangguan focus pada lidah).
3) S – Strabismus ( Kesimetrisan pada Bola Mata).
4) T – Tone ( Hipertonus dan Hipotonus).
5) E – Evolution Maldevelopment (pada Penderita cerebral palsy yang
menetaap adalah reflex primitive dan gagal berkembang adalah reflex
protective Equilibrium).
6) R- Refleks (Pada Penderita Cerebral Palsy Ada Peningkatan Reflex
Tondon dan Reflex Babinski yang Menetap).
Pemeriksaan penunjang menurut (Sitorus B. A., 2016) dapat dilakukan
sebagai berikut :
1) Penilaian psikologik merupakan penilaian yang dapat menentukan
untuk penilaian tingkat pendidikan yang diperlukannya.
2) Pemeriksaan metabolik merupakan pemeriksaan yang mengalihkan
penyebab penyakit cerebral palsy. Selain itu pemeriksaan tersebut
biasanya diperlukan pemeriksaan arteriografi dan
pempneumoensefalografi individu. Agar diperoleh hasil yang
maksimal, penderita penyakit cerebral palsy memerlukan penanganan
yang begitu maksimal jadi perlu ditangani oleh suatu Tim yang terdiri
dari : ahli saraf, ahli jiwa, dokter anak, ahli fisioterapi, ahli bedah tulang
dan orang tua penderita.
18
3) Electroencephalogram (EEG) merupakan suatu pemeriksaan yang
penting pada pasien dengan kelainan susunan pusat saraf. Alat yang
bekerja dengan prinsip sebagai mencatat aktivitas elektrik di dalam
otak, terutama dibagian korteks ( lapisan luar otak yang tebal). Dengan
pemeriksaan Electroencephalogram (EEG), aktifitas sel-sel dalam saraf
otak kortek yang fungsinya untuk kegiatan sehari-hari, misalnya tidur,
istirahat, dan lain-lain, dapat direkam. Pada infeksi saraf pusat seperti
meningitis, ensefalitis, pemeriksaan Electroencephalogram (EEG) dapat
dilakukan untuk melihat kemungkinan, seperti terjadinya kejang yang
tersembunyi atau ada salah satu bagian otak yang terganggu.
4) Tes laboratorium
a) Tes Kadar Ammonia Darah merupakan tes kadar yang tinggi
dalam darah yang mempunyai sifat beracun. Memeiliki beberapa
enzim yang menimbulkan kerusakan asam amino yang
menimbulkan hiperammonemia.
b) Analisa Kromosom kelaiann pada bayi dapat diidentifikasi suatu
anomali genetic, misalnya Downs syndrome ketika anomaly
tersebut muncul pada sisitem organ pada janin saat di kandungan.
c) Tesfungsi tiroid cacat bawaan lahir dapat mengindikasikan kadar
hormone tiroid yang begitu rendah.
5) Elektromiografi (EMG) dan Nerve Conduction Velocity (NCV)
pemeriksaan NVC merupakan memberikan stimulasi elektrik yang
dihantarkn melalui electrode, kemudian respon dari otot dideteksi,
diolah dan ditempelkan. Kekuatan sinyal yang diberikan juga dihitung.
Kondisi neurologis dapat mengakibatkan NCV melabat ataupun lebih
lambat pada salah satu sisi tubuh. EMG merupakan mengukur implus
dari saraf dalam otot. Electrode kecil yang diletakkan dalam otot lengan
dan kaki, respon elektronik dapat diamati dengan menggunakan suatu
alat yang dapat menampilkan gerakan suatu arus listrik (oscilloscope).
Alat ini dapat mendeteksi bagaimana otot bekerja.
19
2.2 Konsep Pengalaman Ibu
2.2.1 Pengertian
Pengalaman merupakan sebuah peristiwa yang yang tertangkap oleh
panca indra dan tersimpan dalam memori. Pengalaman dapat diperoleh
ataupun dirasakan peristiwa saat peristiwa baru saja terjadi maupun sudah
lama dan sedang berlangsung. Pengalaman ini terjadi dan dapat diberikan
kepada siapa saja untuk dapat digunakan dan menjadi sebuah pedoman serta
pembelajaran manusia (Notoatmodjo, 2016)
Ibu merupakan sosok seseorang yang mengurus rumah tangga
termasuk mengurus anak. Bagaimana seorang anak mendapatkan kasih
sayang, sebagaimana seorang anak mendapatkan pendidikan dan lain-lain,
hal ini merupakan tugas seorang istri yang sekaligus berperan sebagai
ibu.Ada delapan sisi yang ditanamkan dalam proses pendidikan integratife
yaitu pendidikan iman, pendidikan moral, pendidikan fisik, pendidikan
intelektual, pendidikan emosi(psikis), pendidikan sosial, pendidikan seksual,
dan pendidikan politik. Sedangkan ketrampilan adalah segi usaha
berdasarkan pngalaman ibu untuk mengomptimalkan kemampuan pada
anak (humaidi, nurwati, & fitriyani)
Sedangkan keluarga merupakan unit terkecil masyarakat yang terdiri
dari Ayah, Ibu, Anak, keluarga adalah tempat yang paling penting, dimana
anak memperoleh dasar dalam membentuk kemampuan agar kelak
menjadiberhasil di masyarakat (Hasan, 2016). Peran ibu merupakan suatu
hal terpenting dalam pengasuhan anak karena anak dibesarkan dan di didik
oleh keluarganhya. Orangtua pun merupakan cerminan yang bisa dilihat dan
ditiru anak-ananya dalam sebuah keluarga. Oleh karena itu jika pengasuh
anak belum bisa dipenuhi secara baik dan benar, kerap kali akan
memunculkan masalah dan konflik, baik di dalam dari anak itu sendiri
maupun anatara anak dengan orangtuanya, maupun terhadap lingkungannya
2.2.2 Pola Pengasuhan Anak
Pola pengasuhan Anak merupakan kemampuan ibu dalam hal
memberikan perhatian waktu dan dukungan untuk memenuhi kebutuhan
fisik, mental, dan sosial anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Pada dasarnya sebuah garis besar, pola asuh anak dibagi menjadi 3(Tiara,
2016) yaitu :
20
1. Pola asuh Otoriter
Tipe pola asuh otoriter adalah tipe pola asuh orangtua yang
memaksakan kehendak dengan tipe orang tua yang cenderung
sebagai pengendali atau pengawas selalu memaksakan kehendak
kepada anak, sangat sulit menerima saran dan cenderung
memaksakan kehendak dalam perbedaan, terlalu percaya diri
sehingga menutup untuk musyawarah.
2. Pola asuh permisif
Tipe pola asuh orang tua ini tidak berdasarkan banyak aturan-aturan.
Kebebasan memilih terbuka bagi anak dengan sedikit campuran
tangan orangtua agar kebebasan yang diberikan terkendalikan. Bila
tidak ada kendali orangtua maka perilaku anak tidak akan terkendali,
tidak terorganisasi, tidak produktif sebab anak merasakan tidak
memiliki maksut dan tujuan yang hendak dicapai.
3. Pola asuh demikratis
Tipe pola asuh demokratis merupakan sebuah tipe pola asuh yang
terbaik dan tipe pola asuh yang ada. Hal tersebut disebabkan tipe
pola asuh ini selalu mendahulukan kepentingan bersama diatas
kepentingan individu anak.sehingga anak menjadi mandiri, bisa
mengatasi maslahnya, tidak tertekan perilakupun menjadi membaik.
Pola asuh seperti ini yang dianjurkan oleh orantua.
2.2.3 Peran keluarga
Peran keluarga menggambarkan pola perilaku interpersonal, sifat,
dan kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam situasi dan posisi
tertentu, Adapun macam peranan dalam keluarga antara lain(Notoatmodjo,
2016) :
1. Peran ayah
Sebagai seorang suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, ayah
berperan sebagai kepala keluarga, pendidik pelindung, pencari nafkah ,
serta memeberi rasa aman bagi anak dan istrinya dan juga sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyrakat di
lingkungan dimana dia tinggal.
21
2. Peran ibu Sebagai seorang istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya,
dimana peran ibu sangat penting dalam keluarga antara lain sebagai
pengasuh dan pendidik anakanaknya, sebagai pelindung dari anak-
anaknya saat ayahnya sedang tidak ada dirumah, mengurus rumah
tangga, serta dapat juga berperan sebagai pencari nafkah. Selain itu ibu
juga berperan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosial
serta sebagai anggota masyarakat di lingkungan dimana dia tinggal.
3. Peran Anak Peran anak yaitu melaksanakan peranan psikosial sesuai
dengan tingkat perkembangan baik fisik,mental, sosial maupun spiritual.
Recommended