LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG
TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016 29
lebih lanjut, ‘topeng emas’ raksasa yang menyelubungi bangunan
sesungguhnya adalah atap sekaligus dinding yang semi transparan.
Pengunjung dapat tetap terlindung tetapi tetap dapat ‘mencuri pandang’
keluar dari arah balkon gedung opera didalamnya.
Beberapa bangunan akhirnya menjadikan bentuk yang ‘spektakuler’
hanya sebagai fasade belaka. Sedapat mungkin pada perancangan Pusat
Kebudayaan Jepang ini semua elemen arsitektural dapat berfungsi
dengan efektif agar tidak ada desain yang tidak berguna atau hanya
tempelan.
BAB IV ANALISIS
Analisis yang akan dibahas dalam bab ini adalah analisis
fungsional, analisis peruntukan, dan analisis kondisi potensi lingkungan.
IV.1 ANALISIS FUNGSIONAL IV.1. 1 PROGRAM RUANG
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG
TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016 30
Mengacu pada tabel kegiatan pada bab II ditambah dengan hasil
studi banding, kegiatan yang akan diwadahi di dalam pusat kebudayaan
Jepang di Bandung ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Program Kegiatan
NO PELAKU AKTIVITAS AKTIVITAS KEBUTUHAN RUANG
WAKTU KEGIATAN
1 -Grup band /penampil -Penonton, pengunjung
Konser musik dan festival budaya
-Lapangan/ruang terbuka -Balairung
Setiap bulan
2 -Penikmat olahraga beladiri -Atlet
Latihan beladiri : kendo, karate, aikido
-Lapangan/ruang terbuka -Gelanggang olahraga
Setiap hari bergiliran
4 -Pengunjung pameran -Penyaji pameran
Seminar, Pameran dan workshop
-Balairung -Ruang kelas
Tiga bulanan
5 Penggemar film Jepang
Menonton film bersama
Balairung Sewaktu-waktu
6 Penjual dan pembeli Barter dan jual beli barang
Toko-toko
Setiap hari
7 Pegawai kantor The Japan Foundation dan sukarelawan
Kegiatan administratif kantor The Japan Foundation (pengelola)
Ruang kantor Setiap hari
8 -Murid/peserta kursus -Pengajar -Pegawai
Kursus bahasa -Ruang kelas -Ruang kantor guru dan administrasi
Setiap hari
9 -Peserta kursus -Pengajar
Kursus budaya : ikebana, bonsai, chanoyu
-Ruang khusus seperti kamar Jepang
Setiap hari bergiliran
10 -Pegawai -Pengunjung
Mencari informasi beasiswa, turisme, pariwisata
-Ruang pusat informasi -Ruang resepsionis
Sewaktu-waktu
Berdasarkan program tersebut dapat dicari standar ruang yang
dibutuhkan melalui sumber literatur. Dari literatur-literatur juga didapat
persyaratan-persyaratan teknis dan non teknis yang berkaitan dengan
perancangan fungsi. Persyaratan-persyaratan tersebut dibutuhkan untuk
membantu menentukan kriteria dan batasan perancangan.
Berikut ini daftar standar, luas, dan persyaratan yang dibutuhkan
untuk fungsi-fungsi di dalam Pusat Kebudayaan Jepang:
Tabel 4.2 Program Ruang
Persyaratan Kelompok Fasilitas
Kegiatan Ruang Standar Luas/ ruang
Jumlah Ruang (buah)
Jumlah Luas
Ruang Teknis Nonteknis
Fasilitas Komersial Penunjang
Barter dan jual beli barang
Retail 32 m2 3 96 m2 - koridor antar retail
- suasana tercipta sesuai
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG
TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016 31
Komunitas (sebagai zona budaya kontemporer)
maksimal 4 m - suplai listrikkontinyu, harus ada genset
dengan tema dan karakter bangunan
Barter dan jual beli barang
Retail khusus
Kinokuniya 1 buah Vega Merchandise 1 buah
134 m2 81 m2
Makan Mengobrol
Restoran kapasitas 130 org
2,2 m2 / orang (Neufert) + sirkulasi
1 300 m2 - pencahayaan sampai dengan 200 lux untuk ketinggian plafon maksimal 5m - jarak antara meja dengan dinding harus >75 cm - ketinggian lampu umunya 2,5 m
-bagian yang bersifat intim dan privat terdiri dari meja berkursi dua dan meja bar. Bagian yang lebih umumadalah area dengan meja berkursi empat atau enam. - perhatikan jenis pelayanan restoran : swalayan, a la carte, kafe, restoran prasmanan
Warung mi ramen dan takoyaki. kantin
Ruang makan : 0,83 m2 / orang (Neufert) + sirkulasi Dapur dan ruang saji tiap kantin : 12 m2
1 5
123,5 m2 60 m2
- bagian memasak diperlihatkan kepada pengunjung - tinggi meja seperti meja bar ±1,1 m
- suasana akrab dan santai
Memasak Menyiapkan makanan
Dapur, termasuk gudang makanan
20 % x luas restoran
1 61,5 m2 - ada perangkat pengatur penghawaan (exhaust
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG
TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016 32
fan) - material lantai tidak boleh licin, harus mudah dibersihkan
Sholat Musholla 12 m2 1 12 m2 - sirkulasi udara harus lancar agar karpet alas lantai tidak bau
- berorientasi ke dalam
Buang air Berwudhu
Toilet dan tempat wudhu
♂ : 0,96 m2/ urinoir ♀ : 0,96 m2/ bilik
4 4
3,84 m2 3,84 m2
- pemipaan tersusun dalam satu lajur kordinasi - pengondisian udara alami
- toilet (pria dan wanita) harus terpisah secara fisik dan visual -tempat wudhu terpisah
Janitor 1,2 m2 1 1,2 m2 - tersedia pipa air panas dan air dingin
∑ Luas Ruang
876,88 m2
Fasilitas Hobi dan Minat, Olahraga dan Kesenian (sebagai zona peralihan)
Olahraga Latihan beladiri Latihan Kesenian
Gelanggang 554 m2 (Neufert) Judo : 360 m2 (International Standard of Martial Arts) Panahan : 380 m2 Aikido : 299 m2
1 884,5 m2
- ketinggian ruangan minimal 6,7 m - pencahayaan sampai dengan 500 lux
Ganti pakaian Mandi
Ruang loker ♂ : 51,84 m2 ♀ : 51,84 m2
1 1
103,24 m2
Kamar Mandi
♂ :2,44 m2 (Neufert
8 11
19,52 m2 26,84
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG
TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016 33
) ♀ : 2,44 m2 (Neufert)
m2
Menitipkan barang Meminjam alat
Tempat penitipan barag (deposit corner)
25 m2 1 25 m2 - cukup terbuka untuk mengawasi orang yang datang dan pergi
-terawasi penjaga
Menyimpan alat olahraga/ kesenian Merawat alat-alat
Gudang dan tempat perawatan
50 m2 (Neufert)
1 50 m2 - Tinggi pintu masuk minimal 2,25 m
∑ Luas Ruang
1109,1 m2
Menonton konser
Gelanggang 0,24 m2 / orang
1 168 m2
Penampilan grup musik
Panggung 96 m2 1 96 m2
Ruang belakang panggung
60 m2 1 60 m2
Toilet ♂ : 0,96 m2/ urinoir ♀ : 0,96 m2/ bilik
4 4
3,84 m2 3,84 m2
- pemipaan tersusun dalam satu lajur kordinasi -pengondisian udara alami
- kedua bagian toilet (pria dan wanita) harus terpisah secara visual
∑Luas Ruang
331,68 m2
Menerima tamu Berkumpul
Lobi Ruang Serbaguna dan Galeri
1 136,15 m2
Rehat kopi Makan siang
Prefunction hall
20 m2 2 40 m2
Seminar Workshop Menonton film bersama
Ruang Serbaguna kapasitas 150 orang
0,92 m2 / orang
3 414 m2 - akustik dalam ruang baik - tidak ada suara dari luar yang masuk ke dalam ruangan
Penampilan pembicara Penampilan
Panggung kecil dalam ruang
48 m2 1 48 m2 - dilengkapi ruang
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG
TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016 34
akustik monitor suara dan ruang mesin
Persiapan penampil
Ruang belakang panggung
16 m2 1 16 m2
Toilet ♂ : 0,96 m2/ urinoir ♀ : 0,96 m2/ bilik
4 4
3,84 m2 3,84 m2
- pemipaan tersusun dalam satu lajur kordinasi -pengondisian udara alami
- toilet (pria dan wanita) harus terpisah secara fisik dan visual
∑Luas Ruang
661,83 m2
Fasilitas Pendidikan (sebagai zona budaya tradisional)
Belajar bahasa
Kelas bahasa Jepang kapasitas 20 orang /kelas
0,2 m2/ orang ditambah sirkulai 50% = m2 / kelas
3 24 m2 - pencahayaan alami harus cukup - pencahayaan buatan sampai dengan 500 lux - harus ada instalasi multimedia
Belajar budaya tradisonal Jepang
Ruang kelas khusus budaya (ikebana, origami, bonsai, kabuki, shamisen, koto, taiko) dan ruang pameran karya. Ruang chanoyu atau upacara minum teh
20 m2 1 20m2 - modul tatami - material mencerminkan karakter material asli Jepang - jangan menggunakan jerami karena akan berjamur di iklim tropis - skala dan proporsi bangunan sesuai proporsi rumah tradisional
-borrowing view - bersifat mengalir, hubungan langsung antara ruang dalam dan ruang luar, hening dan menenangkan -zen : keseimbangan dalam kekosongan
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG
TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016 35
Jepang - ada dapur khusus pemanas poci teh, ditanam lebih rendah daripada permukaan lantai - ada dapur bawah tanah
Ruang pengajar kapasitas 10 orang
1,5 m2/ orang
1 15 m2 - akses ke ruang kelas mudah - dapat mengawasi kelas dari ruang guru
Ruang administrasi dan resepsionis
12 m2 1 12 m2
Toilet ♂ : 0,96 m2/ urinoir ♀ : 0,96 m2/ bilik
4 4
3,84 m2 3,84 m2
- pemipaan tersusun dalam satu lajur kordinasi -pengondisian udara alami
Musholla 12 m 1 12 m2 Gudang 10 m2 1 50 m2 - tidak
boleh lembab karena digunakan juga sebagai tempat menaruh kostum-kostum tradisional
∑Luas Ruang
140,68 m2
Fasilitas Pengelola
Pekerjaan administratif Rapat Negosiasi acara
Ruang kantor untuk 9 orang Ruang rapat untuk 12 orang
0,9 m2/ m2 2 m2 / orang
1 1
148 m2
- pencahayaan buatan dan alami - open layout
-suasana kasual
Pusat 18 m2 1 18 m2
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG
TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016 36
informasi/ lobi / resepsionis
Toilet ♂ : 0,96 m2/ urinoir ♀ : 0,96 m2/ bilik
2 2
1,92 m2 1,92 m2
- pemipaan tersusun dalam satu lajur kordinasi -pengondisian udara alami
- toilet (pria dan wanita) harus terpisah secara fisik dan visual
Musholla 12 m2 1 12 m2 Membaca
buku Perpustakaan / ruang baca buku koleksi
252 m2 1 252 m2 - pencahayaan buatan dan alami - suhu ruangan dijaga agar tetap pada kisaran 22°C
-dapat menjadi tempat yang nyaman untuk berdiskusi -suasana kasual
∑Luas Ruang
433,84 m2
∑Luas Bangunan
3554,01 m2
Sirkulasi 20 %
710,802 m2
Luas Bangunan Total
4264,812 m2
Fasilitas Utilitas
Ruang genset
12 m2 1 12 m2 - struktur terpisah dari bangunan utama - ada peredam getaran pada dinding dan plat lantainya
Ruang pompa air
16 m2 1 16 m2 - struktur terpisah dari bangunan utama - ada peredam getaran pada dinding dan plat lantainya
Ruang panel listrik
16 m2 1 16 m2
∑ Luas 44 m2
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG
TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016 37
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Luas bangunan fasilitas fisik: 3554,01 m2
Luas bangunan utilitas : 44 m2
Luas bangunan total : 4264,812 m2 Luas ruang luar :1650 m2
Luas total yang dibutuhkan : 5958,812 m2
Ruang Utilitas
Ruang Luar : taman Jepang
Seremoni awal chanoyu Kontemplasi
Taman 100 m2 2 200 m2 -suasanan hening dan menenangkan -komposisi mirip aturan komposisi ikebana
Parkir Kapasitas
100 mobil dan 100 motor
12,5 m2/ mobil 2 m2/ motor
1 1
1250 m2 200 m2
∑Luas Parkir 1650 m2
TOTAL 5958,81
2 m2
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG
TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016 38
IV.1.2 HUBUNGAN ANTARFASILITAS
Keterangan : Hubungan langsung atau dekat
Diagram 4.1 Hubungan Antarfasilitas
IV.1.3 HUBUNGAN ANTARRUANG DALAM FASILITAS
1. Fasilitas Komersial
Diagram 4.2 Hubungan Antarruang dalam Fasilitas Komersial
Fasilitas Komersial
Fasilitas Hobi dan Minat
Fasilitas Pendidikan
Fasilitas Pengelola
Pintu masuk
Retail Restoran dan warung ramen
Area servis Dapur
Toilet dan musholla
PARKIR
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG
TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016 39
2. Fasilitas Hobi dan Minat
Diagram 4.3 Hubungan Antarruang dalam Fasilitas Hobi dan Minat
3. Fasilitas Pendidikan
Diagram 4.4 Hubungan Antarruang dalam Fasilitas Pendidikan
Lobi RSG
Galeri
Toilet
Prefunction hall
Area servis
Ruang penitipan barang
GelanggangRuang Ganti dan kamar mandi
Gudang
Fasilitas Pendidikan
Fasilitas Komersial
Fasilitas Pengelola
R.Pertemuan / Balairung
Servis
R.Baca
Kelas bahasa Kelas budaya
R. Pengajar
Taman Toilet dan musholla
Fasilitas Hobi dan Minat
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG
TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016 40
Bagian fasilitas pendidikan memerlukan penanganan khusus karena
fasilitas ini terletak di zona budaya tradisional. Bangunan dan ruang-
ruang yang termasuk dalam zona budaya tradisional ini diharapkan
mempu merepresentasikan Jepang tradisional termasuk pula sistem
strukturnya yang khas. Modul bangunan dan ruangnya yang didasari
modul tatami dan metode kijo-ma membuat modul besaran ruang
menjadi 90 X 180 cm atau 360 x 360 cm per modul (lihat lampiran hal
79).
4. Fasilitas Pengelola
Diagram 4.5 Hubungan Antarruang dalam Fasilitas Pengelola
IV.1.4 STRUKTUR
Salah satu hal penting dalam perancangan adalah adanya
pertimbangan masalah struktur. Pada bangunan Pusat Kebudayaan
Jepang ini terdapat beberapa fungsi yang memerlukan perhitungan
struktur istimewa untuk ruangan yang mewadahinya. Fungsi-fungsi
tersebut adalah fasilitas pendidikan, gelanggang olahraga, dan ruang
serbaguna.
Gelanggang olahraga membutuhkan ruangan yang bebas kolom.
Dengan demikian, diperlukan penanganan bangunan bentang lebar untuk
ruangan ini.
Ruang serbaguna membutuhkan ruang luas yang sebisa mungkin
bebas kolom. Tingkat kepentingan penanganan bentang lebar pada fungsi
Lobi, pusat informasi
R. Rapat
Kantor
Toilet dan Musholla
Fasilitas Komersial
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG
TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016 41
ruang serbaguna ini tidak sepenting gelanggang olahraga. Sampai batas
tertentu ruang serbaguna boleh tidak-bebas-kolom. Yang terpenting
kegiatan dalam ruang dapat diwadahi sehingga pengguna dapat
beraktivitas dengan nyaman dan leluasa. Bentang modul kolom-ke-kolom
harus dipertimbangkan agar tidak menghalangi sirkulasi ataupun
pandangan ke panggung.
Hal penting lainnya berkaitan dengan tema Origami pada kasus
projek ini. Struktur ‘origami’ paling tepat diterjemahkan melalui
penggunaan struktur lipat / folded structure (lihat lampiran hal. 79).
Gambar 4.1 Preseden Lipatan Folded Rigid Frame
Sumber : www.ketchum.org
Gambar 4.2 Church at Hoensbroek, Heerlen
Sumber www.cambridge.edu
IV.2 ANALISIS TAPAK Berdasarkan pengamatan, orang-orang Jepang di Bandung
kebanyakan berada di daerah Setrasari-Setiabudi-Ciumbuleuit-
Cihampelas-Dago. Bangsa Jepang terkenal akan kecintaannya terhadap
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG
TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016 42
alam. Sesuai dengan konsep arsitektur Jepang yang menyatu dengan
alam pula maka dipilih tapak yang karakter alaminya sangat kuat.
Lahan yang miring membantu untuk mewujudkan tapak yang
bersusun-susun seperti origami.
Berdasarkan dua hal penting di atas maka tapak yang dipilih
adalah tapak di Jalan Sukawangi-Setiabudi, Bandung. Tapak ini memiliki
kemiringan/perbedaan ketinggian antara bagian Utara dan Selatan
sebesar 2,15 m.
IV.2.1 ANALISIS LOKASI DAN POTENSI
Jalan Setiabudi adalah salah satu ruas jalan komersial yang
terkenal di kota Bandung. Kawasan sepanjang ruas jalan ini memiliki
karakter khas, ramai oleh permainan fasade di setiap toko dan factory
outlet, serta sangat alami karena banyaknya pepohonan.
Karakter kawasan sepanjang ruas jalan ini cocok dengan karakter
budaya Jepang dan karakter anggota komunitas pencinta budaya Jepang
yaitu terbuka pada perubahan tetapi tidak meninggalkan identitas
khasnya, sangat mudah diidentifikasi, terkadang dianggap sebagai
komunitas yang eksklusif, dan menjadikan alam sekitar sebagai bagian
dari dirinya.
Gambar 4.3 Peta Lokasi Tapak Skala 1 : 2000
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG
TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016 43
utara
1.1 Bangunan Eksisting
Tapak yang berlokasi di Jalan Sukawangi, Setiabudi ini dikelilingi
oleh beberapa bangunan dengan fungsi yang berbeda. Fungsi –fungsi
tersebut yaitu restoran (Flamboyan, Dragon House, Chillout, Hoka-hoka
Bento), rumah dan villa, factory outlet, sekolah, pub, dan ruang terbuka
hijau milik PDAM. Bangunan eksisting penting yang perlu dipertahankan
yaitu rumah villa di sebelah Barat tapak.
Batas-batas fisik tapak ini yaitu sebagai berikut :
Bagian Utara: jalan Sukawangi dan Restoran Flamboyan,
Bagian Selatan: Jalan Sukaasih, Arden Pub, kantor, dan rumah
penduduk,
Bagian Barat: Jalan Sukajadi, restoran Chillout, dan rumah
penduduk,
Bagian Timur : Jalan Setiabudi, perumahan, kios-kios kecil.
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG
TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016 44
Gambar 4.4 Analisis Eksisting Skala 1 : 1250
1.2 Arah dan Ruang Pandang
Arah pandang yang terbaik dari dalam tapak adalah ke arah Utara
yaitu ke arah restoran Flamboyan dan Jalan Karang Setra. Arah pandang
terburuk adalah ke arah Timur Laut. Bagian Timur Laut adalah daerah
permukiman dan kios-kios yang cenderung kumuh. Bagian Barat tapak
adalah permukiman warga, tidak dapat dijadikan pemandangan yang
baik.
Orientasi bangunan Pusat Kebudayaan Jepang yang hendak
dirancang sebaiknya mempertimbangkan kendala tapak ini. Bagian
bangunan yang akan dtempatkan di daerah Timur Laut sebisa mungkin
merupakan bangunan yang berorientasi pandangan ke dalam yaitu fungsi
retail. Hingga batas tertentu, suatu bangunan atau hasil karya arsitektur
harus dapat memberikan kontribusi yang positif bagi lingkungannya.
Dalam hal ini kontribusi tersebut tidak dapat dilakukan melalui intervensi
visual.
Ruang Pandang dengan Pemandangan Luar Baik + Daerah Focal point
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG
TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016 45
Ruang Pandang dengan Pemandangan Luar Kurang Baik -- Daerah yang Terekspos
Gambar 4.5 Analisis Arah dan Ruang Pandang Skala 1 : 1250
1.3 Kebisingan
Kebisingan yang paling utama berasal dari kendaraan yang
menggunakan Jalan Setiabudi (di bagian Timur tapak, kendaraan dari
arah Selatan) dan Jalan Sukawangi (di bagian Utara tapak). Kebisingan
lain berasal dari permukiman di bagian Barat tapak yaitu dari Jalan
Sukajadi.
Kebisingan yang berasal dari sebelah Timur atau Jalan Setiabudi
dihalangi oleh eksisting pepohonan. Sementara itu kebisingan yang
berasal dari daerah Barat tidak terlalu mengganggu sebab Jalan Sukajadi
berjarak sekitar 20 meter dari batas tapak paling Barat.
Berdasarkan kondisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
daerah paling tepi dari tapak harus diisi oleh fungsi retail, restoran,
Ruang Serba Guna, dan area olahraga sebagai fasilitas yang tidak terlalu
terganggu oleh kondisi bising.
Peletakan massa dan pemasangan penahan (barrier) polusi suara
berperan penting dalam mengatasi kondisi bising ini. Ada banyak cara
untuk mengurangi kebisingan, di antaranya menanam pohon-pohon besar
bertajuk rapat atau menjauhkan muka bangunan dari sumber kebisingan.
Kebisingan Mayor:
Jalan Sukawangi dan Jalan
Setiabudi
Kebisingan Minor :
Jalan Sukajadi
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG
TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016 46
Gambar 4.6 Analisis Kebisingan Skala 1 :1250
1.4 Vegetasi
Rata-rata vegetasi di sepanjang Jalan Sukawangi, Setiabudi adalah
pepohonan bertajuk lebar, rapat, dan berusia cukup tua. Di dalam tapak
ini pun terdapat beberapa pohon besar terutama di trotoar sekeliling
tapak bagian Utara dan Timur, yang langsung berbatasan dengan Jalan
Sukawangi dan Jalan Setiabudi. Beberapa pohon palem besar tumbuh di
sepanjang Jalan Suka Asih. Pohon besar yang ada di bagian barat
membantu meneduhkan tapak waktu sore hari.
Pohon peneduh
Gambar 4.7 Analisis Vegetasi dan Orientasi Skala 1
: 1000
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG
TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016 47
1.5 Drainase
Kondisi tapak secara umum miring ke arah selatan. Dengan
demikian semua aliran air menuju ke arah Selatan. Di bagian Barat
tapak, tepatnya di sebelah rumah villa, terdapat sebuah selokan besar
yang saat ini digunakan sebagai tempat utama untuk mengalirkan air
buangan. Bangunan Pusat Kebudayaan Jepang Di Bandung juga dapat
memanfaatkannya.
Gambar 4.8 Analisis Drainase Skala 1 :1000
1.6 Sirkulasi Kendaraan dan Aksesibilitas
Beberapa angkutan umum yang melalui jalan Sukawangi yaitu :
• Semua angkot yang menuju Ledeng dan Lembang
• Semua angkot yang menuju Karang Setra
• Sarijadi – Ciroyom
• Bis kota yang berangkat dari Terminal Ledeng
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG
TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016 48
Kendaraan dari arah Jalan Setiabudi dan Jalan Sukawangi bergerak
satu arah ke arah Barat Laut dan bermuara di perempatan Jalan Karang
Setra-Sukajadi-Sukawangi. Akses paling mudah menuju tapak adalah
melalui jalan Sukawangi. Sementara itu Jalan Sukaasih adalah jalan
alternatif yang cocok apabila dijadikan pintu masuk atau pintu keluar
tapak karena relatif sepi. Letak Jalan Sukaasih yang tidak berada dekat
perempatan memperkecil resiko kemacetan akibat antrian kendaraan.
Tapak di bagian Jalan Setiabudi tidak terlalu baik untuk dijadikan titik
pintu masuk sebab terlalu dekat dengan perempatan jalan. Jalur ini juga
merupakan jalur menanjak sehingga akan menyulitkan manuver
kendaraan.
Daerah Pertemuan Tiga Jalur Sirkulasi Kendaraan Kendaraan
Daerah yang Mungkin Dijadikan Akses Utama Pedestrian Pedestrian
Daerah yang Mungkin Dijadikan Akses UtamaKendaraan
Gambar 4.9 Analisis Aksesibilitas Skala 1 : 1000
IV.2. 2 ANALISIS PERUNTUKAN DAN PEMINTAKATAN LAHAN
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG
TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016 49
Berdasarkan analisis potensi dan kondisi lingkungan tapak dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Zona Budaya Kontemporer yang mencakup fasilitas komersial
dan kemungkinan juga fasilitas pengelola diletakkan di bagian
Utara atau Timur . Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan
bahwa fasilitas tersebut tidak terganggu oleh kebisingan, perlu
akses langsung dari pintu masuk utama, menjadi bagian bangunan
yang berorientasi keluar tapak, dan perlu diekspos sebagi focal
point.
2. Zona Budaya Peralihan yang mencakup fasilitas hobi dan
minat/olahraga dan kesenian diletakkan di bagian tengah dan
Timur tapak. Selain karena gunanya sebagai sebuah penghubung,
zona ini juga tidak terlalu memerlukan pandangan keluar karena
kegiatannya berorientasi ke dalam.
3. Zona Budaya Tradisional yang mencakup fasilitas pendidikan
diletakkan di bagian Barat dari tapak. Zona ini dijauhkan dari
kebisingan karena kegiatannya berorientasi ke dalam.
Pemandangan bagi zona ini diciptakan artifisial dan meniru
suasana Jepang asli.
Gambar 4.10 Pemintakatan Skala 1 : 1000
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG
TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016 50
• Zona budaya Kontemporer :
fasilitas RSG, galeri, dan ruang
pertemuan.
• Zona budaya peralihan : fasilitas
gelanggang olahraga fasilitas
komersial, fasilitas pengelola,
• Zona Budaya Tradisional : fasilitas
pendidikan.
• Zona Hijau
4. Suasana Lingkungan
Gambar 4.11 Suasana Lingkungan Skala 1 : 1000