4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian terdahulu
1. Daswin (2012) dengan Judul Pengaruh Kafein Terhadap Kualitas Tidur
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Tujuan ini
yaitu mengetahui pengaruh penggunaan kafein pada kualitas tidur
mahaiswa. penelitian ini bersifat eksperimental dengan desain paralel dan
tujuan klinis pragmatis. Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 30
mahasiswa semester VII fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara
tahun 2012 dengan metode Consecutive sampling. Metode pengumpulan
data adalah wawancara dimana data kualitas tidur diambil dari 30
mahasiswa semester VII Fakultas kedokteran Universitas Sumatra Utara
dengan menggunakan kuaisioner kualitas tidur.hasilnya yaitu tidur orang
yang mendapat kopi mendapat kopi berkafein adalah 53,3 % berkualitas
sedang. Kualitas tidur orang mendapat kopi dekafein adalah 73,3 %
berkualitas baik. Sehingga kualitas tidur orang pada orang yang mendapat
kopi berkafein adalah lebih buruk dari orang yang mendapat kopi
dekafein. Persamaan pada penelitin ini yaitu mengetahui pengaruh kafein
terhadap kualitas tidur, variabel terikatnya sama-sama tentang kualitas
tidur dan kuisioner yang digunakan yaitu dengan kuisioner kualitas tidur.
perbedaannya yaitu variabel bebas dalam penelitian ini yaitu konsumsi
kopi robusta, susu, dan campuran keduanya, teknik pengambilan sample
pada penelitian ini yaitu dengan purposive sampling, dan responden yang
dipilih yaitu seluruh mahasiswa semester VII Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
B. Landasan Teori
1. Kopi
a. Definisi
Secara umum, Indonesia termasuk salah satu konsumen kopi
dengan konsumsi 6, 38% dari konsumsi negara total eksportir kopi dunia
Pengaruh Pemberian Minuman..., Dewi Ayu Rachmawati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
5
(Lestari et al, 2009). Kopi itu sendiri juga termasuk minuman yang paling
terkenal dikalangan masyarakat khususnya remaja. Kopi banyak disenangi
oleh masyarakat sekitar karena memiliki cita rasa dan aroma yang khas.
Namun kopi juga mempunyai efek negatif diantaranya dapat mengganggu
absorbsi besi sehingga menyebabkan anemia defisiensi besi, ulkus
peptikum, esofagitis erosif, dan gastroesofageal refluks (Koto, 2014).
Senyawa nutrisi pada biji kopi terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, dan
mineral. Sukrosa yang termasuk golongan karbohidrat merupakan
senyawa disakarida yang terkandung dalam biji kopi, kadarnya bisa
mencapai 75% pada biji kopi kering (Aziz et al. 2009).
Remaja usia sekolah antara usia 12-21 tahun, baik laki-laki
maupun perempuan menggunakan kafein untuk meningkatkan semangat
dalam mengerjakan tugas dan mengusir rasa kantuk pada jam-jam sekolah
(Purdiani, 2014).
b. Zat yang terkandung didalam kopi diantaranya:
1) Kafein
Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara
alami pada lebih 60 jenis tanaman terutama teh (1-48%), kopi (1-1,5%),
dan biji kola (2,7-3,6%). Kafein diproduksi secara komersial dengan cara
ekstraksi dari tanaman tertentu serta diproduksi secara sintesis.
Kebanyakan produksi kafein bertujuan untuk memenuhi industri
minuman. Kafein juga digunakan sebagai penguat rasa atau bumbu pada
berbagai industri makanan (Misra et al, 2008).
Kafein adalah alkaloid putih yang mempunyai rumus senyawa
kimia C8H10N4O2, dan rumus bagun 1,3,7-trimethylxanthine. Kafein
mempunyai kemiripan struktur kimia dengan 3 senyawa alkaloid yaitu
Xanthin, Theophylline, dan Theobromin (Daswin, 2013). Komponen yang
dikenal dalam kafein yaitu Xanthin. Xanthin dalam kafein paling kuat dan
mempunyai kemampuan untuk kewaspadaan dan dapat menunda tidur
(Koto, 2014).
Pengaruh Pemberian Minuman..., Dewi Ayu Rachmawati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
6
Kafein merupakan stimulasi sistem saraf pusat dan metabolik.
Kafein dapat menghambat phosphodiesterase dan mempunyai efek
antagonis pada reseptor adenosal sentral sehingga dapat mempengaruhi
fungsi saraf pusat dan mengakibatkan gangguan tidur (Daswin, 2012).
Lebourgoues (2005) memperkuat hasil penelitian ini yang mana
hasil penelitiannya menunjukan bahwa konsumsi kafein sebelum tidur
mempengaruhi kualitas tidur.
Gambar 2.1: Struktur kafein (Misra, 2008)
Hasil Penelitian Purdiani (2014) menunjukan bahwa terdapat
hubungan bermakna antara responden yang mengkonsumsi kafein dengan
yang tidak mengkonsumsi terhadap semangat kerja/belajar, responden
yang mengkonsumsi kafein mempunyai semangat kerja/belajar yang baik.
Namun, konsumsi kafein juga dapat mempengaruhi aspek psikologi
penggunaannya, responden yang biasa mengkonsumsi kafein dan
kemudian tidak minum ditemukan mengalami kecemasan, letih/lesu dan
tidak bersemangat. Diketahui pula frekuensi dan jumlah konsumsi kafein
juga mengambil peranan penting terhadap semangat belajar/kerja dan
aspek psikologis.
Menurut Hounnaklang et al. (2016) semakin banyak kafein yang
mereka konsumsi, maka semakin banyak yang memiliki kualitas tidur
yang buruk. Faktanya bahwa konsumen kafein tidak bisa mudah tertidur
karena akan memblokir efek adenosin, neurotransmitter dan diduga
mempromosikan tidur. Selain itu, kafein juga bisa mengganggu tidur
dengan meningkatkan kebutuhan untuk buang air kecil.
Pengaruh Pemberian Minuman..., Dewi Ayu Rachmawati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
7
a) Sumber kafein
Kafein banyak terdapat pada biji kopi dan daun teh. Saat ini sudah
terdapat beberapa paten yang meneliti proses dekafeinasi dari beberapa
jenis bahan. Kafein juga terdapat pada teh (1-48%), kopi (1-1,5), dark
chocolate (20 mg per ons), espresso (100 mg per 2 ons), kopi instan (70
mg per 8 ons) dan pada daun teh sebesar 0,5 g per 25 g (Rajasekaran,
2005).
Tabel 2.1 Kadar kafein
Kadar kafein
1 cangkir (180 ml) kopi instan 100 mg
1 cangkir (180 ) kopi saring 150 mg
1 cangkir (240 ml) kopi saring 200 mg
Tablet vivarin 200 mg
1 kaleng (360 ml) coca cola, pepsi, Dr. Pepper, atau minuman
ringan berkafein lainnya.
±40 mg
1 cangkir (180 ml) teh hijau 15 mg
1 cangkir (180 ml) teh hitam 50 mg
1 cangkir (180 ml) coklat panas 10 mg
Coklat susu batangan merek Hershey (45 gr) 12 mg
Coklat hitam batangan merek Hershey (37 gram) 36 mg
Es krim kopi merek Haagen Dazs (227 gr) 64 g
Sumber : Bannet and Bealer, 2010
b) Farmakologi kafein
Kafein merupakan salah satu jenis alkaloid yang mempunyai efek
farmakologis seperti menstimulasikan saraf pusat, relaksaasi otot polos
terutama otot polos bronkus dan menstimulasi otot jantung. Efek kafein
pada tubuh timbul pada pemberian kafein 85-250 mg. Namun ketika
kafein ditambahkan dalam jumlah tertentu ke dalam minuman dengan
jumlah berlebih tanda dan gejala yang dapat ditimbulkan diantaranya rasa
gugup, gelisah, tremor, insomnia, hipertensi, mual dan kejang, kecemasan,
insomnia, wajah memerah, diuresis, gangguan saluran cerna, kejang otot,
takikardi, aritmia, peningkatan energi dan agitasi psikomotor (Soraya,
2008).
c) Toleransi kafein
Menurut SNI batas minuman adalah 150 mg/hari atau 50
mg/sajian. Dosis kafein yang diizinkan 100-200 mg/hari. Bannet dan
Bealer (2010) merekomendasikan bahwa untuk konsumsi kafein setiap
Pengaruh Pemberian Minuman..., Dewi Ayu Rachmawati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
8
harinya tidak melebihi 500-600 mg atau jumlah setara dengan 3-4 cangkir
kopi saring ukuran 180 mg. Hal ini dikarenakan akan berdampak pada
status kesehatan seseorang seperti insomnia, merasa gugup, emosi yang
buruk dan cemas. Menurut Elina (2009) dalam penelitian Kristiyanto et
al. (2013) menyatakan tiap jenis kopi berbeda-beda seperti pada kopi
Rebusta yang mengandung kafein 2,473% sedangkan kopi arabica
mengandung kafein 1,994 %.
d) Farmakokinetik kafein
Absorbsi kafein terjadi pada saluran cerna dan kadar puncak dalam
darah dicapai selama 30 hingga 45 menit. Pada orang dewasa yang sehat
jangka waktu penyerapannya yaitu sekitar 3-4 jam, pada wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral waktu penyerapannya adalah 5-10 jam.
Sedangkan Pada bayi dan anak jangka waktu penyerapan lebih panjang
yaitu sekitar 30 jam. Kafein dapat melewati plasenta dan lapisan darah-
otak dikarenakan sifatnya yang hidrofobik (Daswin, 2012). .
Hati merupakan tempat utama dalam proses metabolisme kafein.
Hasil akan dimetabolisme lebih lanjut dan akan dikeluarkan melalui urin.
Waktu paruh eliminasinya berkisar antara 3-7 jam. Adapun faktor-faktor
yang dapat mempengaruhinya diantaranya jenis kelamin, usia, penggunaan
kontrasepsi oral, kehamilan dan merokok. Namun waktu paruh kafein
pada wanita lebih singkat dibandingkan dengan laki-laki (Daswin, 2012).
e) Farmakodinamik kafein
Kafein mempunyai efek relaksasi otot polos, terutama otot polos
bronkus, merangsanag susunan saraf pusat, otot jantung, meningkatkan
diuresis (Syarif et al. 2007).
(1) Susunan syaraf pusat
Kafein merupakan perangsang SSP yang kuat. Orang yang
mengkonsumsi kafein akan merasakan tidak ngantuk, tidak terlalu lelah,
daya fikir lebih cepat dan jernih. Akan tetapi kemampuannya akan
berkurang ketika melakukan pekerjaan yang memerlukan koordinasi otot
halus (kerapihan), ketepatan waktu maupun ketepatan berhitung. Efek
tersebut timbul pada pemberian kafein 85-250 mg (1-3 cangkir kopi).
Pengaruh Pemberian Minuman..., Dewi Ayu Rachmawati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
9
Ketika dosis metilxantin ditinggikan maka akan menyebabkan gugup,
insomnia, gelisah, tremor, kejang fokal atau kejang umum (Syarif et al.
2007).
(2) Sistem kardiovaskuler
Methylxanthine memiliki efek kronotopi dan intropik positif secara
lansung pada jantung. ketika konsentrasi rendah, efek tersebut timbul yang
disebabkan karena adanya peningkatan pelepasan ketokolamin yang
disebabkan oleh penghambatan reseptor adenosin presinaptik (Syarif et al.
2007).
(a) Jantung
Kadar kafein yang rendah dalam plasma akan menurunkan denyut
jantung yang mungkin menyebabkan perangsangan nervus vagus dimedula
oblongata. Sedangkan kadar kafein yang tinggi akan menyebabkan
takikardi, pada individu yang sensitif akan menyebabkan aritmia, misalnya
kontraksi ventrikel yang prematur, aritmia ini akan dialami oleh orang
yang mengkonsumsi kafein secara berlebihan (Syarif et al, 2007).
(b) Pembuluh darah
Kafein dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah, termasuk
pembuluh darah koroner dan pulmonal karena adanya efek langsung pada
otot pembuluh darah (Syarif et al, 2007).
(c) Sirkulasi otak
Resistensi pembuluh darah otak akan naik dan disertai adanya
pengurangan aliran darah dan PO2 di otak. Hal ini diduga merupakan
refleksi adanya hambatan adenosin oleh xantin, dan pentingnya adenosin
dalam pengaturan sirkulasi otak (Syarif et al, 2007).
(d) Sirkulasi koroner
Secara eksperimental terbukti bahwa xantin dapat menyebabkan
vasodilatasi arteri koroner dan bertambahnya aliran darah koroner, akan
tetapi xantin juga dapat meningkatkan kerja jantung (Syarif et al, 2007).
Pengaruh Pemberian Minuman..., Dewi Ayu Rachmawati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
10
(e) Diuresis
Kafein dapat menyebabkan diuresis dengan cara meninggikan
produksi urin atau mengehambat reabsorbsi elektrolit ditubulus proxsimal.
Akan tetapi efek yang ditimbulkan sangat lemah (Syarif et al, 2007).
(f) Efek metabolik
Pemberian kafein sebesar 4-8 mg/kgBB pada orang sehat maupun
orang gemuk maka akan menyebabkan penigkatan kadar asam lemak
bebas dalam plasma dan juga dapat meningkatkan metabolisme basal.
Masih belum jelas benar apakah perubahan metabolisme ini berkaitan
dengan peningkatan pelepasan ataupun efek ketakolamin (Syarif et al,
2007).
Kafein memiliki potensi merangsang sejumlah gangguan pada
tubuh berupa penyakit kardiovaskular (kolesterol, penyakit jantung,
tekanan darah tinggi, dan stroke), kanker, penyakit pada organ-organ
reproduksi, ginjal, gangguan saluran pencernaan, osteoporosis berpotensi
kecanduan/adiksi. Selain menyebabkan insomnia, mudah gugup, sakit
kepala, merasa tegang dan lekas marah, kafein juga dapat meningkatkan
detak jantung dan metabolisme pada tubuh. Secangkir kopi berpotensi
meningkatkan tekanan darah 5-10 mmHg. Jika diikuti pengerasan
pembuluh darah, maka resiko pasien darah tinggi terkena serangan jantung
dan stroke menjadi lebih besar dibandingkan manusia normal (Kurniawati,
et al. 2010).
f) Mekanisme kafein mempengaruhi tidur
Mekanisme kerja kafein pada sel saraf berkontribusi pada efek
kafein tersebut. Aktivitas sel saraf akan dipengaruhi oleh senyawa
adenosin. Adenosin merupakan senyawa nukleotida yang dapat berfungsi
mengurangi aktivitas sel saraf saat menempel pada sel tersebut. Senyawa
kafein menempel pada reseptor yang sama tetapi tidak memperlambat
aktivitas sel saraf namun sebaliknya akan menghalangi adenosin untuk
berfungsi. Kafein dapat mengikat senyawa adenosin di otak, sehingga
dampaknya aktivitas otak akan meningkat sehingga menyebabkan hormon
efinefrin atau adrenalin disebar. Hormon tersebut akan menaikkan detak
Pengaruh Pemberian Minuman..., Dewi Ayu Rachmawati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
11
jantung, meninggikan tekanan darah, menambah penyaluran darah ke otot-
otot, dan mengeluarkan glukosa dari hati (Soraya, 2008).
2) Polifenol
Kopi merupakan minuman dengan kandungan polifenol yang
sangat tinggi. Diantara senyawa polifenol yang paling banyak terdapat di
dalam kopi adalah cholorogenic acid. Senyawa ini adalah komponen
fenolik utama di dalam kopi yang memiliki kandungan chlorogenic acid
paling banyak dari semua jenis tumbuhan. Hasil penelitian menyatakan
bahwa chlorogenic acid yang merupakan salah satu antioksidan poten dari
senyawa fenolik mampu menghambat aktivitas xanthin oxidase sehingga
mampu menurunkan kadar asam urat serum (Koto et al. 2014).
Selain cita rasanya yang khas, kopi juga memiliki manfaat dalam
merangsang kinerja otak serta sebagai antioksidan. Asam klorogenat dapat
memberikan aroma khas, rasa, bau, dan flavor saat pemanggangan kopi
sehingga dapat menjadi parameter untuk menentukan kualitas kopi.
2. Susu
a. Pengertian
Susu merupakan sumber protein hewani yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta menjaga kesehatan.
Sedangkan susu segar merupakan cairan yang berasal dari ambing sapi
sehat dan bersih, diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang
kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah dengan apapun dan
belum mendapat perlakuan apapun kecuali pendinginan (Standar Nasional
Indonesia, 2011).
Susu mempunyai komposisi yang seimbang sehingga dapat
bermanfaat bagi tubuh sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi
seseorang. Susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh
seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin (Zakaria et al.
2013). Gizi tidak hanya dibutuhkan untuk pertumbuhan, tapi untuk
kesehatan tubuh manusia, sehingga mampu mencapai produktivitas yang
optimal. Gizi yang baik akan mempengaruhi perkembangan tubuh dari
sejak usia kandungan sampai usia tua sehingga dapat berpengaruh
Pengaruh Pemberian Minuman..., Dewi Ayu Rachmawati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
12
terhadap kualitas hidup seseorang. Bukan hanya faktor fisik, akan tetapi
mental dan kemampuan berfikir juga akan dipengaruhi oleh konsumsi gizi
(Wardyaningrum, 2011).
b. Kandungan dan manfaat susu
Susu mengandung banyak asam amino triptopan yang merupakan
salah satu bahan dasar seretonin, sehingga apabila diminum sebelum tidur
maka dapat menyebabkan tubuh beristirahaat dengan baik (Widodo,
2014). Pada penelitian Wardyaningrum (2011) menyatakan bahwa
sebagian responden mengetahui bahwa susu dapat mengatasi masalah
tidur. Peran susu bagi kesehatan tidak hanya menyangkut osteoporosis
namun untuk optimalisasi produksi melatonin (hormon yang dihasilkan
kelenjar pineal pada malam hari sehingga menimbulkan rasa kantuk dan
kemudian tubuh dapat beristirahat dengan baik).
Susu merupakan sumber protein (kasein), lemak (asam lemak
miristrat, stearat, oleat, linoelat, dan linolenat), karbohidrat (laktosa),
vitamin (A,D,K), serta mineral (kalium, kalsium, phospor, klorida, fluor,
natrium, magnesium). Didalam susu juga terkandung enzim-enzim, air,
dan senyawa bioaktif dalam jumlah yang memadai. Kandungan kalsium
dalam susu dapat berfungsi dalam pembentukan tulang dan gigi, mengatur
reaksi biologi, membantu kontraksi otot dan mengatur pembekuan darah.
Di dalam tulang, kalsium dapat berperan sebagai bagian dalam struktur
tulang dan berperan sebagai cadangan kalsium bagi tubuh. Pada saat
proses pembentukan gigi, kalsium itu sangat diperlukan, karena ketika
kekurangan kalsium pada saat pembentukan gigi, maka dapat
menyebabkan kerentanan kerusakan gigi. Kandungan yang terdapat pada
susu tidak hanya kalsium dan lemak saja, namun susu juga mengandung
protein yang tinggi. Protein susu sepadan dengan daging dan hanya
diungguli oleh protein telur. Protein dapat berfungsi sebagai regenerasi
sel-sel baru dan pembentukan otak pada janin, membentuk enzim dan
hormon, energi, pertahanan terhadap bakteri dan virus. Sehingga apabila
dikonsumsi setiap hari maka dapat menjaga pertahanan tubuh
(Wardyaningrum, 2011).
Pengaruh Pemberian Minuman..., Dewi Ayu Rachmawati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
13
Terdapat beberapa manfaat bagi seseorang yang setiap harinya
minum susu. Manfaat tersebut diantaranya:
1) Dapat menetralisir racun seperti keracunan logam, timah dan cadmium
dari bahan makanan lain yang diserap oleh tubuh.
2) ASI (Air Susu Ibu) dan kandungan lemak di dalamnya dapat
memperkuat daya tahan fungsi syaraf, mencegah pertumbuhan tumor
pada sel tubuh.
3) Kandungan tyrosine dalam susu dapat mendorong hormon
kegembiraan, Karena unsur serum dalam darah tumbuh dalam skala
besar.
4) Zat besi, tembaga dan vitamin A dalam susu mempunyai fungsi
terhadap kecantikan, yaitu dapat mempertahankan kulit agar tetap
bersinar.
5) Kandungan kalsium dalam susu dapat menambah kekuatan tulang,
mencegah tulang menyusut dan patah tulang.
6) Kandungan magnesium dalam susu dapat membuat jantung dan sistem
syaraf tahan terhadap kelelahan.
7) Kandungan Seng pada susu sapi dapat menyembuhkan luka dengan
cepat.
8) Kandungan vitamin B2 di dalam susu sapi dapat meningkatkan
ketajaman penglihatan.
9) Minum susu sebelum tidur dapat membantu kesulitan tidur
10) Susu sebagai salah satu minuman bergizi yang mengandung berbagai
zat bioaktif, vitamin dan mineral sangat sangat dibutuhkan oleh tubuh.
Susu sangat penting sebagai suplemen gizi (Wardyaningrum, 2011).
3. Mahasiswa Semester VII
Mahasiswa merupakan sekelompok individu yang sedang
menuntut ilmu disebuah universitas diperguruan tinggi. Jumlah mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Purwokerto yaitu 1538 (Ump, 2016).
Kegiatan mahasiswa sangatlah banyak. Mulai dari jadwal akademik
maupun non akademik seperti organisasi, ukm, tugas kuliah, praktikum,
membuat laporan praktikum, hingga penyusunan skripsi hingga
Pengaruh Pemberian Minuman..., Dewi Ayu Rachmawati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
14
berkumpul atau bersosialisasi dengan komunitasnya masing-masing
sehingga banyak mahasiswa yang harus meluangkan waktunya sampai
larut malam untuk mengerjakan hal tersebut agar kegiatannya dapat
terlaksana semua. Oleh sebab itu mereka membutuhkan waktu tejaga lebih
lama dibandingkan waktu tidur.
4. Tidur
a. Pengertian tidur
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar, yang relatif lebih
responsif terhadap rangsangan internal. Ketika tidur kesadaran seseorang
akan sesuatu akan menjadi turun dan otak tetap memainkan peran dalam
mengatur fungsi pencernaan, aktivitas jantung dan pembuluh darah, serta
fungsi kekebalan dalam memberikan energi dalam tubuh dan dalam
pemrosesan kognitif, termasuk dalam penyimpanan, penataan, pembacaan
informasi yang disimpan dalam otak serta perolehan informasi saat terjaga.
Adapun perbedaan tidur dengan keadaan tidak sadar lainnya yaitu pada
saat tidur siklusnya dapat diprediksi dan kurang respon terhadap
rangsangan eksternal. Otak dapat menjadi kurang responsif terhadap
rangsangan visual, auditori dan rangsangan lingkungan lainnya. Tidur
dapat dianggap keadaan pasif yang dimulai dari input sensorik walaupun
mekanisme inisiasi aktif juga mempengaruhi keadaan tidur. Hampir
sepertiga waktu manusia digunakan untuk tidur. akan tetapi apabila
kebutuhan tidur tidak terpenuhi, dapat terjadi keadaan yang dikenal
dengan gangguan tidur atau insomnia (Sasmita, 2015).
b. Manfaat tidur
Tidur dapat meningkatkan aliran darah ke otak, sintesis protein,
sebagai pertahanan sistem imun, mengurangi kelelahan, serta dapat
menyeimbangkan suasana hati, dapat memacu perkembangan dan
perbaikan seluler, serta dapat meningkatkan kemampuan belajar.
Seseorang yang tidurnya tidak cukup, maka akan mudah tersinggung,
berkonsentrasi kurang dan sulit untuk mengambil keputusan. Tidur dapat
berfungsi sebagai restorative (memperbaiki) kembali organ-organ tubuh.
Selain itu fungsi yang lainnya yaitu dapat digunakan sebagai tanda
Pengaruh Pemberian Minuman..., Dewi Ayu Rachmawati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
15
terdapatnya kelainan pada tubuh seperti terdapatnya gangguan tidur yang
menjadi peringatan dini keadaan patologis yang terjadi di tubuh (Indrawati
B, 2012).
Fungsi tidur yaitu untuk menjaga keseimbangan mental,
emosional, kesehatan, mengurangi stres pada paru, kardiovaskuler, dan
endokrin. Selain itu Tidur juga diperlukan dalam memperbaiki dan
menyiapkan energi yang telah digunakan setelah periode istirahat
(Saputro, 2015).
c. Fisiologi tidur
Tidur merupakan salah satu cara untuk mengatasi kelelahan.
Dengan tidur maka semua rasa cape, keluhan akan hilang serta akan
memperoleh tenaga dan semangat lagi untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan
beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi
bola dunia disebut sebagai irama sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadian
terletak pada bagian ventral anterior hypothalamus. Bagian susunan saraf
pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia
ventrikulo retikularis medulo oblogata yang disebut sebagai pusat tidur.
Sedangkan Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan
sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medula oblogata
disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state (Sasmita, 2015).
Tidur dibagi menjadi dua tahap secara garis besarnya yaitu Fase
rapid eye movement (REM) disebut juga active sleep dan Fase non rapid
eye movement (NREM) disebut juga quiet sleep. Kedua status terebut
berbeda berdasarkan kumpulan parameter fisiologi. NREM ditandai oleh
denyut jantung dan frekuensi pernafasan yang stabil dan lambat, aktivitas
otak yang lambat, penurunan aktivitas metabolik, serta tekanan darah yang
rendah. NREM merupakan tahap tidur yang tenang. NREM dapat pula
diartikan sebagai fase pergerakan mata yang tidak tepat. Non Rapid Eye
Movement merupakan keadaan aktif yang terjadi melalui osilasi antara
talamus dan korteks (Indrawati B, 2012).
Pengaruh Pemberian Minuman..., Dewi Ayu Rachmawati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
16
Tahapan tidur didahului oleh fase NREM (Non Rapid Eye
Movement) yang terdiri dari 4 tahapan, lalu diikuti oleh fase REM (Rapid
Eye Movement). NREM terbagi menjadi 4 tahapan dimana kualitas tidur
dari tahap 1 sampai tahap 4 bertambah dalam. Tahap 1 merupakan tahap
tidur yang sangat ringan, transisi dari bangun ketidur. Individu merasa
mengantuk dan tenang, bola mata bergerak dari satu sisi kesisi lain, dan
frekuensi nafas serta denyut jantung berkurang sedikit demi sedikit.
Individu dapat dibangunkan lebih cepat. Tahap ini sekitar 5 menit. Tahap
2 adalah periode tidur ringan dimana pergerakan mata terhenti dan
gelombang otak melambat. Frekuensi denyut jantung, frekuensi nafas, dan
temperatur tubuh menurun. Tahap ini berlangsung sekitar 10-15 menit.
Tahap 3 dan 4 atau tidur lambat dikarakteristikan oleh fisiologis tanda-
tanda vital menurun. Selama tahap 3, frekuensi denyut jantung dan
pernafasan menurun lebih jauh, karena dominasi saraf parasimpatik.
Individu semakin sulit dibangunkan, otot rangka sangat rileks, refleks
terbatas, dan seringkali mendengkur. Tahap 4 disebut juga tidur delta atau
tidur dalam. Frekuensi denyut jantung dan pernafasan menurun sampai 20-
30 % sangat tenang, tubuh menjadi sangat rleks, sering terjadi mimpi dan
dengkuran serta sulit untuk dibangunkan (Indrawati, 2012).
Tahap tidur yang kedua yaitu Fase REM (Rapid Eye Movement.
Fase REM merupakan periode aktif yang ditandai oleh aktivitas otak yang
terus menerus dan sering terjadi mimpi. Fase REM biasanya ditandai
dengan gerakan mata yang yang tiba-tiba cepat, terjadi peningkatan saraf
otonom dan mimpi. Pada tidur REM terdapat fluktuasi luas dari tekanan
darah, denyut nadi dan frekuensi nafas, serta adanya penurunan tonus otot
dan peningkatan aktivitas involunter. REM dapat pula disebut dengan fase
aktif karena terjadi kerja gelombang otak dan otak mengalami mimpi.
Ketika tidurnya normal, maka masa tidur REM berlangsung 5-20 menit,
rata-rata timbul setiap 90 menit dengan periode pertama terjadi 80-100
menit setelah seseorang tertidur (Indrawati B, 2012).
Pengaruh Pemberian Minuman..., Dewi Ayu Rachmawati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
17
d. Kebutuhan tidur
Tabel 2.2 Kebutuhan Tidur Manusia
Umur Tingkat perkembangan Jumlah kebutuhan tidur
0-1 bulan Bayi baru lahir 14-18 jam/ hari
0-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari
18 bulan -3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari
3-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari
6-12 bulan Masa sekolah 10 jam/hari
12-18 tahun Masa remaja 10 jam/hari
18-40 tahun Masa dewasa 8,5 jam/hari
40-60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari
60 tahun keatas Masa dewasa tua 6 jam/hari
Sumber : A.A dan Uliyah, 2008
e. Faktor yang mempengaruhi tidur
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk
tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya.
Faktor yang dapat memengaruhi tidur diantaranya:
(a) Penyakit
Kebutuhan tidur seseorang dapat diperngaruhi karena keadaan
tubuh kurang baik atau karena sedang sakit. Banyak penyakit yang
dapat memperbesar kebutuhan tidur seperti penyakit yang disebabkan
oleh infeksi, terutama infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan dengan
keletihan, sehingga untuk mengatasi hal tersebut, penderita infeksi
limpa membutuhkan banyak waktu untuk tidur. Banyak juga keadaan
sakit yang menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak bisa tidur.
(b) Latihan dan kelelahan
Setelah seseorang melakukan aktivitas yang berat, maka tubuh
memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi
yang telah dikeluarkan. ketika seseorang melakukan aktivitas dan
mencapai kelelahan. Maka, orang tersebut akan lebih cepat untuk
dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek.
(c) Stres psikologis
Ketegangan jiwa dapat menyebabkan kondisi stress psikologis.
Seseorang yang memiliki masalah psikologis akan mengalami
kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.
Pengaruh Pemberian Minuman..., Dewi Ayu Rachmawati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
18
(d) Obat
Obat dapat juga memengaruhi proses tidur.adapun jenis obat
yang dapat mempengaruhi proses tidur diantaranya jenis golongan obat
diuretik yang dapat menyebabkan insomnia, antidepresan dapat
menekan, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis, yang
menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat
berefek pada timbulnya insomnia.
(e) Nutrisi
Kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur.
Apabila mengknsumsi protein yang tinggi maka orang tersebut akan
mempercepat proses terjadinya tidur, karena dihasilkan triptofan yang
merupakan asam amino hasil pencernaan protein yang dicerna dapat
membantu agar menjadi mudah tidur namun sebaliknya, kebutuhan
gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur, bahkan
terkadang sulit untuk tidur.
(f) Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat
mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya lingkungan yang
tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya
ketenangan dan akan mempengaruhi proses tidur sehingga akan
menyebabkan sulit tidur.
(g) Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang
untuk tidur, dapat memengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya
keinginan untuk tidak tidur dapan menimbulkan gangguan proses tidur
(Priyanto, 2016).
5. Kualitas tidur
Kualitas tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang dijalani
seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran ketika terbangun.
Menurut hidayat (2006) dalam Sasmita (2015) menyatakan bahwa kualitas
tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur sehingga seseorang
tersebut tidak memperhatikan perasaan lelah, mudah terangsang dan
Pengaruh Pemberian Minuman..., Dewi Ayu Rachmawati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
19
gelisah, lesu dan apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak,
konjugtiva merah, mata perih perhatian, perhatian terpecah-pecah, sakit
kepala dan sering menguap atau mengantuk. Kualitas tidur yang baik
dapat memberikan perasaan tenang dipagi hari, perasaan energik, dan tidak
mengeluh gangguan tidur. dengan demikian memiliki kualitas tidur baik
sangaat penting dan vital untuk hidup sehat semua orang. Kualitas tidur
seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukan tanda-tanda
kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya.
Tanda-tanda kekurangan tidur dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Tanda fisik : ekspresi wajah (area gelap disekitar mata, bengkak
dikelopak mata, konjugtiva kemerahan dan mata terlihat cekung),
kantuk yang berlebihan (sering menguap), tidak mampu untuk
berkonsentrasi (kurang perhatian), terlihat tanda-tanda keletihan
seperti penglihatan kabur, mual dan pusing.
b. Tanda psikologis: menarik diri, apatis dan respon menurun, merasa
tidak enak badan, malas berbicara, daya ingat berkurang, bingung,
timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran, kemampuan
memberikan pertimbangan atau keputusan menurun (Sasmita, 2015).
C. Kerangka Konsep
Penelitian ini untuk mendapatkan gambaran tentang penggunaan
minuman kopi, susu, dan campurannya terhadap kualitas tidur mahasiswa
semester VII Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Pola konsumsi Kopi robusta
dan susu
Pola konsumsi Campuran
keduanya (kopi dan susu)
Kualitas tidur
Pengaruh Pemberian Minuman..., Dewi Ayu Rachmawati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
20
D. Hipotesis
1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Daswin (2012)
kualitas tidur pada orang yang mendapat kopi berkafein adalah lebih buruk
dari orang yang mendapat kopi dekafein.
2. Hasil penelitian Widodo (2014) pada intervensi minuman susu hangat nilai
p=0,027 yang berarti p≤0,05 maka H1 diterima artinya minuman susu
hangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur lansia.
Sehingga dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesa ada pengaruh
kualitas tidur bagi orang yang mendapat kopi robusta, susu, dan campuran
keduanya. Dimana terdapat perburukan kualitas tidur bagi mahasiswa
yang mengkonsumsi minuman kopi robusta dan campuran kopi susu.
Sedangkan mahasiswa yang mengkonsumsi susu mengalami perbaikan
kualitas tidur.
Pengaruh Pemberian Minuman..., Dewi Ayu Rachmawati, Fakultas Farmasi UMP, 2017