11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebosanan Kerja
1. Pengertian Kebosanan Kerja
Gray (2001) mendefinisikan kebosanan kerja sebagai kelelahan psikologis
atau reaksi psikologis, reaksi psikologis ini biasa muncul dari ketidaknyamanan
kerja dan tugas rutin karyawan. Selain itu, kebosanan adalah situasi dengan
stimulus yang rendah atau dengan kata lain karakteristik lingkungan yang
diterima oleh pekerja adalah monoton atau tidak bervariasi (Kroemer, 2005).
Sedangkan Nurmianto (1996) berpendapat bahwa rasa bosan merupakan
manifestasi dari reaksi adanya suasana monoton (kurang bervariasi), sering timbul
di dalam industri oleh karena sifat dan kondisi kerja yang berulang-ulang
(Repetitif Industrial Busnish).
Anoraga (1998) menjelaskan kebosanan kadang-kadang disebut sebagai
kelelahan mental. Hal ini merupakan ungkapan perasaan yang tidak enak secara
umum, suatu perasaan kurang menyenangkan, perasaan ressah dan capai yang
menguras seluruh minat dan tenaga. Wexley dan Yulk (dalam Riyadi dkk, 2002)
menyatakan bahwa kebosanan disebabkan oleh aktivitas yang sama sederhana dan
berulang-ulang setiap beberapa menit atau ratusan kali setiap hari. Sehingga untuk
mengurangi rasa bosan diperlukan variasi dalam pekerjaan, menciptakan suasana
kerja yang nyaman.
12
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kebosanan kerja
adalah kelelahan psikologis atau reaksi psikologis, perasaan kurang
menyenangkan yang biasa muncul dari ketidaknyamanan kerja dan tugas rutin
karyawan yang sering timbul di dalam industri oleh karena sifat dan kondisi kerja
yang berulang-ulang (Repetitif Industrial Busnish).
2. Aspek-aspek Kebosaanan Kerja
Menurut Gray (2001), aspek-aspek yang muncul dalam kebosanan kerja
adalah sebagai berikut:
a. Hilangnya minat dan semangat kerja. Karyawan menjadi tidak bergairah
dalam bekerja sehingga minat dan semangat kerja menjadi menurun.
b. Lamban dalam bekerja. Karyawan menjadi lamban dalam bekerja sehingga
akan berpengaruh terhadap tujuan dalam pekerjaannya dan pemanfaatan
waktu kurang efektif.
c. Cenderung bercakap-cakap saat bekerja. Karyawan sering kali berbicara saat
bekerja untuk mengurangi rasa kebosanan
d. Kesalahan. Kesalahan dapat menimbulkan kerusakan pada alat yang
digunakan dan mengakibatkan kecelakaan kerja.
Aspek-aspek kebosanan kerja menurut Pardede (2009) terdiri dari :
a. Hilangnya minat, yaitu suatu kondisi ketiadaan gairah atau semangat pada
karyawan dalam bekerja.
b. Menurunnya perhatian, yaitu perhatian karyawan atau pekerja dalam
menerima dan menjalankan instruksi tugasnya menurun
13
c. Melakukan kesalahan, dengan adanya penurunan perhatian, maka karyawan
akan cenderung melakukan kesalahan.
d. Bercakap-cakap, aspek lain yang muncul yaitu bercakap-cakap dengan rekan
kerja, hal ini dilakukan baik secara sadar maupun tidak sadar oleh karyawan
yang merasa bosan.
e. Sulit bekerja secara efektif, karena individu tidak sedang dalam keadaan
fokus dan merasa bosan sehingga pekerjaan menjadi tidak efektif.
Nitisemito (1996) mengemukakan bahwa aspek-aspek kebosanan kerja
meliputi:
a. Menurunnya semangat kerja. Karyawan yang kurang bersemangat
mengakibatkan kegiatan-kegiatan bekerja menjadi berkurang. Kebosanan
kerja juga akan menimbulkan kemalasan dalam melaksanakan tugas-tugas
sehingga menagkibatkan menurunnya produktivitas kerja.
b. Menurunnya perhatian. Seseorang yang merasa bosan, menyebabkan
perhatiannya terhadap pekerjaan dan konsentrasinya berkurang.
c. Banyaknya kesalahan. Perhatian yang berkurang pada akhirnya akan
mengakibatkan banyak kesalahan yang dilakukan oleh karyawan dalam
melakukan pekerjaan.
Berdasarkan penjelasan aspek-aspek dari beberapa tokoh diatas dapat
disimpulkan bahwa aspek-aspek kebosanan kerja yaitu : hilangnya minat
bekerja, menurunnya perhatian, cenderung melakukan kesalahan, bercakap-
cakap saat bekerja, lamban dalam bekerja dan sulit bekerja secara efektif.
Berdasarkan penjelasan dari beberpa ahli di atas, peneliti memilih aspek
14
kebosanan kerja dari Gray (2001) yaitu hilangnya minat, lamban dalam bekerja,
cenderung bercakap-cakap, dan kesalahan. Aspek-aspek kebosanan kerja
tersebut dipilih karena sesuai untuk diterapkan dalam penelitian yang akan
dilakukan oleh pneliti dan aspek-aspek dari peneliti lainnya ada dalam aspek-
aspek kebosanan kerja dari Gray.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebosanan Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebosanan kerja (Pardede, 2009),
antara lain sebagai berikut :
a. Tidak cocok dengan pekerjaannnya. Karyawan merasa tidak puas dengan
kemampuannya yang digunakan selama ini, ada keluhan bahwa mereka
tidak bisa menggunakan kemampuan yang dimiliki, sehingga
kemampuannya tersebut tidak dapat berkembang.
b. Pekerjaan tidak menarik atau tidak menantang. Karyawan menginginkan
adanya perubahan, karena sudah puluhan tahun bekerja sehingga sudah tidak
ada lagi tantangan dalam bekerja.
c. Tidak memiliki otonomi. Karyawan memiliki keterbatasan memilih atau
memutuskan dalam melakukan pekerjaan.Selain itu dalam bekerja mereka
diawasi oleh atasan.
d. Kemungkinan promosi yang kecil. Menurut karyawan, promosi jabatan
tidak baik setelah sekian lama bekerjan baru mendapatkan kenaikan jabatan.
Selain itu kriteria untuk mendapatkannya tidak jelas.
e. Lingkungan kerja yang tidak menyenangkan. Lingkungan yang bising,
kotor, berdebu dan panas.
15
f. Pekerjaan yang monoton. Karyawan merasa sudah terlalu lama bekerja
(sudah bertahun-tahun) dan karena pekerjaan yang monoton, hanya
mengerjakan pekerjaan sehari-hari, hingga merasa jenuh.
g. Kurangnya perhatian atas kesejahteraan karyawan. Sebagian karyawan
merasa diperlakukan dengan adil di tempat kerja, khususnya dalam hal
insentif.
h. Kurangnya umpan balik dan imbalan karyawan. Sebagian karyawan merasa
bahwa penilaian akan memberikan penghargaan tidak jelas dan tidak sesuai
dengan yang telah dilakukan. Selain itu, gaji bersih yang diberikan belum
sesuai.
i. Kurangnya motivasi dalam diri karyawan. Karyawan merasa bahwa
motivasi terasa sedikit berkurang dibandingkan dengan awal bekerja.
Papu (2002) menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan terjadi
kebosanan kerja diantaranya karena :
a. Pekerjaan tidak menarik atau tidak menantang. Jika stimulasi atau tantangan
baru tersebut tidak ada dan otak hanya mengulang apa yang telah dikuasai
maka tugas atau pekerjaan yang telah dikuasai tersebut menjadi tidak
menarik sehingga timbul kebosanan. Para pekerja yang setiap hari hanya
melakukan pekerjaan yang sama dan berulang-ulang serta berada dalam
lingkungan kerja yang relatif sama akan sangat mudah menjadi bosan
setelah menjalani pekerjaan tersebut dalam waktu tertentu. Selain itu
pekerjaan yang dianggap terlalu mudah atau tidak sesuai dengan tingkatan
16
pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang
juga akan cenderung mengalami kebosanan.
b. Tidak Memiliki Otonomi. Dalam bekerja hampir setiap individu
mendambakan untuk dapat bekerja dengan otonomi yang luas, memiliki
tanggung jawab, bisa fleksibel dalam mengerjakan tugas-tugas, dan terlibat
dalam pembuatan keputusan yang menyangkut dirinya. Jika hal-hal seperti
ini tidak didapat oleh pekerja selama melakukan aktivitas kerjanya maka
kemungkinan untuk menjadi bosan akan sangat terbuka.
c. Arti Bekerja. Untuk bisa tetap bertahan dan menyenangi pekerjaan,
seseorang harus mengetahui arti pekerjaan tersebut bagi kehidupannya atau
dengan kata lain harus bisa menjawab pertanyaan mengapa ia harus bekerja.
d. Tidak Melakukan Apa-apa. Dalam kehidupan ini banyak sekali individu
yang justru merasa bosan karena tidak lagi memiliki kesempatan untuk
melakukan tugas-tugas tertentu karena sudah dikerjakan oleh orang lain.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebosanan kerja adalah pekerjaan tidak menarik atau tidak
menantang, tidak memiliki otonomi, kemungkinan promosi jabatan kecil, kondisi
lingkungan tidak menyenangkan, pekerjaan monoton. Dalam hal ini peneliti
menggunakan teori berkaitan dengan faktor-faktor penyebab kebosanan kerja dari
Pardede (2009) yaitu tidak cocok dengan pekerjaannya, pekerjaan tidak menarik
atau tidak menantang, tidak memiliki otonomi, kemungkinan promosi yang kecil,
lingkungan kerja yang tidak menyenangkan, pekerjaan yang monoton, kurangnya
17
perhatian atas kesejahteraan karyawan, kurangnya umpan balik dan imbalan
karyawan, dan kurangnya motivasi dalam diri karyawan.
4. Cara Mengatasi Kebosanan Kerja akibat Pekerjaan yang Monoton
Menurut Papu (2002), cara mengatasi kebosanan kerja yang diakibatkan
oleh pekerjaan yang monoton dapat dilakukan dengan :
a. Rotasi pekerjaan, dilakukan untuk memberikan kesempatan pada
karyawan menambah kemampuan dan keahlian sehingga pekerjaan tidak
lagi terasa monoton.
b. Pembinaan dan pemeliharan semangat karyawan, hal ini dilakukan dengan
tujuan karyawan mendapatkan kembali semangat kerja dan lebih
berkomitmen terhadap perusahaan.
c. Pekerja diberi tanggung jawab untuk mengerjakan beberapa pekerjaan
yang berbeda dengan pekerjaan sebelumnya.
d. Job enlargement atau perluasan kerja, yaitu desain pekerjaan teknik di
mana jumlah tugas yang terkait dengan pekerjaan meningkat dan
pelatihan sesuai yang disediakan untuk menambahkan variasi.
e. Pemberian musik saat bekerja, pada pekerjaan yang monoton, musik dapat
mempunyai efek yang merangsang dan meningkatkan prestasi. Irama
musik yang terarah dapat juga mempengaruhi otak untuk kerja
bersemangat dan meningkatkan prestasi.
Dari beberapa cara di atas peneliti memilih mengurangi kebosanan kerja
akibat pekerjaan yang monoton dengan cara pemberian musik saat bekerja.
Sejalan dengan pendapat Anastasi (1989) bahwa salah satu cara untuk mengurangi
18
kebosanan kerja adalah dengan pemberian musik pengiring kerja di tempat kerja.
Didukung penelitian sebelumnya pada studi ilmu kesehatan kerja (Riyadi dkk
2002) dikatakan bahwa musik pengiring kerja dapat mengurangi kebosanan kerja
dan kelelahan kerja yang dialami tenaga kerja, musik pengiring kerja lebih efektif
menurunkan kebosanan kerja daripada kelelahan kerja. Selain itu pemberian
musik saat bekerja merupakan cara yang paling mudah diterapkan oleh
perusahaan. Dalam hal ini, musik yang digunakan yaitu smooth jazz.
B. Smooth Jazz
1. Pengertian Musik Jazz
Menurut Szwed (2013) Jazz adalah musik Afro-Amerika, berasal dari dan
untuk orang kulit hitam; musik improvisasi; musik yang dibentuk oleh feel ritmik
yang disebut swing; dan musik yang dipengaruhi blues. Musik ini banyak
menggunakan gitar, trombone, piano, terompet dan saxophone. Peranan irama
dan gerak tari yang sangat kuat dalam jazz, menjadikan jazz memiliki pembawaan
dan pengaruh terhadap fisik seseorang secara amat kuat. Selanjutnya, dijelaskan
bahwa jazz adalah jenis musik dengan tingkat kerumitan harmoni dan improvisasi
yang tinggi.
Szwed, (2013) menerangkan bahwa jazz merupakan salah satu genre
musik yang berasal dari blues dan dipengaruhi musik klasik. Nuansa harmoni
musik klasik memberi inspirasi terhadap pola-pola harmoni melodi jazz. Mulyanto
(2008) mengemukakan bahwa jazz adalah potensi musikalitas di dalam diri
manusia yang menghasilkan berbagai bentuk irama. Musikalitas mencakup naluri,
19
insting, pola pikir, emosi, ekspresi, perasaan dan harmoni musik menjadi satu
kesatuan. Selanjutnya dijelaskan oleh Mulyanto bahwa musik jazz lebih mengarah
kepada suasana hati dan karakter sebuah musik daripada sebuah jenis musik
dengan batasan tertentu. Heart (2013) mengungkapkan bahwa penggunaan musik
jazz pada ballet, salsa, tango, foxtrot, waltz, rumba dan bop digunakan untuk
mengangkat semangat, merilekskan pikiran dan menenangkan telinga dengan
irama listrik
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa musik jazz adalah
aliran musik yang berasal dari Amerika Serikat dan banyak dipengaruhi oleh
beberapa elemen budaya musik, termasuk Afrika Barat, Amerika dan Eropa yang
menggunakan gitar, trombone, piano, terompet dan saxophone, memiliki
pembawaan dan pengaruh terhadap fisik seseorang secara amat kuat serta musik
yang dibentuk oleh feel ritmik yang disebut swing.
2. Jenis-jenis Musik Jazz
Martin dan Waters (2009) menjelaskan jenis-jenis musik jazz berdasarkan
perkembangannya :
a. Early Jazz
Jazz merupakan campuran instrument Afrika dan Eropa. Awal mula
pemain jazz menggunakan drum panjang Kongo, ndungu, serta drum lainnya
dipukul oleh tangan, kaki, atau tongkat; labu berisi kerikil atau butiran jagung;
dan pencakar terbuat dari tulang rahang lembu, kuda. Instrumen lainnya
termasuk turunan piano Afrika, atau mbira, yang memiliki beberapa buluh
20
membentang pada papan kayu dan banjo empat senar yaitu alat yang diimpor
oleh Afrika Barat dari Senegambia.
b. Ragtime
Ragtime dimulai sebagai musik improvisasi yang kemudian menjadi
musik tertulis, termasuk instrumental dan lagu ragtime. Selama dua dekade
pertama abad kedua puluh, industri penerbitan musik mengaduk-aduk ribuan
potongan ragtime, dengan komposer seperti Irving Berlin yang menciptakan
lagu-lagu luar biasa dalam gaya yang sebagian besar adalah sinkopasi. Banyak
pemain akan memainkan lagu ragtime seperti yang tertulis, tetapi juga
berimprovisasi, mengambil kebebasan dengan melodi dan merancang
pengaturan lebih mengesankan. Ritme yang lebih ketat dan lebih vertical
adalah ragtime, sementara ritme jazz lebih longgar dan lebih cair.
c. Blues
Asal muasal blues dapat ditelusuri dari musik sekuler dan sakral Afrika
Amerika pada akhir abad ke-19. Namun bentuk klasik berbagai genre dari
pendahulunya menjadi satu pada awal abad ke-20. Blues klasik menampilkan
pola lirik AAB yang sesuai dengan perubahan akor biasa. Biasanya blues
disertai dengan gitar, piano, atau harmonika (meskipun instrumentalis juga
memainkan blues). Banyak penyanyi blues awal bernyanyi tentang kehidupan
yang penuh rasa sakit dan putus asa serta kebutuhan untuk bertahan. Blues
dapat disebut juga sebagai gaya vokal jazz pertama. Blues membawa pengaruh
yang signifikan terhadap insrumen jazz. Blues disebut juga sebagai classic jazz
yang memiliki karakteristik antara lain : ungkapan dibangun secara longgar
21
penempatan catatan dan lirik yang sinkop dan penggunaan slide, catatan biru,
serta hiasan vokal lainnya.
d. New Orleans
Jenis jazz ini dimainkan oleh grup jazz New Orleans yang dikenal
sebagai Dixieland. Jenis jazz ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
Instrumentasi khas yaitu cornet, klarinet, trombone, piano, banjo, dan drum
(string bass atau tuba opsional) cornet, klarinet, dan trombone sebagai garis
depan improvisasi bagian ensembel, dengan cornet pertama yang memimpin
dan instrumen lain yang menyediakan countermelodies dan menyertai
improvisasi kolektif, anggota garis depan sering melakukan improvisasi
bagian mereka secara bersamaan. Rasa ritmik dengan penekanan pada
ketukan. Bagian rhythm-section sederhana dengan semua instrumen rhythm
yang mengartikulasikan mengalahkan.
e. Chichagoans
Para pemain New Orleans yang dipindahkan di Chicago memberikan
dorongan yang kuat kepada musik jazz, dan menarik musisi lokal.
Mendengarkan pemain asli New Orleans, instrumentalis jazz membentuk
improvisasi dan gaya grup sendiri. Secara kolektif dikenal sebagai Chicagoans
yang biasa disebut jazz Chicago. Pengaruh terdalam pada Chicago berasal dari
Leon Bix Beiderbecke. (Bix adalah nama yang diberikan, bukan nama
panggilan.). Beiderbecke mengembangkan sebuah gaya yang ditandai dengan
introspeksi dan penyempurnaan.
22
f. Jazz in New York
Manifestasi awal dari jazz New York ada di masyarakat dan band-band
militer, seperti James Reese Eropa dan band-band yang diidentifikasi dengan
sinkopasi dan musik dansa ballroom yang baru. Sementara itu, ragtime dan
memperkenalkan irama jazz dan meletakkan fondasi selanjutnya gaya piano
jazz. Bandleaders seperti Fletcher Henderson mengkodifikasi teknik dan
instrumentasi baru untuk jazz big-band 1930-an.
g. Jazz In Europe
Orang Eropa dengan cepat memeluk jazz. Tidak heran jika dari tahun
1900 hingga 1920 mereka menyambut ragtime sebagai genre musik pertama
yang khas di Amerika Serikat dan sama bersemangatnya seperti orang
Amerika sendiri. Jazz menyebar ke seluruh Eropa secepat ragtime, khususnya
selama tahun-tahun transisi dari ragtime ke early jazz.
h. Swing
Musik swing tahun 1935 sampai 1945, menjadi jenis musik jazz yang
populer pada generasi tersebut. Dalam swing, gitar, konta bas dan piano
berfungsi sebagai pemegang tempo. Komponen atau instrument dalam swing
meliputi : terompet, trombone (trompet dan trombone dikelompokkan
bersama sebagai brass), saksofon atau instrumen sejenis dan bagian irama
(terdiri dari piano, gitar, bass, dan drum)
i. Bebop
Jazz modern ditandai dengan munculnya bebop pada pertengahan
1940an. Bebop memiliki karakteristik antara lain : estetika umum didasarkan
23
pada improvisasi, munculnya bebop melodi yang melengkapi gaya
improvisasi, pertunjukan dilakukan di klub jazz bukan aula dalam pesta-pesta,
penekanan pada kesuksesan komersial atau popularitas, jauh lebih cepat atau
lebih lambat daripada swing, irama ritmik kurang jelas diartikulasikan
dibandingkan dengan swing.
j. Cool Jazz
Cool jazz menolak sebagian ciri-ciri bebop dan memiliki prinsip-prinsip
estetika yang berbeda. Karakteristik cool jazz antara lain : lebih terkendali atau
lebih teratur, lirik, ruang musik, counterpoint, rentang dinamis tetapi lebih
tenang, pengaturannya ekstensif, termasuk jenis jazz yang diperkenalkan
secara tertulis dan menyusun bagian-bagian improvisasinya, terdapat pengaruh
musik klasik pada pilihan instrument.
k. Hard Bop
Hard bop melanjutkan tradisi bebop dengan penekanan pada
improvisasi, struktur formal 32-bar, dan ayunan lurus ke depan. Beberapa
komposisi hard bop memanfaatkan gaya yang lebih sederhana, dikenal
sebagai funky atau soul jazz.
l. Free Jazz
Free jazz disebut juga dengan avant garde jazz. Free jazz sangat
kontroversial karena secara radikal menolak aspek tradisi jazz. Improvisasi
masih tetap ada, tetapi unsur-unsur lainnya berubah secara drastis, perubahan
yang membuat musik tampak tidak jelas bagi sebagian orang. Perubahan
tersebut antara lain : ayunan 4/4 yang dianggap penting dalam tradisi jazz
24
sering ditinggalkan, struktur harmonik tidak ditentukan, bassis dan drummer
tidak lagi memainkan peran ketepatan waktu mereka, tetapi sering kali
berpartisipasi dalam improvisasi kolektif, struktur formal lebih bebas,
instrumental yang diperpanjang secara tidak biasa.
m. Fusion
Fusion menggabungkan elemen rock, soul, dan funk ke dalam jazz, dan
secara drastis mengubah arah musikal dari era postbop. Unsur penting dalam
fusi adalah penambahan synthesizer ke ensemble. Sebagai synthesizer
mengalami perkembangan pada tahun tujuh puluhan dan menjadi lebih
nyaman dalam bermain. Selain mengadopsi timbre baru dari synthesizer,
musisi jazz juga mulai memodifikasi peran gitar listrik.
n. Smooth Jazz
Oleh pendukungnya smooth jazz disebut juga sebagai “jazz tahun
90an”, tidak ada yang bisa menolak popularitasnya, stasiun radio juga
menyiarkan bahwa smooth jazz adalah jenis musik jazz yang paling banyak
pendengarnya. Dalam pengertian ini smooth jazz bisa dibandingkan dengan
musik swing yang sangat popular diakhir 1930an dan awal 1940an, untuk
kedua kalinya dalam sejarah musik jazz populer. Karakteristik smooth jazz
sendiri antara lain : memberikan suasana halus, penggunaan drum yang
diprogram menyediakan iringan ritmis yang teratur, menunjukkan perasaan
tenang secara keseluruhan, antara pemain solo dan trek pendukung saling
melepaskan atau berimprovisasi
25
Berdasarkan penjelasan jenis-jenis musik jazz di atas, peneliti memilih jenis
smooth jazz. Alasan smooth jazz dipilih karena memiliki karakteristik antara lain :
memberikan suasana halus, penggunaan drum yang diprogram menyediakan
iringan ritmis yang teratur, menunjukkan perasaan tenang secara keseluruhan,
antara pemain solo dan trek pendukung saling melepaskan atau berimprovisasi.
Selain itu smooth jazz termasuk jenis musik jazz terbaru dan populer dikalangan
masyarakat saat ini.
3. Pengertian Smooth Jazz
Barber (2005) menjelaskan bahwa smooth jazz adalah jenis musik yang
mengkombinasikan kelembutan, suara melodi yang menenangkan, sehingga
mampu mempengaruhi mood seseorang dengan mengatasi emosi negatif,
membantu kemampuan berpikir kreatif dan membantu dalam latihan ekspresi
diri. Sedangkan oleh pendukungnya smooth jazz disebut juga sebagai “jazz tahun
90an”. (Martin & Waters, 2009).dijelaskan lebih lanjut bahwa pada umumnya,
smooth jazz mengandalkan ritme dan alur bukannya improvisasi. Ada lapisan
synthesizer, irama lite-funk, lite-funk bass, gitar elastis, dan saksofon, alto, atau
saksofon soprano. Musiknya tidak seperti bop keras, juga tidak berpasir seperti
soul-jazz atau groove.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa smooth jazz adalah
jenis musik jazz tahun 90an hasil dari fusi yang menekankan sisi mengilapnya dan
mengkombinasikan kelembutan, suara melodi yang menenangkan, sehingga
mampu mempengaruhi mood seseorang dengan mengatasi emosi negatif,
26
membantu kemampuan berpikir kreatif dan membantu dalam latihan ekspresi
diri.
4. Karakteristik Smooth Jazz
Dunscomb dan Hill (2002) menyebutkan karakteristik smooth jazz sebagai
berikut:
a. Lembut, suara yang enak didengar
b. Penggunaan keyboard electrik dan bass
c. Terdiri dari kelompok kecil
d. Dipengaruhi oleh blues, jazz, gospel, R&B, pop, dan rock
e. Hiphop dan rap- dipengaruhi alur
f. Komposisi teratur
Sedangkan Martin dan Waters (2009) menjelaskan karakteristik smooth
jazz sebgai berikut :
a. Tempo sedang, suasana halus
b. Drum diprogram dengan iringan ritmis yang teratur, menimbulkan
perasaan tenang
c. Pemain solo dan trek pendukung terdapat sedikit interaksi spontan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik smooth
jazz antara lain : lembut, tempo sedang, suasana halus, menggunakan keyboard
elektrik dan bass, Terdiri dari kelompok kecil, dipengaruhi oleh blues, jazz,
gospel, R&B, pop, dan rock, hiphop dan rap- dipengaruhi alur, komposisi teratur,
serta pemain solo dan trek pendukung terdapat sedikit interaksi spontan.
27
C. Pengaruh Musik Jazz Terhadap Kebosanan Kerja
Papu (2002) menjelaskan bahwa salah satu cara untuk mengatasi kebosanan
kerja akibat pekerjaan monoton adalah dengan pemberian musik saat bekerja.
Selain itu, Anastasi (1989) juga berpendapat bahwa untuk mengurangi kebosanan
kerja salah satunya adalah dengan memperdengarkan musik lembut di tempat
kerja. Menurut Gunawan (2006) musik merupakan satu aspek penting dalam
hidup manusia dan respon kita terhadap musik sudah terukir dalam otak sejak
lahir. Selanjutnya Gunawan menyebutkan struktur musik yang harmonis, kualitas
interval, timbre, pola nada dan tempo diproses otak bagian kanan. Sedangkan
perubahan cepat seperti pada volume suara, penataan nada suara yang akurat dan
lirik diproses oleh otak kiri.
Musbikin (2009) menyatakan pada masa-masa tertentu, musik memberikan
sumbangan yang besar bagi manusia. Contohnya ketika seseorang yang sibuk
bekerja dapat memilih musik sebagai media relaksasi untuk mengurangi kadar
stres. Menurut pemerhati musik Nanok Triyono (dalam Musbikin, 2009)
menyatakan bahwa kinerja otak yang terlalu berat atau yang dapat menimbulkan
rasa penat akan berujung pada kondisi pikiran dan emosi yang labil. Selanjutnya
dikatakan oleh Musbikin bahwa fungsi musik dalam situasi ini adalah
memberikan stimulus untuk meringankan atau menyegarkan kinerja otak.
Porter dan Hernacki (1992) menjelaskan pada saat otak kiri sedang bekerja,
seperti mempelajari materi baru, otak kanan tidak bekerja dan cenderung
mengganggu kerja otak kiri sehingga membuat seseorang melamun dan tidak
dapat berkonsentrasi. Salah satu cara untuk menyibukkan kerja otak kanan agar
28
tidak mengganggu kerja otak kiri adalah dengan memperdengarkan alunan musik.
Selain itu, Direktur Cognitive Studies di Norapa Institute di Boulder dan penulis
The Brain’s Timetablle for Developing Musikal Skills menyarankan musik jazz
untuk mengoptimalkan kreatifitas .
Martin dan Waters (2009) menjelaskan jenis-jenis musik jazz berdasarkan
perkembangannya, salah satunya yaitu smooth jazz. Dalam penelitian ini
menggunakan jenis smooth jazz tanpa lirik atau hanya instrument saja. Sesuai
dengan pendapat Gunawan (2009) bahwa musik yang digunakan untuk
mengiringi kerja pada ummnya adalah musik ringan yang dimainkan dengan
instrument saja. Lebih khusus dijelaskan oleh Dunscomb dan Hill (2002) bahwa
smooth jazz dengan karakteristiknya berupa suara yang lembut dan enak
didengar, penggunaan bass dan keyboard electric, percampuran irama dan
melodi dari genre musik blues, gospel, R&B, pop, dan rock, serta memiliki
komposisi yang teratur mampu merilekskan seseorang. Dijelaskan lebih lanjut
bahwa smooth jazz juga mampu menaikkan semangat seseorang (mood menjadi
baik) dan memberi ketenangan bagi indera pendengaran.
Musik dengan denyut kurang lebih 60 ketukan per menit dapat mengubah
kesadaran dari beta menuju kisaran alfa. Ketenangan dan kesadaran yang
meningkat dicirikan oleh gelombang alfa yang daurnya mulai 8 hingga 13 hertz,
(Campbell 2001). Dalam kondisi ini, otak memproduksi hormon serotonin dan
endorfin yang menyebabkan seseorang merasakan rasa nyaman, tenang, bahagia,
hormon ini membuat imun tubuh meningkat, pembuluh darah terbuka lebar, detak
jantung menjadi stabil, dan kapasitas indra sesorang meningkat (Sentanu, 2007).
29
Selanjutnya dikatakan oleh Campbell dengan mendengarkan musik yang
bunyinya lebih panjang dan lebih lambat, mampu memperdalam dan
memperlambat pernafasan sehingga memungkinkan pikiran menjadi tenang.
Dengan kondisi yang demikian dapat menurunkan keinginan karyawan untuk
mengobrol pada saat bekerja. Pemilihan musik tersebut sesuai dengan pendapat
Suyanto (dalam Munandar, 2014) bahwa untuk menjadikan musik sebagai
pengiring kerja hendaknya sedang, tidak terlalu lambat tetapi juga tidak terlalu
cepat karena irama yang lambat dapat membuat orang tertidur sedangkan irama
yang cepat dapat mengganggu dan menimbulkan ketergesaan.
Campbell, (2001) menjelaskan bahwa memainkan atau mendengarkan
musik di rumah, di sekolah atau dikantor dapat membantu menciptakan
keseimbangan dinamis antara otak kiri dan otak kanan, kerjasama antar keduanya
merupakan landasan kreativitas. Musik sendiri memiliki berbagai macam jenis
dan setiap jenisnya terdapat variasi gaya. Ada beberapa musik yang aktif dan
tajam, ada juga yang pasif dan mengendurkan saraf. Misalnya, Jazz yang hangat
membuat peredaran darah makin lancar, membuat denyut nadi semakin cepat, dan
hormon-hormon keluar dalam jumlah banyak, sedangkan jazz yang tenang dapat
menurunkan tekanan darah membuat otak memasuki gelombang alfa dan
menenangkan. Jazz dan berbagai jenis musik yang muncul dari daratan Afrika
dapat membawa kegembiraan dan memberi ilham, melepaskan rasa gembira
maupun kesedihan, dan membawa kecerdasan (Campbell, 2001).
Menurut Fachner (2003) musik jazz adalah salah satu jenis musik yang
dapat memberikan efek flow pada pendengarnya, sehingga membuat
30
pendengarnya merasa tenang. Selanjutnya dikatakan oleh Goleman (2007) bahwa
flow merupakan keadaan bebas dari gangguan emosional, sehingga individu dapat
fokus pada pekerjaannya dan dapat mengurangi kesalahan yang dilakukan
seseorang pada saat bekerja. Selain itu Pentagon (dalam Campbell, 2001)
membuktikan bahwa musik mampu menaikkan kewaspadaan dan efisiensi.
Seseorang yang mengalami kebosanan kerja sesuai dengan aspek dari Gray
(2001) ketika mendengarkan musik jazz yang mempunyai unsur improvisasi,
peraaan yang membangkitkan dan kelembutan dapat membuat pendengarnya
bersemangat (Campbell, 2001). Selanjutnya dikatakan oleh Campbell bahwa
musik tersebut membuat pikiran/tubuh menjadi utuh sehingga merasa aman,
terhibur, dan mendapat tenaga. Dengan demikian pendengarnya mendapatkan
kembali semangat dan minatnya dalam bekerja meningkat (Campbell, 2001).
Selain itu, seseorang yang mengalami kebosanan kerja juga lamban dalam bekerja
dengan mendapatkan semangat dan minatnya kembali dalam bekerja membuat
individu cepat dalam bekerja.
Barber (2005) percaya bahwa smooth jazz mampu mempengaruhi mood
seseorang dengan mengatasi emosi negatif, kemampuan berpikir kreatif dan
membantu dalam latihan ekspresi diri. Dalam penelitian Prawidhana dan
Sumbodo (2015) tentang kelelahan kerja dan kebosanan kerja dijelaskan bahwa
lagu yang dapat digunakan untuk menurunkan kelelahan ataupun kebosanan kerja
salah satunya yaitu musik jazz. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
mendengarkan smooth jazz pada saat bekerja mampu mengurangi kebosanan kerja
31
D. Hipotesis
Ada perbedaan kebosanan kerja pada karyawan sebelum mendengarkan
smooth jazz dan setelah mendengarkan smooth jazz saat bekerja. Karyawan yang
telah mendengarkan smooth jazz saat bekerja mengalami penurunan kebosanan
kerja.