36
Sheni Asrianti, 2016
WIILIAM THE CONQUEROR: PERANAN DUKE OF NORMANDY DI KERAJAAN INGGRIS TAHUN 1066-1087 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini merupakan uraian mengenai metode dan teknik penelitian yang
digunakan oleh peneliti untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan
skripsi yang berjudul “William the Conqueror: Peranan Duke of Normandy di
Kerajaan Inggris 1066-1087”. Peneliti mencoba memaparkan berbagai lagkah
maupun prosedur yang digunakan dalam mencari, mengolah, menganalisis sumber
dan proses penyusunannya menjadi skripsi. Adapun pada skripsi ini, peneliti
menggunakan metode historis atau metode sejarah dibantu dengan studi literatur
sebagai teknik penelitiannya.
Peneliti mencoba menguraikan langkah-langkah penelitian dengan
menggunakan metode sejarah meliputi proses heuristik, kritik, interpretasi dan
historiografi. Metode sejarah digunakan untuk menemukan fakta-fakta sejarah yang
kemudian diinterpretasikan utuk disusun kedalam sebuah historiografi sejarah. Proses
penelitian ini dilakukan untuk menyusun sebuah skripsi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan relevan dengan bidang studi peneliti yaitu
pendidikan sejarah. Peneliti menguraikan proses tersebut dalam bab ini yang terdiri
dari tiga sub-sub utama yaitu metode dan teknik penelitian, persiapan penelitian, dan
pelaksanaan penelitian.
3.1 Metode dan Teknik Penelitian
3.1.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Hamid
dan Madjid (2011) menyatakan bahwa setiap ilmu memiliki metode, karena tanpa
metode kumpulan pengetahuan tentang objek tertentu tidak dapat dikatakan sebagai
ilmu, sekalipun masih ada syarat lain. Sementara itu, menurut Wood Gray (dalam
Sjamsuddin, 2007, hlm. 89) menyebutkan paling tidak ada enam tahapan yang harus
ditempuh dalam penelitian sejarah, yaitu:
37
Sheni Asrianti, 2016
WIILIAM THE CONQUEROR: PERANAN DUKE OF NORMANDY DI KERAJAAN INGGRIS TAHUN 1066-1087 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Memilih suatu topik yang sesuai
2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topic
3. Membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan
topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung
4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik
sumber)
5. Menyusun hasil-hasil penelitian kedalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu
sistematika tertentu yang telah disipakan sebelumnya
6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan
mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti secara
jelas.
Kemudian Sjamsuddin menguraikan enam langkah tersebut kedalam tiga
lagkah, diantaranya:
1. Heuristik
Langkah awal dalam penelitian sejarah adalah Heuristik atau dalam bahasa
Jerman disebut Quellenkunde, sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk
mendapatkan data-data atau meateri sejarah, atau evidensi sejarah. Tahap heuristik ini
banyak menyita waktu, biaya, tenaga, pikiran, dan perasaan. Oleh sebab itu sebelum
melakukan heuristik maka peneliti harus terlebih dahulu merancang strategi: dimana
dan bagaimana akan mendapatkan bahan tersebut? siapa atau instansi apa yang dapat
dihubungi, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk perjalanan, akomodasi jika ke
tempat lain, untuk fotokopi, informan dan sebagainya.
Sumber sejarah dalam heuristik secara umum dapat dikategorikan kedalam
sumber primer dan sumber sekunder. Ada juga sumber lisan dan sumber tertulis.
Dalam penelitian ini lebih banyak menggunakan sumber sekunder, berupa buku-
buku. Pencarian sumber-sumber sejarah bisa dilakukan di perpustakaan, arsip, dan
museum. Kekayaan perpustakaan, arsip, dan museum dapat diketahui dari petunjuk-
petunjuk, indeks, bibliografi, katalog, jurnal, brosur, dan majalah.
38
Sheni Asrianti, 2016
WIILIAM THE CONQUEROR: PERANAN DUKE OF NORMANDY DI KERAJAAN INGGRIS TAHUN 1066-1087 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Kritik Sumber
Langkah kedua yang dari penelitian sejarah adalah kritik sumber. Operasi
pertama dalam melakukan kritik sumber disebut sebagai kritik eksternal, dan
selanjutnya dilakukanlah kritik evidensi “internal”. Seorang peneliti tidak akan
menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis dalam sumber-sumber tersebut.
Peneliti harus menyaring informasi dari sumber secara kritis, terutama terhadap
sumber pertama, agar terjaring fakta yang menjadi pilihannya. Peneliti dihadapkan
pada kebutuhan untuk membedakan mana yang benar dan yang tidak benar, mana
yang mungkin dan mana yang meragukan atau mustahil. Fungsi kritik sumberlah
yang menjadikan karya sejarah merupakan produk dari suatu proses ilmiah yang
dapat dipertanggungjawabkan, bukan hasil dari suatu fantasi, manipulasi ataupun
fabrikasi. Kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber pertama. Kritik ini
menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian mengenai kebenaran atau ketepatan
dari sumber itu. Meskipun demikian, bukan berarti sumber keduapun luput dari tahap
kritik. Setiap sumber, baik itu sumber pertama maupun sumber kedua memiliki
teknik tersendiri dalam mengkritik.
A. Kritik Eksternal
Kritik eksternal adalah suatu penelitian atas asal-usul dari sumber, suatu
pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua
informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak
asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak. Kritik
eksternal harus menegakkan fakta dari kesaksian bahwa kesaksian itu benar-
benar diberikan oleh orang-orang pada waktu ini. Kesaksian juga harus bertahan
tanpa ada perubahan ataupun tambahan dan penghilangan-penghilangan yang
substansial. Fungsi dari kritik eksternal diantaranya memeriksa sumber sejarah
dan menegakkan sedapat mungkin otentisitas dan integritas dari sumber itu.
B. Kritik Internal
Kebalikan dari kritik eksternal, maka kritik internal lebih menekankan
aspek dalam yaitu dari isi sumber. Fungsi dari kritik internal adalah untuk melihat
ke-kredibilitasan sumber, pencarian kebenaran yang substansial. Selain itu, juga
39
Sheni Asrianti, 2016
WIILIAM THE CONQUEROR: PERANAN DUKE OF NORMANDY DI KERAJAAN INGGRIS TAHUN 1066-1087 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menguji reabilitas sumber-sumber yang diperoleh. Langkah yang dilakukan
dalam kritik internal adalah dengan cara mebandingkan sumber yang satu dengan
yang lainya.
Kritik internal pada sumber tertulis dilakukan dengan melihat apakah isi buku,
artikel, maupun dokumen dapat memberikan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah sesuai dengan kaidah keilmuwan yang
berlaku . setelah membaca seluruh sumber tertulis, peneliti juga membandingkan
sumber yang satu dengan sumber yang lain apakah terdapat kesamaan atau
perbedaan sehingga dapat dinilai informasi mana yang dapat dipercaya.
3. Interpretasi
Menururt Tosh dalam buku Sjamsuddin (2007, hlm.158), ketika menulis
sejarah, ada dua dorongan utama yang menggerakan, yaitu mencipta ulang (re-create)
dan menafsirkan (interpet). Dorongan pertama menuntut deskripsi dan narasi,
sedangkan dorongan kedua menuntut analisis. Interpretasi atau penafsiran adalah
proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yang
tak dapat menggunakan symbol-simbol yang sama, baik secara simultan ataupun
berurutan. Seorang peneliti dituntut untuk dapat menginterpretasikan sebuah masalah
dengan cukup objektif. Untuk menginterpretasikan sejarah, imajinasi diperlukan
dengan batasan keadaan yang sebenarnya. Penggunaan imajinasi dalam interpretasi
terlebih lagi eksplanasi (penjelasan) penting.
Menurut Kuntowijoyo, seorang peneliti sejarah, dalam pekerjaannya harus
dapat membayangkan apa yang sebenarnya, apa yang sedang terjadi, dan apa yang
terjadi sesudahnya. Dalam kasus-kasus yang ada ini, batasan yang dipakai sangat
jelas. Pembatasan yang seharusnya dilakukan adalah, membatasi interpretasi yang
berkembang khusus pada keadaan yang sebenarnya terjadi. Jadi jika imajinasi yang
berkembang menjadi meng-interpretasi-kan keadaan yang bukan sebenarnya terjadi,
maka telah terjadi manipulasi peristiwa yang sebenarnya.Kemampuan interpretasi
adalah menguraikan fakta-fakta sejarah dan kepentingan topik sejarah, serta
menjelaskan masalah kekinian. Tidak ada masa lalu dalam konteks sejarah yang
40
Sheni Asrianti, 2016
WIILIAM THE CONQUEROR: PERANAN DUKE OF NORMANDY DI KERAJAAN INGGRIS TAHUN 1066-1087 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
benar-benar aktual terjadi. Yang ada hanyalah interpretasi-interpretasi historis
(Sartono, 1993, hlm. 42).
Interpretasi sendiri memiliki dua macam cara penafsiran yaitu determinisme
dan kemauan bebas manusia. Penafsiran determinisme menekankan aspek keturunan
(fisik, biologis, rasial) dan lingkungan geografis, ekonomi, sosiologis, teori orang
besar, spiritual, sintesis dan teknologi.
4. Historiografi
Historiografi berarti karya sejarah dari masa lampau sampai masa sekarang
(dikenal dengan nama sejarah kontemporer). Dalam penulisan sejarah, wujud dari
historiografi merupakan paparan, penyajian, presentasi, atau penampilan yang sampai
kepada pembaca atau pemerhati sejarah. Paling tidak secara bersamaan digunakan
tiga bentuk teknik dasar tulis menulis sebagai wahana yaitu, deskripsi, narasi, dan
analisis.
Jika penulis sejarah yang berorientasi kepada peristiwa saja, maka akan
menggunakan porsi deskripsi dan narasi yang lebih banyak, sedangkan jika
berorientasi kepada problema, selain menggunakan deskripsi dan narasi, akan lebih
mengutamakan analisis. Sehubungan dengan teknik deskripsi, narasi, dan analisis,
sebenarnya banyak penulis sejarah yang kebanyakan karyanya adalah bercerita
tentang cerita yang sebenarnya. Hanya saja teknik deskripsi-narasi sering dikaitkan
dengan bentuk penulisan sejarah lama, sedangkan teknik analitis-kritis dikaitkan
dengan bentuk penulisan sejarah baru yang dianggap lebih ilmiah (Sjamsuddin, 2007,
hlm. 237).
3.1.2 Teknik Penelitian
Teknik penelitian merupakan cara-cara yang digunakan dalam upaya
mengumpulkan data dan informasi sesuai dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan teknik penelitian studi literarur. Peneliti melakukan studi
literarur dengan cara mengumpulkan buku, jurnal, dan artikel, skripsi yang relevan
dengan topik yang dibahas dalam penelitian. Sumber-sumber yang digunakan
41
Sheni Asrianti, 2016
WIILIAM THE CONQUEROR: PERANAN DUKE OF NORMANDY DI KERAJAAN INGGRIS TAHUN 1066-1087 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersebut telah melalui tahap seleksi yang tentunya dapat dipercaya kebenarannya.
sumber literatur tersebut digunakan oleh peneliti untuk menjelaskan mengenai
peranan William the Conqueror di Kerajaan Inggris tahun 1066-1087. Pada dasarnya
peneliti mengalami kesulitan dalam pengumpulan sumber karena literarur yang
tersedia banyak dan lengkap dalam bahasa Inggris. Dalam upaya mengumpulkan
sumber literarur ini, peneliti mengadakan kunjungan ke beberapa perpustakaan
3.2 Persiapan Penelitian
Pada tahap ini, peneliti melakukan beberapa hal dalam menyusun penelitian
ini. Setelah peneliti membaca berbagai literatur, peneliti memilih dan menentukan
topik penelitian yang akan dikaji. Kemudian setelah menentukan topik, peneneliti
menyusun rancangan penelitian dan melaksanakan ujian proposal skripsi, mengurus
perizinan, menyiapkan perlengkapan penelitian, dan proses bimbingan.
3.2.1 Penentuan dan Pengajuan Topik
Kegiatan paling awal dan penting dalam penelitian ilmiah adalah mengajukan
topik penelitian. Topik penelitian adalah masalah atau objek yang harus dipecahkan
melalui penelitian ilmiah (Abdurrahman, 2007, hlm. 54). Sedangkan menurut Herlina
(2011) topik penelitian adalah kejadian atau peristiwa (fenomena), atau pokok
persoalan yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian. Topik penelitian sebaiknya
dipilih berdasarkan kedekatan emosional dan kedekatan intelektual. Hal ini berarti
bahwa topik bisa ditemukan atas kegemaran tertentu atau pengenalan yang lebih
dekat tentang hal-hal yang terjadi disekitarnya atau menurut pengalaman peneliti
sendiri. Selain itu, pemilihan topik didasarkan atas keterkaitan peneliti dengan
disiplin ilmu atau aktivitasnya dalam masyarakat. Biasanya ada empat hal yang
dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan topik, yaitu:
1. Ada dalam jangkauan kemampuan, yaitu cukup memiliki bekal pengetahuan
untuk menggarapnya, cukupnya biaya yang tersedia, waktu yang disediakan
memadai dan memungkinkan dapat dijalin kerja sama dengan pihak lain, tidak
melanggar ketentuan instansi, serta tidak menimbulkan kekeruhan suasana.
42
Sheni Asrianti, 2016
WIILIAM THE CONQUEROR: PERANAN DUKE OF NORMANDY DI KERAJAAN INGGRIS TAHUN 1066-1087 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Bahan/sumber/data cukup tersedia. Meskipun peneliti dapat menentukan topic
yang sangat baik, namun apabila sumber atau data tidak cukup tersedia atau sulit
ditemukan akan menyulitkan penelitian.
3. Cukup pentingnya topik untuk diteliti. Pembahasan topik memberikan sumbangan
berharga untuk ilmu pengetahuan, sumbangan tersebut dapat berwujud materi
pengetahuan, tata kerja atau metodologi. Selain itu boleh jadi topik yang diambil
merupakan duplikasi dari penelitian yang sudah dilakukan karena mungkin
penelitian sebelumnya validitasnya diragukan.
4. Topik menarik untuk diteliti. Ada baiknya jika topik yang diambil manarik dan
dapat membangkitkan minat serta semangat peneliti sendiri.
Topik atau pokok persoalan sebagai subyek penelitian dapat diperoleh dari
beberapa sumber, seperti dari mahasiswa lain, dosen, atau konsultan. Adapun topik
penelitian yang diambil oleh peneliti adalah Peranan William the Conqueror di
Inggris pada masa awal Abad Pertengahan. Bermula dari ketertarikan peneliti
mengkaji mengenai sejarah Eropa yang berhubungan dengan sejarah bangsa Viking
serta pengaruhnya di Eropa abad ke-8 M. Hanya saja, sumber yang ada kebanyakan
berbahasa asli Norwegia, Denmark, Swedia. Peneliti tidak memiliki kemampuan
lebih dalam berbahasa asing selain bahasa Inggris, sehingga kesulitan untuk
mengolah sumber meskipun yang didapat cukup banyak. Setelah itu, peneliti
berdiskusi dengan salah seorang dosen yang mengajar mata kuliah Sejarah Peradaban
Barat, Pak Iriyadi. Dosen tersebut memberikan saran kepada peneliti yang tertarik
dengan bangsa Viking Eropa untuk mengkaji mengenai tokoh Viking yang memiliki
peranan penting di Eropa, yaitu William the Conqueror. Peneliti tertarik dengan
tokoh tersebut karena dosen tersebut menggambarkan sekilas mengenai sosok
William yang merupakan keturunan Viking di Normandia, Perancis dan menjadi raja
Inggris. Kedudukan William sendiri adalah seorang Duke atau pangeran Normandia,
yang pada saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Perancis. Akan tetapi di
Inggris, William bisa menjadi raja yang disegani.
43
Sheni Asrianti, 2016
WIILIAM THE CONQUEROR: PERANAN DUKE OF NORMANDY DI KERAJAAN INGGRIS TAHUN 1066-1087 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari hasil diskusi tersebut peneliti mempunyai ketertarikan untuk membahas
peranan William di kerajaan Inggris tahun 1066-1087 yang pada saat itu merupakan
awal Abad Pertengahan. Pertanyaan awal peneliti adalah apa yang dilakukan William
di Inggris ketika menjabat sebagai raja, mengapa William bisa menjadi raja
mengingat latar belakang William yang merupakan Duke of Normandy terlebih
adalah keturunan bangsa Viking, bagaimana dengan kondisi Normandia yang
ditinggalkan oleh pemimpinnya selama William di Inggris, Bagaimana hubungan
Inggris dan Perancis pada saat William menjadi raja Inggris. Dari ide awal ini,
peneliti kemudian membaca kembali literatur mengenai sejarah Eropa. Dari hasil
pembacaan beberapa literatur, peneliti mendapatkan suatu peristiwa dalam sejarah
Eropa yang berhubungan dengan ide awal penulisan skripsi in. Peneliti kemudian
menarik ide awal penulisan ini kedalam sejarah invasi Normandia ke beberapa
wilayah di Eropa terutama ke Inggris pada awal Abad Pertengahan.
3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian
Langkah awal yang harus dilakukan sebelum melakukan penelitian adalah
menyusun rancangan penelitian yang merupakan kerangka dasar dan diajukan acuan
dalam penyusunan skripsi. Rancangan ini berupa proposal skripsi yang diajukan
kepada TPPS untuk dipresentasikan dalam seminar proposal skripsi. Proposal skripsi
disusun sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh bagian akademik
Departemen Pendidikan Sejarah maupun Universitas Pendidikan Indonesia yang
terdiri dari:
1. Judul penelitian
2. Latar belakakang masalah
3. Rumusan masalah dan batasan penelitian
4. Tujuan penelitian
5. Manfaat penelitian
6. Metode penelitian
7. Tinjauan pustaka (penggunaan teori, konsep, serta buku yang digunakan dalam
penelitian)
44
Sheni Asrianti, 2016
WIILIAM THE CONQUEROR: PERANAN DUKE OF NORMANDY DI KERAJAAN INGGRIS TAHUN 1066-1087 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8. Penelitian terdahulu
9. Struktur penulisan
10. Daftar pustaka
3.2.3 Mengurus Perizinan
Untuk kelancaran penelitian guna mendapatkan sumber yang relevan dengan
topik yang dikaji, peneliti membutuhkan perlengkapan penelitian. Pada tahap ini,
peneliti mulai memilih lembaga/instansi yang dapat memberikan data dan fakta yang
relevan dengan penelitian. Pengurusan surat perizinan dilakukan di Departemen
Pendidikan Sejarah yang kemudian diserahkan kepada bagian akademik FPIPS untuk
memperoleh izin dari dekan FPIPS.
3.2.4 Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Sebelum melaksanakan kegiatan penelitian, peneliti mempersiapkan beberapa
hal yang diperlukan dalam menyediakan perlengkapan yang akan dibutuhkan dalam
penelitian. Perlengkapan penelitian merupakan aspek yang penting agar proses
penelitian berjalan lancar. Agar mendapatkan hasil yang diharapkan dalam proses
penelitian, maka peneliti harus mempersiapkan perlengkapan penelitian dengan baik.
Hal pertama yang dilakukan adalah membuat surat perizinan penelitian guna
memperlancar penelitian yang akan dilakukan.
3.2.5 Proses Bimbingan
Penelitian skripsi memuat berbagai aturan, salah satunya adalah proses
bimbingan dengan dosen pembimbing skripsi. Proses bimbingan merupakan kegiatan
yang harus selalu dilakukan oleh peneliti selama penyusunan skripsi. Proses
bimbingan ini dapat membantu dalam menentukan langkah yang tepat dari setiap
kegiatan penelitian yang dilakukan. Proses bimbingan berguna dalam hal
berkonsultasi dan berdiskusi mengenai berbagai masalah yang dihadapi dalam
penyusunan skripsi dengan dosen pembimbing skripsi. Selama proses penyusunan
skripsi, peneliti melakukan bimbingan dengan pembimbing I dan II sesuai dengan
45
Sheni Asrianti, 2016
WIILIAM THE CONQUEROR: PERANAN DUKE OF NORMANDY DI KERAJAAN INGGRIS TAHUN 1066-1087 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
waktu dan teknik bimbingan yang telah disepakati bersama sehingga bimbingan dapat
berjalan lancar dan diharapkan penyusunan skripsi dapat memberikan hasil sesuai
dengan ketentuan.
3.3 Pelaksanaan Penelitian
Setelah melakukan persiapan penelitian, maka tahap selanjutnya adalah
pelaksanaan penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian ini yang menggunakan metode
historis terdapat beberapa langkah dalam melakukan penelitian yaitu heuristik, kritik,
interpretasi, dan historiografi. Kegiatan-kegiatan tersebut memiliki peranan yang
penting untuk menentukan penyajian hasil penelitian dalam bentuk sebuah tulisan.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap-tahap tersebut akan diuraikan di bawah
ini.
3.3.1 Heuristik
Heuristik merupakan sebuah kegiatan awal dalam penelitian sejarah.
pengumpulan sejarah yang digunakan oleh peneliti adalah dengan mengumpulkan
sumber tertulis. Sumber tertulis itu berupa buku-buku, data-data, dan lain sebagainya.
Sumber tertulis yang digunakan oleh peneliti dalam penyususnan proposal skripsinya
berupa buku, ensiklopedia, dokumen, jurnal dan artikel yang relevan dari beberapa
tempat. Seperti yang diungkapkan peneliti dalam proposal skrispsinya yaitu peneliti
mencari dan mengumpulkan sumber-sumber tertulis berupa buku, dokumen, dan
artikel yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.
Penelusuran sumber tertulis dilakukan dengan mendatangi beberapa
perpustakaan di sekitar kota Bandung, meliputi perpustakaan UPI, BAPUSIPDA,
Perpustakaan Dinas Kesajarahan Angkatan Darat, serta mengunjungi website resmi
yang relevan, seperti website resmi dari British Council, jurnal Universitas
Cambridge dan Oxford, BBC (British Board Casting). Selain itu, peneliti juga
memakai e-book (electronic book) untuk mempermudah mencari buku sumber yang
berkaitan dengan penelitian. Dalam e-book tersebut, buku-buku yang telah diterbitkan
46
Sheni Asrianti, 2016
WIILIAM THE CONQUEROR: PERANAN DUKE OF NORMANDY DI KERAJAAN INGGRIS TAHUN 1066-1087 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
maupun yang tidak diterbitkan dapat ditelusuri secara utuh. Oleh karena itu, peneliti
sebagian menggunakan buku sejarah mengenai William the Conqueror dalam e-book
sebagai sumber penulisan. Berikut penjelasan lebih lanjut:
a. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia. Di perpustakaan ini peneliti
mendapatkan buku yang berjudul William the Conqueror karya George
Scolombe, The Spirit of English History karya A.L Rowse, The Cambridge
Medieval History karya J. R. Tanner, The Western Heritage From the Earliest
Times to the Present karya Easton, The Norman Achievement karya David
Douglas, A History of The Vikings karya Gwyn Jones, Europe in the Middle Ages
karya Hoyt, Illustrated History of English Literature Volume One karya A.C
Ward, A History of The Middle Ages 284-1500 karya Sidney Painter dan masih
banyak lagi yang lainnya termasuk ensiklopedia-ensiklopedia.
b. Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah. Di perpustakaan ini peneliti mendapatkan
buku karya Michael Hart berjudul The 100: A ranking of The Most Influential
Persons in History Revised and Updated for The Nineties, A Brief History of the
Normans (An Accessible and Authoritative Introduction) karya F. Neveux.
c. Perpustakaan Dinas Kesejarahan Angkatan Darat. Di perpustakaan ini peneliti
mendapatkan Britannica Encyclophedia karya H.C Darby, Anglo-Saxon England
karya F. M Stenton, dan buku karya Gerald Simons berjudul The Birth of Europe.
d. Sumber jurnal ilmiah yang didapat dari e-book ataupun jurnal dan artikel ilmiah
yang diterbitkan dan diposting di internet oleh lembaga pendidikan ternama,
seperti dari Universitas Cambridge dan Oxford. Tidak hanya itu, peneliti juga
menemukan artikel ilmiah yang ditulis oleh website Science Nordic. Website ini
merupakan situs majalah ilmiah yang ditulis oleh lembaga dengan nama yang
sama yaitu Science Nordic yang membahas khusus mengenai bangsa di
Skandinavia. Jika melihat isi dari majalah tersebut, dapat disimpulkan bahwa
majalah tersebut giat melakukan wawancara dengan sejarawan, kurator museum
ataupun arkeolog, karena selalu ada kutipan dalam penulisan dengan para ahli.
47
Sheni Asrianti, 2016
WIILIAM THE CONQUEROR: PERANAN DUKE OF NORMANDY DI KERAJAAN INGGRIS TAHUN 1066-1087 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sumber tertulis yang telah didapat kemudian dibaca, dipahami dan dikaji
untuk melihat kesesuaiannya dengan permasalahan penelitian. Peneliti mencatat hal-
hal penting yang didapat dari tiap sumber, seperti daftar pustaka dan kutipan-kutipan
yang diperlukan.
3.3.2 Kritik Sumber
Kritik sumber merupakan tahap kedua dalam penelitian sejarah. fungsi kritik
sumber erat kaitanya dengan tujuan sejarawan itu dalam rangka mencari kebenaran,
sejarawan dihadapkan dengan kebutuhan untuk membedakan apa yang benar, apa
yang tidak benar (palsu), apa yang mungkin dan apa yang meragukan atau mustahil
(Sjamsuddin, 2012, hlm. 103). Kritik sumber dibedakan menjadi dua macam, yaitu
kritik eksternal dan internal.
a. Kritik eksternal
Kritik eksternal lebih banyak dilakukan untuk sumber primer. Sedangkan,
dalam penulisan karya penelitian ini, peneliti banyak menggunakan sumber sekunder
atau sumber kedua dan seterusnya yang bukan berasal dari tokoh ataupun saksi
sejarah. Dalam sumber sekunder terlihat objek kajianya cukup jauh dengan waktu
yang dilakukan pada saat penelitian, dan peneliti kesulitan untuk melakukan
penelitian langsung baik secara lisan maupun tulisan. Sumber sekunder yang
dimaksud peneliti adalah buku-buku yang berkaitan dengan materi penelitian.
Meskipun kritik eksternal lebih banyak dilakukan pada sumber primer, peneliti tetap
melakukan tahap ini. Hal ini dikarenakan pentingnya sebuah buku untuk dikaji mulai
dari siapa pengaranya, untuk kepentingan apa buku tersebut dibuat, daftar pustaka
yang digunakan dalam penulisan buku tersebut agar peneliti pasti dengan buku
tersebut bisa dijadikan sumber penelitian. Sumber utama yang akan digunakan
peneliti diantaranya:
1. Buku karya George Edward Slocombe berjudul William the Conqueror. Seorang
penulis dan jurnalis dari Inggris ini memiliki nama asli Grunberg Nathan. Buku
48
Sheni Asrianti, 2016
WIILIAM THE CONQUEROR: PERANAN DUKE OF NORMANDY DI KERAJAAN INGGRIS TAHUN 1066-1087 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
biografi yang telah Slocombe tulis mengenai William the Conqueror ini bagaikan
memiliki tujuan tersendiri, untuk kepentingan politik. Sisi hitam dan putih dari
tokoh William digambarkan secara jelas, tanpa memperlihatkan ketidaksenangan
penulis terhadap tokoh tersebut. Slocombe ini juga pernah dicurigai sebagai mata-
mata Uni Sovyet di Inggris.
2. Buku karya David Charles Douglas berjudul William the Conqueror: The Norman
Impact Upon England. Sebagai guru besar sejarah Inggris, terutama periode
bangsa Norman, lulusan Universitas Cambridge dan Universitas Oxford ini dalam
menulis sejarah bangsa Norman terkesan mengarah kepada besarnya kekuatan
yang dimiliki orang Normandia di Inggris. Douglas menyertakan sumber dan
bukti mengenai pengaruh bangsa Norman di Inggris. Dalam buku tersebut, tetap
saja terlihat unsur subjektifitas dari penulis buku mengenai bangsa Norman. Hal
ini tidak mengherankan karena Douglas adalah seorang yang ahli dalam menulis
sejarah orang-orang Normandia.
3. Buku karya A.L Rowse berjudul The Spirit of English History. Jika dilihat dari
riwayat hidup Rowse, penulis buku ini memiliki latar belakang sebagai ahli
literatur Inggris. Bahkan Rowse menerima berbagai kehormatan dari universitas-
universitas di Inggris. Pada mulanya, Rowse memiliki ketertarikan terhadap puisi
dan sastra, kemudian sejarah. Sebagai penulis literatur atau sastra sejarah, buku
ini memiliki tingkat subjektifitas yang tidak terlalu tinggi. Apa yang ditulis oleh
Rowse mengenai sejarah Inggris memang singkat, akan tetapi disertakan dengan
bukti dalam buku seperti gambar-gambar ataupun naskah kuno dan peninggalan
berupa fisik lainnya. Peneliti berfikir bahwa Rowse hanya berusaha menulis
sejarah Inggris seperti apa yang ditemukan dalam bukti-bukti yang telah
ditunjukkan. Buku ini juga terbilang buku bacaan yang menarik untuk berbagai
kalangan, tidak hanya para pelajar saja.
4. Buku karya Joseph Robert Tanner berjudul The Cambridge Medieval History.
Pertama kali mendengar judul buku ini peneliti bertanya-tanya mengapa harus
diberi nama The Cambridge sedangkan isi buku tidak hubungannya dengan
Cambridge. Setelah diselidiki, Tanner adalah seorang sejarawan Inggris dari St.
49
Sheni Asrianti, 2016
WIILIAM THE CONQUEROR: PERANAN DUKE OF NORMANDY DI KERAJAAN INGGRIS TAHUN 1066-1087 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
John’s College, Cambridge, Inggris. Pembahasan mengenai pendudukan bangsa
Normandia di Inggris diulas secara rinci dengan bahasan yang baku. Dikarenakan
buku ini ditulis untuk kepentingan akademik, maka penulisan buku tersebut
dinilai objektif. Meskipun Inggris diduduki oleh bangsa Normandia dan
membawa perubahan yang cukup besar bagi Inggris, akan tetapi Tanner tetap
menuliskan dampakpositif dari pendudukan Bangsa Normandia di Inggris disertai
berbagai bukti
5. Buku karya Neveux berjudul A Brief History of the Normans (An Accessible and
Authoritative Introduction). Penulisan sejarah bangsa Norman oleh penulis asal
Perancis ini memperlihatkan bagaimana sejarah bangsa Norman jika dilihat dari
sudut pandang Perancis. Unsur sebjektifitas dalam buku ini terlihat ketika
bagaimana Neveux menuliskan kejayaan bangsa Norman terutama di bawah
pimpinan William, kemenangan Perang Hastings, dan pencapaian bangsa Norman
di Eropa.
Kritik eksternal juga dilakukan pada sumber-sumber yang berasal dari
internet. Hal pertama yang peneliti lakukan adalah dengan melihat nama domain
web-nya. Domain yang digunakan adalah domain tertutup yang biasa digunakan oleh
institusi-institusi pendidikan untuk sarjana strata satu. Hal yang kedua yang peneliti
lakukan adalah kritik terhadap pengelola situs. Setelah melakukan kritik ini peneliti
berkesimpulan bahwa situs tersebut merupakan situs terpercaya karena berasal dari
suatu lembaga pendidikan setingkat universitas, bukan situs-situs internet yang bisa
dibaca bebas seperti blogspot ataupun wordpress. Pengelolanya sendiri merupakan
guru besar yang aktif menulis mengenai sejarah Inggris pada Abad Pertengahan.
Seperti tulisan karya Thomas H. M. yang berjudul The Norman Conquest England
After William The Conqueror. Thomas adalah penulis lulusan Universitas Oxford.
Thomas juga menulis buku yang berjudul The English and the Normans: Ethnic
History, Assimilation, and Indentity 1066-1220. Dilihat dari karyanya, maka Thomas
dapat dikatakan sebagai penulis sejarah yang aktif dengan konsentrasi sejarah Bangsa
Normandia.
50
Sheni Asrianti, 2016
WIILIAM THE CONQUEROR: PERANAN DUKE OF NORMANDY DI KERAJAAN INGGRIS TAHUN 1066-1087 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Langkah selanjutnya yang peneliti lakukan adalah mengkritisi kriteria fisik
dari web tersebut. Peneliti mengambil contoh e-book yang berjudul The Domesday
Book. Buku tersebut sebenarnya sudah diterbitkan di London untuk pertama kalinya
tahun 1985. Buku ini ditulis oleh T. Hinde. Akan tetapi buku tersebut diposting ke
dalam e-book agar orang-orang bisa membacanya tanpa harus membayar. Tampilan
buku tersebut lengkap dengan sampul dan isinya lengkap, sebagaimana buku
biasanya.
b. Kritik Internal
Kritik internal dilakukan guna menguji kredibilitas (dapat dipercaya) dan
reabilitas sumber-sumber yang diperoleh. Langkah yang dilakukan dalam kritik
internal adalah dengan cara mebandingkan sumber yang satu dengan yang lainya.
Pada tahap ini peneliti mencoba untuk memutuskan apakah buku, artikel, maupun
dokumen yang telah dikumpulkan dapat dipertanggungjawabkan dan bersifat
objektif. Kritik internal pada sumber tertulis dilakukan dengan melihat apakah isi
buku, artikel, jurnal maupun dokumen dapat memberikan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah sesuai dengan kaidah keilmuwan yang berlaku.
setelah membaca seluruh sumber tertulis, peneliti juga membandingkan sumber yang
satu dengan sumber yang lain apakah terdapat kesamaan atau perbedaan sehingga
dapat dinilai informasi mana yang dapat dipercaya.
Pada tahap internal ini memang peneliti melakukan kredibilitas dari sumber-
sumber sekunder yang didapatkan. Penggunaan kritik internal ini dilakukan peneliti
dengan cara membandingkan banyak buku yang relevan dengan kajian penelitian
yang dilakukanya. Ternyata dalam kritik internal ini, peneliti mendapatkan sumber-
sumber yang sesuai diantara perbandingan buku satu dengan yang lainya. Sehingga
peneliti mempercayai sumber-sumber yang didapatnya itu adalah sumber-sumber
yang valid, walaupun disetiap buku tersebut memiliki subjektifnya tersendiri karena
sumber-sumber itu independen. Tetapi, dalam pengungkapan pembahasan yang buku-
buku kaji memiliki pemaparan fakta yang sama. Untuk sumber dari internet, tentu
51
Sheni Asrianti, 2016
WIILIAM THE CONQUEROR: PERANAN DUKE OF NORMANDY DI KERAJAAN INGGRIS TAHUN 1066-1087 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
peneliti menguji kevaliditasan sumber tersebut dengan memperoleh informasi dari
website terpercaya.
Seperti dalam buku biografi William the Conqueror dengan judul yang sama
yaitu William the Conqueror karya George Scolombe terdapat informasi mengenai
William menjadi Raja Inggris karena perjanjian dengan Edward III sebagai raja
Inggris yang akan memberikan tampuk kekuasaan Kerajaan Inggris kepada William
pada suatu hari nanti. Informasi tersebut di setiap buku yang menjadi sumber utama
hampir sama dengan pernyataan yang demikian, meskipun dalam beberapa buku
ditambahkan dengan informasi yang baru. Hal itu menunjukkan bahwa informasi
yang didapat bisa dikatakan benar dan dapat dipercaya. Hasil dari kritik eksternal
maupun internal terhadap sumber tertulis adalah sesuatu yang menurut peneliti valid
keadaannya. Hal ini kemudian akan dipergunakan dalam proses selanjutnya.
3.3.3 Interpretasi
Interpretasi adalah menafsirkan keterangan dari sumber-sumber sejarah
berupa fakta yang terkumpul dengan cara dirangkai dan dihubungkan sehingga
tercipta penafsiran sumber sejarah yang relevan dengan permasalahan. Tahap
interpretasi ini juga dapat diartikan sebagai pemberian makna terhadap data atau fakta
yang sebelumnya sudah dikumpulkan. Sjamsuddin (2007, hlm. 158) menjelaskan
bahwa disadari atau tidak, para sejarawan berpegang pada satu atau kombinasi
beberapa filsafat sejarah yang menjadi dasar penafsirannya. Filsafat sejarah yang
mendasari hal tersebut dibagi menjadi dua yaitu determinisme dan kemauan bebas
(free will). Dalam penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah yang terdapat dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan pemikiran deterministik “orang besar” (Great
Men Theory). Manusia menjadi faktor dan pemegang utama dan manusia menentukan
jalannya peristiwa-peristiwa. Akan tetapi, tokoh besarlah yang menjadi penyebab
utama dalam perkembangan sejarah Yang dimaksud dengan tokoh besar seperti para
negarawan, kaisar, raja, paglima perang, para nabi (Sjamsuddin, 2007, hlm. 169).
52
Sheni Asrianti, 2016
WIILIAM THE CONQUEROR: PERANAN DUKE OF NORMANDY DI KERAJAAN INGGRIS TAHUN 1066-1087 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Karena penelitian ini membahas secara khusus mengenai seorang raja dengan segala
kekuasaan yang dimilikinya.
Judul penelitian ini adalah William the Conqueror: Peranan Duke of
Normandy di Kerajaan Inggris 1066-1087. Penelitian ini mefokuskan masalah pada
peranan William the Conqueror. Sebagai pemimpin Normandia sekaligus raja
Inggris, William memiliki pengaruh yang penting di Inggris. Kebijakan-kebijakan
yang dibuat sebagai peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat Inggris. Bahkan
William diakui dalam sejarah Inggris sebagai orang yang berpengaruh dan mengubah
sejarah Inggris. Mengingat dalam sejarah Eropa Abad Pertengahan William adalah
salah satu tokoh yang memiliki pengaruh besar, maka untuk memahami tokoh
tersebut tidak hanya dengan membaca buku biografi saja, melainkan juga hal-hal
yang berkaitan dengan tokoh tersebut. Peneliti juga harus mampu memahami
bagaimana sejarah Eropa serta kondisi masyarakat Eropa terutama Normandia dan
Inggris yang memiliki hubungan langsung dengan William. Hal ini berarti bahwa
dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan penafsiran sosiologis dengan
mencoba melihat asal-usul, struktur dan kegiatan manusia dalam interaksinya dengan
lingkungan fisiknya.
Mengenai masalah objektivitas atau subjektivitas, sejarah sebagaimana yang
telah dipahami bukanlah masa lalu melainkan catatan dan atau ingatan mengenai
masa lalu. Oleh sebab itu, jika tidak ada catatan atau ingatan maka tidak ada sejarah.
Sebagai catatan, tentu ada orang yang mecatat. Pencatat sebagai manusia juga
memiliki pandangan sendiri, memiliki prasangka sendiri yang memasuki catatan dan
memberi warna tertentu kepadanya sehingga disebut memihak atau bias. Penulis
sejarah terkadang dalam menuliskan sejarah memiliki pemihakan pribadi atau
prasangka kelompok mengenai tokoh atau sejarah yang tengah ditulisnya.
Bagaimanapun penulisan sejarah tidak boleh memihak dan tidak bersifat pribadi.
Semua karya sejarah yang argumentasi dan kesimpulannya diputar balik untuk
tujuan-tujuan prasangka atau propaganda dianggap buruk (Sjamsuddin, 2007, hlm.
180-183).
53
Sheni Asrianti, 2016
WIILIAM THE CONQUEROR: PERANAN DUKE OF NORMANDY DI KERAJAAN INGGRIS TAHUN 1066-1087 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Persoalan suka dan tidak suka pribadi peneliti terhadap sosok William the
Conqueror tidak terlalu berpengaruh besar terhadap penelitian ini, karena peneliti
sebisa mungkin memaparkan sosok William secara netral tanpa mengagung-
agungkan sisi positif ataupun merendahkan sisi negatif dari tokoh yang peneliti kaji
dalam penulisan skripsi ini. Ada penulis sejarah seperti Carlyle yang mengagumi
orang-orang besar, begitupun dengan peneliti yang mengagumi tokoh William setelah
membaca biografi tokoh tersebut. Dikarenakan penelitian ini mengenai seorang tokoh
besar, maka dalam proses penelitian ini lebih banyak mengkaji biografi yang
mempunyai peluang besar adanya bias pribadi.
Untuk mengatasi hal tersebut peneliti sebisa mungkin mencari sumber tertulis
yang tidak hanya bersumber dari karya orang Inggris saja melainkan juga dari
Perancis. Kalimat Peranan Duke of Normandy di Kerajaan Inggris tahun 1066-1087
mewakili tafsiran peneliti bahwa peneliti ini menulis sosok William tanpa dasar
ketidaksukaan atau rasa suka peneliti terhadap William. Peneliti hanya ingin
menegaskan bahwa William bukan hanya sebagai raja Inggris melainkan juga sebagai
Duke of Normandy. Jabatan Duke memang tidak lebih tinggi dari Prince, namun
bagaimanapun William memiliki tanggung jawab yang cukup besar untuk memimpin
Normandia di tengah kondisi para bangsawan menentangnya. Meskipun demikian,
peneliti tidak dapat memungkiri bahwa William merupakan sosok yang berani
menaklukkan Inggris, dan pengaruhnya cukup besar di Inggris. Tentunya penelitian
ini merupakan hasil analisis peneliti berdasarkan teori setelah membaca buku-buku
sumber, artikel terkait, dan jurnal yang berhubungan dengan bahasan penelitian.
3.3.4 Historiografi
Dalam tahap historiografi ada dua hal yang perlu diperhatikan, diantaranya
adalah eksplanasi (penjelasan) dan expose (penyajian). Tahap eksplanasi yang
digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kausalitas.
Pendekatan ini menitikberatkan pada sebab akibat suatu peristiwa sejarah
berlangsung. Penulisan mengenai peranan William the Conqueror dimulai dari latar
belakang William menjadi raja, dimana dalam latar belakang ini berisi sebab dan
54
Sheni Asrianti, 2016
WIILIAM THE CONQUEROR: PERANAN DUKE OF NORMANDY DI KERAJAAN INGGRIS TAHUN 1066-1087 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
akibat William menjadi raja Inggris. Selanjutnya dalam expose (penyajian) peneliti
menggunakan penyajian analitis-kritis. Penulisan sejarah yang bersifat analitis-kritis
dianggap sebagai sejarah akademik, orientasinya pada problema dan struktur
sehingga disebut sebagai sejarah struktural. Penyajian jenis ini biasanya digunakan
untuk kepentingan akademik seperti penulisan skripsi, tesis, desertasi dan lain-lain.
Dengan dilakukannya tahapan ini dapat memberikan kontribusi terhadap
permasalahan yang ada dan didapatkan benang merah sekaligus solusi dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut. Peneliti menggunakan pendekatan
interdisipliner untuk membantu dalam merangkai dan menghubungkan fakta yang
telah diuji kebenaranya. Pendekatan multiaspek yang peneliti lakukan diantaranya
dengan melakukan pendekatan terhadap ilmu sosial lain seperti, politik, sosiologi,
antropologi, ekonomi dan ilmu lainnya. Selain itu, peneliti juga menuliskan analisis
terhadap permasalahan dalam penelitian ini dengan menggunakan teori-teori yang
relevan dengan permasalahan, sehingga dapatlah dikatakan bahwa penyajiannya
bersifat analitis-kritis.