4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Reproduksi Ayam Petelur
Ayam petelur merupakan ayam yang di desain sedemikian rupa oleh para ahli
untuk menghasilkan telur diatas rata-rata. Anonim (2009a) melaporkan bahwa jenis
ayam ras petelur dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu ayam petelur jenis ringan dan
ayam petelur jenis medium. Tipe ayam petelur ringan biasa disebut dengan ayam ras
petelur putih. Ayam ras petelur ringan ini mempunyai badan yang ramping/kurus-
mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah.
Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun. Sedangkan untuk ayam petelur
tipe medium bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih berada
di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu, ayam ini disebut
tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk.
Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini
disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat, maka ayam
ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang
cokelat juga. Ayam petelur adalah ayam yang sangat efisien untuk menghasilkan telur
dan mulai bertelur umur kurang lebih lima bulan dengan jumlah telur sekitar 250--300
butir per ekor per tahun (Susilorini dkk., 2008). Pada umumnya, produksi telur terbaik
pada tahun pertama ayam mulai bertelur. Produksi telur pada tahun-tahun berikutnya
cenderung akan terus menurun hingga afkir (Anonim, 2009b).
Organ reproduksi ayam betina terdiri atas ovarium dan oviduk atau saluran
reproduksi yang terdiri atas infundibulum, magnum, uterus, ithmusdan vagina. Ovarium
terletak pada rongga badan sebelah kiri. Saat perkembangan embrio, terdapat dua
5
ovarium dan pada perkembangan selanjutnya hanya ovarium sebelah kiri yang
berkembang, sedangkan bagian kanan rudimenter. Ovarium betina biasanya terdiri dari
5 sampai 6 folikel yang sedang berkembang berwarna kuning besar (yolk) dan terdapat
banyak folikel kecil berwarna putih (folikel belum dewasa) (Suprijatna dkk.,2005).
Ayam betina yang belum dewasa terdapat ovarium dan oviduk yang masihkecil
(belum berkembang). Pada perkembangan folikel-folikel ovarium dirangsang oleh
Hormon FSH (folicle stimulating hormone) dari pituitari anterior. Meningkatnya
Hormon FSH ovarium berkembang dan volume folikel bertambah besar. Ovarium yang
mulai berkembang mensekresikan Hormon Estrogen dan Hormon Progesteron.
Meningkatnya Hormon Estrogen menyebabkan oviduk berkembang, meningkatnya
kalsiumdarah, protein, lemak, vitamin, dan bahan-bahanlain yang dibutuhkan dalam
pembentukan telur (Suprijatna dkk.,2005). Hormon Progesteron yang dihasilkan
ovarium berfungsi sebagai releasing factor di hipotalamus yang menyebabkan sekresi
Luteinizing Hormon (LH) dari pituitary anterior. LH berfungsi merangsang sel-sel
granulosa dan sel-sel techa pada folikel yang masak untuk memproduksi Hormon
Estrogen. Kadar Hormon Estrogen yang tinggi menyebabkab produksi LH semakin
tinggi sehingga menyebabkan terjadinya proses ovulasi pada folikel yang masak
(Partodihardjo,1992).
Oviduk yaitu saluran tempat disekresikannya albumen (putih telur), membran
kerabang, dan pembentukan kerabang telur. Oviduk memiliki dinding-dinding otot
yang hampir selalu bergerak selama pembentukan telur berlangsung dan
memilikisistem aliran darah yang baik (Suprijatna dkk, 2005).
Menurut (Akoso, 1998)Ukuran oviduk bervariasi tergantung pada tingkat daur
reproduksi setiap individu unggas. Perubahan ukuran ini dipengaruhi oleh tingkat
6
Hormon Gonadotropin yang dikeluarkan oleh pituitari anterior serta produksi Hormon
Estrogen oleh ovarium Oviduk dibagi menjadi 5 bagian yaitu infundibulum, magnum,
isthmus, uterus (kelenjar kerabang), dan vagina (Nalbandov,1990).
1. Infundibulum terdiri atas corong atau fimbria yang berfungsi menerima telur yang
telah diovulasikan dan bagian kalasiferous yang merupakan tempat terbentuknya kalaza
(Nalbandov, 1990).
2. Maghnum merupakan bagian oviduk yang terpanjang yang tersusun dari glandula
tubuler, yang berfungsi dalam sintesis dan sekresi putih telur. Mukosa dari maghnum
tersusun dari selgoblet yang mensekresikan putih telur kental dan cair (Yuwanta, 2004).
3. Isthmus berfungsi mensekresikan selaput telur atau membran kerabang (Blakely
dan Bade1991).
4. Uterus (kelenjar kerabang) disebut juga glandula kerabang telur. Pada bagian ini
terjadi dua fenomena, yaitu hidratasi putih telur, kemudian terbentuk kerabang telur.
Warna kerabang juga terbentuk pada bagian uterus pada akhir mineralisasi kerabang
(Yuwanta,2004).
5. Vagina merupakan tempat dimana telur untuk sementara ditahan dan dikeluarkan
apabila telah tercapai bentuk sempurna (Suprijatna,dkk.,2005).
Adapun contoh gambar pada dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut
7
Kebutuhan nutrisi adalah keperluan untuk konsumsi bahan makanan agar dapa
menunjang kehidupan dan kemampuan untuk bereproduksi. Kebutuhan nutrisi pada
dasarnya dapat dibagi menjadi lima kelompok, yaitu: energi, protein, air, vitamin dan
mineral (Murtidjo,2006). Adapun contoh gambar dapat dilihat pada gambar 2.2 sebagai
berikut
Menurut (Wahju, 2004) bahwa produktivitas ayam petelur ditentukan oleh
banyak faktor termasuk genetik dan kualitas ransum. Kualitas ransum tergantung dari
kandungan zat-zat nutrisi dan energi metabolisnya, serta keseimbangan antara energi
metabolis dengan zat-zat nutrisi lainnya. Kondisi performa sangat dipengaruhi oleh
8
kualitas ransum yang diberikan. Ransum yang berkualitas (komposisi bahan tepat, baik
jumlah maupun konsumsinya) akan memengaruhi laju pertumbuhan dan kesehatan
unggas, sehingga ayam dapat menghasilkan telur yang berkualitas. Rasio energi dan
protein harus seimbang agar potensi genetik ayam dapat tercapai secara optimal
(Widyani dkk., 2001).
Ransum yang diberikan pada ternak harus sesuai kebutuhan ternak baik dari segi
kualitas maupun kuantitas agar dapat dimanfaatkan ternak untuk berbagai fungsi
tubuhnya, yaitu hidup pokok, produksi, dan reproduksi (Hidayat, 2017 ). Diperjelas
kembali oleh (Hidayat, 2017), Performa ayam petelur dapat dilihat dari konsumsi
ransum, konversi ransum, bobot telur, HDP (hen day production), dan IOFC (income
over feed cost). Jika performa tersebut baik maka usaha peternakan ayam petelur dapat
dikatakan baik pula. Syarat untuk mendapatkan performa yang baik pada ternak maka
harus diberikan ransum yang berkualitas. Ransum berkualitas dapat diperoleh dengan
formulasi pakan yang memiliki kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan
ternak.Nutrisi dalam ransum yang dapat memengaruhi kualitas telur, antara lain protein,
mineral, dan vitamin. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3929-2006,
standar ransum ayam petelur harus mengandung kadar air maksimal 14,00%, protein
kasar minimal 16,00%, lemak kasar maksimal 7,00%, serat kasar maksimal 7,00%, abu
maksimal 14,00%, kalsium 3,25--4,25%, fosfor 0,60--1,00%, dan energi metabolis
minimal 2.650 kkal/kg.Untuk dapat meningkatkan zat nutrisi dan mengimbangi kualitas
ransum komersial, biasanya pada ransum konvensional terdapat tambahan suatu zat
ransum tambahan yang bersifat aditif. Lebih lanjut menurut Fathul dkk.(2013),
feed aditif yaitu suatu substansi yang ditambahkan ke dalam ransum dalam jumlah yang
relatif sedikit untuk meningkatkan nilai kandungan zat makanan tersebut untuk
9
memenuhi kebutuhan khusus pada ternak. Macam-macam ransum aditif seperti aditif
konsentrat, aditif bahan suplemen, dan premix (aditif mineral).Secara umum, nutrisi
penting yang wajib terkandung dalam ransum yang dibutuhkan oleh ayam saat bertelur
yakni protein, energi, asam amino, kalsium, fosfor, vitamin, dan beberapa mineral
penting lainnya (Amrullah, 2003).
2.2 Mineral ( Premix )
Fathul dkk,(2013) menjelaskan bahwa, pakan aditif yaitu suatu substansi yang
ditambahkan ke dalam ransum dalam jumlah yang relatif sedikit untuk meningkatkan
nilai kandungan zat ransum untuk memenuhi kebutuhan khusus. Lebih lanjut dikatakan
bahwa manfaat pemberian pakan aditif atau suplemen dari segi fisiologis adalah sebagai
berikut
1. ternak terhindar dari defisiensi vitamin (avitaminosis) dan defisiensi mineral, yang
kemungkinan berupa kelumpuhan, otot kejang, milk fever (paresis puerperalis,
pertumbuhan jaringan epitel yang kurang baik, dan mudah terkena infeksi;
2. ternak terhindar malnutrisi misalkan kekurusan pada musim kemarau yang panjang
karena kualitas ransum menurun;
3. mempertahankan produksi baik secara kualitas maupun kuantitas.
Premix merupakan imbuhan pakan (feed additive) atau pelengkap pakan berupa
vitamin, mineral, dan asam amino (feed supplement) yang pemberiannya dicampurkan
dalam pakan/ air minum (PT.Medion, 2010). Premix sendiri mengandung arti campuran
dari pelbagai bahan sumber vitamin (premix vitamin) atau sumber mineral mikro
(premix mineral) atau campuran kedua-duanya (premix vitamin-mineral).
Penambahan trace mineral dalam ransum berguna untuk memenuhi kebutuhan mineral
antara lain Co, Mn, Fe, I, Cu, Zn, Dan Se. Jumlah penambahan trace mineral pada
10
ransum sangat sedikit dan umumnya ditambahkan dalam bentuk mix atau dicampur
dengan vitamin yang disebut dengan premix ( PT. Medion, 2013). Menurut PT.
Mensana Aneka Satwa (2015), komposisi mineral per 2,5 kg yang mengandung ; niacin
7.530 mg, vitamin D3 1.000.000 IU, vitamin A 5.000.000 IU, copper 2.200 mg, vitamin
B2 3.000 mg, cobalt 240 mg, vitamin B6 800 mg, ferros 23.400 mg, vitamin B12 10.000
mg, iodium 1.200 mg, 11 vitamin C 5.000 mg, mangan 40.800 mg, Ca-d-panthothenate
5.000 mg, dan zinc 30.000 mg, asam folat 140 mg, vitamin E 7.500 IU, choline chloride
100.000 mg, vitamin K 1.530 mg, DL-methionine 100.000 mg, vitamin B1 800 mg.
Berdasarkan kandungan tersebut diatas premix dengan kompisisi ini memiliki indikasi
dapat meningkatkan produksi telur, meningkatkan kualitas telur, meningkatkan daya
tahan tubuh dan meningkatkan reproduksi, mencegah kekurangan vitamin, mineral dan
asam amino, serta memperbaiki mutu ransum dan konversi ransu, serta memperpanjang
masa produksi telur. Lebih lanjut menurut (Mariyono dan Romjali, 2007), Penambahan
premix ke dalam campuran konsentrat dapat meningkatkan kualitas nutrisi di dalam
konsentrat yang bermanfaat dalam mengoptimalkan produktivitas dan membantu
meningkatkan pertumbuhan ternak
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3929-2006, standart ransum
ayam petelur harus mengandung kadar air maksimal 14,00%, protein kasar minimal
16,00%, lemak kasar maksimal 7,00%, serat kasar maksimal 7,00%, abu maksimal
14,00%, kalsium 3,25--4,25%, fosfor 0,60--1,00%, dan energi metabolis minimal 2.650
kkal/kg dapat meningkatkan zat nutrien dan dapat menyamai kualitas ransum komersial
yang beredar dipasaran, biasanya pada ransum konvensional ditambahkan suatu zat
ransum tambahan yang bersifat aditif.
11
Fungsi mineral pada ternak adalah sebagai pembentuk struktur fisiologis,
sebagai katalisator sekaligus berfungsi sebagai regulator. Semua jaringan tubuh ternak
mengandung zat mineral dalam jumlah dan proporsi yang sangat bervariasi. Beberapa
jenis mineral merupakan elemen inorganik yang dibutuhkan oleh ternak untuk proses
pertumbuhan dan reproduksi. Zn berperan penting pada sintesis DNA serta
metabolisme protein sehingga sistem tubuh akan terganggu jika defisien Zn. Proses
metabolisme karbohidrat, lemak dan pembentukan sistem 14 imunitas tubuh
membutuhkan salah satu jenis mineral ini. Zn merupakan mikromineral yang tersebar
di dalam jaringan hewan, manusia, dan tumbuhan serta terlibat dalam fungsi
metabolisme. Zn berperan juga dalam fungsi berbagai enzim, meningkatkan nafsu
makan, produksi telur, daya tetas telur, dan pertumbuhan tulang dan bulu pada ayam
petelur (PT. Medion, 2013).
Fungsi mineral lainnya adalah untuk keseimbangan asam basa di dalam tubuh,
aktivator enzim tertentu dan komponen suatu enzim. Mineral jika diberikan melebihi
kebutuhan standar akan menimbulkan keracunan dan mempengaruhi penggunaan
enzim lainnya, namun bila kekurangan akan menimbulkan gejala defisiensi tertentu
(Djulardi, dkk., 2006). Fungsi mineral yang lain adalah untuk memperkuat kerabang
telur sehingga tidak mudah pecah dan retak (Redaksi Agromedia, 2002). Pada dasarnya
bahan pakan yang mengandung mineral akan dicerna didalam saluran pencernaan
unggas menjadi ion mineral yang dapat diserap ke dalam tubuh unggas. Unggas yang
kekurangan mineral akan tumbuh tidak normal, tidak sehat dan tulang jadi keropos.
Secara umum mineral yang penting dihitung di dalam ransum adalah kandungan
kalsium (Ca) dan fosfor (P). Mineral lain pada umumnya dipenuhi dari bahan ransum
lain atau dapat ditambahkan dalam bentuk campuran berbagai mineral (premix).
12
Kebutuhan Ca dan P untuk unggas dinyatakan dalam satuan persen (%)/kg ransum atau
mg/g/ekor/hari. Sumber mineral : tepung ikan, tepung daging, tepung udang, tepung
tulang, kulit keong, kulit kerang, kapur dan dikalsium fosfat (NRC, 1994).Penambahan
premiks harus disesuaikan dengan kondisi ayam, baik tingkat produktivitas maupun
kondisi lingkungannya.
Setidaknya ada 4 level suplementasi premiks yaitu 1) defisiensi, 2) suboptimum
(standar), 3) optimum, dan 4) berlebihan. Suplementasi premiks hendaknya pada level
optimum yaitu asupan premiks sedikit di atas level kebutuhan standar. Hal ini
bermanfaat saat ayam berada dalam kondisi yang tidak nyaman seperti saat heat stress,
ayam masih memiliki cadangan nutrisi untuk menekan efek negatif dari stres tersebut
sehingga produktivitas ayam tetap optimum (PT. Medion, 2010).
Suplementasi mineral (premik) yang sesuai standar hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan dasar ayam. Usaha peternakan ayam komersial, penambahan
mineral sesuai standar kurang menguntungkan karena produktivitas ayam kurang
optimal. Sama halnya saat suplementasi mineral (premik) dalam kondisi berlebihan
karena tidak menguntungkan peternak akibat pengeluaran yang meningkat dan dapat
menyebabkan toksik pada ternak ( PT. Medion, 2010). Konsep suplementasi premix
dapat dilihat pada Gambar 2.3
13
Gambar 2.2 Suplementasi mineral (PT. Medion, 2010)
Menurut (PT. Medion, 2013), . Secara umum vitamin dibagi menjadi dua
golongan berdasarkan kelarutannya yaitu larut dalam lemak dan larut dalam air.
Vitamin yang mudah larut dalam lemak terdiri dari vitamin A, D, E dan K. Sedangkan,
vitamin yang mudah larut dalam air yaitu vitamin B komplek (B1, B2, B6, B12, Niacin,
Asam pantotenat, Asam folat, dan Biotin) dan vitamin C.
Lebih lanjut (PT. Medion, 2013), Vitamin B dibutuhkan agar penyerapan nutrisi
menjadi efisien. Bersama dengan vitamin A, vitamin B sangat penting untuk membantu
ayam dalam aktivitas metabolismenya dan untuk mempertahankan serta meningkatkan
kemampuan bertelur. Vitamin C dan E sama-sama dapat mencegah ayam dari
terjadinya stres dan membantu mempertahankan kesehatan ayam. Sementara itu,
keuntungan lainnya yang berhubungan dengan kualitas telur yang superior dapat
dicapai, jika vitamin E diberikan dalam jumlah optimal pada pakan ayam yang sedang
bertelur. Sementara itu, vitamin D dibutuhkan untuk membantu proses pembentukan
tulang dan kerabang serta untuk menghindari masalah kelumpuhan.
2.3 Probiotik
14
Balai Penelitian Ternak mulai tahun 1994, mengembangkan probiotik untuk
unggas (ayam). Untuk memperoleh jenis probiotik, dilakukan isolasi mikroba dari ayam
kampung yang kemungkinan besar tidak memperoleh AGP dan ayam ras yang
mendapat pakan komersial yang kemungkinan besar mengandung AGP. Mikroba dari
dalam usus ayam dipilih dengan harapan mikroba tersebut merupakan mikroba
indigenous, sehingga berpeluang dapat tumbuh dan berkembang dalam usus ayam. Hasi
isolasi diperoleh Bakteri Bacillus sp. karena bakteri tersebut memiliki beberapa sifat
yaitu :
1. Berspora sehingga penyimpanannya lebih sederhana, dan tetap viable pada saat
proses pembuatan pakan.
2. Menghasilkan enzim pencernaan seperti protease dan amilase yang dapat membantu
pencernaan, serta memproduksi asam-asam lemak rantai pendek yang mempunyai sifat
antimikroba.
3. Bersifat aerob fakultatif sehingga diharapkan mampu hidup dan berkembang dalam
usus ternak, dan untuk memproduksinya memerlukan peralatan yang sederhana.
Sjofjan (2003) melaporkan bahwa kecernaan protein meningkat dari 65,7%
menjadi 71,5% dan kandungan energi termetabolis pakan meningkat dari 2.558 kkal/kg
menjadi 2.601 kkal/ kg pada ayam yang memperoleh probiotik Bacillus sp.
dibandingkan dengan kontrol yang memperoleh AGP. Peningkatan tersebut
kemungkinan besar berkaitan erat dengan meningkatnya aktivitas enzim protease pada
usus halus menjadi 5,28 IU, lebih tinggi dari kontrol yang hanya 1,82 IU. Begitu pula
halnya dengan aktivitas enzim amilase meningkat dari 58,92 IU menjadi 69,50 IU.
Dengan demikian, peningkatan nutrisi dengan penambahan probiotik sangat mungkin
terjadi sesuai penjelasan diatas.
15
Selain itu, peranan bakteri dapat meningkatkan kandungan gizi dalam usus, juga
memperbaiki ketersediaan dan penyerapan nutrisi. Probiotik juga dapat meningkatkan
aktivitas enzimatis, membantu pencernaan sehingga efisiensi pemanfaatan pakan akan
meningkat dan hal tersebut akan dapat meningkatkan kecernaan protein, kecernaan
pakan, dan fosfor. Enzim yang dapat dihasilkan oleh probiotik antara lain enzim alpha
amylase, glukosa isomerase, alpha glukosidase, proteinase, alkalin serin dan polunase
(Fuller, 1992).
Sementara itu, mineral (premix) juga dapat meningkatkan Perbaikan FCR pada
ayam dan juga dapat menggunakan probiotik sebagai suplementasi yang sudah diteliti
oleh beberapa peneliti seperti (Yeo dan Kim 1997; Denli et al. 2003; Arslan dan Saattci
2004). Perbaikan FCR menunjukkan bahwa absorbsi dan kecernaan pakan lebih baik.
Lebh lanjut, hasil pengamatan menunjukan bahwa probiotik juga mempengaruhi
anatomi usus. Secara makroskopis, usus ayam menjadi lebih panjang dan secara
mikroskopis probiotik mempengaruhi panjang villi. Ayam yang memperoleh probiotik
mempunyai villi yang lebih panjang sekitar (78,12 um vs 46,14 um) dan densitas lebih
padat (16,25 vs 12,00/10 cm2 ) daripada ayam yang memperoleh AGP. Dengan kata
lain, luas permukaan usus untuk menyerap nutrisi lebih luas pada ayam yang
memperoleh probiotik dibandingkan dengan yang mendapat AGP (antibotik) (Sjofjan
2003; Winarsih 2005). Dijelaskan kembali oleh Sjofjan (2003), peningkatan
kandungan probiotik pada ayam Pada saat yang sama, kandungan E.coli menurun dan
Salmonella sp. tidak terdeteksi.
Percobaan pada itik dengan menggunakan B. circulan sebagai probiotik juga
tidak mendeteksi adanya Salmonella sp. pada usus maupun telur (Manin 2003).
Menurut Winarsih (2005), melaporkan bahwa di dalam usus, Bacillus sp. melakukan
16
adhesi yang kuat dengan dinding usus, mencegah kolonisasi usus oleh mikroba
patogen, sehingga kesempatan Salmonella untuk menempel pada usus jauh berkurang.
Dengan demikian, Salmonella hanya berada dalam lumen dan akan dikeluarkan
bersama excreta.
2.4 Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak yang
akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat nutrisi yang lain. Konsumsi
pakan yang relatif banyak akan menyebabkan konsumsi zat-zat makanan seperti asam
amino,vitamin protein, dan mineral juga relatif banyak, sehingga kebutuhan ayam
mencakup kebutuhan pokok, pertumbuhan maupun produksi telur bisa terpenuhi
(Wahju, 2004).
(Yeo dan Kim 1997; Denli et al. 2003; Arslan dan Saattci 2004). Perbaikan FCR
menunjukkan bahwa kecernaan dan penyerapan pakan lebih baik. Suplementasi E.
facium pada ransum pakan ayam akan meningkatkan kecernaan selulosa.
Menurut Amrullah (2003), konsumsi pakan selama masa produksi dialokasikan
untuk memenuhi beberapa macam kebutuhan seperti kebutuhan hidup pokok yang
besarnya tergantung pada bobot tubuh dan suhu lingkungan serta aktifitas ayam,
pertumbuhan tubuh, produksi bulu, dan produksi telur.
Konsumsi ransum ayam petelur dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah suhu lingkungan, bangsa, umur, jenis kelamin, imbangan zat-zat nutrisi dalam
ransum, kecepatan pertumbuhan, tingkat produksi, bobot badan, palatabilitas, dan
tingkat energi metabolis ransum. Semakin tinggi energi dalam ransum maka konsumsi
ransum akan menurun begitupun sebaliknya (Wahju, 2004).
2.5 Hen Day Production
17
Hen Day Producttion ialah presentase produksi telur yang dihasilkan oleh ayam
produktif per hari. Rata-rata produksi layer selama hidupnya ialah 80% dengan hen-day
mencapai puncak produksi pada angka 95% dan persistensi produksi (lama 20 bertahan
dipuncak hen-day > 90%) selama 23--24 minggu (rata-rata strain ayam petelur) (PT.
Medion, 2015).
Hen Day Producttion adalah membandingkan produksi telur yang diperoleh
hari itu dengan jumlah ayam yang hidup pada hari itu. Lebih lanjut di jelaskan bahwa
pencatatan Hen Day Producttionsetiap hari dianggap kurang efisien. Oleh karena itu,
dalam menghitung produksi mingguan dapat dilakukan dengan membandingkan total
produksi telur per minggu dengan rata-rata jumlah ayam per minggu dikali 7 (Nova
dkk., 2014).
Mc Donald dkk. (2002) menyatakan bahwa ayam ras petelur yang unggul
menghasilkan telur 250 butir per tahun dengan bobot telur rata–rata 57,9 g dan rata–
rata produksi telur hen-day 70%.
Fungsi mineral sebagai pendukung produksi adalah untuk memperkuat
kerabang telur sehingga tidak mudah pecah dan retak (Redaksi Agromedia, 2002).
Menurut PT. Mensana Aneka Satwa (2015), premix lengkap yang mengandung
kombinasi asam amino, multivitamin, dan trace mineral seimbang. Komposisi per 2.5
kg mengandung; vitamin A 5.000.000 IU, niacin 7.530 mg, vitamin D3 1.000.000 IU,
asam folat 140 mg, vitamin E 7.500 IU, choline chloride 100.000 mg, vitamin K 1.530
mg, DL-methionine 100.000 mg, vitamin B1 800 mg, copper 2.200 mg, vitamin B2
3.000 mg, cobalt 240 mg, vitamin B6 800 mg, ferros 23.400 mg, vitamin B12 10.000
mg, iodium 1.200 mg, 11 vitamin C 5.000 mg, mangan 40.800 mg, Ca-d-panthothenate
18
5.000 mg, dan zinc 30.000 mg. Berdasarkan kandungan tersebut premix memiliki
kemampuan untuk dapat meningkatkan produksi telur dan memperpanjang masa
produksi telur, meningkatkan kualitas telur, meningkatkan daya tahan tubuh dan
meningkatkan reproduksi, mencegah kekurangan vitamin, mineral dan asam amino,
serta memperbaiki mutu ransum dan konversi ransum (PT. Mensana Aneka Satwa,
2015).
Fungsi mineral pada ternak adalah sebagai pembentuk struktur fisiologis,
sebagai katalisator sekaligus berfungsi sebagai regulator. Semua jaringan tubuh ternak
mengandung zat mineral dalam jumlah dan proporsi yang sangat bervariasi. Beberapa
jenis mineral merupakan elemen inorganik yang dibutuhkan oleh ternak untuk proses
pertumbuhan dan reproduksi. Zn berperan penting pada sintesis DNA serta
metabolisme protein sehingga sistem tubuh akan terganggu jika defisien Zn. Proses
metabolisme karbohidrat, lemak dan pembentukan sistem 14 imunitas tubuh juga
sangat membutuhkan salah satu jenis mineral ini. Zn merupakan mikromineral yang
tersebar di dalam jaringan hewan, manusia, dan tumbuhan serta terlibat dalam fungsi
metabolisme. Zn berperan juga dalam fungsi berbagai enzim, meningkatkan nafsu
makan, produksi telur, daya tetas telur, dan pertumbuhan tulang dan bulu pada ayam
petelur (PT. Medion, 2013).
Vitamin B dibutuhkan agar penyerapan nutrisi menjadi efisien. Bersama dengan
vitamin A, vitamin B sangat penting untuk membantu ayam dalam aktivitas
metabolismenya dan untuk mempertahankan serta meningkatkan kemampuan bertelur.
Vitamin C dan E sama-sama dapat meningkatkan ketahanan ayam 12 terhadap stres dan
membantu mempertahankan kesehatan ayam. Sementara itu, keuntungan spesifik yang
19
berhubungan dengan kualitas telur yang superior dapat dicapai, jika vitamin E diberikan
dalam jumlah optimal pada pakan ayam yang sedang bertelur. Akhirnya, vitamin D
dibutuhkan untuk membantu proses pembentukan tulang dan kerabang serta untuk
menghindari masalah kelumpuhan. (PT. Medion, 2013).
Hasil penelitian Amrullah (2003), menyatakan bahwa ayam yang diberi 0,1%
methionine (asam amino essensial) dengan 14% dan 16% protein kasar dalam
ransumnya ternyata memiliki kualitas telur yang lebih baik (bobot telur) dan produksi
yang lebih tinggi (hen-day) dibandingkan dengan yang tidak diberi suplementasi. Selain
penelitian diatas hasil penelitian Busrowi (2006) menyatakan bahwa pemberian mineral
plus yaitu premix no 1 sebanyak 2% dan supra mineral sebanyak 2% dalam ransum
berbeda sangat nyata terhadap HDP (hen-day production) dan FCR(feed convertion
ratio).
2.6 Konversi Pakan
Menurut Rasyaf (2003), konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah
pakan yang dikonsumsi dengan produksi yang dihasilkan dalam jangka waktu tertentu.
Salah satu ukuran efisiensi adalah dengan membandingkan antara jumlah pakan yang
diberikan (input) dengan produksi yang diperoleh baik itu daging maupun telur (output)
Nilai standar produktivitas/performa ayam telah ditentukan oleh perusahaan
pembibit (breeder). Standar tersebut meliputi hen day, bobot telur, lama produksi,
konversi ransum, kekebalan, dan daya hidup serta pertumbuhan. Pencapaian performa
tersebut tergantung dari manajemen pemeliharaan yang diterapkan oleh masing-masing
peternak. Untuk meningkatkan performa, penyerapan nutrisi, kesehatan, kekebalan
tubuh dan lain-lain perlu pemberian suplemen nutrisi untuk ternak unggas. Pemberian
20
suplemen yang tepat akan dapat melengkapi kebutuhan unggas untuk mencapai
produktivitas yang maksimal (Medion, 2012)
Hasil penelitian Busrowi (2006) menyatakan bahwa pemberian mineral plus
yaitu premix no 1 sebanyak 2% dan supra mineral sebanyak 2% dalam ransum berbeda
sangat nyata terhadap HDP (hen-day production) dan FCR (feed convertion ratio).
Konversi ransum merupakan pembagian antara jumlah ransum yang dikonsumsi pada
minggu tertentu (g) dengan bobot telur (g) yang dihasilkan (Rasyaf, 2005).
Selain penggunaan premix, Perbaikan FCR pada ayam juga dapat menggunakan
probiotik sebagai suplementasi yang juga sudah di teliti oleh beberapa peneliti (Yeo
dan Kim 1997; Denli et al. 2003; Arslan dan Saattci 2004). Perbaikan FCR
menunjukkan bahwa kecernaan dan absorbsi pakan lebih baik. Suplementasi E. facium
pada pakan ayam akan meningkatkan kecernaan selulosa. Untuk konversi pakan sendiri
dapat menggunakan Rumus konversi ransum yaitu : Ransum yang dikonsumsi (g)
Konversi ransum = Bobot telur (g).
2.7 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh pemberian tingkatan mineral pada pakan berbasis probiotik
terhadap konsumsi pakan, hen day production, dan konversi pakan pada ayam petelur