86
86
Bab III
Penggunaan Alat Manual Pendukung Metode Bercerita
di TK Lab. School, TK Kuntum Cemerlang dan TK Bumi Limas
III.1 Profil TK Lab. School
TK Lab. School berlokasi di Jalan Senjaya Guru Kampus UPI, Jalan Dr.
Setiabudi No. 229 Kecamatan Sukasari Kotamadya Bandung. TK ini pertamakali
didirikan pada 1960 di atas tanah seluas 764,73 meter persegi dengan luas
bangunan 217,02 meter persegi, dengan status sekolah swasta dan status bangunan
milik sendiri.
Sejak awal pembentukan sampai sekarang, TK ini telah mengalami
sejumlah pergantian pengelola dan pergantian nama berikut.
− Tahun 1960 – 1970 di bawah pengelolaan LPC Bandung.
− Tahun 1970 – 1973 di bawah pengelolaan Laboratorium Sekolah atau Lab.
School IKIP Bandung.
− Tahun 1973 – 1998 dikelola oleh PPSP IKIP Bandung dengan mengalami
beberapa kali pergantian nama.
Tahun 1974 menjadi TK Teladan IKIP Bandung, lalu diganti menjadi TK Inti
IKIP Bandung, dan pada 1998 diubah menjadi TK Bumi Siliwangi.
− Tahun 1998 – September 2003 TK Bumi Siliwangi dikelola oleh Dharma
Wanita IKIP Bandung.
− Tahun 2000 IKIP berganti nama menjadi UPI dan berpengaruh pula terhadap
nama TK.
− September 2003 sampai dengan sekarang berada di bawah pengelolaan BPS
(Badan Pengelola Sekolah) Sekolah Laboratorium UPI Bandung, dan berganti
nama menjadi TK Sekolah Laboratorium (Percontohan) UPI yang lebih
familiar dengan sebutan TK Lab. School dan hingga sekarang menjadi
laboratorium Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Jurusan Psikologi dan PGTK
UPI Bandung.
87
87
III.1.1 Visi dan Misi
Visi : Menjadi Taman Kanak-kanak yang memiliki keunggulan akademis,
sosial dan religi, sebagai wahana bagi pengembangan pendidikan dengan lulusan
yang berdaya saing tinggi dan berakhlak mulia.
Misi :
a. Mengembangkan potensi anak-anak dalam mengenal sosial dan
lingkungannya.
b. Mempersiapkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik anak untuk dapat
melanjutkan ke jenjang berikutnya.
c. menanamkan sifat percaya diri dan rasa keagamaan.
III.1.2 Konsep Pembelajaran dan Kurikulum
Pembelajaran diselenggarakan berpusat pada anak yang didasarkan pada
pembelajaran berorientasi perkembangan dengan bermain dan menyenangkan. TK
Lab. School mengaplikasikan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) yang dicanangkan Pemerintah.
Lingkup Kurikulum ini meliputi aspek perkembangan Moral dan Nilai-nilai
Agama, Sosial, Emosional dan Kemandirian, Kemampuan Berbahasa, Kognitif,
Fisik/motorik, dan Seni.
Gambar III.1 TK Lab. School
88
88
Tabel III.1 Aspek Perkembangan Kemampuan Berbahasa untuk Anak Usia TK A
KOMPETENSI DASAR HASIL BELAJAR INDIKATOR
Menyebutkan berbagai bunyi /suara tertentu
Menirukan kembali 3 – 4 urutan kata Dapat mendengarkan dan
membedakan bunyi suara, bunyi bahasa, dan mengucapkannya
Menyebutkan kata-kata yang mempunyai suku kata
awal yang sama, misal: kaki – kali. Atau suku kata
akhir yang sama, misal: nama –sama, dll.
Melakukan 2 – 3 perintah secara
sederhana Dapat mendengarkan dan memahami kata dan kalimat sederhana Mendengarkan cerita dan
menceritakan kembali isi cerita secara sederhana
Menyebutkan nama diri, nama orang tua, jenis
kelamin, dan alamat rumah secara sederhana
Menceritakan pengalaman / kejadian secara sederhana
Dapat berkomunikasi / berbicara secara lisan
Menjawab pertanyaan tentang keterangan/
informasi secara sederhana Bercerita menggunakan kata ganti aku atau saya
Menunjukkan gerakan - gerakan, misalnya:
duduk, jongkok, berlari, makan, melompat, menangis, senang,
sedih, dll. Menyebutkan posisi /
keterangan tempat, misal: di luar, di dalam, di atas, di
bawah, di depan, di belakang, di kiri, di kanan,
dsb.
Memperkaya kosa kata yang diperlukan untuk berkomunikasi sehari-hari meliputi: kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan waktu.
Menyebutkan waktu (pagi, siang, malam)
Anak mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata dan mengenal simbol-simbol yang melambangkannya.
Dapat mengenal bentuk-bentuk simbol sederhana
Membuat berbagai macam coretan
89
89
(pra menulis) Membuat gambar dan coretan (tulisan) tentang cerita mengenai gambar
yang dibuatnya Bercerita tentang gambar yang disediakan atau yang
dibuat sendiri Mengurutkan dan
menceritakan isi gambar seri sederhana
( 3 – 4 gambar )
Dapat menceritakan gambar (pra membaca)
Menghubungkan gambar/ benda dengan kata
Membaca gambar yang memiliki kata / kalimat
sederhana Menceritakan isi buku walaupun tidak sama tulisan dengan yang
diungkapkan
Mengenal bahwa ada hubungan antara bahasa lisan dengan tulisan (pra membaca)
Menghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya
Tabel III.2 Aspek Perkembangan Kemampuan Berbahasa untuk Anak Usia TK B
KOMPETENSI DASAR HASIL BELAJAR INDIKATOR
Membedakan dan menirukan kembali bunyi / suara tertentu
Menirukan kembali 4 – 5 urutan kata
Dapat mendengarkan dan membedakan bunyi suara, bunyi bahasa dan mengucapkannya dengan lafal yang benar
Membedakan kata-kata wang mempunyai suku kata awal sama, misal: kaki – kali , dan suku kata akhir sama, misal: nama – sama, dll. Melakukan 3 – 5 perintah secara berurutan dengan benar
Anak mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata dan mengenal simbol-simbol yang melambangkannya untuk persiapan membaca dan menulis.
Dapat mendengarkan dan memahami kata dan kalimat sederhana serta mengkomunikasikannya
Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara urut
90
90
Menyebutkan nama diri, nama orang tua, jenis kelamin, dan alamat rumah dengan lengkap
Dapat berkomunikasi / berbicara lancar secara lisan dengan lafal yang benar Menceritakan
pengalaman/kejadian secara sederhana dengan urut Bercerita menggunakan kata ganti aku, saya. kamu, dia, mereka. Menunjuk dan menyebutkan gerakan-gerakan misalnya: duduk, jongkok, berlari, makan, dll. Menunjuk dan memberikan keterangan yang berhubungan dengan posisi/ keterangan tempat. Misal: di luar, di dalam, di atas, di bawah, di depan, di belakang.di kiri, di kanan dsb. Membuat gambar dan menceritakan isi gambar dengan beberapa coretan / tulisan yang sudah berbentuk huruf / kata
Mengelompokkan kata-kata yang sejenis
Bercerita tentang gambar yang disediakan atau yang dibuat sendiri dengan urut dan bahasa yang jelas
Memiliki perbendaharaan kata yang diperlukan untuk berkomunikasi sehari-hari
Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri (4 – 6 gambar)
Membaca buku cerita bergambar yang memiliki kalimat sederhana dan menceritakan isi buku dengan menunjuk beberapa kata yang dikenalnya
Memahami bahwa ada hubungan antara bahasa lisan dengan tulisan (pra membaca) Menghubungkan dan
menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya
91
91
III.1.3 Proses Evaluasi Anak
Dilakukan melalui cara pengamatan dan pencatatan anekdot. Pengamatan
dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan sikap anak dengan mengamati
tingkah laku anak dalam keseharian secara berkesinambungan, sedangkan
pencatatan anekdot merupakan kumpulan catatan tentang sikap dan perilaku anak
dalam situasi tertentu. Alat penilaian yang digunakan untuk memperoleh
gambaran perkembangan kemampuan dan perilaku anak, antara lain :
a. Portofolio, yaitu penilaian berdasarkan kumpulan hasil kerja anak yang dapat
menggambarkan perkembangan keterampilan anak.
b. Unjuk kerja (performance) merupakan penilaian terhadap anak melalui cara
melakukan tugas dalam perbuatan yang dapat diamati, misalnya praktek
menyanyi, olahraga, atau memperagakan sesuatu.
c. Penugasan (project) merupakan tugas yang dikerjakan anak yang
pengerjaannya memerlukan waktu relatif lama, misalnya melakukan
percobaan menanam biji.
d. Hasil karya (product) merupakan hasil karya anak setelah melakukan suatu
kegiatan.
III.1.4 Fasilitas Penunjang di Lingkungan Sekolah
III.1.4.1 Sarana Fisik Bangunan
TK Lab. School terdiri dari area gedung dan tanah lapang. Area gedung
berbentuk T, meliputi: Ruang Kelas, Ruang Olah Raga, Ruang Komputer, Ruang
Kepala TK, Ruang Guru TK dan TU, Ruang Kesehatan, Ruang Dapur, Ruang
Makan, Gudang, WC Guru, WC Murid, Tempat Wudhu dan Basuh Tangan,
Mushola, serta Kamar Penjaga TK. Sedangkan tanah lapang yang terletak di
bagian depan dan bagian belakang dijadikan arena bermain dan berkebun.
Gambar III.2 Fasilitas Penunjang di Lingkungan Sekolah TK Lab. School
92
92
Gambar III.3 Fasilitas Penunjang di Lingkungan Sekolah TK Lab. School
93
93
III.1.4.2 Sarana Penunjang
Tabel III.3 Sarana Penunjang di Lingkungan Sekolah TK Lab. School
No Area Sarana Perlengkapan
1.
Halaman Depan TK
a. Ayunan (1 buah) b. Komedi Putar (1 buah) c. Tangga Majemuk Berjenjang (1 buah) d. Luncuran (1 buah) e. Patung Binatang (3 buah: Jerapah, Rusa,
Kijang) f. Tanah Lapang
2
Halaman Belakang TK
a. Jungkitan (3 buah) b. Komedi Putar (1 buah) c. Tangga Panjat (3 buah) d. Luncuran (1 buah) e. Ayunan (3 buah) f. Sangkar Burung (2 buah) g. Aquarium (2 buah) h. Gazebo (1 lokal) i. Area Berkebun
3
Ruang Kelas (3 lokal)
a. Meja dan Kursi Anak b. Meja dan Kursi Guru c. Papan Tulis d. Lemari e. Loker f. Papan Absen g. Jam Dinding h. Karya Anak i. Poster
4.
Ruang Olah Raga (1 lokal)
a. Karpet b. Meja c. Tape
5.
Ruang Komputer (1 lokal)
a. Meja dan Kursi Anak b. Perangkat Komputer (7 unit)
6.
Area Pasir dan Air (1 area)
a. Pasir b. Botol kosong c. Corong Plastik d. Mainan Plastik (sapu, sekop, dll)
7.
Area Matematika (3 area)
a. Pohon Berhitung b. Kertas bertuliskan angka 1-10 yang ditempel
di dinding
8. Area Musik (3 area)
a. Terompet mainan b. Gitar Mainan c. Genjring
94
94
9.
Area Balok (3 area)
a. Balok dengan berbagai ukuran dan bentuk b. Mainan Mobil-mobilan c. Mainan Kereta api d. Mainan plastik berbentuk binatang
10.
Area Baca – Tulis (3 area)
a. Krayon b. Pensil Warna c. Spidol
11.
Area Drama (3 area)
a. Boneka b. Perkakas Dapur Mainan
12.
Area Sains (3 area)
a. Luv b. Magnet
13.
Area Seni (3 area)
a. Plastisin b. Berbagai cetakan kue dari bahan plastik
III.1.5 Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Kegiatan pembelajaran dilakukan sejak Hari Senin sampai dengan Hari
Sabtu. Jam pembelajaran dimulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 10.30 WIB
setiap harinya, kecuali Hari Jumat yakni dimulai pukul 08.00 sampai dengan
pukul 09.30 WIB.
Adapun aktivitas kesehariannya meliputi :
− Pembukaan : 08.00 – 08.15 WIB.
Diawali dengan berbaris, doa belajar, doa untuk orang tua, menyanyi
(disesuaikan dengan tema), salam dan sapa.
− Materi Inti (sesuai tema) . 08.15 – 09.30 WIB.
− Istirahat / bermain, makan : 09.30 – 10.20 WIB.
− Penutup (doa dan evaluasi) : 10.20 – 10.30 WIB.
Selain kegiatan rutin di atas, setiap Hari Kamis dan Sabtu dikhususkan
untuk kegiatan ekstrakurikuler. Materi inti Hari Kamis berkenaan dengan musik,
seperti bernyanyi diiringi musik, memainkan alat musik, dan menari. Sementara
Hari Sabtu diberikan materi olah raga, komputer dan Bahasa Inggris.
III.1.6 Siswa TK Lab. School
Siswa yang terdaftar pada tahun ajaran 2006/2007 sejumlah 48 anak,
terdiri dari :
− TK Kelas Nol Kecil yakni Kelas A sebanyak 17 anak
95
95
− TK Kelas Nol Besar, terdiri dari:
Kelas B-1 sebanyak 18 anak, dan Kelas B-2 sebanyak 13 anak.
Struktur kepengurusan TK Lab. School terdiri dari Kepala TK, Wakil
Kepala TK, jajaran staf guru, Tata Usaha, dan petugas lainnya, meskipun tidak
mutlak. Hal ini terlihat dari struktur kepengurusan sebelumnya Kepala TK dibantu
oleh seorang Wakil Kepala TK, namun pada struktur kepengurusan periode
selanjutnya Kepala TK tidak dibantu oleh seorang Wakil Kepala TK saja
melainkan oleh dua staf wakil, yakni Wakil Kepala TK I dan Wakil Kepala TK II.
Tabel III.4 Susunan Pengurus TK Lab. School Tahun Ajaran 2007/2008
No Nama L/P Jabatan Pendidikan Terakhir Kelas
Masa Aktif di TK Lab. School
1. Dra. Masitoh, M.Pd. P Kepala Sekolah S2 A, B-1, B-2 1998 – sekarang
2. Dra. Neni D. Meirawati P Guru S1 B-1 1984 – sekarang
3. Hj. Dede Suryati, BA P Guru Sumber Belajar Sarjana Muda B-2 1987 – sekarang
4. Hj. Rini Nugraha, A.Ma. P Guru D2 PGTK B-2 1991 – sekarang
5. Bentang Indriani, SE P Administrasi, Guru S1 B-1 2003 – sekarang
6. Magdalena Zahir, A.Ma. P Guru D2 PGTK A 2003 – sekarang
7. Siti Mariah, A.Ma. P Guru D2 PGTK B-2 2006 – sekarang
8. Nia Lestari, S.Pd. P Guru S1 B-1 2006 – sekarang
9. Dindin Ijudin, S.Pd. L Guru Seni Musik S1 A, B-1, B-2 2000 – sekarang
10. Rudi Sofyan L Guru Komputer S1 A, B-1, B-2 2006 – sekarang
11. Ahmad Suryana L Tata Usaha SD - 1970 – sekarang
12. Duleh Tirtaatmaja L Tata Usaha SD - 1987 – sekarang
13. Wiwit P Guru Magang D2 PGTK B-2 2007
14. N. Dewi P Guru Magang D2 PGTK B-2 2007
15. Ani P Guru Magang D2 PGTK B-1 2007
16. Rina P Guru Magang D2 PGTK A 2007
96
96
III.2 Profil TK Kuntum Cemerlang
III.2.1 Visi dan Misi
Sekolah Kuntum Cemerlang adalah sekolah formal berjenjang TK dan SD
berbasis kedekatan dengan alam yang "Variatif-lnspiratif", di mana anak diajak
belajar secara atraktif, kreatif dan inspiratif (terpadu) di semua bidang
pengembangan untuk menggali dan menumbuhkan potensi mereka secara utuh.
III.2.2 Konsep Pembelajaran dan Kurikulum
Sekolah Kuntum Cemerlang mengaplikasikan konsep pembelajaran
totalitas Kuntum Mekar. Konsep pembelajaran totalitas Kuntum Mekar
dikembangkan oleh M. Agus Moeliono pada 1989. Konsep Kuntum Mekar
berpusat pada proses pembelajaran totalitas yang menyentuh Intelligence Quotient
(IQ), Creative Quotient (CQ), Emotional Intelligence (El), Spiritual Intelligence
(SI), Adversity Quotient (AQ) dan Social Quotient (SQ), serta penyemaian
karakter positif melalui berbagai kegiatan anak yang atraktif. Konsep ini bergerak
di pengembangan pemaknaan baru tentang disiplin; menumbuhkan minat dan
kemampuan menjadi pengarang, ilmuwan, kreator, dan seniman cilik sesuai bakat
Gambar III.4 TK Kuntum Cemerlang
97
97
dan keunikan anak. Masing-masing dikembangkan dalam metode yang ditujukan
kepada anak dan juga guru serta partisipasi aktif orang tua.
Kurikulum yang digunakan TK ini dinamai Kurikulum Atraktif Terpadu
Kuntum Cemerlang yang didasari konsep pembelajaran totalitas Kuntum Mekar,
mengajak anak di Sekolah Kuntum Cemerlang untuk menemukan bakat,
keunikan, karakter serta ditantang untuk memekarkan dirinya. Dalam
keterpaduan, anak akan jatuh hati dan mencintai serta tertantang menjelajah
kekayaan Matematika, Sains dan Teknologi, Bahasa dan Sastra (Bilingual
Atraktif), Citra Kewarganegaraan (IPS), Proses Kreatif (Keterampilan dan
Kesenian), Pengembangan Jasmani, Computer is Fun dan Keindahan Agama (3
kali seminggu Pengetahuan Agama sesuai keimanan orang tua anak, 2 kali
seminggu Pengkayaan Pengalaman Keimanan dengan pembelajaran sikap toleran
dalam budi pekerti). Konsep Kuntum Mekar saat ini dipergunakan beberapa
sekolah di 18 kota di Indonesia sebagai konsep pendamping yang memperkaya
kurikulum asal masing-masing sekolah.
Tabel III.5 Kurikulum Sekolah Kuntum Cemerlang
"Kurikulum Nasional Atraktif Terpadu"
Kurikulum Nasional Kurikulum Nasional Atraktif Terpadu
Pelajaran Pendidikan Agama
Keindahan Agama − Pengetahuan (doa-doa, prosesi dan atribut
khusus Agama Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Hindu) sesuai keimanan anak (orang tua), dengan dibimbing oleh guru atau pemuka agama yang berkaitan.
− Pengkayaan pengalaman keimanan. − Pengalaman bekerjasama membangun
sikap toleran.
Pelajaran Pengetahuan Sosial, Kewarganegaraan dan Budi Pekerti
Citra Kewarganegaraan − Pengetahuan dan pengalaman keragaman
lintas budaya (apresiasi sejarah dan budaya)
− Penyemaian sikap kesatria, rasa tanggung jawab, rasa hormat, dan disiplin.
− Kami pejuang cilik − Kepekaan sosial − Pengetahuan sosial − Dinamika eksplorasi pengalaman hati
kepekaan sosial.
98
98
− Wisata kepekaan, karya bakti mungilku − Pembawa pemecahan masalah
Pelajaran Matematika
Matematika Atraktif − Skill dasar keterampilan matematika,
berhitung − Nalar dan logika berpikir matematis − Skill strategi pemecahan masalah − Matematika dan kehidupanku − Petualangan imajinatif dunia matematika − Soal matematik tematis berjenjang − Keterpaduan dengan sains, proses kreatif,
citra kewarganegaraan, kepekaan sosial, olah fisik, billingual atraktif
Pelajaran Sains
Sains dan Teknologi − Keterampilan ilmiah − Keterampilan rancang bangun − Keterpaduan dengan bidang
pengembangan lain − Kemampuan dan kemandirian mencari
pengetahuan
Pelajaran Keterampilan dan Kesenian
Proses Kreatif − Lateral thinking − Kreatif spontan − Kreatif reflektif − Kerja tim kreatif − “Ide Cemerlangku” − Hasta karya (craft) dan kewirausahaan − Proses kreatif dan kegiatan “Hati
Tangguh” (pengembangan karakter) − Bermain musik dari hati − Kreasi gerak dan lagu − Keterpaduan dengan bidang
pengembangan lain
Pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia
Bilingual Atraktif − Baik bahasa ibu maupun bahasa asing
dikembangkan dalam suasana yang menyenangkan.
− Kedua bahasa diposisikan, dihargai, dikembangkan secara seimbang baik secara verbal maupun non-verbal.
− Kedua bahasa dikembangkan pada waktu dan kesempatan serta peluang yang tepat, dalam suasana yang menyenangkan bagi anak.
− Untuk kegiatan meneliti dan mengamati, dipergunakan bahasa ibu sebagai jembatan kedalaman berpikir. Hasil
99
99
penelitian bisa disimpulkan dengan bahasa ibu kemudian dibuat sajak berulang dalam bahasa asing.
− Untuk kegiatan menggali kemampuan kreatif maupun saat berproses, anak dibebaskan berdialog dalam dua bahasa. Hasil gagasan diekspresikan dalam dua bahasa.
Pelajaran Pendidikan Jasmani
Pengembangan Jasmani − Kelenturan, kegesitan dengan tantangan
di alam dan di Ruang Busa. − Keterampilan cabang olahraga tertentu:
Sepak Bola Mini, Basket, Voli, Senam Ketangkasan, dll.
− Petualangan Air (Water Play), permainan di kolam renang dengan tantangan atraktif menempa karakter.
− Hati Tangguh; pengembangan karakter bertematik di alam atau di Ruang Busa.
Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
Computer is Fun − Komputer sebagai awal inspirasi dan
berbagi gagasan − fun with computer − Keterampilan dasar untuk berperan
sebagai Redaktur Cilik − Menumbuhkan kemampuan interaksi
antar komputer dan sumber lain − Tantangan dari program komputer untuk
berdinamika dalam kelompok, bereksplorasi, berempati, memecahkan masalah.
− Presentasi “Gagasan dan Pemikiranku”
Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang terdapat pada Kurikulum Nasional
diaplikasikan daam pelajaran Bilingual Atraktif. Sekolah ini memberikan
pelajaran dua bahasa karena bahasa ibu maupun bahasa asing dianggap sama
penting. Bahasa ibu di usia dini adalah jembatan pengembangan ketajaman
berpikir, kemampuan berpikir lateral, serta kemampuan berdialog dalam dengan
nurani dan Tuhan. Bahasa asing kemudian dikembangkan melengkapi ketajaman
berpikir, penuangan gagasan dan kepekaan anak dalam "Creative Smart Language
Experience" sehingga diharapkan anak pada usia SD kelas besar (kelas 4, 5 dan 6)
akan mulai fasih mempergunakan bahasa asing serta memiliki perkembangan
nalar dan karakter yang utuh dan padu (Holistic Thinking and Act on It).
100
100
III.2.3 Proses Evaluasi Anak
− Raport KBK standar pemerintah dengan beberapa perbaikan di bidang
penilaian afektif yang bersifat naratif
− Raport khas TK Kuntum Cemerlang
− Portofolio Karya Rupa, Hasil Penelitian, Gagasanku, dan Buku Tumbuh-
Kembangku
− Medali Penghargaan atau Pin Prestasi
− Pengukuran dan Observasi Proses, melalui :
− Pengamatan berkala aspek kreativitas, ketajaman berpikir, kepekaan, dan
karakter baik saat kerja kelompok maupun kerja individual.
− Ulangan Atraktif, meliputi :
1. 50% pengetahuan atau keterampilan dasar
2. 20% materi dari eksplorasi maupun studi pustaka anak
3. 20% materi kedalaman berpikir/gagasan
4. 10% materi tantangan atau pilihan minat anak
TK Kuntum Cemerlang menganggap proses belajar yang penuh antusias
serta kegembiraan sangat penting bagi anak dan akan tertanam lebih kuat di benak
anak jika disertai dengan disiplin tinggi. Penerapannya dilakukan melalui kegiatan
drilling dan Ulangan Atraktif. Kedua hal tersebut merupakan pemantapan belajar
anak dan menjadi program unggulan di Sekolah Kuntum Cemerlang, di mana
keterampilan dasar untuk bidang studi pokok dilatih dan dievaluasi secara atraktif
serta dipadu dengan Ulangan Simulasi Aktif llmiah, Strategic Thinking &
Problem Solving serta Kepekaan.
III.2.4 Fasilitas Penunjang di Lingkungan Sekolah
TK Kuntum Cemerlang berlokasi di Jl. Cipaku Indah XI No.2 Bandung,
dengan fasilitas penunjang berikut.
- Ruang kelas TK A (1 lokal) dan ruang kelas TK B (1 lokal), masing-masing
kelas berukuran 48 meter persegi.
- Ruang Komputer (1 lokal)
- Ruang Eksplorasi, dinamai “Ruang LEGO dan Sains” (1 lokal)
- Studio Seni Rupa dan Musik (1 lokal)
101
101
- Perpustakaan (1 lokal)
- Ruang Busa (Soft Room), dinamai “Ruang Hati Tangguh” (1 lokal)
- Ruang Makan (Gazeebo) 1 lokal
- Kolam Renang (Indoor Pool, Half Olympic Pool dan Wading Pool) 3 area
- Lapangan Basket (1 area)
- Lapangan Tenis (1 area)
- Lapangan Voli (1 area)
- Lapangan Mini Soccer (1 area)
- Atletik (1 area)
- Kebun Organik (Little Farm) 1 area
- Rumah Pohon (1 lokal)
- White Sand Pool (1 area)
- Ruang Administrasi (1 area)
- Ruang Guru (1 lokal)
- Ruang Kepala Sekolah (1 lokal)
- Toilet (2 lokasi)
- Dapur (1 lokal)
Gambar III.5 Fasilitas Penunjang di Lingkungan Sekolah TK Kuntum Cemerlang
102
102
Gambar III.6 Fasilitas Penunjang di Lingkungan Sekolah TK Kuntum Cemerlang
Desain bangunan Sekolah Kuntum Cemerlang dirancang dengan konsep
resort yang berintegrasi dengan kehijauan alam sekitar. Dengan menempatkan
seluruh fasilitas dan kelas sebagai Bangunan Kecil di antara Kehijauan Alam
maka berbagai aspek pembelajaran ideal diharapkan dapat terpenuhi dengan baik
di Sekolah Kuntum Cemerlang, yang diantaranya adalah :
- Rancangan ruang kelas yang fleksibel.
103
103
- Proses pembelajaran dapat terjadi di mana pun, di dalam kelas maupun di
udara terbuka merupakan area pembelajaran yang potensial.
- Pengolahan dimensi pembelajaran secara fisik, sosial, maupun emosional.
- Lingkungan hijau dengan kualitas udara yang baik.
- Cahaya alami yang melimpah.
- Lingkungan yang tenang, serta
- Jumlah siswa yang terbatas (Small School).
Yang diperoleh anak/orang tua dari uang tahunan :
- 1 set bahan seragam TK Kuntum Cemerlang
- 1 set bahan seragam olah raga (1 atasan dan 1 bawahan)
- 1 potong seragam Field Trip (Polo shirt)
- lembar dan buku kerja anak selama 1 tahun
- berbagai alat tulis/gambar anak untuk dipergunakan di sekolah
- berbagai kegiatan Field Trip
- acara khusus (Lebaran/Natal bersama)
- acara “Pagi Cemerlang”
- buletin “Jendela Hati”
III.2.5 Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Usia sekolah minimal berusia 4 tahun untuk jenjang TK A, dan jumlah
siswa masing-masing kelas (TK A dan TK B) terdiri dari maksimal 25 anak
dengan 2 orang pendidik.
- Jadwal Sekolah
Hari Sekolah : Senin – Jumat
Jam masuk TK A : Pukul 08.00 WIB
Jam masuk TK B : Pukul 07.30 WIB
Jam istirahat dan makan siang : Pukul 09.30 – 10.00 WIB
Jam pulang sekolah : Pukul 11.30 WIB
- Bahasa Pengantar
Bahasa Indonesia
- Intrakurikuler
Water Play : TK A dan TK B
104
104Gambar III.7 TK Bumi Limas
Computer Fun Club : TK A dan TK B
Olahraga Lapangan : TK A dan TK B
Drumband dan Pianika : TK A dan TK B
Bahasa Mandarin : TK B
- Ekstrakurikuler
TK A : Musik Perkusi, Drumband, Kuas Kecil
TK B : Kreator Cilik, Musik Pianika
Sekolah Kuntum Cemerlang mempelajari dan mengembangkan bakat
individual setiap anak sehingga mereka dapat mencapai prestasi yang optimal,
tidak hanya di ruang kelas, melainkan juga di lapangan olahraga, teater, tari atau
bahkan di bidang musik yang telah terbukti tidak hanya membebaskan jiwa anak,
namun juga membentuk karakter positif serta memupuk jiwa kepemimpinannya.
Sekolah Kuntum Cemerlang merupakan sekolah umum non denominasi yang
menghargai pertumbuhan iman setiap anak sebagai hal yang sama pentingnya
dengan pertumbuhan intelektual, emosi, fisik dan perkembangan sosialnya,
mendorong setiap anak untuk memiliki penilaian yang baik dan bertanggung
jawab, hormat dan saling toleran terhadap berbagai kepercayaan/agama lain.
III.3 Profil TK Bumi Limas
105
105
III.3.1 Visi dan Misi
Bumi Limas memiliki visi memasyarakatkan proses belajar kreatif dan
menjalankan misi berupa sosialisasi cara berpikir integral melalui metode yang
sesuai dengan cara belajar anak yaitu bermain, bercerita, olah rupa, olah tubuh
dan olah bunyi.
Tujuan kegiatan pendidikan Bumi Limas terhadap anak adalah membina
sosok manusia yang mampu menimbang keseimbangan antara jiwa dan raga, hati
dan akal, teori dan praktek serta kehidupan dunia dan akhirat. Dengan demikian
maka diharapkan anak akan memperoleh:
− rangsangan bagi pemahaman hubungan dengan sesama manusia dan dengan
Yang Maha Kuasa
− motivasi dalam membentuk karakter dan respon berpikir positif anak sedini
mungkin
− pengenalan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial-budaya, serta
kesenian secara khas menurut cara penerimaan anak
− tumbuhnya motivasi belajar anak
− dorongan bagi anak untuk mengamalkan ilmunya secara aplikatif bagi
kehidupan dunia dan akhirat
III.3.2 Konsep Pembelajaran dan Kurikulum
Konsep pembelajaran yang diselenggarakan di TK Bumi Limas pada
prinsipnya adalah pemberdayaan seluruh potensi yang dianugerahkan pada
manusia, yaitu: rasio-fisik-kreatif dan gerak-perasan-imajinasi yang digambarkan
secara sederhana sebagai limas citra manusia. Konsep dasar pendidikan integral
anak ini merupakan perpaduan konsep Toyama Hiraku (Jepang) dan Primadi
Tabrani (Indonesia) yang dikembangkan sejak 1970. Konsep ini diaplikasikan
dalam proses pembelajaran dengan mengacu pada kurikulum nasional yang
berlaku.
Bumi Limas membina kemampuan integral anak sesuai tahapan tumbuh-
kembangnya dengan memadukan permainan dan latihan daya gerak (movement),
imajinasi (imagination), dan rasa (sensibility) anak sehingga dapat tumbuh kreatif
dan memiliki kepercayaan diri yang baik. Aktifitas pengenalan ilmu pengetahuan,
106
106
teknologi, seni, serta landasan nilai moral, menggunakan metode lintas bidang dan
aplikatif melalui bercerita, olah rupa, olah tubuh dan olah bunyi, sehingga
semuanya tidak hanya sebagai teori saja tetapi dialami sendiri menjadi
pengalaman hidup.
Melalui kerja sama antara orang tua-anak, fasilitator-anak, dan orang tua-
fasilitator diharapkan dasar-dasar proses berpikir dan tumbuh-kembang anak
secara integral (Fisik-Rasio-Kreatif-Perasaan) dapat dialami oleh setiap anak
dengan optimal, gembira dan selalu terkenang sebagai dasar untuk langkah ke
jenjang pendidikan selanjutnya.
Gambar III.8 Edu-Triangle: Fasilitator – Anak – Orang tua
Program di Bumi Limas dibuat mengalir dalam sebuah alur cerita
petualangan per 3 bulan: petualangan keliling dunia, petualangan ke dunia khayal
dan petualangan ke luar angkasa. Sambil berpetualang mereka bermain sambil
belajar sehingga diharapkan terjadi proses pendidikan integral yang aplikatif
(fisik-kreatif-rasio, gerak-perasaan-imajinasi). Materi disampaikan melalui cerita
moral atau cerita lain sesuai tema petualangan sehingga kegiatan bermain sambil
belajar ini menjadi proses penghayatan melalui pengalaman yang berkesan bagi
anak.
Tabel III.6 Tema Petualangan TK A ( TK Bulan) Tahun Ajaran 2007-2008
Bulan Tema
Petualangan Tokoh Dekorasi Olah Rupa Materi
OF
A
107
107
Juli, Agustus
Mencari Kelelawar Putih
Tin-tin dan
Snowy
Hutan dan Goa
Gbr. Sinar X: Kelelawar di Goa
Binatang dan Tanaman Hutan : Bunga Bangkai dan Kelelawar
September, Oktober
Takdir Kampung Manteos I
Ojen dan
Ocin
Sawah, Rumah, Sungai.
Gbr. Rebahan : Peta Kampung
Aku dan Keluarga , Fungsi Air, Api, Tanah, Udara dan Bencanannya
November, Desember
Misi Penyelamatan Ruang Angkasa
Astro dan Mr.
Amstrong
Planet, Ruang Angkasa, Pesawat.
Gbr. Sinar X: Pesawat Ruang Angkasa
Alam Semesta : Bulan, Bintang, Matahari dan Planet.
Januari, Februari
Petualangan Dunia Serangga
Seured dan
Corang
Rumah Serangga
Gbr. Sinar X: Rumah Semut
Pengenalan Macam-macam Serangga
Maret, April
Petualangan Dunia Laut
Pangeran Kerang
dan Pangeran
Penyu
Laut, Ikan, Kerang, dll.
Gbr. Kecepatan : Ikan-ikan berkejaran
Mengenal Biota Laut : Kerang, Terumbu Karang, Penyu, dll.
Mei, Juni
Petualangan Negeri Dinosaurus I
Cepot dan Ulu-
ulu
Gunung Meletus, Dinosaurus
Gbr. Kecepatan : Dino berlari
Gejala Alam : Gunung Meletus, Gempa Tsunami, Badai Tornado, dll.
Tabel III.7 Tema Petualangan TK B (TK Bumi)
Tahun Ajaran 2007-2008 Bulan Tema
Petualangan Tokoh Dekorasi Olah Rupa Materi
Juli,
Agustus
Legenda Pulau Lausin
Neng Mala dan Kang Maja
Peta Pulau Lausin dan laut
Gbr. Rebahan : Peta Lausin
Pakaian dan Makanan , Pengenalan Daerah Pesisir Pantai
September,
Oktober
Petualangan Super O2
Super 02 dan Super Elmo
Darat, Laut dan Udara
Gbr. Dimensi Waktu : Terbang Pagi sd. Sore
Kebersihan, Kesehatan, Daratan dan Lautan
November, Desember
Petualangan Hutan Ajaib
Momote dan Prof.Brekele
Hutan, Tanaman
Gbr. Rebahan : Hutan
Tanaman, Pengenalan Hutan
108
108
Januari, Februari
Petualangan Naga Yu
Naga Yu dan Naga Air
Pulau Indonesia
Gbr. Rebahan : Peta Indonesia
Negaraku, Tarian dan Ciri Khas Daerah
Maret, April
Takdir Kampung Manteos II
Ojen dan Ocin
Peta Kota Manteos
Gbr. Rebahan : Peta Kota
Mengenal Daerah Pedesaan dan Perkotaan
Mei, Juni
Negeri Dinosaurus II
Dino dan Raja Hujan
Awan, Hujan, Petir
Gbr. Kecepatan : Dino Terbang
Gejala Alam : Awan, Hujan, Angin, Petir, dll.
Materi-materi yang terdapat dalam program pembelajaran di TK Bumi
Limas disusun dengan sistem pengulangan setiap 3 bulan sekali dengan
pengalaman dan peristiwa yang berbeda-beda sehingga tidak sama persis dengan
tujuan kurikulum TK. Perubahan materi belajar sangat memungkinkan terjadi
karena sehari sebelum kegiatan dilakukan cek dan revisi jadwal oleh para
fasilitator, disesuaikan dengan pencapaian anak. Sedangkan evaluasi program dan
konsolidasi dilakukan di hari terakhir kegiatan anak, yaitu setiap Hari Jumat.
Tabel III.8 Kegiatan Harian TK A (Bulan) dan TK B (Bumi)
Hari Kegiatan
Left Hand Day
Look It Up Habbit
Pinjam Buku Yang Disukai
Matemati Kreatif
Eksperimen Kreatif/Olah Rupa
Senin
Bugam Eksperimen Kreatif
Jalan-jalan di sekitar Bumi Limas
Gambar Kolaborasi/Olah Rupa 3 dan 2 Dimensi
Gerak dan Lagu
Selasa
Flash Card Buku Besar
Hari Ibadah ke Masjid
Cerita Moral : Al-Qur’an/Hadits/Nabi
Pengenalan Huruf Hijaiyah
Menabung
Pra Matematika Kreatif
Rabu
Menggambar Komik
109
109
English Day
Hari Alam
Hari Kompetisi / Alang Rintang
Menggambar Komik (Lanjutan)
Kamis
Pengenalan Huruf dan Baca
Komputer
Pra Matematika Kreatif
Riview Buku Besar
Olah Bunyi
Jumat
Olah Rupa (Lanjutan)
Kegiatan Left Hand Day: kegiatan yang mengaktifkan gerakan tangan kiri
dalam berbagai kegiatan seperti menggambar bentuk lingkaran dengan kedua
tangan yang bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi otak kanan, diantaranya :
1. melemparkan bola dengan menggunakan tangan kiri, dengan sasaran :
- merobohkan balok
- melempar ke objek tertentu
- menggelindingkan bola
2. Corat-coret menggunakan kedua tangan sekaligus dan bergantian membuat
Garis (vertikal, horizontal, diagonal, lengkung, lurus, biku-biku, dll.) atau
membuat Bangun (lingkaran, segitiga, kerucut, dll.)
3. Mengangkat Beban
4. Menarik Beban
5. Mendorong Beban
6. Senam Irama dengan memegang kertas krep
7. Bermain Tali Spintrong
Tabel III.9 Kegiatan Bulanan TK A (Bulan) dan TK B (Bumi)
Kegiatan Keterangan
Setiap Bulan
Masak Minggu ke-1
Main Air (Berenang, Kolam Mini, Bedah Balong) Minggu ke-2, Rolling
Syukuran Ulang Tahun Minggu ke-4 atau ke-5
110
110
Out Door Activity Minggu ke-1
3 Bulan Sekali
Field Trip
6 Bulan Sekali
Hari Dokter Umum dan Dokter Gigi Rolling
Pertunjukan Kecil Setiap Akhir Semester
Hari Amal (kunjungan ke Panti Asuhan) Kondisional
Parenting Akhir Semester
Pembagian Laporan Evaluasi Anak Akhir Semester
Pecah Celengan Akhir Semester
Luna Setiati 1(2005) memaparkan bahwa program dijalankan dengan
paduan permainan dan Iatihan daya gerak, imajinasi dan sensibilitas anak. Joyfull
of learning (kenikmatan dalam menjalani proses belajar) akan terbentuk dengan
mengutamakan aspek fun (menyenangkan) dan kreatif sehingga motivasi
pendalaman materi itu akan muncul dengan sendirinya. Hal itu dilakukan dengan
tiga metode utama yang dianggap efektif yakni olah bunyi, olah gerak dan olah
rupa.
III.3.2.1 Metode Pendidikan Integral Anak di Bumi Limas
Bumi Limas menggunakan metode olah bunyi, olah gerak dan olah rupa
sebagai alat, wahana, yang tujuannya bukan hasil atau prestasi tetapi pendidikan
manusia seutuhnya. Bahwa kemudian muncul prestasi dan hasil yang bermutu, itu
merupakan nilai tambah, bukan tujuan, setidaknya untuk masa anak-anak.
Keberbakatan (giftedness) merupakan perpaduan antara kemampuan
umum atau kecerdasan (intelligence), kreativita (kemampuan berpikir kreatif dan
sikap kreatif, dan pengikatan diri terhadap tugas (task commitment) atau motivasi
internal. Stimulasi kemampuan dasar tersebut dibutuhkan untuk merangsang
respons berpikir positif anak, yaitu respon berpikir Correctness-Fitness-
Goodness. Correctness adalah sebuah keputusan yang diambil oleh anak dengan
lebih banyak pertimbangan berpikir logika sedangkan Fitness adalah sebuah
keputusan yang diambil oleh anak dengan lebih banyak berpikir menggunakan
1 Konsultan Creative Learning Bumi Limas, pada sesi pelatihan fasilitator 2005.
111
111
raganya dan Goodness adalah kemampuan kreatif. Oleh sebab itu kegiatan
senirupa hampir selalu ada pada semua lembaga kegiatan anak. Kegiatan senirupa
anak secara informal terbuka bagi semua anak, bukan hanya bagi yang berbakat.
Eksprimen, ekspresi, kreasi melebur dalam permainan olah rupa, olah tubuh dan
olah bunyi. Kegiatan tersebut adalah proses kreasi. Bagaimana anak merespons
media yang ada untuk mengemukakan pikirannya, media untuk bereksprerimen
dan mengelaborasi ide-ide mereka. Proses kreasi tersebut merupakan metode yang
sangat memungkinkan untuk menstimulasi kreatifitas dan imajinasi anak.
Kegiatan itu bagi anak merupakan totalitas proses kreasi keunikan anak dalam
merefleksikan kembali baik pengalaman imajiner maupun pengalaman fisik
sebagai penghayatan terhadap tumbuh-kembangnya sendiri. Proses berpikir dan
belajar ini mereka peroleh dengan menggabungkan seluruh kemampuan dasar
yang memang sudah mereka miliki yaitu fisik-kreatif-rasio dan perasaan-gerak-
imajinasi.
Dalam stimulasi kreatifitas, diperlukan metode yang memungkinkan anak
menggunakan seluruh kemampuan berpikir mereka (fisik, rasio, kreatif, dll.)
untuk menghasilkan ragam alternatif solusi masalah menjadi sesuatu yang baru.
Aktivitas ini palig mudah dilakukan dalam kegiatan kesenian (olah rupa, olah
tubuh, olah bunyi).
Jadi metode aktivitas pendidikan integral di Bumi Limas adalah lintas
bidang dan aplikatif melalui bermain, olah tubuh, olah rupa dan olah bunyi,
sehingga pengenalan ilmu pengetahuan, teknologi, seni serta landasan nilai moral
tidak terpisahkan dan menjadi pengalaman hidup bagi anak.
III.3.2.2 Perintisan TK Bumi Limas
Bumi Limas berdiri pada 1997 dan merupakan salah satu dari sejumlah
play group yang tersebar di Bandung. Pada awal perintisannya, play group ini
memadukan konsep Toyama Hiraku dan Primadi Tabrani sebagai konsep dasar
dan hingga kini lebih dikenal sebagai lembaga pendidikan integral anak dengan
menerapkan teori limas citra manusia.
Aktifitas yang dijalankan adalah penelitian dan pengembangan program
edu-play yang berbasis konsep dan metode belajar terintegrasi untuk anak dan
112
112
sejak 1999 mulai mengkomunikasikannya pada orang tua, pendidik, dan
masyarakat umum melalui parenting, seminar dan penyelenggaran acara kegiatan
anak usia prasekolah sampai dengan SD.
III.3.3 Proses Evaluasi Anak
Tingkat pencapaian perkembangan anak dievalusi melalui pengamatan
terhadap sikap dan tingkah laku anak dalam kesehariannya di sekolah secara
berkesinambungan, dan terhadap performa anak saat unjuk kerja dalam olah rupa,
olah tubuh, dan olah bunyi, yang dikomunikasikan setiap hari oleh para fasilitator
terhadap orang tua dalam bentuk Buku Komunikasi. Proses evalusi lain diperoleh
dari penugasan berupa projek yang dikerjakan anak dalam waktu relatif lama,
serta dari hasil karya anak setelah melakukan kegiatan olah rupa-tubuh-bunyi
yang dikumpulkan dalam bentuk portofolio. Portofolio ini dapat dikonsultasikan
orang tua terhadap ahli psikologi anak yang disediakan oleh sekolah pada
kegiatan Parenting.
Evaluasi tumbuh-kembang anak dibuat oleh Bumi Limas berdasarkan
rusuk Limas Citra Manusia dengan beberapa kemampuan dasar anak yang
mendukungnya. Keterampilan dan kemampuan ini disampaikan dengan metode
bermain, olah tubuh, olah belajar dan olah rupa yang disesuaikan dengan tingkat
kemampuan anak.
Kemampuan anak yang dievaluasi setiap 6 bulan adalah :
1. Spirituality intuition (dalam praktek ibadah keseharian)
2. Corectness (proses berpikir logika pra matematika, komputer, eksperimen
kreatif, bahasa rupa dan kata, pra baca tulis kreatif)
3. Goodness (Proses berpikir kreatif (olah bunyi, olah rupa)
4. Fitness (motorik kasar dan halus: permainan tangan, olah tubuh)
5. Sosialisasi (moral, emosi)
6. Kemandirian
Kemampuan yang mendukung adalah :
1. Keterampilan Visual
2. Keterampilan Mendengarkan
3. Keterampilan Berbahasa (rupa/tulisan/lisan)
113
113
4. Keterampilan Matematika
5. Keterampilan Manipulasi
6. Kemandirian dan Perkembangan Emosi
7. Konsep Posisi dan Arah
8. Konsep Warna
9. Konsep Tekstur
10. Konsep Waktu
III.3.4 Fasilitas Penunjang di Lingkungan Sekolah
Bumi Limas Center terletak di Jl. Terusan Sangkuriang No.72 Cisitu Dago
Bandung, dan Bumi Limas Alebene berada di kawasan supermarket Giant
Sukajadi Atas. Bumi Limas Alebene terdiri dari 1 area administrasi, 1 area tempat
penyimpanan barang, 1 lokal kelas berdinding cermin, area tunggu, bersebelahan
dengan area main Jungle Gym dan area baca Alebene. Bumi Limas Center
memiliki fasilitas penunjang berupa bangunan dua lantai yang meliputi:
III.3.4.1 Arena Luar
Dengan akses pintu samping yang hanya dibuka pada saat menunggu
anak-anak datang dan ditutup pada saat kegiatan rutin mulai berjalan. Arena ini
digunakan pada saat bermain bebas atau proyek kegiatan tertentu yang sudah
direncanakan dengan media alat-alat musik tradisional: kendang, angklung,
permainan tradisional: sondah, congklak, dan juga media kreatif lainnya.
Di area ini terdapat :
1. kolam (1 area)
2. ruang terbuka sebagai panggung arena untuk pentas kecil dan mendongeng (1
area)
3. rumah kayu beratap rumbia sebagai mushola (1 lokal)
4. rumah kayu dan pasir pantai (1 area)
5. dinding bercerita
6. dinding coreng moreng
7. Area ular tangga (untuk kegiatan olah rupa dan olah bunyi)
8. Tempat berwudhu dan cuci tangan – kaki
114
114
Gambar III.9 Arena Luar di TK Bumi Limas
III.3.4.2 Arena Dalam
a. Kelas
Terdapat di lantai atas dan bawah. Di masing-masing ruang kelas terdapat
permainan pura-pura, peralatan bermain dan belajar, loker tas anak dan loker hasil
kerja anak, white board, meja dan kursi, dilengkapi dengan perangkat komputer
dan program-program edutainment yang dapat digunakan oleh anak di bawah
bimbingan fasilitator.
Gambar III.10 Arena Dalam di TK Bumi Limas
115
115
Gambar III.11 Arena Dalam di TK Bumi Limas
b. Panggung Prosenium (1 lokal)
Pada kegiatan sehari-hari digunakan
sebagai salah satu ruang kelas. Ruang ini
dilengkapi dengan desain pintu yang dapat dilipat
sehingga terbuka dan terhubung dengan ruangan
lain, yang setiap 3 bulan sekali digunakan oleh
anak-anak sebagai panggung pertunjukan kecil
sesuai tema bulan itu untuk berekspresi dan
memamerkan karya.
c. Perpustakaan (1 area)
Berupa koleksi buku-buku cerita
tradisional dari Barat atau Timur, baik yang
berbahasa Inggris maupun Indonesia.
Perpustakaan ini dilengkapi karpet huruf dan
permainan wayang (wayang golek, topeng wayang
wong, wayang beber).
d. Ruang Olah Tubuh (gym) 1 lokal
Selain rumah pohon dan area luar, secara berkala anak-anak melakukan
kegiatan di dalam ruangan berlantai busa dengan berbagai bentuk bantal busa/
papan yang dapat dibentuk dan dipakai berolah tubuh sesuai tema saat itu.
116
116
e. Ruang Makan (1 lokal) dilengkapi Wastafel (3 buah) untuk belajar cuci tangan
dan gosok gigi.
f. Dapur (1 lokal)
g. Area Komputer di lantai atas (1 area)
h. Aula di lantai atas (1 area)
i. Ruang Kantor (1 lokal)
j. Litbang (1 lokal)
k. Toilet berada di lantai bawah (2 lokal,masing-masing dengan desain hutan dan
laut) dan di lantai atas (1 lokal)
Perlengkapan tambahan
a. Setiap orang tua mendapatkan satu buah kartu bayaran dan satu buah buku
komunikasi
b. Setiap anak memperoleh bonus tas berbordir nama masing-masing, 1 set kaos
seragam. Khusus Kelompok Limas mendapatkan buku dan abakus.
c. Perlengkapan makan, minum dan alat gosok gigi
Orang tua tidak perlu membekali anak-anak dengan makanan ringan
atau makanan berat karena sudah disediakan di Bumi Limas dengan harapan
anak-anak mau belajar makan bersama menggunakan piring, gelas, sendok
dan garpu. Menu yang diberikan adalah makan siang yang ringan seperti nasi
dengan sup atau kentang goreng dan telur acak, atau lontong isi ayam dan
buah pencuci mulut. Sebelum dan sesudah makan mereka dibiasakan untuk
mencuci tangan. Sesudah makan, mereka menggosok gigi dengan sikat dan
117
117
pasta gigi lalu disimpan di gelas bergagang plastik yang tersedia di loker
masing-masing.
d. Perlengkapan Hari Amal
Tiap anak memperoleh celengan agar seminggu sekali setiap Hari Selasa
mereka belajar menabung dari uang yang diberikan oleh orang tua mereka, dan
setelah 3 bulan celengan itu dibuka. Mereka diberikan pilihan untuk membagi:
- Berapa yang akan ia gunakan untuk membeli sesuatu sesuai keinginannya,
hasilnya akan dikantongi anak dan jumlahnya dituliskan di Buku Komunikasi.
- Berapa yang ia sisihkan untuk anak yatim piatu. Hasilnya akan diberikan
langsung kepada anak-anak yatim piatu yang diundang ke Bumi Limas atau
berkunjung langsung ke panti asuhan pada hari amal setiap 3 bulan sekali
bersamaan dengan penyerahan baju, sepatu kekecilan, mainan atau buku bekas
yang masih layak pakai.
- Berapa yang ia sisihkan untuk ditabung kembali 3 bulan ke depan, hasilnya
akan ditabung kembali di celengan.
d. Perlengkapan Olah Rupa, Olah Tubuh dan Olah Bunyi
Seluruh perlengkapan untuk kegiatan olah rupa, olah tubuh dan olah bunyi
sudah dipersiapkan sekolah untuk digunakan oleh anak-anak, kecuali bila ada
proyek dengan tema tertentu yang memerlukan sumbangan barang-barang bekas
dari para orang tua yang diumumkan melalui Buku Komunikasi.
e. Perlengkapan anak yang disiapkan oleh orang tua
1. Perlengkapan sholat (khusus muslim), boleh disimpan di loker masing-
masing anak.
- Mukena (anak perempuan)
- Kain Sarung (anak laki-laki)
2. Perlengkapan Renang yang dibawa pada saat kegiatan berenang saja
seperti baju renang, handuk, bedak bayi, dll.
3. Persiapan Hari Amal: dibawa seminggu sekali dan tiga bulan sekali
- Uang receh Rp.100 atau Rp.500 dibawa seminggu sekali setiap Hari
Selasa.
118
118
- Baju, sepatu, atau sandal yang sudah kekecilan dan buku atau mainan
yang masih layak pakai untuk disumbangkan setiap 3 bulan sekali,
yang akan diingatkan melalui Buku Komunikasi.
4. Perlengkapan sehari-hari yang disimpan di sekolah
- Sandal Jepit
5. Perlengkapan harian yang dibawa setiap hari
- Pakaian ganti (celana dalam, singlet, bawahan dan atasan)
- Kantong plastik
6. Persiapan sebelum pergi ke sekolah: anak dipastikan telah sarapan di
rumah masing-masing sebelum beraktivitas di Bumi Limas. Agar anak
dapat bergerak nyaman dan leluasa, mereka dianjurkan pihak sekolah
untuk memakai celana panjang dan memakai sepatu yang mudah dilepas
dan dipasang kembali seperti sepatu sandal atau sepatu kets prepet.
f. Pelayanan untuk keperluan anak dan orang tua
- Pelayanan Psikologis dan Evaluasi Tumbuh Kembang Anak (per 6 bulan)
Psikolog di Bumi Limas bertugas memantau pola tumbuh kembang anak
dan memberikan masukan bagi para fasilitator dalam menyesuaikan diri dengan
situasi belajar atau masalah psikologis lainnya. Setiap orang tua mendapatkan
evaluasi tumbuh kembang anak setiap 6 bulan sekali yang diberikan oleh
psikolog dan fasilitator, yang disampaikan dalam bentuk dialog dan buku evaluasi
tertulis. Bila orang tua merasa perlu berdiskusi masalah tumbuh kembang anak di
luar waktu tersebut, mereka dapat menghubungi psikolog terkait pada hari kerja
Senin-Jumat, dengan perjanjian terlebih dahulu.
- Surat Tema Bulanan
Setiap bulan Bumi Limas mengeluarkan surat berisi tema kegiatan anak-
anak agar orang tua dapat menjadi partner dalam menerapkan kebiasaan-
kebiasaan positif dan pembinaan kemampuan anak yang diterapkan pada bulan
itu.
- Buku Komunikasi (harian)
Buku ini dibawa oleh anak setiap hari dan ditempeli stiker yang dipilih
anak sebagai bukti atas kehadirannya, serta diisi oleh fasilitator mengenai
aktivitas anak pada hari itu sekaligus menuliskan keperluan yang harus disiapkan
119
119
di hari berikutnya atau hal-hal penting lain, agar bisa dibawa pulang anak pada
akhir jam sekolah. Setelah dibaca dan diisi oleh orang tua di rumah sebagai
tanggapan atas laporan harian tersebut, mereka mencantumkan tanda tangan di
kolom yang tersedia.
- Pelayanan Kesehatan Umum dan Pertumbuhan Gigi (per 6 bulan)
Setiap 6 bulan sekali anak-anak mendapat tamu dokter umum dan dokter
gigi untuk memantau kesehatan tubuh dan gigi anak, sekaligus memberikan
pengalaman positif terhadap dokter dan kesehatan.
- Perayaan Ulang Tahun (bulanan)
Setiap sebulan sekali di akhir minggu, di Bumi Limas diadakan perayaan
ulang tahun anak atau fasilitator. Mereka dihibur dan diberi ucapan selamat dari
teman-temannya. Para orang tua yang anaknya berulang tahun di bulan itu boleh
menyumbang makanan atau minuman dengan konfirmasi terlebih dahulu sehingga
tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Gambar. TK Bumi Limas
l. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
- Alokasi Waktu TK Bumi Limas :
TK A Bulan
Senin – Kamis : Pukul 09.00 – 12.00 WIB
Jumat : Pukul 09.00 – 11.30 WIB
TK B Bumi
Senin – Kamis : Pukul 08.00 – 11.00 WIB
Jumat : Pukul 08.00 – 10.30 WIB
Kegiatan di Bumi Limas Center : Senin, Selasa, Kamis, dan Jumat
120
120
Kegiatan di Bumi Limas Alebene : Rabu
- Bahasa Pengantar
Bahasa Indonesia
- KBM seminggu sekali :
a. Bahasa Inggris dan komputer
b. Menyiram tanaman dan memberi makan Kelinci
c. Menabung di celengan
d. Jalan-jalan di sekitar Bumi Limas
d.1. Muslim: Kegiatan belajar sholat, doa dan dongeng hadits ke Masjid
Al-Hidayah, ditempuh dengan berjalan kaki 2 menit.
d.2. Non Muslim: cerita moral di Bumi Limas
- KBM sebulan sekali :
a. Berenang, main air atau bedah balong setiap Minggu ke-3
b. Full outdor activity di taman-taman sekitar Bandung Utara
c. Memasak setiap Minggu ke-1
d. Acara ulang tahun setiap Minggu ke-4
- KBM 3 dan 6 bulan sekali, jadwal disesuaikan dengan libur sekolah dan
dikonfirmasikan ke para orang tua melalui Buku Komunikasi :
a. Hari Dokter: 6 bulan sekali
b. Pembagian Laporan Evaluasi Anak (LEA) dan Parent Interview: 6 bulan
sekali
c. Field Trip ke tempat yang disesuaikan dengan tema kegiatan: 3 bulan
sekali
d. Pertunjukan Kecil sesuai tema besar bulan itu, dimana anak berekspresi
dan memamerkan karya mereka: 3 bulan sekali
e. Hari Amal: buka celengan bersama, mengumpulkan baju, sepatu, sandal,
mainan, dan buku bekas layak pakai untuk disumbangkan, berkunjung ke
Rumah Yatim Piatu: 3 bulan sekali
120
III.4 Desain Alat Manual Penunjang Metode Bercerita
III.4.1 Desain Alat Manual Penunjang Metode Bercerita di TK Lab School
Dari pengamatan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran mulai hari
Senin sampai dengan hari Sabtu, tidak semua materi disampaikan para pendidik
TK Lab School dengan metode Bercerita. Pengembangan kemampuan dasar anak
(bahasa, kognitif, fisik-motorik, seni) meliputi hampir semua metode yang
disarankan (bermain, karyawisata, bercakap-cakap, bercerita, demonstrasi,
pemberian tugas, proyek), namun dalam mengasah kemampuan bahasa anak,
frekuensi pemakaian metode bercakap-cakap dan tanya jawab lebih tinggi
dibandingkan metode lainnya.
Pada rutinitas harian meliputi :
- Pembukaan : 08.00 – 08.15 WIB.
Berbaris, berdoa belajar, doa untuk orang tua, menyanyi (disesuaikan dengan
tema), salam dan sapa.
- Materi Inti (sesuai tema) : 08.15 – 09.30 WIB.
- Istirahat/bermain dan makan : 09.30 – 10.20 WIB.
- Penutup (doa dan evaluasi) : 10.20 – 10.30 WIB.
format kegiatan berlangsung sama, kecuali pada bagian Materi Inti. Hari Kamis
dan Sabtu khusus untuk kegiatan ekstrakurikuler. Materi Inti hari Kamis adalah
musik, seperti bernyanyi diiringi musik, memainkan alat musik, dan menari.
Materi Inti hari Sabtu adalah olah raga, komputer dan bahasa Inggris. Pada Hari
Kamis dan Sabtu, metode bercerita tidak dipraktikan, demikian pula Hari Jumat,
pendidik tidak menggunakan metode Bercerita dengan pertimbangan pada hari ini
aktivitas pembelajaran berlangsung lebih singkat yakni 1,5 jam dimulai pukul
08.00 sampai dengan pukul 09.30 WIB (hari-hari lain berdurasi 2,5 jam sejak
pukul 08.00 hingga 10.30). Dengan begitu yang memungkinkan untuk
menyampaikan materi inti melalui metode bercerita adalah pada Hari Senin,
Selasa dan Rabu. Namun demikian, pendidik di sekolah ini hanya memanfaatkan
Hari Selasa untuk memberdayakan metode ini.
Di sekolah ini istilah ‘bermain’ sering dipakai pendidik untuk
mengisyaratkan jam istirahat. Panggilan untuk para pendidik adalah ‘Ibu Guru’
dan ‘Bapak Guru’. Anak-anak setiap harinya mengenakan pakaian seragam, baik
121
Gambar III.12 Kit Pakaian Adat Nusantara
seragam harian TK, pramuka, maupun olah raga. Sementara para pendidik
mengenakan pakaian formal. Sehingga nuansa sekolah formal sangat terasa di
sekolah ini.
Alat penunjang metode Bercerita yang dipergunakan di TK Lab School
untuk mengembangkan kemampuan dasar bahasa anak, antara lain :
a. Kit Pakaian Adat Nusantara
Pengenalan pada keragaman budaya bangsa tidak hanya diberikan pada
saat kenaikan kelas atau hari-hari besar seperti Hari Kemerdekaan, Hari Kartini,
Hari Ibu, dll., dengan menjadikannya sebagai momen berbusana daerah bagi anak,
namun dapat pula dilakukan dengan
menggunakan media bantu lain semisal kit
Pakaian Adat Nusantara. Perangkat yang
mengilustrasikan pakaian adat nusantara
ini dibuat untuk tujuan yang sama dan
mengacu pada kurikulum nasional, dan
tersedia di pasaran sehingga pihak sekolah
dapat memperolehnya dalam bentuk jadi.
Masing-masing kelas (kelas TK A, TK B-1, dan TK B-2) dilengkapi dengan
perangkat ini.
Kit pakaian adat nusantara ini terbuat dari bahan triplek yang digambari
dengan media cat kayu. Karakter gambarnya realistis dan secara anatomis cukup
representatif bagi anak-anak TK. Kesan realistis ini diperkuat oleh sifat cat yang
warnanya kurang cerah. Desain perangkat ini dibuat menyerupai benda pajangan
dua dimensi yang hanya bisa dilihat dari satu sisi (tampak depan saja). Dengan
ukuran sehasta anak usia TK, perangkat ini memadai untuk metode cerita
partisipatif baik dari jarak pandang maupun daya genggam anak. Cenderung
kurang aman bagi anak karena sepanjang pinggiran bahan tripleknya tidak
diperhalus, diampelas, atau ditutupi cat, sehingga bisa melukai kulit tangan, serta
kurang baik dari segi kesehatan karena tidak menggunakan cat non-toksin.
Perangkat ini memungkinkan dimanfaatkan dalam metode
mendongeng/bercerita, tanya jawab, permainan, dengan indikator keberhasilan di
ranah sosial, bahasa, dan atau kognitif. Namun sementara kelas memakainya
122
Gambar III.13 Penampang Bank Huruf
dengan metode bercerita bersifat naratif dan bergaya klasikal atau informasi satu
arah dengan tujuan untuk menanamkan pengetahuan pada anak mengenai ragam
pola busana daerah. Sesi ini diakhiri dengan pemberian tugas menanyai orang tua
masing-masing busana daerah apa yang akan mereka pakai pada waktu kenaikan
kelas nanti. Pada jam berikutnya beralih ke materi inti lain yakni melatih motorik
halus anak berupa kegiatan meronce manik-manik. Aktivitas berlangsung mandiri
tanpa ada kaitan dengan materi sebelumnya. Bagi anak, perubahan situasi
tersebut tidak menjadi masalah karena perhatian mereka mudah sekali untuk
beralih ke hal lain. Karena sifat anak itulah maka guru berkepentingan untuk
mengulang-ulang materi selagi bisa agar tetap menjadi fokus perhatian anak. Daya
tangkap anak mengenai busana daerah hanya berdasarkan kit pakaian adat
nusantara di atas tanpa ada penguatan materi yang sama dalam kegiatan melatih
motorik halus, padahal jika mau, meronce dapat dikaitkan dengan materi
sebelumnya semisal meronce manik-manik sebagai aksesoris busana daerah.
Dengan demikian, materi-materi yang diberikan tidak berdiri sendiri/masing-
masing, tetapi saling terkait sehingga membantu anak untuk mengingatnya.
Alternatif kit pakaian adat nusantara untuk digunakan dalam metode
cerita/dongeng adalah sejenis boneka Barbie dengan karakter Indonesia yang
dilengkapi baju bongkar-pasang berpola ragam busana daerah. Jika belum ada di
pasaran atau biayanya cukup tinggi, dapat digunakan boneka biasa yang aneka
baju tradisionalnya dibuat sendiri oleh Guru Sumber Belajar. Dengan demikian,
interaksi pembelajaran akan lebih ramai dan menghidupkan imajinasi anak.
b. Bank Huruf
Alat peraga ini dinamai Bank Huruf
yang dapat disampaikan melalui metode
demonstrasi, bercerita, tanya-jawab, dan
tugas, yang digunakan untuk menambah dan
memperlancar perbendaharaan kata anak.
Bank Huruf terdiri dari 26 jenis huruf
dari A sampai dengan Z. Huruf-huruf tersebut
dibuat dari bahan papan triplek berbentuk
123
Gambar III.14 Kotak Bank Huruf
Gambar III.16 Permainan Bank Huruf
Gambar III.15 Binatang Mainan
persegi dengan warna tulisan hitam berlatar putih.
Di bagian belakang huruf diberi felcro putih untuk
menempelkannya ke papan penampang berbahan
karpet warna biru yang disebut blueboard.
Masing-masing huruf tersedia dalam 2
pilihan yaitu huruf kapital dan huruf kecil (Aa sd.
Zz) yang disimpan di kotak huruf. Di dalam setiap
kotak yang telah diberi label, disediakan 10 buah
huruf yang sama. Di samping penampang Bank
Huruf, disertakan pula sejumlah binatang mainan
yang terbuat dari bahan plastik maupun karet,
untuk melengkapi permainan kata menggunakan
Bank Huruf.
Perangkat ini tidak dibuat oleh Guru
Sumber Belajar tetapi sudah dalam bentuk jadi.
Metode bercerita yang digunakan sebagai
pengantar dalam menambah kosa kata anak cukup
berhasil sehingga saat anak dipandu untuk
menyusun ejaan kata sesuai tokoh cerita, mereka
dapat melakukannya tanpa kesulitan.
Tinggi dan lebar papan penampang telah
disesuaikan dengan postur anak TK, demikian
pula ukuran kotak masing-masing huruf sehingga
anak tidak kesulitan mengambilnya. Warna huruf
dan papan penampang cukup kontras sehingga
susunan huruf mudah terbaca. Tingkat
keterbacaan yang tinggi ini didukung oleh
pemilihan jenis huruf yang dipakai dan jarak
pandang yang cukup dekat. Kelemahannya adalah terbatasnya media penyerta
yang dapat dijadikan karakter tokoh dalam kegiatan mendongeng. Padahal Bank
Huruf dapat diberdayakan untuk mengeja semua kata yang ada. Sebetulnya
penokohan ini tidak harus mainan binatang saja tetapi bersifat terbuka untuk alat
124
Gambar III.17 Boneka Jari
Gambar III.18 Karakter Tokoh Boneka Jari
pendukung lain yang sudah ada. Pendidik tidak perlu ragu memberdayakan sarana
dukung yang tersedia secara bersilang dan saling terkait sehingga daya ingat anak
pun malah terbantu dengan adanya sistem pengulangan ini.
c. Boneka Jari
Alat peraga manual ini disebut Boneka Jari yang
terbuat dari sarung tangan wol hitam. Pada
setiap bagian ujung jarinya diberi felcro putih
yang berfungsi untuk menempelkan boneka
berbahan flanel yang bagian belakangnya
telah diberi felcro putih pula.
Boneka tempel dibuat aneka warna
dan aneka bentuk sesuai tema yang diberikan.
Gambar di samping ini memperlihatkan boneka
Seri Buah-buahan dengan karakter tokoh utama
yang dipilih untuk memperkenalkan nama buah-
buahan adalah binatang Katak.
Boneka Jari ini tidak diperoleh dalam
bentuk jadi, melainkan dibuat oleh satu orang guru
yang secara tidak langsung diserahi tugas membuat
hal-hal berkenaan dengan keterampilan tangan
yakni staf guru yang menjabat sebagai Guru
Sumber Belajar.
Boneka jari ini dimanfaatkan pendidik
terkait guna mendukung metode bercerita
dengan indikator keberhasilan bahasa,
kognitif, dan afektif. Selama aktivitas belajar,
anak-anak terlihat antusias dengan boneka jari ini sehingga materi dapat
tersampaikan dengan baik.
Boneka jari ini mempunyai kelebihan berupa sistem tempel sehingga
dengan satu sarung tangan saja, guru dapat menampilkan lima karakter tokoh
sekaligus dan dapat digantikan dengan karakter lain sebanyak mungkin. Apalagi
125
Gambar III.19 Boneka Tangan
setiap guru mendapatkan sepasang sarung tangan sehingga karakter tokoh yang
bisa ditampilkan menjadi dua kali lipat banyaknya. Dengan kelebihan ini, boneka
jari sesuai untuk membantu memperluas perbendaharaan bahasa anak.
Kekurangan pada boneka jari ini adalah ukuran boneka tempel relatif kecil
sehingga guru harus terus berupaya berada pada jarak pandang dekat agar anak-
anak tetap berfokus pada penokohan yang ia bawakan. Bentuk dan bahan sarung
tangan membuat anak kesulitan memasukkan tangannya ke sarung tangan boneka
jari ini. Selain itu, ukuran sarung tangan untuk orang dewasa sehingga tidak pas di
tangan anak. Kondisi demikian menciptakan suasana bercerita satu arah, dimana
perhatian terpusat pada guru yang memperagakan boneka jari ini.
d. Boneka Tangan
Alat peraga manual ini disebut Boneka Tangan dan properti ini tidak
diperoleh sekolah dalam bentuk jadi melainkan dibuat sendiri oleh staf guru
Sumber Belajar. Keseluruhan bagian boneka ini
dibuat dari bahan flanel, bagian kepala atas untuk
empat jari, dan bagian mulut bawah untuk ibu jari
sehingga dapat digerakkan seolah-olah sedang
berbicara dan dengan mengatupkan tangan, boneka
ini dapat menggigit suatu benda. Guru Sumber
Belajar membuat empat buah boneka yang sama
persis sehingga masing-masing kelas bisa
memainkan boneka sejenis dalam waktu bersamaan.
Panjang badan boneka tangan ini tidak melebihi sikut orang dewasa,
namun ukuran sehasta untuk tampilan sebuah boneka sangat cocok untuk
diperagakan di kelas TK ini mengingat metode bercerita dibawakan dalam bentuk
lesehan; anak-anak duduk melingkar sementara guru menceritakan tema tertentu.
Anak tidak perlu menengadahkan kepala karena badan boneka sejajar tinggi
badan mereka, juga tidak duduk berdesakan seperti halnya peragaan boneka jari
karena ukuran boneka tangan lebih besar dari boneka jari. Bentuk boneka tangan
pun lebih sederhana dari boneka jari sehingga anak-anak dapat memasukkan
tangan mereka dengan mudah. Bahan yang digunakan relatif aman dan tidak
126
Gambar III.20 Keluarga Boneka
Gambar III.21 Boneka Simbolik
mudah rusak sehingga anak dapat bergantian mencoba bercerita dengan
menggunakan boneka tangan ini. Namun tidak seperti boneka jari yang dapat
memerankan berbagai tokoh, boneka tangan ini hanya mewakili satu karakter
tokoh saja. Penambahan boneka tangan dengan model berlainan, bila perlu
karakternya disesuaikan dengan tema yang sedang berjalan, akan membuat anak
lebih antusias mengikuti aktivitas pembelajaran melalui metoda bercerita ini.
e. Keluarga Boneka
Bagian badan keluarga boneka ini
dibentuk dari bahan kaos kaki, bagian
tangan, kaki, dan rambut terbuat dari benang
wol, serta detil bagian muka dari tempelan
bahan flanel. Masing-masing boneka
seukuran telapak tangan orang dewasa, yang
terdiri dari seorang anak perempuan, dua
ekor anjing, dan seekor kelinci. Properti ini
merupakan hasta karya salah satu staf guru Sumber Belajar, namun karena
pembuatannya tidak disesuaikan dengan tema terkait, maka penggunaannya
terbatas sebagai pengantar materi inti saja.
f. Boneka Simbolik
Skittles dan bola bowling mainan ini
terbuat dari plastik yang tersedia di pasaran. Pihak
sekolah memperoleh properti ini dalam bentuk jadi
dan difungsikan untuk mengasah motorik kasar
anak. Properti ini pun berpotensi sebagai Boneka
Simbolik dengan memberikan nama berbeda bagi
masing-masing warna. Properti ini kurang
berhasil diberdayakan menjadi Boneka Simbolik
dalam metode bercerita ketika guru mengenalkan konsep angka dan bilangan
sederhana karena tampilan benda-benda tersebut tidak diolah lagi. Anak kurang
antusias mengikuti penjelasan guru sampai tuntas sehingga saat pemberian tugas,
127
guru lebih menekankan aspek kognitif anak tanpa melibatkan imajinasi mereka
lagi. Anak tidak berhasil memberdayakan imajinasi mereka karena properti
tersebut biasa digunakan saat praktik ketangkasan menggelindingkan bola. Untuk
menjadikan skittles atau pun bola bowling sebagai sebuah tokoh, guru dapat
menyiasatinya dengan menempelkan sepasang mata dan mulut pada benda-benda
tersebut hingga tampak hidup. Bila perlu, dapat ditambahkan aksesoris lain
semisal rambut dari benang wol dan diberi topi.
Secara anatomis, bola bowling akan lebih mudah dipersonifikasikan
menjadi bentuk wajah atau muka tokoh tertentu, selain itu bola ini memiliki
lubang jari sehingga memudahkan kita untuk memeragakannya dibandingkan bola
lainnya. Sementara skittles dapat diolah menjadi sebuah karakter tokoh lengkap
dengan badannya. Kedua benda ini dapat dilengkapi dengan sepasang tangan dan
kaki.
Selain benda-benda tersebut di atas, sejumlah benda berbentuk geometris
yang tersedia di kelas Bangun Geometris pernah digunakan sebagai alat
pendukung metode bercerita. Guru bercerita dengan menggunakan benda-benda
geometris sebagai tokoh cerita. Benda-benda tersebut memperkenalkan dirinya
satu persatu kepada anak agar mereka mengetahui nama dan bentuk lingkaran,
segi tiga, segi empat, dan seterusnya. Kemudian di sesi akhir, guru menanyakan
kepada anak, tokoh mana yang mereka sukai dan mereka boleh mengambil tokoh
yang sama dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya untuk membuat rumah.
Gambar III.22 Bangun Geometris
128
Gambar III.23 Flashcard
Alat Transportasi
g. Flashcard
Alat peraga manual ini merupakan flashcard yang
dibuat sendiri oleh masing-masing guru wali kelas, tidak
oleh guru Sumber Belajar, dengan alasan pengerjaan
properti ini tidak memerlukan keterampilan khusus,
terbilang mudah, sederhana, dan cepat. Properti ini dibuat
berdasarkan tema yang telah ditentukan. Untuk flashcard
kata, bahan yang digunakan adalah kertas putih polos dan
kertas warna. Guru menuliskan teks yang dikehendaki
(menggunakan jenis huruf Arial atau Roman) lalu diprint di
atas kertas putih, garis tepi diberi aksen warna dari kertas
warna, kemudian dilaminating. Untuk flashcard gambar,
menggunakan kertas warna dan gambar yang dikehendaki.
Guru mencari gambar yang sesuai tema dari majalah, buku
atau poster, lalu digunting langsung atau difotocopy, garis
tepi ada yang diberi aksen warna, ada yang tidak, kemudian
dilaminating.
Gambar di samping merupakan contoh flashcard
yang dibuat untuk penyampaian materi mengenai alat
transportasi. Pada semester ini aspek yang ditekankan
dalam materi inti adalah pengenalan nama-nama alat
transportasi, sebutan bagi pengendaranya, sebutan atau
istilah lain untuk kendaraan yang sejenis.
Dengan menggunakan flashcard, guru menjelaskan
tema ini melalui metode bercerita, dan berkesempatan untuk mengetahui sekaligus
menambah pemahaman anak mengenai materi yang telah disampaikan melalui
dialog dan tanya jawab.
Bentuk flashcard pertama dimaksudkan untuk melatih anak memasangkan
gambar alat transportasi dengan bacaan teksnya.
Gambar (mobil) + Teks (mobil)
Gambar + Teks
129
Gambar III.25 Flashcard
Alat Transportasi
Bentuk flashcard kedua adalah menjodohkan nama alat transportasi
dengan orang yang melakukan pekerjaannya.
Teks (mobil) + Teks (supir)
Bentuk flashcard ketiga adalah menjodohkan gambar alat transportasi
dengan teks alat transportasi yang sejenis, misalnya: rakit, perahu, sampan, dll.
Dengan alternatif format berikut.
Gambar (perahu) + Teks (sampan)
atau
Teks (helikopter) + Teks (pesawat)
atau
Gambar (motor) + Gambar (mobil)
Sekali waktu flashcard di atas digunakan bersama
alat bantu lain berupa buku mengenai alat transportasi. Untuk ukuran flashcard,
properti hasta karya wali kelas ini secara keseluruhan termasuk berukuran besar
Teks + Teks
Gambar + Teks
Teks + Teks
Gambar + Gambar
Gambar III.24 Flashcard Alat Transportasi
130
sehingga anak dapat melihat bagian-bagiannya dengan jelas. Tingkat keterbacaan
‘flashcard kata’ akan lebih baik jika jenis dan ukuran huruf yang digunakan tidak
terlalu beragam sehingga tidak membingungkan anak. Karena ukuran dan bentuk
hurufnya berbeda, anak kesulitan mencari kata yang dimintai oleh guru diantara
tumpukan kata yang sudah ramai dengan warna. Demikian pula ‘flashcard
gambar’ akan lebih baik jika gambar yang diambil berkarakter sama, realistis saja
atau komikal saja, berwarna semua atau tidak berwarna semua. Ukuran ketebalan
flashcard cukup memadai karena proses laminasi. Proses ini juga menguntungkan
karena flashcard lebih tahan lama dan dapat dilap hingga tetap bersih. Namun dari
segi keamanan, flashcard ini beresiko cukup tinggi. Selain tepiannya yang kaku,
keempat sudutnya pun dibiarkan meruncing. Untuk menghindari cedera pada
anak, sebaiknya setiap ujung tepian dibentuk tumpul dengan gunting dan ukuran
ketebalan kartu flashcard dapat ditambah dengan lapisan bagian belakang dari
bahan busa tipis, karton tebal, kardus bekas, stirofoam, atau bahan lain yang dapat
diperoleh guru dengan mudah. Sebaiknya ukuran flashcard dibuat seragam untuk
memudahkan penggunaannya dan penyimpanannya dapat disusun lebih rapi.
Flashcard dengan tema alat komunikasi ini aturan mainnya sama dengan
flashcard sebelumnya. Flashcard ini dimaksudkan untuk melatih anak
memasangkan gambar alat komunikasi dengan bacaan teksnya.
Gambar (televisi) + Teks (televisi)
Gambar + Teks
Gambar III.26 Flashcard Alat Komunikasi
131
Gambar III.27 Flashcard Alat Komunikasi
Format flashcard ini tampak lebih
rapi dari flashcard sebelumnya disebabkan
ukuran kartu kata seragam, ukuran kartu
gambar seragam, ukuran dan jenis huruf yang
digunakan pun seragam. Gambar yang
diambil realistis bahkan hampir seluruhnya
berupa foto. Namun tampilan flashcard ini
terlalu formal dan berkesan monoton bagi
anak. Sebaiknya guru tidak menghilangkan
aksen warna pada garis tepi atau huruf diprint
warna. Jarak antar huruf terlalu rapat
sehingga pada jarak pandang terrtentu,
tingkat keterbacaannya rendah. Selain itu,
perlu untuk menambah ketebalan kartu dan
menumpulkan setiap ujung kartu guna
menghindari resiko cedera pada anak.
Bercerita menggunakan flashcard
mengasyikan bagi anak, sebab kegiatan
bercerita ini sewaktu-waktu diselingi dengan
permainan kartu. Anak tidak menyadari
dirinya sedang menambah perbendaharaan
kata, karena materi ini diberikan dengan
kombinasi metode bercerita dan permainan
kartu tersebut.
Gambar III.28 Suasana Kelas
132
Gambar III.29 Buku Cerita Transportasi
h. Buku Cerita
Sekali waktu flashcard di atas digunakan
bersama alat bantu lain berupa buku cerita.
Misalnya flashcard alat transportasi dengan buku
cerita mengenai alat transportasi. Buku Bacaan
yang tersedia di sekolah ini merupakan produk jadi
yang telah beredar di pasaran. Pihak sekolah
sesekali melengkapi metode bercerita dengan
properti ini dengan tema yang disesuaikan dengan
materi yang sedang berlangsung. Sayangnya
sekolah ini belum memiliki perpustakaan atau ruang baca dengan kelengkapan
buku cerita yang memadai dan dapat diakses anak dengan mudah, padahal anak
terlihat antusias saat pendidik bercerita dibantu dengan alat pendukung ini
disebabkan buku cerita merupakan properti yang sudah sangat lazim dimanfaatkan
orang untuk bercerita sehingga anak sudah terbiasa dengannya. Apalagi saat ini
banyak buku cerita yang tampilannya menarik dengan tema yang sangat beragam
sehingga mudah untuk disesuaikan dengan materi yang hendak disampaikan.
i. Kit Rumah Ibadah
Gambar III.30 Rumah Ibadah
Properti ini tersedia di pasaran sehingga pihak sekolah dapat memberikan
materi bertema agama dengan properti terkait tanpa perlu membuat sendiri.
Masing-masing kelas (kelas TK A, TK B-1, dan TK B-2) dilengkapi dengan
perangkat ini. Terbuat dari bahan dasar triplek yang dibentuk menjadi miniatur
ragam rumah ibadah dan diberi warna dengan media cat kayu. Desain perangkat
ini ada dua macam, yakni rumah ibadah yang dibuat menyerupai benda pajangan
dua dimensi yang hanya bisa dilihat dari satu sisi/tampak depan saja, dan miniatur
133
Gambar III.31 Papan Pin up
rumah ibadah tiga dimensi. Masing-masing rumah ibadah dilengkapi dengan
karakter tokoh pemuka agama yang juga bisa diberdirikan.
Properti ini terutama boneka tokohnya cenderung kurang aman bagi anak
karena sepanjang pinggiran bahan tripleknya tidak diperhalus, diampelas, atau
ditutupi cat, sehingga bisa melukai kulit tangan, serta dari segi kesehatan kurang
baik karena tidak menggunakan cat non-toksin.
Miniatur rumah ibadah tiga dimensi lebih menarik bagi anak ketimbang
yang dua dimensi karena bentuknya terlihat lebih nyata. Namun akan lebih baik
lagi apabila miniatur tersebut menggunakan sistem knockdown dan dilengkapi
furnitur yang dapat ditata anak sesuai dengan interior rumah ibadah yang ia
jumpai di kehidupan sehari-hari.
Perangkat ini memungkinkan dimanfaatkan dalam metode
mendongeng/bercerita, tanya jawab, permainan pura-pura, dengan indikator
keberhasilan di ranah sosial,emosional, bahasa, moral, dan nilai-nilai agama.
Sementara kelas memanfaatkan properti ini melalui metode bercerita klasikal atau
informasi satu arah dengan tujuan untuk menanamkan pengetahuan pada anak
mengenai bermacam-macam agama yang ada di lingkungan mereka.
j. Papan Pin Up
Mayoritas sekolah TK memiliki
properti ini karena kegunaannya yang
cukup banyak. Selain untuk menempelkan
karya anak, papan pin up diantaranya
memudahkan pendidik saat memberikan
materi melalui beragam metode
penyampaian, termasuk metode bercerita.
Masing-masing kelas di sekolah ini
dilengkapi dengan dua buah papan pin up yang terbuat dari bahan karet
berbingkai merah.
134
144
Gambar III.48 Si Cepot
Gambar III.47 Si Cepot
Gambar III.46. Wayang Kertas
- Wayang Golek
Sekolah ini memiliki satu set wayang golek, namun tidak semua karakter
wayang diangkat sebagai tokoh tema besar pada satu semester. Wayang golek
yang dijadikan tokoh utama dalam tema besar adalah Si
Cepot. Karakter si Cepot disenangi anak-anak karena gayanya
yang kocak dan tampilannya yang lucu. Namanya pun unik
sehingga anak-anak tertawa senang saat mendengar nama Si
Cepot disebutkan oleh kakak fasilitator. Sesuai tradisi, tokoh
golek yang popular dan banyak dilibatkan dalam cerita
pewayangan memiliki ekspresi khusus. Si Cepot memiliki ekspresi suka melucu
dan banyak tingkah.
Wayang ini terbuat dari bahan kayu
Jeungjing/Albasiah yang ringan dan mudah dipahat dengan
menggunakan pisau raut. Bagian kayu yang telah terbentuk,
diwarnai dengan cat duko sehingga berwarna lebih cerah dari
golek yang diwarnai dengan cat kayu. Meskipun warnanya
terlihat lebih tajam dan permukaannya lebih licin, warna golek
Si Cepot ini cepat mengelupas jika berbenturan dengan benda
lain.
Pakaian yang dikenakan Si Cepot terbuat dari bahan
kain hitam polos berkrah motif kotak-kotak kecil, sementara kain yang menutupi
kepalanya yaitu iket/barangbang semplak terbuat dari bahan katun motif bunga-
145
Gambar III.49 Si Cepot
Gambar III.50 Kuda-kuda kayu
bunga. Kain sarung bermotif kotak-kotak menutupi bagian bawah tubuh yang
tidak dibuat tungkai kakinya. Bagian kaki diganti dengan tongkat kayu berujung
kecil untuk menancapkannya ke papan berlubang. Alat untuk menggerakkan
tangan golek terbuat dari bambu yang diraut sehingga lebih ringan dan lentur
dibandingkan jika menggunakan bahan kayu atau rotan. Tongkat penggerak
tangan yang disebut sampurit atau gapit dibuat sepanjang 40
cm. Meskipun ukuran tubuh golek dibuat beragam tetapi
panjang gapit-nya sama. Tinggi badan Si Cepot adalah 63 cm,
lebar bahunya 13 cm. Diameter badannya 23 cm. Tinggi kayu
pancang pengganti kaki Si Cepot adalah 30 cm. Panjang
tangannya 23 cm, dibagi dua dari lengan sebatas sikut 11cm,
sisanya dari sikut hingga ke jari 12 cm karena jari tangannya
dibuat lurus dengan tangan, tidak seperti golek satria yang jari
tangannya ditekuk. Panjang telapak tangannya adalah 5,5 cm.
Si Cepot dibuat bulat torak dan lebih bervolume
dibandingkan wayang pipih. Artifak ini bisa dilihat dari
berbagai arah (trimatra). Kepala Si Cepot bisa dibuat
menengadah dengan bantuan karet dan tali yang ditarik dari
bagian dalam badan, namun wajahnya tidak dapat berekspresi
secara lengkap seperti golek raksasa: mengernyit, merokok,
dan sebagainya. Hal itu disebabkan muka Si Cepot tidak terbuat dari bahan karet
melainkan dari kayu yang bentuknya dipertahankan menurut
pakem tradisi sebagai bagian tokoh golek asli seperti kelompok
Pandawa dan Kurawa, antara lain: ukuran tubuh sedang (baik
tinggi maupun volumenya), wajah berwarna merah, mata bulat,
hidung pesek, mulut sangat lebar dengan garis bibir ke atas,
dan memperlihatkan sebuah gigi besar di bagian depan
mulutnya.
Bagian lengan Si Cepot dibuat dengan
menggunakan mesin bubut, begitu pula dengan kayu
pancang sebagai pengganti kakinya. Pancang tersebut
146
ditancapkan ke kuda-kuda kayu yang sudah dilubangi sepanjang ruasnya. Lubang
yang dibuat dua baris bersilangan itu dibuat dengan ukuran yang disesuaikan
dengan diameter pancang sehingga daya cengkeramnya cukup baik dan Si Cepot
dapat diberdirikan di atas kuda-kuda kayu tersebut dengan seimbang. Biasanya
dalam pergelaran wayang golek, juru dalang menancapkan kaki golek di atas
pelepah pisang sehingga wayang dapat diposisikan lebih fleksibel, tidak seperti di
atas kuda-kuda kayu yang jarak antar lubangnya sudah disusun sedemikian.
Namun pancang tidak banyak digunakan di sekolah ini karena Si Cepot lebih
banyak dipegang fasilitator yang bergerak bebas, tidak seperti halnya juru dalang
yang selalu duduk di tempat.
Setelah story telling bersama tokoh Si Cepot, fasilitator mengelaborasi
kreativitas dan imajinasi anak dalam pra baca-tulis mereka di wilayah tema besar
dengan peran utama Si Cepot. Mereka dikenalkan dan dibiasakan pada huruf,
kata, dan kalimat berkaitan dengan Si Cepot.
Setelah pengenalan huruf, kata dan susunan kata (kalimat) dalam program
pra baca-tulis, anak dipandu Si Cepot dalam partisipasi mereka sebagai problem
solver bagi masalah yang sedang dihadapi Si Cepot, dengan mencari tahu
solusinya di dalam buku (look it up habbits)
Kemudian anak mengetahui bahwa solusinya harus mereka lakukan
melalui suatu tindakan yang membuat mereka berolah bunyi. Dan di akhir
pertemuan, anak melakukan retelling story dengan kegiatan olah rupa.
Meskipun proses pembelajaran sering bersinggungan dengan aturan
budaya dan struktur sosial masyarakat, anak akan mengalami kepuasan begitu kita
memilih untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan mereka untuk
mengalami kepuasan itu. Misalnya untuk bisa berjalan mungkin mereka harus
mengalami jatuh, mengetahui dinginnya air karena mereka minum atau mandi,
atau tidak dilarang untuk berkotor-kotor saat bereksplorasi gambar atau warna.
Niatnya adalah untuk pembelajaran.
Pembelajaran ini dilalui anak bersama-sama Si Cepot dalam aktivitas yang
diceritakan tadi berupa rangkaian kegiatan berolah gerak, olah bunyi, dan olah
rupa. Kegiatan olah rupa ini ada yang dilakukan untuk membantu anak
menceritakan kembali pengalamannya dalam bentuk rupa (retelling story),
147
Gambar III.51 Aktivitas Bersama Si Cepot
mengasah motorik halus, membuat kostum panggung atau alat musik dan elemen
penting lainnya sebagai persiapan pertunjukan kecil yang dilakukan mereka pada
penghujung semester.
Dari mencermati aktivitas anak bersama
Si Cepot sebagai tokoh tema besar semester ini,
penulis melihat antusiasme anak dalam
berpartisispasi di rangkaian kegiatan olah gerak,
olah bunyi, dan olah rupa. Parameternya tidak
dalam hitungan angka tetapi melalui pengamatan
berperan serta.
Meskipun aktivitas semester ini
berlangsung baik seperti semester lalu, namun ada
hal-hal yang perlu diperhatikan. Ternyata anak-
anak terlihat lebih antusias terhadap karakter
tokoh semester lalu yakni Super O2. Jika diamati
dengan baik, karakter tokoh Super O2
digandrungi anak-anak karena ia merupakan
sosok pahlawan yang tangguh dan pembela
kebenaran. Sementara karakter si Cepot disenangi
anak-anak karena gayanya yang kocak,
tampilannya yang lucu, namanya yang unik, dan
membuat anak-anak tertawa senang, namun dia
bukan pahlawan super seperti O2. Meskipun
demikian, karena petualangan bersama Si Cepot
seru, menegangkan, dan materinya tidak sama
dengan semester yang lalu, maka anak-anak pun
antusias berkreativitas bersama Si Cepot.
148
k. Boneka
Gambar III.52. Aktivitas bersama Super O2
Ada sejumlah boneka yang tersedia
dan berpotensi sebagai alat pendukung
bercerita, namun boneka yang sempat
dijadikan karakter tokoh utama tema besar
adalah Super O2. Boneka ini hanya sebesar
telapak tangan dengan kostum pahlawan
bertopeng layaknya Superman. Namun anak-
anak sangat menyukainya, bahkan Bumi Limas menciptakan lagu khusus Super
O2 berikut gerakan tariannya yang selalu dilakukan anak dengan semangat.
Salahsatu anak selalu datang ke Bumi Limas dengan memakai kostum Superman
karena senang dengan Super O2.
Kakak fasilitator menyampaikan cerita menggunakan karakter tokoh ini
tidak hanya di dalam kelas, melainkan juga saat semua anak studi wisata ke rumah
salahsatu siswa. Boneka ini tidak dibuat sendiri oleh pihak sekolah karena telah
tersedia di pasaran dalam bentuk jadi.
Gambar III.53. Aktivitas bersama Si Poldy
Ada juga boneka yang dibuat sendiri oleh kakak fasilitator seperti tokoh Si
Poldy, orang-orangan sawah. Kepalanya
terbuat dari bola plastik yang diberi topi,
serta mengenakan pakaian laki-laki dewasa.
Selain aktivitas mendongeng, bersama Si
Poldy, anak-anak mempelajari bahasa
dengan bernyanyi. Sayangnya ukuran Si
Poldy cukup besar sehingga anak-anak
kesulitan membawanya. Boneka ini tidak
cukup kuat untuk berdiri atau duduk tegak sehingga harus disenderkan ke dinding.
149
1
h. Dekorasi Ruang
Dekorasi ruang menjadi
kegiatan rutin anak-anak dalam
mempersiapkan pertunjukan kecil
mereka sendiri di akhir semester.
Rutinitas ini dilakukan pada sesi
olah rupa setelah story telling
berlangsung. Dekorasi ruang secara
tidak langsung menjadi buku
berukuran besar yang selalu terbuka
dan memandu anak dalam beranjak
ke kisah lanjutan dari cerita
bersambung yang diberikan setiap
hari selama satu semester.
Pertunjukan kecil adalah
penyelesaian cerita yang
diselesaikan oleh anak-anak sendiri
yang berperan sebagai problem
solver sejak cerita mulai digulirkan.
i. Pohon Huruf
Selain menggunakan penampang huruf Al
Barqy, belajar hijaiyah di kelas ini menggunakan
properti lain seperti flashcard gambar, flashcard
huruf dan pohon huruf.
Pohon huruf digambar sendiri oleh kakak
fasilitator di atas karton manila warna kuning menggunakan spidol merah. Pohon
huruf ini sengaja dibuat bercabang-cabang untuk menabung huruf hijaiyah. Dalam
satu dahan, anak menabung huruf yang berbentuk sama. Huruf-huruf itu ditulis di
Gambar. Dekorasi Ruang Kelas
1
2
atas kertas stiker, sehingga bisa langsung
ditempelkan anak tanpa perlu dilem. Pohon huruf
hijaiyah ini bisa juga dipergunakan untuk
memperkenalkan huruf Latin.
2
149
III.4.3 Desain Alat Manual Penunjang Metode Bercerita di TK Kuntum
Cemerlang
a. Puzzle Huruf
Puzzle huruf ini tidak dibuat sendiri
oleh pihak sekolah melainkan produk jadi.
Difungsikan untuk mengembangkan
kemampuan dasar bahasa anak melalui
pengenalan huruf dan kata, logika dan
motorik anak.
Gambar III.54 Puzzle Huruf
Huruf-huruf puzzle ini terbuat dari
bahan karet bermagnet dengan warna cerah
berlainan sehingga terlihat menarik dan
memberikan kesan kontras dengan papan
penampang alumunium bercat biru gelap
sehingga huruf-huruf terlihat lebih jelas dan
memudahkan anak saat menyusunnya.
Namun masing-masing huruf terbatas dua buah saja sehingga kosakata yang
terdiri dari tiga huruf yang sama atau lebih, tidak bisa dirangkai di atas papan
penampang. Karet tempat menyimpan huruf dapat dimanfaatkan dalam kegiatan
menjodohkan huruf. Properti ini disampaikan dengan pengantar metoda bercerita
sebagai boneka simbolik, lalu dilanjutkan dengan permainan huruf dan kata.
b. Puzzle Huruf
Properti ini masih merupakan puzzle
huruf dan tidak dibuat sendiri oleh pihak
sekolah melainkan produk jadi. Difungsikan
untuk mengembangkan kemampuan dasar
bahasa anak melalui pengenalan huruf dan
kata, juga motorik anak. Gambar III.55 Puzzle Huruf
Puzzle ini terbuat dari bahan kayu
lunak dengan pemilihan warna huruf yang menyala dan beragam. Jumlah huruf
149
150
lebih terbatas dan tidak dilengkapi papan penampang. Huruf ini pun tidak bisa
ditempelkan ke penampang yang tersedia di kelas karena di bagian belakang huruf
tidak terdapat perekat seperti felcro atau magnet. Kegiatan menjodohkan huruf
kayu ini dilakukan melalui pengantar metode bercerita dengan menebak nama
huruf ‘Siapakah Aku?’ yang diceritakan kakak fasilitator.
c. Puzzle Huruf
Properti ini masih merupakan puzzle
huruf dan tidak dibuat sendiri oleh pihak
sekolah melainkan produk jadi. Difungsikan
untuk mengembangkan kemampuan dasar
bahasa anak melalui pengenalan huruf dan
kata, dan motorik anak.
Gambar III.56 Puzzle Huruf
Puzzle huruf ini terbuat dari bahan
kayu lunak yang disusun menjadi bentuk ikan
dengan penggunaan cat kayu yang membuat warna huruf lebih gelap. Jumlah
huruf terbatas dan disusun berurutan seperti puzzle-puzzle sebelumnya.
Aktivitas menyusun huruf-huruf menjadi bentuk ikan ini dilakukan pada
penyampaian materi dengan tema Tumbuhan dan Binatang Laut melalui
pengantar metode bercerita oleh kakak fasilitator.
d. Puzzle Binatang
Gambar III.57 Puzzle Binatang
Properti ini merupakan puzzle seri
binatang laut yang tidak dibuat sendiri oleh
pihak sekolah melainkan produk jadi.
Difungsikan untuk mengembangkan
kemampuan dasar bahasa anak melalui
penambahan perbendaharaan kata jenis dan
nama-nama binatang yang hidup di kawasan
laut, serta melatih motorik anak.
150
151
Puzzle ini terbuat dari bahan kayu lunak dengan penggambaran bentuk
binatang realistis dan sudut pandang dari berbagai arah, meskipun dengan
menggunakan warna yang terbatas sehingga ada sejumlah binatang yang
warnanya tidak sesuai dengan warna aslinya. Bentuk-bentuk binatang ini pun
tidak dilengkapi perekat seperti felcro atau magnet.
Kegiatan menjodohkan bentuk binatang dengan penampangnya dilakukan
melalui pengantar metode bercerita dengan menebak nama binatang ‘Siapakah
Aku?’ melalui suara atau gerakan binatang terkait yang diperagakan oleh kakak
fasilitator. Properti ini dimanfaatkan dalam lingkup materi bertema Tumbuhan
dan Bintang Laut.
e. Puzzle Noah’s ark
Puzzle ini merupakan properti yang tidak
dibuat sendiri oleh pihak sekolah melainkan
produk jadi. Difungsikan untuk mengembangkan
kemampuan dasar bahasa anak melalui metode
bercerita, serta melatih motorik anak.
Gambar III.58 Puzzle Noah’s ark Puzzle ini dicetak di atas karton tebal
yang harus disusun oleh anak menjadi bentuk
jadi yang sesuai dengan gambar di bagian luar kotak. Biasanya kotak ini
disembunyikan oleh kakak fasilitator agar anak dapat mencoba menyusunnya
tanpa meniru. Puzzle ini dirancang dengan warna dan gaya gambar khas anak.
Sebelum anak-anak menyusun puzzle, mereka menyimak kisah mengenai
Perahu Nabi Nuh As. sehingga saat puzzle tersusun rapi, anak dapat menceritakan
kembali kisah tersebut dengan panduan gambar puzzle.
f. Kubus Bergambar
Properti ini tidak dibuat sendiri oleh pihak sekolah melainkan produk jadi.
Difungsikan untuk mengenalkan bentuk geometris dan mengembangkan
kemampuan logika dan imajinasi anak.
151
152
Kubus Bergambar ini terdiri dari 12
buah kubus dan masing-masing bangun
memiliki potongan gambar di seluruh sisinya
sehingga anak harus dapat merangkai semua
kubus itu menjadi satu kesatuan yang terdiri
dari enam sisi gambar yang utuh. Gambar di
cetak di atas karton yang dibentuk kotak,
dengan gaya dan warna khas anak.
Gambar III.59 Kubus Bergambar
Gambar III.60
Permainan in diberikan setelah kakak
fasilitator bercerita mengenai bentuk empat
persegi panjang, dan bangun yang terdiri dari 6
buah persegi panjang dengan menggunakan
salah satu kubus sebagai boneka simbolik.
g. Gerbong Huruf dan Angka
Properti ini tidak dibuat sendiri oleh
pihak sekolah melainkan produk jadi.
Difungsikan untuk mengembangkan
kemampuan dasar bahasa anak melalui
pengenalan huruf dan kata, aspek kognitif,
dan motorik anak.
Gerbong Huruf dan Angka
Gerbong Huruf dan Angka ini
terbuat dari bahan kayu lunak yang dibentuk
menjadi gerbong yang mengangkut abjad
huruf atau angka dengan penggunaan cat
kayu warna pastel. Jumlah huruf sebanyak
jumlah abjad dan angka dari nomor 1 sampai dengan 10. Dapat disusun berangkai
dengan sistem pengait menjadi kereta api yang panjang.
152
153
Aktivitas menyusun huruf-huruf menjadi Gerbong Huruf dan Angka ini
dilakukan pada penyampaian materi dengan tema Alat Transportasi melalui
pengantar metode bercerita oleh kakak fasilitator.
h. Gerbong Dadu
Properti ini tidak dibuat sendiri oleh
pihak sekolah melainkan produk jadi.
Difungsikan untuk mengembangkan
kemampuan dasar bahasa anak melalui
pengenalan huruf dan kata, serta motorik
anak.
Gambar III.61 Gerbong Dadu Gerbong dadu ini terbuat dari bahan
kayu lunak yang dibentuk menjadi gerbong
yang mengangkut sejumlah dadu. Dadu-dadu tersebut diberi gambar yang huruf
awalnya dicetak di sisi lain, dengan menggunakan kosakata bahasa Inggris seperti
E untuk Elephant. Dapat disusun berangkai dengan sistem pengait menjadi kereta
api yang panjang.
Aktivitas menyusun huruf-huruf menjadi gerbong dadu ini dilakukan
melalui pengantar metode bercerita oleh kakak fasilitator.
i. Lego
Properti ini tidak dibuat sendiri oleh
pihak sekolah melainkan produk jadi yang
dmanfaatkan dalam mengasah imajinasi dan
logika anak.
Disediakan pihak sekolah dalam
jumlah yang banyak, hingga terdapat ruang
bernama Ruang Sains dan Lego untuk
melakukan percobaan Sains dan menyimpan
properti ini.
Sekolah sangat aktif memanfaatkan Gambar III.62 Lego
153
154
alat penunjang kreativitas ini sehingga desain bentuk robot atau bentuk lain
dilombakan terbuka untuk umum dan dimuat di majalah berkala mereka. Metode
bercerita pun menggunakan properti ini seperti pada tema Alat Transportasi,
kakak menceritakan berbagai jenis kendaraan yang bisa dibentuk dengan Lego.
j. Boneka Ekspresi
Properti ini tidak dibuat sendiri oleh
pihak sekolah melainkan produk jadi.
Diberdayakan dalam metode bercerita untuk
mengenalkan macam-macam persaan pada
anak.
Gambar III.63 Boneka Ekspresi
Properti ini terbuat dari kayu yang
dibentuk menjadi wajah anak dengan berbagai
ekspresi: senang, sedih, takut, kesal, dll.
tersedia dalam dua pilihan, wajah anak
perempuan dan laki-laki. Di bagian mata
dilubangi sehingga properti ini dapat difungsikan sebagai topeng. Saat kakak
fasilitator memperagakan ekspresi marah, dia memakai salah satu properti ini.
Dapat juga dipakai untuk permainan pura-pura/sandiwara, ada yang berperan
sebagai Si Periang , Si Pemurung, dll.
k. Buku
Properti ini tidak dibuat sendiri oleh pihak sekolah melainkan produk jadi.
Difungsikan untuk mengembangkan kemampuan
dasar bahasa anak.
Gambar III.64 Buku Permainan
Sekolah ini memiliki ruang perpustakaan
dengan koleksi buku yang cukup beragam
sehingga memungkinkan untuk digunakan sesuai
dengan tema yang sedang berjalan.
154
155
l. Boneka Sulam
Properti ini tidak dibuat sendiri oleh
pihak sekolah melainkan produk jadi.
Difungsikan untuk mengembangkan
kemampuan motorik dan logika anak.
Gambar III.65 Boneka Sulam
Properti ini berupa gambar yang
dicetak di atas kayu tripleks, lalu pada titik-
titik tertentu diberi lubang untuk menyulam.
Setiap boneka sudah dilengkapi dengan tali
sulam. Boneka-boneka ini dimanfaatkan
dalam metode bercerita pada jam aktivitas meronce/menyulam.
Gambar III.66 Kartu Anyam
m. Kartu Anyam
Properti ini tidak dibuat sendiri oleh pihak sekolah melainkan produk jadi.
Difungsikan untuk mengembangkan kemampuan dasar bahasa, logika, dan
motorik halus anak.
Di bagian depan kartu terdapat sejumlah gambar yang harus dijodohkan
sebagai panduan anak saat menyulam. Di bagian belakangnya terdapat jejak
temali berwarna biru untuk memastikan
anak sudah menyulam dengan benar. Setiap
kartu telah dilengkapi dengan tali putih.
Dipilih kartu temali dengan gambar
yang berkesesuaian dengan tema yang
sedang berjalan, misalnya tema Profesi.
Kakak fasilitator menceritakan jenis-jenis
pekerjaan dan sebutan bagi orang yang
mengerjakannya melalui gambar yang terdapat pada kartu temali, setelah anak
mengetahuinya, mereka diberikan kegiatan menyulam. Dari aktivitas ini kakak
fasilitator dapat mengevalusi apakah anak menyimak cerita yang disampaikan
kakak fasilitator dengan baik atau tidak.
155
156
156
Kit Pakaian Adat Bank Huruf Boneka Jari Boneka
TanganKeluarga Boneka
Boneka Simbolik Flashcard Buku Cerita Kit Rumah
IbadahPapan Pin
Up
1 Responden 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 92 Responden 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 103 Responden 3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 94 Responden 4 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 85 Responden 5 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 96 Responden 6 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 87 Responden 7 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 78 Responden 8 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 99 Responden 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
10 Responden 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1011 Responden 11 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 512 Responden 12 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 913 Responden 13 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 814 Responden 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 915 Responden 15 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 916 Responden 16 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 817 Responden 17 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 818 Responden 18 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 919 Responden 19 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 820 Responden 20 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 721 Responden 21 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 922 Responden 22 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 523 Responden 23 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 724 Responden 24 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 925 Responden 25 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9
RespondenNo. K∑
Alat Manual Pendukung Metode Bercerita
26 Responden 26 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 727 Responden 27 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 528 Responden 28 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 829 Responden 29 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 830 Responden 30 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 631 Responden 31 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 932 Responden 32 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 733 Responden 33 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 834 Responden 34 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 935 Responden 35 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 836 Responden 36 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 537 Responden 37 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 738 Responden 38 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 939 Responden 39 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 940 Responden 40 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 741 Responden 41 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 842 Responden 42 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 843 Responden 43 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 844 Responden 44 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 945 Responden 45 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 646 Responden 46 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 947 Responden 47 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 7
48 Responden 48 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9
36 39 38 39 39 39 41 37 38 38 384
75% 81% 79% 81% 81% 81% 85% 77% 79% 79% 800%
Tabel III.26 Penggunaan Alat Manual Pendukung Metode Bercerita di TK Lab. School
% Efektivitas Alat
Jumlah
48 Responden 48 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 7 70%40 41 39 42 40 41 40 42 40 41 406 85%
83% 85% 81% 88% 83% 85% 83% 88% 83% 85% 846% 85%Jumlah
% Efektifitas Bahasa
176Tabel 3.18 Penggunaan Kosakata Dasar dalam Percakapan di Lab School
No. Responden Kosakata Dasar dalam Percakapana b c d e f g h I j ∑ %
1 Responden 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90%2 Responden 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80%3 Responden 3 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90%4 Responden 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90%5 Responden 5 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90%6 Responden 6 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 80%7 Responden 7 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90%8 Responden 8 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 7 70%9 Responden 9 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90%10 Responden 10 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 7 70%11 Responden 11 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90%12 Responden 12 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90%13 Responden 13 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80%14 Responden 14 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90%15 Responden 15 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 7 70%16 Responden 16 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90%17 Responden 17 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80%18 Responden 18 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90%19 Responden 19 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90%20 Responden 20 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 80%21 Responden 21 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7 70%22 Responden 22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100%23 Responden 23 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 7 70%24 Responden 24 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90%25 Responden 25 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90%26 Responden 26 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 80%27 Responden 27 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90%28 Responden 28 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 7 70%29 Responden 29 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 80%30 Responden 30 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 80%31 Responden 31 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 80%32 Responden 32 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90%33 Responden 33 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90%34 Responden 34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100%35 Responden 35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100%36 Responden 36 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 80%37 Responden 37 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90%38 Responden 38 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 90%39 Responden 39 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 7 70%40 Responden 40 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90%41 Responden 41 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 80%42 Responden 42 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90%43 Responden 43 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90%44 Responden 44 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90%45 Responden 45 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8 80%46 Responden 46 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90%47 Responden 47 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8 80%