30
BAB III
HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Pembelajaran sejarah di SMA Negeri 77 Jakarta meliputi : Perencanaan
Pembelajaran yang direncanakan oleh guru sebelum pelaksanaan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi Perencanaan Pembelajaran
yang sudah direncanakan oleh guru dan evaluasi pembelajaran yang harus
dilaksanakan oleh siswa, untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa
terhadap materi yang sudah disampaikan oleh guru, baik itu materi yang di
evaluasi melalui evaluasi formatif maupun evaluasi sumatif dengan bentuk soal
lisan ataupun soal tulisan.
A. Profil Guru Sejarah
Bu Harum lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Negeri Jakarta Jurusan
Sejarah tahun 2004. Beliau sudah mulai mengajar sejarah sejak tahun 2004.
Pengalaman mengajar sejarah beliau sudah sangat lama, karena beliau sejak
lulus kuliah sudah langsung mulai mengajar mata pelajaran sejarah di SMA
Negeri 77 Jakarta.
Sikap yang dapat di contoh dari bu Harum adalah disiplin dan tegas. Hal ini
bisa dilihat dari ketepatan waktu saat beliau masuk kelas. Beliau tidak pernah
memunda-nunda untuk masuk kelas apabila bel sudah berbunyi. Menurut
pengakuan salah satu siswa kelas X MIPA 1 yang bernama Siti Sachiroh pada
tanggal 14 Maret 2018:
31
“Bu Harum selalu masuk kelas tepat waktu, tapi pernah juga beberapa kali
telat masuk, tapi bu Harum selalu memberikan alasan jika telat masuk kelas.
Misalnya karena ada kegiatan lain , atau apapun itu. Seringnya itu bu Harum
masuk kelas tepat setelah bel berbunyi.”1
Ibu Harum telah menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pelajaran sejarah dan menyiapkan beberapa permainan yang dapat digunakan
dalam pembelajaran di kelas, yang bertujuan agar supaya peserta didik tidak
bosan ketika belajar sejarah. Selain itu beliau menerapkan pembelajaran yang
membuat siswa ikut aktif dalam pembelajaran, baik dalam hal bertanya maupun
menjawab pertanyaan.
Ibu Harum pada tahun 2014 di angkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Beliau mengajar mata pelajaran sejarah Indonesia di kelas X MIPA dan IIS,
juga kelas XII MIPA dan IIS pada tahun pelajaran 2017/2018. Total jam
mengajar sejarah ibu Harum selama satu minggu sebanyak 24 jam pelajaran,
dengan rincian:
No Kelas Jumlah Jam Mengajar
1. X MIPA 1,2,3 dan X IIS 1,2,3 12 Jam
2. XII MIPA 1,2,3 dan XII IIS 1,2,3 12 Jam
Tabel 1.2 Jam mengajar sejarah ibu Harum
1 Lampiran Wawancara peserta didik kelas X MIPA 1 pada tanggal 14 Maret 2018 di depan ruang kelas X MIPA 1 . h.108
32
B. Pembelajaran Sejarah
1. Perencanaan Pembelajaran Sejarah
Perencanaan Pembelajaran merupakan proses yang kompleks dan tidak
sederhana. Proses perencanaan pembelajaran memerlukan pemikiran yang
matang dan pengetahuan yang memadai sehingga akan berfungsi sebagai
pedoman dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini membuat guru sebagai
pekerjaan professional dituntut untuk mempersiapkan sebelum melakukan
pembelajaran.
a. Program Tahunan dan Program Semester
Seluruh guru di SMA Negeri 77 Jakarta diwajibkan untuk membuat
Program Tahunan (Prota) dan Program Semester (Prosem). Program tahunan
merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, yang
berisi tentang garis-garis besar yang hendak dicapai dalam satu tahun dan
dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Program tahunan
adalah rencana penetapan alokasi waktu satu tahun ajaran untuk mencapai
(kompetensi inti dan kompetensi dasar) yang telah ditetapkan. Program ini
perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun pelejaran
dimulai. Karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-program
berikutnya., yakni program semester, mingguan, dan harian serta pembuatan
silabus dan sistem penilaian.
Ibu Harum sudah membuat membuat program tahunan mata pelajaran
sejarah, dimana terdapat komponen-komponen yang meliputi: identifikasi
33
(sekolah, kelas, dan mata pelajaran), kompetensi inti, kompetensi dasar, dan
alokasi waktu.2 Program Tahunan (Prota) yang di buat ibu Harum sesuai
dengan apa yang dianjurkan sekolah.
Sedangkan program semester adalah program yang berisikan garis-garis
besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester
tersebut. Program semester merupakan penjabaran dari program tahunan.
Program semester diarahkan untuk menjawab minggu dan bulan pembelajaran
untuk mencapai kompetensi dasar yang dilakukan. Isi dari program semester
yang dibuat oleh ibu Harum adalah tentang : identifikasi (sekolah, kelas, dan
mata pelajaran), kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, minggu dan
bulan yang direncanakan untuk kegiatan pembelajaran.3 Program Tahunan
(Prota) dan Program semester (Prosem) hanya membuat satu, yakni kelas
MIPA dan IIS disamakan tidak ada perbedaannya.
b. Silabus
Silabus adalah rencana pada suatu mata pelajaran yang didalamnya
menyangkut langkah-langkah nyata sebagai pedoman pembelajaran. Ibu
Harum dalam perencanaan pembelajaran juga mengkaji silabus yang
dikeluarkan oleh pemerintah untuk perencanaan proses pembelajaran sejarah,
yang memuat kompetensi dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan
2 Lampiran Program Tahunan h.116 3 Lampiran Program Semester. h.125
34
pembelajaran.4 Silabus yang digunakan ibu Harum adalah silabus yang
dikeluarkan pemerintah pada tahun 2016.
c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Proses Perencanaan untuk kegiatan pembelajaran sejarah di kelas, guru
menggunakan Kurikulum 2013 sebagai acuan serta mempersiapkan silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan selama satu
tahun. Sebelum membuat RPP, guru diperlukan mengkaji Silabus terlebih
dahulu dengan mencermati KI dan KD yang terdapat dalam silabus. Setelah
selesai mengkaji silabus guru menyusun RPP menggunakan buku pegangan
guru, buku pegangan siswa, termasuk dalam menjabarkan langkah-langkah
kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Adapun peneliti bertanya
kepada ibu Harum terkait proses pembuatan RPP:
“Nyusun RPP itu berdasarkan silabus dan KD. KD yang tadi disusun
lagi berdasarkan silabus terus disesuaikan juga dengan situasi lapangan,
kan suka ada perubahan atau kondisi yang menghasruskan guru
merubah metode atau model pembelajaran, itu harus sesuai dengan
karakteristik siswa supaya pembelajarannya berjalan dengan lancar.”5
Ibu Harum menjelaskan ketika menyusun RPP acuan guru adalah melihat
kedalam Silabus pelajaran sejarah yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah.
Selanjutnya guru harus memilih kata kerja operasional yang akan dijadikan
indikator untuk mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut.
4 Lampiran Silabus h.133 5 Lampiran Wawancara dengan informan inti (ibu Harum) pada tanggal 13 Maret 2018 di SMA Negeri 77 Jakarta bertempat di lorong kelas X IIS 1. h.99
35
Ibu Harum telah membuat RPP untuk satu tahun kedepan, sehingga tidak
setiap hari membuat RPP untuk kelas yang bu Harum ajar. Dalam menyusun
RPP guru harus melihat peraturan pembuatan RPP yang terbaru. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara peneliti dengan ibu Harum:
“Biasanya kan selalu ada perubahan yah, kalo kemaren ada perubahan
dalam kata kerja operasional, terus tujuan yang tadinya di depan jadi di
belakang, terus ada KI. Pokonya ibu selalu ikuti yang terbaru karena itu
juga udah aturan dari sekolah supaya mengikuti peraturan yang
terbaru.”6
Ibu Harum menjelaskan bahwa ketika dalam penyusunan RPP guru harus
melihat peraturan pembuatan RPP yang terbaru, karena pembuatan RPP itu
sering mengalami perubahan dan peraturan sekolah pun meminta untuk guru
selalu update dalam menyusun segala macam perangkat pembelajaran.
Metode Pembelajaran, Strategi Pembelajaran, dan Model Pembelajaran
yang digunakan saat proses pembelajaran. Guru harus memilih metode yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan
diharapkan dapat memenuhi tujuan yang ingin dicapai sebagaimana tercantum
dalam RPP dan meningkatkan motivasi belajar. Hasil pengamatan peneliti
selama melakukan pengamatan ibu Harum lebih sering menggunakan metode
ceramah, tetapi pernah juga menggunakan metode diskusi dan permainan teka
teki silang (TTS).7
6 Lampiran Wawancara dengan informan inti (ibu Harum) pada tanggal 13 Maret 2018 di SMA Negeri 77 Jakarta bertempat di lorong kelas X IIS 1. h.99 7 Lampiran Catatan Lapangan Kelas X MIPA 1 pada tanggal 14 Februari 2018 h.87
36
Model pembelajaran yang dilakukan oleh oleh ibu Harum dalam
pembelajaran sejarah di kelas X MIPA dan IIS adalah model project based
learning, problem based lerning, inquiry, dan discovery learning. Ke empat
model tersebut dipilih sesuai tujuan pembelajaran dan disesuaikan dengan
kondisi siswa yang akan mendapatkan pelajaran sejarah. Kelas X IIS lebih
senang belajar sejarah dengan menggunakan model Problem based lerning dan
kelas X MIPA lebih senang menggunakan model project based lerning.8 Media
yang dicantumkan guru dalam RPP antara lain: buku paket sejarah wajib,
papan tulis, dan LCD, dan Internet.9
Dalam penyusunan RPP ibu Harum sedikit mengalami kendala, seperti hasil
wawancara peneliti dengan ibu Harum:
“Biasanya kendalanya itu menentukan metode yang sesuai dengan tujuan
dan karakter siswa, kan di setiap kelas memiliki karakter siswa yang
berbeda-beda pola belajarnya. Jadi kadang misalnya metodenya A kelas ini
gak bisa jadi ya harus disesuaikan di lapangan jadi kadang ada perbedaan
sedikit, sama paling kendalanya itu harus ngetik banyak (sambil sedikit
tertawa)”10
Ibu Harum menjelaskan bahwa tidak ada kendala yang cukup serius dalam
penyusunan RPP, kendala tersebut hanya saja dalam menentukan metode dan
model yang cocok untuk siswa. Di RPP juga ibu Harum menyebutkan bahwa
metode dan media itu kondisional, jika ada kendala atau situasi yang
mengharuskan guru mengubah metode atau model maka akan guru ganti pada
8 Lampiran Wawancara dengan informan inti (ibu Harum) di SMA Negeri 77 Jakarta pada tanggal 13 Maret 2018 bertempat di lorong kelas X IIS 1. h. 99 9 Lampiran RPP h. 138 10 ibu Harum.op.cit h.99
37
saat pelaksanaan pembelajarannya, misalnya kondisi kelas yang panas atau
berisik atau ada kelas yang mendapatkan jam pelajaran sejarah di akhir jam
pelajaran (jam siang) maka ibu Harum segera mengganti metode sesuai dengan
kondisi siswa pada saat itu, agar supaya pembelajaran berjalan dengan baik.
Dalam menyusun RPP satu tahun pembelajaran tidak ada perbedaan antara
RPP kelas X MIPA dan X IIS. Ibu Harum hanya membuat satu RPP dan
digunakan di kedua kelas tersebut. Hanya saja pada saat pelaksanaan
pembelajaran ibu Harum membedakan model pembelajaran di kelas MIPA dan
IIS. Dimana kelas MIPA bu Harum menggunakan model project based lerning
dan kelas IIS ibu Harum menggunakan model problem based lerning.11
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran sejarah di kelas X MIPA dan IIS dilakukan oleh satu orang
guru yang bernama ibu Harum. Pembelajaran yang terjadi di kelas X MIPA
dan IIS mulai dari menyiapkan kegiatan proses pembelajaran, menentukan
metode pembelajaran, serta pemilihan model pembelajaran yang akan
digunakan di kelas.
Kegiatan pembelajaran sejarah yang diamati peneliti adalah pembelajaran
Sejarah Wajib/Indonesia di kelas X MIPA 1, X MIPA 2, X MIPA 3, X IIS 1,
X IIS 2, dan X IIS 3. Jadwal pelajaran Sejarah Wajib/Indonesia kelas X IIS 2
11 Lampiran Wawancara dengan informan inti (ibu Harum) di SMA Negeri 77 Jakarta pada tanggal 13 Maret 2018 bertempat di lorong kelas X IIS 1. h. 99
38
dan 3 adalah hari Senin, X IIS 1 hari Selasa, X MIPA 1 hari Rabu, X MIPA 2
dan 3 hari Kamis.
Selama peneliti melakukan pengamatan kegiatan pembelajaran Ibu Harum
sudah menjalankan semua yang tersusun dalam RPP. Pada kegiatan
pendahuluan guru melakukan interaksi dengan siswa seperti mengucapkan
salam, menanyakan kesiapan siswa, dan mengabsen siswa satu persatu
berdasarkan urutan yang terdapat dalam absen. Tetapi untuk kegiatan motivasi
dan penyampaian tujuan pembelajaran peneliti melihat bahwa guru tidak
setiap pertemuan memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan dari
pembelajaran tersebut. Untuk motivasi peneliti melihat ibu Harum tidak
memberikan karena ibu Harum sering kali terburu-buru oleh waktu, dan untuk
tujuan pembelajaran ibu Harum hanya memberikannya pada saat awal materi
atau awal KD yang akan di pelajari.
a. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan yang terdiri dari penyampaian
tujuan pembelajaran dan motivasi. Pada pelaksanaan bagian pendahuluan yang
dilakukan ibu Harum sebelum memulia pembelajaran selalu mengucapkan
salam, mengabsen siswa dan menanyakan apakah ada yang masih di luar kelas
atau tidak.
Seperti contoh di kelas X MIPA 1 tanggal 14 Februari 2018 materi KD 3.8
jam ke 6-7 (11.30 - 12.15 WIB), pada saat awal pembelajaran ibu Harum
membuka dengan mengucapkan salam, dan melihat kondisi kelas yang cukup
39
berantakan sehingga guru mempersilahkan siswa untuk membereskan mejanya
yang masih berantakan. Selanjutnya guru menanyakan apakah hari ini ada yang
tidak masuk atau tidak dan menanyakan apakah sudah siap belajar sejarah pada
hari ini. Setelah itu ibu Harum menjelaskan materi dengan pengantar.12
Contoh pendahuluan pembelajaran di kelas X MIPA 2 pada tanggal 8 Maret
2018 jam ke 9 - 10 (13.40 - 15.00 WIB) KD 3.7, pada saat masuk kelas ibu
Harum mengucapkan salam, kemudian siswa menjawab salam tersebut.
Selanjutnya, sebelum masuk kedalam penjelasan materi guru kembali
menanyakan kepada siswa apakah materi kerajaan islam sudah di jelaskan
ataukah belum. Beberapa siswa menjawab belum karena minggu lalu adalah
kegiatan ulangan harian. Setelah itu ibu Harum menanyakan kepada siswa
“apakah masih ada yang belum ikut ulangan? Jika belum ada segera kedepan
dan kita laksanakan ulangan susulan”.13 Selain itu, menurut hasil wawancara
peneliti dengan satu orang siswa kelas X MIPA 2 yang bernama Erika ,
“ibu Harum biasanya Masuk kelas, siapin, ngabsen, nanyain tugas
sebelumnya, baru masuk materi”.14
Menurutnya ibu Harum ketika melakukan pembukaan kelas yang pertama
kali dilakukan adalah mengucapkan salam, kemudian menyiapkan kelas dan
siswa agar siap memulai pembelajaran pada hari itu. Setelah itu, kemudian ibu
Harum mananyakan tugas yang diberikan kepada siswa pada minggu
12 Lampiran catatan lapangan kelas X MIPA 1 pada tanggal 14 februari 2018 h.87 13 Lampiran catatan lapangan kelas X MIPA 2 pada tanggal 8 Maret 2018 h.93 14 Lampiran Wawancara dengan siswa kelas X MIPA 2 pada tanggal 29 Maret 2018 di SMA Negeri 77 Jakarta bertempat di lorong kelas X MIPA 2 h.112
40
sebelumnya. Kemudian setelah selesai menanyakan tugas barulah ibu Harum
mulai masuk menjelaskan materi yang akan di jelaskan pada hari itu.
Ibu Harum melakukan kegiatan pendahuluan yang sama di beberapa kelas,
diantaranya di kelas X MIPA 3 pada tanggal 1 Februari 2018 jam ke 2 - 3
(07.30 - 09.00 WIB), X IIS 2 pada tanggal 8 Maret 2018 jam ke 9 - 10 (13.40
– 15.00). Menurut hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa kelas X
MIPA dan IIS ibu Harum selalu memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam, menanyakan kabar, dan melihat keadaan kelas jika kotor agar segera
dibersihkan.
Berikutnya kegiatan pendahuluan di kelas X IIS 1 pada tanggal 13 Maret
2018 jam ke 5 - 6 (10.00 – 11.30 WIB). Pertama guru mengucapkan salam
yang kemudian dijawab oleh siswa. Kemudian setelah itu guru mulai
memanggil satu persatu nama siswa yang ada di lembar absensi. Setelah itu
guru langsung menanyakan apakah tugas minggu selanjutnya yang diberikan
kepada siswa yaitu membuat TTS dan dikerjakan oleh dua orang (dengan
teman sebangku) sudah dikerjakan atau belum. Kemudian siswa menjawab
dengan berbagai jawaban, ada yang menjawab sudah dan ada yang belum.
Beberapa siswa sudah mengerjakan TTS yang ditugaskan oleh ibu Harum.
Guru segera memberi nilai di lembar tugas siswa yang telah mengerjakan, dan
kertas yang sudah selesai guru berikan kepada siswqa yang sama-sama sudah
41
mengerjakan dan guru meminta untuk segera mengisinya dan akan diberikan
nilai tambahan jika sudah selesai mengisi TTS tersebut.15
Kegiatan pendahuluan di kelas X IIS 2 pada tanggal 5 Februari 2018 jam
ke 9-10 (13.40 – 15.00 WIB), dimulai dengan mengucapkan salam, kemudian
guru mulai mengabsen siswa satu persatu. Setelah selesai mengabsen guru
menanyakan kabar siswa pada hari itu dan siswa menjawabnya dengan baik.
Setelah selesai menanyakan kabar, karena kelas X IIS 2 akan melakukan tes
lisan maka guru menjelaskan teknik pengambilan nilai (tes lisan) yang akan
dilakukan pada hari itu. Teknik yang ibu Harum lakukan pada saat melakukan
tes lisan, ibu Harum memberikan dua soal untuk ujian pada hari ini “jelaskan
teori dan media penyebaran Islam di Nusantara”. Selanjutnya ibu Harum
bertanya kepada siswa “siapa yang sudah siap maju? Yang sudah siap silahkan
maju kedepan dan yang dibelakang jangan ribut” beberapa siswa yang sudah
siap mulai kedepan dan dilaksanakan tes lisan. Siswa yang belum maju tetap
berada di bangku masing-masing dan kembali menghafalkan materi yang akan
disampaikan pada saat tes lisan16
Kegiatan pendahuluan di X IIS 3 pada tanggal 5 Februari 2018 jam 7-8
(11.30 - 12.15, 13.00 – 13.40 WIB), tidak ada perbedaan dengan kegiatan
pendahuluan di kelas X IIS 2 pada tanggal 5 Februari 2018 . Untuk soal dan
teknik ujian lisan yang dilakukan oleh ibu Harum tidak di bedakan Antara kelas
X IIS 2 dan 3, karena menurut beliau tidak perlu ada perbedaan soal. Disini ibu
15 Lampiran catatan lapangan kelas X IIS 1 pada tanggal 13 Maret 2018 h.95 16 Lampiran catatan lapangan kelas X IIS 2 pada tanggal 5 februari 2018 h.85
42
Harum ingin melihat sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang
telah di jelaskan pada minggu-minggu sebelumnya. Dengan diadakannya tes
lisan ini maka ibu Harum akan dapat dengan mudah melihat apakah materi
yang disampaikan sudah dipahami siswa atau belum, dan jawaban yang
diberikan siswa pada saat tes lisan sangat beragam, tergantung penguasaan dan
pemahaman materinya. Selain itu, menurut hasil wawancara peneliti dengan
Fauzan:
“Ibu Harum pasti memberikan salam terlebih dahulu, lalu mengabsen
siswa, baru mulai masuk ke materi, oh iya dan satu lagi bu Harum suka
menanyakan tugas minggu sebelumnya.”17
Sejak dilakukan penelitian, kegiatan pendahuluan dimulai dengan
mengucapkan salam. Kegiatan absensi dilakukan dengan cara memanggil satu
persatu nama siswa berdasarkan urutan absensi. Menurut ibu Harum Kegiatan
absensi penting dilakukan untuk lebih mengenal siswa, untuk mengetahui
siapa saja siswa yang tidak masuk kelas sebagai bentuk penilaian sikap dan
perhatian guru kepada siswanya.
Pada proses menyampaikan tujuan pembelajaran, ibu Harum tidak
menyampaikannya di semua kelas, ada beberapa kelas yang tidak dijelaskan
apa tujuan dari pembelajaran hari ini, hanya di kelas X IIS 2, X IIS 1 dan X
MIPA 1 ibu Harum menyampaikan tujuan pembelajaran.
17 Lampiran Wawancara dengan siswa kelas X IIS 3 pada tanggal 28 Maret 218 bertempat di lorong kelas X IIS 3 h.106
43
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan
pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram. Kegiatan inti akan
menggambarkan penggunaan strategi dan pendekatan belajar yang digunakan
guru dalam proses pembelajaran, karena pada hakekatnya kegiatan inti
pembelajaran merupakan implementasi strategi dan pendekatan belajar.
Kegiatan inti dengan pendekatan Saintifik terdiri dari : (1) mengamati (2)
menanya (3) mengumpulkan informasi (4) mengasosiasikan / mengolah
informasi (5) mengomunikasikan.
Di semua kelas, diantaranya kelas X MIPA 3 (tanggal 1 Februari 2018) X
MIPA 1 (tanggal 14 Februari 2018) X IIS 3 (tanggal 19 Februari 2018) X IIS
2 (tanggal 19 Februari 2018) Ibu Harum memulai kegiatan inti pembelajaran
dengan memberikan penjelasan dengan bahasa / contoh yang umum dan mudah
dipahami siswa seperti contoh pada saat materi Akulturasi Aksara ibu Harum
mengajak siswa untuk menyebutkan huruf Hijaiyyah, Akulturasi Kalender
dengan menyebutkan Kalender Jawa dan Islam, dan juga media penyebaran
islam yang sudah banyak diketahui oleh siswa seperti perdagangan,
pernikahan, pendidikan.
Seperti contoh di kelas X MIPA 1 tanggal 14 Februari 2018 jam ke 6-7
(pukul 10.45 – 12.15 WIB), ibu Harum memberikan penjelasan tentang
Akulturasi Aksara (KD 3.8). Ketika memulai penjelasan ibu Harum
memberikan pemahaman tentang aksara dan contoh huruf Hijaiyyah. Contoh
44
tersebut sangat umum dan di ketahui oleh siswa. Dalam kegiatan inti di kelas
X MIPA 1 ibu Harum mengajak siswa untuk berperan aktif seperti mengajak
siswa untuk maju kedepan mengajari temannya di depan kelas untuk membaca
huruf Hijaiyyah, dalam hal ini siswa bergantian maju kedepan kelas mengajak
temannya untuk membaca huruf Hijaiyyah. Pada kegiatan inti guru juga
menggunakan media papan tulis.18
Contoh di kelas X IIS 2 tanggal 19 Februari 2018 (13.45-15.00 WIB), ibu
Harum mengawali penjelasan materi dengan materi Akulturasi Kalender (KD
3.8 ). Pertama kali ibu Harum jelaskan kepada siswa adalah perbedaan kalender
Jawa dan Kalender Hijriyah. Pada saat menjelaskan materi ibu Harum tidak
terfokus pada materi yang sedang di jelaskan saja, tetapi guru berusaha
mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari agar siswa dapat dengan mudah
memahami materi yang sedang di jelaskan.19 Kemudian kegiatan
mengomunikasikan yang dilakukan oleh ibu Harum juga terlihat di kelas ini:
Selanjutnya ibu Harum juga mengajak siswa untuk bercerita di depan
kelas tentang kegiatan selama malam terakhir bulan ramadhan. “siapa
yang berani kedepan dan mau bercerita tentang apa aja sih kegiatan
kalian di malam terakhir bulan Ramadhan. Ibu mau tiga orang maju
kedepan bebas mau laki-laki atau perempuan, nanti ibu kasih nilai buat
yang berani kedepan”. Selanjutnya Tiga orang siswa mengangkat tangan
dan segera maju ke depan satu persatu. Tiga siswa tersebut bernama
Rakan, Amanda, dan Anya. Satu persatu bergantian menceritakan
pengalaman selama terakhir bulan Ramadhan. Nah ibu sengaja minta
tiga orang untuk maju kedepan dan menceritakan pengalamannya, ini
juga sebagai informasi untuk kita supaya di hari-hari terakhir
Ramadhan kita dapat beribadah semaksimal mungkin. Kemudian ibu
18 Lampiran catatan lapangan di kelas X MIPA 1 pada tanggal 14 Februari 2018 h.87 19 Lampiran catatan lapangan kelas X IIS 2 pada tanggal 19 Februari 2018 h.91
45
Harum melanjutkan penjelasan materi yang sedang di bahas pada saat
itu.20
Setelah memberikan penjelasan materi secara singkat dan jelas, ibu Harum
juga selalu memberikan tugas kepada siswa, agar supaya siswa paham dengan
materi yang dijelaskan. Jika jam pelajaran masih tersisa biasanya ibu Harum
mempersilahkan kepada siswa agar tugasnya di kerjakan pada hari itu juga,
tetapi jika jam pelajaran sudah habis maka tugas tersebut di kerjakan di rumah
dan dikumpulkan pada saat pertemuan selanjutnya. Seperti contoh di kelas X
MIPA 2 tanggal 8 Maret 2018 (13.40-15.00 WIB) ibu Harum memberikan
kepada siswa tugas untuk membuat teka teki silang (TTS) yang dikerjakan oleh
dua orang (KD 3.7). tugas tersebut dikerjakan oleh dua orang karena ibu Harum
merasa cukup untuk berdiskusi, jika semakin banyak anggota kelompok untuk
membuat TTS itu tidak akan maksimal karena yang siswa yang serius
mengerjakan tuganya pasti hanya satu atau dua orang saja. Ibu Harum
menugaskan untuk siswa membuat TTS dimulai dengan membuat soal sampai
dengan membuat kotak TTS semenarik mungkin. Siswa diberikan kebebasan
untuk mendalami materi dari berbagai sumber, baik dari buku paket siswa,
interner, dan lain-lain. Pada kegiatan ini guru mengajak siswa membuat soal
Higher Order Thinking Skills (HOTS).21 Pada saat penugasan TTS itu ibu
Harum menjelaskan kepada siswa dimana ketika akan membuat soal tidak
boleh membuat soal yang asal, tetapi pembuatan soal itu harus bersifat kritis,
logis, dan juga kreatif.
20 Ibid 21 Lampiran catatan lapangan di kelas X MIPA 2 pada tanggal 8 Maret 2018 h.93
46
Selain tugas kelompok, ibu Harum juga memberikan tugas individu kepada
siswa. Seperti contoh tugas yang diberikan di kelas X IIS 3 tanggal 19 Februari
2018 pukul 11.30-13.40 WIB yang pada saat itu keadaan kelas tidak kondusif
sehingga guru memutuskan untuk memberikan tugas individu:
Kondisi di luar kelas pada saat itu sedang hujan, siswa mulai tidak nyaman
duduk di bangkunya sehingga beberapa siswa berjalan kesana kemari dan
presentasi tidak dilanjutkan. Ibu Harum saat itu mengambil keputusan untuk
memberika siswa tugas agar siswa menganalisis sebab-sebab runtuhnya
kerajaan Hindu-Budha dan munculnya Kerajaan Islam di Nusantara (KD
3.8), tugas ditulis di buku catatan dan dikumpulkan pada hari itu juga.22
Pada saat siswa mengerjakan tugas, ibu Harum berperan sebagai fasilitator,
sesekali ibu Harum memeriksa siswa mengerjakan tugas yang telah diberikan.
Hal ini membuat suasana kelas cukup kondusif karena pada saat ini guru
memantau kelas dengan cara berkeliling dari barisan depan hingga barisan
paling belakang. Ibu Harum juga menegur beberapa siswa (Kevin, Gifari, dan
Samosir) yang tidak serius dalam mengerjakan tugas. Selain itu, ibu Harum
juga memfasilitasi para peserta didik yang ingin bertanya terkait tugas dan
memberikan pengarahan terhadap siswa yang kurang memahami tentang tugas
yang telah diberikan, dan ini terlihat pada saat guru melakukan pembelajaran
di kelas X MIPA 2 dan X IIS 3. Seperti contoh salah satu siswa kelas X MIPA
2 bernama Jonathan bertanya kepada ibu Harum pada tanggal 8 Maret 2018
pukul 13.40 – 15.00 WIB:
“bu ini tugasnya kita membuat soal terlebih dahulu, kemudian baru
membuat kotaknya bu? Untuk soalnya ini bagaimana bu bebas semau
kita atau bias cari di internet? Ibu Harum menjawab “iya Jonathan, jadi
sebelum kamu membuat kotak kotak TTS kamu membuat soal terlebih
22 Lampiran catatan lapangan di kelas X IIS 3 pada tanggal 19 Februari 2018 h.89
47
dahulu, soalnya itu ibu tentukan 15 mendatar dan 15 menurun. Soalnya
itu tidak boleh cari di internet. Soalnya itu kamu yang buat semenarik
dan sesusah mungkin agar supaya teman-teman bias mendapatkan
informasi dari tts kamu ini. Nanti kan kalo udah selesai mengerjakan
TTS kamu dikerjakan sama temen kamu yang lain. Dan untuk membuat
soalnya kamu bias liat materinya dari buku paket¸ buku catatan kamu,
sama dari internet, majalah juga boleh” penjelasan ibu Harum”.23
Kemudian selain kegiatan pemberian tugas, ibu Harum juga selalu
memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. Kegiatan ini guru lakukan
untuk mengajak siswa belajar secara lebih aktif dan mengharapkan siswa lebih
kritis. Seperti pernyatan salah satu siswa kelas X IIS 3 yang bernama Mika
Simon:
“Kalo abis ngejelasin bu Harum pasti bilang “ada yang mau nanya gak?”.
Terus kalo ada pertanyaan ibu Harum biasanya nanya dulu “ada yang bias
jawab gak?” atau “ada yang mau bantu jawab?” kalo gak ada yang bisa
jawab baru nanti bu Harum yang jawab langsung.”24
Menurut penjelasan Mika Simon, ibu Harum selalu memberikan
kesempatan kepada siswanya untuk bertanya. Waktu yang diberikan kepada
siswa adalah ketika guru selesai menjelaskan materi. Setelah ada satu atau dua
orang siswa yang memberikan pertanyaan, guru tidak langsung menjawabnya,
melainkan guru memberikan kesempatan kepada siswa terlebih dahulu untuk
menjawab pertanyaan tersebut. Jika memang tidak ada satupun siswa yang bisa
menjawab pertanyaan, kemudian barulah guru yang akan menjawabnya.
Seperti contoh di kelas X IIS 2 tanggal 19 Februari 2018 pukul 13.45-15.00
WIB, pada saat itu ibu Harum sedang menjelaskan Materi Akulturasi Hindu
23 Lampiran Catatan lapangan kelas X MIPA 2 tanggal 8 Maret 2018 h.93 24 Lampiran Wawancara dengan siswa kelas X IIS 3 pada tanggal 28 Maret 2018 bertempat di lorong kelas X IIS 3 h.103
48
Budha dengan islam (KD 3.8), selesai menjelaskan materi ibu Harum bertanya
kepada siswa:
“apakah ada yang mau bertanya?” kemudian tidak ada satupun siswa yang
mengajukan pertanyaan. Akhirnya bu Harum memberikan pertanyaan
kepada siswa “coba ada berapa bulan dalam Kalender Islam, dan ada
perayaan apa saja di setiap bulannya?25
Pada saat itu semua siswa menjawab secara serentak “12 bulan bu” tetapi
untuk pertanyaan kedua mengenai perayaan apa saja di setiap bulannya siswa
tidak ada yang bisa menjawab. Sehingga bu Harum memutuskan untuk
dijadikan tugas yang di kerjakan di buku catatan masing-masing dan
dikerjakan di rumah dikumpulkan pertemuan selanjutnya.
Selama kegiatan inti berlangsung, ibu Harum memanfaatkan fasilitas yang
ada di dalam kelas untuk kegiatan pembelajaran. Salah seorang siswa kelas X
MIPA 1 yang bernama Zalfy menyebutkan bahwa ketika pembelajaran
berlangsung guru selalu memakai fasilitas yang ada di dalam kelas seperti
papan tulis, spidol, dan LCD (ketika presentasi).26
Ketika kegiatan inti berlangsung, ibu Harum mengelola kelas dengan cukup
baik, dimana peneliti melihat selama kegiatan pengamatan ibu Harum selalu
mengondisikan kelas dengan baik, menegur siswa yang mengobrol dan
memainkan HP, dan mengelola pembelajaran dengan tegas dan tenang tidak
dengan nada tinggi dan penyampaian yang lembut.27penataan kelas yang sudah
25 Lampiran catatan lapangan di kelas X IIS 2 pada tanggal 19 Februari 2018 h.91 26 Lampiran Wawancara dengan siswa kelas X MIPA 1 pada tanggal 14 Maret 2018 bertempat di lorong kelas X MIPA 1 h.110 27 Lampiran catatan lapangan di kelas X MIPA 1,2,3 dan X IIS 1,2,3
49
baik membuat ibu Harum dapat leluasa mengelola kelas dan memperhatikan
tingkah laku siswa dengan baik selama kegiatan pembelajaran. Ibu Harum juga
tidak merubah posisi tempat duduk siswa. Setiap siswa diberikan kebebasan
memilih teman untuk duduk bersama dalam satu meja.
c. Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup ibu Harum selalu memberi tahu kepada siswa untuk
membaca materi yang akan dipelajari pada minggu selanjutnya. Seperti yang
terjadi di kelas X MIPA 3 guru meminta siswa mempelajari materi tentang
Teori masuknya Agama Islam di Nusantara.28
Kegiatan penutup ibu Harum juga kadang-kadang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyimpulkan pembelajaran pada hari itu. Tetapi tidak di
setiap kelas ibu Harum memberikan kesimpulan terhadap pembelajaran hari
itu. Contoh di kelas X MIPA 1 tanggal 14 Februari 2018 pukul 10.45-12.15
WIB (KD 3.8), sebelum menutup pembelajaran hari itu guru meminta siswa
untuk menyimpulkan materi yang sudah di bahas pada saat itu, kemudian satu
orang siswa yang bernama Brenden menyimpulkan materi yang telah di bahas:
“Jadi kesimpulan dari pertemuan kita hari ini adalah bahwa ketika islam
pertama datang ke Nusantara islam melakukan akulturasi dengan budaya
yang sebelumnya sudah ada. Islam menyatukannya dengan budaya yang
sudah ada agar mudah diterima oleh masyarakat yang ada di Nusantara.
Seperti contoh aksara mengalami akulturasi, kalender juga mengalami
akulturasi”.29
28 Lampiran catatan lapangan kelas X MIPA 3 pada tanggal 1 Februari 2018 h.80 29 Lampiran Catatan Lapangan kelas X MIPA 1 pada tanggal 14 Februari 2018 h.87
50
Guru juga dalam menutup pembelajaran kadang-kadang memberikan tugas
kepada siswa untuk di kerjakan di rumah dan dikumpulkan minggu berikutnya.
Seperti contoh di kelas X IIS 3 guru meminta agar siswa mengerjakan tugasnya
dengan baik dan tidak asal-asalan.30
Peneliti mengikuti pembelajaran selama delapan kali pembelajaran, dari
total tersebut ibu Haum hanya memberikan kesimpulan pada akhir
pembelajaran hanya dua kali pembelajaran, dimana pemberian kesimpulan
hanya terjadi di X MIPA 1 tanggal 14 Februari 2018 jam ke 6 – 7 (pukul 10.45
– 12.15 WIB) dan X IIS 1 13 Maret 2018 jam ke 5 – 6 (pukul 10.00 – 11.30
WIB).
3. Penilaian Pembelajaran Sejarah
Penilaian sangatlah penting, baik bagi siswa, guru, maupun sekolah. Bagi
siswa penilaian dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan mengikuti
pembelajaran yang diberikan oleh guru, apakah hasilnya sudah sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang di rancang atau tidak. Bagi guru, penilaian dapat
mengetahui siswa yang sudah dan belum menguasai bahan pembelajaran, tepat
atau tidaknya materi pembelajaran yang disampaikan dan metode yang
digunakan. Sedangkan bagi sekolah, penilaian dapat mengetahui kondisi
belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum
30 Lampiran catatan lapangan kelas X IIS 3 pada tanggal 19 Februari 2018 h.89
51
dan mengetahui yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar atau
belum.
Menurut hasil wawancara peneliti dengan wakil kepala sekolah SMA
Negeri 77 Jakarta bidang Kurikulum. Ada beberapa penilaian yang harus
dilakukan oleh guru-guru di sekolah ini :
“Yang pertama ulangan harian itu yang paling dominan, terus ada Ujian
Tengah Semester (UTS) walaupun di K-13 sudah tidak ada lagi UTS tapi
tuntutan orang tua yang menginginkan seperti itu. Selain itu ada Ulangan
Akhir Semester, ada Ujian Kenaikan Kelas (UKK), Ujian Akhir Sekolah
Berstandar Nasional (UASBN), ada juga Ujian Nasional Berbasis
Komputer (UNBK) ya kaya gitu yang dimaksud evaluasi. Tapi di 77
dominanya ulangan harian yang menjadi tergetnya, kenapa itu karena setiap
selesai kegiatan materi maka harus ada ulangan.”31
Dari penjelasan di atas dijelaskan bahwa penilaian yang dilakukan di SMA
Negeri 77 Jakarta bermacam-macam, diantaranya: ulangan harian, ulangan
tengah semester (UTS), ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
Tapi untuk penilaian yang lebih dominan dan sering dilakukan di sekolah ini
adalah penilaian ulangan harian (penilaian yang dilakukan pada saat akhir KD).
a. Pelaksanaan Penilaian
Penilaian hasil belajar siswa yang dilakukan oleh ibu Harum adalah proses
pengumpulan data tentang pencapaian pembelajaran dalam aspek pengetahuan,
keterampilan, dan sikap untuk memantau proses kemajuan belajar, dan
31 Lampiran Wawancara dengan informan kunci (bapak Ibnu Humaedi M.Pd) selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum pada tanggal 28 Maret 2018 di ruang wakil kepala sekolah SMAN 77 Jakarta h.96
52
perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar. Ibu
Harum menjelaskan kepada peneliti:
“penilaian biasanya macem-macem ya bisa langsung ngasih pertanyaan
misalnya memberikan permainan yang sifatnya memberi pengetahuan dan
berhubungan dengan materi. Atau bisa juga langsung ulangan, uji lisan. Ibu
mengambil nilai dari beberapa penlaian, dari nilai presentasi diambil, terus
lagi nilai individu, terus diadain uji lisan, terus kalo uji lisan udah ada ntar
diadain lagi jawab-jawab soal.di buku paket atau soal dari ibu”32
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa ibu Harum melakukan penilaian
dengan berbagai jenis. Guru melakukan penilaian pembelajaran dengan cara
memberikan soal-soal kepada siswa, memberikan ujian lisan (ujian ini terdapat
di RPP)33, ujian tertulis setelah materi dalam KD selesai, dan ibu Harum juga
memberikan permainan yang sifatnya memberi pengetahuan dan mengajak
siswa aktif ketika pembelajaran berlangsung (kondisionnal saja dan tidak
terdapat di RPP untuk memberikan permainan), contohnya mengajak siswa
membaca huruf hijaiyyah dengan cara bermain dan mengajari temannya yang
pada saat itu berkaitan dengan materi akulturasi aksara.
Peneliti juga melihat ibu Harum mengadakan penilaian pembelajaran.
Contohnya di kelas X IIS 3 pada tanggal 5 Februari 2018 jam ke 7 – 8 (11.30
– 12.15, 13.00 – 13.40 WIB). Ibu Harum menjadwalkan pertemuan pada hari
itu hanya untuk melakukan tes lisan, siswa juga sudah diberi tahu sebelumnya
bahwa minggu ini akan ujian tes lisan. Pada hari itu ibu Harum hanya
mengadakan ujian lisan, tidak ada pemberian materi agar supaya siswa dapat
32 Lampiran Wawancara dengan informan inti (ibu Harum) di SMA Negeri 77 Jakarta pada tanggal 13 Maret 2018 bertempat di lorong kelas X IIS 1 h.99 33 Lampiran RPP h.138
53
menyelesaikan ujian lisan pada hari itu. Tapi pada kenyatannya ujian lisan
tidak dapat diselesaikan dalam satu kali pertemuan, perlu waktu sampai dua
kali pertemuan.
Pada saat ujian lisan ibu Harum memberikan dua soal kepada semua siswa.
Pertanyaannya adalah “jelaskan teori penyebaran islam di Nusantara dan
jelaskan Media penyebaran yang digunakan pada saat penyebaran islam di
Nusantara”. Salah satu siswa kelas X IIS 3 yang bernama Hana Kamila
menjawab:
Teori penyebaran islam di Nusantara ada teori Gujarat, Teori Persia, Teori
Cina, Teori Mekkah. Media yang digunakan dalam penyebaran islam adalah
media perdagangan, pernikahan, pendidikan, dan dakwah.34
Selain itu ibu Harum juga mengadakan tes lisan di kelas X IIS 2 pada
tanggal 5 Februari 2018 jam ke 9 – 10 (13.40 – 15.00 WiB). Sama seperti kelas
sebelumnya, dimana sebelum tes dilakukan guru telah menberi tahu bahwa
minggu ini akan diadakan tes lisan. Ibu Harum menjelaskan kepada siswa
bahwa tes lisan ini diadakan selain untuk mengambil nilai ibu Harum juga ingin
mengetahui sejauh mana pemahaman tentang materi tersebut. Selanjutnya ibu
harum menyebutkan dua soal yang sudah disiapkan (sama seperti kelas-kelas
sebelumnya, tidak ada perbedaan soal). Ibu Harum mempersilahkan kepada
siswa yang sudah siap agar maju kedepan dan segera menjelaskan kepada
teman-temannya mengenai soal yang sudah disebutkan tadi. Ketika peneliti
melihat proses pengambilan nilai di kelas X IIS 2 peneliti mendapatkan
34 Lampiran catatan lapangan kelas X IIS 3 pada tanggal 5 Februari 2018 h.83
54
pemandangan yang berbeda, dimana di kelas ini pada saat mulai diadakannya
tes lisan kondisi kelas cukup tidak kondusif, banyak siswa yang mengobrol dan
siswa cuek tidak peduli dengan temannya yang sedang tes di depan kelas.
Tetapi pada saat jam pelajaran akan berakhir, keadaan kelas menjadi berubah,
siswa yang awalnya cuek kemudian berubah menjadi berbondong-bondong
untuk segera maju, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk membuat
barisan agar supaya kelihatan siapa yang akan maju selanjutnya.35 Ibu Harum
juga menyebutkan selain di kelas ini, masih ada lagi beberapa kelas yang
antusias ketika akan diadakan tes lisan, sampai akhirnya ibu Harum membuat
nomor antrian agar supaya siswa tidak berebut untuk maju kedepan.
Ketika tes lisan, ibu Harum tidak membedakan soal Antara siswa satu
dengan siswa lainnya. Dari mulai kelas X MIPA 1 sampai dengan X IIS 3 ibu
Harum memberikan soal yang sama. Dalam hal ini ibu Harum memberikan
soal yang sama karena setiap siswa akan memberikan jawaban yang beragaim.
Dalam hal ini ibu Harum ingin melihat seberapa besar pemahaman siswa
mengenai materi yang sudah diberikan (KD 3.7)
b. Pelaksanaan Remedial
SMA Negeri 77 Jakarta menetapkan KKM untuk mata pelajaran sejarah
sebesar 75, siswa dikatakan menuntaskan mata pelajaran sejarah jika telah
35 Lampiran catatan lapangan di kelas X IIS 2 pada tanggal 5 Februari 2018 h.85
55
mencapai nilai 75. Apabila siswa tersebut belum mampu mencapai nilai 75
maka guru akan melakukan remedial.
Hasil wawancara peneliti dengan ibu Harum:
“oh iya itu selalu, kan buat perbaikan mereka juga. Dalam pelaksanaan
remedial ibu kadang kasih soal lagi, kadang juga langsung tes lisan aja atau
rangkum materi, liat situasi sama waktunya aja biar pas.”36
Ketika melakukan remedial ibu Harum menyebutkan bahwa kadang beliau
memberikan lagi soal yang sama seperti soal pada saat ujian. Tetapi kadang
ketika waktu sangat mendesak ibu Harum memberikan ujian lisan yang singkat
seperti contoh “jelaskan teori masuknya islam ke Nusantara”.
C. Pembahasan
Dari hasil pengamatan dan wawancara yang telah peneliti lakukan selama
kurang lebih dua bulan yang terhitung sejak 1 Februari – 31 Maret 2018 dengan
memasuki kelas X MIPA 1,2,3 dan X IIS 1,2,3 terlihat tahapan-tahapan dalam
proses pembelajaran di SMA Negeri 77 Jakarta yang dimulai dengan tahap
Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran, dan terakhir Evaluasi
Pembelajaran. Ketiga tahap ini adalah suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Tanpa Perencanaan Pembelajaran proses pembelajaran tidak akan
optimal dan tahap evaluasi memegang peranan penting dalam segala bentuk
pengajaran yang efektif, dengan evaluasi diperoleh balikan atau Feedback yang
dipakai untuk memperbaiki dan merevisi bahan atau metode pengajaran untuk
36 Lampiran Wawancara dengan informan inti (ibu Harum) di SMA Negeri 77 Jakarta pada tanggal 13 Maret 2018 bertempat di lorong kelas X IIS 1 h.99
56
menyesuaikan bahan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, evaluasi
menjadi indikator penilaian berdasarkan KKM.
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, guru telah membuat perangkat
perencanaan pembelajaran terlebih dahulu. Sebelum membuat perencanaan
pembelajaran, guru sudah membuat program tahunan (Prota) adalah rencana
penetapan alokasi waktu satu tahun ajaran mencapai tujuan (Kompetensi inti
dan Kompetensi Dasar) yang telah ditetapkan. Kemudian guru telah membuat
program semester (Prosem) adalah penjabaran dari program tahunan. 37 Guru
dalam membuat program tahunan dan program semester berpegangan atau
menjadikan kalender akademik pada tahun 2017/2018 sebagai acuannya yang
dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
Selanjutnya guru juga mengkaji silabus yang dikeluarkan oleh pemerintah,
dimana Silabus tersebut bertujuan untuk mempersiapkan perencanaan
pembelajaran sejarah lebih lanjut untuk pedoman pembuatan RPP. Berdasarkan
hasil penelitian, guru telah menyusun RPP sendiri untuk mempermudah
kegiatan pembelajaran dan sudah mengikuti pedoman pembuatan RPP terbaru
yang dikeluarkan oleh pemerintah. Hal ini sesuai dengan lampiran
Permendikbud Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah menyatakan bahwa tahap pertama
37 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran(Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2008) hh.52-53
57
dalam pembelajaran adalah perencanaan pembelajaran yang diwujudkan
dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).38
Selain perencanaan pembelajaran yang telah dibuat oleh guru, peneliti juga
membahas tentang kegiatan pembelajaran sejarah. Guru telah melaksanakan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran seperti pendahuluan, kegiatan inti, dan
penutup meskipun di dalam setiap langkah pembelajaran tersebut masih
terdapat kegiatan yang belum dilaksanakan secara maksimal.
Urutan kegiatan pendahuluan yang dilakukan oleh ibu Harum di hampir di
semua kelas, yaitu mengucapkan salam, lalu beliau menanyakan kabar siswa,
memeriksa keadaan kelas, dan mengabsen siswa satu persatu. Sebelum
memasuki ke materi pembelajaran yang akan disampaikan, ibu Harum selalu
mengajak siswa untuk semangat belajar diantaranya mengajak siswa untuk
belajar tapi dengan suasana santai, dan kemudian ibu Harum mengajukan
beberapa pertanyaan mengenai materi yang telah dibahas minggu lalu. Ibu
Harum juga kadang-kadang memberikan sedikit motivasi agar supaya siswa
menjadi lebih semangat untuk belajar seperti misalnya memberikan kata-kata
“ayo tetap semangat belajarnya, jangan sampai orang tua kalian kecewa
dengan kalian”. Untuk kegiatan penyampaian tujuan pembelajaran ibu Harum
tidak menyampaikannya di setiap pertemuan, ibu Harum hanya menyampaikan
pada saat materi pertama yang akan diberikan kepada siswa. Seharusnya
pembelajaran yang baik itu guru harus memberikan tujuan dari pembelajaran
38 Kemendikbud, Permendikbud No 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah (Jakarta: Kemendikbud 2016), h.5
58
yang akan dipelajari karena tujuan belajar untuk memenuhi kebutuhan di
kemudian hari dan siswa di dorong oleh keingin tahuannya untuk memenuhi
kebutuhannya.
Langkah kedua dalam kegiatan pembelajaran adalah kegiatan inti. Kegiatan
inti menjadi kegiatan terpenting atau bagian utama dalam kegiatan
pembelajaran karena di dalam kegiatan inti terdapat proses penyampaian
informasi dan pengetahuan yang disampaikan oleh guru kepada siswa.
Pelaksanaan kegiatan inti dalam pembelajaran sejarah di kelas X secara
keseluruhan sudah sesuai dengan apa yang telah tercantum di dalam RPP, hanya
saja masih ada beberapa kegiatan yang tidak sesuai dengan apa yang sudah
tercantum di RPP, diantaranya kegiatan 5 M (mengamati, menanyakan,
mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan mengomunikasikan secara
penuh) tidak dijalankan semuanya dan kadang jam pertemuan dengan siswa
melebihi batas yang sudah ditentukan di dalam RPP. Misalnya di RPP untuk
materi KD 3.7 hanya dijadwalkan empat kali pertemuan, tetapi pada
kenyataannya bisa sampai 5 kali pertemuan (melebihi batas waktu yang sudah
tercantum di RPP).
Guru telah melakukan pendekatan saintifik yang terdiri dari kegiatan 5 M
(mengamati, menanyakan, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan
mengomunikasikan secara penuh), kegiatan literasi, dan HOTS tetapi masih
terdapat kegiatan yang diterapkan oleh guru tidak secara maksimal karena
diakibatkan oleh beberapa hal, misalnya kurang manajemen waktu, atau banyak
waktu yang terpakai di kegiatan pendahuluan sehingga pada saat kegiatan inti
59
waktunya menjadi lebih sedikit sehingga kegiatan selanjutnya terganggu atau
tidak diberikan secara maksimal.
Adapun model yang tercantum dalam RPP, guru menggunakan beberapa
model pembelajaran, yaitu : project based learning, problem based lerning,
inquiry, dan discovery learning.39 Kegiatan inti yang dilakukan oleh guru
selama peneliti amati, guru sudah menggunakan model pembelajaran yang
tercantum di dalam RPP dan juga bervariatif. Guru menjelaskan bahwa antara
kelas MIPA dan IIS guru harus membedakan model pembelajarannya, dimana
guru melihat siswa kelas MIPA lebih cocok dan senang diterapkan model
project based learning dan siswa IPS lebih cocok dan senang dengan model
problem based lerning.
Sebagai salah satu model pembelajaran dalam pendekatan saintifik, model
pembelajaran berbasis project sangatlah sesuai dengan karakteristik kurikulum
2013 dimana proses pembelajaran harus memuat 5 M, yaitu Mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan terakhir
mengomunikasikan. Tetepi, tidak semua siswa bisa melaksanakan kegiatan
tersebut, karena siswa sendiri sebagian aktif mengikuti pembelajaran dan masih
ada sebagian siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Padahal
guru sudah berusaha membuat suasana pembelajaran maupun suasana kelas
yang menjadikan siswa sebagai objek pembelajaran.
39 Lampiran RPP h.138
60
Sedangkan untuk metode yang dicantumkan guru dalam RPP adalah metode
diskusi, Tanya jawab, dan penugasan. Kegiatan inti yang dilakukan oleh guru
masih banyak kekurangan, dimana pembelajaran masih banyak menggunakan
metode ceramah padahal metode tersebut tidak tercantum dalam RPP. Untuk
diskusi guru sudah menerapkannya hanya saja kegiatan diskusi masih kurang
berjalan dengan baik karena siswa lebih banyak yang diam dibandingkan
diskusi dengan guru maupun teman yang lainnya. Metode penugasan guru
selalu menerapkannya, dimana pada akhir pembelajaran atau sedang
berlangsung pembelajaran guru selalu memberikan tugas kepada siswa agar
supaya siswa mendalami materi yang sedang guru berikan, contohnya di kelas
X IIS 3 tanggal 19 Februari 2018 jam ke 7 – 8 (11.30 – 12.15, 13.00 – 13.40
WIB) guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari sebab-sebab
runtuhnya kerajaan Hindu Budha dan munculnya Kerajaan Islam di Nusantara.
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di setiap kelas mempunyai
karakteristik siswa yang berbeda-beda contoh di kelas X IIS 1 dan X MIPA 1
merupakan kelas yang aktif, sedangkan di kelas X MIPA 3 termasuk kedalam
kelas yang siswanya kurang aktif. Guru mengatasi karakteristik siswa disetiap
kelas yang berbeda-beda dengan cara disetiap pertemuan menggunakan metode
pembelajaran yang bervariasi. Guru juga bisa saja mengganti langsung metode
pembelajaran jika dirasa metode yang terdapat pada RPP tidak dapat
dilaksanakan pada hari itu karena guru melihat situasi kondisi yang terjadi
ketika pembelajaran berlangsung. Jadi metode di dalam RPP kadang kala di
61
ganti langsung oleh guru dan tidak dilaksanakan seperti yang tertera di RPP
(sifatnya kondisional).
Sarana dan prasarana yang ada di SMA Negeri 77 Jakarta sudah cukup
lengkap seperti di setiap kelas terdapat LCD sehingga mempermudah guru saat
kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Guru tidak hanya sekedar ceramah dan
menulis di papan tulis saja tetapi sesekali guru juga menggunakan LCD untuk
menjelaskan materi sehingga pembelajaran tidak bersifat verbal. Dengan
demikian pembelajaran di kelas tidak membosankan. Seperti contoh di kelas X
IIS 2 tanggal 19 februari 2018 jam ke 9 – 10 (13.40 – 15.00 WIB, guru
menjelaskan materi Akulturasi Aksara di dalam media PPT.
Guru menggunakan sumber belajar berupa buku pegangan guru dan buku
pegangan siswa yang dikeluarkan oleh kemendikbud tahun 2017. Guru juga
memberi kebebasan kepada siswa untuk mencari dan memanfaatkan sumber-
sumber lain seperti mencari bahan materi dari internet, majalah, Koran, dan
lain-lain pada materi KD 3.7 dan 3.8. Dari hasil pengamatan dan wawancara
peneliti melihat bahwa tidak semua siswa di setiap kelas mempunyai buku paket
sejarah.
Dalam melaksanakan kegiatan inti selain guru menjelaskan materi, guru
juga memberikan contoh materi pembelajaran dan memberikan latihan atau
pertanyaan pada siswa. Dalam hal menjelaskan materi guru mengaitkannya
dengan peristiwa yang ada pada saat ini, agar supaya siswa dapat dengan mudah
memahami materi yang sedang di jelaskan. Contohnya ketika pelaksanaan
62
pembelajaran di kelas X MIPA 3 tanggal 1 Februari 2018 jam ke 3 – 4 (08.15
– 09.45 WIB) dalam materi KD 3.7 guru memberikan contoh pernikahan yang
ada pada saat ini. Dalam hal memberikan pujian kepada siswa yang bertanya
atau siswa yang memberikan jawaban guru tidak selalu memberikan pujian,
kadang-kadang guru langsung saja melanjutkan penjelasannya, padahal pujian
sedikit saja sangat penting untuk apresiasi siswa dan meningkatkan keberanian
siswa.
Dalam pendekatan saintifik terdapat kegiatan dimana siswa diharuskan
menayangkan hasil pembelajarannya. Contoh kegiatan menayangkan terjadi di
kelas X IIS 3 tanggal 19 Februari 2018 jam ke 7 – 8 (11.30 – 12.15, 13.00 –
13.40 WIB) KD 3.8 pada saat itu siswa menayangkan hasil kerja kelompoknya
di depan kelas.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru juga diperlukan keahlian untuk
mengelola kelas, dimana ketika guru dapat mengelola kelas dengan baik maka
pembelajaran akan berjalan dengan baik dan materi yang dijelaskan akan
sampai kepada siswa. Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari dan
bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah.40
Tingkah laku siswa bervariasi. Variasi prilaku siswa merupakan permasalahan
bagi guru dalam upaya pengelolaan kelas.41
40 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif cetakan ketiga (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h. 172 41 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit.. h. 173
63
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti guru dalam mengelola
kelas cukup baik, dimana terlihat pada saat pembelajaran kondisi kelas yang
tercipta kondusif, kelas yang tercipta rapih, dan tidak banyak siswa yang
mengobrol. Seperti contoh di kelas X IIS 2, kelas yang mendapat jam pelajaran
sejarah di jam pelajaran terakhir (pukul 13.40-15.00 WIB). Ketika guru
mendapatkan jam mengajar di jam terakhir, ini merupakan tantangan untuk guru
supaya bagaimana caranya guru bisa mengelola kelas dengan baik, siswa tidak
mengantuk, dan materi yang disampaikan sampai kepada siswa. Kelas X IIS 2
termasuk ke dalam kelas yang cukup ramai, tetapi ketika guru menjelaskan
materi siswa mendengarkan materi yang dijelaskan oleh guru. Tetapi, tidak
menutup kemungkinan tidak ada siswa yang mengobrol. Di bagian belakang
siswa laki-laki asik mengobrol, kemudian guru menegurnya dengan nada yang
halus agar supaya siswa tersebut tidak kembali mengobrol. Seperti contoh guru
menegur siswa di bagian belakang yang asik mengobrol dengan cara
mendekatiknya kemudian guru memegang pundaknya dan berkata “ayo
perhatikan nak, jangan asik mengobrol. Kasian temannya terganggu jika kamu
mengobrol”.
Dalam proses penyampaian materi, guru menggunakan Bahasa yang mudah
dimengerti oleh siswa dan juga memberikan contoh yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Ketika menjelaskan materi guru tidak fokus di satu titik,
guru berkeliling atau mendekati siswa agar supaya guru bisa melihat mana
siswa yang sulit memahami pelajaran. Contohnya di kelas X MIPA 1 tanggal
14 Februari 2018 jam ke 6 – 7 (10.45 – 12.15 WIB) guru memberikan contoh
64
Akulturasi Kalender Jawa dengan Islam. Kalender Jawa sudah banyak di
ketahui oleh siswa jadi ketika guru menmberikan contohnya siswa langsung
paham. Guru juga memberi satu contoh hari besar yang ada di bulan Ramadhan
yaitu peristiwa Nuzulul Qur’an
Ketika guru ingin kondisi kelas yang baik dan kondusif, guru juga
memerlukan keterampilan untuk mengatur tempat duduk atau penataan ruang
kelas. Pengaturan tempat duduk di SMA Negeri 77 Jakarta sudah disamakan
disetiap ruang kelas. Dimana posisi duduk siswa berada di posisi berbaris ke
belakang dengan pusat di depan papan tulis dan di samping sebelah kanan siswa
terdapat meja dan kursi guru. Pengaturan tempat duduk ini sudah sesuai dengan
keperluan dan kapasitas siswa, dimana meja dan kursi yang tersedia bentuknya
tidak terlalu besar dan berat sehingga mudah untuk dibentuk formasinya.
Jumlah siswa perkelas di SMA Negeri 77 sebanyak 36 siswa. Dengan demikian
posisi meja di setiap kelasnya dibentuk menjadi empat baris dengan setiap baris
berisi empat atau lima meja.
Selanjutnya juga dibutuhkannya pengaturan siswa. Dalam upaya melayani
kegiatan siswa yang optimal, pengelompokan siswa mempunyai arti yang
sangat penting.42 Dari hasil pengamatan peneliti selama melakukan kegiatan
penelitian pengelompokan siswa yang dilakukan oleh guru di SMA Negeri 77
Jakarta dalam pembelajaran sejarah di kelas X diatur oleh guru. Dimana ketika
itu di kelas X MIPA 2 guru memberikan tugas untuk membuat teka teki silang,
42Syaiful Bahri Djamarah, op.cit. h. 179
65
pada saat itu guru memerintahkan untuk siswa mengerjakannya dengan teman
yang berada di satu meja. Meskipun demikian guru juga pernah
mempersilahkan kepada siswa untuk membuat kelompok sendiri. Guru juga
menjelaskaskan bahwa guru berusaha membuat kelompok belajar agar supaya
ketika ada satu atau dua orang siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat
dibantu oleh temannya. Fasilitas di dalam kelas yang cukup lengkap membuat
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan kondusif.
Dalam melakukan pengelolaan kelas, guru juga tidak selamanya berjalan
lancar, ada beberapa kendala yang ditemukan guru ketika hendak mengelola
kelas. Menurut infroman inti bahwasannya ketika melakukan pembelajaran
ditemukan kendala yang berhubungan dengan pengelolaan kelas. sifat dan
karakter siswa yang beragam sering kali menyulitkan guru untuk mengaturnya,
tetapi sebagian besar siswa masih dapat diatur dan pembelajaran dapat berjalan
dengan kondusif. Fasilitas yang ada di kelas juga akan mengganggu ketika tidak
bisa berfungsi, misalnya AC kelas mati maka kondisi kelas akan panas dan kelas
akan menjadi ramai dan banyak siswa yang izin keluar kelas akibat tidak
berfungsinya fasilitas kelas.43
Kegiatan penutup adalah kegiatan terakhir dari kegiatan pembelajaran
sejarah. Kegiatan penutup terdiri dari penyampaian kesimpulan, pemberian
tugas, menyampaikan materi yang akan dibahas selanjutnya, dan mengucapkan
salam. Langkah menyimpulkan atau kesimpulan dari materi yang dibahas pada
43 Lampiran Wawancara dengan informan inti (ibu Harum) di SMA Negeri 77 Jakarta pada tanggal 13 Maret 2018 bertempat di lorong kelas X IIS 1 h.99
66
hari itu tidak selalu dilakukan oleh guru, karena waktu pembelajaran yang
cukup singkat 2 x 45 menit membuat guru tidak dapat menyelesaikan materi
dalam satu pertemuan. Kegiatan penutup biasanya guru hanya memberi tugas
dan mengingatkan siswa untuk mempelajari materi yang akan dibahas
selanjutnya.
Sebaiknya disetiap akhir pertemuan guru harus memiliki waktu untuk
memberikan kesimpulan, karena kesimpulan ini penting agar supaya siswa
paham dengan materi yang dijelaskan pada hari itu. Guru juga sebaiknya
memiliki managemen waktu yang baik agar semua komponen yang ada di
dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dan didapatkan oleh siswa.
Sebelum kegiatan pembelajaran di akhiri guru selalu memberikan tes
formatif sebagai bentuk penilaian kemajuan siswa yang diberikan guru, latihan
tersebut juga guru lakukan sebagai evaluasi untuk memberikan penilaian
kepada siswa dalam bentuk penghargaan terhadap hasil belajar siswa. Hampir
di setiap pertemuannya guru memberikan tes formatif, namum tes tersebut
diberikan dalam bentuk tugas rumah maupun tugas kelompok. Seperti contoh
pada pertemuan di kelas X IIS 3 tanggal 19 Februari 2018 jam ke 7 – 8 ( 11.30
– 12.15, 13.00 – 13.40 WIB) siswa diberikan tugas tertulis untuk membuat
pertanyaan 5 W + 1 H tentang sebab-sebab runtuhnya kerajaan Hindu Budha,
di tulis di kertas satu lembar (buku biasa) dan dikumpulkan pertemuan minggu
selanjutnya (KD 3.8). Di kelas X IIS 2 tanggal 19 Februari 2018 jam ke 9 – 10
(13.40 – 15.00 WIB) guru memberikan tugas agar siswa membuat kelompok
dan membuat PPT tentang kerajaan Islam. Di kelas X IIS 3 tanggal 13 Maret
67
2018 jam ke 7 – 8 ( 11.30 – 12.15, 13.00 – 13.40 WIB) KD 3.7 guru memberikan
tugas agar siswa membuat teka teki silang yang kemudian di tulis di kertas
karton semenarik mungkin dan di kerjakan oleh dua orang, sedangkan di kelas
X MIPA 1 tanggal 14 Februari 2018 jam ke 6 – 7 (10.45 – 12.15 WIB) KD 3.7
guru menugaskan siswa untuk mecari hari-hari penting yang ada pada kalender
hijriyyah (karena pada saat itu guru sedang menjelaskan akulturasi kalender).
Dalam kegiatan pembelajaran, penilaian merupakan unsur terpenting untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dan penilaian yang baik akan
meningkatkan motivasi siswa untuk lebih bersemangat dalam belajar penilaian
wajib dilakukan oleh guru untuk tahu sejauh mana pembelajaran dapat
dipahami oleh siswa.
Dalam Permendikbud No 22 tahun 2016, penilaian hasil pembelajaran
dilakukan saat proses pembelajaran dan di akhir satuan pelajaran dengan
menggunakan metode dan alat: tes lisan/perbuatan, dan tes tulis. Hasil penilaian
akhir diperoleh dari gabungan penilaian proses dan penilaian hasil
pembelajaran.44 Penilaian dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri 77
Jakarta, guru melakukan penilaian dengan nilai tugas, nilai harian, ulangan
tengah semester (pekan ulangan), dan ujian semester.
Pekan ulangan dilaksanakan pada saat pertengahan semester. Dalam
kurikulum 2013 sebenarnya pekan ulangan atau ulangan tengah semester ini
44 https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bsnp/Permendikbud22-2016SPDikdasmen.pdf Lampiran Lampiran Permendikbud No 22 Tahun 2016 diakses pada Senin 7 Mei 2018 pukul 20.49
68
tidak perlu dilakukan, tetapi karena kebijakan sekolah yang masih
mengharuskan diadakannya pekan ulangan maka setiap guru selalu
memberikan ualangan pada saat tengah semester. Pekan ulangan dilaksanakan
pada awal April 2018, dimana pada saat itu guru memberikan soal-soal tertulis
yang harus dijawab siswa pada saat itu juga. Nilai pekan ulangan akan di
gabungkan dengan nilai ulangan harian dan UAS/UKK dan digabungkan
menjadi nilai pengetahuan.
Kriteria ketuntasan minimal KKM mata pelajaran sejarah di SMA Negeri
77 Jakarta adalah 75. Jika siswa tidak mencapai angka tersebut maka guru akan
mengadakan Remedial.
Penilaian akhir pembelajaran di SMA Negeri 77 Jakarta memeiliki beberapa
jenis penilaian, yang bersifat tugas harian dan ulangan harian (dilaksanakan
setelah akhir materi / akhir KD), UTS (pekan ulangan), serta Ulangan Akhir
Semester atau jika semester genap disebuat dengan Ulangan Kenaikan Kelas
(UKK).
Soal-soal yang dibuat oleh guru untuk ulangan harian berupa soal yang
berbentuk uraian, sedangkan untuk UTS dan UAS/UKK berbentuk soal pilihan
ganda dan uraian (essay). Siswa mengerjakan soal dengan menjawabnya di
kertas yang sudah di sediakan oleh guru. Jika guru memberikan ulangan harian
dengan tes lisan guru memberikan dua atau tiga pertanyaan yang harus di jawab
oleh siswa dengan cara langsung di depan guru pada saat itu juga. Dalam
ulangan tengah semester (pekan ulangan) soal yang digunakan berbeda dengan
69
soal yang diberikan pada saat ulangan harian. Soal yang diberikan pada saat
UTS (pekan ulangan) biasanya berbentuk pilihan ganda dengan soal uraian
(yang memerlukan analisis). Dari hasil wawancara peneliti dengan informan
inti didapatkan bahwa ketika guru membuat soal tidak terlalu sulit dan tidak
terlalu mudah. Soal yang diberikan guru selalu sama dengan penjelasan yang
diberikan guru pada saat penjelasan materi di dalam kelas.
Terkait hasil belajar siswa yang diajarkan oleh ibu Harum, rata-rata telah
mendapatkan nilai yang berada diatas KKM mata pelajaran sejarah yaitu 75.
Kegiatan penilaian siswa, ibu Harum membagi kedalam tiga penilaian, yaitu :
penilaian Pengetahuan, Penilaian Keterampilan, dan Penilaian Sikap. Penilaian
sikap adalah penilaian siswa terhadap sikap spiritual dan sikap sosial selama
pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Selanjutnya penilaian
pengetahusn adalah penilaian kemampuan siswa dalam proses pembelajaran
yang berlangsung. Penilaian pengetahuan di SMA Negeri 77 Jakarta diambil
dari nilai Ulangan Harian dan Ulangan Tengah Semester (pekan ulangan).
Sedangkan penilaian keterampilan adalah penilaian bentuk tugas laporan
tertulis maupun makalah atau presentasi yang dibuat oleh siswa.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru, ibu Harum mendapat
kendala-kendala dalam proses pembelajaran sejarah, yakni: dalam hal keaktifan
siswa, dimana rata-rata siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah
siswa yang rajin dan pintar saja umumnya duduk di bangku bagaian depan.
Siswa yang nilainya mengalami remedial rata-rata tidak memiliki keaktifan
dalam menjawab dan memberikan pertanyaan di kelas. Untuk mengatasinya
70
guru menunjuk atau memanggil siswa secara acak agar semua siswa mau aktif
dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Sedangkan dalam hal kefokusan
siswa, masih terdapat beberapa siswa yang tidak fokus pada saat kegiatan
pembelajaran. Hal tersebut diatasi dengan cara menegur siswa yang tidak fokus
terhadap pembelajaran, dan untuk supaya semua siswa fokus dan tertarik
dengan pembelajaran guru memberikan metode atau permainan kecil yang
disukai siswa. Contoh guru menegur siswa yang tidak fokus terhadap
pembelajaran “nak ayo jangan mengobrol, perhatikan kedepan” sambil
mendekati siswa yang tidak fokus belajar.
Kendala-kendala tersebut harus diatasi guru dengan cara kreatif agar tidak
menjadi penghalang dalam menjalankan tugasnya sebagai guru dan tercapainya
tujuan pendidikan yaitu untuk mecerdaskan bangsa.