15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perencanaan Pembangunan
1. Pengertian Perencanaan Pembangunan
Definisi dasar dari sebuah perencanaan yang mana diartikan sebagai suatu
proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Tjokroamidjojo, 1984), sama halnya
dengan definisi dari perencanaan pembangunan. Selanjutnya Tjokroamidjojo
(1984), mengartikan perencanaan pembangunan adalah sebagai suatu pengarahan
penggunaan sumber-sumber pembangunan (termasuk sumber-sumber ekonomi)
yang terbatas adanya, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu berdasarkan keadaan
sosial ekonomi yang lebih baik secara efektif dan efisien. Pada dasarnya
perencanaan pembangunan adalah pengambilan alternatif yang dianggap alternatif
terbaik dengan sumber daya yang tersedia secara tepat. Perencanaan
pembangunan juga diartikan sebagai suatu proses pemikiran dan penentuan
menyeluruh yang sudah dipertimbangkan sedemikian rupa, dibuat secara
sistematik untuk mencapai tujuan tertentu pada waktu yang telah ditetapkan untuk
masa yang akan datang (Soekartawi, 1990).
Berdasarkan pengertian perencanaan pembangunan di atas, maka
pengertian perencanaan pembangunan dapat disimpulkan sebagai proses
pemikiran yang mengarahkan sumber-sumber pembangunan secara efektif dan
efisien. Selain itu juga mengupayakan berbagai alternatif yang dianggap sebagai
alternatif terbaik untuk mencapai tujuan tertentu di masa yang akan datang.
16
Pemilihan alternatif yang paling baik diharapkan mampu mencapai suatu tujuan
yang berguna bagi kualitas pembangunan kedepannya.
2. Ciri Perencanaan Pembangunan
Perencanaan Pembangunan memiliki ciri-ciri tersendiri yang dengan
mudahnya dapat dibedakan dengan perencanaan yang lain. Menurut
Tjokroamidjojo (1984), ciri-ciri suatu perencanaan pembangunan bersifat usaha
pencapaian tujuan-tujuan pembangunan yang berkaitan dengan peranan
pemerintah sebagai pendorong pembangunan (agent of development). Secara
rinci, menurut Tjokroamidjojo (1984) perencanaan pembangunan memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
a. Suatu rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang tetap
(steady economic growth)
b. Usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita
c. Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi
d. Perluasan kesempatan kerja
e. Usaha pemerataan pembangunan
f. Adanya usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang
lebih menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan
g. Kemampuan membangun lebih didasarkan pada kemampuan sosial
h. Terdapatnya usaha secara terus menerus dalam menjaga stabilitas ekonomi
i. Ada pula negara-negara yang mencantumkan sebagai tujuan pembangunan
hal-hal yang fundamental/ideal atau yang bersifat jangka panjang.
Jika disimpulkan, maka sesuai dengan ciri-ciri yang telah diuraikan di atas,
perencanaan pembangunan harus dilakukan sebagaimana mestinya agar
memperoleh hasil yang baik. Sumber daya yang ada harus dimanfaatkan secara
efektif dan efisien agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Perencanaan juga
17
berkaitan dengan upaya pemerintah untuk mendorong dan menjadikan
pembangunan dengan perspektif jangka panjang.
3. Tahap Perencanaan Pembangunan
Perencanaan pembangunan melewati beberapa tahapan untuk mencapai
hasil yang terbaik. Adapun menurut Tjokroamidjojo (1984) tahap-tahap dalam
proses perencanaan adalah:
a. Penyusunan Rencana
Penyusunan rencana terdiri dari unsur-unsur:
1) Tinjauan keadaan. Berupa tinjauan sebelum memulai suatu rencana
(review before take off) atau suatu tinjauan tentang pelaksanaan
rencana sebelumnya (review of performance). Kegiatan ini diusahakan
dapat dilakukan dan diidentifikasi masalah-masalah pokok yang
dihadapi, seberapa jauh kemajuan yang telah dicapai, hambatan-
hambatan yang masih ada, dan potensi-potensi serta prospek yang
masih bisa dikembangkan.
2) Perkiraan keadaan masa yang akan dilalui rencana (forecasting).
Diperlukan data-data statistik, berbagai hasil penelitian dan teknik-
teknik proyeksi. Mekanisme informasi untuk mengetahui
kecenderungan-kecenderungan perspektif masa depan.
3) Penetapan tujuan rencana (plan objectives) dan pemilihan cara-cara
pencapaian tujuan rencana tersebut. Seringkali nilai-nilai politik, sosial
masyarakat, begitu memainkan peranan yang sangat penting dalam
penetapan dan pencapaian tujuan agar memperoleh hasil yang terbaik.
18
4) Tahap persetujuan rencana. Proses pengambilan keputusan memiliki
tingkatan dari keputusan di bidang teknis kemuudian mengarah ke
proses politik.
b. Penyusunan Program Kerja
Melakukan perumusan lebih rinci mengenai tujuan atau sasaran dalam
jangka waktu tertentu, suatu perincian jadwal kegiatan, jumlah dan jadwal
pembiayaan serta penentuan lembaga atau kerjasama antara lembaga mana yang
akan melakukan program-program pembangunan. Seringkali program kegiatan
dan pembiayaan yang konkrit daripada program-program atau proyek-proyek
pembangunan tersebut dalam project form. Bahkan ini menjadi alat rencana, alat
pembiayaan, alat pelaksanaan dan alat evaluasi rencana yang penting.
c. Pelaksana Rencana
Hal ini seringkali perlu dibedakan antara tahap eksplorasi, tahap
konstruksi dan tahap operasi. Perlu dipertimbangkan karena sifat kegiatan
berbeda-beda. Tahap pelaksanaan operasi perlu dipertimbangkan kegiatan-
kegiatan pemeliharaan.
d. Pengawasan atas Pelaksanaan Rencana
Tujuan dari pengawasan adalah:
1) Mengusahakan supaya pelaksanaan rencana berjalan sesuai dengan
rencananya.
2) Apabila terdapat penyimpangan, maka perlu diketahui seberapa jauh
penyimpangan tersebut dan penyebabnya.
19
B. Perencanaan Strategis
1. Pengertian Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis adalah sebuah alat manajemen yang digunakan
untuk mengelola kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi kondisi di masa
depan, sehingga rencana strategis dapat memberikan petunjuk yang bisa
digunakan oleh sebuah organisasi dari kondisi saat ini untuk mereka bekerja 5
tahun ke depan. Menurut Bryson (2005) dalam modul perencanaan strategis,
berpendapat perencanaan strategis pada umumnya menggunakan konsep
stakeholder untuk menyeleksi berbagai isu berkaitan dengan pemilihan pihak-
pihak yang terlibat dalam proses perencanaan strategis: waktunya, alasannya, dan
caranya. Perencanaan strategis adalah kegiatan yang mencakup serangkaian
proses dari inovasi dan merubah perusahaan, sehingga apabila perencanaan
strategis tidak mendukung inovasi dan perubahan, maka itu adalah kegagalan.
Perencanaan strategis sejauh ini difokuskan pada organisasi yang
bertujuan meraih laba seperti organisasi bisnis. Namun seiring berjalannya waktu,
perencanaan strategis juga dapat digunakan pada organisasi publik. Menurut
Bryson (2005) secara khusus perencanaan strategis dapat diterapkan kepada:
a. Lembaga publik, Departemen, atau Divisi penting dalam organisasi.
b. Pemerintahan Umum, seperti Pemerintahan Kota, Negara, atau Negara
Bagian.
c. Organisasi nirlaba yang pada dasarnya memberikan pelayanan.
d. Fungsi khusus yang menjembatani batasan-batasan organisasi dan
Pemerintah, seperti transportasi, kesehatan, atau pendidikan.
e. Seluruh komunitas, kawasan Perkotaan atau Metropolitan, Daerah, atau
Negara Bagian, memperbaiki kinerja organisasi dan sebagainya.
20
Secara keseluruhan, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan strategis
adalah suatu proses sitematis untuk mengelola organisasi di masa yang akan
datang. Selain itu, erat hubungannya dengan lingkungan serta menggunakan
konsep stakeholder untuk menyeleksi isu berkaitan dengan pemilihan pihak-pihak
yang terlibat dalam proses perencanaan strategis. Setiap organisasi bisa
menggunakan perencanaan ini karena pada dasarnya perencanaan strategis
mampu menganalisis lingkungan internal dan eksternal yang dinamis.
2. Manfaat Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis memiliki manfaat yang cukup besar bagi seluruh
organisasi. Melalui perencanaan strategis dapat membuat organisasi publik lebih
efektif dalam melakukan suatu tindakan. Seperti yang dijelaskan oleh beberapa
penulis seperti Steiner, dkk (dalam Bryson, 2005), perencanaan strategis dapat
membantu suatu organisasi yakni sebagai :
a. Berpikir secara strategis dan mengembangkan strategi-strategi yang
efektif; Berfikir strategis berarti berfikir secara keseluruhan dengan
mempelajari suatu kondisi yang nyata. Dengan mengembangkan tindakan
yang strategis, maka situasi permasalahan yang dihadapi, dapat diatasi.
b. Memperjelas arah masa depan; Untuk mengetahui arah masa depan, perlu
untuk meninjau kembali tujuan-tujuan yang telah dicapai sebelumnya dan
tujuan-tujuan yang belum tercapai. Sehingga suatu organisasi dapat
mengetahui kelemahan yang harus diperbaiki dan kekuatan yang harus
dipertahankan.
c. Menciptakan prioritas; Setelah memperjelas arah masa depan, maka harus
menciptakan prioritas yang akan membuat suatu organisasi lebih fokus
terhadap tujuan yang akan dicapai dengan memahami isu-isu strategis
yang sedang berkembang.
d. Membuat keputusan sekarang dan mengingat konsekuensi masa depan;
Keputusan yang telah diambil sekarang sebaiknya telah memperhitungkan
konsekuensi yang akan ditemukan di masa yang akan datang, sehingga
dapat meminimalisir kemungkinan buruk yang akan dihadapi oleh
organisasi.
21
e. Mengembangkan landasan yang koheren dan kokoh bagi pembuatan
keputusan; Dalam mengambil sebuah keputusan, harus memahami latar
belakang dari situasi yang mau diatasi. Dengan adanya alasan yang kuat,
dapat membentuk suatu pemikiran yang kuat bagi pembuat keputusan,
agar dapat mengembangkan strategi yang akan dicapai, dengan
mempertimbangkan tujuan maupun sasaran yang telah ditentukan
sebelumnya.
f. Menggunakan keleluasaan yang maksimum dalam bidang-bidang yang
berada di bawah kontrol organisasi; Keleluasaan yang dimaksudkan adalah
dalam menjalankan kebijakan yang telah ditetapkan dari atas ke bawah.
Koordinasi dengan menciptakan suatu komunikasi yang baik antara pusat
dan daerah akan memudahkan kontrol dalam pengembangan suatu
organisasi.
g. Membuat keputusan yang melintasi tingkat dan fungsi; Dalam membuat
suatu keputusan, sebelumnya perlu untuk memahami hal-hal apa saja yang
dibutuhkan oleh suatu organisasi. Berdasarkan pemahaman yang ada,
maka keputusan yang akan diambil akan mengarah kepada pemenuhan
kebutuhan organisasi dalam menjalankan arah maupun kebijakan yang
telah ditentukan.
h. Memecahkan masalah utama organisasi; masalah akan melemahkan
kinerja dari organisasi. Masalah dapat ditemukan di dalam organisasi
(internal) oleh individu maupun kelompok, maupun dari luar organisasi
(eksternal) seperti perubahan lingkungan seiring dengan perkembangan
dunia.
i. Memperbaiki kinerja organisasi; Kinerja dari suatu organisasi sangat
menentukan keberhasilan organisasi. Dengan memperhatikan kualitas
sumber daya manusia dalam organisasi yang merupakan alat untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sumber daya manusia yang
dimaksud adalah mampu bersaing dengan mengandalkan kemampuan
yang dimiliki. Sumberdaya yang kompetitif akan memberikan pengaruh
yang positif dan menjadikan organisasi lebih memiliki karakter.
j. Menangani keadaan yang berubah dengan cepat secara efektif;
Lingkungan organisasi yang cenderung berubah karena pengaruh
ekonomi, sosial, politik maupun teknologi, akan menguji kesiapan
organisasi. Apabila suatu organisasi tidak cepat tanggap dengan perubahan
lingkungan, maka sulit untuk bersaing di masa sekarang dan masa yang
akan datang.
k. Membangun kerja kelompok dan keahlian; Keahlian merupakan prioritas
dari organisasi. Seseorang yang profesional akan membawa organisasi ke
dalam suatu perubahan kearah yang lebih baik. Organisasi merupakan
kumpulan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama. Oleh karena itu,
kerjasama antar kelompok yang ada di dalam suatu organisasi perlu
diciptakan untuk mempertahankan eksistensi di masa yang akan datang.
22
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan
strategis memiliki kontribusi besar dalam suatu organisasi karena memiliki
manfaat terutama dalam proses pencapaian tujuan suatu organisasi. Penggunaan
perencanaan strategis bertujuan untuk mempersiapkan tindakan-tindakan paling
baik yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Tindakan yang
paling baik dilihat dari analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal.
3. Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (2002) analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini pada
umumnya didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(Strengths) dan peluang (Opportunities), namun juga dapat meminimalkan
kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan
strategi berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan
perusahaan. Artinya perencanaan strategi harus menganalisis faktor-faktor strategi
perusahaan seperti kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman. Oleh karena itu,
perencanaan strategi memerlukan adanya analisis lingkungan internal dan
eksternal.
a. Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal dapat menjadi faktor peluang maupun
ancaman bagi strategi suatu perusahaan. Analisis lingkungan eksternal
umumnya bersumber dari faktor-faktor luar perusahaan. Analisis
lingkungan eksternal ini dibagi menjadi beberapa elemen. Adapun
lingkungan eksternal terdiri dari:
23
1) Faktor Ekonomi
Berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat suatu
perusahaan beroperasi karena pola konsumsi dipengaruhi oleh
kesejahteraan relatif berbagai segmen pasar. Perusahaan harus
mempertimbangkan kecenderungan ekonomi di segmen-segmen yang
mempengaruhi industrinya.
2) Faktor Sosial
Faktor sosial yang mempengaruhi perusahaan adalah kepercayaan,
nilai, sikap, opini, dan gaya hidup orang-orang di lingkungan eksternal
perusahaan yang berkembang dari pengaruh kultural, ekologi,
demografi, geografi, agama serta etnik.
3) Faktor Politik
Faktor politik ini menentukan parameter legal dan regulasi yang
membatasi operasi suatu perusahaan. Tindakan politik seperti ini
meliputi undang-undang paten, subsidi pemerintah maupun dukungan
dari pemerintah. Faktor politik dapat membatasi maupun bermanfaat
bagi suatu industri.
4) Faktor Teknologi
Dorongan inovasi, perusahaan harus mengikuti serta mewaspadai
perubahan teknologi yang makin berpengaruh terhadap industrinya.
Adapun teknologi yang kreatif dapat mendorong terciptanya produk
baru, penyempurnaan produk yang telah ada, atau penyempurnaan
dalam teknik produksi dan pemasaran.
24
b. Analisis Lingkungan Internal
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam menganalisis lingkungan
internal adalah dengan menganalisis lingkungan pada fungsional
perusahaan berupa semua kekuatan internal yang dimiliki perusahaan.
Elemen-elemen lingkungan internal terdiri dari:
1) Struktur, yaitu suatu cara perusahaan mengorganisasikan komunikasi,
otoritas dan arus kerja.
2) Budaya, yaitu pola keyakinan, harapan, dan nilai-nilai dari anggota-
anggota organisasi.
3) Sumber daya atau aset-aset yang dimiliki perusahaan sehubungan
dengan bidang-bidang fungsional, seperti aset dari fungsional
pemasaran, keuangan, personalia, operasional, research and
development.
Pentingnya menganalisis dari perencanaan strategis tidak hanya pada
lingkungan eksternal dan internal dari sebuah organisasi. Akan tetapi, analisis
lingkungan eksternal dan internal yang di dalamnya terdapat kekuatan (Strengths),
kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats).
Analisis yang menyeluruh membuat organisasi lebih bertahan dan akurat dalam
mencapai tujuan.
25
C. Strategi Pengembangan
1. Pengertian Organisasi
Menurut filsuf yunani, Aristoteles telah mengemukakan bahwa manusia
adalah makhluk zoon politicon. Berdasarkan konsep tersebut, manusia memiliki
peran ganda sebagai makhluk individu yang selalu memiliki kepentingan untuk
dirinya sendiri dan makhluk sosial yang berusaha untuk menyatukan kepentingan
demi tujuan kelompok. Organisasi yang menjadi satu kesatuan kelompok yang
berusaha untuk mencapai suatu tujuan, secara wajar manusia menjadi aktor yang
dapat digerakkan dan dikembangkan.
Pendapat lainnya, organisasi didefinisikan sebagai unit sosial (atau
pengelompokan manusia) yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali dengan
penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dapat diartikan
bahwa organisasi dibentuk secara sadar sesuai dengan keinginan manusia tersebut.
Selaras dengan pendapat Robbins (1994) bahwa organisasi adalah kesatuan sosial
yang dkoordinasi secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat
diidentifikasi yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai
suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
Secara konseptual, organisasi merupakan sebuah sistem yang di dalamnya
terdiri dari beberapa sub-sub sistem yang mempengaruhi mekanisme organisasi
tersebut. Menurut Kast dan Rozenzwi model organisasi adalah sebuah sistem
yang meliputi:
a. Suatu subsistem dari lingkungan yang lebih luas
b. Orang-orang yang memiliki goal oriented atau tujuan
26
c. Subsistem-subsistem teknis (orang-orang dengan berbagai
pengetahuannya, teknik-teknik, peralatan dan fasilitas)
d. Subsistem struktural (orang-orang yang bekerja sama dalam suatu
aktivitas yang terpadu)
e. Subsistem psikosial (orang-orang dalam hubungan sosial)
f. Subsistem manajerial (yang mengkoordinasi semua sistem,
merencanakan serta mengawasi seluruh kegiatan organisasi).
Dengan demikian dari beberapa definisi organisasi di atas, dapat
disimpulkan bahwa organisasi merupakan sistem yang menjadi satu kesatuan dan
saling terintegrasi. Setiap komponen antara sistem satu dengan lainnya saling
terkait dan saling mempengaruhi. Keterkaitan dan saling mempengaruhi dalam
rangka mencapai tujuan organisasi.
2. Pengertian Pengembangan
Setiap organisasi pasti membutuhkan adanya pengembangan sebagai
perubahan agar organisasi tersebut lebih baik. Pengembangan organisasi adalah
suatu usaha yang direncanakan, yaitu dimulai oleh para ahli proses untuk
membantu sebuah organisasi mengembangkan ketrampilan diagnostiknya,
kemampuan penguasaannya, strategi hubungannya dalam bentuk sistem-sistem
sementara atau setengah tetap, dan persamaan budaya (Pareek, 1984). Secara
singkat Nimran (2004) mengemukakan pengembangan organisasi adalah suatu
pendekatan yang sistemtik, terpadu dan terencana untuk meningkatkan efektifitas
organisasi.
27
Pengembangan organisasi merupakan sebuah pendekatan komprehensif
terhadap perubahan yang direncanakan, yang didesain untuk memperbaiki
efektivfitas organisasi. Pada intinya, pengembangan organisasi senantiasa
berkaitan dengan perubahan yang direncanakan. Mempunyai sasaran pokok dalam
meningkatkan efektifitas organisasi. Bukan hanya teknik tunggal, tetapi
merupakan sebuah kumpulan teknik-teknik yang memiliki persamaan hubungan
dengan falsafah dan petuah kumpulan pengetahuan.
Definisi pengembangan organisasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli
dapat disimpulkan bahwa pengembangan organisasi merupakan program yang
berusaha meningkatkan ke arah yang lebih baik. Peningkatan kearah yang lebih
baik dilakukan dengan cara mengintegrasikan keinginan individu akan
pertumbuhan dan perkembangan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Agar
nantinya setiap organisasi mampu bersaing dengan tujuan yang sudah dibuat dan
direncanakan.
3. Industri Gula
Industri merupakan bagian dari produksi dimana bagian itu mengambil
bahan-bahan yang langsung dari alam yang kemudian diolah menjadi barang yang
bernilai bagi masyarakat. Industri dapat didefinisikan sebagai usaha untuk
memproduksi barang jadi, bahan baku, atau barang mentah melalui proses
penggarapan dalam jumlah besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan
harga serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi mungkin.
Berdasarkan sudut pandang geografi, Sumaatmadja (1988) memberikan
batasan industri, yaitu:
28
Industri sebagai suatu sistem, merupakan perpaduan subsistem fisis dan
subsistem manusia. Subsistem fisis yang mendukung pertumbuan dan
perkembangan industri yaitu komponen-komponen lahan, bahan mentah
atau bahan baku, sumber daya energi, iklim dengan segala proses
alamiahnya. Sedangkan subsistem manusia yang mempengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan industri meliputi komponen-komponen
tenaga kerja, kemampuan teknologi, tradisi, keadaan politik, keadaan
pemerintahan, transportasi dan komunikasi, konsumen dan pasar.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian, pengertian industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan baku dan/ atau memnafaatkan sumber daya industri sehingga
menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi,
termasuk jasa industri. Kelompok industri adalah bagian-bagian utama kegiatan
industri, yakni kelompok industri hulu, kelompok industri hilir dan kelompok
industri kecil. Sedangkan cabang industri merupakan bagian suatu kelompok
industri yang mempunyai ciri umum sama dalam proses produksi.
Pengertian industri bisa dilihat dari 2 (dua) sudut pandang. Secara mikro,
industri mempunyai pengertian sebagai kumpulan dari perusahaan-perusahaan
yang menghasilkan barang-barang homogen, atau barang-barang yang mempunyai
sifat saling mengganti dengan erat. Namun secara pembentukan harga yaitu
cenderung bersifat makro adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah
dan secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu industri penghasil barang
dan industri penghasil jasa (Hasibuan, 1993).
Badan Pusat Statistik mengelompokkan besar atau kecilnya suatu industri
berdasarkan pada banyaknya jumlah tenaga kerja yang dimiliki. Sektor industri
29
pengolahan dibagi menjadi 4 (empat) kelompok industri berdasarkan jumlah
tenaga kerja yaitu:
a. Industri besar, memiliki jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang
b. Industri sedang, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20-99 orang
c. Industri kecil, memiliki jumlah tenaga kerja antara 5-19 orang
d. Industri rumah tangga, memiliki jumlah tenaga kerja 1-4 orang.
Industri gula merupakan industri berskala besar yang termasuk dalam
sektor pertanian. Menurut Darwin, gula sendiri adalah suatu karbohidrat
sederhana karena dapat larut dalam air dan langsung diserap tubuh untuk diubah
menjadi energi. Gula juga menjadi komoditas utama perdagangan di Indonesia.
Menurut Sugiyanto (2007), gula pasir juga merupakan kebutuhan pokok strategis
yang memegang peran penting di sektor pertanian, khususnya sub sektor
perkebunan. Berdasarkan perekonomian nasional, gula menjadi bahan pangan
sumber kalori yang menempati urutan ke-4 setelah padi-padian, pangan hewani,
minyak dan lemak dengan pangsa pasar sebanyak 6,7%.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian industri gula merupakan kegiatan ekonomi yang memanfaatkan
sumber daya alam khususnya tebu. Melalui pengolahan bahan mentah menjadi
bahan setengah jadi melalui sumber daya manusia yang dibantu oleh teknologi,
sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup manusia. Selain itu, industri gula
mampu menciptakan nilai tambah dari kegiatan mengolah barang dengan
penggunaan teknologi maupun peralatan lainnya.
30
4. Strategi Pengembangan Industri
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015
tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035,
dijelaskan bahwa sasaran pembangunan industri nasional adalah meningkatkan
penguasaan pasar dalam dan luar negeri dengan mengurangi ketergantungan
terhadap impor bahan baku, bahan penolong dan barang modal serta
meningkatkan ekspor produk industri. Tahapan pembangunan industri secara
ringkas dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1. Tahapan Pembangunan Industri Nasional
Sumber: Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035
Tahapan capaian pembangunan industri yang sejalan dengan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, diuraikan sebagai berikut:
31
a. Tahap I (2015-2019)
Arah rencana pembangunan industri nasional pada tahap ini dimaksudkan
untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam pada industri hulu
berbasis agro, mineral dan migas, yang diikuti dengan pembangunan
industri pendukung dan andalan secara selektif melalui penyiapan SDM
yang ahli dan kompeten di bidang industri, serta meningkatkan
penguasaan teknologi.
b. Tahap II (2020-2024)
Arah rencana pembangunan industri nasional pada tahap ini dimaksudkan
untuk mencapai keunggulan kompetitif dan berwawasan lingkungan
melalui penguatan struktur industri dan penguasaan teknologi, serta
didukung oleh SDM yang berkualitas.
c. Tahap III (2025-2035)
Arah Rencana pembangunan industri nasional pada tahap ini dimaksudkan
untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara Industri tangguh yang
bercirikan struktur industri nasional yang kuat dan dalm, berdaya saing
tinggi di tingkat global, serta berbasis inovasi dan teknologi.
Dalam mencapai sasaran pembangunan industri nasiona, dilakukan
perumusan strategi penembangan industri yang dilaksanakan bersama Pemerintah,
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan swasta. Strategi pengembangan industri
prioritas untuk masa yang akan datang adalah sebagai berikut:
a. Ketersediaan bahan baku (kualitas, kuantitas) melalui koordinasi dan
integrasi yang tangguh
32
b. Pengembangan SDM yang ahli dan berkompeten di bidangnya
c. Kemampuan penguasaan dan pengembangan inovasi teknologi
d. Efisiensi proses pengolahan dan penjaminan mutu produk
e. Pengembangan sistem logistik untuk meningkatkan efisiensi produksi dan
distribusi produk pangan
f. Pengembangan sarana dan prasarana industri
g. Peningkatan kerjasama dan investasi industri
Dapat disimpulkan bahwa pemerintah melakukan perencanaan yang
berkaitan dengan pengembangan industri di Indonesia. Persaingan global terutama
di sektor industri yang terus mengancam, pemerintah mengeluarkan peraturan
agar industri Indonesia menjadi industri tangguh dimasa yang akan datan.
Pengembangan yang dilakukan dilihat dari bahan baku, sumber daya manusia,
teknologi, dan lain-lain.
D. Produktivitas
1. Pengertian Produktivitas
Menurut Walter Aigner (dalam Manullang, 1982), produktivitas adalah
keinginan untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan yang
lebih baik di segala bidang. Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan
efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa-jasa. Sinungan (1992)
menyatakan bahwa produktivitas merupakan cara pemanfaatan secara baik
terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang-barang. Pengertian
33
produktivitas menurut Sinungan (1992) dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga),
yaitu:
a. Rumusan tradisional bagi keseluruhan Produktivitas tidak lain adalah rasio
daripada apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan
produksi yang dipergunakan (input).
b. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu
mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik daripada
kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.
c. Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor
esensial, yaitu: investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan
penggunaan teknologi serta riset, manajemen, dan tenaga kerja.
Produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk menentukan
tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara produktivitas
untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien, dan tetap menjaga adanya
kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara
terpadu sumberdaya manusia dan ketrampilan, barang modal, pengembangan
teknologi, manajemen, informasi, energi, dan sumber-sumber lain menuju kepada
pengembangan dan peningkatan standar hidup untuk seluruh masyarakat, melalui
konsep produktivitas. Dewan Produktivitas Nasional menyatakan bahwa:
a. Produktivitas secara terpadu melibatkan semua usaha manusia dengan
produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu
mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari
kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.
34
b. Produksi dan produktivitas merupakan dua pengertian yang berbeda.
Peningkatan produksi menunjukkan pertambahan jumlah hasil yang
dicapai, sedangkan peningkatan produktivitas mengandung pengertian
pertambahan hasil dan perbaikan cara produksi. Peningkatan produksi
tidak selalu disebabkan oleh peningkatan produktivitas, karena produksi
dapat meningkat walaupun produktivitas tetap atau menurun.
c. Peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam tiga bentuk :
1) Jumlah keluaran (output) dalam mencapai tujuan meningkat dengan
menggunakan sumber daya (input) yang sama.
2) Jumlah keluaran (output) dalam mencapai tujuan sama atau meningkat
dicapai dengan menggunakan sumber daya (input) yang lebih sedikit.
3) Jumlah keluaran (output) dalam mencapai tujuan yang jauh lebih besar
diperoleh dengan pertambahan sumber daya (input) yang relative lebih
kecil.
d. Sumber daya manusia memegang peranan yang utama dalam proses
peningkatan produktivitas, karena alat produksi dan teknologi pada
hakekatnya merupakan hasil karya manusia.
Dapat disimpulkan bahwa produktivitas merupakan keinginan organisasi
dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas dari produksi yang dihasilkan. Lebih
melihat bagaimana cara pemanfaatan sumber-sumber dan memproduksi secara
lebih baik dari sebelumnya. Selain itu, produktivitas juga terkait dengan
efektivifitas terhadap sumber yang dipakai agar mampu mencapai tujuan yang
diinginkan.
35
2. Ruang Lingkup Produktivitas
Pandangan tentang produktivitas untuk keperluan definisi dan pemakaian
tidaklah sama pada setiap perusahaan, organisasi, dsb. Menurut Mali (1978)
mengemukakan ada 4 (empat) ruang lingkup produktivitas, yaitu:
a. Ruang Lingkup Nasional
Memandang negara secara keseluruhan, disini diperhitungkan faktor-
faktor secara sederhana seperti buruh, modal, manajemen, bahan mentah,
dan sumber-sumber lainnya sebagai keluaran yang mempengaruhi barang-
barang ekonomi dan jasa. Pada lingkup nasional, estimasi produktivitas
digunakan untuk meramalkan pendapatan nasional dan pengeluaran
nasional pada suatu waktu. Produktivitas digunakan untuk
membandingkan kekuatan kompetisi dari beberapa industri pada situasi
ekonomi nasional yang berbeda. Produktivitas pada lingkup nasional
digunakan sebagai indeks pertumbuhan terutama produktivitas tenaga
kerja.
b. Ruang Lingkup Industri
Pada lingkup ini hanya memperhitungkan faktor-faktor yang
mempengaruhi dan berhubungan terhadap kelompok industri tertentu,
seperti : industri ruang angkasa, minyak, batu bara, pendidikan, kesehatan,
transportasi, dan lain-lain.
c. Ruang Lingkup Perusahaan atau Organisasi
Dalam suatu perusahaan atau organisasi ada pengaruh hubungan antar
faktor. Produksi yang dibuat dapat diukur dan dapat dibandingkan dengan
36
keadaan sebelumnya atau dibandingkan dengan perusahaan lainnya untuk
mengetahui efisiensi perusahaan tersebut.
d. Ruang Lingkup Perorangan
Produktivitas perorangan ditentukan oleh lingkungan kerja serta
ketersediaan alat, proses dan perlengkapan. Pada ruang lingkup ini muncul
faktor baru yang tidak dapat diukur dengan mudah yaitu motivasi.
Motivasi sangat dipengaruhi oleh kelompok individu termasuk pengaruh
kelompok dengan kelompok lain.
E. Good Corporate Governance
1. Sejarah Good Corporate Governance
Sejarah perkembangan konsep corporate governance hingga permulaan
abad ke-21, telah melalui 2 (dua) tahapan generasi. Generasi pertama ditandai
kemunculan oleh Barle dan Means dengan penekanan pada konsekuensi dari
terjadinya pemisahan antara kepemilikan dan kontrol atas suatu perseroan modern
(the modern corporation). Sejalan dengan berkembangnya perseroan menjadi
besar, maka pengelolaan perseroan yang semula dipegang oleh pemilik (owner-
manager) harus diserahkan pada kaum profesional.
Perkembangan signifikan dalam konsep corporate governance pada
generasi pertama ditandai dengan kemunculan Jensen dan Meckling hampir
setengah abad kemudian. Kedua ekonom tersebut dikenal dengan agency theory
yang menandai tonggak perkembangan riset yang luar biasa di bidang
governance. Melaui teori ini, berbagai ilmu sosial launnya seperti sosiologi,
manajemen strategik, manajemen keuangan, akuntansi, etika bisnis dan organisasi
37
mulai menggunakan pendekatan agency theory untuk memahami fenomena
corporate governance. Akibatnya perkembangan corporate governance menjadi
multidimensi.
Perkembangan yang secara efektif dianggap sebagai awal munculnya
generasi kedua corporate governance ditandai dengan hasil karya La-Porta dan
koleganya pada tahun 1998. Penerapan corporate governance di suatu Negara
sangat dipengaruhi oleh kondisi perangkat hukum di negara tersebut dalam upaya
melindungi kepentingan berbagai pihak yang terkait dengan perseroan terutama
pemilik minoritas. Istilah corporate governance secara eksplisit baru muncul
pertama kali pada tahun 1984 dalam tulisan Robert I. Tricker. Menurut buku yang
ditulis Tricker (dalam Surya, dkk., 2008), memandang corporate governance
memiliki kegiatan utama sebagai berikut: (1) Direction, yang berfokus pada
formulasi arah dan strategi untuk masa depan perseroan secara jangka panjang;
(2) Excecutive action, yang diaplikasikan dalam pengambilan keputusan; (3)
Pengawasan, meliputi monitoring performance dari manajemen; (4) Akuntabilitas,
yang berfokus pada pertanggungjawaban pihak-pihak yang membuat keputusan.
2. Pengertian Good Corporate Governance
Istilah Good Corporate Governance (GCG) semakin banyak
diperbincangkan. Istilah tersebut juga ditempatkan pada posisi terhormat. Good
Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu kunci sukses perseroan
untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus
memenangkan persaingan bisnis global terutama bagi perseroan yang telah
berkembang dan menjadi terbuka. Krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika
38
Latin terjadi karena kegagalan penerapan GCG. Diantaranya sistem hukum yang
lemah, standar akuntansi dan audit yang tidak konsisten, praktek perbankan yang
lemah, serta pandangan Board of Directors (BOD) yang kurang peduli terhadap
hak-hak pemegang saham minoritas.
Menurut komite Cadbury (dalam Surya, dkk., 2008), Corporate
governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perseroan
dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang
diperlukan oleh perseroan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan
pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan
kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham dan sebagainya. Good
Corporate Governance menurut OECD dianggap sebagai serangkaian hubungan
antara manajemen perusahaan, dewan direksi, pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan yang efektif menetapkan sistem
checks and balances untuk mengendalikan perusahaan sehingga mengurangi
kemungkinan kesalahan dalam penyalahgunaan asset perusahaan, sekaligus
menciptakan struktur insentif bagi manajer untuk memaksimalkan nilai
perusahaan.
Berdasarkan definisi tersebut, maka Good Corporate Governance dapat
diartikan sebagai konsep yang menyangkut struktur Perseroan atas pembagian
tugas, pembagian kewenangan, dan pembagian beban tanggung jawab dari
masing-masing unsur di luar Perseroan yang pada dasarnya merupakan
stakeholder dari perseroan. Mengingat pentingnya Good Corporate Governance
bagi Perseroan, BUMN mengartikan GCG sebagai suatu proses dan struktur yang
39
digunakan oleh organisasi BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas Perseroan guna mewujudkan Nilai Pemegang Saham dalam jangka
panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
berlandaskan Peraturan Perundang-undangan dan nilai-nilai etika. ‘
Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Good Corporate
Governance merupakan suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis
tentang peran dewan komisaris, direksi, dan para stakeholder lainnya. Selain itu,
dalam GCG menerapkan sistem check and balance mulai dari pertimbangan
kewenangan atas pengendalian Perseroan yang dapat membatasi munculnya dua
peluang yaitu pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset Perseroan. Bahkan
GCG harus memiliki proses yang transparan atas penentuan tujuan Perseroan,
pencapaian dan pengukuran kinerjanya.
3. Prinsip Good Corporate Governance
Pada dasarnya prinsip Good Corporate Governance dijadikan sebagai
sistem yang mengatur keseimbangan dalam pengelolaan perusahaan yang
dituangkan dalam bentuk prinsip tersebut. Berdasarkan Pedoman Umum Good
Corporate Governance Tahun 2006, ada beberapa prinsip dasar yang harus
diperhatikan dalam Corporate Governance, yaitu:
a. Keterbukaan (Transparancy)
Penyediaan informasi yang memadai, akurat, dan tepat waktu kepada
stakeholders harus dilakukan oleh perusahaan agar dapat dikatakan
transparan.
40
b. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan
pertanggungjawaban organisasi shingga pengelolaan Perseroan terlaksana
secara efektif.
c. Responsibilitas (Responsibility)
Pertanggungjawaban Perseroan adalah kesesuaian di dalam pengelolaan
Perseroan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan
perundangan yang berlaku.
d. Independensi (Independecy)
Independensi atau kemandirian adalah suatu keadaan dimana Perseroan
dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau
tekanan dari pihak maupun yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
e. Kesetaraan (Fairness)
Kesetaraan bisa didefinisikan sebagai perlakuan yang adil dan serta di
dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian
serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.