17
BAB III
KERAGAAN AGRIBISNIS BELIMBING MANIS
3.1 Keragaan Agribisnis
Agribisnis Menurut Arsyad et al. (1985) dalam Firdaus (2008), adalah
suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata
rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan
pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang
menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan
pertanian.
Menurut Subyakto (1996) tujuan dari kegiatan agribisnis adalah untuk
memperoleh keuntungan dimana keseluruhan investasi terkait dengan aktivitas
dari usaha tani dimana tidak hanya semata-mata dalam konteks pemenuhan
kebutuhan masyarakat pedesaan, tetapi juga dalam rangka memperoleh nilai
tambah yang lebih besar, sehingga kegiatan off-farm seperti agroindustri dan
marketing menjadi sangat penting. Penerapan manajemen dalam agribisnis erat
kaitannya dengan kegiatan operasional pertanian. Proses inovasi teknologi sangat
mendukung penerapan teknologi yang menghasilkan produk dan jasa yang
bermutu tinggi. Teknologi adalah sumber daya buatan manusia yang bersifat
dinamis atau kompetitif, karena selalu mengalami perkembangan yang cepat (Said
dkk, 2001).
Berdasarkan pengertian agribisnis di atas, maka agribisnis digambarkan
sebagai sebuah sistem yang terdiri atas subsistem yang saling terintegrasi.
18
Subsistem hulu (Up-Stream) adalah penyediaan bibit, pupuk, pestisida, alat dan
mesin pertanian, subsistem usahatani (On-farm) adalah penyiapan lahan,
penanaman, pemeliharaan hingga panen, subsistem hilir (Down-Stream) adalah
proses pasca panen yang meliputi pengolahan, penyimpanan, distribusi, tataniaga,
serta subsistem penunjang (Support-Services) adalah lembaga pembiayaan,
lembaga penelitian, transportasi, peraturan pemerintah. Semua sub-sistem tersebut
saling terkait seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Sistem Agribisnis, Firdaus (2008)
3.2 Belimbing Manis (Averrhoa carambola)
Tanaman belimbing manis tergolong tanaman buah tahunan, yaitu hidup
menahun (parenial) yang berumur sampai puluhan tahun. Belimbing manis
tergolong buah tropis dengan ciri-ciri antara lain besar tajuk pohon, bentuk tajuk,
tinggi tanaman, dan percabangan mudah diatur sesuai dengan yang diinginkan.
Buah belimbing manis sudah dikonsumsi dan dinikmati oleh masyarakat sejak
zaman prasejarah. Tanaman belimbing manis berbuah sepanjang tahun. Dalam
satu tahun tanaman belimbing manis dapat berbuah 3-4 kali. Secara morfologis,
organ-organ tanaman belimbing manis terdiri atas
buah, dan biji.
Belimbing manis mempunyai nama latin
Averrhoa diambil dari nama seorang filsuf
seorang berkebangsaan Arab yang pertama kali menulis
Adapun kata carambola adalah pemberian pelaut portugis ketika mereka pertama
kali menemukan buah belimbing di pantai Malabar (India). Dalam taksonomi
tumbuhan, belimbing diklasifikasikan sebagai
1. Kingdom
2. Divisi
3. Sub-divisi
4. Kelas
5. Ordo
6. Famili
7. Genus
8. Spesies
2 Cahyono, Bambang. 2010. 21
man belimbing manis terdiri atas akar, batang, daun, bunga,
Belimbing manis mempunyai nama latin Averrhoa c
Averrhoa diambil dari nama seorang filsuf islam, yaitu Averroes atau Ibn Rusyd,
rkebangsaan Arab yang pertama kali menulis tentang belimbing.
arambola adalah pemberian pelaut portugis ketika mereka pertama
kali menemukan buah belimbing di pantai Malabar (India). Dalam taksonomi
tumbuhan, belimbing diklasifikasikan sebagai berikut;
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
: Angiospermae (berbiji tertutup)
: Dicotyledonae (biji berkeping dua)
: Oxalidales
: Oxalidaceae
: Averrhoa
: Averrhoa carambola L. (belimbing manis)
Gambar 3. Belimbing Manis
2010. Cara Sukses Berkebun Belimbing Manis. Jakarta: Pustaka Mina
19
akar, batang, daun, bunga,
Averrhoa carambola, kata
islam, yaitu Averroes atau Ibn Rusyd,
tentang belimbing.
arambola adalah pemberian pelaut portugis ketika mereka pertama
kali menemukan buah belimbing di pantai Malabar (India). Dalam taksonomi
L. (belimbing manis)2
. Jakarta: Pustaka Mina. Hal
20
Varietas belimbing manis yang telah dibudidayakan dan dikembangkan
oleh masyarakat bermacam-macam, ada yang merupakan varietas lokal dan ada
yang merupakan varietas produksi dari luar negeri, dimana masing-masing
varietas memiliki sifat yang berbeda. Perbedaan sifat ini, terletak pada besarnya
ukuran buah, ukuran panjang buah, rasa buah, warna buah, tekstur buah,
produktivitas tanaman, ketahanan tanaman terhadap lingkungan tumbuh, dan
bentuk tajuk.
Beberapa varietas yang memiliki nilai ekonomis tinggi, dan diminati
oleh konsumen antara lain, varietas belimbing Dewi dan Dewa. Belimbing
varietas Dewi merupakan varietas lokal yang banyak dibudidayakan dan
dikembangkan di daerah Depok dan DKI Jakarta. Tanaman berhabitus tidak
terlalu besar, rimbun, daun berwarna hijau tua berbentuk oval dengan ujung
rancing. Buah berukuran besar, dengan bobot berkisar antara 10-15 cm dan
berbentuk lonjong. Buah yang telah matang berwarna merah jingga dan
mengkilap. Buah terdiri atas lima lekukan sayap (belimbingan). Belimbingannya
tebal dengan pinggirannya berwarna hijau, namun bila telah matang penuh, warna
hijau pada pinggiran menjadi warna kuning. Buah belimbing varietas dewi,
rasanya manis menyegarkan, dengan kandungan air sedikit.
Varietas yang kedua yaitu, belimbing varietas Dewa. Varietas Dewa
merupakan varietas lokal yang juga banyak terdapat di daerah DKI Jakarta dan
Depok. Tanaman berhabitus, pohon tidak terlalu besar, rimbun, daun berwarna
hijau muda dan bentuk daun yang ramping. Ukuran buah dan bentuk buah sama
dengan belimbing varietas Dewi, namun, buah yang telah matang berwarna
21
kuning, dengan pinggiran belimbingan (linggir) berwarna hijau, rasa buahnya
manis dan menyegarkan.3
Tanaman belimbing manis memiliki beberapa syarat tumbuh, seperti
iklim. Untuk pertumbuhan dibutuhkan keadaan angin yang tidak terlalu kencang,
karena dapat menyebabkan gugurnya bunga atau buah. Suhu udara berkisar antara
23oC - 27 oC, dengan kelembaban udara berkisar antara 60-70 persen.
Kelembaban udara berpengaruh terhadap fotosintesis. Selain itu, suhu dan
kelembaban ataupun iklimnya termasuk tipe A (amat basah), B (agak basah), C
(basah), dengan 6–12 bulan basah dan 0–6 bulan kering, namun paling baik di
daerah yang mempunyai 7,5 bulan basah dan 4,5 bulan kering. kemudian dengan
curah hujan sedang, di daerah yang curah hujannya tinggi seringkali menyebabkan
gugurnya bunga dan buah, sehingga produksinya akan rendah.
Tempat tanam atau media tumbuh belimbing manis yaitu secara terbuka
dan mendapat sinar matahari secara memadai dengan intensitas penyinaran 45- 50
persen, namun juga toleran terhadap naungan/tempat terlindung. Untuk
pertumbuhan yang optimal, tanaman belimbing manis menghendaki derajat
keasaman tanah 5,5 -7,5 dan sifat biologis tanah yang perlu diperhatikan adalah
banyaknya bahan organik tanah (humus) dan banyaknya organisme tanah yang
terkandung di dalam tanah.4
3 Cahyono, Bambang. 2010. Cara Sukses Berkebun Belimbing Manis. Jakarta: Pustaka Mina. Hal.
28-31 4 Cahyono, Bambang. 2010. Cara Sukses Berkebun Belimbing Manis. Jakarta: Pustaka Mina. Hal.
37-39
22
3.3 Keragaan Agribisnis Belimbing Manis
3.3.1 Subsistem Hulu (Penyediaan Sarana dan Prasarana Produksi)
Penyediaan sarana dan prasarana produksi merupakan hal yang penting
dalam memulai kegiatan agribisnis belimbing manis. Sarana penunjang ini terdiri
atas ketersediaan bibit, pupuk, pestisida dan alat- alat pertanian penunjang
kegiatan agribisnis belimbing manis. Petani dapat langsung membeli saprotan ke
toko/koperasi, dan mendapatkan kredit melalui Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan) . Sistem kreditnya adalah petani bisa mengajukan pinjaman lewat
gapoktan, dengan cara pembayaran kredit. Jika membeli dengan cara kredit
melalui gapoktan, maka harga beli saprotan akan ditambah 10 persen dari harga
sebenarnya. Untuk teknis pembayarannya, dapat dibayar 3-4 bulan. Berikut ini
merupakan sarana dan prasarana produksi yang dibutuhkan petani pada kegiatan
agribisnis belimbing manis.
a. Bibit
Bibit merupakan bahan utama yang menentukan pertumbuhan dan hasil
suatu tanaman, oleh karena itu dalam pembudidayaan belimbing, harus dipilih
bibit yang berkualitas agar hasil panen maksimal. Berdasarkan hasil penelitian,
bibit yang digunakan petani belimbing di Kelurahan Tugu adalah varietas Dewa,
namun kali pertama bibit yang digunakan petani adalah varietas Dewi. Karena
yang diketahui oleh masyarakat pada saat itu adalah varietas Dewi. Saat ini nama
Dewi sudah dipatenkan oleh Ibu Dewi dari Pondok Gede, sehingga pemerintah
mempunyai gagasan untuk mengganti varietas menjadi belimbing Dewa.
Belimbing Dewa merupakan persilangan antara varietas Dewi dan Bangkok.
23
Para petani belimbing di Kelurahan Tugu memperoleh sarana dan
prasarana produksi di Koperasi SRI Limo Depok dan ada juga yang membeli ke
toko saprodi yang terletak di pasar Palsigunung. Pemakaian bibit akan disesuaikan
dengan jumlah pohon yang ada. Terdapat kurang lebih 200 sampai 250 pohon
dalam lahan seluas 1 Hektar. ketersediaan bibit di tingkat lokal selalu bisa
mencukupi dan tersedia di toko saprodi maupun Koperasi SRI Limo Depok.
Harga bibit saat ini sekitar Rp 25.000 dengan ukuran 80 cm. Penyediaan bibit
tambahan untuk penyulaman jarang dilakukan oleh petani. Persentase kegagalan
tumbuh pada tanaman belimbing relatif kecil sekitar 1- 5 persen.
Pohon belimbing yang ada di Kelurahan Tugu sudah mencapai umur 20-
25 tahun, oleh karena itu saat ini di Kelurahan Tugu tidak ada petani yang baru
mulai menanam, kebanyakan petani sedang mengembangkan agribisnis belimbing
manis. Awal penanaman belimbing manis, sekitar tahun 1980, bibit diperoleh dari
pedagang bibit keliling yang menjajakan dagangannya di sekitar Kelurahan Tugu.
Bibit belimbing manis dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.
Gambar 4. Bibit Belimbing Manis
24
b. Pupuk
Pupuk merupakan salah satu sarana produksi utama dalam proses
budidaya belimbing. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan pupuk beragam
baik jumlah maupun jenisnya. Pupuk yang digunakan untuk memenuhi nutrisi
akar adalah pupuk organik yang berupa kompos atau kotoran hewan ternak,
pupuk anorganik yaitu NPK, pupuk daun untuk memenuhi nutrisi daun pada
tanaman yang sudah produktif di atas umur tiga tahun dan hormon (zat pengatur
tumbuh). Jumlah pemakaian pupuk disesuaikan dengan kebutuhan. Petani dapat
memperoleh pupuk anorganik seperti NPK di toko saprodi maupun di Koperasi
SRI Limo Depok. Untuk pemenuhan pupuk organik, petani memperoleh pupuk
dari peternak hewan, sedangkan untuk kompos para petani dapat memperoleh di
toko saprodi seperti toko Trubus. Petani membeli pupuk sesuai dengan yang
dibutuhkan dan sesuai dengan dana yang ada. Ketersediaan pupuk di tingkat lokal
memadai dan tidak pernah ditemui hambatan.
Pupuk yang dibeli oleh petani ada yang bersubsidi maupun tidak
bersubsidi. Dalam pembeliannya petani belimbing dapat memilih apakah akan
membeli pupuk bersubsidi maupun tidak bersubsidi. Harga pupuk bersubsidi
sebesar Rp 122.500/50 kg, sedangkan harga non-subsidi sebesar Rp 160.000/50
kg. Harga kompos dan kotoran hewan berkisar antara Rp 500/kg sampai Rp
1000/kg. Harga pupuk daun sebesar Rp 60.000/Kg dan harga hormon (zat
pengatur tumbuh) sebesar Rp 90.000/Liter. Pupuk belimbing manis dapat dilihat
pada Gambar 5 di bawah ini.
25
Gambar 5. Pupuk NPK (Kiri) dan Pupuk Daun (Kanan)
c. Pestisida
Pestisida yang umumnya digunakan petani belimbing dalam
mengendalikan hama dan penyakit adalah insektisida jenis kontak. Insektisida ini
biasanya berupa insektisida cair. Merek insektisida yang biasa dipakai petani
adalah Decis dan Curacron. Sumber perolehan pestisida bisa diperoleh di toko
saprodi maupun di Koperasi SRI Limo Depok, dengan harga Rp. 35.000-
125.000/500 cc. Dalam pembeliannya petani tidak pernah ada kesulitan. Jika
merek yang biasanya dipakai tidak ditemukan, maka petani akan beralih ke merek
lain.
Gambar 6. Pestisida untuk Belimbing Manis
26
d. Alat pengairan
Pengairan untuk tanaman belimbing tidak begitu rutin dilakukan.
Pengairan dilakukan pada saat musim kemarau. Petani belimbing yang ada di
Kelurahan Tugu, lokasinya tersebar. Ada yang lokasinya di dekat Sungai
Ciliwung dan jauh dari Sungai Ciliwung. Petani yang dekat dengan Sungai
Ciliwung akan mengambil air dari sungai tersebut. Alat yang dipakai adalah
mesin penyedot ait. Jika petani yang jauh dari Sungai Ciliwung, maka sumber
airnya adalah air tanah.
e. Alat Pertanian
Alat –alat yang dipakai dalam agribisnis belimbing manis masih
sederhana, diantaranya cangkul, gaco, sprayer, parang/golok, gerobak dorong,
sapu lidi, garpu, mesin steam, tangga kayu, selang dan mesin penyedot air. Rata-
rata peralatan mesin yang dipakai sudah berumur 5-10 tahun. Sumber perolehan
alat-alat tersebut dapat diperoleh dari toko saprodi, maupun di toko peralatan
biasa. Ketersediaan terhadap alat-alat tersebut juga selalu ada, tidak pernah ada
kesulitan mendapatkannya. Jumlah alat yang dipakai sekitar 3-5 buah untuk lahan
1 hektar.
Gambar 7. Power Sprayer dan Mesin Steam
27
3.3.2 Subsistem Usahatani
Subsistem usahatani merupakan kegiatan mengolah lahan belimbing dari
awal tanam hingga panen. Tanaman belimbing di Kelurahan Tugu, saat ini rata-
rata berumur 20-25 tahun, oleh karena itu proses yang dilakukan saat ini hanya
pemeliharaan saja. Sampai saat ini belum diketahui pada umur berapa tanaman
belimbing akan mati dan tidak berproduksi. Tanaman belimbing yang mati
biasanya disebabkan oleh alih fungsi lahan menjadi perumahan dan akibat
ditebang. Berikut ini merupakan proses penanaman belimbing dari awal tanam
hingga panen.
a. Persiapan lahan dan penyiapan bibit
Kegiatan penyiapan lahan bertujuan untuk memperoleh lahan yang siap
ditanami dan terbebas dari gangguan fisik. Kegiatan penyiapan lahan dilakukan
kurang lebih selama satu minggu. Dalam kegiatan penyiapan lahan juga dilakukan
bersamaan dengan kegiatan pengajiran, yaitu memasang tanda pada lokasi lubang
tanam belimbing sesuai jarak tanam yang telah ditetapkan. Rata-rata petani
belimbing di Kelurahan Tugu memakai jarak tanam 7 x 7 m. Standar prosedur
operasional penanaman belimbing di Kota Depok menyebutkan jarak tanam
adalah 6 x 6 m. Pola jarak tanam belimbing manis dapat dilihat pada Gambar 8 di
bawah ini
Gambar 8. Pola Jarak Tanam Belimbing Manis
28
Sub kegiatan kedua adalah pembuatan lubang tanam. Lubang tanam
untuk bibit adalah 1m x 1m x 40 cm. Berbeda dengan yang dijelaskan dalam buku
Standar prosedur operasional penanaman belimbing di Kota Depok. Jika buku
tersebut disebutkan lubang tanam untuk bibit adalah 1m x 1m x 50 cm. Dalam
kegiatan pembuatan lubang tanam juga dilakukan pemupukan awal tanam dengan
pupuk NPK dan organik. Tenaga kerja yang dipakai pada saat kegiatan penyiapan
lahan sekitar lima orang. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam penyiapan lahan
adalah parang/golok, cangkul, garpu, gerobak dorong dan sapu lidi.
Bibit yang dipakai petani di dapat dari penjual bibit keliling, penangkar
bibit dan toko saprodi. Bibit yang dipakai umumnya mempunyai ciri-ciri antara
lain, telah berumur enam bulan atau lebih, tinggi bibit sekitar 80 cm dengan
bentuk batang lurus dan tegak.
Kegiatan persiapan lahan dan penyiapan bibit yang dilakukan petani
hampir sesuai dengan yang ada dalam buku Standar Prosedur Operasional (SPO)
Belimbing Dewa. Perbedaan terletak pada waktu pelaksanaan. Dalam teori
disebutkan waktu pelaksanaan dilakukan dalam dua minggu, namun petani hanya
melakukan kegiatan ini satu minggu saja.
b. Penanaman
Penanaman bibit belimbing dilakukan setelah kegiatan penyiapan lahan.
Bibit yang sudah disiapkan dimasukkan kedalam lubang tanam yang sebelumnya
sudah disiapkan. Kemudian buka polibag bibit dengan hati-hati, setelah itu
letakkan bibit di dasar lubang tanam dan timbun bibit dengan tanah bagian atas
sampai setinggi leher akar, padatkan tanah, kemudian siram dengan air
29
secukupnya. Kegiatan terakhir adalah tancapkan ajir 5-10 cm dari bibit yang baru
ditanam, lalu diikat. Kegiatan penanaman ini membutuhkan tenaga kerja sekitar 5-
10 orang. Prosedur pelaksanaan yang dilakukan petani sama dengan yang ada
dalam dalam buku Standar Prosedur Operasional (SPO) Belimbing Dewa.
c. Pemupukan
Pemupukan merupakan kegiatan pemberian pupuk pada tanaman untuk
menyediakan kebutuhan unsur hara (nutrisi) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Tahapan pelaksanaan kegiatan pemupukan adalah
sebagai berikut :
• Siapkan pupuk sesuai jenis dan dosis yang akan digunakan (pupuk
kandang dan NPK) pada tempat yang telah ditentukan
• Berikan pupuk sesuai dosis.
Tabel 4. Dosis Pupuk Per Pohon Belimbing Manis
Waktu Pemupukan Jenis dan Dosis Pupuk
Pupuk Kandang (Kg)
NPK (15:15:15) (Kg)
3- 12 bulan setelah tanam 20-30
0.2-0.3 (tiap 3 bulan)
1-3 tahun setelah tanam 30-40
0.4-0.6 (tiap 3 bulan)
> 3 tahun setelah tanam 40-60
0.7-1.0 (tiap 3 bulan)
3-4 minggu sekali pada tanaman produktif
Pupuk Daun Sesui dosis anjuran
Sumber : Buku Saku Belimbing, 2011
• Masukkan pupuk ke dalam lubang tanam, lalu tutup. Apabila pupuk daun
yang dicairkan, maka larutkan dulu pupuk dalam timba dengan air, lalu
semprotkan dengan sprayer/power sprayer
30
Gambar 9. Proses Pemupukan dan Ilustrasi Parit Penempatan Pupuk
Kegiatan pemupukan yang ada dilapangan hampir sesuai dengan teori di
atas. Pupuk yang dipakai petani juga sama yaitu pupuk kandang dan NPK 15 : 15:
15. Pada awal tanam pemupukan menggunakan pupuk organik/ pupuk kandang
dan NPK. Setelah itu secara rutin pemupukan dilakukan pada tiga bulan sekali
setelah panen, namun ada beberapa petani yang tidak mengikuti prtosedur yang
ada. kadang kala setelah memanen, petani ada yang tidak melakukan pemupukan.
Dosis yang digunakan petani adalah sebagai berikut;
Tabel 5. Dosis Pupuk Per Pohon Belimbing di Kelurahan Tugu, Kecamatan
Cimanggis, Kota Depok
Waktu Pemupukan Jenis dan Dosis Pupuk
Pupuk Kandang (Kg)
NPK (15:15:15) (Kg)
1-5 tahun setelah tanam 5-10
0,3-0,7(tiap 3 bulan)
5-10 tahun setelah tanam 20-40 1-4 (tiap 3 bulan) 15 tahun ke atas 60 10 (tiap 3 bulan) Dua kali dalam seminggu pada tanaman produktif
Pupuk Daun Sesui dosis
anjuran Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011
31
d. Pengairan
Pengairan merupakan kegiatan memberikan air untuk tanaman dalam
menyediakan kebutuhan air bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tahapan pelaksanaan kegiatan pengairan adalah, tahap awal siapkan alat dan
bahan pengairan, lalu lakukan pengairan secara berkala (melihat kondisi tanaman
dan tanah) dan hentikan pengairan bila tanah telah cukup air.
Dari hasil penelitian, pengairan untuk belimbing di Kelurahan Tugu
tidak terlalu sering dilakukan. Pengairan dilakukan pada saat musim kemarau saja,
selebihnya pengairan mengandalkan air tadah hujan. pengairan pada saat musim
kemarau dilakukan satu kali dalam seminggu. Sumber air yang digunakan petani
ketika kemarau adalah air tanah dan air dari sungai ciliwung. Alat yang digunakan
pada pengairan ini adalah mesin penyedot air. Mesin penyedot air tersebut
menghabiskan 4 liter bensin dalam sehari. Pada saat penyemprotan petani
membutuhkan sekitar 2-3 tenaga kerja.
e. Pemangkasan
Sub kegiatan pemangkasan terbagi menjadi dua, yaitu pemangkasan
pemeliharaan dan pemangkasan peremajaan. Pemangkasan pemeliharaan
merupakan kegiatan memotong cabang/ ranting yang tidak bermanfaat dengan
tujuan untuk merangsang pembungaan, membuang ranting/cabang yang mati,
tunas air, maupun yang tidak produktif, mengendalikan serangan OPT,
membentuk tajuk tanaman yang kokoh dan memudahkan dalam pengelolaan dan
panen. Pemangkasan pemeliharaan juga berfungsi untuk mempertahankan pohon
32
agar tidak terlalu tinggi. Dengan pemangkasan ini, pohon bisa lebih mudah
tumbuh kearah samping dan bukan ke atas.
Pemangkasan peremajaan merupakan kegiatan memotong
cabang/ranting tanaman yang tidak produktif untuk meremajakan tanaman/
memperpanjang usia produktif (biasa dilakukan pada tanaman yang telah berusia
lebih dari sepuluh tahun ataupun mengganti dengan varietas baru).
Petani belimbing di Kelurahan Tugu hanya melakukan pemangkasan
pemeliharaan saja. Pemangkasan pemeliharaan ini dilakukan untuk membuang
cabang atau batang yang tidak diperlukan atau dalam bahasa petani adalah cabang
maling/ batang maling. Kegiatan pemangkasan ini dilakukan bersamaan dengan
pembungkusan dan penjarangan buah. Dalam melakukan pemangkasan ini
dibutuhkan sekitar lima orang tenaga kerja.
f. Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)
Pengendalian OPT merupakan tindakan yang dilaksanakan untuk
mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh OPT
(Organisme pengganggu tanaman) utama yang menyerang tanaman belimbing
manis dengan cara memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang
dikembangkan dalam satu kesatuan untuk mengendalikan OPT yang dapat
mengurangi mutu dan jumlah produksi buah belimbing manis.
Dari hasil penelitian, menurut petani hama utama pada tanaman
belimbing adalah lalat buah (Batroceo caramolae atau Batroceo dorsalis ). Gejala
serangannya yaitu lalat buah dewasa bertelur dalam buah, Larva yang menetas
33
memakan isi buah. Akhirnya buah menjadi busuk dan gugur. Hama lalat buah
dapat dilihat pada Gambar 10 di bawah ini
Gambar 10. Hama Lalat Buah dan Gejala Yang Menyerang Pada Buah
Belimbing
Hama lainnya adalah penggerek buah dan semut. Cara pengendalian
hama tersebut adalah dengan menggunakan pestisida cair jenis kontak. Karena
menurut petani jenis insektisida kontak ini prosesnya cepat dalam menanggulangi
hama. Dengan insektisida kontak ini, hama diserang melalui pernafasan dan kulit.
Ada juga yang menggunakan jenis insektisida sistemik, namun prosesnya agak
lambat. Jenis insektisida kontak yang biasa dibeli oleh petani adalah Decis dan
Curacron. Sedangkan, untuk penyakit utama yang menyerang tanaman belimbing
adalah penyakit jamur Upas (Upasita salminicolor), dengan gejala serangan pada
batang atau cabang yang kulitnya berwarna coklat dan belum membentuk lapisan
gabus tebal. Cara pengendaliannya adalah dengan mengoleskan anti jamur pada
batang yang terkena penyakit. Tenaga kerja yang dipakai dalam kegiatan
pengendalian OPT sekitar lima orang tenaga kerja. Penyakit jamur upas dapat
dilihat pada Gambar 11 di bawah ini
34
Gambar 11. Penyakit Jamur Upas
Gejala dan penyakit utama yang ada pada pustaka hampir sama dengan
yang ditemukan di lapangan, hanya berbeda cara pengendaliannya. Dalam pustaka
disebutkan, cara pengendalian hama lalat buah adalah dengan membungkus buah
3-4 minggu setelah buah terbentuk, buah yang terserang/ jatuh dikumpulkan,
dimasukkan dalam kantung plastik lalu dibenamkan di dalam tanah sedalam 30
cm atau dibakar, kemudian gunakan perangkap lalat buah dengan memakai zat
yang disebut feromon yaitu metal eugenol (Petrogenol 800 L). Sedangkan cara
pengendalian penyakit jamur adalah dengan penyemprotan atau dengan
pengolesan cabang sakit dengan fungisida.
g. Sanitasi Kebun
Sanitasi kebun merupakan kegiatan untuk menjaga kebersihan dan
kesehatan lingkungan kebun sehingga dapat memberikan lingkungan tumbuh
yang baik bagi pertumbuhan tanaman dan memutuskan siklus hidup Organisme
pengganggu tanaman (OPT). Sanitasi kebun yang dilakukan petani belimbing di
Kelurahan Tugu ditujukan untuk membersihkan gulma- gulma yang ada di sekitar
tanaman. Pembersihan gulma ini biasanya dilakukan bersamaan dengan
pemupukan dan pengendalian OPT . tenaga kerja yang dipakai sekitar 5 orang.
Namun ada beberapa petani yang jarang melakukan sanitasi kebun secara teratur.
35
h. Penjarangan Buah
Penjarangan buah merupakan kegiatan mengurangi jumlah buah pada
tanaman untuk meningkatkan ukuran dan mutu buah. Penjarangan buah dilakukan
saat buah berukuran 2-3 cm atau 15-20 hari sejak munculnya bunga. Kriteria
penjarangan buah yaitu buang buah bila bentuk dan ukurannya tidak normal,
buah terserang OPT, terdapat diujung ranting/cabang dan dalam satu dompolan
terdapat lebih dari 2 buah.
Penjarangan buah yang dilakukan petani belimbing di Kelurahan Tugu
dilakukan bersamaan dengan pembungkusan dan pemangkasan. Penjarangan buah
dilakukan jika ditemukan buah yang bengkok, buah busuk, buah jelek, dan jika
ditemukan lebih dari dua buah dalam satu dompolan.
Gambar 12. Penjarangan Buah
i. Pembungkusan
Pembungkusan buah merupakan kegiatan membungkus buah muda
dengan plastik transparan untuk menghindari buah dari serangan OPT,
meningkatkan mutu buah dan menghindari buah dari pencemaran pestisida.
Pembungkusan dilakukan berbarengan dengan penjarangan buah dan
36
pemangkasan. Pembungkusan dilakukan 1,5 bulan setelah munculnya bunga.
Pada saat itu, buah belimbing mempunyai berat sekitar 20 gram dan bentuknya
sebesar ibu jari kaki, butuh waktu 1,5 bulan lagi untuk mencapai masa
kematangan buah, jadi lamanya buah bisa di panen adalah tiga bulan setelah
berbunga.
Proses pembungkusan buah yang pertama adalah persiapkan peralatan
untuk membungkus buah seperti tali, kertas koran atau kertas karbon, tangga
bambu, gunting dan lainnya. setelah itu lakukan pembungkusan. Pembungkusan
yang dilakukan petani belimbing di Kelurahan Tugu menggunakan kertas karbon
dan koran. Diantara kertas karbon dan koran, yang lebih baik adalah kertas
karbon. Kertas karbon membuat proses kematangan buah lebih cepat dan warna
buah lebih cerah dibandingkan kertas koran. Namun harga kertas karbon lebih
mahal dari kertas koran yaitu Rp 150 dan kertas koran Rp 100. Tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk kegiatan pembungkusan sekitar 10-15 orang. Prosedur
pembungkusan yaitu masing-masing pekerja diberi kantong pembungkus dan
akan dihitung berapa banyak mereka dapat membungkus belimbing. Upah
membungkus satu buah belimbing adalah Rp 150. Pembungkusan buah dapat
dilihat pada Gambar 13 di bawah ini
Gambar 13. Pembungkusan Buah
37
j. Panen
Sub kegiatan pertama adalah penentuan saat panen. Kegiatan ini
menentukan saat pemetikan buah terbaik sesuai dengan permintaan pasar/
konsumen dengan tujuan untuk memperoleh buah yang sesuai dengan tingkat
kematangan dan waktu pemetikannya yang tepat. Tahapan pelaksanaan kegiatan
penentuan saat panen adalah cek bedasarkan tanda warna pada tali bambu atau tali
rafia bewarna yang menandakan umur buah dan kematangan. Buah belimbing
yang dibungkus diberi tanda tali untuk membedakan waktu pembungkusan antara
satu buah dengan buah yang lain. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari
kekeliruan dalam menentukan waktu panen untuk buah. Kegiatan selanjutnya
adalah pemetikan buah yang merupakan kegiatan memetik buah yang siap
dipanen.
Panen belimbing di Kelurahan Tugu dilakukan setiap tiga bulan sekali
yaitu pada bulan Januari hingga Februari, Mei hingga Juni, dan September hingga
Oktober. Pada saat panen buah belimbing, terdapat satu kali panen raya dan
selebihnya adalah panen dengan hasil yang tidak sebanyak pada saat panen raya.
Dalam satu area lahan kebun belimbing, pohon yang berbuah kira-kira 50 persen
dari jumlah seluruh pohon yang ada. Pohon belimbing mencapai hasil yang
produktif pada saat umur 15-30 tahun dengan hasil panen buah 0-1000 buah per
pohon. Pemanenan biasanya dilakukan 1,5 bulan setelah pembungkusan atau
sekitar 80-90 hari. Indeks kematangan buah dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah
ini.
38
Tabel 6 . Ciri-ciri Indeks Kematangan Buah Belimbing Dewa di Kota Depok Indeks Kematangan Buah
Waktu Ciri-Ciri Buah Belimbing Dewa
Indeks I 35 hari Buah berwarna hijau keputihan Indeks II 60 hari Buah berwarna putih kekuningan Indeks III 65 hari Buah berwarna kuning kehijauan Indeks IV 80 hari Buah berwarna kuning tua kehijauan Indeks V 90 hari Buah berwarna kuning kemerahan Indeks VI 90 hari Buah berwarna oranye kemerahan Indeks VII 120 hari Buah berwarna oranye kemerahan, buah
terlalu matang Sumber : Dinas Pertanian Kota Depok (2007)
Berdasarkan Tabel 6 di atas, petani di Kelurahan Tugu memanen buah
belimbing pada indeks V, yaitu pada waktu buah sudah berumur 90 hari setelah
pembungkusan. Setelah menentukan waktu panen, kegiatan selanjutnya adalah
pemetikan. Pemetikan pada satu pohon belimbing harus diselesaikan sampai
tuntas. kemudian ketika satu pohon sudah tuntas dipetik semua bisa beralih ke
pohon lain untuk dipetik. Hal tersebut dilakukan agar proses kerjanya tidak rumit
dan efisien. Cara pemanenan oleh petani masih sederhana, yaitu buah dipetik, dan
dimasukkan ke dalam keranjang. Tenaga kerja pada saat kegiatan pemanenan ini
sekitar 10-15 orang. Hasil panen buah belimbing dapat dilihat pada Gambar 14 di
bawah ini
Gambar 14. Hasil Panen Buah Belimbing
39
3.3.3 Subsistem Pasca Panen/ Agroindustri
Kegiatan pascapenen terdiri atas beberapa langkah kegiatan yaitu
pembersihan, sortasi dan grading. Pembersihan merupakan kegiatan
membersihkan buah belimbing untuk menghilangkan kotoran seperti debu/tanah,
daun/ranting dan hama yang masih menempel pada buah. Sortasi merupakan
kegiatan memilih dan memisahkan buah bedasarkan mutu belimbing manis
dengan tujuan untuk memisahkan buah yang baik dengan buah yang tidak baik,
mendapatkan buah yang memiliki keseragaman varietas, berat, tingkat kesegaran,
dan tingkat ketuaan.
Agroindustri atau disebut pengolahan hasil pertanian adalah kegiatan
yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan
menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Produk Agroindustri
dapat merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk
bahan baku industri lainnya. Pengolahan hasil pertanian juga berguna untuk
memberikan nilai tambah pada komoditas belimbing manis ketika dipasarkan
kepada konsumen.
Kegiatan pasca panen yang dilakukan oleh petani belimbing di
Kelurahan Tugu masih sederhana. Setelah proses pemanenan, belimbing dibawa
untuk dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat. Kemudian dilakukan sortasi
dan grading untuk mengelompokkan buah sesuai dengan kelasnya (grade). Grade
A adalah buah dengan berat lebih dari 200 gram. Grade B yaitu buah dengan berat
antara 150-200 gram dan grade C adalah buah dengan berat kurang dari 150 gram
atau dalam keadaan cacat. Penentuan grade tersebut merupakan penentuan berat
40
minimal, karena jika ada buah belimbing grade A yang beratnya mencapai 300 gr,
tetap masuk kedalam kategori grade A. Pemerintah Kota Depok memberikan
standar target mutu yang cukup tinggi untuk berat buah belimbing yaitu Grade A
adalah buah dengan berat lebih dari 500 gram. Grade B yaitu buah dengan berat
lebih dari 400 gram dan grade C adalah buah dengan berat lebih dari 300 gram.
Kenyataan di lapangan, jarang ada petani di Depok yang mencapai target mutu
tersebut. Rata-rata belimbing dipasaran beratnya hampir sama dengan
pengkelasan yang ada di Kelurahan Tugu. Buah belimbing berdasarkan grade
dapat dilihat pada Gambar 15 di bawah ini
Gambar 15. Belimbing Manis Grade A (kiri), Grade B dan Grade C (kanan)
Kegiatan pengolahan buah belimbing/ Agroindustri belum dilaksanakan
oleh petani dan belum terbentuk program tersendiri untuk melaksanakan
pengolahan hasil belimbing di dalam kelompok tani. Semua petani di Kelurahan
Tugu, menjual hasil buah segarnya ke pasar induk maupun kepada pengumpul.
Pengolahan belimbing yang ada di Kelurahan Tugu ini dilakukan oleh usaha kecil
menengah dan bukan dari petani sendiri. Proses pengolahan tersebut masih dalam
skala sederhana. Pengolahan hasil dari buah belimbing biasanya dijadikan sirup
41
belimbing manis, jus/sari buah belimbing manis, selai belimbing manis, manisan
belimbing manis, dodol belimbing manis, dan sebagainya.
3.3.4 Subsistem Pemasaran
Perencanaan pemasaran harus disiapkan dengan matang sehingga pada
saat panen, hasil produksi sudah mempunyai pasar tersendiri. Perencanaan ini
menentukan apakah hasil panen belimbing manis akan langsung dipasarkan dalam
bentuk segar dari kebun, atau dalam keadaan belimbing manis sudah diolah.
Jalur pemasaran buah belimbing yang ada di kelompok tani Maju
Bersama, Kelurahan Tugu, yaitu buah belimbing yang sudah dipanen akan
langsung dipasarkan oleh petani. Pemasaran buah belimbing meliputi wilayah
JABODETABEK. tujuan pemasaran belimbing adalah pasar induk Kramat Jati
dan pasar induk di Pasar Minggu. Jalur pemasaran dapat dilihat pada Gambar 16
di bawah ini.
Gambar 16. Pemasaran Belimbing pada Kelompok Tani Maju Bersama,
Kelurahan Tugu
Petani
Konsumen Supermarket Supplier
Toko buah
Pengumpul
Pasar (Lapak) Konsumen
42
Jalur pemasaran belimbing di Kelurahan Tugu dimulai dari petani yang
menjual hasil panennya kepada pengumpul. Pengumpul disini juga merupakan
petani yang langsung menjual hasilnya ke pasar. Kemudian pengumpul
mendistribusikan hasil panen ke pasar Induk Kramat Jati dan Pasar Minggu. Dari
pasar tersebut jalur pemasaran dibagi menjadi dua yaitu didistribusikan kepada
toko buah eceran dan supplier yang akan mendistribusikan kepada supermarket.
Langkah terakhir adalah belimbing akan dijual kepada konsumen.
Supplier dan toko buah membeli belimbing dengan grade yang berbeda
sesuai dengan kebutuhan. Tabel di bawah ini menunjukkan perbedaan pembelian
pada masing-masing grade.
Tabel 7 . Perbedaan Grade pada Komoditas Belimbing di Kelurahan Tugu
Perbedaan Grade A Grade B Grade C Berat > 200 gram 150 – 200 gram < 150 gr/cacat Sasaran penjualan Toko buah Supermarket
Pasar tradisional
Harga jual petani Rp 5000/kg Rp 5000/kg Rp 2000/kg Harga beli pengumpul
Rp 6000/kg Rp 6000/kg Rp 2500/kg
Harga beli lapak (pasar)
Rp 7000/kg Rp 7000/kg Rp 3500/kg
Harga beli toko buah
Rp 9000/kg Rp 8000/kg Rp 5000/kg
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 7 di atas, perbedaan antara grade pada komoditas
belimbing berdasarkan berat, sasaran penjualan dan harga ditingkat konsumen.
Belimbing grade A sasaran penjualannya adalah toko buah, karena rantai
pemasaran pendek yaitu dari pasar langsung dijual ke konsumen, sehingga nilai
tambah yang didapat lebih tinggi. Sedangkan supermarket mengambil grade B,
43
karena rantai pemasaran lebih panjang dengan adanya perantara yaitu supplier,
sehingga adanya pertambahan biaya penjualan.
Belimbing yang masuk ke pasar induk Kramat Jati dan pasar Minggu
berasal dari seluruh kecamatan di Kota Depok. Penentuan harga tidak hanya
dilihat dari berat buah saja, melainkan lewat kriteria lainnya seperti warna yang
lebih cerah, tingkat kematangan dan ketebalan linggir. Harga juga ditentukan
lewat kondisi pasar.
Permintaan belimbing terus meningkat dan ketersediaan selalu ada
karena belimbing merupakan tanaman yang berbuah sepanjang tahun. Permintaan
belimbing di Kota Depok terbagi menjadi dua yaitu permintaan dari Jakarta dan
permintaan dari JABODETABEK dan Bandung. Permintaan tersebut berasal dari
Specialized Fruit Market, Jakarta Modern Trade, Jakarta Traditional Trade pada
tahun 2007 seperti pada Tabel 8 dan 9 di bawah ini
Tabel 8. Permintaan Belimbing di Jakarta
Jakarta Jumlah (buah)
Specialized Fruit Market 131.400 Jakarta Modern Trade 614.462 Jakarta Traditional Trade 3.169.112 Total 3.914.974
Sumber : Dinas Pertanian Kota Depok (2007)
Tabel 9. Pemintaan Belimbing di JABODETABEK dan Bandung
JABODETABEK dan Bandung Jumlah (buah) Specialized Fruit Market 131.400 Modern Trade 1.716.000 Traditional Trade 4.271.778 Total 6.119.178
Sumber : Dinas Pertanian Kota Depok (2007)
44
Kualitas belimbing Dewa dari kelurahan tugu masih menjadi primadona
di pasar. Supplier maupun pengecer sudah mengetahui kelebihan belimbing dari
Kelurahan Tugu, sehingga mereka lebih memilih belimbing dari Kelurahan Tugu
terlebih dahulu dibandingkan dari daerah lain di Depok. Kriteria buah belimbing
yang disukai konsumen lebih mengarah pada belimbing dari kelurahan tugu,
sehingga permintaannya selalu ada dan diimbangi dengan pasokan dari petani
yang mencukupi kebutuhan pasar.
3.3.5 Subsistem Penunjang
Profil kelembagaan petani belimbing di Kota Depok pada umumnya
tergabung dalam kelompok tani atau Gapoktan, walaupun dalam hal pemasaran
belimbing masing-masing anggota masih terikat oleh keberadaan tengkulak.
Upaya para petani dan pemerintah dalam memfasilitasi pemasaran produk para
Petani belimbing Kota Depok dengan membentuk Asosiasi Petani Belimbing
Depok (APEBEDE) namun belum banyak dirasakan manfaatnya.
Fasilitas kemitraan dengan pengusaha retail buah segar terus dilakukan
dengan tujuan agar posisi tawar petani dalam penjualan produk belimbingnya
dapat lebih baik. Untuk mendapatkan kualitas belimbing yang baik, terus
diupayakan pelatihan SOP Belimbing dan penerapan kebun contoh GAP. Dalam
pengembangan pemasaran buah belimbing di Kota Depok terdapat beberapa
perusahaan supplier yang memfasilitasi jual beli belimbing, diantaranya CV.
Prima Jaya di Kecamatan Pancoran Mas, PT. Buana Agro Sukses di Kecamatan
Cimanggis serta kemitraan dengan perusahaan supplier besar seperti ritel toko
buah, sehingga petani merasakan manfaat harga jual yang lebih baik.
45
Kelembagaan yang cukup aktif di Kelurahan Tugu adalah kelompok tani
dan gabungan kelompok tani (Gapoktan). Dengan adanya kelembagaan tersebut,
bantuan dari pemerintah dapat lebih mudah diterima petani. Selain itu penyuluh
juga lebih mudah memberikan penyuluhan dan informasi untuk petani lewat
gapoktan maupun kelompok tani. Dalam hal pendanaan juga lebih mudah
didapatkan jika ada kelompok tani.
a. Kelompok Tani Maju Bersama I, II dan III
Subsistem penunjang, bagi petani merupakan subsistem yang penting
dalam kelangsungan usaha agribisnis belimbing. Subsistem penunjang yang ada di
Kelurahan Tugu antara lain Kelompok Tani Maju Bersama I, II dan III yang
terdiri atas 252 orang petani. Kelompok tani ini juga tergabung dalam Gapoktan
Maju Bersama.
Sesuai Surat Keputusan Kelurahan Tugu No : 253/32/KPTS/III/2010
(Lampiran 15) terbentuk kelompok tani Maju Bersama III , pada tanggal 10 Maret
2010. Kemudian disusul oleh kelompok tani Maju Bersama II terbentuk pada
tanggal 17 Maret 2010 dengan SK Kelurahan Tugu No: 253/33/KPTS/III/2010
(Lampiran 14). Selanjutnya kelompok tani Maju Bersama I yang terbentuk pada
tanggal 27 Maret 2010, dengan SK Kelurahan Tugu No: 253/34/KPTS/III/2010
(Lampiran 13). Dalam Surat keputusan juga menetapkan susunan pengurus dari
masing-masing kelompok tani. Susunan pengurus kelompok tani Maju Bersama I
dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Untuk susunan pengurus kelompok tani
maju bersama II dan III dapat dilihat pada lampiran 16.
46
Gambar 17 . Susunan Organisasi Kelompok Tani Maju Bersama I
Susunan kepengurusan masing-masing kelompok tani terdiri atas ketua,
wakil ketua, sekertaris, bendahara dan anggota. Anggota dari masing-masing
kelompok tani Maju Bersama I adalah 126 orang, Maju Bersama III berjumlah 40
orang dan Maju Bersama III berjumlah 61 orang . Kegiatan kelompok tani Maju
Bersama ini cukup aktif. Pertemuan tersebut biasanya dihadiri oleh perwakilan
dari masing-masing anggota kelompok tani I, II dan III.
Kegiatan kumpul bersama diadakan apabila ada penyuluhan dan
kegiatan musyawarah. Pertemuan tersebut biasanya dilakukan pada hari Jum’at.
Selain itu para petani juga biasanya mengadakan pertemuan secara tidak resmi
satu minggu sekali tepatnya pada malam hari sambil berdiskusi masalah di lahan,
berbagi pengalaman di lahan dan sebagainya. Diskusi tidak resmi ini biasanya
dilakukan dengan santai sambil minum kopi bersama.
Jika ada suatu kegiatan dari pemerintah, biasanya masing-masing ketua
kelompok akan menyampaikan kepada anggotanya masing-masing. Kendala yang
muncul dalam kelompok tani ini adalah kurangnya partisipasi anggota dalam
Ketua M. Mawardi
Wakil Ketua Nurjaman, S.T.P
Sekertaris Marjono
Bendahara Gaby Damara
Anggota Anggota Anggota Anggota
47
kegiatan kumpul bersama. Hal tersebut ditunjukkan dengan sedikitnya anggota
yang hadir dalam pertemuan sekitar 20 persen dari jumlah yang ada.
Gambar 18. Kegiatan Pertemuan Kelompok Tani
b. Lembaga Penunjang Lain
Lembaga penunjang lainnya yang ada adalah KTNA (Kontak tani
nelayan andalan). Kelompok KTNA adalah kumpulan petani-nelayan yang
terpilih mewakili kelompoknya dengan kualifikasi sebagai Ketua Kelompok Tani
Nelayan yang diandalkan/ditokohkan dan ahli pada bidangnya serta mempunyai
jiwa semangat kepeloporan dan Agen Perubahan dalam memajukan
perekonomian nasional berdasarkan ekonomi kerakyatan. Kelompok KTNA
berada di Tingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi dan
Nasional. Kelembagaan KTNA yang ada di Depok tidak hanya menghimpun
petani belimbing saja, namun menghimpun pertanian untuk tanaman hias,
perikanan, dan lain-lain.
Kelembagaan lainnya yaitu koperasi. Koperasi pemasaran belimbing
Dewa sudah ada di Depok. Namun saat ini koperasi sudah tidak berjalan karena
ada masalah dalam manajemennya. Kelurahan Tugu juga belum mempunyai
48
koperasi pemasaran belimbing. Jika petani ingin memasarkan belimbing, petani
langsung datang ke pengumpul maupun langsung dijual ke pasar induk.
Program bantuan dari pemerintah untuk mendukung agribisnis
belimbing sudah banyak berjalan seperti bantuan sosial (Bansos) dan PUAP
(Penguatan Usaha Agribisnis Pertanian) yang dilaksanakan oleh pemerintah
daerah pada tahun 2010. Dana bantuan dari program tersebut akan digulirkan
kepada petani sebagai simpan pinjam, tapi bukan dalam bentuk kelembagaan
seperti koperasi. Sebelum dana tersebut sampai kepada petani, kelompok tani
sudah membuat perencanaan kegiatan terlebih dahulu. Di dalam perencanaannya
terdapat rencana yang dibuat oleh anggota, rencana kelompok dan rencana usaha
bersama. Setelah itu untuk menentukan program apa yang paling dibutuhkan
petani akan diputuskan dengan musyawarah. Program-program lain yang diikuti
petani adalah MUSRENBANG (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) dan
lain-lain. Keikutsertaan petani di Kelurahan Tugu dalam kegiatan yang diadakan
oleh pemerintah cukup aktif dan juga kegiatan penyuluhan oleh penyuluh
kecamatan juga aktif dan berjalan dengan baik.
3.4 Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Belimbing Manis
Studi kelayakan sering disebut dengan feasibility study, yang merupakan
bahan pertimbangan dalam mengambil suatu proyek keputusan, apakah menerima
atau menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan. Pengertian
layak dalam penelitian ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang
49
akan dilaksanakan memberi manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit
maupun dalam arti social benefit.
Aspek-aspek yang dikaji dalam studi kelayakan mencakup aspek pasar
dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek organisasi dan manajemen
serta aspek ekonomi dan keuangan (Ibrahim, Y, 2003). Pada penelitian ini yang
dikaji adalah aspek keuangan/finansial. Analisis kelayakan finansial merupakan
salah satu cara untuk mengevaluasi suatu usaha. Beberapa metode kriteria
investasi yang digunakan yaitu NPV, IRR dan Net B/C. Berbagai kriteria tersebut
mencerminkan analisis partial yang didasarkan pada asumsi bahwa proyek yang
dianalisa itu kecil dibandingkan dengan perekonomian secara keseluruhan,
sehingga tidak mempengruhi harga-harga (Kadariah, 1988).
Analisis kelayakan belimbing manis dihitung dalam kurun waktu 20
tahun. Pada umur tanaman ke-15 sampai ke-20 merupakan umur dimana hasil
produksi belimbing sedang mengalami peningkatan.
3.4.1 Biaya- biaya Usahatani Belimbing Manis
Biaya pada usahatani belimbing manis terdiri atas biaya investasi, biaya
tanaman belum menghasilkan (TBM), biaya produksi dan biaya penyusutan.
3.4.1.1 Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian barang-
barang investasi yang dapat digunakan berulang kali dalam proses produksi
usahatani belimbing. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya investasi pada
usahatani belimbing meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pembelian
50
mesin steam, mesin diesel, selang dan gerobak. Untuk lebih jelasnya mengenai
perincian biaya investasi akan dijelaskan pada tabel di bawah ini
Tabel 10. Rincian Biaya Investasi Pada Usahatani Belimbing Manis Per Hektar pada Kelompok Tani Maju Bersama di Kelurahan Tugu, Kota Depok, 2012
No Jenis Investasi Harga (Rp) Jumlah Nilai (Rp) 1 Mesin Steam 3.750.000 2 7.500.000 2 Mesin Diesel 3.000.000 1 3.000.000 3 Selang 50.000 3 150.000 4 Gerobak 750.000 4 3.000.000 Total 13.650.000
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 10, jumlah investasi pada usahatani belimbing
dengan asumsi luas lahan seluas 1 hektar dengan jumlah 200 pohon adalah
sebesar Rp 13.650.000 dengan alokasi dana terbesar pada jenis investasi
pembelian peralatan mesin steam.
3.4.1.2 Biaya Penyusutan
Penyusutan adalah pengurangan nilai suatu barang karena adanya
pemakaian selama kurun waktu tertentu. Untuk memperhitungkan penyusutan
pada dasarnya bertitik tolak pada harga perolehan sampai dengan modal tersebut
dapat memberikan manfaat. Biaya penyusutan alat pertanian pada usahatani
belimbing dapat dilihat pada tabel di bawah ini
51
Tabel 11. Penyusutan Alat Pertanian Usahatani Belimbing Manis Per Hektar/tahun pada Kelompok Tani Maju Bersama di Kelurahan Tugu, Kota Depok, 2012
No Jenis Investasi
Jumlah (Unit)
Harga (Rp)
Nilai (Rp) Umur Ekonomis
Penyusutan/tahun
1 Mesin Steam 2 3.750.000 7.500.000 5 1.500.000 2 Mesin Diesel 1 3.000.000 3.000.000 10 300.000 3 Selang 3 50.000 150.000 5 30.000 4 Gerobak
Dorong 4 750.000 3.000.000 5 600.000
Total 2.430.000 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 11, didapatkan hasil perhitungan nilai penyusutan
setiap tahun. Nilai penyusutan pertahun ini nantinya akan dimasukkan sebagai
biaya penyusutan di dalam biaya tetap pada tanaman belum menghasilkan di
tahun ke-1 sampai tanaman menghasilkan di tahun ke-20. Biaya penyusutan tidak
dimasukkan pada tahun ke-0 karena diasumsikan barang-barang tersebut dibeli
pada tahun tersebut. Untuk lebih rincinya, skedul penyusutan terdapat pada di
lampiran 4.
3.4.1.3 Biaya Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Kriteria tanaman yang belum menghasilkan atau tanaman yang belum
berproduksi pada tanaman belimbing yaitu pada saat umur tanaman tahun ke-0
sampai ke-2. Biaya-biaya pada saat tanaman belum menghasilkan terbagi menjadi
dua yaitu biaya tidak tetap atau biaya variabel dan biaya tetap. Biaya tidak
tetap/variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang
diperoleh. Sedangkan Biaya tetap umumnya relatif tetap jumlahnya dan terus
dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya
biaya ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya
52
tidak tetap atau variabel meliputi pembelian bibit pada tahun ke-0, pupuk,
pestisida dan tenaga kerja. Sedangkan biaya tetap meliputi sewa lahan, pajak,
peralatan dan penyusutan. Biaya tamanam belum menghasilkan pada usahatani
belimbing dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 12. Biaya Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Usahatani Belimbing Manis Per Hektar/tahun pada Kelompok Tani Maju Bersama Di Kelurahan Tugu, Kota Depok, 2012 (Dalam Rp.000)
No
Uraian
Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Nilai (Rp) Nilai (Rp) Nilai (Rp)
1 Biaya Variabel (Tidak Tetap)
a. Bibit 5.000 - - b. Pupuk 3.660 4.845 5.490 c. Pestisida 4.320 4.320 4.320 d. Tenaga Kerja 3.000 1.500 1.500 e. Bahan Bakar 200 200 200
Jumlah 16.180 10.865 11.510 2 Biaya Tetap a. Sewa Lahan 4.320 4.320 4.320
b. Pajak 750 750 750 c. Peralatan 3.115 3.115 3.115 d. Penyusutan Alat - 2.430 2.430
Jumlah 8.185 10.615 10.615 Total 24.365 21.480 22.125
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 12, biaya pada tahun awal penanaman yaitu tahun
tahun ke-0 lebih besar dari pada tahun ke-1 dan ke-2, hal tersebut dikarenakan
pada tahun ke-0 terdapat pembelian bibit sebanyak 200 batang . Jenis pupuk yang
digunakan pada saat tanaman belum menghasilkan adalah pupuk NPK dan pupuk
kandang. Untuk pestisida, petani menggunakan insektisida kontak dengan
berbagai merek seperti Decis dan Curacron. Pada saat tanaman belum
menghasilkan, tenaga kerja diperlukan untuk proses persiapan lahan, pengajiran
jarak tanam dan penanaman, pemeliharaan yang meliputi pengairan dan sanitasi
53
kebun. Selain itu pengendalian OPT juga diperlukan agar dalam proses
pertumbuhan tanaman belimbing tidak terhambat.
Biaya tetap terdiri atas sewa lahan, pajak, peralatan dan penyusutan.
Biaya penyusutan pada tahun ke-0 tidak dihitung, karena peralatan investasi
dianggap dibeli pada tahun tersebut. Sistem pembayaran sewa lahan di Kelurahan
Tugu dibayar setiap lima tahun sekali, dengan harga kenaikan setiap lima tahun
adalah 10 sampai 30 persen. Untuk lebih jelasnya, rincian biaya tanaman belum
menghasilkan pada usahatani Belimbing Manis terdapat pada lampiran 6.
3.4.1.4 Biaya produksi
Biaya produksi merupakan semua jenis biaya yang harus dikeluarkan
untuk kebutuhan usahatani belimbing tiap tahunnya selama 20 tahun. Tanaman
belimbing mulai berproduksi pada umur tanaman tiga tahun. Biaya produksi pada
usahatani belimbing manis merupakan biaya yang dikeluarkan ketika tanaman
belimbing manis mulai berproduksi atau pada saat tanaman sudah mulai
menghasilkan. Dengan bertambahnya usia tanaman, maka biaya yang
dikeluarkanpun berbeda-beda setiap tahunnya. Biaya yang dikeluarkan terdiri atas
Biaya tidak tetap (variabel) yaitu biaya pupuk, pestisida dan upah tenaga kerja.
Sedangkan biaya tetap terdiri atas sewa lahan, pajak lahan, biaya peralatan
(rincian biaya peralatan terdapat pada lampiran 7) dan biaya penyusutan. Biaya
produksi pada saat tanaman menghasilkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
54
Tabel 13. Biaya Tanaman Menghasilkan (TM) Pada Usahatani Belimbing Manis Per Hektar/tahun pada Kelompok Tani Maju Bersama di Kelurahan Tugu, Kota Depok, 2012 (Dalam Rp.000)
Umur (thn)
Uraian
Total Biaya Pupuk (Rp)
Biaya Pestisida
(Rp)
Upah Tenaga
Kerja (Rp)
Bahan Bakar (Rp)
Sewa lahan
Pajak (Rp)
Biaya Peralatan
(Rp)
Biaya Penyu-sutan (Rp)
3 8.100 4.320 16.750 200 4.320 750 3.115 2.430 39.985 4 10.530 4.320 16.750 200 4.320 750 3.115 2.430 42.415 5 12.060 4.320 17.750 200 4.800 750 3.115 2.430 45.425 6 13.140 4.320 19.250 200 4.800 750 3.115 2.430 48.005 7 15.570 4.320 19.450 200 4.800 750 3.115 2.430 50.635 8 18.900 5.760 19.750 200 4.800 750 3.115 2.430 55.705 9 22.950 5.760 21.350 200 4.800 750 3.115 2.430 61.355 10 27.000 5.760 23.450 200 6.500 750 3.115 2.430 69.205 11 31.050 5.760 25.750 200 6.500 750 3.115 2.430 75.555 12 35.100 5.760 28.750 200 6.500 750 3.115 2.430 82.605 13 39.150 5.760 30.750 200 6.500 750 3.115 2.430 88.655 14 41.850 5.760 34.750 200 6.500 750 3.115 2.430 95.355 15 49.500 7.200 39.000 200 8.500 750 3.115 2.430 110.695 16 49.500 7.200 43.000 200 8.500 750 3.115 2.430 114.695 17 49.500 7.200 48.000 200 8.500 750 3.115 2.430 119.695 18 49.500 7.200 53.000 200 8.500 750 3.115 2.430 124.695 19 49.500 7.200 53.000 200 8.500 750 3.115 2.430 124.695 20 49.500 7.200 68.000 200 8.500 750 3.115 2.430 139.695 Total 1.489.070
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 13, biaya pada saat tanaman mulai menghasilkan di
tahun ke-3 sampai tahun ke-20. Jumlah total masing-masing biaya, bertambah tiap
tahunnya. Hal tersebut disebabkan oleh kebutuhan tanaman terhadap pupuk,
pestisida dan pemeliharaan yang semakin bertambah. Biaya terbesar terdapat
pada umur tanaman ke-20.
Pemakaian pupuk untuk tanaman belimbing dari tanaman belum
menghasikan sampai tanaman menghasilkan bertambah 10 persen pertahunnya.
Porsi pemakaian pupuk kandang lebih banyak dari pada pupuk NPK. Total
penggunaan pupuk NPK selama 20 tahun adalah sebanyak 55.520 kg dan
55
penggunaan pupuk kandang sebanyak 466.700 kg. Penggunaan pupuk Daun
dimulai pada saat tanaman menghasilkan dengan total penggunaan selama 20
tahun sebesar 462 kg. Kemudian diperlukan zat pengatur tumbuh yaitu hormon
untuk tanaman. Pemakaian hormon selama 20 tahun sebesar 462 Liter.
Penggunaan pupuk NPK, pupuk kandang, pupuk daun dan hormon akan konstan
atau sama pada tahun ke-15 sampai dengan tahun ke-20, dimana pada saat itu
tumbuhan sedang berproduksi maksimal. Pemakaian pestisida hampir sama dari
tahun ke tahun. Pestisida yang dipakai adalah insektisida jenis kontak dengan
pemakaian 1:1000 Liter air. Total penggunaan pestisida selama 20 tahun adalah
462 Liter.
Upah tenaga kerja pada saat tanaman menghasilkan diperhitungkan pada
kegiatan pengendalian OPT, pemeliharaan, pembungkusan dan panen. Proses
pembungkusan merupakan proses yang paling banyak membutuhkan tenaga kerja.
Karena dalam satu pohon terdapat kurang lebih 1000 buah yang harus dibungkus.
Upah tenaga kerja adalah Rp 50.000 per hari, namun untuk pembungkusan, upah
tenaga kerja dihitung dari banyaknya buah yang dapat dibungkus oleh setiap
pekerja. Nilai untuk biaya variabel seperti pajak, peralatan dan penyusutan adalah
konstan atau tidak berubah dari tahun ke-0 sampai tahun ke-20. Sedangkan untuk
biaya sewa lahan bertambah 10-30 persen setiap 5 tahun sekali. Untuk lebih
jelasnya, rincian biaya tanaman menghasilkan pada usahatani Belimbing Manis
terdapat pada lampiran 7.
56
3.4.2 Produksi dan Nilai Penjualan
Buah belimbing merupakan buah tahunan yang setiap tahun selalu
tersedia dan dapat dipanen setiap tiga bulan sekali. Harga jual belimbing ditingkat
petani rata-rata adalah Rp 6000/kg. Produksi buah belimbing pada kurun waktu 20
tahun mencapai 10.000 kg/ha/tahun sampai 30.000 kg/ha/Tahun dengan jumlah
seluruhnya adalah 334.300/ kg/ha. Sedangkan nilai penjualan mencapai Rp
60.000.000 /ha sampai Rp 180.000.000/ha. Data produksi dan nilai penjualan
belimbing manis di Kelurahan Tugu, Kota Depok dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 14. Produksi dan Nilai Penjualan Belimbing Manis Per Hektar/tahun pada Kelompok Tani Maju Bersama Di Kelurahan Tugu, Kota Depok, 2012
Umur Tanaman Produksi
(Kg)5 Harga
(Rp/Kg)6 Nilai Penjualan (Rp/Ha/Th) 0 - - - 1 - - - 2 - - - 3 10.000 6.000 60.000.000 4 10.500 6.000 63.000.000 5 11.200 6.000 67.200.000 6 12.000 6.000 72.000.000 7 13.800 6.000 82.800.000 8 15.300 6.000 91.800.000 9 17.000 6.000 102.000.000 10 17.500 6.000 105.000.000 11 18.000 6.000 108.000.000 12 18.500 6.000 111.000.000 13 19.000 6.000 114.000.000 14 20.000 6.000 120.000.000 15 21.500 6.000 129.000.000 16 22.000 6.000 132.000.000 17 23.000 6.000 138.000.000 18 25.000 6.000 150.000.000 19 30.000 6.000 180.000.000 20 30.000 6.000 180.000.000
Total 334.300 2.005.800.000 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012 5 Jumlah produksi belimbing bertambah 10% tiap tahunnya. Dengan 3 kali proses panen. 6 Harga ini merupakan harga jual rata-rata dari petani
57
Berdasarkan Tabel 14, produksi belimbing manis meningkat dari tahun
ketahun. Pada tahun ke-3 pohon belimbing mulai berbuah dan mencapai puncak
produksi pada saat tanaman mencapai usia produktif yaitu pada tahun ke-15
sampai tahun ke-20. Pada usia produktif tersebut, satu pohon belimbing dapat
menghasilkan buah sekitar 800-1000 buah, namun yang bisa dipanen hanya
sebagian atau 50 persen dari jumlah yang ada.
Nilai penjualan yang dimaksud pada usahatani belimbing manis ini
adalah banyaknya penerimaan yang diterima setelah menjual hasil panen. Nilai
penjualan meningkat dari tahun ketahun, seiring dengan produksi yang meningkat.
Nilai penjualan terbesar didapat pada umur tanaman 19 dan 20 tahun.
3.4.3 Pendapatan Usahatani Belimbing Manis
Pendapatan usahatani belimbing merupakan selisih antara penerimaan
dan semua biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan
bersih atau net cash flow. Aliran kas (Cash Flow) meliputi penerimaan (Cash In
Flow) dan pengeluaran (Cash Out Flow). Biaya pengeluaran dalam usahatani
belimbing meliputi biaya investasi, biaya Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
dan biaya Tanaman Menghasilkan (TM). Sedangkan penerimaan didapatkan dari
perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual belimbing. Harga jual
yang dipakai adalah harga jual dari petani. Pendapatan usahatani dijabarkan pada
tabel di bawah ini.
58
Tabel 15. Pendapatan Usahatani Belimbing manis Per Hektar/tahun pada Kelompok Tani Maju Bersama di Kelurahan Tugu, Kota Depok, 2012 (Dalam Rp 000)
Umur Tanaman (Tahun)
Cash In Flow (Rp)
Cash Out Flow (Rp)
Net Cash Flow (Rp)
0 0 38.015.000 -38.015.000
1 0 21.480.000 -21.480.000
2 0 22.125.000 -22.125.000
3 60.000.000 39.985.000 20.015.000
4 63.000.000 42.415.000 20.585.000
5 67.200.000 45.425.000 21.775.000
6 72.000.000 48.005.000 23.995.000
7 82.800.000 50.635.000 32.165.000
8 91.800.000 55.705.000 36.095.000
9 102.000.000 61.355.000 40.645.000
10 105.000.000 69.205.000 35.795.000
11 108.000.000 75.555.000 32.445.000
12 111.000.000 82.605.000 28.395.000
13 114.000.000 88.655.000 25.345.000
14 120.000.000 95.355.000 24.645.000
15 129.000.000 110.695.000 18.305.000
16 132.000.000 114.695.000 17.305.000
17 138.000.000 119.695.000 18.305.000
18 150.000.000 124.695.000 25.305.000
19 180.000.000 124.695.000 55.305.000
20 180.000.000 139.695.000 40.305.000
Total 2.005.800.000 1.570.690.000 435.110.000 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 15, pendapatan yang diperoleh dari usahatani
belimbing berfluktuasi dari tahun ketahun. Pendapatan terbesar diperoleh pada
tahun ke-19. Penerimaan tahunan sebesar nilai pada tabel di atas menunjukkan
bahwa usahatani belimbing yang menguntungkan untuk dikembangkan. Rincian
arus kas/ cash flow terdapat pada lampiran 8.
59
3.4.4 Analisis Kelayakan
Ukuran menyeluruh untuk mengetahui baik tidaknya suatu usaha adalah
menggunakan kriteria investasi. Usaha dapat dikatakan layak untuk dijalankan
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : NPV ≥ 0; Net B/C ≥ 1; IRR ≥
Opportunity Cost of Capital (Kadariah dkk, 1999). Hasil perhitungan kriteria
investasi merupakan indikator dari modal yang diinvestasikan, yaitu perbandingan
total benefit yang diterima dengan total biaya yang dikeluarkan dalam bentuk
present value selama umur ekonomis proyek.
Menurut Choliq, dkk (1999), bahwa Net Present Value (NPV) digunakan
untuk menghitung selisih antara present value dari benefit (manfaat) dan cost
(biaya) pada Discount Factor tertentu, dan menurut Kadariah (1988) NPV
digunakan untuk mengukur hasil bersih yang maksimal yang dapat dicapai dengan
investasi modal atau pengorbanan sumber-sumber lain. Suatu usaha dikatakan
layak apabila dalam perhitungan hasil NPV positif. Sedangkan Internal Rate of
Return (IRR) digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu
proyek tiap-tiap tahun dan juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam
mengembalikan bunga pinjaman. Apabila nilai suatu IRR lebih besar dari
pada/sama dengan Opportunity Cost of Capital, maka proyek dinyatakan layak.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara jumlah NPV
positif dengan NVP Negatif. Net B/C menunjukkan gambaran berapa kali lipat
benefit akan diperoleh dari cost yang dikeluarkan (Choliq dkk, 1999).
60
a. Net Present Value (NPV)
Metode nilai sekarang/ Present Value Method adalah metode penilaian
kelayakan investasi yang menyelaraskan nilai akan datang arus kas menjadi nilai
sekarang melalui pemotongan arus kas dengan memakai faktor diskon (Discount
Factor) pada tingkat biaya modal tertentu yang diperhitungkan. Dalam analisis
ini digunakan suku bunga 13 persen. Penggunaan suku bunga 13 persen ini
didasarkan pada tingkat suku bunga deposito bank untuk bidang pertanian pada
saat analisis dilakukan7. Hasil analisis Net Present Value (NPV) dapat dilihat pada
Tabel di bawah ini
Tabel 16. Hasil Analisis Net Present Value (NPV) Pada Usahatani Belimbing Manis pada Kelompok Tani Maju Bersama Di Kelurahan Tugu, Kota Depok, 2012
Net Cash Flow NPV Pada Discount Factor 13%
Rp 435.110.000 Rp 70.851.806
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 16 , dengan tingkat suku bunga sebesar 13 persen
menghasilkan Net Present Value (NPV) sebesar Rp 70.851.806 (Lampiran 9).
Berdasarkan kriteria penilaian, jika NPV ≥ 0, maka usahatani belimbing manis di
Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok dikatakan layak dan
menguntungkan untuk dijalankan
b. Internal Rate of Return (IRR)
Metode lain untuk mengevaluasi kelayakan usahatani belimbing manis
adalah metode analisis Internal Rate of Return (IRR) atau tingkat pengembalian
7 Bank BNI Jatinangor. Suku Bunga Deposito Pada Bidang Pertanian. April 2012
61
internal. Tujuan perhitungan IRR adalah untuk mengetahui persentase keuntungan
dari suatu proyek tiap-tiap tahun. Selain itu, IRR juga merupakan alat ukur
kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. Pada dasarnya IRR
menunjukkan tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan Nol.
Nilai IRR dapat dicari dengan melakukan percobaan (trial and error)
yang terus menerus diantara tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negatif
terkecil. sehingga didapatkan nilai NPV positif dan NPV negatif pada Discount
Factor atau tingkat suku bunga tertentu. Nilai IRR dinyatakan dengan persentase.
Tabel di bawah ini merupakan Tabel hasil analisis IRR usahatani Belimbing
Manis
Tabel 17. Hasil Analisis Internal Rate of Return (IRR) Pada Usahatani Belimbing Manis pada Kelompok Tani Maju Bersama di Kelurahan Tugu, Kota Depok, 2012
NPV Positif Pada DF 20% Rp 16.627.217
NPV Negatif Pada DF 25% Rp 4.680.288
IRR 24%
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 17, hasil perolehan NPV positif sebesar Rp
16.627.217 dan NPV negatif sebesar Rp 4.680.288 (lampiran 10), akan
menghasilkan nilai IRR sebesar 24 persen. Nilai IRR yang diperoleh lebih besar
dari pada tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 13 persen. Dengan demikian
maka usahatani belimbing manis di Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota
Depok dikatakan layak dan menguntungkan untuk dijalankan.
62
c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Metode ini merupakan perbandingan antara jumlah NPV positif dengan
jumlah NPV negatif. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat
manfaat (benefit) yang kita peroleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan.
Tabel 18. Hasil Analisis Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Pada Usahatani Belimbing Manis pada Kelompok Tani Maju Bersama Di Kelurahan Tugu, Kota Depok, 2012
Present Value Net Benefit Positif Rp 145.202.694 Present Value Net Benefit Negatif Rp 74.350.888 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,9
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012
Tabel di atas menunjukkan bahwa perolehan Net B/C dari PV Net
benefit Positif dan negatif. Hasil yang diperoleh adalah sebesar 1,9. Angka
tersebut menunjukkan bahwa usahatani belimbing yang dikelola petani di
Kelurahan Tugu, memberikan keuntungan sampai 1,9 kali dari biaya yang
dikeluarkan dan nilai tersebut juga diartikan bahwa setiap Rp. 1,00 investasi yang
dikeluarkan oleh petani dapat menambah keuntungan (net benefit) sebesar Rp 1,9.
Semakin besar nilai Net B/C, maka suatu usaha akan semakin menguntungkan.
Perhitungan di atas terdapat pada lampiran 9.
3.5 Strategi Pengembangan Agribisnis Belimbing Manis
Strategi pengembangan sangat diperlukan untuk suatu usaha yang
dikatakan sudah layak dan menguntungkan. Berdasarkan analisis kelayakan
usahatani belimbing manis yang sudah dikembangkan selama kurun waktu 20
tahun, usaha belimbing manis tergolong layak untuk dijalankan. Perlu adanya
63
suatu strategi untuk pengembangan agribisnis belimbing manis agar usaha
tersebut menjadi lebih baik dikemudian hari.
Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam
perkembangannya, konsep mengenai strategi terus berkembang. Strategi menurut
Porter (1985) adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan
bersaing. Sebelum suatu usaha dapat memulai perumusan strategi, diperlukan
pengamatan terhadap lingkungan eksternal dan internal.
3.5.1 Analisis Lingkungan Internal
a. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia yang ada di dalam kelompok tani Maju Bersama
I, II, dan III terdiri atas 252 petani yang didominasi oleh laki-laki dengan umur
yang sudah cukup tua. Sulit ditemukan petani yang berumur di bawah 40 tahun.
Rata-rata petani petani berumur 40 tahun ke atas. Oleh karena itu yang menjadi
masalah sumber daya manusia adalah kurangnya regenerasi petani muda.
Walaupun kebanyakan petani yang sudah berumur lanjut, mereka tetap punya
kemauan untuk maju, dalam melaksanakan agribisnis belimbing. Seiring dengan
perkembangan Kota Depok yang semakin pesat, para petani tidak merelakan
tanahnya untuk dijual dan dijadikan perumahan ataupun bangunan lainnya.
Pengembangan sumber daya manusia terus dibangun oleh tenaga
penyuluh yang ada. Meskipun tenaga penyuluh jumlahnya tidak banyak, namun
tetap membina petani dengan baik. Kebanyakan petani mempunyai masalah
manajemen yang kurang baik, dimana setiap habis panen, pendapatan yang
mereka dapatkan tidak terorganisir dengan baik. Sehingga dapat dikatakan
64
manajemen petani masih tradisional. Selain itu kesadaran petani belimbing di
Kelurahan Tugu akan organisasi yang ada seperti gabungan kelompok tani dan
kelompok tani masih minim, dimana setiap ada pertemuan kelompok yang hadir
hanya sekitar 20 persen dari jumlah kelompok yang ada.
b. Komoditas belimbing Dewa
Belimbing dewa merupakan varietas belimbing yang unggul
dibandingkan beberapa varietas belimbing yang ada seperti belimbing Demak,
belimbing Madu, belimbing paris dan lain-lain. Belimbing Dewa yang ada di
Kelurahan Tugu ini memiliki keunggulan antara lain kualitas warna yang baik
yaitu kuning jingga dibandingkan dengan varietas paris yang ketika buahnya
matang berwarna kuning agak pucat. Warna tersebut dapat menjadi daya tarik
bagi konsumen untuk membeli belimbing Dewa. Belimbing Dewa juga memiliki
daya simpan pada suhu kamar yang lebih lama yaitu sekitar 3 -4 hari. Selain itu
dari segi rasa yang lebih manis dan rasa belimbing Dewa tidak sama dengan
belimbing jenis lain. Keunikan belimbing Dewa adalah jika ditanam di luar
kawasan Depok, hasilnya tidak semaksimal jika di tanam di Kota Depok.
Keunggulan lainnya dari belimbing Dewa adalah kadar air yang sedikit, serat
daging buah yang sangat halus, jumlah biji yang sedikit dan bobot buah yang
lebih berat sekitar 150-350 gram, dibandingkan dengan varietas Madu yang
beratnya 160-250 gram. Perawatan khusus yang dimiliki belimbing Dewa ini yang
menyebabkan belimbing ini memiliki serangkaian keunggulan.
Keunggulan yang dimiliki buah belimbing mengantarkan belimbing
menjadi suatu komoditas buah potensial ikon dari Kota Depok. Beberapa hal
65
yang menjadikan belimbing sebagai ikon kota adalah kesesuaian lahan dan iklim,
kesesuaian lingkungan sosial, banyaknya petani yang membudidayakan
belimbing. Belimbing di Kota Depok, memiliki ciri khas tersendiri dan tidak
dapat tumbuh optimal di daerah / kota lain dan menguntungkan secara ekonomis.
c. Modal dan Lahan
Modal merupakan salah satu unsur dari usahatani yang penting. Tanpa
adanya modal, petani tidak dapat memulai usahatani. Modal pada tanaman
belimbing tahun ke-4 diperoleh dari hasil penjualan belimbing pada tahun ke-3,
begitu seterusnya. Pendanaan bagi petani dapat diperoleh dari PUAP (Penguatan
Usaha Agribisnis Pertanian) melalui kredit yang dibayar 10 bulan sekali dan kas
kelompok berupa kredit dalam bentuk sarana produksi yang dibayar setiap panen.
Yang menjadi permasalahan klasik bagi petani adalah kurangnya modal.
Perkembangan Kota Depok yang semakin pesat menyebabkan terjadinya
alih fungsi lahan pertanian. Bertambahnya jumlah penduduk akibat migrasi yang
diiringi dengan kebutuhan akan lahan untuk perumahan menyebabkan alih fungsi
lahan pertanian menjadi perumahan. Dalam mempertahankan lahan-lahan
potensial di Kota Depok, dinas pertanian Kota Depok membuat usulan untuk
memploting lahan potensial pertanian yang dipertahankan dan tidak boleh
dialihfungsikan kepada BKPRD (Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah).
Usulan tersebut kemudian akan dimasukkan kedalam RTRW (Rencana Tata
Ruang Wilayah) tahun 2012-2032. Namun usulan tersebut di tahun 2012 ini
belum disahkan. Lahan potensial yang dipertahankan adalah lahan yang dikelola
66
oleh petani yang merupakan anggota kelompok tani dan lahan yang diberi
danapinjaman modal sererti PUAP dan BANSOS. Lahan pertanian yang potensial
sekitar 1187 Hektar dan untuk lahan belimbing sebesar 109 Hektar.
d. Pemasaran
Petani belimbing di Kelurahan Tugu ini kebanyakan memasarkan
belimbing kepada pengumpul. Ada juga sebagian petani yang menjadi pengumpul
bagi petani lainnya, dan petani tersebut langsung memasarkan belimbingnya ke
pasar induk. Proses penyaluran belimbing dari Kelurahan Tugu menuju ke pasar
Induk cukup lancar dikarenakan lokasi Kelurahan Tugu yang terjangkau dengan
Pasar Induk dan dari segi transportasi juga mudah dijangkau, sehingga tidak ada
kesulitan dalam hal transportasi.
Kelembagaan merupakan suatu hal yang penting bagi petani. Koperasi
dapat membantu dalam hal pinjam meminjam modal, pemenuhan kebutuhan
sarana dan prasarana dan pemasaran hasil. Yang menjadi kendala adalah belum
adanya koperasi di Kelurahan Tugu.
e. Produksi
Produksi belimbing meningkat dari tahun ketahun seiring dengan
bertambahnya usia pohon belimbing. Pohon belimbing mencapai puncak hasil
produksi pada umur tanaman 15 tahun sampai 20 tahun. Sehingga dibutuhkan
perawatan yang baik agar hasil produksi tidak menurun. Hasil produksi buah
belimbing biasanya langsung dijual petani dalam bentuk segar. Belum ada petani
yang menjual hasil pengolahan belimbing seperti dijadikan jus, dodol, manisan
dan lain sebagainya. Pengolahan belimbing juga masih minim di Kelurahan Tugu.
67
Hanya terdapat satu industri rumah tangga pengolahan belimbing di Kelurahan
Tugu, walaupun industri pengolahan tersebut tidak fokus hanya untuk mengolah
belimbing.
3.5.2 Analisis Lingkungan Eksternal
a. Dukungan Pemerintah
Dukungan pemerintah terhadap komoditas Belimbing sangat baik,
dengan dijadikannya belimbing sebagai ikon kota, komoditas belimbing akan
dikenal oleh masyarakat dan membantu dalam hal pemasaran. Kegiatan dari
pemerintah kota yang mendukung pengembangan komoditas belimbing sudah
banyak dilakukan, seperti dana bantuan PUAP dan bantuan sosial. Kegiatan
lainnya yaitu musyawarah antar petani yaitu Musrenbang.
Pengembangan belimbing sebagai ikon terus dilakukan oleh pemerintah.
Komoditas belimbing akan tetap dipertahankan di Kota Depok. Pemerintah yang
dibantu oleh dinas pertanian juga selalu mengadakan riset-riset perkembangan
belimbing di Kota Depok. Kegiatan yang ingin dibangun pemerintah adalah
penguatan citra belimbing Depok sebagai Ikon Kota agar dikenal oleh masyarakat,
khususnya masyarakat Kota Depok. Kemudian kegiatan lainnya adalah
peningkatan produktivitas, kualitas, dan pengembangan industri olahan belimbing.
b. Pasar
Pengumpul belimbing di Kelurahan Tugu memasarkan komoditas
belimbing ke pasar induk Kramat Jati dan sebagian lagi memasarkan ke pasar
induk pasar Minggu. Konsumen yang membeli komoditas belimbing bermacam-
macam, ada yang membeli untuk dijual kembali kepada konsumen, seperti
68
pedagang ritel dan ada yang membeli untuk dijual kembali kepada supermarket.
Pada saat panen raya buah belimbing yang ada di pasar melimpah, sehingga
menyebabkan harga turun. Hal tersebut menjadi salah satu ancaman bagi petani
belimbing di Kelurahan Tugu.
c. Pesaing
Pesaing dari belimbing dewa yang ada di pasar induk salah satunya
adalah belimbing madu. Selain itu pesaing buah belimbing adalah buah musiman
seperti rambutan, mangga dan duku. Karena belimbing merupakan buah yang
selalu ada sepanjang tahun, maka ketersediaan belimbing tidak seperti buah
musiman. Ketika buah musiman seperti rambutan, mangga dan duku muncul
dipasaran, konsumen akan beralih kepada buah musiman tersebut. Namun
pengurangan penjualan dari pesaing buah musiman tidak terlalu banyak, karena
belimbing sudah mempunyai konsumen tersendiri.
d. Teknologi
Teknologi merupakan sarana yang membantu dalam menjalankan
kegiatan agribisnis belimbing. kebanyakan teknologi yang dipakai petani masih
sederhana. Teknologi yang sederhana tersebut menjadi suatu ancaman bagi petani
dalam kelompok tani Maju Bersama. Salah satunya adalah teknologi pasca panen.
Kegiatan pasca panen meliputi sortasi dan grading. Petani belimbing di kelompok
tani Maju Bersama melakukan kegiatan sortasi dan grading dengan sederhana.
Buah belimbing yang sudah dipetik, dibersihkan, dipilah berdasarkan grading,
dimasukkan kedalam keranjang dan dijual ke pasar. Hal yang seharusnya
dilakukan adalah bagaimana membuat komoditas belimbing mempunyai nilai
69
tambah yang bisa dilakukan dengan adanya teknik pengemasan. Pengemasan pada
belimbing dilakukan dengan cara dikemas menggunakan stearofoam. Pengemasan
juga dapat menambah nilai guna suatu barang, terutama nilai guna bentuk dan
barang.
3.5.3 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal
Dari uraian analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan
eksternal kegiatan agribisnis yang dilaksanakan oleh kelompok tani maju
bersama, didapatkan faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Tabel di bawah ini menunjukkan identifikasi faktor internal dan eksternal kunci.
70
Tabel 19. Identifikasi Faktor Internal Dan Eksternal Kunci
Faktor Internal Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)
1. Kemauan petani untuk maju (S1) 2. Varietas unggul (S2) 3. Penyuluhan pertanian yang aktif (S3) 4. Komoditas belimbing dijadikan
sebagai Ikon Kota (S4) 5. Petani tetap pada posisi bertahan dari
kegiatan agribisnis belimbing (S5)
1. Sumber daya manusia yang berkurang (W1)
2. Akses permodalan yang terbatas (W2)
3. Manajemen petani yang masih tradisional (W3)
4. Penyempitan lahan (W4) 5. Kurangnya kegiatan pengolahan
untuk meningkatkan nilai tambah (W5)
Faktor Eksternal Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats)
1. Bantuan pendanaan dari pemerintah daerah (O1)
2. Penelitian dan pengembangan komoditas belimbing oleh pemerintah Kota Depok (O2)
3. Belimbing yang ditanam di Kelurahan Tugu dapat menghasilkan keunggulan komoditas (O3)
4. Depok dikenal dengan kota belimbing (O4)
1. Terjadi penuruna harga pada saat panen raya (T1)
2. Adanya pesaing di pasar induk 3. Adanya persaingan dengan buah
musiman (T2) 4. Teknologi masih tradisional
(T3)
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012
3.5.4 Strategi pengembangan dengan analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman
(Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan
demikian, perencanaan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis
71
perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada
saat ini yang disebut dengan analisis situasi. Model yang paling popular untuk
analisis situasi adalah analisis SWOT. 8
Setelah mengidentifikasi faktor eksternal dan internal dengan
mengembangkan kekuatan (strengths) dan mengoptimalkan peluang
(opportunities), mengembangkan kekuatan (strengths) untuk mengatasi ancaman
(threats), meminimalkan kelemahan (weaknesses) untuk memanfaatkan peluang
(opportunities), dan meminimalkan kelemahan (weaknesses) untuk menghindari
ancaman (threats), maka matriks strategi pengembangan agribisnis belimbing di
Kelurahan Tugu dijelaskan pada tabel di bawah ini.
8 Rangkuti, Freddy. 1997. Analisis SWOT Teknis Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. Hal 18-19
72
Tabel 20. Matriks strategi pengembangan berdasarkan analisis SWOT
INTERNAL
EKSTERNAL
Kekuatan (Strengths) S1, S2, S3, S4, S5
Kelemahan(Weaknesses) W1, W2, W3, W4
Peluang (Opportunities) O1, O2, O3, O4
Strategi Kekuatan dan Peluang 1. Memaksimalkan
dukungan dari pemerintah dalam memajukan sumberdaya manusia yang ada. Agar tetap terjadi keseimbangan antara keunggulan varietas dengan kemauan petani untuk tetap menjalankan agribisnis belimbing manis.
2. Mengembangkan kegiatan penyuluhan dalam menjaga keunggulan komoditas
3. Mengoptimalisasikan komoditas belimbing yang dijadikan ikon Kota dalam mengenalkan komoditas belimbing kepada masyarakat luas
Strategi Kelemahan dan Peluang 1. Memanfaatkan
bantuan pendanaan dari pemerintah daerah untuk meminimalisasi permodalan petani yang terbatas
2. Penguatan manajemen dan SDM dengan pengembangan terhadap keunggulan komoditas
3. Merubah sistem dari pertanian pedesaan yang berupa hamparan menjadi pertanian perkotaan yang berupa pekarangan
4. Mendorong SDM untuk meningkatkan nilai tambah komoditas dengan memaksimalkan bantuan dari pemerintah
Ancaman (Threats) T1, T2, T3, T4
Strategi Kekuatan dan Ancaman 1. Mengembangkan
varietas belimbing dewa yang unggul untuk menghadapi penurunan harga pada saat panen raya
Strategi Kelemahan dan Ancaman 1. Meminimalisasi
masalah permodalan agar tidak terjadi penurunan produksi yang berakibat pada lemahnya persaingan dengan komoditas lain
73
(Lanjutan Tabel 20)
2. Penguatan kekuatan SDM dengan mengembangkan penyuluhan dalam hal pemasaran untuk mengatasi pesaing yang ada.
3. Menonjolkan keunggulan belimbing sebagai Ikon Kota untuk mengatasi persaingan dengan buah musiman
2. Mengunggulkan nilai tambah dalam pengolahan untuk menghindari persaingan komoditas
3. Memperkuat manajemen petani dalam menghadapi keterbatasan modal
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012
3.5.5 Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation)
Faktor-faktor strategis internal perusahaan yang telah di dapat dianalisis
dengan menggunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation). Faktor-faktor
tersebut merupakan faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Hasil analisis faktor internal akan diketahui setelah memasukkan hasil identifikasi
kekuatan dan kelemahan perusahaan sebagai faktor untuk menentukan strategi
pengembangan apa yang tepat, kemudian diberikan pemberian peringkat dan
perhitungan bobot (Lampiran 11) yang kemudian dihitung peringkat dikalikan
bobot sehingga akan diperoleh nilai total seperti pada tabel di bawah ini
74
Tabel 21. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
Faktor- Faktor Internal Rating Bobot Skor
pembobotan Kekuatan 1. Kemauan petani untuk maju 4 0,13 0,52 2. Varietas unggul 4 0,11 0,44 3. Penyuluhan pertanian yang aktif 3 0,10 0,30 4. Komoditas belimbing dijadikan
sebagai Ikon Kota 2 0,12 0,24
5. Petani tetap pada posisi bertahan dari kegiatan agribisnis belimbing
1 0,10 0,10
Total 0,56 1,60 Kelemahan 6. Sumber daya manusia yang
berkurang 1 0,09 0,09
7. Akses permodalan terbatas 3 0,09 0,27 8. Manajemen yang tradisional 2 0,08 0,16 9. Penyempitan lahan 2 0,08 0,16 10. Kurangnya kegiatan pengolahan
untuk meningkatkan nilai tambah. 4 0,10 0,40
Total 0,44 1,08 Total IFE 1,00 2,68
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012
3.5.6 Evaluasi Faktor Eksternal (Eksternal Factor Evaluation)
Faktor-faktor strategis eksternal perusahaan yang telah di dapat
dianalisis dengan menggunakan matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation).
Faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan
perusahaan. Hasil analisis faktor eksternal akan diketahui setelah memasukkan
hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan sebagai faktor untuk
menentukan strategi pengembangan apa yang tepat, kemudian diberikan
pemberian peringkat dan perhitungan bobot (Lampiran 12) yang kemudian
dihitung peringkat dikalikan bobot sehingga akan diperoleh nilai total seperti pada
tabel di bawah ini
75
Tabel 22. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation)
Faktor- Faktor Eksternal Rating Bobot Skor
pembobotan Peluang 1. Bantuan pendanaan dari pemerintah
daerah 4 0,13 0,52
2. Penelitian dan pengembangan komoditas belimbing oleh pemerintah Kota Depok
3 0,16 0,48
3. Belimbing yang ditanam di Kelurahan Tugu dapat menghasilkan keunggulan komoditas
2 0,13 0,26
4. Depok terkenal dengan kota belimbing
2 0,12 0.24
Total 0,54 1,50 Ancaman 6. Terjadi penurunan harga pada saat
panen raya 4 0,12 0,48
7. Adanya pesaing di pasar induk 3 0,14 0,42 8. Kalah bersaing dengan buah musiman 2 0,11 0,22 9. Teknologi masih tradisional 1 0,09 0,09
Total 0,46 1.21 Total EFE 1,00 2.71
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012
3.5.7 Grafik Pembobotan SWOT
Setelah menentukan grafik pembobotan eksternal dan internal, maka
Dari total nilai pembobotan tiap faktor internal dan eksternal dibuat grafik
pembobotan untuk menentukan pada kuadran mana nilai optimal didapatkan.
76
Keterangan grafik : Pada sumbu vertikal = (Nilai total kekuatan)- (Nilai Total kelemahan) = 1,60-1,08 = 0,5 Pada sumbu horizontal = (Nilai total Ancaman)- (Nilai Total Peluang) = 1,50-1,21=-0,3
Gambar 19 . Grafik Pembobotan SWOT
Berdasarkan Gambar 19, nilai optimal terletak pada kuadran kekuatan
dan ancaman atau kuadran positif negatif. Pada kuadran ini menandakan, kegiatan
agribisnis yang ada di Kelurahan Tugu mempunyai kekuatan, namun menghadapi
tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi
Strategi, dengan memperbanyak ragam strategi yang dilakukan. Strategi utama
yang dapat diterapkan berfokus pada Kekuatan dan ancaman, namun tetap
dikombinasikan dengan strategi kekuatan-peluang, strategi kelemahan-peluang
dan strategi kelemahan-ancaman. Strategi yang dapat terapkan yaitu :
1. Mengembangkan varietas belimbing dewa yang unggul untuk menghadapi
penurunan harga pada saat panen raya belimbing
Varietas belimbing Dewa merupakan varietas belimbing yang ditanam di
seluruh Kota Depok, sehingga pada saat panen raya buah yang ada di pasar
Kelemahan (Weaknesses)
Peluang (Opportunities)
Ancaman (Threath)
Kekuatan (Strength)
0,5
0,3
77
melimpah. Setiap kelurahan mempunyai keunikan rasa belimbing tersendiri.
Begitu juga belimbing Dewa yang ada di Kelurahan Tugu. Dalam mengatasi
ancaman pada saat panen raya, Kelurahan Tugu harus bisa menunjukkan
identitas belimbing yang berasal dari Kelurahan Tugu yang memiliki beberapa
kelebihan tersendiri. Selain itu strategi yang dapat diterapkan adalah membuat
pemasaran khusus untung menjual belimbing di sekitar wilayah kecamatan
Tugu, agar dapat memutus jalur pemasaran, sehingga pendapatan petani
bertambah, dengan pemasaran di sekitar wilayah tugu tersebut, masyarakat
juga dapat mengenal lebih tentang belimbing yang dihasilkan dari wilayahnya
sendiri.
2. Penguatan kekuatan SDM dengan mengembangkan penyuluhan dalam hal
pemasaran untuk mengatasi persaingan belimbing dari kelurahan Tugu dengan
Belimbing dari kelurahan lain di Kota Depok
Penyuluhan berperan aktif dalam penguatan sumber daya manusia. Selama ini
penyuluhan dititikberatkan kepada teknik budidaya, namun belum ada
penyuluhan mengenai bagaimana memasarkan produk yang baik. Selain itu
penyuluhan mengenai manajemen petani dalam mengelola keuangan juga
diperlukan. Jadi strategi yang harus diterapkan adalah memaksimalkan tenaga
penyuluh untuk memberikan penyuluhan mengenai subsistem pemasaran
sampai subsistem pasca panen. Selain itu pengembangan keterampilan petani
dalam hal teknologi pasca panen yang diimbangi dengan inovasi kelembagaan
pasca panen dan inovasi teknologi pasca panen dalam hal pengemasan dan
pengolahan.
78
3. Menonjolkan keunggulan belimbing sebagai Ikon Kota untuk mengatasi
persaingan dengan buah musiman
Buah musiman seperti duku dan rambutan menjadi ancaman bagi belimbing
disaat buah musiman tersebut panen raya. Strategi yang dapat diterapkan
adalah menonjolkan kelebihan belimbing itu sendiri dengan berbagai manfaat
yang dimiliki, juga menginformasikan bahwa belimbing ini telah dijadikan
ikon kota, sehingga masyarakat akan lebih tertarik kepada belimbing. Selain
itu strategi lainnya adalah mengembangkan kelembagaan koperasi pemasaran,
inovasi kelembagaan pemasaran dengan program kemitraan.
4. Merubah sistem dari pertanian pedesaan yang berupa hamparan menjadi
pertanian perkotaan yang berupa pekarangan.
Perkembangan Kota Depok yang semakin maju dan migrasi penduduk
menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman atau
bangunan lainnya. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
merubah sistem dari pertanian pedesaan yang berupa hamparan menjadi
pertanian perkotaan yang berupa pekarangan. Sehingga di masa mendatang,
belimbing akan tetap dipertahankan, meskipun tumbuh di lahan-lahan sempit.