BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Telur
1. Telur Itik
Telur yang biasa digunakan dalam dalam pembuatan telur asin yaitu telur
itik karena mempunyai pori-pori kulit yang lebih besar dibandingkan dengan telur
unggas lainnya, sehingga kemampuan dalam menyerap air sangat mudah dan
sangat baik jika diolah menjadi telur asin.
Telur itik merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa
sangat lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi terutama protein, lemak dan
karbohidrat. Pemanfaatan telur itik masih terbatas pada pengolahan pangan
disebabkan oleh aroma yang kurang disukai dan sifatnya yang mudah rusak,
sehingga diperlukan proses pengawetan yang tepat. Salah satu cara pengawetan
telur yang sudah umum dilakukan adalah pembuatan telur asin.
Tabel 1. Komposisi Kimia Telur Ayam Ras, Telur Bebek dan Telur Bebek (Asin)
Komposisi Telur Ayam Telur Bebek Telur Bebek (Asin)
Kalori (kal) 162 189 195
Protein (g) 12,8 13,1 13,6
Lemak (g) 11,5 14,3 13,6
Hidrat arang(g) 0,7 0,8 1,4
Kalsium (mg) 54 56 120
Fosfor (mg) 180 175 157
Besi (mg) 2,7 2,8 1,8
Vit. A S.I 900 1230 841
Vit. B-1 (mg) 0,10 0,18 0,28
Vit.C (mg) 0 0 0
Air (g) 74 70,8 66,5
b.d.d (%) 90 90 83 Sumber: Harianto (2016)
5
Telur itik memiliki bau amis yang tajam sehingga penggunaan telur itik
dalam bahan makanan tidak seluas telur ayam. Selain baunya yang amis, telur itik
juga memiliki pori-pori kulit yang lebih besar, sehingga sangat baik untuk diolah
menjadi telur asin (Gsianturi,2003).
Tabel. 2 Kandungan Zat Gizi pada Telur Itik Tiap 100 g
Bagian (%) Isi Telur Putih Telur Kuning Telur
Berat 67 40,4 26,6
Air 69,7 86,8 44,8
Bahan kering 30,3 13,2 55,2
Protein 13,7 11,3 17,7
Lemak 14,4 0,08 35,2
Karbohidrat 1,2 1,0 1,1 Sumber : Winarti(2004)
Untuk mengetahui secara pasti kondisi telur yang akan diasinkan, maka
perlu dilakukan pemeriksaan sekaligus pemilihan (sortasi). Namun, harus
dipastikan terlebih dahulu bahwa telur-telur yang akan diperiksa tersebut
merupakan telur yang belum pernah dierami sama sekali, sehingga kemungkinan
adanya janin didalamnya dapat dihindari. Disamping itu, harus dihindari juga
penggunaan telur yang telah mengalami keretakan atau pecah kulit, karena selama
dalam perendaman putih telurnya akan menerobos keluar dan membuat larutan
perendamannya berbau busuk. Agar kualitas telur asin bagus, pilih telur bebek
yang segar dan berkualitas baik. Telur bebek yang diasinkan tidak boleh pecah,
retak, atau lembek. Karenanya, pilih yang bercangkang keras dan tebal.Telur
bebek yang dipakai sebaiknya masih baru, maksimum baru disimpan 2 hari. Akan
lebih baik jika umur telur bebek tidak lebih dari 10 jam. Pemeriksaan dilakukan
dengan memasukan telur-telur tersebut kedalam suatu wadah atau bak plastik
yang telah diisi dengan air, kemudian mengamati posisi telur telur tersebut
6
didalam air. Telur yang melayang. harus segera dipisahkan, sedangkan telur yang
tenggelam atau yang setengah melayang dibiarkan terendam beberapa saat
sehingga kotorannya mudah dibersihkan. Telur-telur yang baik tersebut, kemudian
dicuci dengan sabun dan dibilas dengan air hingga benar-benar bersih, serta
ditiriskan (Harianto, 2016).
Untuk menjaga kesegaran dan mutu isi telur, diperlukan teknik
penangananyang tepat, agar nilai gizi telur tetap baik serta tidak berubah rasa, bau,
warna, danisinya. Telur asin adalah istilah umum untuk masakan berbahan dasar
yangdiawetkan dengan cara diasinkan (diberikan garam berlebih untuk
menonaktifkan perombak). Kebanyakan telur yang diasinkan adalah telur itik,
meski tidak menutup kemungkinan untuk telur-telur yang lain. Telur asin baik
dikonsumsi dalam waktu satu bulan (Harianto, 2016).
B. Pengasinan Telur
Salah satu sifat telur yaitu mudah mengalami kerusakan. Kerusakan pada
telur dapat terjadi dalam bentuk kerusakan fisik, kerusakan kimiawi, atau
kerusakan akibat mikroorganisme. Pengawetan untuk dilakukan, seperti
pengasinan, penyamakan dengan bahan nabati, perendaman dalam larutan kapur,
dan metode penyimpanan dingin (Koswara, 2009).
Pengawetan telur dengan cara pengasinan telah dikenal oleh masyarakat.
Pengasinan pada umumnya dilakukan dengan cara merendam telur dalam larutan
garam (NaCl) atau memeram telur dalam adonan yang terdiri dari batu bata, abu,
dan garam.
7
Prinsip dari pengawetan khususnya telur konsumsi adalah
mencegahmasuknya mikrobia ke dalam telur, dan mencegah penguapan air dan
gas-gas daridalam telur yang melewati pori-pori kerabang telur yang berjumlah
7.000 sampai 17.000 dengan variasi ukuran 13 mikron pada ujung yang tumpul,
dan 6 mikron pada ujung yang runcing. Telur segar yang baik ditandai oleh
bentuk kulitnya yang bagus, cukup tebal, tidak cacat (retak), warnanya bersih,
rongga udara dalamtelur kecil, posisi kuning telur di tengah-tengah dan tidak
terdapat bercak atau noda darah (Marsudin, 2009).
C. Sereh Dapur
Tanaman sereh dapur atau Cymbopogon citratus DC merupakan tumbuhan
yang masuk ke dalam famili rumput-rumputan atau Poaceae. Dikenal juga dengan
nama serah dapur (Indonesia), sereh (Sunda), dan bubu (Halmahera) (Oyen dan
Dung, 1999). Tanaman ini dikenal dengan istilah Lemongrass karena memiliki
bau yang kuat seperti lemon, sering ditemukan tumbuh alami di negara-negara
tropis (Oyen dan Dung, 1999).
Menurut Muhlisah (1999), tanaman serai dapur memiliki klasifikasi
sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Poales
Famili : Poaceae
Marga : Cymbopogon
8
Jenis : Cymbopogon citratus (DC.) Stapf
Kandungan kimia yang terdapat di dalam tanaman serah antara lain pada
daun serah mengandung 0,4% minyak atsiri dengan komponen yang terdiri dari
sitral, sitronelol (66-85%), α-pinen, kamfen, sabinen, mirsen, β-felandren, psimen,
limonen, cis-osimen, terpinol, sitronelal, borneol, terpinen-4-ol, α-terpineol,
geraniol, farnesol, metil heptenon, n-desialdehida, dipenten, metil heptenon,
bornilasetat, geranilformat, terpinil asetat, sitronelil asetat, geranil asetat dan β-
kariofilen oksida (Rusli dkk., 1979).
D. Garam
Garam adalah senyawa yang terbentuk dari reaksi asam dan basa. Terdapat
beberapa contoh garam, antara lain: NaCl, CaCl2, ZnSO4, NaNO2, dan lain-lain.
Dalam kehidupan sehari–hari tentu kamu tidak asing dengan garam. Contoh
garam adalah garam dapur (NaCl) yang biasa digunakan untuk keperluan
memasak (Anonim, 2011).
Penggaraman merupakan salah satu cara pengawetan yang sudah lama
dilakukan masyarakat. Garam dapat bertindak sebagai pengawet karena garam
akan menarik air dari bahan pangan sehingga mikroorganisme pembusuk tidak
dapat berkembang biak karena menurunnya aktivitas air. Garam digunakan untuk
mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme pencemar seperti mikroorganisme
protiolitik dan spora. Sifat-sifat anti mikroorganisme dari garam. Garam akan
berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu.
Mikroorganisme pembusuk atau proteolitik dari bentuk spora adalah yang paling
mudah terpengaruh walau dengan kadar garamnnya rendah yaitu 6%.
9
Mikroorganisme patogen termasuk Clostiridium botulinum kecuali Streptococcus
aureus dapat dihambat oleh konsentrasi garam sampai 10%-12%. Beberapa
mikroorganisme terutama jenis Leuconostoc dan Lactobacillus dapat tumbuh
dengan cepat dengan adanya garam. Garam juga mempengaruhi aw dari bahan
sehingga dapat mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme. Beberapa
mikroorganisme seperti bakteri halofilik (bakteri yang bertahan hidup pada
konsentrasi garam tinggi) dapat tumbuh pada larutan garam hampir jenuh, tetapi
membutukan waktu penyimpanan yang lama untuk tumbuh dan selanjutnya
terjadi pembusukan (Estiasih, 2009).
Pengasinan merupakan salah satu upaya untuk memperpanjang masa
simpan. Menurut Koswara (2009) konsentrasi garam yang diberikan pada saat
pemeraman telur asin mempengaruhi daya simpan telur asin. Produk yang
disimpan dalam jangka waktu lama akan mengalami penurunan kualitas baik
secara fisik, kimia, maupun mikrobiologi.
E. Perendaman
Pengasinan dengan cara perendaman yaitu dengan merendam telur di
dalam larutan garam jenuh (Damayanti, 2008).
Rasa asin telur asin yang dihasilkan sangat bergantung kepada lama
penyimpanan. Bagi yang menyukai telur asin sebagai teman nasi, maka
penyimpanan selama 15 hari cukup maksimal. Selain asinnya kental, kuning
telurnya pun kuning tua dan berminyak. Untuk sekedar ditambul, dimakan dengan
10
kerupuk, maka yang disimpan 10 hari asinnya cukup. Sebelum memulai proses
pembuatan telur asin, kita buat adonan garam atau larutan garam terlebih dulu
untuk bahan pemeraman atau perendaman telur. Kalau kita baru pertama kali
membuat telur asin, maka kita harus lebih memperhatikan takaran media atau
garam yang akan kita larutkan, agar rasa asin pada telur tidak kurang atau
berlebihan. Perendaman telur dilakukan selama 7-10 hari dalam larutan garam
yang sudah didinginkan, agar menghasilkan telur asin yang rasa asinnya cukup
enak untuk dinikmati (Harianto, 2016).
Proses pengasinan telur memerlukan waktu 15-30 hari (Kautsar, 2005).
Sedangkan proses pengasinan dengan larutan garam jenuh memerlukan waktu 7-
10 hari (Sultoni, 2004). Menurut Sarwono (1994) pembuatan telur asin
dibutuhkan larutan garam pekat dengan konsentrasi antara 25 – 40%.
F. Protein
Protein dalam telur mempunyai mutu yang tinggi, karena memiliki
susunan asam amino esensial yang lengkap, sehingga dijadikan patokan untuk
menentukan mutu protein dari bahan pangan yang lain (Anjarsari, 2010).
Protein putih telur terdiri atas protein serabut yang terdiri ovomucin dan
protein globular yang terdiri dari ovalbumin, conalbumin, ovomucoid, lizosim,
flavoprotein, ovoglobulin, ovoinhibitor dan avidin (Budi utomo, 2006). Protein
globular merupakan protein berbentuk bola. Protein ini larut dalam larutan garam
esam encer, juga lebih mudah berubah dibawah pengaruh suhu, konsentrasi
11
garam, pelarut asam basa dibandingkan protein serabut. Protein globular juga
merupakan protein yang mudah terdenaturasi (Winarno,1997).
G. Perubahan yang Terjadi Selama Proses Pengasinan
1. Denaturasi Protein
Denaturasi adalah suatu perubahan atau modifikasi struktur sekunder,
tersier, dan kuartener molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan
kovalen. Denaturasi protein dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu oleh
panas, pH, bahan kimia, gelombang suara, tekanan yang tinggi dan mekanik.
Senyawa kimia seperti urea dan garam dapat memecah ikatan hidrogen yang
akhirnya menyebabkan denaturasi protein (Winamo 1997).
Pengasinan merupakan sebuah teknik pengolahan telur itik yang juga
digunakan sebagai teknik pengawetan. Fungsi utama garam pada telur asin adalah
sebagai pengawet. Semakin tinggi kadar garam pada telur asin maka akan
semakin lama daya simpannya tetapi penambahan garam yang berlebihan akan
menyebabkan denaturasi protein karena adanya perubahan atau modifikasi pada
struktur sekunder dan tresiernya (Winarno, 2004).
2. Koagulasi
Molekul-molekul protein dapat mengalami penurunan daya larut atau
berubah bentuk cair dari cairan (sol) menjadi bentuk semi padat (gel) atau bentuk
padat. Peristiwa perubahan bentuk ini disebut koagulasi. Koagulasi disebabkan
antara lain oleh panas, pengocokan, garam-garam, asam, basa atau urea.
Koagulasi protein akibat pemanasan menyebabkan terjadinya reaksi antara protein
12
dengan air yang diikuti dengan terjadinya penggumpalan protein. Energi panas
dapat ditimbulkan dari pengocokkan atau perlakuan penambahan panas buatan
(Sirait, 1986).
Konsentrasi terbesar dalam lapisan telur adalah ovomucin. Ovomucin
mempengaruhi terbentuknya jala-jala yang mengikat air membentuk struktur gel
putih telur (Sirait, 1986). Kalaza mempunyai kandungan much yang tinggi dan
mempunyai daya tahan terhadap penggumpalan. Sebaliknya, kuning telur
mengandung komponen non protein yang merukan subyek penggumpalan. Bila
dalam suatu larutan protein ditambahkan garam, daya larut protein akan
berkurang, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa pemisahan
protein ini disebut sebagai salting out. Bila garam netral yang ditambahkan
berkonsentrasi tinggi, maka protein akan mengendap (Winarno, 1997).
3. Pembentukan Gel
Gel adalah fase padat dan cair, sebagai sistem larutan yang kehilangan
sifat mengalir. Gelasi terjadi pada saat terbentuk ikatan nonkovalen dari gugus
fungsionalyang sudah stabil. Mekanisme dari gelasi ini adalah air, immobilisasi
dan pembentukan struktur gel yang stabil (Fennema, 1985).
Pembentukan gel ada 4 tahap diantaranya adalah denaturasi, agregasi,
koagulasi dan flokulasi (Pomeranz, 1985). Garam merupakan salah satu faktor
penyebab denaturasi dan mempengaruhi pembentukan gel pada kuning telur. Hal
tersebut terjadi karena adanya aktivitas kation dan anion dari garam yaitu Na+ dan
Cl yang mengikat (Stadelman dan Cotteril, 1977).
13
H. Variabel Pengamatan
1. Sifat Fisik
a. Tekstur
Tekstur adalah alat yang terkait dengan penilaian dari karakteristik
mekanisme suatu materi, dimana alat tersebut diperlakukan untuk menentukan
kekuatan materi dalam bentuk kurva. Tekstur digunakan untuk menentukan sifat
fisik bahan yang berhubungan dengan daya tahan atau kekuatan suatu bahan
terhadap tekanan (Anonim, 2009).
Karakteristik utama pada tekstur adalah :
1. Kekerasan, diperlukan untuk memampatkan suatu materi, sehingga resisten
terhadap deformasi.
2. Kelentingan. merupakan tingkat dimana suatu materi yang diubah bentuknya
dapat kembali pada bentuk awalnya.
3. Kelekatan, menyangkut daya tarik materi dalam mulut seperti lidah, gigi, dan
langit-langit mulut sejauh mana materi dapat ditarik.
4. Kekompakan, kekuatan ikatan internal yang menyusun materi.
Karakteristik kedua pada tekatur anylizer adalah :
1. Kerapuhan, sifat permukaan yang berhubungan dengan adesi antara materi
permukaan yang bergabung.
2. Kelengketan, energi yang diperlukan untuk menghancurkan materi semi-solid
pada saat siap ditelan.
14
3. Kekenyalan, energi yang digunakan untuk mengunyah suatu materi yang padat
pada saat makanan siap ditelan. Kekenyalan sukar untuk diukur degan tepat
dari kunyahan.
2. Sifat Kimia
a. Kadar Air
Penentuan kadar air merupakan analisis penting dan paling luas dilakukan
dalam pengolahan dan pengujian pangan. Jumlah bahan kering (dry matter)
sempel bahan kebalikan dengan jumlah air yang dikandungnya, maka kadar air
secara langsung berkaitan dengan kualitas dan stabilitas bahan.
Bila jenis bahan basah dikeringkan, berarti terjadi penguapan air dari
bahan itu melewati permukaannya. Penguapan air ini terhenti bila tingkat
kabasahan permukaan “sama” dengan tingkat kebasahan udara sekelilingnya.
Tidak ada lagi sejumlah energi yang bias berpindah dari luar ke dalam atau
sebaliknya. Namun walaupun telah dikeringkan bahan hingga mencapai kadar air
minimum, kadar airnya pun akhirnya bisa meningkat lagi bila kontak dengan
media atau udara yang kebasahannya tinggi untuk menjadi seimbang.
b. Kadar Protein
Menurut Sudarmadji, dkk (1997) protein adalah asam amino yang
mengandung unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak memiliki lemak atau
karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang dan ada jenis
protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan belerang.
Protein dalam bahan makanan yang dikonsumsi manusia akan diserap oleh
usus dalam bentuk asam amino. Kadang-kadang beberapa asam amino yang
15
merupakan peptida dan molekul-molekul protein kecil dapat juga diserap melalui
dinding usus, masuk kedalam tubuh yang sering kali timbul pada orang yang
makan bahan makanan yang mengandung protein seperti susu, ikan laut, udang,
telur dan sebagainya.
c. Kadar Lemak
Lemak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid.
Salah satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida adalah daya larutnya
dalam pelarut organic (ester, benzone, khloroform) atau sebaliknya ketidak
larutannya dalam pelarut air.
Penentuan kadar lemak denga pelarut selain lemak juga terikat fosfolipida,
sterol, asam lemak bebas (Sudarmadji dkk, 1994).
3. Uji Organoleptik
Sifat organoleptik merupakan sifat yang dapat dinilai dengan panca indera
dimana sifat organoleptik ini banyak digunakan untuk menilai komoditi
pertaniandan makanan. Kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing orang
untuk menulis sifat organoleptik pada suatu bahan pangan berbeda-beda, hal ini
tergantung pada kepekatan indra dan masing-masing orang (Soekarto, 1985). Sifat
organoleptik yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Aroma
Aroma merupakan salah satu komponen yang penting dalam penilaian
konsumen terhadap suatu produk. Aroma adalah salah satu parameter yang
subjektif serta sulit diukur disebabkan setiap orang mempunyai sensitifitas dan
kesukaan yang berbeda terhadap suatu bau. Uji aroma penting karena dapat secara
16
cepat memberikan hasil penilaian penerimaan konsumen terhadap produk yang
dihasilkan. Aroma merupakan faktor penentu daya terima konsumen terhadap
produk pangan. Aroma dipengaruhi oleh senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan
interaksi dengan komponen rasa yang lain.
b. Warna
Warna merupakan komponen yang sangat penting dalam menentukan
kualitas atau derajat penerimaan dari suatu bahan pangan. Suatu bahan pangan
yang dinilai dan teksturnya baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang
kurang sedap dipandang atau telah menyimpang dari warna yang seharusnya.
Penentuan mutu suatu bahan pangan tergantung dari beberapa faktor, tetapi
sebelum faktor lain diperhitungan secara visual faktor warna tampil lebih dulu
untuk menentukan mutu bahan pangan (Winarno, 2004).
Ada lima sebab yang dapat menyebabkan suatu bahan makanan berwarna
yaitu :
1. Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan hewan misalnya klorofil
berwarna hijau, karoten berwarna jingga dan mioglobin menyebabkan warna
merah pada daging.
2. Reaksi karamelisasi yang timbul pada saat gula dipanaskan membentuk warna
coklat, misalnya warna coklat pada kembang gula karamel atau pada roti bakar.
3. Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi maillard, yaitu antara gugus
amino protein dengan gugus karboksil gula pereduksi misalnya susu bubuk
yang disimpan terlalu lama akan berwarna gelap.
17
4. Reaksi antar senyawa organik dengan udara akan menghasikkan warna hitam
atau coklat gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh adanya logam serta enzim
misalnya warna gelap pada permukaan apel atau kentang yang dipotong.
c. Rasa
Rasa merupakansalah satu indikator yang penting pada penilaian produk
makanan. Beberapa komponen yang berperan dalam penentuan rasa makanan
adalah aroma makanan, bumbu masakan, bahan makanan, keempukan atau
kekenyalan makanan, kerenyahan makanan , tingkat kematangan dan temperatrur
makanan (Meilgard dkk, 2000).
Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu senyawa kimia, suhu,
konsentrasi dan interaksi dengan komposisi rasa yang lain. Berbagai senyawa
kimia menimbulkan rasa yang berbeda.