5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum
Pada awalnya jalan hanya berupa jejak manusia yang mencari kebutuhan
hidup termasuk sumber air. Setelah manusia mulai hidup berkelompok, jejak-jejak
itu berubah menjadi jalan setapak. Dengan digunakanya hewan sebagai alat
transportasi, permukaan jalan dibuat rata dan diperkeras dengan batu.
Teknologi perkerasan jalan berkembang pesat sejak dtemukannya roda sekitar
3500 tahun sebelum masehi di Mesopotamia dan pada jaman keemasan romawi.
Pada saat itu jalan dibangun dalam beberapa lapisan perkerasan terutama dari
pasangan batu, yang secara keseluruhan lebih tebal dari struktur perkerasan jalan
saat ini, walaupun belum menggunakan aspal ataupun semen sebagai bahan
pengikat.
Berkembangnya teknologi yang ditemukan manusia menajadikan
perkembangan teknik jalan semakin berkembang pula, yang pada awalnya hanye
jejak manusia kemudian berkembang menjadi jalan dengan perkerasan aspal.
Pada saat perancanaan pembangunan jalan diharapakan jalan dapat berfungsi
maksimal dan selama mungkin sesuai dengan umur jalan yang direncanakan, akan
tetapi perkerasan jalan tidak akan uth selamanya. Oleh karena itu jika masa
pelayanan suatu konstruksi jalan sudah habis dan telah mencapai indeks
permukaan akhir yang diharapkan maka perlu diberikan lapis tabahan untuk dapat
kembali mempunyai kekuatan, tingkat kenyamanan tingkat keamanan, tingkat
kedap air dan tingkat kecepatan mengalirkan air.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
6
6
2.2 Konstruksi Perkerasan
pada umumnya pembangunan jalan menempuh jarak beberapa kilometer
sampai ratusan kilometer bahkan melewati medan yang berbukit, berkelok-kelok
dan masalah lainnya. Oleh karena it jenis perkerasan harus disesuaikan dengan
kondisi tiap tempat dan daerah ang akan dibangun jalan tersebut sehingga dapat
disesuaikan denga kebutuhan matrial dan anggaran biaya yang tersedia.
Silvia Sukirman (1999) menyatakan bahwa berdasarkan bahan pengikatnya,
konstruksi jalan dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
1. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) adlah lapis perkerasan
yang menggunakan semen sebagai bahan ikat antar matrial. Lapisan-
lapisan perkerasanya bersifat memikul dan meneruskan beban lalu lintas
ke tanah dasar.
2. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement) adalah lapis perkerasan yang
menggunakan semen sebagai bahan pengikat antar matrialnya. Plat beton
dengan atau tanpa tulangan diletakan diatas tanah dasar dengan atau tanpa
pondasi lapis bawah. Beban lalu intas dilimpahkan ke plat beton,
konstruksi ini jarang digunakan karena biayanya cukup mahal, tetapi
biasanya digunakan pad proyek-proyek jalan layang.
3. Konstruksi perkerasan komposit (coposite pavement) adalah lapis
perkerasan yang berupa kombinasi antara perkerasan lentur dan perkerasan
kaku. Perkerasan lentur berada diatas permukaan kaku, atau kombinasi
antara perkersan kaku diatas perkerasan lentur.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
7
7
Dari ketiga jenis perkersan tersebut, perkerasn lentur yang paling sering
digunakan dibandingkan dengan perkerasan kaku ataupun perkerasan komposit
karena tidak terpengaruh oleh perubahan temperatur dan lebiha aman serta biaya
yang relatif hemat.
2.3 Kinerja Struktur Perkerasan Jalan
Struktur perkerasan jalan sebagai komponen dari prasarana transportasi yang
berfungsi sebagai :
1. Penerimaan beban lalulintas yang dilimpahkan melalui roda kendaraan.
Oleh karena itu struktur perkerasan perlu memiliki stabilitas yang tinggi,
kokoh selama masa pelayanan jalan dan tahan terhadap pengaruh
lingkungan dan atau cuaca. Kelelahan (fatigue resistance), kerusakan
perkerasan akibat berkurangnya kekokohan jalan seperti retak (crackinf),
lendutan sepanjang lintasan kendaraan(rutting), bergelombang, dana atau
berlubang, tidak dikehendaki terjadi pada perkerasan jalan.
2. Pemberi rasa nyaman dan aman kepada pengguna jalan. Oleh karena itu
permukaan perkerasan perlu kesat sehingga mampu memberikan gesekan
yang baik antara muka jalan dan ban kendaraan, tidak mudah selip ketika
permukaan basah akibat hujan atau menikung pada kecepatan tinggi. Di
samping itu permukaan perkerasan harus tidak mengkilap, sehingga
pengemudi tidak merasa silau jika permukaan jalan kena sinar matahari.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
8
8
Agar struktur perkerasan jalan kokoh selama masa pelayanan, aman dan
nyaman bagi penguna jalan, maka :
1. Pemilihan jenis kendaraan dan perencanaan tebal perkerasan perlu
memperhatikan daya dukung tanah dasar, beban lalulintas, keadaan
lingkungan, masa pelayana atau umur rencana, ketersedian dan
karakteristik material pembentuam perkerasan jalan di sekitas lokasi.
2. Analisis dan rancangan campuran dari bahan yang tersedia perlu
memperhatikan mutu dan jumlah bahan setempat sehingga sesuai dengan
spesifikasi pekerjaan dari jenis lapisan perkerasan yang dipilih.
3. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan sesuia prosedur pengawasan yang ada,
dengan memperhatikan sistem penjaminan mutu pelaksanaan jalan sesuai
spesifikasi pekerjaaan. Pemilihan jenis lapisan perkerasan dan
perencanaan tebal perkerasan, analisi campuran yang baik, belum
menjamin dihasilkanya perkerasan yang memenuhi apa yang diinginkan,
jika pelaksanaan dan pengawasa tidak dilakukan dengan cermat, sesuai
prosedur dan spesifikasi pekerjaan.
4. Pemeliharaan jalan selama masa pelayanan perlu dilakukan secara
periodik sehingga umur rencana dapat tercapai. Pemeliharaan meliputi
tidak saja struktur perkerasan jalan, tetapi juga sistem drainase di sekitar
lokasi jalan tersebut.
Selain itu sitem pemeliharaan yang terencana dan tepat selama umur
pelayanan, termasuk didalamnya sistem drainase jalan tersebut.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
9
9
2.4 Lapisan Perkerasan
2.4.1 Perkerasan kaku
Perkerasan kaku cocok digunakan untuk jalan dengan volume lalulintas tinggi
yang didominasi oleh kendaraan berat, di sekitar pintu tol, jalan yang melayani
kendaraan berat yang melintas dengan kecepatan rendah, atau di daerah jalan
keluar atau masuk ke jalan berkecepatan tinggi yang didominasi oleh kendaraan
berat.
Keuntungan meggunakan perkerasan kaku adalah
1. Umur pelayanan panjang dengan pemeliharaan yang sederhana
2. Durabilitas baik
3. Mampu bertahan pada banjir yang berulang, atau genangan air tanpa
terjadinya kerusakan yang berarti
Kerugian menggunakan perkerasan kaku adalah :
1. Kekesatan jalan kurang baik dan sifat kekasaran permukaan dipengaruhi
oleh prose pelaksanaan
2. Memberikan kesan silau bagi pengguna jalan
3. Membutuhkan lapisan tanah dasar yang memiliki penurunan (settlement)
yang homogen agr plat beton tidak retak. Untuk mengatasui hal ini
seringkali diatas perukaan tanah dasar diberi lapis pondasi bawah sebagai
pembentuk lapisan homogen
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
10
10
Struktur perkerasn kaku terdiri dari plat beton sebagai lapis permukaan, lapis
pondasi bawah sebagi lapis bantalan yang homogen, dan lapis tanah dasar tempat
struktur perkerasan diletakan. Plat beton memiliki sambungan memanjang dan
sambungan melintang.
Gambar 2.1 perkerasan kaku
2.4.2 Perkerasan lentur
Pada umumnya perkerasan lentur baik digunakan untuk jalan yang melayani
beban lalulintas ringan sampai sedang, seperti jalan perkotaan, jalan dengan
sistem utilitas terletak dibawah perkerasn jalan, perkerasan bahu jalan, atau
perkerasan dengan konstruksi bertahap.
Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakan diatas
tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan- lapisan tersebut berfungsi untuk
menerima beban lalulintas dan menyebarkannya kelapisan bawah.
Tanah dasar adalah bagian yang terpenting dari konstruksi jalan karena tanah
dasar inilah yang mendukung seluruh konstruksi jalan beserta muatan lalulintas
diatasnya. Tanah dasar jugalah yang meentukan tebal tipisnya lapisan perkerasan.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
11
11
Keuntungan menggunakan perkerasan lentur adalah :
1. Dapat digunkan pada daerah dengan perbedaan penurunan (differential
settlement) terbatas.
2. Mudah diperbaiki.
3. Tambahan lapisan perkerasan dapat dilakukan kapan saja.
4. Memiliki tahanan geser yang baik.
5. Warna perkerasan memiliki kesan tidak silau bagi pemakai jalan.
6. Dapat dilaksankan bertaha, terutama pada kondisi biaya pembanguna
terbatas atau kurangnya data untuk perencanaan.
Kerugian menggunakan perkerasan lentur adalah :
1. Tebal total perkerasan lebih tebal dari perkerasan kaku.
2. Kelenturan dan sifat kohesi berkurang selama masa pelayanan.
3. Frekuensi pemeliharaan lebih sering daripada menggunakan perkerasan
kaku.
4. Tidak baik digunakan jika sering tergenang air.
5. Membutuhkan agregat lebih banyak.
Menurut konstruksi jalan terdiri dari tiga bagian yang penting, yaitu :
1. Lapisan penutup atau lapisan aus.
2. Lapisan perkerasan.
3. Tanah dasar.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
12
12
Gambar 2.2 Lapisan Konstruksi Pekerjaan Jalan
Sedangkan lapisan konstruksi perkerasan secara umum yang biasa digunakan
di Indonesia menurut Sukirman (1999) terdiri dari :
1. Lapisan permukaan (surface course)
2. Lapisan pondasi atas (base course)
3. Lapisan pondasi bawah (subase course)
4. Lapisan tanah bawah (subgrade)
Gambar 2.3 Perkerasan Lentur
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
13
13
Beban lalulintas yang bekerja diatas konstruksi perkerasan dapat dibedakan atas :
1. Muatan kendaraan berupa gaya vertikal
2. Gaya rem kendaraan berupa gaya horizontal
3. Pukulan roda kendaraan berupa getaran- getaran
Sesuai dengan penyebaran gaya maka muatan yang diterima oleh masing-
masing lapisan akan berbeda dan semakin kebawah semakin kecil. Lapsa
permukaan harus mampu menerima seluruh jenis gaya yang bekerja, lapisan
pondasi atas menerima gaya vertikal dan getaran, sedangkan tanah dasar dianggap
hanya menerima gaya vertikal saja.
Akibat adanya beban yang bekerja pada jalan, konstruksi perkerasan jalan
yang meliputi lapisan permukaan (surface course), lapisan pondasi atas (base
course), lapisan pondasi bawah (subbase course) harus dibuat sedemikian rupa
sehingga mampu menahan beban yang bekerja diatasnya dalam jangka waktu
sesuai dengan umur rencana.
1. Lapisan permukaan (surface course)
Lapis permukaan merupakan lapis paling ats dari struktur perkerasan jalan,
fungsi utamanya sebagai :
a. Lapis penahan beban vertikal dari kendaraan, oleh karena itu lapisa
harus memiliki staabilitas tinggi selama masa pelayanan.
b. Lapis aus (wearing course) karena meneri,a gesekan dan getaran roda
dari kendaraan yang mengerem.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
14
14
c. Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatas lapisan
permukaan tidak meresap ke lapis bawahnya yang berakibat rusaknya
struktur perkerasan jalan.
d. Lapis yang menyebarkan beban ke lapis pondasi.
Lapis permukaan perkerasan lentur menggunakan bahan pengikat aspal,
sehingga menghasilkan lapis yang kedap air, berstabilitas tinggi, dan memiliki
daya tahan selama masa pelayanan. Namun demikian, aibat kontak langsung
dengan roda kendaraan, hujan, dingin, dan panas, lapis paling atas cepat menjadi
aus dan rusak, sehingga disebu lapis aus.
Lapisan dibawah lapis aus yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat,
disebut lapis permukaan antara (binder course), berfungsi memikul beban
lalulintas dan mendistribusikanya ke lapis pondasi.
Dengan demikian lapis permukaan dapat dibedakan menjadi :
a. Lapis aus (wearing course), merupakan lapisan permukaan yang
kontak langsung roda kendaraan dan perubahan cuaca.
b. Lapis permukaan antara(binder course), merupakan lapisan permukaan
yang terletak di bawah lapis aus dan di atas lapis pondasi.
Bebagai jenis lapis permukaan yang umum digunakan di Indonesia adalah
lapisan bersifat non struktural dan bersifat struktural:
Lapisan bersifat non struktural
Lapisan non struktural berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air, antara lain :
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
15
15
a. Laburan aspal lapis satu (burtu = surface dressng), terdiri dari lapis
aspal yang ditaburi dengan satu lapisan agregat bergradasi seragam
dengan ukuran nominal maksimum 13 mm. Burtu memiliki
ketebalan maksimum 2 cm.
b. Laburan aspal lapis dua (burda = surfacedressing), terdiri dari lapis
aspal ditaburi agregat, dikerjakan dua kali secara berurutan, dengan
tebal padat maksmum 3,5cm. Lapis pertama burda adalah lapis
burtu dan lapis keduanya menggunakan agregat penutup dengan
ukuran maksimum 9,5cm (3/8 inchi).
c. Lapis tipis aspal pasir (latasir = sand sheet), merupakan lapis
penutup permukaan jalan yang menggunakan agregat halus atau
pasi atau campuran keduanya, dicampur dengan aspal, dihampar
dan dipadatkan pada suhu tertentu. Ada dua jenis latasir yaitu
latasir kelas A dan latasir kelas B. Latasir kelas A dengan tebal
minimum 15mm, menggunakan agregat dengan ukuran maksimum
no 4, sedangkan latasir B dengan tebal minimum 20mm,
menggunakan agregat dengan ukuran maksimum 9,5mm (3/8inchi)
d. Laburan aspal (buras), merupakan lapisan penutup dari aspal
lapisan aspal taburan pasir dengan ukuran butir maksimum 3/8
inchi.
e. Lapisan tipis asbuton murni (latasbum), merupak lapisan penutup
terdiri dari campuran asbuton dan bahan pelunak dengan
perbandinga tertentu, yang dicampur secara dingi dengan tebal
padat maksimum 1 cm.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
16
16
Lapisan bersifat struktural
Lapisan bersifat struktural berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan
menyebarkan beban roda, antara lain :
a. Penetrasi macadam (lapen), merupakan lapisan perkerasan yang
terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka
dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan
diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Diatas lapen ini
biasanya diberi laburan aspal agregat penutup. Tebal satu lapisan
dapat bervariasi antara 4 – 10 cm.
b. Lasbutag, merupak suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri
dari campuran antara agregat, asbuton dan bahan pelunak yang
diaduk, dihampar dan dipadatkan secara dingin. Tebal pada tiap
lapisanya antara 3 – 5 cm.
c. Lapisan aspal beton (laton), merupakan satu lapisan pada
konstruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dengan
agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihamparkan
dan dipadatkan pada suhu tertentu.
2. Lapisan pondasi atas (base course)
Lapis perkerasn yang terletak di antara lapis pondasi bawah dan lapis
permukaan dinamakan lapis pondasi (base course). Jika tidak digunakan lapis
pondasi bawah, maka lapis pondasi diletakan langsung diatas permukaan tanah
dasar, lapis pondasi berfungsi sebagai :
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
17
17
a. Bagian struktur perkerasan yang menahan gaya vertikala dari beban
kendaraan dan disebarkan ke lapis bawahnya
b. Lapis peresap untuk lapis pondasi bawah
c. Bantalan atau perletakan lapis permukaan.
Material yang digunakan untuk lapisan pondasi adalah material yang cukup kuat
dan awet sesuai syarat teknik dalam spesifikasi pekerjaan.
3. Lapisan pondasi bawah (subbase course)
Lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi dan tanah dasar
dinamakan lapis pondasi bawah (subbase course), lapisan pondasi bawah
berfungsi sebagai :
a. Bagian dari struktur perkerasa untuk mendukung dan menyebarkan
bebabn kendaraan ke lapis tanah dasar
b. Effisiensi penggunaan material yang relatif murah, agar lapis diatasnya
dapat dikurangi tebalya
c. Lapis peresap, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi
d. Lapis pertama, agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan lancar
e. Lapisan filter untuk mencegah partikel – partikel halus dari tanah dasar
naik ke lapis pondasi.
4. Lapisan tanah dasar (subgrade)
Lapisan tanah dasar tanah permukaan semula, permukaan tanah galian
ataupun tanah timbunan yang dipadatkan dan merupakan permukaan tanah dasar
untuk perletakan bagian – bagian perkerasan yang lain. Ditinjau dari mika tanah
asli, maka tanah dasar dibedakan menjadi :
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
18
18
a. Lapis tanah dasar asli adalah tanah dasar yang merupakan muka tanah
asli di lokasi jalan tersebut. Pada umumnya lapis tanah dasar ini
disiapkan hanya dengan membersihkan, memadatkan lapis atas setebal
30 – 50cm dari muka tanah dimana struktur perkerasan direncanakan
akan diletakan.
b. Lapis tanah dasar urug atau tanah timbunan adalah lapis tanah dasar
yang lokasinya terletak d atas uka tanah asli. Pada pelaksanaan
membuat lapis tanah dasar tanah urug perlu diperhatikan tingkat
kepadatan yang diharapakan.
c. Lapis tanah dasar tanah galian adalah lapis tanah dasar yang lokasinya
terletak dibawah mua tanah asli. Dalam kelompok ini termasuk pula
penggantian tanah asli setebal 50 – 100cm akibat daya dukung tanah
asli yang kurang bbaik. Pada pelaksanaan membua tanah dasar tanah
galian perlu diperhatikan tingkat kepadatan yang diharapakan.
Daya dukung dan ketahanan struktur perkerasn jalan sangat ditentukan oleh
daya dukung tanah dasar. Masalah- masalah yang sering terjadi terkait dengan
lapisan tanah dasar adalah :
1. Perubahan bentuk tetap dan rusaknya struktur perkerasan jalan secara
menyeluruh
2. Sifat mengembang dan menyusut pada jenis tanah yang memilikisifat
plastis tinggi. Perubahan kadar air tanah dasar dapat berakibat terjadiya
retak dan atau perubahan bentuk. Faktor drainase dan kadar air pada
proses pemadatan tanah dasar sangat menentukan kecepatan kerusakan
yang mungkin terjadi.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
19
19
3. Perbedaan daya dukung tanah akibat oerbedaan jenis tanah. Penelitian
yang seksama akan jenis dan sifat tanah dasar disepanjang jalan dapa
mengurangi dampak akibat tidak meratnya daya dukung tanah dasar.
4. Perbedaan penuruanan(differential settlement), akibat terdapatnya lapis
lunak dibawah lapisan tanah dasar. Penyelidikan jenis dan karakteristik
lapisan tanah yang terletak dibawah lapisan tanah daar sangat
membantu mengatasi masalah ini.
5. Kondisi geologi yang daoat nerakibat terjadinya patahan, geseran dari
lempeng bumi perlu diteliti dengan seksama terutama pada tahap
penentuan trase jalan.
6. Kondisi geologi disekitar trase pada lapisan tanah dasar di atas tanah
galian perlu diteliti dengan seksama, termasuk kestabilan lereng dan
rembesan air yang mungkin terjadi akibat dilakukanya galian.
2.5 Klasifkasi Jalan
Klasifikasi jalan dapat dapat dikelompokan menjadi beberapa hal menurut
keperluanya, yaitu :
A. Menurut Manfaat dan Peruntukanya
1. Jalan umum, diperuntuan bagi lalulintas umum dan berlaku undang –
undang tentang lalulintas dan angkutan jalan raya.
2. Jalan khusus, tidak diperuntukan bagi lalulintas umum, teta[i bila
dinyatakan oleh pemiliknya terbuka untuk umum dan diatur perundang
– undangan maka jalan tersebut berlaku undang – undang lalulintas
dan jalan raya.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
20
20
3. Jalan tol, jalan umum yang kepada pemakainya dikenakan wajib
membayar tol. Tol yaitu sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk
pemakaian jalan tol.
B. Menurut Peranan Pelayanan Jasa Distribusi
1. Sistem jaringan jalan primer, sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah
ditingkat nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian
berwujud kota.
2. Sitem jaringan jalan sekunder, sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat yang ada didalam kota
(lokal/setempat).
C. Menurut Fungsi dan Peranannya
1. Jalan arteri, jalan yang melayani angkutan jara jauh dengan kecepatan
rata – rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
2. Jalan kolektor, jalan yang melayani angkutan penumpang atau
pembagian dengan ciri –ciri perjalanan jarak sedang, keceptan rata –
rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan lokal, jalan yang melayani angkutan setempat/lokal dengan ciri –
ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rendah dan jumlah jalan asuk
tidak dibatasi.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
21
21
D. Menurut Kaitanya Sitem Jaringan Jalan dan Peranannya
(undang – undang tentang jalan No. 13 tahun 1980)
1. Jalan arteri primer, adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang
kesatu yang terletak berdampingan, atau menghubungkan kota jenjang
kesatu dengan jenjang kota kedua.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan arteri primer adalah :
a. Kecepatan rencana >60km/jam
b. Lebar jalan > 8m
c. Kapasitas jalanlebih besar dari volume jalan laulintas rata-rata
d. Jalan masuk dibatasi secara efisien, sehingga kecepatan rencana
dan kapasitas jalan dapaat tercapai
e. Tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal, lalulintas lokal,
lalulintas ulang alik
f. Jalan arteri primer tidak terputus wallaupun memasiki kota
g. Tingkat kenyamanan yang dinyatakan dengan indeks permukaan
tidak kurang dari dua
2. Jalan kolektor primer, adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang
kedua dengan kota jenjang kedua atau menghubungkan kota jenjang
kedua dengan kota jenjang ketiga.
Persyratan yang harus dipenuhi oleh jalan kolektor primer adalah :
a. Kecepatan >40km/jam
b. Lebar badan jalan >7m
c. Kapasitas jalan sama atau lebih besar dengan volume lalulintas rat-
rata
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
22
22
d. Jalan kolektor primer tidak terputus walaupun memasuki daerah
kota
e. Jalan masu dibatasi sehingga kecepatan rencana dan kapasitas jalan
tidak terganggu
f. Indeks permukaan tidak kurang dari dua
3. Jalan lokal primer, adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang
kesatu dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan
kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota di bawahnya, kota
jenjang ketiga dengan persil, atau kota dibawah jenjang ketiga sampai
persil.
Persyaratan yang harus dipenuhi jalan lokal primer adalah :
a. Kecepatan rencana > 20 km/jam
b. Lebar badan jalan > 6m
c. Jalan lokal primer tidak terputus walaupun memasuki kota
d. Indeks permukaan tidak kurang dari 1,2
4. Jalan arteri sekunder, adalah jalan yang menghubungkan kawasan
primer dengan kawasan sekunder kesatu atu menghubungkan kawasan
sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kedua.
Persyaratan jalan arteri sekunder adalah :
a. Kecepatan rencana > 30 kn/jam
b. Lebar badan jalan > 8m
c. Kapasitas jalan lebuh besar atau sama dengan volume lalulintas
rata-rata
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
23
23
d. Tidak boleh diganggu oleh lalulintas lambat
e. Indeks permukaan tidak kurang dari 1,5
5. Jalan kolektor sekunder, adalah jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder kedua dengan kawsan sekunder kedua atau menghubungkan
kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
Persyaratan jalan kolektor sekunder adalah :
a. Kecepatan rencana > 20km/jam
b. Lebar badan jalan > 7m
c. Indeks permukaan tidak kurang dari 1,5
6. Jalan lokal sekunder, adalah jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan
sekunder kedua dengan perumahan, kawsan sekunder ketiga dan
seterusnya sampai ke perumahan.
Persyaratan jalan lokal sekunder adalah :
a. Kecepatan rencana > 10km/jam
b. Lebar badan jalan > 5 m
c. Indeks permukaan tidak kurang dari 1
E. Menurut Status dan Wewenang Pembinaanya
1. Jalan Nasional, yang termasuk kelompok ini adalah jalan arteri primer,
jalan kolektor yang menghubungkan antar ibukota propinsi, dan jalan
lain yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan nasional.
Penentapan status suatu jalan sebagai jalan nasional dilakukan dengan
keputusan menteri.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
24
24
2. Jalan daerah meliputi :
a. Jalan propinsi, yang termasuk jalan propinsi adalah jalan kolekor
primer yang menghubungkan ibukota propinsi dengan ibukota
Kabupaten/Kotamadya. Penetapan status jalan propinsi dilakukan
dengan keputusan Menteri Dalam Negeri atau usula Pemda Tk1,
dengan memperhatikan pendapat Menteri.
b. Jalan Kabupaten, yang termasuk jalan kabupaten adalah jalan
kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan
propinsi, jalan lokal primer, jalan sekunder. Penetapan status suatu
jalan sebagai jaln kabupaten dilakukan dengan Keputusan
Gubernur KD 1 atas usulan Pemda Tk II.
c. Jalan kotamadya, yang termasuk kelompok jalan kotamadya adalah
jalan sekunder didalam kotamadya. Penetapan status suatu jlan
sebagai jlan kotamadya dilakukan dengan keputusan Gubernur
KDH Tk I atas usulan Pemda Kotamadya.
d. Jalan desa : Pemerintah Desa/ Kelurahan.
3. Jalan khusus, yang termasuk jalan khusus adlah jalan yang dibangun
dan dipelihara oleh instansi/badan hukum/perorangan untuk melayani
kepentingan masing- masing. Penetapan dilakukan oleh instansi/badan
hukum/perorangan yang memiliki ruas jalan khsus tersebut dengan
memperhatikan pedoman yang dietapkan oleh Menteri Pekerjaan
Umum.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
25
25
F. Menurut Standar Perancangan Geometri
(Kelas Teknik Jalan Kota)
Sumber dari Dit.BINKOT 1990 :
1. Tipe I
a. Kelas I : kecepatan rencana 80 -100 km/jam(arter primer)
b. Kelas II : kecepatan rencana 60 – 80 km/jam (kolektor primer)
2. Tipe II
a. Kelas I : kecepatan rencana 60 km/jam (arteri sekunder)
b. Kelas II : kecepatan rencana 50 - 60 km/jam (kolektor primer)
c. Kelas III : kecepatan rencana 30 – 40 km/jam
d. Kelas IV : kecepatan rencana 20 – 30 km/jam (lokal sekunder)
G. Menurut Muatan Sumbu Terberat
Dalam PP No.43 tahun 1992 jalan dibagi menjadi :
Tabel 2.1 Kelas Jalan
No Kelas Jalan Beban Muatan
1. Kelas I > 10 ton
2. Kelas II 10 ton
3. Kelas IIIA 8 ton
4. Kelas IIIB 8 ton
5. Kelas IIIC 8 ton
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
26
26
2.6 Sifat Perkerasan Lentur
Aspal yang dipergunakan pada konstruksi perkerasan jalan berfungsi sebagai:
a. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dengan agregat
dan antara aspal itu sendiri.
b. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori
yang ada dari agregat itu sendiri.
Dengan demikian, aspal haruslah memiliki daya tahan (tidak cepat rapuh)
terhadap cuaca, mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan memberikan sifat
elastis yang baik.
a. Daya tahan (durability)
Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat asalnya
akibat pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini merupakan
sifat dari campuran aspal, jadi tergantung dari sifat agregat, campuran
dengan aspal, faktor pelaksanaan dan sebagainya.
b. Adhesi dan Kohesi
Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga
dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dengan aspal. Kohesi adalah
kemampuan aspal untuk tetap mempertahankan agregat tetap ditempatnya
setelah terjadi pengikatan.
c. Kepekaan terhadap temperatur
Aspal adalah material yang termoplastis, berarti akan menjadi keras atau
lebih kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika
temperature bertambah. Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap perubahan
temperatur. Kepekaan terhadap temperatur dari setiap hasil produksi aspal
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
27
27
berbeda-beda tergantung dari asalnya walaupun aspal tersebut mempunyai
jenis yang sama.
d. Kekerasan aspal
Aspal pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan agregat
sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal panas disiramkan ke permukaan
agregat yang telah disiapkan pada proses peleburan. Pada waktu proses
pelaksanaan, terjadi oksidasi yang menyebabkan aspal menjadi getas
(viskositas bertambah tinggi).
Peristiwa perapuhan terus berlangsung setelah masa pelaksanaan selesai. Jadi
selama masa pelayanan, aspal mengalami oksidasi dan polimerisasi yang besarnya
dipengaruhi juga oleh ketebalan aspal yang menyelimuti agregat. Semakin tipis
lapisan aspal, semakin besar tingkat kerapuhan yang terjadi.
2.7 Jenis Kerusakan Jalan
Menurut Shanin. M.Y, PCI (Pavement condition index) adalah petunjuka
penilaian untuk kondisi perkerasan. Kerusakan jalan dapat dibedakan menjadi 19
kerusakan, yaitu sebagai berikut :
1. Retak kulit buaya (Aligator Cracking)
Retak kulit buaya atau serangkaian retakan saling berhubungan yang
membentuk serangkaian kotak – kotak kecil ang menyerupai kulit buaya. Lebar
celah lebih besar atau sama dengan 3mm. Reta ini disebabakan oleh bahan
perkerasan yang kurang baik, pelapukan permukaan, tanah dasar
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
28
28
atau bagian perkerasan dibawah lapis permukaan kurang stabil, atau bahan lapis
pondasi dalam keadaan jenuh air (air tanah naik).
Umumnya daerah dimana terjadi retak kulit buaya tidak luas. Jika daerah
dimana terjadi retak kulit buaya luas, mungkin hal ini disebabkan oleh repetisi
beban lalulintas yang melampaui beban yang dapat dipikul oleh lapisan
permukaan tersebut. Retak kulit buaya untuk sementara dapat dipelihara dengan
mempergunakan lapis urda, burtu, ataupun lataston jika celah ≤ 3 mm.
Level :
Tabel 2.2 Tingkat Kerusakan Aligator Cracking
Tingkat Kerusakan Keterangan
L
perkerasan baik, retak rambut pararel satu
dengan lainnya
M
retakan sedikit terbuka dan membentuk
jaringan, partikel ada yang lepas
H
jaringan retakan terbuka dan dalam, partikel
pada retakan sudah terlepas
(sumber : Department of the Army 1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
29
29
Gambar 2.4 Tingkat Low Kerusakan Alligator cracking ( Department of the Army
1982)
Gambar 2.5 Tingkat Medium Kerusakan Alligator cracking ( Department of the
Army 1982)
Gambar 2.6 Tingkat High Kerusakan Alligator cracking ( Department of the
Army 1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
30
30
2. Kegemukan (Bleeding)
Kegemukan adalah lapisan bitumen yang tipis pada permukaan aspal yang
kelihatan seperti permukaan gelas (mengkilat). Hal ini disebabkan pemakaian
kadar aspal yang tingi pada campuran aspal atau tar pada waktu proses
pencampuran.dapat diatasi dengan menaburkan agregat panas dan keudian
dipadatkan atau lapis aspal diangka dan kemudian diberi lapis penutup.
Level :
Tabel 2.3 Tingkat Kerusakan Bleeding
Tingkat Kerusakan Keterangan
L
bleeding sedikit, aspal tidak melekat pada
sepatu atau kendaraan
M
bleeding cukup luas, aspal mulai nemempel
pada sepatu atau kendaraan
H
bleeding luas, aspal sangat menempel pada
sepatu atau kendaraan
(sumber : Department of the Army 1982)
Gambar 2.7 Tingkat Low Kerusakan Bleeding ( Department of the Army 1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
31
31
Gambar 2.8 Tingkat Medium Kerusakan Bleeding ( Department of the Army
1982)
Gambar 2.9 Tingkat High Kerusakan Bleeding ( Department of the Army 1982)
3. Retak kotak – kotak (Block Cracking)
Retak kotak – kotak adalah kumpulan retak yang membagi atau memisahkan
pada permukaan perkerasan kira – kira membantuk potongan – potongan bujur
sangkar, ukuran potongan retak tersebut kira – kira antara 1 kaki (o,3m ) sampai
10 kaki ( 3 m). Retak kotak- kotak disebabkan oleh siklus suhu harian pada aspal
beton dan dari repetisi beban lalulintas.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
32
32
Retak kotak – kotak iasanya di tandai oleh aspal atau perkerasan retak halus
dan juga biasanya terjadi pada bagian yang lebih halus dipermukaan tersebut,
tetapi kadang – kadang terjadi bukan pada jalur lalulintas tetapi diseluruh badan
jalan, tepi ini bebrbeda dengan rtak kulit buaya yang bentuknya lebih kecil dan
sisi bersudut tajam, retak kulit buaya hanya disebabkan repetisi beban lalulintas
saja.
Level :
Tabel 2.4 Tingkat Kerusakan Block Cracking
Tingkat Kerusakan Keterangan
L
lebar retakan < ¼ inci, partikel tidak ada
yang lepas
M
lebar retakan > ¼ inci, sedikit kehilangan
partikel pada retakan
H
retakan membentuk blok-blok, kehilangan
partikel pada retakan
(sumber : Department of the Army 1982)
Gambar 2.10 Tingkat Low Kerusakan Block cracking ( Department of the Army
1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
33
33
Gambar 2.11 Tingkat Medium Kerusakan Block cracking ( Department of the
Army 1982)
Gambar 2.12 Tingkat High Kerusakan Block cracking ( Department of the Army
1982)
4. Cekungan (Bumb and sags)
Bendul kecil yang menonjol keatas, pemindahan pada lapisan perkerasan itu
disebabkan pererasan stabil. Bendul uga dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu :
1. Bendul atau tonjolan yang dibawah PCC sla atau lapisan PC.
2. Lapisan aspal bergelombang (membentuk lapisan lensa cembung).
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
34
34
3. Perkerasan yang menjembul keatas pada material disertai retakan yang
ditambah denga beban lalulintas.
Longsor kecil dan retak kebawah atau pemindahan pada lapisan perkerasan
membentuk cekungan. Longsor itupun terjadi pada arean yang lebih luas dengan
banykanya cekungan dan cembungan pada permukaan perkerasan bias disebut
juga gelombang.
Level :
Tabel 2.5 Tingkat Kerusakan Bumb and Sags
Tingkat Kerusakan Keterangan
L kendaraan ringan dapat melambung
M
Cekungan dengan lembah yang kecil disertai
retak. kendaraan dapat melambung
H kendaraan sangat melambung
(sumber : Department of the Army 1982)
Gambar 2.13 Tingkat Kerusakan Low Kerusakan Bums and sag
( Department of the Army 1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
35
35
Gambar 2.14 Tingkat Kerusakan Medium Kerusakan Bums and sag
( Department of the Army 1982)
Gambar 2.15 Tingkat Kerusakan High Kerusakan Bums and sag
( Department of the Army 1982)
5. Keriting (Corrugation)
Gelombang pada lapisan perkerasan adalah rangkaian tertutup lembah dan
puncak dengan jarak yang teratur. Hal ini biasanya berukuran panjang lebih dari
10 kaki (3 m) pada panjang perkerasan.
Gelombang mempunyai arah tegak lurus arah lalulintas, tipe ini biasanya
terjadi pada arus lalulintas padat lapisan perkerasan atau pondasi yang tidak stabil.
Ada beberapa penyebab terjadi gelombang, tekanan pada lapisan perkerasan
adalah pertimbangan terjadinya gelombang paling dominan.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
36
36
Level :
Tabel 2.6 Tingkat Kerusakan Corrugation
Tingkat Kerusakan Keterangan
L kendaraan terasa bergetar, tetapi tidak perlu
mengurangi kecepatan yang diinginkan
M
kendaraan terasa bergetar, perlu mengurangi
kecepatan yang diinginkan untuk menjamin
keselamatan
H
kendaraan terasa sangat bergetar, dan perlu
sekali mengurangi kecepatan yang diinginkan
untuk menjamin keselamatan
(sumber : Department of the Army 1982)
Gambar 2.16 Tingkat Low Kerusakan Corrugation ( Department of the Army
1982)
Gambar 2.17 Tingkat Medium Kerusakan Corrugation ( Department of the Army
1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
37
37
Gambar 2.18 Tingkat High Kerusakan Corrugation ( Department of the Army
1982)
6. Amblas (Depression)
Amblas adalah penurunan pada daerah perkerasan dengan tinggi yang kecil,
atau rendah, itu terjadi pada sekeliling perkerasan dan banyak contoh dapat dilihat
pada waktu setelah hujan sehingga akan tercapai kolam air. Penurunan juga dapat
disebabkan lapisan dasar pondasi atau kesalhan konstruksi.
Penurunan jua bisa disebabkan perencanaan dan pembangunan –
pembangunan yang salah. Amblas tidak seperti penurunan dikeseluruhan badan
jalan pada suau evaluasi.
Perbaikan pada amblas dapat dilakukan dengan cara antara lain :
1. Untuk amblas dengan kedalaman ≤ 5 cm, bagian yang rendah diisi
dengan bahan sesuai seperti lapen, lataston, laston.
2. Untuk amblas dengan kedalaman ≥ 5 cm, bagian yang amblas
dibongkar dan dilapis kembali dengan lapisan yang sesuai.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
38
38
Level :
Tabel 2.7 Tingkat Kerusakan Depression
Tingkat Kerusakan Keterangan
L kedalaman 0,5 – 1 inch (13-25 mm)
M kedalaman 1 – 2 inch (25 – 50 mm)
H kedalaman > 2 inch (>50 mm)
(sumber : Department of the Army 1982)
Gambar 2.19 Tingkat Low Kerusakan Depression ( Department of the Army
1982)
Gambar 2.20 Tingkat medium Kerusakan Depression ( Department of the Army
1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
39
39
Gambar 2.21 Tingkat High Kerusakan Depression ( Department of the Army
1982)
7. Retak samping jalan (Edge Cracking)
Retak pinggir adalah retak yang sejajar dengan jalur lalulintas dan uga
biasanya berukuran 1 – 2 kaki (0,3 – 0,6m) dai pinggir perkerasan. Ini biasanya
disebabakan oleh beban lalulintas atau cuaca yang memperlemah pondasi atas
maupun pondasi bawah yang dekat dengan pinggir perkerasan atau jugaa bisa
disebabkan oleh tidak baiknya sokongan dari arah samping, drainase yang kurang
baik, terjadi penyusutan tanah, atau terjadi settlement di bawah daerah tersebut.
Akar tanaman juga bisa menjadi salah satu penyebab retak pingiran. Diantara
area retak pinggir perkerasan juga disebabkan oleh tingkat kualitas tanah yang
lunak dan kadang – kadang pondasi yang bergeser.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
40
40
Level :
Tabel 2.8 Tingkat Kerusakan Edge Cracking
Tingkat Kerusakan Keterangan
L Retakan tanpa pengelupasan
M Retakan dengan pengelupasan
H
Retakan dengan pengelupasan yang jelas di
sekitar tepi jalan
(sumber : Department of the Army 1982)
Gambar 2.22 Tingkat Low Kerusakan Edge cracking ( Department of the Army
1982)
Gambar 2.23 Tingkat Medium Kerusakan Edge cracking ( Department of the
Army 1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
41
41
Gambar 2.24 Tingkat High Kerusakan Edge cracking ( Department of the Army
1982)
8. Retak sambung (Joint Reflec Cracking)
Kerusakan ini bsa disebabkan oleh aspal pada lapisan perkerasan yang
umurnya sudah melebihi umur rencana atau bisa disebabkan juga oleh kondisi
drainase dibawah bahu jalan lebih buruk daripada dibawah perkerasan, terjadi
settlement dibawah bahu jalan, penyusutan material bahu jalan, atau akibat
lintasan truk/kendaraan berat di bahu jalan.
Level :
Tabel 2.9 Tingkat Kerusakan Joint Reflec Cracking
Tingkat Kerusakan Keterangan
L Retak dengan lebar 10 mm.
M Retak dengan lebar 10 mm – 76 mm.
H Retak dengan lebar > 76 mm.
(sumber : Department of the Army 1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
42
42
Gambar 2.25 Tingkat Low Kerusakan Joint reflection cracking
( Department of the Army 1982)
Gambar 2.26 Tingkat Medium Kerusakan Joint reflection cracking
( Department of the Army 1982)
Gambar 2.27 Tingkat High Kerusakan Joint reflection cracking
( Department of the Army 1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
43
43
9. Pinggiran jalan turun vertikal (Lane/Shoulder dropp off)
Jalur atau pinggir jalan yang turun vertikal adalah tidak sama pada elevasi
diantara perkerasan pinggir dan bahu jalan. Kerusakan ini disebabkan oleh bahu
yang terkena erosi, terkena beban bangunan yang ada dipinggir jalan atau bekas
jalur atau bekas jalur roda yang keluar dari pinggiran lapisan perkerasan, sehingga
ada beban roda pada bahu dan membuat bahu akan turun.
Level :
Tabel 2.10 Tingkat Kerusakan Lane/Shoulder dropp off
Tingkat Kerusakan Keterangan
L Turun sampai 1 – 2 inch (25 – 50 mm)
M Turun sampai 2 – 4 inch (50 – 102 mm)
H Turun sampai > 4 inch ( >102 mm)
(sumber : Department of the Army 1982)
Gambar 2.28 Tingkat Low Kerusakan Lane/ shoulder drop off
( Department of the Army 1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
44
44
Gambar 2.29 Tingkat Medium Kerusakan Lane/ shoulder drop off
( Department of the Army 1982)
Gambar 2.30 Tingkat High Kerusakan Lane/ shoulder drop off
( Department of the Army 1982)
10. Retak memanjang (Longitudinal/Trasverse Craking)
Retak memanjang adalah retak yang sejajar denga perkerasan (garis tengah
perkerasan) dan biasa disebabkan oleh :
a. Kurang baiknya konstruksi perkerasan pada jalur sambungan.
b. Kerutan pada lapis AC, lapisan yang seharusnya pada temperatur
rendah atau aspal yang akan stabil pada temperatur/cuaca yang panas.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
45
45
c. Retak yang disebabkan oleh retakan dibawah permukaan lapisan
permukaan .
Retak melintang sepanjang jarak lalulinas perkerasan kira – kira tegak lurus
dengan garis tengah pada perkerasan. Tipe retakan ini biasanya tidak disebabkan
oleh beban laulintas.
Level :
Tabel 2.11 Tingkat Kerusakan Longitudinal/Trasverse Craking
Tingkat Kerusakan Keterangan
L Lebar retak <3/8 inch (10 mm)
M Lebar retak 3/8 inch – 3 inch (10mm – 76 mm)
H Lebar retak >3 inch (76 mm)
(sumber : Department of the Army 1982)
Gambar 2.31 Tingkat Low Kerusakan Longitudinal and transverse cracking (
Department of the Army 1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
46
46
Gambar 2.32 Tingkat Medium Kerusakan Longitudinal and transverse cracking (
Department of the Army 1982)
Gambar 2.33 Tingkat High Kerusakan Longitudinal and transverse cracking (
Department of the Army 1982)
11. Tambalan (Patching end Utiliti cut Patching)
Tambalan adalah suatu bidang pada perkerasan dengan tujuan untuk
mengembalikan perkerasan yang rusak dengan material yang baru dan lebih bagus
untuk perbaikan dari perkerasan sebelumnya. Tambalan dilaksanakan pada
seluruh atau beberapa keadaan yang rusak pada badan jalan tersebut.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
47
47
Level :
Tabel 2.12 Tingkat Kerusakan Patching end Utiliti cut Patching
Tingkat Kerusakan Keterangan
L
Tambalan baik, sama dengan tingkatan
kerusakan low pada Bums and sag, and
corrugation
M
Tambalan kurang baik, sama dengan tingkat
kerusakan medium Bums and sag, and
corrugation
H
Tambalan tidak baik, sama dengan tingkat
kerusakan high pada Bums and sag, and
corrugation
(sumber : Department of the Army 1982)
Gambar 2.34 Tingkat Low Kerusakan Patching and utility cut patching
( Department of the Army 1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
48
48
Gambar 2.35 Tingkat Medium Kerusakan Patching and utility cut patching (
Department of the Army 1982)
Gambar 2.36 Tingkat High Kerusakan Patching and utility cut patching
( Department of the Army 1982)
12. Pengausan Agregat (Polises Agregat)
Kerusakn ini disebabkan oleh penerapan lalulintas yang berulang- ulang
dimana agregat pada perkerasan menjadi licin dan perekatan dengan permukaan
roda pada tekstur perkerasan yang mendistribusikannya tidak sempurna.
Pada pengurangan kecepatan roda atau gaya pengereman, jumlah pelepasan
butiran dimana pemeriksaan masih menyatakan agregat itu dapat dipertahankan
kekuatan dibawah aspal, permukaan agregat yang licin.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
49
49
Kerusakan ini dapat diindikasikan dimana pada nomor skid resistance test adalah
rendah.
Gambar 2.37 Kerusakan Polished aggregrate ( Department of the Army 1982)
13. Lubang (Photole)
Lubang biasanya kurang dari 3 kaki (0,9 m) pada diameter mangkuk tajam.
Penurunan pada lapisan perkerasan pada umumnya dapat bersudut tajam pada sisi
yang yang mendekati atas lubang. Pada perkembangannya adalah mempercepat
terjadinya kerusakan pada keadaan lembab yang berkumpul diatas lubang.
Hal ini disebabkan dimana lalulintas tergelincir dibagian kecil pada lapisan
pekerasan ini melanjutkan dari pengausan agregat karena pencampuran lapisan
aspal yang jelek dan lemah. Pada lapis pondasi atas, pondasi bawah maupun tanah
dasar atau pada daerah dimana pada kondisi yang meneruskan retak kulit buaya
yang ratingnya tinggi. Lubang sering disebabkan oleh penurunan struktur atau
perubahan cuaca yang melemahkan struktur tersebut.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
50
50
Level :
Tabel 2.13 Tingkat Kerusakan Photole
Kedalaman
maksimal lubang
(inchi)
Diameter lubang rata- rata(inchi)
4-8 8-18 >18
½ - 1 Low Low Medium
1 – 2 Low Medium High
>2 Medium Medium High
(sumber : department of the army 1982)
Gambar 2.38 Tingkat Low Kerusakan Potholes ( Department of the Army 1982)
Gambar 2.39 Tingkat Medium Kerusakan Potholes ( Department of the Army
1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
51
51
Gambar 2.40 Tingkat High Kerusakan Potholes ( Department of the Army 1982)
14. Rusak Perpotongan rel (Railroad Crossing)
Jalan rel atau persilangan rel dan jalan raya, kerusakan pada perpotongan rel
adalah penurunan atau benjol sekeliling atau diantara rel yang disebabkan oleh
perbedaan karakteristik bahan. Tidak bisanya menyatu antara rel dengan lapisan
perkerasan dan juga bisa disebabkan oleh lalulintas yang melintasi antara rel dan
perkerasan.
Level :
Tabel 2.15 Tingkat Kerusakan Railroad Crossing
Tingkat Kerusakan Keterangan
L
Kendaraan terasa bergetar, tetapi tidak perlu
mengurangi kecepatan yang diinginkan
M
Kendaraan terasa bergetar, perlu mengurangi
kecepatan yang diinginkan untuk menjamin
keselamatan
H
Kendaraan terasa sangat bergetar, dan perlu
sekali mengurangi kecepatan yang diinginkan
untuk menjamin keselamatan
(sumber : Department of the Army 1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
52
52
Gambar 2.41 Tingkat Low Kerusakan Railroad Crossing ( Department of the
Army 1982)
Gambar 2.42 Tingkat Medium Kerusakan Railroad Crossing ( Department of the
Army 1982)
Gambar 2.43 Tingkat High Kerusakan Railroad Crossing ( Department of the
Army 1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
53
53
15. Alur (Rutting)
Depresi permukaan perkerasan pada jejak roda, terjadi jembulan sepanjang
sisi yang beralur tersebut, alur akan tampak setelah turun hujan dan terisi air, ada
dua jenis rutting yaitu rutting campuran dan rutting subgrade. Rutting campuran
terjadi bila subgrade belum rutting, tetapi terjadi depresi permukaan pada jejak
roda sebagi akibat maslah pemadatan/ disain campuran. Subgrade rutting terjadi
bila menunjukan subgrade depresi akibat beban, dalam hal ini perkerasan settle
pada subgrade yang diikuti oleh depresi permukaan pada jejak roda.
Alur yang terisi air akan menyebabkan vechile hydroplaning, dapat berbahaya
karena akan menarik kendaraan tetap berada pada jalur alur. Penyebabnya yaitu
deformasi permanen pada suatu lapisan perkerasan atau subgrade biasanya
disebabkan konsolidasi atau pergerakan lateral material akibat beban lalulintas.
Level :
Tabel 2.16 Tingkat Kerusakan Rutting
Tingkat Kerusakan Keterangan
L Kedalaman alur rerata ¼-½ inci
M Kedalaman alur rerata ½ -1 inci
H Kedalaman alur rerata > 1 inci
(sumber : department of the army 1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
54
54
Gambar 2.44 Tingkat Low Kerusakan Rutting (Shahin1982)
Gambar 2.45 Tingkat Medium Kerusakan Rutting ( Department of the Army 1982)
Gambar 2.46 Tingkat High Kerusakan Rutting ( Department of the Army 1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
55
55
16. Sungkur (shoving)
Sungkur adalah perpindahan lapisan perkerasan pada bagian tertentu yang
disebabkan oleh beban lalulintas. Beban lalulintas akan mendorong berlawanan
dengan perkerasan dan akan menghasilkan ombak pada lapisan perkerasan.
Kerusakn ini biasanya disebabkan oleh aspal yang tidak stabil dan terangkat
ketika menerima beban dari kendaraan.
Level :
Tabel 2.17 Tingkat Kerusakan shoving
Tingkat Kerusakan Keterangan
L Kendaraan terasa bergetar, tetapi tidak
perlu mengurangi kecepatan yang diinginkan
M
Kendaraan terasa bergetar, perlu mengurangi
kecepatan yang diinginkan untuk menjamin
keselamatan
H
Kendaraan terasa sangat bergetar, dan perlu
sekali mengurangi kecepatan yang
diinginkan untuk menjamin keselamatan
(sumber : Department of the Army 1982)
Gambar 2.47 Tingkat Low Kerusakan Shoving ( Department of the Army 1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
56
56
Gambar 2.48 Tingkat Medium Kerusakan Shoving ( Department of the Army
1982)
Gambar 2.49 Tingkat High Kerusakan Shoving ( Department of the Army 1982)
17. Patah slip (Slippage Cracking)
Patah slip adalah retak seperti bulan sabit atau setengah bulan yang
disebabkan lapisan perkerasan terdorong atau meluncur merusak bentuk lapisan
perkerasan. Kerusakan ini biasanya disebabkan oleh kekuatan dan percampuran
lapisan perkerasan yang rendah dan jelek.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
57
57
Level :
Tabel 2.18 Tingkat Kerusakan Slippage Cracking
Tingkat Kerusakan Keterangan
L Lebar retak < 3/8 inch (10 mm)
M Lebar retak 3/8 – 1,5 inch (10 – 38 mm)
H Lebar retak > 1,5 inch (> 38 mm)
(sumber : Department of the Army 1982)
Gambar 2.50 Tingkat Low Kerusakan Slippage cracking ( Department of the
Army 1982)
Gambar 2.51 Tingkat Medium Kerusakan Slippage cracking
( Department of the Army 1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
58
58
Gambar 2.52 Tingkat High Kerusakan Slippage cracking ( Department of the
Army 1982)
18. Mengembang jembul (swell)
Mengembang jembul mempunyai ciri menonjol keluar seoanjang lapisan
perkerasan yang berangsur – angsur mengombak kira – kira panjangnya 10 kaki.
Mengembang jembul dapat disertai dengan retak lapisan perkerasan dan biasanya
disebabkan oleh perubahan cuaca atau tanah yang menjembul keatas.
Level :
Tabel 2.19 Tingkat Kerusakan swell
Tingkat Kerusakan Keterangan
L
Perkerasan mengembang yang tidak selalu
dapat terlihat oleh mata.
M
Perkerasan mengembang dan adanya
gelombang yang kecil.
H
Perkerasan mengembang dengan adanya
gelombang yang besar.
(sumber : Department of the Army 1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
59
59
Gambar 2.53 Kerusakan Swell ( Department of the Army 1982)
19. Pelepasan Butir (Weathering/Raveling)
Pelepasan butiran disebabkan oleh lapisan perkerasan yang kehilangan aspal
atau tar pengikatnya dan tercabut partikel – partikel agregat. Kerusakn ini
menunjukan salah satu pada aspal pengikat tidak kuat untuk menahan gaya
dorong roda kendaraan atau presentasi kulaitas campuran jelek. Hal ini dapat
disebabkan oleh tipe lalulintas tertentu, melemahnya sapal pengikat lapisan
perkerasan dan tercabutnya agregat yang sudah lemah karena terkena tumpahan
minyak bahan bakar.
Level :
Tabel 2.20 Tingkat Kerusakan Weathering/Raveling
Tingkat
Kerusakan
Keterangan
L Pelepasan butiran yang ditandai lapisan kelihatan
agregat.
M Pelepasan agregat dengan butiran – butiran yang
lepas.
H
Pelepasan butiran dengan ditandai dengan agregat
lepas dengan membentuk lubang - lubang kecil.
(sumber : Department of the Army 1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
60
60
Gambar 2.54 Tingkat Low Kerusakan Weathering and Raveling
( Department of the Army 1982)
Gambar 2.55 Tingkat Medium Kerusakan Weathering and Raveling
( Department of the Army 1982)
Gambar 2.56 Tingkat High Kerusakan Weathering and Raveling
( Department of the Army 1982)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
61
61
2.8 Faktor Penyebab Kerusakan
Menurut Silvia Sukirman (1999) kerusakan – kerusakan pada konstruksi
perkerasan jalan dapat disebabkan oleh :
1. Lalulintas, dapat beruapa peningkatan dan repetisi beban.
2. Air, yang dapat berupa air hujan, sistem drainase yang tidak baik, naiknya
air akibat kapilaritas.
3. Material konstruksi perkerasan, dalam hal ini disebabkan oleh sifat
material itu sendiri atau dapat pula dsebabkan uleh sistem pengelolaan
yang kurang baik.
4. Iklim. Indonesia beriklim tropis dimana suhu udara dan curah hujan
umumnya tinggi, yang merupakan salah satu penyebab kerusakn jalan.
5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil, kemungkinan disebabkan oleh
sistem pelkasnaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat
tanah dasar yang tidak baik.
6. Proses pemadatan lapisan diatas tanah yang kurang baik.
Umumnya kerusakan – kerusakan yang timbul itu idak disebabkan oleh satu
faktor saja, tetapi bisa saj merupakan gabungan penyebab yang saling terkait,
sebagai contoh yaitu retak pinggir, pada awalnya diakibatkan oleh tidak baiknya
sokongan dari samping. Dengan terjadinya retak pinggir, memungkinkan air
meresap masuk kelapisan bawahnya yang melemahkan ikatan antara aspal dan
agregat, hal ini dapat menimbulkan lubang – lubang disamping daya dukung
lapisan bawahnya ( Silvia Sukirman 1999).
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
62
62
2.9 Penanganan Kerusakan Jalan
Kondisi perkerasan yang telah mengalami kerusakan sebaiknya segera
dilakukan perbaikan. Metode perbaikan yang digunakan harus disesuaikan dengan
jenis kerusakannya sehingga diharapkan dapat meningkatkan kondisi perkerasan
jalan tersebut. Berikut ini penanganan kerusakan untuk setiap jenis kerusakan
menurut Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Petunjuk
Praktis Pemeliharaan Rutin Jalan Upr. 02.1 Tentang Pemeliharaan Rutin
Perkerasan Jalan :
1. Penutupan Retak (crack sealing)
Penutupan retak adalah proses pembersian dan penutupan atau penutupan
ulang retakan dalam perkerasan aspal, yang dimaksud untuk memperbaiki
kerusakan dengan penutupan retakan yang meliputi : retak memanjang, retak
melintang, retak diagonal, retak reflektif, retak sambungan pelaksanaan,
pelebaran retak reflektif, retak pinggir. Menurut Asphalt Institute MS-16
mengenai penutupan retak, cara yang disarankan adalah :
a) Retak rambut (hairline crack) : retak yang lebar celahnya kurang dari 6
mm dan terlalu kecil untuk diisi secara efektif. Oleh karena itu,
biasanya dibiarkan saja kecuali kalau sudah meluas. Jika retak rambut
dalam area perkerasan banyak, maka perawatan permukaan penutup
larutan (slury seal) atau penutup keping (chip seal) dapat digunakan.
b) Retak kecil (small crack) : retak yang lebar celahnya antara 6-20 mm dan
biasanya perbaikan dibuat kira-kira 3 mm lebih besar dari lebar rata-
rata retakan, dan kemudian dibersikan dan ditutup dengan penutup
larutan (slury seal). Jika kedalaman retakan lebih besar dari 20 mm,
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
63
63
material penyangga (backer rod) dapat dipasang untuk mengawetkan
penutup.
c) Retak sedang (medium crack) : retak yang lebar celahnya antara 20-25mm,
biasanya hanya membutuhkan pembersian dan penutupan dengan penutup
larutan (slury seal). Jika kedalaman retakan lebih besar dari 20 mm,
material penyangga (backer rod) dapat dipasang untuk mengawetkan
penutup.
d) Retak besar (large crack) : retak yang lebar celahnya lebih besar dari 25
mm. Perbaikan dilakukan dengan larutan aspal emulsi atau campuran
aspal panas (HMA) bergradasi halus.
Adapun prosedur penutupan retak adalah sebagai berikut :
a. Retakan dibersihkan dengan menggunakan salah satu alat, seperti :
alat semprot bertekanan tinggi, ledakan pasir (sond blasting), sikat
kawat, ledakan udara panas (hot airblasting) atau air bertekanan
tinggi.
b. Sesudah pembongkaran bahan penutup lama pada retakan, dan atau
pembersihan retakan, lalu diukur kedalamanya. Jika kedalamannya
lebih dari 20 mm, dibutuhkan material penyangga (backer road) untuk
menutup. Material penyangga harus tidak mudah mampat, tidak susut,
tidak menyerap dengan titik leleh lebih besar dari titik leleh bahan
penutup.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
64
64
c. Segera sesudah penutupan, periksa retakan untuk menyakinkan
kebersihannya, kering dan material penyangga telah terpasang dengan
baik.
d. Penutupan harus dilakukan dari bawah ke atas retakan untuk
mencegah udara terperangkap, supaya tidak terbentuk bagian yang
lemah pada penutup. Untuk mencegah adanya tanda bekas jejak roda,
penutup harus dipasang 2-6 mm di bawah puncak dari permukaan
retakan.
2. Perawatan Permukaan (Surface Treatment)
Perawatan permukaan adalah istilah yang mencakup beberapa tipe penutup
aspal dan ter batu bara (coal tar) atau gabungan agregate aspal. Perawatan
permukaan tebalnya umumnya tidak lebih dari 25 mm, dan dapat diletakan pada
sembarang permukaan perkerasan.
Aspal untuk perawatan permukaan terdiri dari lapis tipis beton aspal
yang terbentuk dari penerapan emulsi aspal, cut back atau pengikat aspal
ditambah dengan agregate untuk melindungi atau memulihkan kondisi
permukaan yang telah ada. Tipe dan nama perawatan permukaan termasuk
diantaranya adalah :
penutup pasir (sand seal), penutup keping (chip seal) atau kadang-
kadangdisebut lapis penutup (seal coat). Menurut Iavin 2003, perawatan
permukaan dapat dibagi kedalam sub kelompok : penutup
perkerasan(pavement sealer), keping penutup (chip seal) dan penutup larutan
(slurryseal). Beda dari ketiganya adalah pavement sealer tidak mengandung
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
65
65
agregate sedangkan chip seal dan slurry seal berisi agregate dengan porsi yang
signifikan.
a. Penutup Perkerasan (pavement sealer) Penutup perkerasan dapat
digunakan untuk pemeliharaan yang sifatnya pencegahan atau perbaikan,
seperti :
1) Fog seal : lapis penutup yang berupa fog seal adalah aspal emulsi
tipis dengan tipe ikatan lambat yang biasanya tanpa agregate
penutup dan cocok digunakan untuk memperbaharui permukaan
aspal yangtelah menjadi kering dan menjadi getas oleh
umur,mengisi retak kecil dan rongga permukaan serta melapisi
permukaan partikel aggregate agar tidak terjadi lepasnya butiran
(raveling).
2) Penutup aspal (asphalt sealers) dan ter batu bara (coal tar) :
penutup aspal (asphalt sealers) atau lapis penutup (seal coat)
terdiri dari material dasar seperti hasil penyulingan ter batu baru
(coal tar) atau semen aspal dan air. Lapisan ini tidak menambah
kekuatan struktur perkerasan dan umumnya digunakan untuk
menutup retak rambut, mengikat bersama-sama permukaan yang
mengalami butiran lepas (raveling) ringan serta membuat
oksidasidan memperlambat penetrasi air.
b. Keping Penutup (chip seal) Keping Penutup (chip seal) adalah
perawatan aspal yang disemprotkan pada lapis pengikat aspal, emulsi
atau cut back yang diikuti oleh penyebaran agregate diatasnya. Istilah
cheap menunjukan sifat ukuran tunggal dari agregate, yang umumnya
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
66
66
berupa agregate batu pecah. Chip seal ini cocok digunakan pada jalan
raya dengan volume rendah untuk penanganan kerusakan pada area
luas dengan keretakan kecil yang rapat (alligator cracking), pelapukan
(weathering) atau butiran lepas (raveling), agregate licin (polished
aggregate), dan retak block (block cracking).
c. Penutup Larutan (slurry seal) Penutup larutan (slurry seal) adalah
perawatan yang dapat digunakan untuk pemeliharaan yang sifatnya
pencegahan atau perbaikan. Penutup larutan adalah suatu campuran yang
terdiri dari aspal emulsi ikatan lambat, agregate halus, mineral pengisi
dan air. Dalam kasus khusus, dalam larutannya ditambahkan material
tambah (additive) untuk memodifikasi karakteristik lamanya waktu
perawatan. Material ini biasanya dikombinasikan dalam mesin spesial
yang dirancang untuk pencampuran dan peletakan penutup larutan.
Penghamparan larutan dilakukan satu tahap, dengan ketebalan antara 3
-10 mm. Karena tipisnya, ukuran maksimum agregate umumnya tidak
lebih dari 9-10 mm dan dapat sekecil 4,75 atau 5 mm. Penutup
larutan berfungsi untuk menutup retakan, menghentikan pelepasan
butiran, dan memperbaiki kesesatan permukaan.
3. Penambalan (patching)
Penambalan diseluruh kedalaman cocok untuk perbaikan permanen,
sedangkan perbaikan sementara cukup ditambal dikulit permukaan perkerasan
saja. Penambalan cocok untuk memperbaiki
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
67
67
kerusakan Alligator cracking, pothole, patching, corrungation, shoving,
depression, slippage cracking, dan rutting.
a. Penambalan permukaan
Penambalan permukaan umumnya hanya bersifat sementara untuk
memperbaiki kerusakan, shoving, corrugation, depression, weathering and
raveling dan alligator cracking. Penambalan permukaan dapat dilakukan
dengan tanpa melakukan penggalian untuk menyamakan permukaan yang telah
ada, atau dapat dilakukan dengan cara mengupas sebagian atau seluruh campuran
perkerasan aspal yang telah ada untuk memperbaiki kerusakan. Penambalan
permukaan dilakukan sebagai berikut :
1. Tandai area yang akan diperbaiki. Jika yang akan diperbaiki berupa
kerusakan depression atau ruting, perbaikan harus dikerjakan
sedemikian rupa sehingga elevasi area perbaikan sama dengan perkerasan
sekitarnya.
2. Jika penambalan dilakukan dengan cara membongkar perkerasan, upas
sampai kedalaman yang cukup untuk membongkar material yang rusak.
3. Sesudah membongkar perkerasan, bersihkan area ini dengan semprotan
bertekanan udara tingggi, dan selanjutnya setelah kering, gunkakan
tack coat pada bagian pinggir dan dasar dari area tambalan.
4. Setelah tack coat dilakukan, segera letakan aspal panas dalam area
yang dibongkar atau keseluruhan area yang ditambal.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
68
68
5. Untuk penambalan tanpa pengupasan perkerasan yang telah ada
sebaiknya menggunakan campuran aspal dan pasir halus.
6. Padatkan aspal dengan alat pemadat yang disesuaikan dengan ukuran
tambalan. Hal penting yang harus diperhatikan tambalan harus
diratakan sesuai dengan permukaan perkerasan disekitarnya.
b. Penambalan Diseluruh Kedalaman
Penambalan diseluruh kedalaman dilakukan denga cara membongkar seluruh
material yang berada di area yang mengalami kerusakan dan digantikan dengan
campuran aspal yang masih segar. Perbaikan ini bertujuan untuk memperbaiki
kerusakan struktural dan material yang terkait dengan kerusakan ruting, alligator
cracking, dan corrugation. Penambalan dilakukan sebagai berikut :
1. Area tambalan sebaiknya dilebihkan sekitar 15-30 cm diluar area yang
rusak. Perkerasan digali sesuai kebutuhan termasuk lapis pondasi
granuler dan tanah dasar untuk memperoleh dukungan yang kuat.
Untuk kerusakan seperti retak akibat penggelinciran (slippage
cracking) perbaikan hanya dilakukan pada lapis aspal yang rusak
sedangkan untuk kerusakan alligator cracking perlu pembongkaran
material pondasi granuler atau tanah dasar yang lemah.
2. Setelah penggalian, singkirkan material dan area yang digali dan retakan
serta padatkan pondasi granuler atau tanah dasar agar menciptakan
pondasi yang kuat.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
69
69
3. Hamparkan tack coat untuk tepi vertikal galian dan prime coat atau
tack coat untuk dasar galian.
4. Urug galian dengan campuran aspal dan tuangkan campuran lebih dahulu
pada tepi galian. Hamparkan campuran dengan hati-hati untuk
menghindari pemisahan campuran. Material untuk menambal harus
cukup, supaya setelah dipadatkan tidak menghasilkan cekungan atau
cembungan pada tambalan. Campuran aspal panas harus diletakan
perlapis, untuk menambahkan tahanan panas dan kepadatan yang cukup.
5. Padatkan tiap lapis tambalan dengan baik dan setalah pemadatan,
permukaan tambalan harus pada elevasi yang sama dengan
perkerasan.
Urutan prioritas penanganan kerusakan jalan dilaksanakan berdasarkan
nilai PCI, dimana pada unit penelitian yang memiliki nilai PCI terkecil
memperoleh prioritas penanganan terlebih dahulu.
2.10 Pavement Condition Index (PCI)
Pentingnya perencanaan sistem managemen adalah kemampuan dalam
menentukan pekerjaan dan penilaian dari kondisi perkerasan yang ada dengan
tujuan untuk mengidentifikasi keadaan dari lapisan perkerasan jalan. Kondisi
perkerasan sangat bervariasi, dalan satu ruas jalan bisa terdapat beberapa macam
keadaan sesuai dengan jenis dan tingkat kerusakan.
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
70
70
Oleh karena itu Pavement Condition Index (PCI) suatu jalan haruslah
ditentukan. Pavement Condition Index(PCI) adalah perkiraan kondisi jalan
dengan sistem rating untuk menyatakan kondisi perkerasan yang sesungguhnya
dengan data yang dapat dipercaya dan obyektif.
Metode PCI dikembangkan di Amerika oleh U.S Army Corp of Engineers untuk
perkerasan bandara, jalan raya dan area parkir, karena dengan metode ini
diperoleh data dan perkiraan kondisi yang akurat sesuai dengan kondisidi
lapangan. Tingkat PCI dituliskan dalam tingkat 0 – 100. Menurut Shahin (1994)
kondisi perkerasan jalan dibagi dalam beberapa tingkat sperti berikut :
Tabel 2.21 Nilai Rating PCI
No Kondisi Nilai PCI
1 Sempurna (Exellent) 85 % - 100 %
2 Sangat Baik (very ggod) 70% - 85%
3 Baik (Good) 55% - 70%
4 Cukup (Fair) 40 % - 55%
5 Jelek (Poor) 25%- 40%
6 Sangat Jelek (Very Poor) 10% - 25 %
7 Gagal (Failed) 0-10 %
(sumber : Department of the Army 1982)
Kondisi perkerasan seperti ini tersebut diatas digunakan untuk semua jenis
kerusakan. Dalam penelitian ini erusakan jalan dapat dibagi menjadi 19 macam
kerusakan dan dalam setiap macam kerusakan dibagi lagi menjadi 3 tingkat
kerusakan, yaitu :
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
71
71
L = Rusak ringan
M = Rusak sedang
H = Rusak parah
Sehingga macam kerusakannya adalah sebagai berikut :
1. Retak kulit buaya (Aligator Cracking)
2. Kegemukan (Bleeding)
3. Retak kotak – kotak (Block Cracking)
4. Cekungan (Bumb and sags)
5. Keriting (Corrugation)
6. Amblas (Depression)
7. Retak samping jalan (Edge Cracking)
8. Retak sambung (Joint Reflec Cracking)
9. Pinggiran jalan turun vertikal (Lane/Shoulder dropp off)
10. Retak memanjang (Longitudinal/Trasverse Craking)
11. Tambalan (Patching end Utiliti cut Patching)
12. Pengausan Agregat (Polises Agregat)
13. Lubang (Photole)
14. Rusak Perpotongan rel (Railroad Crossing)
15. Alur (Rutting)
16. Sungkur (shoving)
17. Patah slip (Slippage Cracking)
18. Mengembang jembul (swell)
19. Pelepasan Butir (Weathering/Raveling)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
72
72
2.11 Penentuan Sampel Unit
Panjang luas jalan yang akan di survey dibagi menjadi beberapa segmen (N).
Selanjutnya panjang ruas jalan yang akan disurvey diplotkan pada grafik sampel
unit, dan diperoleh jumlah sampel unit minimum (n).
Setelah jumlah sampel unit didapatkan, kemudian langkah selanjutnya adalah
membagi jumlah segmen dengan jumlah sampel unit untuk menentkan interfal
sampel unit.
Interfal Sampel Unit = N/n.............(1)
Gambar 2.57 Grafik Sampel Unit
2.12 Rumus Menentukan Pavement Condition Index (PCI)
Setelah selesai melakukan survey, data yang diperoleh kemudian dihitung dan
presentase kerusaknya sesuai dengan tingkat dan jenis kerusaknnya. Langkah
berikutnya adalah menghitung nilai PCI untuk tiap – tiap sampel unit dari ruas –
ruas jalan, berikut ini akan disajikan cara penentuan nilai PCI :
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
73
73
1. Mencari Presentase Kerusakan (Density)
Density adalah presentase luas kerusakan terhadap luas sampel unit yang
ditinjau, density diperoleh dengan car membagi luas kerusakan dengan luas
sampel unit. Menghitung density yang merupakan persentase luasan kerusakan
terhadap luasan unit penelitian,
Density =
.............................(1)
atau
Density =
.............................(2)
dengan
Ad = luas total jenis kerusakan untuk tiap tingkatan kerusakan (m²)
Ld = panjang total jenis kerusakan untuk tiap tingkat kerusakan (m)
As = luas total unit segmen (m²)
2. Menentukan Deduct Value
Setelah nilai density diperoleh, kemudian masing – masing jenis kerusakan
diplotkan ke grafik sesuai dengan tingkat kerusakannya untuk mencari nilai
deduct value.
3. Mencari Nilai q
Syarat untuk mencari nilai q adalah nilai deduct value lebih besar dari 2
dengan menggunakan interasi. Nilai deduct value diurutkan dari yang besar
sampai yang kecil. Sebelumnya dilakukan pengecekan nilai deduct value dengan
rumus :
Mi = 1 + (9/98) * ( 100 – HDVi )....(3)
Mi = Nilai koreksi untuk deduct value
HDVi = nilai terbesar deduct value dalam satu sampel unit
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
74
74
Jika nilai deduct value lebih besar dari nilai Mi maka dilakukan pengurangan
terhadap nilai deduct value dengan nilai Mi tapi jika nilai deduct value lebih kecil
dari nilai Mi maka tidak dilakukan penguruangan terhadap nilai deduct value
tersebut.
4. Mencari Nilai CDV
Nilai CDV dapat dicari setelah nilai q diketahui dengan cara menjumlah nilai
deduct value selanjutnya mengeplotkan jumlah deduct value tadi pada grafik CDV
sesuai dengan nilai q.
Gambar 2.58 Grafik CDV
5. Menentukan Nilai PCI
Setelah nilai CDV diketahui maka dapat ditentukan nilai PCI dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
PCI = 100 – CDV..........(4)
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
75
75
Setelah nilai PCI diketahui, selanjutna dapat ditentukan rating dari sampel
unit yang ditinjau dengan mngeplotkan grafik. Sedang untuk menghitung nilai
PCI secara keseluruhan dalam satu ruas jalan dapat dihitung dengan menggnakan
rumus sebagai berikut :
PCIS =
( )
PCIS = Nilai PCI dalam satu ruas jalan
PCIr = Nilai PCI rata- rata sampel unit dalam satu ruas jalan
PCIa = Nilai PCI rata – rata dalam sampel unit tambahan
N = Jumlah sampel unit yang disurvey
A = Jumlah sampel unit tambahan yang disurvey
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015