BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan penerapan Pendidikan dan
Pelatihan induktif untuk meningkatkan kemampuan
penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada tanggal 12
April 2015 bertempat di SDN Wates Kecamatan
Wonoboyo Kabupaten Temanggung. Peserta pendidikan
dan pelatihan adalah semua guru di SDN Wates
Kecamatan Wonoboyo Kabupaten Temanggung yang
berjumlah 10 orang guru. Dengan subyek penelitian
sebagai berikut:
Tabel 4.1
Data Kepala Sekolah dan Guru SDN Wates
No Nama Guru Jabatan
1. Hadi Santosa,S.Pd.SD Kepala Sekolah
2. Heri Prajoko, S.Pd Guru kelas 1
3. Mawariyah Guru kelas 2
4. Yoga Istanto,S.Pd.SD Guru kelas 3
5. Slamet Hidayat,S.Pd.SD Guru kelas 4
6. Joko Santoso, S.Pd.SD Guru kelas 5
7. Tulus Hariadi, S.Pd Guru kelas 6
8. Surasa, S.Pd Guru PJOK
9. Fransisca Suwanti, S.Ag Guru Ag. Kath
10. Dwi Suryani, S.Pd.I Guru PAI
Sumber data personalia SDN Wates (2015)
4.2 Pelaksanaan Penelitian
4.2.1 Pengukuran kemampuan peserta pelatihan.
Peneliti mengadakan observasi awal dengan
wawancara kepada guru SDN Wates yang dilaksanakan
pada tanggal 2 November 2014. Wawancara
dilaksanakan di sela-sela waktu istirahat dengan
menggunakan pedoman wawancara, hasil wawancara
dengan guru tentang penerapan sistem kenaikan
tingkat menggunakan Permenpan R&B 16 2009 adalah:
“bahwa pada dasarnya saya setuju dengan sistem kenaikan pangkat yang sesuai aturan permenpan R&B 16 Tahun 2009 tetapi saya keberatan dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi dan kami perlu bimbingan agar kami dapat melaksanakan peraturan tersebut”.
pedoman wawancara sebagai berikut:
1. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang sistem
kenaikan tingkat yang sudah menggunakan aturan
sesuai Permenpan R&B no 16 Tahun 2009 ?
2. Apakah Bapak/Ibu sudah siap menerapkan sistem
kenaikan pangkat dengan Permenpan R&B No 16
Tahun 2009 ?
3. Apakah Bapak/Ibu tahu tentang kegiatan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan?
4. Jika belum, apa yang menjadi kendala Bapak/Ibu
dalam pelaksanaan Kenaikan tingkat sesuai
Permenpan R&B No 16 Tahun 2009?
5. Salah satu kegiatan PKB adalah Penelitian
Tindakan Kelas/Sekolah, apakah Bapak/Ibu sudah
menguasai?
6. Apakah untuk mengatasi masalah itu perlu
diadakan pelatihan?
7. Apakah Bapak/Ibu sudah bisa membuat proposal
Penelitian Tindakan Kelas?
Salah satu kutipan hasil wawancara kepada
salah satu guru pada tahap ini adalah:
“saya belum begitu paham tentang sistem kenaikan pangkat sesuai Permenpan R&B No 16 tahun 2009, terutama pada kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan dalam hal ini penelitian tindakan kelas, dan tidak adanya semacam bimbingan yang lebih spesifik terhadap hal itu. Dan saya belum bisa membuat proposal penelitian tindakan kelas” Sesuai dengan hasil wawancara tersebut
menghasilkan data kebutuhan dan kendala yang
dialami guru antara lain:
1. Belum jelas tentang sistem kenaikan tingkat
sesuai Permenpan R&B No 16 tahun 2009,
2. Belum menguasai kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan dalam hal ini penelitian
tindakan kelas,
3. Belum bisa membuat proposal penelitian tindakan
kelas.
Hasil rata-rata semua guru menjawab belum siap
dan belum begitu paham tentang aturan tersebut
dikarenakan sosialisasi yang minim dan kegiatan yang
jarang mereka ikuti.
Untuk kegiatan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan baru beberapa guru yang mengetahui.
Para guru hanya sering mendengar istilah itu tetapi
belum memahami tentang apa yang terkandung
didalam kegiatan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan tersebut. Para guru menganggap
kegiatan itu merupakan kegiatan yang berat karena
mereka belum terbiasa menulis dan membuat laporan.
Salah satu kegiatan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan adalah adanya Penelitian Tindakan
Kelas. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti
tentang kemampuan menyusun Penelitian Tindakan
Kelas, guru belum menguasai kegiatan tersebut.
Penelitian Tindakan Kelas dianggap oleh para guru
merupakan hal yang sulit karena harus melewati
langkah-langkah yang panjang. Para guru SDN Wates
berkeinginan bisa membuat Penelitian Tindakan Kelas
dikarenakan juga merupakan salah satu faktor
pendukung untuk laporan kenaikan tingkat.
4.2.2 Pengelompokan kemampuan dalam kawasan
program pelatihan.
Kebutuhan-kebutuhan yang sesuai dengan
kondisi para guru di SDN Wates yang merupakan salah
satu identifikasi kebutuhan pelatihan (need assesment)
dan perlu adanya kegiatan yang mampu memberi
solusi bagi para guru dalam hal pembuatan Penelitian
Tindakan Kelas.
4.2.3 Membandingkan kemampuan peserta dengan
materi pelatihan (belajar).
Dari hasil membandingkan kemampuan peserta
dengan materi pelatihan penelitian tindakan kelas di
peroleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.2
Kemampuan membuat proposal penelitian tindakan
kelas
No Nama Peserta Membuat Proposal
Ket Bisa Belum
1 Peserta 1 √
2 Peserta 2 √
3 Peserta 3 √
4 Peserta 4 √
5 Peserta 5 √
6 Peserta 6 √
7 Peserta 7 √
8 Peserta 8 √
9 Peserta 9 √
10 Peserta 10 √
Jumlah 0 10
4.2.4 Menetapkan kesenjangan kemampuan
keterampilan.
Dari hasil wawancara tentang kesenjangan
kemampuan keterampilan membuat proposal penelitian
tindakan kelas, semua guru di SDN Wates belum bisa
membuat proposal penelitian tindakan kelas.
sedangkan pada peraturan pemerintah tentang
kenaikan tingkat sesuai Permenpan R&B no 16 tahun
2009 guru dituntut harus profesional dengan
melaksanakn kegiatan Pengembangan Keprofesionalan
Berkelanjutan salah satunya adalah menyususn karya
tulis ilmiah penelitian tindakan kelas (tabel 4.2).
4.2.5 Mengembangkan proses pelatihan.
Pada langkah ini di temukan hasil bahwa suatu
kegiatan yang mampu menjadi solusi dalam hal
penulisan karya tulis ilmiah bagi para guru SDN Wates
adalah kegiatan pendidikan dan pelatihan. Pelaksanaan
kegiatan pendidikan dan latihan yang tepat dengan
menggunakan pendekatan /model Induktif.
Pada persiapan materi peneliti berkoordinasi
dengan instruktur dari Pengawas TK/SD Kecamatan
Wonoboyo Kabupaten Temanggung. Materi
berhubungan dengan problem yang dialami oleh guru
SDN Wates tentang masih rendahnya kemampuan guru
dalam halnya menyusun Penelitian Tindakan Kelas.
Dengan materi ajar sebagai berikut:
1. Tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran berbasis penelitian tindakan kelas,
2. Hakikat, karakteristik, tujuan dan manfaat
penelitian tindakan kelas,
3. Prosedur penelitian tindakan kelas dan penyusunan
laporan penelitian tindakan kelas,
4. Sistematika proposal penelitian tindakan kelas.
Kemudian instruktur mempersiapkan semua materi
ajar yang berhubungan Penelitian Tindakan Kelas yang
diambil dari berbagai sumber yaitu penyusunan
Penelitian Tindakan Kelas dari LPMP Jawa Tengah,
UKSW Salatiga, dan Jurnal Kabupaten Temanggung
(Spektrum). Tujuan dari pengambilan materi dari
berbagai sumber adalah agar materi yang didapat luas
tidak dangkal hanya dari salah satu sumber saja.
4.2.6 Melaksanakan pelatihan (pembelajaran).
Pelatihan dilaksanakan pada hari Minggu tanggal
12 April 2015 dengan tingkat kehadiran peserta 100 %
dari 10 peserta. Dengan kegiatan dimulai dengan
pembukaan, do’a bersama dan dilanjutkan
menyanyikan Lagu Kebangsaan.
Materi pertama pelaksanaan diklat tentang materi
Tindakan Reflektif untuk Peningkatan Kualitas
Pembelajaran Berbasis Penelitian Tindakan Kelas yang
disampaikan oleh Kepala Sekolah SDN Wates
Wonoboyo Temanggung. Dalam penyampaian materi
kepala sekolah menghimbau agar guru dapat menjadi
sosok yang peka terhadap perkembangan jaman. Guru
tidak takut dengan pelaksanaan Permenpan R&B No 16
tahun 2009 sebagai pengganti sistem kenaikan tingkat
model lama.
Guru dihimbau untuk tidak malas membaca dan
menulis sebagai salah satu unsur dalam
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dari unsur
Publikasi Ilmiah/Karya Inovatif. Guru dapat
melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas sebagai salah
satu cara memperbaiki proses pembelajaran, guna
meningkatkan hasil maupun mutu pendidikan.
Materi kedua Penyampaian materi oleh Pengawas
TK/SD Kecamatan Wonoboyo Kabupaten Temanggung
tentang:
a. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas
b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
c. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
d. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
e. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
f. Penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas
g. Sisematika proposal Penelitian Tindakan Kelas.
Setelah diklat selesai peserta diberi lembar
wawancara untuk mengetahui tingkatan kegiatan
pelaksanaan diklat (dengan tanda centang ”ya” dan
“tidak”), yang meliputi:
1. Apakah keterampilan instruktur dalam
menyampaikan materi mudah dimengerti.
2. Apakah instruktur selalu memotivasi Bapak/Ibu
untuk dapat mempraktikkan subjek yang telah
diajarkan.
3. Apakah Materi pelatihan yang telah diajarkan oleh
instruktur dapat menunjang pekerjaan Bapak/Ibu.
4. Apakah Pelatihan yang Bapak/Ibu ikuti dapat
meningkatkan pengetahuan dalam pekerjaan
Bapak/Ibu.
5. Apakah metode pelatihan telah sesuai dengan
subjek yang diajarkan.
6. Apakah metode pelatihan yang digunakan mudah
dimengerti.
7. Apakah metode yang digunakan pada program
pelatihan telah sesuai dengan gaya belajar
Bapak/Ibu.
8. Apakah kondisi ruang yang digunakan Bapak/Ibu
gunakan sudah kondusif.
9. Apakah peralatan yang digunakan pelatihan sudah
memenuhi standard layak.
10. Apakah instruktur sudah memberikan pelayanan
yang sama terhadap semua peserta pelatihan.
Penyampaian materi tentang penelitian tindakan
kelas oleh instruktur mencakup materi hakikat,
karakter, tujuan dan manfaat penelitian tindakan
kelas. Dilanjutkan tentang penyampaian sistematika
proposal penelitian tindakan kelas yang meliputi
sistematika sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
a. Judul penelitian sesuai dengan masalah yang
ditemui, yang meliputi tiga unsur antara lain: bentuk
permasalahan, cara yang akan ditempuh/gunakan
untuk menyelesaikan masalah, dan lokasi penelitian.
b. Latar belakang masalah berisi tentang segala sesuatu
yang mendorong kita tertarik dengan masalah yang
akan kita teliti. Menuliskan kondisi awal
berdasarkan pengamatan dan hasil belajar,
menuliskan kondisi awal peneliti sebelum
menggunakan suatu cara/metode dalam mengatasi
masalah siswa serta menulis masalah dan cara
mengatasi masalah dengan menggunakan sebuah
tindakan/action yang dilakukan oleh peneliti.
c. Identifikasi masalah berbentuk kalimat tanya yang
bersifat umum, dan tidak perlu dijawab dan
mengacu pada masalah yang dipilih.
d. Pembatasan masalah tediri dari 3-4 alinea dengan isi
aline pertama menulis variabel yang diteliti, aline
kedua menuliskan definisi opersional variabel 1,
aline ketiga menuliskan definisi operasional variabel
2, dan alinea keempat menuliskan definisi opersinal
variabel 3 jika variabelnya ada 3.
e. Rumusan Masalah, umumnya berbentuk kalimat
tanya yang mengacu pada masalah yang dipilih dari
judul,
f. Tujuan penelitian, meliputi tujuan umum dan tujuan
khusus.
g. Manfaat penelitian, meliputi manfaat bagi siswa yang
mengacu pada tujuan penelitian, manfaat bagi guru,
manfaat bagi teman sejawat dan manfaat bagi
sekolah.
2. Bab II Kajian teori
a. Mengemukakan dan menjelaskan teori yang kita
pakai
b. Menampilkan penelitian yang relevan
c. Kerangka berpikir berisi kondisi deskripsi awal
d. Hipotesa tindakan menggembarkan indikator
keberhasilan yang ingin dicapai.
3. Bab III Metodologi Penelitian
Meliputi tahapan-tahapan berikut:
a. Setting penelitian berisi tempat dan waktu penelitian
kita laksanakan,
b. Subjek dan objek penelitian, berisi dimana kita
melakukan penelitian (kelas dan jumlah siswanya),
c. Sumber data berasal dari subyek penelitian yang
dapat berasal dari siswa, guru dan kolaborator,
d. Teknik pengumpulan data berisi tes tertulis (tertulis,
lisan perbuatan) dan non tes (pengamatan,
dokumentasi, dan cheklist),
e. Validasi data, digunakan untuk mengecek data itu
benar atau tidak,
f. Analisis data, bisa menggunakan deskripsi kualitatif
atau kwantitatif dan bisa juga campuan antara
kualitatif dan kwantitatif,
g. Indikator kinerja berisi target atau harapan yang
ingin dicapai,
h. Prosedur penelitian, merupakan langkah yang
digunakan peneliti dalam penelitian yang berisi
metode penelitian, menentukan banyaknya siklus,
menentukan tahapan dalam tiap siklus, dan
menjelaskan kegiatan disetiap tahapan disetiap
siklus.
Setelah selesai pendidikan dan pelatihan seluruh
peserta diberi tugas menyusun proposal penelitian
tindakan kelas selama 1 minggu dimulai tanggal 13 s/d
19 April 2015, Kemudian dikumpulkan untuk divalidasi
oleh instruktur.
Untuk menguji keberhasilan pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan induktif tentang penyusunan
proposal penelitian tindakan kelas oleh instruktur
dilakukan pengisian rubrik pertanyaan yang diisi oleh
seluruh peserta pendidikan dan pelatihan, dan
dipaparkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.3
Hasil rubrik setelah pelaksaan diklat
No Pernyataan
Peserta yang menjawab
Ya Tidak
1 Apakah keterampilan instruktur dalam menyampaikan materi mudah dimengerti ?
10 -
2 Apakah instruktur selalu memotivasi Bapak/Ibu untuk dapat mempraktikkan subjek yang telah diajarkan?
10 -
3 Apakah Materi pelatihan yang telah diajarkan oleh instruktur dapat menunjang pekerjaan Bapak/Ibu?
10 -
4 Apakah Pelatihan yang Bapak/Ibu ikuti dapat meningkatkan pengetahuan dalam pekerjaan Bapak/Ibu?
10 -
5 Apakah metode pelatihan telah sesuai dengan subjek yang diajarkan?
10 -
6 Apakah metode pelatihan yang digunakan mudah dimengerti?
9 1
7 Apakah metode yang digunakan pada program pelatihan telah sesuai dengan gaya belajar Bapak/Ibu?
9 1
8 Apakah kondisi ruang yang digunakan Bapak/Ibu gunakan sudah kondusif ?
2 8
9 Apakah peralatan yang digunakan pelatihan sudah memenuhi standard layak?
5 5
10 Apakah instruktur sudah memberikan pelayanan yang sama
10 -
terhadap semua peserta pelatihan?
Prosentase 85% 15%
Dari hasil rubrik pertanyaan tentang kegiatan
diklat dan pelatihan yang telah disampikan oleh
instruktur dapat dideskripsikan sebagai berikut:
keterampilan instruktur dalam menyampaikan materi
sangat mudah diterima oleh guru seluruh peserta
diklat, instruktur memberikan materi dengan runtut
dan jelas dan dalam memberikan materi instruktur
selalu memberikan motivasi kepada seluruh peserta
agar materi yang diajarkan dapat dilaksanakan.
Untuk metode yang digunakan instruktur telah
sesuai dengan subjek yang diajarkan dan mudah
dimengerti sehingga dapat memberikan dukungan
kepada peserta diklat tetapi yang menjadi kendala
pelaksanaan diklat adalah kondisi ruang tempat
dialaksanakan diklat, para peserta kurang puas karena
keadaan ruang yang kurang kondusif.
4.2.7 Penelitian.
Pada tahap ini, semua peserta pelatihan mampu
dan bisa membuat proposal Penelitian Tindakan Kelas
dengan waktu pembimbingan selama 1 minggu ( 13 s/d
19 April 2015), selama masa penyusunan proposal
Penelitian Tindakan Kelas antar guru saling
berkoordinasi dan mencari solusi apabila salah satu
kurang jelas.
Hasil analisis pada tahap penelitian peneliti
menggunakan pengambilan hasil secara kuantitatif
untuk mengetahui jumlah peserta diklat yang
menyusun proposal Penelitian Tindakan Kelas.
Sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil
penskoran pembuatan proposal penelitian tindakan
kelas sesuai dengan tabel nilai dan kategori
kemampuan menulis laporan proposal.
Data kuantitatif peserta diklat yang membuat
proposal penelitian tindakan kelas disajikan dalam
tabel berikut:
Tabel 4.4
Daftar guru yang membuat proposal penelitian
tindakan kelas
No Nama Peserta Membuat Proposal
Ket Sudah Belum
1 Peserta 1 √
2 Peserta 2 √
3 Peserta 3 √
4 Peserta 4 √
5 Peserta 5 √
6 Peserta 6 √
7 Peserta 7 √
8 Peserta 8 √
9 Peserta 9 √
10 Peserta 10 √
Jumlah 10 0
Berdasarkan tabel diatas tentang daftar guru pembuat
proposal penelitian tindakan kelas semua peserta diklat
membuat proposal penelitian tindakan kelas dengan
prosentase:
%100)( xdiklatpesertaseluruhJumlah
melakukanyangpesertaJumlahPPersentase =
%100
10
10x=
%100=
Hasil prosentase yang diperoleh termasuk kategori
sangat tinggi (P > 80 %).
Setelah semua peserta membuat proposal yang
telah dikumpulkan pada tanggal 20 April 2015 dan
telah divalidasi oleh instruktur, diperoleh nilai sebagai
berikut:
Tabel 4.5
Perolehan nilai pembuatan Proposal PTK
NoPes
Nilai Pada Indikator Jumlah Kategori
1 2 3 4 5
1 14 25 19 4 15 77 Baik
2 13 23 17 4 14 71 Cukup
3 13 24 20 4 15 76 Baik
4 15 25 18 4 15 77 Baik
5 15 24 18 4 16 77 Baik
6 14 22 17 4 15 73 Cukup
7 13 23 19 4 16 75 Baik
8 17 24 20 4 17 82 Baik
9 14 23 19 4 15 75 Baik
10 15 24 19 4 15 77 Baik
Dari data diatas 8 peserta diklat memperoleh
kategori baik (75-84). Skor tertinggi dengan nilai 82 hal
ini sesuai dengan ketentuan penilian sesuai indikator
yaitu telah menggunakan pola organisasi laporan,
kalimat yang disajikan sudah saling terkait dan logis,
topik sudah dijelaskan dengan detail. Pada indikator
kedua tentang kemampuan membuat laporan tertulis
sudah berdasarkan fakta dilapangan dan ide
berkembang sesuai dengan tujuan penelitian, ide sudah
sesuai dengan topik disertai alasan-alasan logis dan
sesuai sumber yang diamati.
Peserta mendapat nilai dengan kategori cukup
(65-74) berjumlah 2 guru, dengan skor terendah 71.
Hal ini dikarenakan pada penyusunan indikator
pertama tentang kemampuan menulis laporan yang
memiliki struktur laporan pengamatan kalimat yang
disajikan kurang terkait dan kurang logis, dalam
kemampuan membuat laporan tertulis berdasarkan
fakta dilapangan masih rendah.
Tabel 4.6
Kemampuan membuat proposal penelitian tindakan
kelas
No Nama Peserta
Kemampuan membuat proposal PTK
Sebelum pelatihan Setelah pelatihan
Sudah Belum Nilai Sudah Belum Nilai
1. Pes. 1 - √ - √ - 77
2. Pes. 2 - √ - √ - 71
3. Pes. 3 - √ - √ - 76
4. Pes. 4 - √ - √ - 77
5. Pes. 5 - √ - √ - 77
6. Pes. 6 - √ - √ - 73
7. Pes. 7 - √ - √ - 75
8. Pes. 8 - √ - √ - 82
9. Pes. 9 - √ - √ - 75
10 Pes. 10 - √ - √ - 77
Diagram perolehan nilai pembuatan Proposal PTK
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sebelum
Sesudah
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, kemampuan guru SDN Wates Kecamatan
Wonoboyo Kabupaten Temanggung dalam membuat
proposal penelitian tindakan kelas terjadi peningkatan.
Sebelum pendidikan dan pelatihan dengan model
induktif dilaksanakan, diadakan wawancara yang
dilaksanakan oleh peneliti untuk mengetahui
kemampuan guru dalam membuat proposal penelitian
tindakan kelas.
Dari hasil wawancara maka akan ditingkatkan
kemampuan membuat proposal penelitian tindakan
kelas melalui pendidikan dan pelatihan induktif. Akhir
pelatihan diadakan penelitian yang hasilnya sebagai
berikut:
Hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
sebelum dilaksanakan dengan setelah pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan dari jumlah semua guru
belum bisa membuat proposal menjadi semua guru
bisa membuat proposal penelitian tindakan kelas
(100%). dengan hasil nilai pembuatan proposal yaitu
nilai 71 sejumlah 1 orang guru, nilai 73 sejumlah 1
orang guru, nilai 75 sejumlah 2 orang guru, nilai 76
sejumlah 1 orang guru, nilai 77 sejumlah 4 orang guru,
dan nilai 82 sejumlah 1 orang guru (tabel4.6).
Sesuai dengan hasil nilai diatas menunjukkan
bahwa 2 orang guru termasuk dalam kategori cukup
dengan nilai 65-74, dan 8 orang guru termasuk dalam
kategori baik dengan nilai 75-84.
Pendidikan dan pelatihan dengan metode induktif
untuk meningkatkan kemampuan membuat proposal
penelitian tindakan kelas dilakukan dengan
pengukuran kemampuan peserta pelatihan sebagai
langkah awal dalam menentukan jenis pelaksanaan
pelatihan. Dalam hal pengelompokan kemampuan,
membandingkan kemampuan peserta dengan materi
pelatihan, dan menetapkan kesenjangan kemampuan
dilakukan istruktur dan peserta pelatihan untuk
digunakan instruktur dalam mengembangkan proses
pelatihan.
Instruktur dalam mengembangkan materi ajar
meliputi: hakikat penelitian tindakan kelas,
karakteristik penelitian tindakan kelas, tujuan
penelitian tindakan kelas, manfaat penelitian tindakan
kelas, prosedur penelitian tindakan kelas, penyusunan
laporan penelitian tindakan kelas, dan sistematika
proposal penelitian tindakan kelas. Semua bahan ajar
disusun dalam bentuk diktat dan masing-masing
peserta mendapat satu-satu sebagai acuan dalam
mengikuti pendidikan dan pelatihan.
Setelah diadakan pelatihan untuk mengetahui
keseluruhan proses pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan, semua peserta mengisi rubrik pelaksaan
pendidikan dan pelatihan. Dari hasil pengisian rubrik
seluruh peserta pendidikan dan pelatihan mengisi
jawaban “ya” atau sesuai tentang keterampilan
instruktur dalam menyampaikan materi yang sudah
dimengerti, instruktur selalu memotivasi peserta,
materi pelatihan dapat menunjang pekerjaan,pelatihan
yang diikuti dapat meningkatkan pengetahuan dalam
pekerjaan, dan metode pelatihan telah sesuai dengan
subjek yang diajarkan.
Metode pelatihan yang digunakan dan kesesuaian
metode, 9 orang guru menyatakan mudah dimengerti
dan sesuai dengan gaya belajar peserta pendidikan dan
pelatihan. Untuk kondisi ruang dan peralatan
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan belum
memenuhi standar kelayakan tetapi instruktur sudah
memberikan pelayanan yang sama terhadap semua
peserta pendidikan dan pelatihan.
Hal ini mendorong semua peserta pendidikan dan
pelatihan dapat memperoleh peningkatan kemampuan
dalam membuat proposal penelitian tindakan kelas.
Hasil temuan penulis tentang pelatihan induktif
untuk meningkatkan kemampuan penelitian tindakan
kelas guru di SDN Wates kecamatan Wonoboyo
kabupaten Temanggung sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Kamil (2003), ada perbedaan yang
dikembangkan oleh penulis yaitu:
1. Dalam tahapan pengukuran kemampuan peserta
penulis menggunakan acuan pertanyaan
wawancara yang mengacu pada pengkajian
Peraturan Menteri,
2. Pada tahap mengembangkan proses pelatihan, ada
pengembangan bahan materi bahan ajar yang
dilakukan oleh instruktur pendidikan dan
pelatihan.
3. Setelah pendidikan dan pelatihan diadakan
penelitian yang berupa evaluasi kegiatan
pendidikan dan pelatihan untuk memperoleh data
sebelum dan sesudah pelaksanaan kegiatan.
Untuk penelitian yang penulis laksanakan
dibandingkan dengan penelitian yang terdahulu adalah
sebagai berikut:
1. Sama-sama melaksanakan pendidikan dan
pelatihan tetapi penulis
2. Penulis mengembangkan materi pendidikan dan
pelatihan dengan memberi dasar peraturan yang
sesuai dengan materi diklat.
Yang menjadi keistimewaan penelitian yang
dilakukan penulis adalah adanya pelatihan yang
dikembangkan berdasarkan kebutuhan peserta
pelatihan yang sedang dibutuhkan. Adanya pengkajian
Peraturan Menteri yang digunakan sebagai dasar acuan
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Selain adanya
pengkajian peraturan juga setelah adanya pendidikan
dan pelatihan diadakan penelitian sebagai evaluasi
akhir kegiatan berupa data sebelum dan sesudah
pendidikan dan pelatihan.
Implikasi yang dapat diberikan berdasarkan
penelitian ini dari segi teoritis yaitu adanya
pengembangan kegiatan pelatihan berupa modifikasi
kegiatan pelatihan yang berdasarkan teori. Dari segi
kebijakan adanya penyesuaian kebutuhan peserta
pendidikan dan pelatihan berdsarkan tuntutan yang
berlaku. Secara praktis dapat diperoleh kegiatan
perubahan kemampuan setelah pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan.