7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Indeks Massa Tubuh (IMT)
1. Definisi
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan nilai yang diambil dari perhitungan
hasil bagi antara berat badan (BB) dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi
badan (TB) dalam meter (Dhara & Chatterjee, 2015). IMT hingga kini dipakai
secara luas untuk menentukan status gizi seseorang. Hasil survei di beberapa
negara, menunjukkan bahwa IMT ternyata merupakan suatu indeks yang
responsif, sensitif terhadap perubahan keadaan gizi, ketersediaan pangan
menurut musim, dan produktivitas kerja. IMT dipercayai dapat menjadi
indikator atau menggambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT
merupakan alternatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh. Untuk
mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Gambar 2.1 Rumus perhitungan IMT (Kemenkes, 2010)
IMT diinterpretasikan menggunakan kategori status berat badan standar yang
sama untuk semua umur bagi pria dan wanita secara umum. Standar baru untuk
8
IMT telah dipublikasikan pada tahun 2010 oleh Kemenkes RI. Adapun
klasifikasinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT untuk Orang Indonesia (Kemenkes,
2010)
Kategori IMT
Berat badan kurang <18,5
Berat badan normal 18,5 – 22,9
Kelebihan berat badan > 23,0
Beresiko menjadi obes 23,0 – 24,9
Obesitas I 25,0 – 29,9
Obesitas II > 30,0
2. Faktor yang Mempengaruhi Indeks Massa Tubuh (IMT)
a. Usia
Penelitian yang dilakukan oleh Tungtrochitr dan Lotrakul menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia yang lebih tua dengan
IMT kategori obesitas. Subjek penelitian pada kelompok usia 40-49 dan 50-
59 tahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami obesitas dibandingkan
kelompok usia kurang dari 40 tahun. Keadaan ini dicurigai oleh karena
lambatnya proses metabolisme, berkurangnya aktivitas fisik, dan frekuensi
konsumsi pangan yang lebih sering (Hidayati, 2017).
b. Jenis kelamin
IMT dengan kategori kelebihan berat badan lebih banyak ditemukan pada
laki-laki. Namun, angka kejadian obesitas lebih tinggi pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki. Data dari National Health and Nutrition
Examination Survey (NHANES) periode 1999-2000 menunjukkan tingkat
9
obesitas pada laki-laki sebesar 27,3% dan pada perempuan sebesar 30,1% di
Amerika (Kumalasari et all, 2009).
c. Pola makan
Pola makan adalah pengulangan susunan makanan yang terjadi saat
makan. Pola makan berkenaan dengan jenis, proporsi dan kombinasi
makanan yang dimakan oleh seorang individu, masyarakat atau sekelompok
populasi. Makanan cepat saji berkontribusi terhadap peningkatan indeks
massa tubuh sehingga seseorang dapat menjadi obesitas. Hal ini terjadi
karena kandungan lemak dan gula yang tinggi pada makanan cepat saji.
Selain itu peningkatan porsi dan frekuensi makan juga berpengaruh terhadap
peningkatan obesitas. Orang yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak
lebih cepat mengalami peningkatan berat badan dibanding mereka yang
mongkonsumsi makanan tinggi karbohidrat dengan jumlah kalori yang sama
(Kumalasari et all, 2009)
d. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik menggambarkan gerakan tubuh yang disebabkan oleh
kontraksi otot menghasilkan energi ekspenditur. Menjaga kesehatan tubuh
membutuhkan aktifitas fisik sedang atau bertenaga serta dilakukan hingga
kurang lebih 30 menit setiap harinya dalam seminggu. Penurunan berat
badan atau pencegahan peningkatan berat badan dapat dilakukan dengan
beraktifitas fisik sekitar 60 menit dalam sehari (Kurdanti et all, 2015).
10
B. Volume Maximal O2 (VO
2max)
1. Definisi
VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi setelah
aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi kelelahan. Orang yang
kebugarannya baik mempunyai nilai VO2max yang lebih tinggi dan dapat
melakukan aktivitas lebih kuat dari pada mereka yang tidak dalam kondisi baik.
Pengukuran nilai VO2max ini rupanya dapat digunakan untuk menganalisis efek
dari suatu program aktivitas fisik. VO2max umumnya digunakan untuk
menentukan kemampuan aktivitas dimana kemampuan aktivitas akan berkaitan
dengan sistem kardio dan sistem respirasi (Andriani, 2016). Nilai VO2max
bergantung pada keadaan kardiovaskular, respirasi, hematologi, dan kemampuan
latihan. Pengukuran nilai VO2max ini dapat digunakan untuk menganalisis efek
dari suatu program latihan fisik. Orang yang kebugarannya baik mempunyai nilai
VO2max yang lebih tinggi dan dapat melakukan aktivitas lebih kuat daripada
mereka yang tidak dalam kondisi baik (Watulingas et all, 2013). Berikut adalah
klasifikasi tingkat VO2max perempuan:
Tabel 2.2 Klasifikasi tingkat VO2max perempuan (Dunia Olahraga, 2017)
11
2. Faktor-faktor yang menentukan nilai VO2max
a. Fungsi Paru Dan Kardiovaskuler
1) Fungsi Paru – Paru
Pada saat melakukan aktivitas fisik yang intens, terjadi peningkatan
kebutuhan oksigen oleh otot yang sedang bekerja. Kebutuhan oksigen ini
didapat dari ventilasi dan pertukaran oksigen dalam paru-paru. konsumsi
oksigen dan ventilasi paru total meningkat sekitar 20 kali pada saat ia
melakukan latihan dengan intensitas maksimal. Dalam fungsi paru, dikenal
juga istilah perbedaan oksigen arteri-vena (A-VO2diff). Selama aktivitas
fisik yang intens, A-V O2 akan meningkat karena oksigen darah lebih
banyak dilepas ke otot yang sedang bekerja, sehingga oksigen darah vena
berkurang. Hal ini menyebabkan pengiriman oksigen ke jaringan naik
hingga tiga kali lipat daripada kondisi biasa. Peningkatan A-VO2diff terjadi
serentak dengan peningkatan cardiac output dan pertukaran udara sebagai
respon terhadap olah raga berat (Sudibyo,2012).
2) Fungsi Kardiovaskuler
Respon kardiovaskuler yang paling utama terhadap aktivitas fisik adalah
peningkatan cardiac output. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan isi
sekuncup jantung maupun heart rate yang dapat mencapai sekitar 95% dari
tingkat maksimalnya. Karena pemakaian oksigen oleh tubuh tidak dapat
lebih dari kecepatan sistem kardiovaskuler menghantarkan oksigen ke
jaringan, maka dapat dikatakan bahwa sistem kardiovaskuler dapat
membatasi nilai VO2max (Sudibyo,2012).
12
b. Sel Darah Merah (Hemoglobin)
Karena dalam darah oksigen berikatan dengan hemoglobin, maka kadar
oksigen dalam darah juga ditentukan oleh kadar hemoglobin yang tersedia. Jika
kadar hemoglobin berada di bawah normal, misalnya pada anemia, maka
jumlah oksigen dalam darah juga lebih rendah. Sebaliknya bila kadar
hemoglobin lebih tinggi dari normal, seperti pada keadaan polisitemia, maka
kadar oksigen dalam darah akan meningkat (Faruq, 2010).
c. Komposisi Tubuh
Jaringan lemak menambah berat badan, tapi tidak mendukung
kemampuan untuk secara langsung menggunakan oksigen selama olahraga
berat. Maka, jika VO2 max dinyatakan relatif terhadap berat badan, berat lemak
cenderung menaikkan angka penyebut tanpa menimbulkan akibat pada
pembilang VO2 max; VO2 (mk/kg/menit) = VO2 (LO2) x 1000 : Berat badan
(kg). Jadi, kegemukan cenderung mengurangi VO2 max (Faruq, 2010).
d. Umur
Nilai VO2 max pada anak usia 8-16 tahun yang tidak dilatih menunjukkan
kenaikan progresif dan linier dari puncak kemampuan aerobik, sehubungan
dengan umur kronologis pada anak perempuan dan laki-laki. VO2max anak laki-
laki menjadi lebih tinggi mulai umur 10 tahun, walau ada yang berpendapat
latihan ketahanan tidak terpengaruh pada kemampuan aerobik sebelum usia 11
tahun. Puncak nilai VO2 max dicapai kurang lebih pada usia 18-20 tahun pada
kedua jenis kelamin. Secara umum, kemampuan aerobik turun perlahan setelah
usia 25 tahun (Sudibyo,2012).
13
e. Keadaan latihan
Latihan fisik dapat meningkatkan nilai VO2max Namun begitu, VO
2max
ini tidak terpaku pada nilai tertentu, tetapi dapat berubah sesuai tingkat dan
intensitas aktivitas fisik. Contohnya, bed-rest lama dapat menurunkan
VO2max antara 15%-25%, sementara latihan fisik intens yang teratur dapat
menaikkan VO2max dengan nilai yang hampir serupa. Latihan fisik yang
efektif bersifat endurance (ketahanan) dan meliputi durasi, frekuensi, dan
intensitas tertentu. Sehingga dengan begitu dapat dikatakan bahwa kegiatan
dan latar belakang latihan seorang atlet dapat mempengaruhi nilai VO2max –
nya. Tenaga aerobik maksimal paling tepat diukur dengan mengamati tingkat
pemakaian oksigen pada seseorang yang melakukan olahraga aktifitas
dimana intensitasnya ditingkatkan sampai terjadi kelelahan (Brianmac.co.uk
diakses 24 januari 2017).
f. Keturunan
Keturunan atau genetik seseorang mungkin saja mempunyai potensi yang
lebih besar dari orang lain untuk mengkonsumsi oksigen yang lebih tinggi,
dan mempunyai suplai pembuluh darah kapiler yang lebih baik terhadap otot
– otot, mempunyai kapasitas paru-paru yang lebih besar, dapat mensuplai
hemoglobin dan sel darah merah yang lebih banyak, dan jantung yang lebih
kuat. Konsumsi oksigen maksimum untuk mereka yang kembar identik sama
(Sudibyo,2012).
14
g. Jenis kelamin
Kemampuan aerobik wanita sekitar 20% lebih rendah dari pria pada usia
yang sama. Hal ini dikarenakan perbedaan hormonal yang menyebabkan
wanita memiliki konsentrasi hemoglobin lebih rendah dan lemak tubuh lebih
besar. Wanita juga memiliki massa otot lebih kecil daripada pria. Mulai
umur 10 tahun, VO2 max anak laki-laki menjadi lebih tinggi 12% dari anak
perempuan. Pada umur 12 tahun, perbedaannya menjadi 20%, dan pada
umur 16 tahun VO2 max anak laki-laki 37% lebih tinggi dibanding anak
perempuan. Sehubungan dengan jenis kelamin wanita, Lebrun et al dalam
penelitiannya tahun 1995 pada 16 wanita yang mendapat latihan fisik
sedang, melakukan pengukuran serum estradiol dan progesteron untuk
memantau fase-fase menstruasi. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa
VO2 max absolut meningkat selama fase folikuler disbanding dengan fase
luteal (Sudibyo,2012).
h. Suhu
Pada fase luteal menstruasi, kadar progesteron meningkat. Padahal
progesteron memiliki efek termogenik, yaitu dapat meningkatkan suhu basal
tubuh. Efek termogenik dari progesteron ini rupanya meningkatkan BMR ,
sehingga akan berpengaruh pada kerja kardiovaskuler dan akhirnya
berpengaruh pula pada nilai VO2max. Sehingga, secara tidak langsung,
perubahan suhu akan berpengaruh pada nilai VO2max (Sudibyo,2012).
15
3. Cara melatih VO2max
Untuk melatih VO2max, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, latihan
harus menggunakan otot-otot besar tubuh secara intensif (terus menerus) dalam
durasi yang relatif lama. Latihan yang baik untuk meningkatkan VO2max adalah
jenis latihan cardio atau aerobic, latihan yang memacu detak jantung, paru dan
sistem otot. Latihan harus berlangsung dalam durasi yang relatif lama namun
dengan intensitas sedang. Sejumlah penelitian menunjukan bahwa meningkatkan
VO2max dapat dengan latihan pada intensitas detak jantung 65% sampai 85%
dari detak jantung maksimum, selama setidaknya 20 menit, frekuensi 3-5 kali
seminggu. Contoh latihan yang dapat dilakukan adalah Fartlek, Interval
Training, Circuit Training, Cross Country, atau kombinasi dan modifikasi dari
latihan tersebut.
a. Metode Fartlek
Latihan fartlek atau speed play adalah suatu sistem pelatihan endurance,
yang maksudnya adalah untuk membangun, mengembalikan, atau
memelihara kondisi tubuh seseorang (sugiharto, 2014). Fartlek sebaiknya
dilakukan di alam terbuka dimana ada bukit-bukit, semak belukar, selokan
untuk dilompati, dan sebagainya. Fartlek biasanya dimulai dengan lari
lambat-lambat yang kemudian di variasi dengan sprint-sprint pendek yang
intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan yang
26 cukup tinggi, kemudian diselingi dengan jogging dan sprint lagi, dan
16
sebagainya, metode ini sebaiknya dilakukan pada persiapan, masa jauh
sebelum pertandingan. Macam-macam lari dibukit-bukit:
1) Lari jarak pendek 30- 27 60 meter dilakukan di tempat yang curam
dilakukan 5-10 kali dengan istirahat cukup. Tujuannya untuk
memperbaiki tenaga dan kecepatan.
2) Lari jarak sedang: Menempuhn jarak 60-80 meter. Tidak dilakukan di
tempat yang terlalu curam
3) Lari jarak panjang: 100-150 meter. melalui lereng-lereng yang tidak
curam jarak pelari yang satu dengan yang lainnya berdekatan tapi tanpa
adanya rasa ketegangan yang berlebihan. Dilakukan 15-20 kali. diselingi
dengan istirahat yang pendek tetapi aktif. Hal ini akan menambah daya
tahan organ tubuh.
4) Lari di sekitar bukit-bukit: 400-800 meter naik turun bukit.
b. Interval Training
interval training adalah suatu sistem atau metode latihan yang diselingi
oleh interval-interval yang berupa masa-masa istirahat (Hanifah, 2015). Jadi
latihan misalnya lari – istirahat – latihan – masa-masa istirahat istirahat.
Interval training sangat dianjurkan oleh pelatih-pelatih terkenal oleh karena
hasilnya sangat positif bagi perkembangan daya tahan maupun stamina atlet.
Bentuk latihan dalam interval training dapat berupa lari (interval running)
atau renang (interval swimming). Interval training dapat pula diterapkan
17
dalam weight training, circuit training, dan sebagainya. Ada beberapa faktor
yang harus dipenuhi dalam menyusun interval training, yaitu : Lamanya
latihan, beban (intensitas) latihan, Ulangan (repetition) melakukan latihan
dan Masa istirahat (recovery interval) setelah setiap repetisi latihan.
c. Circuit Training
Sistem latihan circuit training sejak diperkenalkan oleh Morgan dan
Adamson pada tahun 1953 di University of Leeds di Inggris (Rusli, 2010)
menjadi semakin populer dan diakui oleh banyak pelatih, ahli-ahli pendidikan
jasmani, dan atlet sebagai suatu sistem latihan yang dapat memperbaiki
secara serempak fitness keseluruhan daru tubuh, yaitu komponen-komponen
biomotorik, karena itu bentuk-bentuk latihan dalam circuit training biasanya
adalah kombinasi dari semua unsur fisik. Latihan-latihannya dapat berupa lari
naik-turun tangga, melempar bola, shuttle run, berbagai bentuk weight
training, dan sebagainya. Circuit training didasarkan pada asumsi bahwa
seorang atlet akan dapat memperkembang kekuatannya, daya tahannya,
kelincahan, total fitnessnya dengan jalan:
1) Melakukan sebanyak mungkin pekerjaan dalam suatu jangka waktu
tertentu.
2) Melakukan suatu jumlah pekerjaan atau latihan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
18
d. Cross Training
Latihan cross country atau lari lintas alam biasa dilakukan di daerah
berbukit-bukit dengan medan yang menanjak, turun, berbatu, dan lain
sebagainya yang tersedia di alam, sebagai fasilitasnya berbeda dengan di trek
lari seperti stadion. Seperti halnya ini sesuai dengan pendapat (Rusli, 2010)
yang menjelaskan sebagai bahwa :
Metode latihan lari lintas alam (cross country) merupakan metode latihan
yang sangat sederhana, hal ini dikarenakan bentuk latihan ini dapat
dilakukandengan mudah tanpa harus mengeluarkan biaya operasional yang
sangat banyak, bentuk latihan ini hanya memanfaatkan trek atau lintasan
yang disediakan oleh alam dan beberapa kriteria adalah dilakukan dilintasan
alam terbuka, berada dalam suhu yang segar dan dapat menyediakan suplaian
oksigen yang sangat banyak, atau dapat pula dilakukan pada waktu pagi
menjelang siang hari.
4. Manfaat Volume Oksigen Maksimal (VO2max)
Sumosardjuno (2013), menyatakan bahwa bagi mereka yang terlatih
olahraga aerobik secara teratur akan mendapat keuntungan, antara lain:
a. Berkurangnya resiko ganguan pada jantung dan pendarahan darah.
b. Tekanan darahnya yang sebelumnya tinggi akan menurunsecara teratur.
c. Terjadi penurunan kadar lemak yang membahayakan didalam darah dan
terjadi kenaikkan kadar lemak yang baik dan bermanfaat bagi badan.
19
d. Tulang-tulang, persendian, dan otot-otot menjadi lebih kuat (tergantung
macam latihannya).
5. Pengukuran VO2max dengan Multistage Fitnes Test (MFT)
Tes adalah alat pengukuran yang mempunyai standar yang objektif sehingga
dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul diguakan untuk mengukur
dan membandingkan keadaan psikis dan tingkah laku individu. Menurut
Suharsini & Arikunto (2013), tes merupakan suatu prosedur yang sistematis
untuk membandingkan tingkah laku 2 orang atau lebih. Berdasarkan pendapat
diatas maka dapat disimpulkan bahwa tes adalah cara yang dapat digunakan atau
prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang
pendidikan, yang terbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah. Sehinggga dapat
dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi. Dimana nilai
tersebut dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testi laiannya, atau
dibandingkan dengan nilai standar tertentu. Dalam pengukuran tingkat kebugaran
atau VO2max seseorang dapat dilakukan dengan beberapa tes kebugaran jasmani
antara lain:
a. Prosedur Multstage Fitnes Test (MFT)
Pelaksanaan tes dapat dilakukan dengan beberapa orang sekaligus,
asalkan yang mengetes dapat mencatat dengan tepat dan cermat setiap
tahapan tes serta dapat menghentikan dengan tepat sesuai dengan ketentuan.
tes MFT sangatlah mudah dilakukan karena dibandingkan dengan tes-tes
20
kebugaran lainnya tes ini tidak rumit dalam pelaksanaannya, tes ini mengukur
koordinasi jantung, paru dan pembuluh dara atau dengan kata lain
Cardiovascular. ketika seseorang memiliki Cardiovascular yang baik dan kuat
maka kebugarannya dapat dikatakan kuat (Fenanlampir & Faruq, 2015)
b. Mekanisme Multi Fitnes Test (MFT)
Peserta tes akan berlari secara bolak balik dengan lintasan lari yang rata,
tidak licin dengan jarak 20 meter, lebar 1-15 meter. Peserta yang tidak kuat
akan diberhentikan,dalam tes ini terdapat 21 tingkatan dengan 16 balikan
semakin tinggi tingkatannya maka semakin baik cardiovascular orang
tersebut (Fenanlampir & Faruq, 2015).
Gambar 2.2 Lintasan Multi Fitnes Test (MFT) (Laksana, 2009)
c. Tindakan Pencegahan
Peserta tes harus dalam kondisi sehat, dan apabila terdapat peserta tes
yang kurang sehat dapat melakukan konsultasi dengan dokter, perawat atau
tenaga medis lainnya. Pengetes perlu menggugah motivasi dan perhatian
peserta test agar mereka dapat melakukan tes dengan sungguh-sungguh.
usahakan sedapat mungkin peserta tes berhenti berlari ketika tidak dapat lagi
menyesuaikan langkah dengan signyal yang didiktekan lewat kaset (Laksana,
2009)
21
d. Nilai Multi Fitnes Test (MFT)
Tabel 2.3 Prediksi Nilai Ambilan Oksigen Maksimal dengan Multystage
Fitnes Test (MFT) (Laksana,2009)
Tingkat
(Level)
Bolak –
Balik
Prediksi
VO2Max
Tingkat
(Level)
Bolak –
Balik
Prediksi
VO2Max
1 1
2
3
4
5
6
7
17,2
17,6
18,0
18,4
18,8
19,2
19,6
2 1
2
3
4
5
6
7
8
20,0
20,4
20,8
21,2
21,6
22,0
22,4
22,8
3 1
2
3
4
5
6
7
8
23,2
23,6
24,0
24,4
24,8
25,2
25,6
26,0
4 1
2
3
4
5
6
7
8
9
26,4
26,8
27,2
27,2
27,6
28,0
28,7
29,1
29,5
5 1
2
3
4
29,8
30,2
30,6
31,0
6 1
2
3
4
33,2
33,6
33,9
34,3
22
5
6
7
8
9
31,4
31,8
32,4
32,6
32,9
5
6
7
8
9
10
34,7
35,0
35,4
35,7
36,0
36,4
7 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
36,8
37,1
37,5
37,5
38,2
38,5
38,9
39,2
39,6
39,9
8 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
40,2
40,5
40,8
41,1
41,5
41,8
42,0
42,2
42,6
42,9
43,3
9 1
2
3
4
5
6
7
8
9
43,6
43,9
44,2
44,5
44,9
45,2
45,5
45,8
46,2
10 1
2
3
4
5
6
7
8
9
47,1
47,4
47,7
48,0
48,4
48,7
49,0
49,3
49,6
23
10
11
46,5
46,8
10
11
49,9
50,2
11 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
50,5
50,8
51,1
51,4
51,6
51,9
52,2
52,5
52,8
53,1
53,4
53,7
12 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
54,0
54,3
54,5
54,8
55,1
55,4
55,7
56,0
56,3
56,5
56,8
57,1
13 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
57,4
57,6
57,9
58,2
58,5
58,7
59,0
59,3
59,5
59,8
60,0
60,3
14 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
60,8
61,1
61,4
61,7
62,0
62,2
62,5
62,7
63,0
63,2
63,5
63,8
24
13 60,0 13 64,0
15 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
64,3
64,4
64,8
65,1
65,3
65,6
65,9
66,2
66,5
66,7
66,9
67,2
67,5
16 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
67,8
68,0
68,3
68,5
68,8
69,0
69,3
69,5
69,7
69,9
70,2
70,5
70,7
70,9
17 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
71,2
71,4
71,6
71,9
72,2
72,4
72,6
72,9
73,2
73,4
73,6
18 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
74,6
74,8
75,0
75,3
75,6
75,8
76,0
76,2
76,5
76,7
76,9
25
12
13
14
73,9
74,2
74,4
12
13
14
15
77,2
77,4
77,6
77,9
19 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
78,1
78,3
78,5
78,8
79,0
79,2
79,5
79,7
79,9
80,2
80,4
80,6
80,8
81,0
81,3
20 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
81,5
81,8
82,0
82,2
82,4
82,6
82,8
83,0
83,2
83,5
83,7
83,9
84,1
84,3
84,5
84,8
21 1
2
3
4
5
6
85,0
85,2
85,4
85,6
85,8
86,1
26
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
86,3
86,5
86,7
86,9
87,2
87,4
87,6
87,8
88,0
88,2
27
C. Bola Voli
1. Definisi
Bola voli adalah salah satu olahraga yang dilakukan melalui permainan,
yang dilakukan oleh dua tim dalam satu lapangan yang dipisahkan oleh net
(Anggraini, 2014). Sedangkan menurut permana (2008) menyatakan bahwa, bola
voli adalah olahraga yang dimainkan oleh dua tim dan setiap tim terdiri dari dari
enam pemain, tim tersebut misalnya tim A dan tim B, untuk memulai permainan
tim pertama akan melakukan serve dipilih melalui “lempar koin”. Dari pendapat
beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bola voli adalah olahraga
yang dimainkan oleh dua tim dalam satu lapangan yang dipisahkan oleh net dan
setiap tim terdiri dari enam pemain.
2. Latihan bola voli
a. Latihan Daya Tahan Aerobic dan Anaerobic
Daya tahan kardiovaskuler dapat dilatih dengan cara jogging serta
melakukan gerakan lain yang dominan mempunyai nilai aerobic.
Biasakanlah pemain untuk melakukan jogging selama 40 - 60 menit dengan
berbagai variasi kecepatan. Latihan ini bertujuan untuk menambah tingkat
daya tahan otot dan daya tahan kardiovaskuler. Dengan artian pemain
dituntut bergerak dan lari dengan waktu yang lama tanpa mengalami
kelelahan yang berlebih. Tindak lanjut dari latihan ini yaitu dengan
menambah kecepatan, intensitas dan kualitas gerak, supaya bisa berpengaruh
pada proses anaerobic atau stamina pemain. sampai pemain mampu
28
melakukan gerakan cepat dalam waktu yang lama, stabil, dan konsisten
(John, 2010).
Gambar 2.3 Latihan Daya Tahan (Dunia Olahraga, 2017)
b. Latihan Locat Tali
Latihan ini sangat baik guna untuk membina daya tahan, kelincahan kaki
dan kecepatan serta melatih kemampuan gerak pergelangan tangan lebih
lentur dan kuat. Proses latihan dapat dilakukan dengan loncat satu kaki
secara bergantian dan loncat dua kaki (John, 2010).
Gambar 2.4 Latihan Loncat Tali (Dunia Olahraga, 2017)
c. Latihan Beban Weight Training
29
Menurut Djoko (2009), latihab beban atau weight training adalah salah
satu cara pemantapan kondisi yang melibatkan gerakan yang berulang-ulang
dengan beban yang submaksimal, sedangkan menurut John (2010), latihan
beban merupakan suatu bentuk latihan yang menggunakan media atau alat
beban untuk menunjang proses latihan dengan tujuan untuk meningkatkan
kebugaran seperti pull up dan dumbbell.
Gambar 2.5 Latihan Beban (Octarina,2012)
d. Latihan Kelenturan flexibility training
Pemain bola voli juga dituntut untuk lebih fleksibel supaya menunjang
pemain bergerak lincah untuk mengubah arah dan berbalik badan ketika
bermain dan juga supaya tidak rentan cedera pada bagian persendian dan
otot. Program latihan fleksibilitas yang bisa diterapkan adalah dengan
melakukan peregangan yang benar seperti diantaranya mencium lutut, sikap
lilin, breugh dan lain-lain (John, 2010).
30
Gambar 2.6 Latihan Kelenturan (Yusuf, 2014)