Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
56
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Eksisting Saluran Drainase Panggung Lor
Panggung Lor merupakan salah satu kelurahan yang berada di Semarang bagian
utara. Luas wilayah kelurahan panggung lor adalah ±123,47 ha dan merupakan wilayah
kelurahan yang cukup luas di kota Semarang bagian utara. Panggung Lor terdiri dari
124 RT dan 14 RW yang tersebar di wilayah kelurahan dengan jumlah penduduk
sebanyak 14.113 jiwa.
Adapun batas wilayah kelurahan Panggung Lor secara administratif adalah sebagai
berikut:
1. Sebelah Utara : Laut Jawa
2. Sebelah Timur : Kelurahan Kuningan
3. Sebelah Selatan : Kelurahan Panggung Kidul
4. Sebelah Barat : Sungai Banjir Kanal Barat
Saat ini posisi kelurahan Panggung Lor berada 2 meter di bawah permukaan laut.
Kondisi geografis wilayah pemukiman kelurahan panggung lor, kecamatan Semarang
utara, kota Semarang, Indonesia, berlokasi ± 700 meter dari pantai laut Jawa dan di apit
oleh sungai Kali asin, sungai Brotojoyo, sungai Bulu Drain. Kelurahan Panggung Lor
juga mempunyai dua sistem drainase berdasarkan fisiknya yaitu saluran primer dan
sekunder.
Pada kelurahan Panggung Lor, sistem jaringan drainasenya merupakan sistem
drainase mikro karena merupakan wilayah pemukiman. Gambar 4.1 memperlihatkan
sistem jaringan saluran drainase Panggung Lor.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
57
Gambar 4.1 Sistem Jaringan Saluran Drainase Panggung Lor.
Keterangan:
: Arah aliran : Rumah pompa tidak aktif
: Rumah pompa aktif
A. Saluran Primer (Saluran yang berfungsi untuk menerima masukan aliran air
dari saluran-saluran sekunder dan langsung dialirkan menuju ke badan air).
1. Saluran yang menuju ke rumah pompa 1
Saluran yang menuju ke rumah pompa 1 disajikan dengan data-data sebagai
berikut:
Kali Asin
Sungai Brotojoyo
Bulu Drain
1
2
3
4
5 7
8
6
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
58
a. Lebar Saluran : ± 210 cm
b. Kedalaman Saluran : ± 140 cm
c. Tipe Saluran : Persegi Terbuka
Gambar 4.2 memperlihatkan saluran yang menuju ke rumah pompa 1.
Gambar 4.2 Saluran yang menuju ke rumah pompa 1.
2. Saluran yang menuju ke rumah pompa 2
Saluran yang menuju ke rumah pompa 2 disajikan dengan data-data sebagai
berikut:
a. Lebar Saluran : ± 95 cm
b. Kedalaman Saluran : ± 70 cm
c. Tipe Saluran : Persegi Terbuka
Gambar 4.3 memperlihatkan saluran yang menuju ke rumah pompa 2.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
59
Gambar 4.3 Saluran yang menuju ke rumah pompa 2.
3. Saluran yang menuju ke rumah pompa 3
Saluran yang menuju ke rumah pompa 3 disajikan dengan data-data sebagai
berikut:
a. Lebar Saluran : ± 260 cm
b. Kedalaman Saluran : ± 80 cm
c. Tipe Saluran : Persegi Terbuka
Gambar 4.4 memperlihatkan saluran yang menuju ke rumah pompa 3.
Gambar 4.4 Saluran yang menuju ke rumah pompa 3.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
60
4. Saluran yang menuju ke rumah pompa 4
Saluran yang menuju ke rumah pompa 4 disajikan dengan data-data sebagai
berikut:
a. Lebar Saluran : ± 260 cm
b. Kedalaman Saluran : ± 170 cm
c. Tipe Saluran : Persegi Terbuka
Gambar 4.5 memperlihatkan saluran yang menuju ke rumah pompa 4.
Gambar 4.5 Saluran yang menuju ke rumah pompa 4.
5. Saluran yang menuju ke rumah pompa 5
Saluran yang menuju ke rumah pompa 5 disajikan dengan data-data sebagai
berikut:
a. Lebar Saluran : ± 150 cm
b. Kedalaman Saluran : ± 105 cm
c. Tipe Saluran : Persegi Terbuka
Gambar 4.6 memperlihatkan saluran yang menuju ke rumah pompa 5.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
61
Gambar 4.6 Saluran yang menuju ke rumah pompa 5.
6. Saluran yang menuju ke rumah pompa 6
Saluran yang menuju ke rumah pompa 6 disajikan dengan data-data sebagai
berikut:
a. Lebar Saluran : ± 160 cm
b. Kedalaman Saluran : ± 130 cm
c. Tipe Saluran : Persegi Terbuka
Gambar 4.7 memperlihatkan saluran yang menuju ke rumah pompa 6.
Gambar 4.7 Saluran yang menuju ke rumah pompa 6.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
62
7. Saluran yang menuju ke rumah pompa 7
Saluran yang menuju ke rumah pompa 7 disajikan dengan data-data sebagai
berikut:
a. Lebar Saluran : ± 240 cm
b. Kedalaman Saluran : ± 135 cm
c. Tipe Saluran : Persegi Terbuka
Gambar 4.8 memperlihatkan saluran yang menuju ke rumah pompa 7.
Gambar 4.8 Saluran yang menuju ke rumah pompa 7.
B. Saluran Sekunder (Saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi untuk
menerima masukan aliran air dari saluran-saluran tersier dan diteruskan ke
saluran primer).
8. Saluran Jalan Tanggul Mas Tengah
Saluran sekunder jalan Tanggul Mas Tengah disajikan dengan data-data
sebagai berikut:
a. Lebar Saluran : ± 130 cm
b. Kedalaman Saluran : ± 80 cm
c. Tipe Saluran : Persegi Terbuka
Gambar 4.9 memperlihatkan saluran sekunder jalan Tanggul Mas Tengah.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
63
Gambar 4.9 Saluran Sekunder Jalan Tanggul Mas Tengah.
Pada saat ini, masih terdapat beberapa saluran di kelurahan Panggung Lor yang
fungsinya kurang optimal. Beberapa faktornya adalah dinding badan saluran drainase
yang sudah rusak (di Jalan Kuala Mas 15), terdapat vegetasi liar dan juga saluran pipa-
pipa yang dapat menghambat aliran air, penumpukan sedimentasi, serta sampah yang
terbawa aliran air ataupun sampah yang sengaja dibuang oleh masyarakat
menyebabkan saluran-saluran menjadi tersumbat (penyempitan saluran).
Pada dasarnya saluran-saluran yang ada di daerah Panggung Lor sudah mampu
untuk mengalirkan debit air yang ada akan tetapi akibat faktor-faktor di atas akan
menyebabkan beberapa saluran mengalami limpasan.
Beberapa solusi yang bisa dilakukan adalah dengan memperbaiki dinding saluran
drainase yang telah rusak, membersihkan saluran drainase dengan rutin serta dengan
adanya rumah pompa di daerah tersebut. Rumah pompa merupakan tempat yang
digunakan untuk memindahkan atau menaikkan debit air serta mengatur besarnya air
yang dapat dikeluarkan oleh pompa tersebut. Di daerah Panggung Lor terdapat 9 rumah
pompa akan tetapi ada 2 rumah pompa yang tidak aktif. Gambar 4.10 memperlihatkan
rumah pompa 3 di daerah Panggung Lor Semarang.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
64
Gambar 4.20 Rumah Pompa 3 di daerah Panggung Lor Semarang.
Adapun spesifikasi rumah pompa yang ada di daerah Panggung Lor Semarang
diperlihatkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Spesifikasi Rumah Pompa di Daerah Panggung Lor Semarang
Rumah
Pompa Lokasi
Jumlah
Pompa
Kapasitas
masing-masing
pompa
(m3/detik)
Aktif Tidak Aktif
1 6°57'46.2"S110°24'38.1"E 2 1 ✔ -
1 ✔ -
2 6°57'41.2"S110°24'37.7"E 1 0,7 ✔ -
3 6°57'32.2"S110°24'36.6"E 4
1 ✔ -
1 ✔ -
1 ✔ -
0,7 ✔ -
4 6°57'27.1"S110°24'35.9"E 3
1 ✔ -
1 ✔ -
0,7 ✔ -
5 6°57'19.6"S110°24'35.2"E 2 1 ✔ -
0,7 ✔ -
6 6°57'14.0"S110°24'30.5"E 2 1 ✔ -
0,7 ✔ -
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
65
Tabel 4.1 Spesifikasi Rumah Pompa di Daerah Panggung Lor Semarang (Lanjutan)
Rumah
Pompa Lokasi
Jumlah
Pompa
Kapasitas
masing-masing
pompa
(m3/detik)
Aktif Tidak Aktif
7 6°57'15.3"S110°24'14.3"E 2 0,7 ✔ -
0,7 ✔ -
8 6°57'32.6"S110°24'02.1"E - - - ✔
9 6°57'38.4"S110°24'03.9"E - - - ✔
4.2 Analisa Hujan Rencana
4.2.1 Data Hujan
Data yang digunakan adalah data curah hujan harian maksimum. Stasiun hujan
yang digunakan hanya 1 yaitu Stasiun Hujan Maritim Semarang dengan panjang
periode data dari tahun 2004-2014 (11 tahun).
Stasiun Hujan Maritim Semarang terletak pada koordinat 110°25'16.47"E
6°57'16.546"S. Gambar 4.11 memperlihatkan lokasi letak stasiun hujan maritim
semarang.
Gambar 4.11 Lokasi Letak Stasiun Hujan Maritim Semarang.
Stasiun Hujan
Maritim Semarang Lokasi
Penelitian
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
66
Tabel 4.2 Curah Hujan Harian Maksimum (R24 maks) Maritim Semarang
Tahun R24 maks (mm)
2004 78,1
2005 64,8
2006 156,5
2007 78,6
2008 96,8
2009 105
2010 168,8
2011 100
2012 96
2013 135,3
2014 120,5
Sumber: Stasiun Hujan Maritim Semarang
Berdasarkan data pada tabel diatas, curah hujan harian maksimum di Stasiun Hujan
Maritim Semarang tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 168,8 mm sedangkan
curah hujan maksimum terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 64,8 mm.
Gambar 4.12 Grafik Curah Hujan Harian Maksimum (R24 maks) Maritim
Semarang dari Tahun 2004-2014.
4.2.2 Pemilihan Jenis Distribusi Frekuensi
Berdasarkan data curah hujan maksimum selama periode 2004-2014, dapat
dihitung nilai curah hujan rencana dengan menggunakan empat jenis distribusi yaitu
Distribusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Gumbel dan Distribusi Log
Pearson III. Berdasarkan hasil keempat perhitungan tersebut, akan dicocokan dengan
syarat jenis distribusi yang diperlihatkan pada Tabel 4.3.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
67
Tabel 4.3 Syarat Jenis Distribusi
Jenis Distribusi Syarat
Normal 0Cs
3Ck
Log – Normal 3)(3 2 CvCvCs
383,5Ck
Gumbel 1396,1Cs
4002,5Ck
Log – Pearson III 0Cs
Sumber: (Soemarto, 1986)
Rumus yang digunakan untuk menghitung curah hujan rencana adalah sebagai berikut:
𝑋𝑇 = 𝑋 + 𝐾𝑇 × 𝑆
Keterangan:
TX = curah hujan rencana dengan periode ulang T tahun
TK = nilai faktor frekuensi dengan periode ulang T tahun
X = nilai rata – rata
S = deviasi standar nilai variasi
Besarnya nilai faktor frekuensi 𝐾𝑇 sudah tersedia pada tabel nilai variabel reduksi
Gauss (Variable Reduced Gauss) untuk mempermudah perhitungan. Tabel 4.4
memperlihatkan perhitungan distribusi.
Tabel 4.4 Perhitungan Distribusi
T
Kala-
Ulang
Karakteristik Debit (m3/s) Menurut Probabilitasnya
NORMAL LOG-NORMAL GUMBEL LOG-PEARSON III
KT XT KT XT KT XT KT XT
2 0,00 109,12 -0,22 101,47 -0,13 104,33 -0,05 107,49
5 0,84 138,36 0,64 131,40 1,03 145,11 0,82 139,87
10 1,28 153,67 1,26 152,98 1,80 172,10 1,30 161,87
25 1,75 170,07 2,10 182,22 2,78 206,21 1,84 190,47
50 2,05 180,48 2,75 204,84 3,51 231,51 2,21 212,41
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
68
Selanjutnya dilakukan pengukuran dispersi:
1. Menghitung koefisien Skewness (Cs)
Cs = 𝑛∑(Xi−Xr)3
(𝑛−1)(𝑛−2)𝑆3
dimana,
Cs = Koefisien skewness
Xi = Curah hujan
Xr = Harga rata-rata
S = Standar deviasi
maka,
Cs = 𝑛∑(Xi−Xr)3
(𝑛−1)(𝑛−2)𝑆3
Cs = 11 × 187813,4
10 × 9 × 34,8063
Cs = 0,5443
2. Menghitung koefisien Variasi (Cv)
Cv = 𝑆
𝑋𝑟
maka,
Cv = 𝑆
𝑋𝑟
Cv = 34,806
109,127
Cv = 0,3189
3. Menghitung koefisien Kurtosis (Ck)
Ck = 𝑛2∑(Xi−Xr)4
(𝑛−1)(𝑛−2)(𝑛−3)𝑆4
maka,
Ck = 𝑛2∑(Xi−Xr)4
(𝑛−1)(𝑛−2)(𝑛−3)𝑆4
Ck = 112 × 23917951.9
10 × 9 × 8 × 34.806 4
Ck = 2,7388
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
69
4. Menentukan curah hujan yang akan digunakan dalam perencanaan
Hasil perhitungan curah hujan rencana periode T tahun harus dianalisis dengan
syarat-syarat jenis distribusi untuk menentukan curah hujan yang akan digunakan
dalam perencanaan ini. Tabel 4.5 memperlihatkan kesimpulan berdasarkan syarat jenis
distribusi.
Tabel 4.5 Kesimpulan berdasarkan Syarat Jenis Distribusi
No. Jenis Distribusi Syarat Hasil Hitungan Kesimpulan
1 Normal 𝐶𝑠 = 0,7385 Cs = 0,5443 Tidak
memenuhi 𝐶𝑘 = 1,4770 Ck = 2,7388
2 Log – Normal 𝐶𝑠 = 3 𝐶𝑣 + (𝐶𝑣3) =
0,9893 Cs = 0,5443
Tidak
memenuhi
3 Gumbel 𝐶𝑠 = 1,1396 Cs = 0,638 Tidak
memenuhi 𝐶𝑘 = 5,4002 Ck = -0,478
4 Log – Pearson III 𝐶𝑠 ≠ 0 Cs = 0,5443 Memenuhi
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, yang memenuhi persyaratan adalah jenis
distribusi Log-Pearson III. Dari jenis distribusi yang telah memenuhi syarat tersebut
perlu diuji kecocokannya dengan beberapa metode. Hasil uji kecocokan menunjukan
distribusinya dapat diterima atau tidak.
4.2.3 Uji Kecocokan
Metode yang digunakan untuk mengetahui apakah persamaan distribusi yang telah
dipilih dapat mewakili distribusi sampel yang dianalisis adalah metode uji chi kuadrat
(Chi Square Test) dan uji Smirnov Kolmogorov.
A. Uji Chi Kuadrat
Tingkat kecocokan dari uji statistik ini adalah 5% atau derajat ketidakpercayaan
0,05.
Berikut adalah langkah-langkah perhitungan (Chi Square Test):
1. Menghitung jumlah kelas interval (K)
K = 1 + 3,322 log n
dimana ,
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
70
K = Jumlah kelas interval
n = Jumlah data
maka,
K = 1 + 3,322 log 11
K = 4
2. Menghitung derajat kebebasan (DK)
DK = K – (P+1)
dimana,
DK = Derajat kebebasan
K = Jumlah kelas
P = Parameter hujan (P = 1) Parameter yang digunakan 1, yaitu waktu
maka,
DK = 4 – (1 + 1)
= 2
3. Menghitung nilai yang diharapkan (EF)
EF = 𝑛
𝐾
dimana,
EF = Nilai yang diharapkan
n = Jumlah data
K = Jumlah kelas
maka,
EF = 11
4
= 2,75
4. Menghitung ΔX
ΔX = (X maks – X min) / (K – 1)
ΔX = (168,8 – 64,8) / (4 – 1)
ΔX = 34,66 dibulatkan menjadi 35
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
71
5. Menghitung X awal
X awal = X min – ½ ΔX
= 64,8 – 17,5
= 47,30 dibulatkan menjadi 47
Tabel 4.6 Perhitungan Uji Chi Kuadrat
No P(X) EF OF EF-OF (EF-OF)2 (EF-OF)2/EF
1 47 < X < 81,99 2,75 3 -0,25 0,06 0,02
2 82 < X < 116,99 2,75 4 -1,25 1,56 0,56
3 117 < X < 151,99 2,75 2 0,75 0,56 0,20
4 152 < X < 186,99 2,75 2 0,75 0,56 0,20
Total = 11 11 1,00
Dari pengujian yang dilakukan dengan menggunakan metode uji chi kuadrat didapat
bahwa Chi kuadrat = 1,00 sedangkan untuk nilai Chi kritis = 7,81 (menggunakan data
pada Tabel 2.7 untuk dk = 3 dengan α = 5%). Karena Chi kuadrat = 1,00 < Chi kritis =
7,81 maka pemilihan distribusi memenuhi syarat.
B. Uji Smirnov Kolmogorov
Perhitungan uji kecocokan dengan metode Smirnov – Kolmogorov diperlihatkan pada
Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Perhitungan Uji Smirnov – Kolmogorov
Xi m P =
m/(n+1) 1 - P P' = m/(n-1) 1 - P' D
64,8 1 0,08 0,91 0,1 0,90 0,01
78,1 2 0,16 0,83 0,2 0,80 0,03
78,6 3 0,25 0,75 0,3 0,70 0,05
96 4 0,33 0,66 0,4 0,60 0,06
96,8 5 0,41 0,58 0,5 0,50 0,08
100 6 0,50 0,50 0,6 0,40 0,10
105 7 0,58 0,41 0,7 0,30 0,11
120,5 8 0,66 0,33 0,8 0,20 0,13
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
72
Tabel 4.7 Perhitungan Uji Smirnov – Kolmogorov (Lanjutan)
Xi m P =
m/(n+1) 1 - P P' = m/(n-1) 1 - P' D
135,3 9 0,75 0,25 0,9 0,10 0,15
156,5 10 0,83 0,16 1 0,00 0,16
168,8 11 0,91 0,08 1,1 -0,10 0,18
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, didapatkan nilai Dmax = 0,18. Dengan
menggunakan data pada Tabel 2.8 untuk derajat kepercayaan 5 %, maka diperoleh D kritis
= 0,39. Karena nilai Dmax lebih kecil dari nilai D kritis (0,18 < 0,39), maka persamaan
distribusi yang diperoleh dapat diterima.
4.2.4 Perhitungan Intensitas Curah Hujan Rencana
Perhitungan intensitas curah hujan menggunakan metode Mononobe dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝛪 =𝑅24
24× (
24
𝑡)
2/3
Keterangan:
I = Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
24R = Curah Hujan Maksimum dalam 24 jam (mm)
t = Lamanya curah hujan (jam)
Tabel 4.8 Curah Hujan Rencana
T (Periode Ulang) XT (mm)
2 107,49
5 139,87
10 161,87
25 190,47
50 212,41
Setelah diketahui nilai intensitas curah hujan, dilanjutkan dengan perhitungan
hidrograf sebagai variabel yang akan dimasukkan dalam Time Series di program
SWMM.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
73
Tabel 4.9 Perhitungan Distribusi Hujan Jam-Jam an Periode Ulang 2 Tahunan
T
I Distribusi hujan jam-jam an
mm/jam mm/jam %
1 37,26 31,72 34,09
2 23,47 19,98 21,48
3 17,91 15,25 16,39
4 14,78 12,58 13,53
5 12,74 10,84 11,66
6 11,28 9,60 10,32
∑ 117,48 100 107,49
Tabel 4.10 Perhitungan Distribusi Hujan Jam-Jam an Periode Ulang 5 Tahunan
T
I Distribusi hujan jam-jam an
mm/jam mm/jam %
1 48,49 31,72 44,37
2 30,54 19,98 27,95
3 23,31 15,25 21,33
4 19,24 12,58 17,60
5 16,58 10,84 15,17
6 14,68 9,60 13,43
∑ 152,86 100 139,87
Tabel 4.11 Perhitungan Distribusi Hujan Jam-Jam an Periode Ulang 10 Tahunan
T
I Distribusi hujan jam-jam an
mm/jam mm/jam %
1 56,11 31,72 51,35
2 35,35 19,98 32,34
3 26,97 15,25 24,68
4 22,27 12,58 20,37
5 19,19 10,84 17,56
6 16,99 9,60 15,55
∑ 176,91 100 161,87
Tabel 4.12 Perhitungan Distribusi Hujan Jam-Jam an Periode Ulang 25 Tahunan
T
I Distribusi hujan jam-jam an
mm/jam mm/jam %
1 66,03 31,72 60,42
2 41,59 19,98 38,06
3 31,74 15,25 29,04
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
74
Tabel 4.12 Perhitungan Distribusi Hujan Jam-Jam an Periode Ulang 25 Tahunan
(Lanjutan)
T
I Distribusi hujan jam-jam an
mm/jam mm/jam %
4 26,20 12,58 23,97
5 22,58 10,84 20,66
6 19,99 9,60 18,29
∑ 208,16 100 190,47
Tabel 4.13 Perhitungan Distribusi Hujan Jam-Jam an Periode Ulang 50 Tahunan
T
I Distribusi hujan jam-jam an
mm/jam mm/jam %
1 73,64 31,72 67,38
2 46,39 19,98 42,44
3 35,40 15,25 32,39
4 29,22 12,58 26,74
5 25,18 10,84 23,04
6 22,30 9,60 20,40
∑ 232,14 100 212,41
4.3 Pemodelan
Pada pemodelan evaluasi kinerja sistem jaringan drainase panggung lor yang
menggunakan aplikasi EPA-SWMM akan dilakukan dua simulasi. Simulasi yang
pertama yaitu simulasi sesuai dengan kondisi eksisting yang ada di panggung lor,
selanjutnya simulasi kedua yaitu dengan mengoptimalkan kinerja pompa yang ada.
4.3.1 Simulasi 1 (Sesuai kondisi eksisting)
Pada simulasi 1, pemodelan dilakukan sesuai dengan kondisi eksisting di wilayah
panggung lor dimana rumah pompa yang bekerja terletak di 7 titik lokasi. Gambar 4.13
memperlihatkan letak rumah pompa yang bekerja sesuai kondisi eksisting.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
75
Gambar 4.13 Letak Rumah Pompa yang Bekerja Sesuai Kondisi Eksisting.
Sistem jaringan drainase dimodelkan menggunakan software EPA SWMM,
dan komponen yang diperlukan yaitu:
1. Subcatchment
Daerah tangkap hujan dengan sistem drainase yang langsung mengalir
ke muara. Gambar 4.14 memperlihatkan pembagian subcatchment pada
daerah Panggung Lor Semarang.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
76
Gambar 4.14 Pembagian Subcatchment pada Daerah Panggung Lor Semarang.
Parameter yang ada pada subcatchment yaitu:
a. Area : Luas masing – masing subcatchment
b. Width : Lebar masing – masing subcatchment. Cara
menentukan lebar yaitu dengan cara linear
pada google earth, setiap subcatchment dibagi
menjadi 3 bagian dan nantinya akan diambil
rata-rata.
c. % Slope : Kemiringan dari subcatchment
d. % Impervious : Persen luas tanah yang kedap air
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
77
e. N – Impervious : Koefisien angka kekasaran Manning disetiap
subcatchment yang kedap air
f. N – Pervious : Koefisien angka kekasaran Manning disetiap
subcatchment yang tidak kedap air
Tabel 4.14 Nilai Parameter Subcatchment Panggung Lor
Nama Luas
(Ha)
% Slope % Impervious N – Impervious N – Pervious
S1 0,91 0,35 75 0,011 0,13
S2 2,45 0,45 85 0,011 0,13
S3 3,63 0,00 30 0,011 0,13
S4 7,18 0,29 25 0,011 0,13
S5 4,10 0,52 20 0,011 0,13
S6 3,94 0,19 80 0,011 0,13
S7 10,60 0,15 85 0,011 0,13
S8 6,28 0,31 85 0,011 0,13
S9 8,34 0,15 80 0,011 0,13
S10 5,15 0,41 80 0,011 0,13
S11 2,59 0,18 85 0,011 0,13
S12 5,48 0,00 85 0,011 0,13
S13 7,49 0,07 80 0,011 0,13
S14 5,44 0,50 85 0,011 0,13
S15 3,93 0,52 80 0,011 0,13
S16 3,97 0,16 85 0,011 0,13
S17 2,99 0,39 85 0,011 0,13
S18 1,92 2,20 70 0,011 0,13
S19 3,47 0,57 85 0,011 0,13
S20 1,82 0,80 25 0,011 0,13
S21 4,75 0,16 75 0,011 0,13
S22 7,64 0,22 75 0,011 0,13
S23 12,80 0,07 10 0,011 0,13
S24 2,43 0,53 30 0,011 0,13
S25 6,56 0,29 80 0,011 0,13
2. Junction
Titik sistem drainase dimana dua atau lebih saluran (conduit) bergabung.
Gambar 4.15 memperlihatkan pembagian junction pada daerah
Panggung Lor Semarang.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
78
Gambar 4.15 Pembagian Junction pada Daerah Panggung Lor Semarang.
Parameter yang ada pada junction yaitu:
a. Invert El. : Elevasi ketinggian (m)
b. Max. depth : Kedalaman maksimum dari junction (m)
c. Initial depth : Kedalaman awal (m)
Tabel 4.15 Nilai Parameter Junction Panggung Lor
Node Invert El. (m) Max. Depth (m) Initial depth (m)
J1 3,35 1,30 0,04
J2 3,65 0,96 0,04
J3 3,65 0,96 0,04
J4 3,05 1,70 0,20
J5 3,05 1,20 0,09
J6 3,35 1,00 0,04
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
79
Tabel 4.15 Nilai Parameter Junction Panggung Lor (Lanjutan)
Node Invert El. (m) Max. Depth (m) Initial depth (m)
J7 3,65 1,00 0,04
J8 3,65 1,00 0,08
J9 4,26 1,20 0,08
J10 3,35 1,35 0,10
J11 3,35 1,35 0,10
J12 3,35 1,35 0,10
J13 3,65 1,35 0,10
J14 3,35 1,20 0,10
J15 3,65 1,14 0,10
J16 3,96 1,14 0,10
J17 4,56 1,14 0,10
J18 3,65 1,30 0,04
J19 3,35 1,00 0,04
J20 3,65 1,00 0,04
J21 3,65 1,20 0,09
J22 3,96 1,20 0,09
J23 4,26 0,80 0,08
J24 4,26 0,80 0,08
J25 5,18 0,96 0,08
J26 3,65 1,30 0,04
J27 3,96 1,30 0,04
J28 3,96 1,20 0,09
J29 4,26 1,20 0,09
J30 5,18 1,20 0,09
J31 5,48 0,96 0,08
J32 4,87 0,96 0,04
J33 3,35 1,00 0,04
J34 4,26 1,20 0,08
J35 3,96 1,30 0,09
J36 3,35 0,65 0,04
J37 3,96 1,20 0,08
J38 3,05 1,35 0,04
J39 3,05 1,30 0,04
J40 3,05 1,30 0,04
J41 2,75 1,30 0,04
J42 3,05 1,00 0,04
J43 2,75 1,70 0,20
J44 3,05 1,20 0,09
J45 3,96 1,20 0,09
J46 4,26 1,20 0,08
J47 4,26 1,20 0,08
J48 4,87 0,96 0,08
J49 4,56 0,96 0,08
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
80
3. Conduit
Saluran yang mengalirkan air limpasan serta menjadi penghubung antar
junction. Gambar 4.16 memperlihatkan pembagian conduit pada daerah
Panggung Lor Semarang
Gambar 4.16 Pembagian Conduit pada Daerah Panggung Lor Semarang.
Parameter yang ada pada conduit yaitu:
a. Shape : Bentuk penampang saluran
b. Max depth : Kedalaman maksimum dari penampang saluran (m)
c. Length : Panjang saluran (m)
d. Roughness : Koefisien kekasaran Manning
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
81
Tabel 4.16 Nilai Parameter Conduit Panggung Lor
Data Inlet
Node
Outlet
Node
Shape Max.
Depth (m)
Bottom
Width (m)
Length
(m)
Roughness
C1 J31 J25 RECT_OPEN 0,96 0,46 225,41 0,013
C2 J25 J32 RECT_OPEN 0,96 0,46 271,39 0,013
C3 J32 J17 RECT_OPEN 0,57 0,37 171,44 0,013
C4 J17 J47 RECT_OPEN 1,20 2,10 172,98 0,013
C5 J9 J8 RECT_OPEN 1,10 1,20 147,63 0,013
C6 J17 J16 RECT_OPEN 0,96 1,00 160,29 0,013
C7 J16 J17 RECT_OPEN 0,96 1,00 36,97 0,013
C8 J15 J7 RECT_OPEN 1,10 0,74 326,42 0,013
C9 J8 J7 RECT_OPEN 0,96 1,20 36,39 0,013
C10 J7 J6 RECT_OPEN 0,96 1,20 71,83 0,013
C11 J6 J33 RECT_OPEN 1,00 2,00 292,29 0,013
C12 J6 J5 RECT_OPEN 0,96 1,20 198,84 0,013
C13 J5 J4 RECT_OPEN 0,48 0,60 153,94 0,013
C14 J4 J3 RECT_OPEN 0,96 1,20 62,10 0,013
C15 J3 J2 RECT_OPEN 0,48 0,60 262,24 0,013
C16 J2 J1 RECT_OPEN 0,48 0,60 123,24 0,013
C17 J25 J24 RECT_OPEN 1,00 1,30 373,20 0,013
C18 J24 J16 RECT_OPEN 1,00 2,00 199,62 0,013
C19 J24 J23 RECT_OPEN 1,00 1,30 220,77 0,013
C20 J23 J22 RECT_OPEN 1,00 1,30 51,19 0,013
C21 J22 J21 RECT_OPEN 1,20 2,60 153,94 0,013
C22 J21 J14 RECT_OPEN 1,20 2,60 41,97 0,013
C23 J14 J5 RECT_OPEN 1,20 2,60 320,15 0,013
C24 J21 J20 RECT_OPEN 1,00 2,00 353,15 0,013
C25 J20 J19 RECT_OPEN 1,00 2,00 30,49 0,013
C26 J19 J12 RECT_OPEN 1,30 2,00 190,34 0,013
C27 J19 J18 RECT_OPEN 1,00 2,00 223,73 0,013
C28 J18 J10 RECT_OPEN 1,00 2,00 217,99 0,013
C29 J14 J13 RECT_OPEN 1,00 2,40 198,84 0,013
C30 J13 J3 RECT_OPEN 1,00 2,00 324,00 0,013
C31 J13 J12 RECT_OPEN 1,00 2,40 55,14 0,013
C32 J12 J11 RECT_OPEN 1,00 2,40 256,34 0,013
C33 J11 J10 RECT_OPEN 1,00 2,40 27,10 0,013
C34 J11 J1 RECT_OPEN 1,30 1,60 335,86 0,013
C35 J11 J10 RECT_OPEN 1,00 2,40 89,76 0,013
C36 J31 J30 RECT_OPEN 0,90 0,55 360,68 0,013
C37 J30 J24 RECT_OPEN 1,00 2,00 212,86 0,013
C38 J30 J34 RECT_OPEN 1,00 2,00 200,98 0,013
C39 J34 J23 RECT_OPEN 1,00 2,00 223,66 0,013
C40 J34 J29 RECT_OPEN 1,59 2,28 113,98 0,013
C41 J29 J28 RECT_OPEN 1,59 2,28 84,34 0,013
C42 J28 J22 RECT_OPEN 1,20 2,60 202,51 0,013
C43 J28 J27 RECT_OPEN 1,59 2,28 184,89 0,013
C44 J27 J26 RECT_OPEN 1,00 2,00 21,14 0,013
C45 J26 J20 RECT_OPEN 1,00 2,00 130,28 0,013
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
82
Tabel 4.16 Nilai Parameter Conduit Panggung Lor (Lanjutan)
Data Inlet
Node
Outlet
Node
Shape Max.
Depth (m)
Bottom
Width (m)
Length
(m)
Roughness
C46 J26 J18 RECT_OPEN 1,00 2,00 379,05 0,013
C47 J8 J36 RECT_OPEN 0,65 0,95 266,69 0,013
C48 J9 J37 RECT_OPEN 1,20 2,10 262,84 0,013
C49 J40 J41 RECT_OPEN 1,00 2,00 62,86 0,013
C50 J29 J35 RECT_OPEN 1,59 2,28 153,88 0,013
C51 J1 J41 RECT_OPEN 1,30 1,60 170,03 0,013
C52 J2 J42 RECT_OPEN 0,80 1,50 327,99 0,013
C53 J1 J39 RECT_OPEN 1,30 1,60 57,21 0,013
C54 J39 J40 RECT_OPEN 1,00 1,60 150,69 0,013
C55 J4 J43 RECT_OPEN 1,70 2,60 272,68 0,013
C56 J5 J44 RECT_OPEN 1,20 2,60 267,28 0,013
C57 J15 J14 RECT_OPEN 0,96 1,00 369,08 0,013
C58 J10 J38 RECT_OPEN 1,00 2,40 81,27 0,013
C59 J35 J38 RECT_OPEN 1,59 2,00 951,14 0,013
C60 J47 J9 RECT_OPEN 1,20 2,10 149,49 0,013
C61 J38 J39 RECT_OPEN 1,00 1,50 328,54 0,013
C62 J35 J27 RECT_OPEN 0,96 0,46 151,50 0,013
C63 J48 J47 RECT_OPEN 0,96 0,46 167,71 0,013
C64 J32 J48 RECT_OPEN 0,96 0,46 139,98 0,013
C65 J48 J49 RECT_OPEN 0,96 0,46 397,61 0,013
C66 J49 J37 RECT_OPEN 0,96 0,46 168,04 0,013
C67 J37 J36 RECT_OPEN 0,96 0,46 149,69 0,013
C68 J36 J33 RECT_OPEN 0,96 0,46 111,75 0,013
C69 J33 J44 RECT_OPEN 0,96 0,46 172,87 0,013
C70 J44 J43 RECT_OPEN 1,00 1,72 146,75 0,013
C71 J43 J42 RECT_OPEN 1,00 1,72 247,74 0,013
C72 J42 J41 RECT_OPEN 1,45 0,90 217,52 0,013
4. Pump
Pompa adalah penghubung yang digunakan untuk mengangkat air ke
ketinggian yang lebih tinggi. Kurva pompa menjelaskan hubungan
antara laju aliran dan kondisi pompa pada inlet dan outlet nya node.
Parameter yang ada pada pump yaitu:
a. Initial on/off status : Status pompa nyala atau mati
b. Startup depths : Kedalaman pada saat pompa dinyalakan
c. Shutoff depths : Kedalaman pada saat pompa dimatikan
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
83
Tabel 4.17 Nilai Parameter Pump Panggung Lor
Rumah Pompa Initial on/off status Startup depths (m) Shutoff depths (m)
1 Off 0,75 0,25
2 Off 0,40 0,15
3 Off 0,75 0,25
4 Off 0,75 0,25
5 Off 0,75 0,25
6 Off 0,75 0,25
7 Off 0,75 0,25
8 Off - -
9 Off - -
5. Outfall
Titik paling akhir dari sistem drainase. Outfall pada kelurahan panggung
lor menggunakan tipe FREE. Pada kelurahan panggung lor, outfall pada
rumah pompa 1 – 6 menuju ke sungai kali asin sedangkan untuk outfall
pada rumah pompa 7 menuju ke saluran Jl. Tanjung Mas Raya yang
nantinya aliran air akan diteruskan menuju ke sungai kali asin.
Komponen lain yang digunakan yaitu rain gage yang berguna untuk
memberi hujan rencana kepada model jaringan drainase yang telah
dibuat. Simulasi aliran dilakukan dengan menggunakan data curah hujan
yang ditentukan dari analisis curah hujan rencana. Data yang dipakai
untuk rain gage yaitu 161,877 mm. Data disimulasikan pada time series
menggunakan pola distribusi hujan 6 jam. Pada jam ke-1 merupakan
nilai curah hujan tertinggi.
Setelah dilakukan pemodelan didapatkan 25 subcatchment, 49
junction, 72 conduit dan 7 outfall. Pemodelan jaringan drainase
diperlihatkan pada Gambar 4.17.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
84
Gambar 4.17 Pemodelan Jaringan Drainase.
Simulasi selanjutnya dilakukan untuk melihat respon aliran air. Kota
Semarang termasuk dalam kota besar dan memiliki luas daerah tangkap
air < 10 hektar, oleh sebab itu, maka digunakan periode ulang 2 tahunan.
Selanjutnya, simulasi dilakukan dengan membandingkan antara periode
ulang 2 tahunan, 10 tahunan dan 25 tahunan.
1. Pada simulasi dengan menggunakan periode ulang 2 tahunan
menghasilkan kualitas yang cukup baik dengan nilai continuity error
surface runoff adalah -0,20% dan nilai continuity error flow routing
adalah 0,00%. Nilai simulasi kurang baik jika nilai continuity error
mencapai 10%. Dari total hujan 107,49 mm, tiap subcatchment
menunjukkan bahwa total infiltrasi antara 0,65 – 3,94 mm per
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
85
subcatchment dan sisanya menjadi limpasan. Hal ini disebabkan
karena sebagian besar merupakan lahan impervious. Hasil simulasi
limpasan puncak yang terjadi tiap subcatchment diperlihatkan pada
Tabel 4.18.
Tabel 4.18 Peak Runoff Tiap Subcatchment Periode Ulang 2 Tahunan
Subcatchment Total hujan
(mm)
Total Infiltrasi
(mm)
Total Runoff
(mm)
Peak Runoff
(m3/s)
S1 107,49 0,66 106,97 0,09
S2 107,49 0,66 106,91 0,23
S3 107,49 3,06 0,00 0,00
S4 107,49 3,28 97,24 0,43
S5 107,49 3,50 100,81 0,31
S6 107,49 0,66 106,40 0,37
S7 107,49 0,66 104,86 0,92
S8 107,49 0,66 106,28 0,59
S9 107,49 0,66 105,34 0,75
S10 107,49 0,66 106,44 0,48
S11 107,49 0,66 106,73 0,24
S12 107,49 0,66 0,00 0,00
S13 107,49 0,66 103,74 0,60
S14 107,49 0,66 106,20 0,51
S15 107,49 0,66 106,44 0,37
S16 107,49 0,66 105,69 0,36
S17 107,49 0,66 106,24 0,28
S18 107,49 0,65 107,09 0,18
S19 107,49 0,66 106,40 0,32
S20 107,49 3,28 102,73 0,16
S21 107,49 0,66 105,71 0,43
S22 107,49 0,66 105,15 0,68
S23 107,49 3,94 78,33 0,50
S24 107,49 3,28 101,30 0,19
S25 107,49 3,28 99,96 0,46
Besarnya total runoff pada tiap subcatchment berbeda-beda karena
perbedaan luas area impervious pada tiap subcatchment. Semakin besar
area impervious, maka semakin besar curah hujan menjadi runoff.
Nilai peak runoff terjadi pada S7 yaitu sebesar 0,92 m3/s. Untuk lebih
rinci meninjau pergerakan peak runoff pada S7, diperlihatkan pada
Gambar 4.18.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
86
Gambar 4.18 Hidrograf Runoff pada S7 Periode Ulang 2 Tahunan.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa pada pukul 00.45 mulai terjadi
runoff pada subcatchment seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.18.
Selanjutnya, pada pukul 01.30 mulai terjadi peak runoff. Kemudian
pukul 01.45 runoff pada subcatchment mulai berkurang. Runoff terjadi
karena kawasan tersebut kurang memiliki lahan terbuka dan didominasi
oleh area impervious yang kurang dapat menyerap air melalui infiltrasi.
Hasil simulasi menunjukkan elevasi air tertinggi dari Junction 17
sampai Outfall 1 (saluran di Jalan Kalimas Raya) yang terjadi pada pukul
02:00. Saluran ini tidak meluap karena debit air sebesar 27% dengan total
inflow 1,40 m3/s dapat tertampung oleh dimensi saluran yang ada.
Gambar 4.19 memperihatkan elevasi air tertinggi dari Junction 17
sampai Outfall 1.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
87
Gambar 4.19 Elevasi Air Tertinggi dari Junction 17 sampai Outfall 1
Periode Ulang 2 Tahunan.
Selanjutnya, elevasi air tertinggi dari Junction 15 sampai Outfall 2
(saluran di Jalan Kalimas III) yang terjadi pada pukul 02:00. Saluran ini
juga tidak meluap karena debit air sebesar 70% dengan total inflow 1,48
m3/s dapat tertampung oleh dimensi saluran yang ada. Gambar 4.20
memperlihatkan elevasi air tertinggi dari Junction 15 sampai Outfall 2.
Gambar 4.20 Elevasi Air Tertinggi dari Junction 15 sampai Outfall 2
Periode Ulang 2 Tahunan.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
88
Selanjutnya, elevasi air tertinggi dari Junction 29 sampai Outfall 3
(saluran di Jalan Telaga Mas Raya) terjadi pada pukul 02:00. Saluran ini
juga tidak meluap karena debit air sebesar 55% dengan total inflow 9,57
m3/s dapat tertampung oleh dimensi saluran yang ada. Gambar 4.21
memperlihatkan elevasi air tertinggi dari Junction 29 sampai Outfall 3.
Gambar 4.21 Elevasi Air Tertinggi dari Junction 29 sampai Outfall 3
Periode Ulang 2 Tahunan.
Selanjutnya, elevasi air tertinggi dari Junction 5 sampai Outfall 4
(saluran yang menuju ke rumah pompa 4) terjadi pada pukul 02:00.
Saluran ini juga tidak meluap karena debit air sebesar 53% dengan total
inflow 3,36 m3/s dapat tertampung oleh dimensi saluran yang ada.
Gambar 4.22 memperlihatkan elevasi air tertinggi dari Junction 5 sampai
Outfall 4.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
89
Gambar 4.22 Elevasi Air Tertinggi dari Junction 5 sampai Outfall 4
Periode Ulang 2 Tahunan.
Selanjutnya, elevasi air tertinggi dari Junction 13 sampai Outfall 5
(saluran di Jalan Muara Mas Timur) terjadi pada pukul 02:00. Saluran
ini juga tidak meluap karena debit air sebesar 40% dengan total inflow
0,32 m3/s dapat tertampung oleh dimensi saluran yang ada. Gambar 4.23
memperlihatkan elevasi air tertinggi dari Junction 13 sampai Outfall 5.
Gambar 4.23 Elevasi Air Tertinggi dari Junction 13 sampai Outfall 5
Periode Ulang 2 Tahunan.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
90
Selanjutnya, elevasi air tertinggi dari Junction 11 sampai Outfall 6
(saluran di Jalan Taman Muara Mas) terjadi pada pukul 02:00. Saluran
ini juga tidak meluap karena debit air sebesar 33% dengan total inflow
1,72 m3/s dapat tertampung oleh dimensi saluran yang ada. Gambar 4.24
memperlihatkan elevasi air tertinggi dari Junction 11 sampai Outfall 6.
Gambar 4.24 Elevasi Air Tertinggi dari Junction 11 sampai Outfall 6
Periode Ulang 2 Tahunan.
Selanjutnya, elevasi air tertinggi dari Junction 14 sampai Outfall 7
(saluran di Kuala Mas Raya) terjadi pada pukul 02:00. Saluran ini juga
tidak meluap karena debit air sebesar 45% dengan total inflow 6,78 m3/s
dapat tertampung oleh dimensi saluran yang ada. Gambar 4.25
memperlihatkan elevasi air tertinggi dari Junction 14 sampai Outfall 7.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
91
Gambar 4.25 Elevasi Air Tertinggi dari Junction 14 sampai Outfall 7
Periode Ulang 2 Tahunan.
2. Pada simulasi dengan menggunakan periode ulang 10 tahunan
menghasilkan kualitas yang cukup baik dengan nilai continuity error
surface runoff adalah -0,21% dan nilai continuity error flow routing
adalah 0,00%. Nilai simulasi kurang baik jika nilai continuity error
mencapai 10%. Dari total hujan 161,877 mm, tiap subcatchment
menunjukkan bahwa total infiltrasi antara 0,47 – 2,81 mm per
subcatchment dan sisanya menjadi limpasan. Hal ini disebabkan
karena sebagian besar merupakan lahan impervious. Hasil simulasi
limpasan puncak yang terjadi tiap subcatchment diperlihatkan pada
Tabel 4.19.
Tabel 4.19 Peak Runoff Tiap Subcatchment Periode Ulang 10 Tahunan
Subcatchment Total hujan
(mm)
Total Infiltrasi
(mm)
Total Runoff
(mm)
Peak Runoff
(m3/s)
S1 161,87 0,66 161,58 0,13
S2 161,87 0,66 161,51 0,35
S3 161,87 3,06 0,00 0,00
S4 161,87 3,28 150,53 0,72
S5 161,87 3,50 154,81 0,51
S6 161,87 0,66 160,90 0,56
S7 161,87 0,66 159,11 1,44
S8 161,87 0,66 160,76 0,89
S9 161,87 0,66 159,68 1,15
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
92
Tabel 4.19 Peak Runoff Tiap Subcatchment Periode Ulang 10 Tahunan (Lanjutan)
Subcatchment Total hujan
(mm)
Total Infiltrasi
(mm)
Total Runoff
(mm)
Peak Runoff
(m3/s)
S10 161,87 0,66 160,95 0,73
S11 161,87 0,66 161,29 0,37
S12 161,87 0,66 0,00 0,00
S13 161,87 0,66 157,81 0,97
S14 161,87 0,66 160,67 0,77
S15 161,87 0,66 160,95 0,56
S16 161,87 0,66 160,08 0,55
S17 161,87 0,66 160,71 0,42
S18 161,87 0,65 161,71 0,27
S19 161,87 0,66 160,90 0,49
S20 161,87 3,28 157,01 0,25
S21 161,87 0,66 160,10 0,66
S22 161,87 0,66 159,45 1,05
S23 161,87 3,94 127,44 0,83
S24 161,87 3,28 155,35 0,30
S25 161,87 3,28 153,77 0,76
Besarnya total runoff pada tiap subcatchment berbeda-beda karena
perbedaan luas area impervious pada tiap subcatchment. Semakin besar
area impervious, maka semakin besar curah hujan menjadi runoff.
Nilai peak runoff terjadi pada S7 yaitu sebesar 1,44 m3/s. Untuk lebih
rinci meninjau pergerakan peak runoff pada S7, diperlihatkan pada
Gambar 4.26.
Gambar 4.26 Hidrograf Runoff pada S7 Periode Ulang 10 Tahunan.
1,44
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
0 1 2 3 4 5 6 7
Ru
no
ff (
m3
/s)
Elapsed Time (hours)
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
93
Hasil simulasi menunjukkan bahwa pada pukul 01.00 mulai terjadi
runoff pada subcatchment seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.15.
Selanjutnya, pada pukul 02.00 mulai terjadi peak runoff. Kemudian
pukul 02.15 runoff pada subcatchment mulai berkurang. Runoff terjadi
karena kawasan tersebut kurang memiliki lahan terbuka dan didominasi
oleh area impervious yang kurang dapat menyerap air melalui infiltrasi.
Hasil simulasi menunjukkan elevasi air tertinggi dari Junction 17
sampai Outfall 1 (saluran di Jalan Kalimas Raya) yang terjadi pada pukul
02:00. Saluran ini tidak meluap karena debit air sebesar 33% dengan total
inflow 2,07 m3/s dapat tertampung oleh dimensi saluran yang ada.
Gambar 4.27 memperihatkan elevasi air tertinggi dari Junction 17
sampai Outfall 1.
Gambar 4.27 Elevasi Air Tertinggi dari Junction 17 sampai Outfall 1
Periode Ulang 10 Tahunan.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
94
Selanjutnya, elevasi air tertinggi dari Junction 15 sampai Outfall 2
(saluran di Jalan Kalimas III) yang terjadi pada pukul 02:00. Saluran ini
juga tidak meluap karena debit air sebesar 75% dengan total inflow 2,51
m3/s dapat tertampung oleh dimensi saluran yang ada. Gambar 4.28
memperlihatkan elevasi air tertinggi dari Junction 15 sampai Outfall 2.
Gambar 4.28 Elevasi Air Tertinggi dari Junction 15 sampai Outfall 2
Periode Ulang 10 Tahunan.
Selanjutnya, elevasi air tertinggi dari Junction 29 sampai Outfall 3
(saluran di Jalan Telaga Mas Raya) terjadi pada pukul 02:00. Saluran ini
juga tidak meluap karena debit air sebesar 86% dengan total inflow 13,65
m3/s dapat tertampung oleh dimensi saluran yang ada. Gambar 4.29
memperlihatkan elevasi air tertinggi dari Junction 29 sampai Outfall 3.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
95
Gambar 4.29 Elevasi Air Tertinggi dari Junction 29 sampai Outfall 3
Periode Ulang 10 Tahunan.
Selanjutnya, elevasi air tertinggi dari Junction 5 sampai Outfall 4
(saluran yang menuju ke rumah pompa 4) terjadi pada pukul 02:00.
Saluran ini juga tidak meluap karena debit air sebesar 85% dengan total
inflow 4,85 m3/s dapat tertampung oleh dimensi saluran yang ada.
Gambar 4.30 memperlihatkan elevasi air tertinggi dari Junction 5 sampai
Outfall 4.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
96
Gambar 4.30 Elevasi Air Tertinggi dari Junction 5 sampai Outfall 4
Periode Ulang 10 Tahunan.
Selanjutnya, elevasi air tertinggi dari Junction 13 sampai Outfall 5
(saluran di Jalan Muara Mas Timur) terjadi pada pukul 02:00. Saluran
ini juga tidak meluap karena debit air sebesar 50% dengan total inflow
1,36 m3/s dapat tertampung oleh dimensi saluran yang ada. Gambar 4.31
memperlihatkan elevasi air tertinggi dari Junction 13 sampai Outfall 5.
Gambar 4.31 Elevasi Air Tertinggi dari Junction 13 sampai Outfall 5
Periode Ulang 10 Tahunan.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
97
Selanjutnya, elevasi air tertinggi dari Junction 11 sampai Outfall 6
(saluran di Jalan Taman Muara Mas) terjadi pada pukul 02:00. Saluran
ini juga tidak meluap karena debit air sebesar 61% dengan total inflow
4,10 m3/s dapat tertampung oleh dimensi saluran yang ada. Gambar 4.32
memperlihatkan elevasi air tertinggi dari Junction 11 sampai Outfall 6.
Gambar 4.32 Elevasi Air Tertinggi dari Junction 11 sampai Outfall 6
Periode Ulang 10 Tahunan.
Selanjutnya, elevasi air tertinggi dari Junction 14 sampai Outfall 7
(saluran di Kuala Mas Raya) terjadi pada pukul 02:00. Saluran ini juga
tidak meluap karena debit air sebesar 80% dengan total inflow 10,32 m3/s
dapat tertampung oleh dimensi saluran yang ada. Gambar 4.33
memperlihatkan elevasi air tertinggi dari Junction 14 sampai Outfall 7.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
98
Gambar 4.33 Elevasi Air Tertinggi dari Junction 14 sampai Outfall 7
Periode Ulang 10 Tahunan.
3. Pada simulasi dengan menggunakan periode ulang 25 tahunan
menghasilkan kualitas yang cukup baik dengan nilai continuity error
surface runoff adalah -0,21% dan nilai continuity error flow routing
adalah -0,04%. Nilai simulasi kurang baik jika nilai continuity error
mencapai 10%. Dari total hujan 190,44 mm, tiap subcatchment
menunjukkan bahwa total infiltrasi antara 0,66 – 3,94 mm per
subcatchment dan sisanya menjadi limpasan. Hal ini disebabkan
karena sebagian besar merupakan lahan impervious. Hasil simulasi
limpasan puncak yang terjadi tiap subcatchment diperlihatkan pada
Tabel 4.20.
Tabel 4.20 Peak Runoff Tiap Subcatchment Periode Ulang 25 Tahunan
Subcatchment Total hujan
(mm)
Total Infiltrasi
(mm)
Total Runoff
(mm)
Peak Runoff
(m3/s)
S1 190,44 0,66 190,25 0,15
S2 190,44 0,66 190,18 0,41
S3 190,44 3,06 0,00 0,00
S4 190,44 3,28 178,64 0,88
S5 190,44 3,50 183,22 0,61
S6 190,44 0,66 189,53 0,66
S7 190,44 0,66 187,63 1,71
S8 190,44 0,66 189,39 1,05
S9 190,44 0,66 188,23 1,36
S10 190,44 0,66 189,59 0,86
S11 190,44 0,66 189,59 0,43
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
99
Tabel 4.20 Hasil Simulasi Peak Runoff Tiap Subcatchment (Lanjutan)
Subcatchment Total hujan
(mm)
Total Infiltrasi
(mm)
Total Runoff
(mm)
Peak Runoff
(m3/s)
S12 190,44 0,66 0,00 0,00
S13 190,44 0,66 186,26 1,15
S14 190,44 0,66 189,28 0,91
S15 190,44 0,66 189,58 0,66
S16 190,44 0,66 188,66 0,66
S17 190,44 0,66 189,34 0,50
S18 190,44 0,65 190,39 0,32
S19 190,44 0,66 189,53 0,58
S20 190,44 3,28 185,53 0,29
S21 190,44 0,66 188,68 0,78
S22 190,44 0,66 188,00 1,24
S23 190,44 3,94 153,77 1,01
S24 190,44 3,28 183,78 0,37
S25 190,44 3,28 182,10 0,92
Besarnya total runoff pada tiap subcatchment berbeda-beda karena
perbedaan luas area impervious pada tiap subcatchment. Semakin besar
area impervious, maka semakin besar curah hujan menjadi runoff.
Nilai peak runoff terjadi pada S7 yaitu sebesar 1,71 m3/s. Untuk lebih
rinci meninjau pergerakan peak runoff pada S7, diperlihatkan pada
Gambar 4.34.
Gambar 4.34 Hidrograf Runoff pada S7 Periode Ulang 25 Tahunan.
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2
0 1 2 3 4 5 6 7
Ru
no
ff
(m3
/s)
Elapsed Time (hours)
1,71
1
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
100
Hasil simulasi menunjukkan bahwa pada pukul 01.00 mulai terjadi
runoff pada subcatchment seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.26.
Selanjutnya, pada pukul 02.00 mulai terjadi peak runoff. Kemudian
pukul 02.15 runoff pada subcatchment mulai berkurang. Runoff terjadi
karena kawasan tersebut kurang memiliki lahan terbuka dan didominasi
oleh area impervious yang kurang dapat menyerap air melalui infiltrasi.
Hasil simulasi menunjukkan elevasi air tertinggi dari Junction 17
sampai Outfall 1 (saluran di Jalan Kalimas Raya) yang terjadi pada pukul
02:00. Saluran ini tidak meluap karena debit air sebesar 39% dengan total
inflow 2,36 m3/s dapat tertampung oleh dimensi saluran yang ada.
Gambar 4.35 memperihatkan elevasi air tertinggi dari Junction 17
sampai Outfall 1.
Gambar 4.35 Elevasi Air Tertinggi dari Junction 17 sampai Outfall 1
Periode Ulang 25 Tahunan.
Selanjutnya, elevasi air tertinggi dari Junction 15 sampai Outfall 2
(saluran di Jalan Kalimas III) yang terjadi pada pukul 02:00. Saluran ini
juga tidak meluap karena debit air sebesar 90% dengan total inflow 3,06
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
101
m3/s dapat tertampung oleh dimensi saluran yang ada. Gambar 4.36
memperlihatkan elevasi air tertinggi dari Junction 15 sampai Outfall 2.
Gambar 4.36 Elevasi Air Tertinggi dari Junction 15 sampai Outfall 2
Periode Ulang 25 Tahunan.
Selanjutnya, elevasi air tertinggi dari Junction 29 sampai Outfall 3
(saluran di Jalan Telaga Mas Raya) terjadi pada pukul 02:00. Saluran ini
juga tidak meluap karena debit air sebesar 98% dengan total inflow 18,89
m3/s dapat tertampung oleh dimensi saluran yang ada. Gambar 4.37
memperlihatkan elevasi air tertinggi dari Junction 29 sampai Outfall 3.
Gambar 4.37 Elevasi Air Tertinggi dari Junction 29 sampai Outfall 3
Periode Ulang 25 Tahunan.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
102
Selanjutnya, elevasi air tertinggi dari Junction 5 sampai Outfall 4
(saluran yang menuju ke rumah pompa 4) terjadi pada pukul 02:00.
Saluran ini juga tidak meluap karena debit air sebesar 91% dengan total
inflow 5,14 m3/s dapat tertampung oleh dimensi saluran yang ada.
Gambar 4.38 memperlihatkan elevasi air tertinggi dari Junction 5 sampai
Outfall 4.
Gambar 4.38 Elevasi Air Tertinggi dari Junction 5 sampai Outfall 4
Periode Ulang 25 Tahunan.
Selanjutnya, elevasi air tertinggi dari Junction 13 sampai Outfall 5
(saluran di Jalan Muara Mas Timur) terjadi pada pukul 02:00. Saluran
ini juga tidak meluap karena debit air sebesar 79% dengan total inflow
2,15 m3/s dapat tertampung oleh dimensi saluran yang ada. Gambar 4.39
memperlihatkan elevasi air tertinggi dari Junction 13 sampai Outfall 5.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
103
Gambar 4.39 Elevasi Air Tertinggi dari Junction 13 sampai Outfall 5
Periode Ulang 25 Tahunan.
Selanjutnya, elevasi air tertinggi dari Junction 11 sampai Outfall 6
(saluran di Jalan Taman Muara Mas) terjadi pada pukul 02:00. Saluran
ini juga tidak meluap karena debit air sebesar 80% dengan total inflow
5,41 m3/s dapat tertampung oleh dimensi saluran yang ada. Gambar 4.40
memperlihatkan elevasi air tertinggi dari Junction 11 sampai Outfall 6.
Gambar 4.40 Elevasi Air Tertinggi dari Junction 11 sampai Outfall 6
Periode Ulang 25 Tahunan.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
104
Selanjutnya, elevasi air tertinggi dari Junction 14 sampai Outfall 7
(saluran di Kuala Mas Raya) terjadi pada pukul 02:00. Saluran ini juga
tidak meluap karena debit air sebesar 92% dengan total inflow 11,87 m3/s
dapat tertampung oleh dimensi saluran yang ada. Gambar 4.41
memperlihatkan elevasi air tertinggi dari Junction 14 sampai Outfall 7.
Gambar 4.41 Elevasi Air Tertinggi dari Junction 14 sampai Outfall 7
Periode Ulang 25 Tahunan.
4.3.2 Simulasi 2 (Pengoptimalan pompa)
Pada simulasi 2, pemodelan dilakukan dengan mengoptimalkan kinerja pompa
yang ada di Panggung Lor Semarang.
A. Simulasi dengan periode ulang 2 tahunan.
1. Pada pemodelan pertama dicoba apabila pompa yang bekerja di rumah
pompa 1 hanya satu. Berdasarkan hasil simulasi, ternyata tidak terjadi
flooding. Selanjutnya dicoba apabila seluruh pompa di rumah pompa 1 tidak
bekerja. Berdasarkan hasil simulasi, ternyata juga tidak terjadi flooding.
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dengan hanya mematikan pompa
di rumah pompa 1 tidak akan menyebabkan flooding.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
105
2. Pemodelan kedua dicoba apabila pompa yang ada di rumah pompa 2 tidak
bekerja. Berdasarkan hasil simulasi, ternyata juga tidak terjadi flooding.
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dengan hanya menonaktifkan
pompa di rumah pompa 1 dan 2 tidak akan menyebabkan flooding.
3. Pemodelan ketiga dicoba apabila pompa yang ada di rumah pompa 3 tidak
bekerja. Berdasarkan hasil simulasi, ternyata juga tidak terjadi flooding.
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dengan hanya menonaktifkan
pompa di rumah pompa 1, 2 dan 3 tidak akan menyebabkan flooding.
4. Pemodelan keempat dicoba apabila 1 pompa yang ada di rumah pompa 4
dengan debit 0,7 m3/detik tidak bekerja. Berdasarkan hasil simulasi,
ternyata juga tidak terjadi flooding. Selanjutnya dicoba apabila
menonaktifkan pompa dengan debit 1,7 m3/detik. Berdasarkan hasil
simulasi, ternyata terjadi flooding. Tabel 4.21 memperlihatkan total flood
volume yang terjadi.
Tabel 4.21 Total Flood Volume apabila 2 Pompa di Rumah Pompa 4 Tidak
Bekerja
Node Hour of Maximum Flooding Total Flood Volume (105 liter) J5 02:19 0,44
J41 02:19 4,20
J44 02:25 3,65
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dengan menonaktifkan 2 pompa di
rumah pompa 4 dengan debit 1,7 m3/detik akan menyebabkan flooding.
Selanjutnya, Gambar 4.42 memperlihatkan hidrograf outflow pada pompa 4.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
106
Gambar 4.42 Hidrograf Outflow pada Pompa 4 Periode Ulang 2 Tahunan.
5. Pemodelan kelima dicoba apabila 1 pompa yang ada di rumah pompa 5
dengan debit 0,7 m3/detik tidak bekerja. Berdasarkan hasil simulasi,
ternyata terjadi flooding. Tabel 4.22 memperlihatkan total flood volume
yang terjadi.
Tabel 4.22 Total Flood Volume apabila 1 Pompa di Rumah Pompa 5 Tidak
Bekerja
Node Hour of Maximum Flooding Total Flood Volume (105 liter) J5 02:47 0,23
J41 02:44 3,57
J44 02:42 10,80
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dengan menonaktifkan 1 pompa di
rumah pompa 5 dengan debit 0,7 m3/detik akan menyebabkan flooding.
Selanjutnya, Gambar 4.43 memperlihatkan hidrograf outflow pada pompa 5.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
107
Gambar 4.43 Hidrograf Outflow pada Pompa 5 Periode Ulang 2 Tahunan.
6. Pemodelan keenam dicoba apabila 1 pompa yang ada di rumah pompa 6
dengan debit 0,7 m3/detik tidak bekerja. Berdasarkan hasil simulasi,
ternyata terjadi flooding. Tabel 4.23 memperlihatkan total flood volume
yang terjadi.
Tabel 4.23 Total Flood Volume apabila 1 Pompa di Rumah Pompa 6 Tidak
Bekerja
Node Hour of Maximum Flooding Total Flood Volume (105 liter) J5 02:44 0,36
J41 02:35 5,50
J44 02:36 11,24
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dengan menonaktifkan 1 pompa di
rumah pompa 6 dengan debit 0,7 m3/detik akan menyebabkan flooding.
Selanjutnya, Gambar 4.44 memperlihatkan hidrograf outflow pada pompa 6.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
108
Gambar 4.44 Hidrograf Outflow pada Pompa 6 Periode Ulang 2 Tahunan.
7. Pemodelan ketujuh dicoba apabila 1 pompa yang ada di rumah pompa 7
dengan debit 0,7 m3/detik tidak bekerja. Berdasarkan hasil simulasi,
ternyata terjadi flooding. Tabel 4.24 memperlihatkan total flood volume
yang terjadi.
Tabel 4.24 Total Flood Volume apabila 1 Pompa di Rumah Pompa 7 Tidak
Bekerja
Node Hour of Maximum Flooding Total Flood Volume (105 liter) J5 02:47 0,30
J41 02:39 5,36
J44 02:39 11,98
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dengan menonaktifkan 1 pompa
di rumah pompa 7 dengan debit 0,7 m3/detik akan menyebabkan flooding.
Selanjutnya, Gambar 4.45 memperlihatkan hidrograf outflow pada pompa
7.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
109
Gambar 4.45 Hidrograf Outflow pada Pompa 7 Periode Ulang 2 Tahunan.
B. Simulasi dengan periode ulang 10 tahunan.
1. Pada pemodelan pertama dicoba apabila pompa yang bekerja di rumah
pompa 1 hanya satu. Berdasarkan hasil simulasi, ternyata tidak terjadi
flooding. Selanjutnya dicoba apabila seluruh pompa di rumah pompa 1 tidak
bekerja. Berdasarkan hasil simulasi, ternyata juga tidak terjadi flooding.
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dengan hanya menonaktifkan
pompa di rumah pompa 1 tidak akan menyebabkan flooding.
2. Pemodelan kedua dicoba apabila pompa yang ada di rumah pompa 2 tidak
bekerja. Berdasarkan hasil simulasi, ternyata terjadi flooding. Tabel 4.25
memperlihatkan total flood volume yang terjadi.
Tabel 4.25 Total Flood Volume apabila Pompa di Rumah Pompa 2 Tidak
Bekerja
Node Hour of Maximum Flooding Total Flood Volume (105 liter) J5 02:04 1,02
J36 02:01 0,92
J41 02:08 0,04
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
110
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dengan hanya menonaktifkan
pompa di rumah pompa 2 akan menyebabkan flooding. Selanjutnya,
Gambar 4.46 memperlihatkan hidrograf outflow pada pompa 2.
Gambar 4.46 Hidrograf Outflow pada Pompa 2 Periode Ulang 10 Tahunan.
3. Pemodelan ketiga dicoba apabila 1 pompa yang ada di rumah pompa 3
dengan debit 0,7 m3/detik tidak bekerja. Berdasarkan hasil simulasi,
ternyata terjadi flooding. Tabel 4.26 memperlihatkan total flood volume
yang terjadi.
Tabel 4.26 Total Flood Volume apabila 1 Pompa di Rumah Pompa 3 Tidak
Bekerja
Node Hour of Maximum Flooding Total Flood Volume (105 liter) J5 02:43 0,31
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dengan hanya menonaktifkan 1
pompa di rumah pompa 3 dengan debit 0,7 m3/detik akan menyebabkan
flooding. Selanjutnya, Gambar 4.47 memperlihatkan hidrograf outflow pada
pompa 3.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
111
Gambar 4.47 Hidrograf Outflow pada Pompa 3 Periode Ulang 10 Tahunan.
4. Pemodelan keempat dicoba apabila 1 pompa yang ada di rumah pompa 4
dengan debit 0,7 m3/detik tidak bekerja. Berdasarkan hasil simulasi,
ternyata terjadi flooding. Tabel 4.27 memperlihatkan total flood volume
yang terjadi.
Tabel 4.27 Total Flood Volume apabila 1 Pompa di Rumah Pompa 4 Tidak
Bekerja
Node Hour of Maximum Flooding Total Flood Volume (105 liter) J5 02:20 0,38
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dengan hanya menonaktifkan
1 pompa di rumah pompa 4 dengan debit 0,7 m3/detik akan menyebabkan
flooding. Selanjutnya, Gambar 4.48 memperlihatkan hidrograf outflow
pada pompa 4.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
112
Gambar 4.48 Hidrograf Outflow pada Pompa 4 Periode Ulang 10 Tahunan.
5. Pemodelan kelima dicoba apabila 1 pompa yang ada di rumah pompa 5
dengan debit 0,7 m3/detik tidak bekerja. Berdasarkan hasil simulasi,
ternyata terjadi flooding. Tabel 4.28 memperlihatkan total flood volume
yang terjadi.
Tabel 4.28 Total Flood Volume apabila 1 Pompa di Rumah Pompa 5 Tidak
Bekerja
Node Hour of Maximum Flooding Total Flood Volume (105 liter) J5 02:21 0,83
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dengan hanya menonaktifkan 1
pompa di rumah pompa 5 dengan debit 0,7 m3/detik akan menyebabkan
flooding. Selanjutnya, Gambar 4.49 memperlihatkan hidrograf outflow pada
pompa 5.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
113
Gambar 4.49 Hidrograf Outflow pada Pompa 5 Periode Ulang 10 Tahunan.
6. Pemodelan keenam dicoba apabila 1 pompa yang ada di rumah pompa 6
dengan debit 0,7 m3/detik tidak bekerja. Berdasarkan hasil simulasi,
ternyata terjadi flooding. Tabel 4.29 memperlihatkan total flood volume
yang terjadi.
Tabel 4.29 Total Flood Volume apabila 1 Pompa di Rumah Pompa 6 Tidak
Bekerja
Node Hour of Maximum Flooding Total Flood Volume (105 liter) J5 02:05 0,17
J41 02:13 0,34
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dengan hanya menonaktifkan 1
pompa di rumah pompa 6 dengan debit 0,7 m3/detik akan menyebabkan
flooding. Selanjutnya, Gambar 4.50 memperlihatkan hidrograf outflow pada
pompa 6.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
114
Gambar 4.50 Hidrograf Outflow pada Pompa 6 Periode Ulang 10 Tahunan.
7. Pemodelan ketujuh dicoba apabila 1 pompa yang ada di rumah pompa 7
dengan debit 0,7 m3/detik tidak bekerja. Berdasarkan hasil simulasi,
ternyata terjadi flooding. Tabel 4.30 memperlihatkan total flood volume
yang terjadi.
Tabel 4.30 Total Flood Volume apabila 1 Pompa di Rumah Pompa 7 Tidak
Bekerja
Node Hour of Maximum Flooding Total Flood Volume (105 liter) J5 02:07 0,93
J41 02:19 1,80
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dengan hanya menonaktifkan 1
pompa di rumah pompa 7 dengan debit 0,7 m3/detik akan menyebabkan
flooding. Selanjutnya, Gambar 4.51 memperlihatkan hidrograf outflow pada
pompa 7.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
115
Gambar 4.51 Hidrograf Outflow pada Pompa 7 Periode Ulang 10 Tahunan.
C. Simulasi dengan periode ulang 25 tahunan.
1. Pemodelan pertama dicoba apabila menambahkan 1 pompa yang ada di
rumah pompa 3 dengan debit 0,7 m3/detik. Berdasarkan hasil simulasi,
ternyata terjadi flooding. Tabel 4.31 memperlihatkan total flood volume
yang terjadi.
Tabel 4.31 Total Flood Volume apabila menambahkan 1 Pompa di Rumah
Pompa 3
Node Hour of Maximum Flooding Total Flood Volume (105 liter) J5 02:16 3,01
J6 01:58 2,46
J15 02:01 0,13
J36 02:08 6,23
J41 02:10 17,48
J44 01:58 5,44
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dengan hanya menambahkan
1 pompa di rumah pompa 3 dengan debit 0,7 m3/detik akan
menyebabkan flooding. Selanjutnya, Gambar 4.52 memperlihatkan
hidrograf outflow pada pompa 3 ditambah 1 pompa dengan debit 0,7
m3/detik.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
116
Gambar 4.52 Hidrograf Outflow pada Pompa 3 ditambah 1 Pompa
dengan Debit 0,7 m3/detik.
2. Pemodelan kedua dicoba apabila menambahkan 2 pompa yang ada di
rumah pompa 3 dengan debit 0,7 m3/detik. Berdasarkan hasil simulasi,
ternyata terjadi flooding. Tabel 4.32 memperlihatkan total flood volume
yang terjadi.
Tabel 4.32 Total Flood Volume apabila menambahkan 2 Pompa di Rumah
Pompa 3
Node Hour of Maximum Flooding Total Flood Volume (105 liter) J5 01:57 1,87
J6 01:59 0,71
J33 02:00 0,01
J36 02:01 3,05
J41 02:14 10,67
J44 02:05 0,43
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dengan menambahkan 2
pompa dengan debit 0,7 m3/detik di rumah pompa 3 akan menyebabkan
flooding. Selanjutnya, Gambar 4.53 memperlihatkan hidrograf outflow
pada pompa 3 ditambah 2 pompa dengan debit 0,7 m3/detik.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
117
Gambar 4.53 Hidrograf Outflow pada Pompa 3 ditambah 2 Pompa
dengan Debit 0,7 m3/detik.
3. Pemodelan ketiga dicoba apabila menambahkan lagi 1 pompa yang ada
di rumah pompa 4 dengan debit 0,7 m3/detik. Berdasarkan hasil
simulasi, ternyata terjadi flooding. Tabel 4.33 memperlihatkan total
flood volume yang terjadi.
Tabel 4.33 Total Flood Volume apabila menambahkan 1 Pompa di Rumah
Pompa 4
Node Hour of Maximum Flooding Total Flood Volume (105 liter) J5 02:09 0,34
J36 02:02 0,15
J41 02:10 0,06
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dengan menambahkan 1
pompa di rumah pompa 4 dengan debit 0,7 m3/detik akan menyebabkan
flooding. Selanjutnya, Gambar 4.54 memperlihatkan hidrograf outflow
pada pompa 4 ditambah 1 pompa dengan debit 0,7 m3/detik.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
118
Gambar 4.54 Hidrograf Outflow pada Pompa 4 ditambah 1 Pompa
dengan Debit 0,7 m3/detik.
4. Pemodelan keempat dicoba apabila menambahkan 1 pompa yang ada di
rumah pompa 4 dengan debit 1 m3/detik. Berdasarkan hasil simulasi,
ternyata tidak terjadi flooding. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa
dengan menambahkan 1 pompa di rumah pompa 4 dengan debit 1
m3/detik tidak akan menyebabkan flooding. Selanjutnya, Gambar 4.55
memperlihatkan hidrograf outflow pada pompa 4 ditambah 1 pompa
dengan debit 1 m3/detik.
Gambar 4.55 Hidrograf Outflow pada Pompa 4 ditambah 1 Pompa
dengan Debit 1 m3/detik.
Tugas Akhir
Evaluasi Kinerja Sistem Jaringan Drainase
Panggung Lor Kota Semarang
Universitas Katolik Soegijapranata Calvin Tanuwijaya14.B1.0001
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Made Wijaya Kusuma 14.B1.0017
119
Berdasakan simulasi yang sudah dilakukan, dapat diketahui bahwa untuk
periode ulang 2 tahunan, peak runoff terjadi pada pukul 01.30 sedangkan untuk
periode ulang 10 dan 25 tahunan, peak runoff terjadi pada pukul 02.00. Pada
periode ulang 2 dan 10 tahunan, dengan jumlah pompa yang aktif pada saat ini tidak
akan menyebabkan flooding sedangkan untuk periode ulang 25 tahunan diperlukan
penambahan pompa untuk rumah pompa 3 dan 4.