BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini
melelui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba namun sebagian besar pengetahuan di peroleh
melelui penglihatan dan pendengaran (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pada
kenyataannya, perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih baik dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).
Menurut penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2012),
dikatakan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni:
a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut. Disini
sikap subyek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah baik lagi.
13
Hubungan Antara Pengetahuan..., Tri Hanggara Yoga Pamungkas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
d. Trial, dimana subyek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.
2. Cakupan Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif ada enam tingkatan yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagi mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension)
Diartikan sebagi suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut
secara benar.
c. Aplikasi (Aplicatiaon)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi rill (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Hubungan Antara Pengetahuan..., Tri Hanggara Yoga Pamungkas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain, sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
B. Perawat
Definisi perawat menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
38 tahun 2014 tentang keperawatan adalah “seseorang yang telah lulus
pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang
diakui oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan”. Perawat merupakan profesi yang menolong pasien untuk
beradaptasi secara positif terhadap stress yang dialami. Salah satu peran
perawat menurut Supartini (2004) adalah sebagai pembina hubungan
terapeutik.
Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014).
Hubungan Antara Pengetahuan..., Tri Hanggara Yoga Pamungkas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Asuhan keperawatan adalah rangkaian interaksi perawat dengan
pasien dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan
kemandirian pasien dalam merawat dirinya (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 38 tahun 2014).
C. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara (UU
Republik Indonesia No 20 tahun 2003). Menurut Ki Hajar Dewantara,
pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Batas tuntas
pendidikan di Indonesia menurut Departemen pendidikan nasional
(Depdiknas) yaitu pendidikan 9 tahun atau sampai jenjang pendidikan SMA
(Suwarno, 2008). Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penting
yang dapat menggambarkan status sosial dan dapat menjadi modal dasar
untuk pengambilan keputusan dan bertindak. Semakin tinggi pendidikan
semakin mudah seseorang menerima informasi serta lebih tanggap terhadap
masalah yang dihadapi, sehingga dapat menentukan alternatif terbaik
terhadap suatu hal (Suhardjo dalam Apriliana, 2006).
Hubungan Antara Pengetahuan..., Tri Hanggara Yoga Pamungkas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Menurut Notoatmodjo dalam Apriliana (2006), faktor-faktor yang
mempengaruhi pendidikan seseorang dibedakan menjadi dua faktor,
meliputi:
1. Faktor intern: meliputi kecerdasan emosi, persepsi dan motivasi serta hal-
hal yang berfungsi untuk mengolah rangsang dari luar.
2. Faktor ekstern: mencakup lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik,
seperti manusia, sosial ekonomi, iklim, kebudayaan dan sebagainya.
Semakin baik faktor intern dan ekstern yang dimiliki seseorang tersebut
maka semakin baik tingkat pengetahuan orang tersebut.
Pendidikan keperawatan di Indonesia mengacu kepada UU No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sesuai dengan isi UU
Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tersebut Organisasi Profesi yaitu Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan Asosiasi Pendidikan Ners Indonesia
(AIPNI), bersama dukungan dari Kementerian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas), telah menyusun dan memperbaharui kelengkapan sebagai
suatu profesi.
Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia mencakup:
1. Pendidikan Vokasional yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan
jenjangnya untuk memiliki keahlian ilmu terapan keperawatan yang
diakui oleh pemerintah Republik Indonesia.
2. Pendidikan Akademik yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca
sarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu
pengetahuan tertentu.
Hubungan Antara Pengetahuan..., Tri Hanggara Yoga Pamungkas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
3. Pendidikan Profesi yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan
persyaratan keahlian khusus.
Sedangkan jenjang pendidikan keperawatan mencakup program pendidikan
diploma,sarjana,magister,spesialisdandoktor.
Jenjang pendidikan tinggi keperawatan Indonesia dan sebutan gelar:
1. Pendidikan jenjang Diploma Tiga keperawatan lulusannya mendapat
sebutan Ahli Madya Keperawatan (AMD.Kep).
2. Pendidikan jenjang Ners (Nurse) yaitu (Sarjana+Profesi), lulusannya
mendapat sebutan Ners (Nurse),sebutan gelarnya (Ns).
3. Pendidikan jenjang Magister Keperawatan, Lulusannya mendapat gelar
(M.Kep).
4. Pendidikan jenjang Spesialis Keperawatan, terdiri dari:
a. Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, lulusannya (Sp.KMB)
b. Spesialis Keperawatan Maternitas, Lulusannya (Sp.Kep.Mat)
c. Spesialis Keperawatan Komunitas, Lulusannya (Sp.Kep.Kom)
d. Spesialis Keperawatan Anak, Lulusannya (Sp.Kep.Anak)
e. Spesialis Keperawatan Jiwa, Lulusannya (Sp.Kep.Jiwa)
5. Pendidikan jenjang Doktor Keperawatan, Lulusannya (Dr.Kep)
Hubungan Antara Pengetahuan..., Tri Hanggara Yoga Pamungkas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
D. Masa Kerja
Masa kerja biasanya dikaitkan dengan waktu mulai bekerja, dimana
pengalaman kerja juga ikut menentukan kinerja seseorang. Semakin lama
masa kerja maka kecakapan akan lebih baik karena sudah menyesuaikan diri
dengan pekerjaannya. Seseorang akan mencapai kepuasan tertentu bila sudah
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Semakin lama karyawan
bekerja mereka cenderung lebih terpuaskan dengan pekerjaan mereka , hal ini
juga mempengaruhi motivasi seseorang untuk lebih mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan seseorang (Hasibuan, 2009).
Robbins (2001), mengataka ada hubungan positif antara senioritas dan
produktivitas kerja . Semakin lama seseorang bekerja maka produktivitasnya
semakin tinggi. Robbins (2001) juga berpendapat bahawa semakin lama masa
kerja seseorang akan semakin kecil kemungkinan orang tersebut berpindah
pekerjaan.
Tulus MA (1992), secara garis besar masa kerja dapat dikategoriakan
menjadi tiga, yaitu:
1. Masa kerja baru : 0-6 tahun
2. Masa kerja sedang : 7-10 tahun
3. Masa kerja lama : > 10 tahun
Hubungan Antara Pengetahuan..., Tri Hanggara Yoga Pamungkas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
E. Komunikasi Terapeutik
1. Pengertian
Purwanto (2007) mendefinikan komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
2. Manfaat Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik sangat bermanfaat dalam pelayanan
keperawatan. Adapun manfaat komunikasi terapeutik menurut Purwanto
(2007) adalah:
a. Mendorong dan menganjurkan kerjasama antara perawat dengan
pasien melalui hubungan perawat dengan pasien.
b. Mengidentifikasi, mengungkap perasaan, dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan. Sedangkan
tahap preventif, kegunaannya adalah mencegah adanya kegiatan yang
negatif terhadap pertahanan diri pasien.
3. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Tujuan diterapkannya komunikasi terapeutik dalam pelayanan
keperawatan sehari-hari menurut Purwanto (2007) adalah :
a. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan
dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi
yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
Hubungan Antara Pengetahuan..., Tri Hanggara Yoga Pamungkas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan diri sendiri.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
Suatu proses komunikasi atau proses berinteraksi dengan orang
lain dapat dipengaruhi oleh bebrapa faktor. Faktor-fakor tersebut menurut
Potter dan Perry (2005) antara lain:
a. Perkembangan
Perkembangan seseorang mempengaruhi cara berkomunikasi. Anak
dengan perkembangan yang baik akan berbeda kemampuan berbahasa
dan bicaranya dibanding dengan anak yang mengalami gangguan
perkembangan. Untuk dapat berkomunikasi secara efektif khususnya
pada anak-anak, perawat harus memahami pengaruh perkembangan
bahasa dan proses berpikir karena hal ini mempengaruhi cara anak
berkomunikasi sehingga proses interaksi dapat berjalan baik.
b. Persepsi
Adalah pandangan pribadi terhadap apa yang terjadi. Persepsi ini
dibentuk oleh harapan dan pengalaman.
c. Nilai
Adalah standar yang mempengaruhi perilaku dan interpretasi suatu
pesan. Nilai tersebut adalah apa yang dianggap penting oleh individu
dalam hidupnya dan pengaruh dari ekspresi pemikiran dan ide.
d. Latar Belakang Sosial Kultural
Budaya merupakan bentuk kondisi yang menunjukan diri seseorang
melalui tingkah lakunya. Bahasa, nilai, pembawaan dan gaya
Hubungan Antara Pengetahuan..., Tri Hanggara Yoga Pamungkas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
komunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Perbedaan ini
dapat menghambat komunikasi.
e. Emosi
Emosi adalah perasaan subyektif seseorang terhadap suatu kejadian
atau peristiwa tertentu. Cara seseorang bersosialisasi atau berinteraksi
dengan orang lain dipengaruhi oleh emosi. Hal ini dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menerima suatu pesan
dengan baik.
f. Gender
Perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi komunikasi. Pria dan
wanita mempunyai gaya komunikasi yang berbeda dan satu sama lain
saling mempengaruhi secara unik dalam proses komunikasi.
g. Peran dan Hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antara orang
yang berkomunikasi atau seseorang berkomunikasi dalam tatanan
yang tepat menurut peran dan hubungan mereka. Komunikasi akan
menjadi lebih efektif apabila masing-masing pihak tetap waspada
terhadap peran mereka dalam berkomunikasi.
h. Lingkungan
Lingkungan akan berpengaruh terhadap komunikasi yang efektif.
Kebisingan dan kurangnya kebebasan seseorang dapat menyebabkan
ketidaknyamanan dalam berkomunikasi. Untuk itu ruang atau
Hubungan Antara Pengetahuan..., Tri Hanggara Yoga Pamungkas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
lingkungan yang tenang, nyaman, bebas dari kebisingan dan gangguan
adalah yang terbaik untuk berkomunikasi.
i. Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu seperti jarak
personal (20 cm sampai 120 cm) memberikan rasa aman bagi perawat
dan pasien dimana perawat duduk bersama pasien untuk
mendiskusikan perasaan, pemikiran maupun dalam melakukan
wawancara. Dalam interaksi sosial, orang secara sadar
mempertahankan jarak antara mereka.
5. Faktor-Faktor yang Menghambat Komunikasi Terapeutik
Dalam berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain,
terkadang ditemui adanya hambatan-hambatan dalam proses komunikasi
tersebut. Menurut Purwanto (2007) faktor-faktor penghambat tersebut
antara lain:
a. Kemampuan pemahaman yang berbeda.
b. Pengamatan atau penafsiran yang berbeda karena pengalaman masa
lalu.
c. Komunikasi satu arah.
d. Kepentingan yang berbeda.
e. Memberi jaminan yang tidak mungkin.
f. Memberitahu apa yang harus dilakukan kepada pasien.
g. Membicarakan hal yang bersifat pribadi.
h. Memberi kritik terhadap perasaan pasien.
Hubungan Antara Pengetahuan..., Tri Hanggara Yoga Pamungkas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
i. Menghentikan atau mengalihkan topik pembicaraan.
j. Terlalu banyak bicara yang seharusnya mendengar.
k. Memperlihatkan sikap jemu dan pesimis.
6. Sikap Perawat dalam Komunikasi Terapeutik
Keberhasilan komunikasi terapeutik dalam pelayanan
keperawatan dipengaruhi juga oleh sikap perwat dalam berkomunikasi
dengan pasien. Sikap perawat dalam berkomunikasi terapeutik menurut
Suliswati, et. al., (2005), antara lain:
a. Berhadapan
Berhadapan langsung dengan orang yang diajak komunikasi
mempunyai arti bahwa komunikator siap untuk berkomunukasi.
b. Mempertahankan kontak
Kontak mata menunjukan bahwa kita menghargai pasien dan
mengatakan keinginan untuk berkomunikasi.
c. Membungkuk kearah pasien
Sikap ini merupakan posisi yang menunjukan keinginan untuk
mengatakan atau mendengarkan sesuatu dari pasien.
d. Mempertahankan sikap terbuka
Tidak melipat kaki dan tangan menunjukan keterbukaan untuk
berkomunikasi dan siap membantu pasien.
Hubungan Antara Pengetahuan..., Tri Hanggara Yoga Pamungkas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
e. Tetap relaks
Merupakan sikap yang menunjukan adanya keseimbangan antara
ketegangan dan relaksasi dalam memberi respon kepada pasien
meskipun dalam situasi yang kurang menyenangkan.
7. Teknik Komunikasi Terapeutik
Persyaratan dasar agar komunikasi menjadi efektif adalah semua
komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi dan
penerima pesan serta komunikasi yang menciptakan saling pengertian
harus dilakukan terlebih dahulu sebelum memberikan saran, informasi
maupun masukan.
Menurut Potter dan Perry (2005) mengemukakan komunikasi
dengan:
a. Menunjukan Penerimaan
Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa
menunujukan keraguan atau ketidaksetujuan. Untuk itu, sebaiknya
perawat menghindari ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang
menunjukan ketidaksetujuan. Beberapa cara untuk menunjukan
penerimaan menurut Potter dan Perry (2005) yaitu:
1) Mendengarkan tanpa interupsi.
2) Memberikan respon verbal menunjukan pengertian atau
pemahaman.
3) Menghindari berdebat dengan pasien dan ekspresi keraguan atau
usaha untuk merubah pikiran pasien.
Hubungan Antara Pengetahuan..., Tri Hanggara Yoga Pamungkas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
b. Diam (silence)
Dalam memberikan kesempatan kepada perawat dan pasien untuk
mengorganisir pikiranya. Dia memungkinkan pasien untuk
berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikiran, dan
memproses informasi terutama pada saat pasien harus mengambil
keputusan.
c. Memberikan Penghargaan
Memberi salam pada pasien dengan menyebut namanya, menunujukan
kesadaran tentang perubahan yang terjadi, menghargai pasien sebagai
manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggungjawab atas
dirinya sendiri sebagai individu.
d. Humor
Humor merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kesehatan.
Menurut Wootsen (1993) yang dikutip oleh Potter dan Perry (2005),
dikatan bahwa tertawa membantu melepaskan ketegangan yang
berhubungan dengan stres dan rasa sakit, meningkatkan keefektifan
perawat dalam memberikan dukungan emosi pada pasien. Humor
memberikan pelepasan psikologis dan fisiologis serta mengurangi
kecemasan.
e. Sentuhan
Menurut Hudak dan Gallo (1997), sentuhan merupakan salah satu
teknik komunikasi dalam pelayanan keperawatan. Penggunaan
sentuhan ini memberikan pesan yang bervariasi antara lain: ketulusan,
Hubungan Antara Pengetahuan..., Tri Hanggara Yoga Pamungkas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
keamanan, kenyamanan, dukungan, penerimaan, dan empati.
Sentuhan ini sangat menolong terutama saat pasien sedang mengalami
ketakutan, kecemasan dan depresi.
f. Assertive
Merupakan kemampuan dengan cara meyakinkan dan nyaman
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai
hak orang lain.
8. Tahap-Tahap dalam Komunikasi Terapeutik
Hubungan terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai
dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman dalam
membina hubungan akrab yang terapeutik. Menurut Stuart dan Sundeen
(1998), ada empat tahap atau fase hubungan itu:
a. Tahap Pra-interaksi
Tahap Pra-interaksi merupakan tahap persiapan sebelum
perawat bertemu dengan pasien. Tugas perawat dalam tahap ini
adalah: mengnalisis kekuatan dan keterbatasan profesional diri,
membuat rencana pertemuan dengan pasien meliputi: menetukan
pengkajian yang diharapkan, menentukan metode atau batas yang
tepat dalam wawancara serta menentuka tempat dan waktu yang tepat.
b. Tahap Perkenalan/ Orientasi
Tahap orientasi merupakan tahap pertama kali perawat bertemu
dengan pasien. Pada tahap ini tugas perawat adalah: membina
hubungan saling percaya, penerimaan satu sama lain untuk mengatasi
Hubungan Antara Pengetahuan..., Tri Hanggara Yoga Pamungkas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
kecemasan, menerapkan komunikasi terbuka, mengidentifikasi
masalah pasien, membentuk kesepakatan bersama pasien antara lain
nama perawat dan pasien, peran yang diharapkan dari perawat dan
pasien, menetapkan tujuan, harapan dan kerahasiaan.
c. Tahap Kerja
Tahapan kerja merupakan tahap dimulainya kegiatan atau
hubungan perawat pasien yang terkait erat dengan pelaksanaan
rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai tujuan
yang akan dicapai. Menurut Uripni, Sujianti, dan Indrawanti (2005),
tujuan tindakan keperawatan antara lain: meningkatkan pengertian dan
pengenalan pasien tentang dirinya, perasaan, pikiran, perilaku atau
yang sering disebut tujuan kognitf serta mengembangkan,
mempertahankan, meningkatkan kemampuan pasien secara mandiri
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi atau yang sering disebut
tujuan afektif atau psikomotor. Tugas perawat dalam tahap ini adalah
menggali stressor yang relevan, meningkatkan pengembangan,
penghayatan dan penggunaan mekanisme koping yang konstruktif,
membahas dan mengatasi perilaku yang resisten.
d. Tahap Terminasi
Tahap terminasi merupakan tahap dimana akan dihentikannya
proses interaksi antara perawat dengan pasien. Menurut Uripin, dkk
(2005), tahap terminasi ini terdiri dari dua tahapan antara lain
terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara
Hubungan Antara Pengetahuan..., Tri Hanggara Yoga Pamungkas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan pasien untuk
sementara waktu. Tugas perawat pada terminasi sementara ini adalah
evaluasi hasil, tahap tindak lanjut dan membuat kontrak yang akan
datang.
Sedangkan terminasi akhir terjadi ketika pasien akan kembali
kerumah setelah dirawat di rumah sakit. Adapun tugas perawat pada
tahap ini adalah evaluasi hasil, tahapan tindak lanjut dan eksplorasi
perasaan. Menurut Stuart dan Sundeen (1998), tugas perawat pada
tahap terminasi antara lain: membina realita perpisahan, mengevaluasi
kegiatan kerja yang telah dilakukan, memungkinkan mengadakan
kontrak kembali untuk kegiatan selanjutnya, menggali timbal balik
perasaan penolakan, kehilangan, kesedihan, dan kemarahan serta
perilaku yang terkait, mengakhiri terminasi dengan cara yang baik.
Hubungan Antara Pengetahuan..., Tri Hanggara Yoga Pamungkas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
F. Kerangka Teori
Berdasarkan landasan teori tentang komunikasi terpeutik yang
dikemukakan oleh Potter dan Perry (2005), Purwanto (2007), Stuart dan
Sudeen (1998), landasan teori tentang tingkat pendidikan dikemukakan oleh
UU Republik Indonesia No 20 tahun 2003, Suwarno (2008) dan landasan teori
tentang masa kerja dikemukakan oleh (Hasibuan, 2009), Robbins (2001), maka
dapat digambarkan suatu kerangka teori sebagai berikut:
1. Pengetahuan perawat tentang
komunikasi terpeutik
-Pendidikan
-Pelatihan komunikasi terapeutik
2. Tingkat pendidikan
3. Masa kerja
Gambar 1. Kerangka Teori
Kemampuan
komunikasi terapeutik
perawat
Faktor –faktor yang mempengaruhi komunikasi:
- Perkembangan - Gender
- Persepsi - Peran dan hubungan
- Nilai - Lingkungan
- Sosialkurtural - Jarak
- Emosi
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendidikan
- Faktor intern
- Faktor ekstern
Pelayanan kesehatan
Hubungan Antara Pengetahuan..., Tri Hanggara Yoga Pamungkas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
G.Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori tersebut, maka dapat digambarkan suatu
kerangka konsep penelitian sebagai berikut:
Variabel bebas Variabel terikat
Keterangan: Diteliti
Tidak Diteliti
Gambar 2. Kerangka Konsep
Pengetahuan komunikasi
terapeutik
Tingkat pendidikan
Masa kerja
Kemampuan komunikasi
terapeutik perawat
Faktor –faktor yang mempengaruhi komunikasi:
- Perkembangan - Peran dan hubungan
- Persepsi - Lingkungan
- Nilai - Jarak
- Sosialkurtural - Emosi
- Gender
Hubungan Antara Pengetahuan..., Tri Hanggara Yoga Pamungkas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
H. Hipotesis
Menurut Arikunto (2006), hipotesis adalah suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui
data yang terkumpul. Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah: ada hubungan antara pengetahuan
komunikasi terpeutik, tingkat pendidikan dan masa kerja dengan kemampuan
komunikasi terapeutik perawat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan
terhadap pasien di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
Hubungan Antara Pengetahuan..., Tri Hanggara Yoga Pamungkas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015