32
BAB IV
PROSPEK MINERAL LOGAM DI DAERAH PENELITIAN
4.1. KONSEP DASAR EKSPLORASI
Konsep eksplorasi adalah alur pemikiran yang sistimatis, dimana kita menentukan
objek dari pencaharian itu atau jenis dan macam cebakan yang menjadi target dan di
daerah geologinya yang paling mungkin dan menentukan cara-cara sistem
menemukannya yang efisien dengan menggunakan serangkaian urutan metode dan
teknologi eksplorasi yang sistematis (Koesoemadinata, 2000). Kegiatan sistematis
tersebut mencakup berbagai jenis metode. Salah satu metode adalah pemetaan geologi,
mineralisasi dan alterasi. Kumpulan mineral alterasi menjadi sangat penting untuk
pemahamam eksplorasi cebakan bijih hidrotermal. Penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui prospek dari mineral logam daerah Anggai dan sekitarnya. Beberapa mineral
logam diantaranya pirit, emas, dan galena terdapat dalam lokasi penelitian ini. Dalam
penelitian ini dilakukan pengamatan pada singkapan batuan, pengamatan pada lubang
penambang rakyat, dan pendulangan sedimen sungai. Untuk mengetahui prospek mineral
logam di daerah penelitian dilakukan beberapa analisa laboratorium, yaitu analisa PIMA
(Portable Infrared Mineral Analyser) dan analisa mineralogi butir.
4.2. ALTERASI DAN MINERALISASI DAERAH PENELITIAN
Alterasi hidrotermal merupakan proses ubahan pada batuan oleh larutan
hidrotermal yang melibatkan proses kimia sehingga mengubah komposisi mineral
maupun komposisi batuan asal dan membentuk mineral alterasi. Mineralisasi adalah
proses terbentuknya mineral baru setelah terjadinya alterasi hidrotermal.
Dari hasil pengamatan lapangan di daerah Bukit Anggai, Siantari, dan Sepidang
ditemukan adanya indikasi mineralisasi. Indikasi tersebut ditandai oleh adanya urat
kuarsa yang menerobos batuan lava dan tuf. Adanya penerobosan larutan hidrotermal
menyebabkan batuan mengalami ubahan cukup kuat pada batuan sampingnya. Pada
hampir setiap lubang tambang ditemukan adanya emas visible yang dilihat melalui
pendulangan pada konsentrat batuan.
33
Sebaran alterasi di dominasi oleh ubahan silisifikasi, argilik dan propilit. Batuan
yang telah tersilisifikasi ditandai oleh adanya pengkayaan mineral silika, batuan yang
telah terubah argilik dicirikan adanya kehadiran mineral lempung smektit atau illite,
batuan yang telah terubah propilit memiliki ciri-ciri memiliki warna hijau, hijau kelabu
atau hijau kekuningan karena adanya mineral klorit atau epidot. Mineralisasi emas di
daerah Anggai ini merupakan jenis mineralisasi di lingkungan High Sulfidation
Epithermal yang ditandai oleh adanya struktur gigi anjing (dogteeth) dan vuggy pada urat
kuarsa (Foto 14).
Hasil pengukuran di lapangan menunjukkan bahwa arah mineralisasi cenderung
menunjukkan arah baratlaut-tenggara dengan kemiringan urat antara 300 hingga 90
0.
Foto 16. Beberapa conto batuan yang menandakan daerah penelitian
terdapat dalam lingkungan mineralisasi High Sulfidation Epithermal. (a) Struktur gigi
anjing (dog teeth) pada urat kuarsa, (b) Vuggy structure yang ditemukan di lokasi A085,
(c) Mineral malakhit (hijau) yang ditemukan di Lubang Gereja (A115).
(a) (b)
(c)
34
4.3. ANALISA PIMA (PORTABLE INFRARED MINERAL ANALYSER)
Pemetaan mineral alterasi dengan cara konvensional mungkin tidak dapat
mengidentifikasi mineral-mineral yang halus atau menentukan variasi komposisi yang
penting. Untuk itu dibutuhkan suatu alat yang dapat mengidentifikasi mineral yang halus
tersebut secara cepat dan efisien. Alat tersebut dinamakan PIMA (Portable Infrared
Mineral Analyser).
PIMA telah digunakan secara sukses dalam berbagai tipe mineralisasi epitermal
high sulfidation, epitermal low sulfidation, sulfide massif volkanic (VMS) dan
lingkungan yang berhubungan dengan intrusi.
PIMA merupakan spektrometer infra merah yang bekerja pada kisaran panjang
gelombang dari 1300 nm sampai dengan 2500 nm. Dalam panjang gelombang ini
mineral-mineral yang mengandung radikal hidroksil seperti lempung, amfibol, beberapa
mineral karbonat menyerap radiasi pada panjang gelombang tertentu dengan intensitas
penyerapan yang berbeda pada setiap mineral. Hasil pantulan tembakan sinar infra merah
menunjukkan gelombang yang diserap mineral dengan intensitasnya (Lampiran C),
dengan cara inilah PIMA menganalisa mineral. Seperti yang disebutkan sebelumnya,
PIMA ini memiliki keterbatasan hanya dapat menganalisa mineral dalam kondisi
memiliki ikatan CO2 dan OH, mineral dalam kondisi anhydrous tidak dapat dianalisa
melalui PIMA kecuali ia terlapukkan dahulu menjadi mineral hydrous.
Instrumen PIMA menghasilkan spectra reflektansi yang disimpan sebagai biner
individu. Spektra dapat diinterpretasi secara manual atau oleh komputer secara otomatis
untuk menghasilkan mineral-mineral yang mengandung hidroksil dan karbonat.
35
Foto 17. Alat yang digunakan pada analisa PIMA dan grafik yang dihasilkan dari
pantulan tembakan sinar infra merah.
Foto 18. Beberapa lokasi pengambilan conto batuan untuk analisa PIMA.
A007
A016
A021
A025
A090
A115
36
Pada penelitian ini, analisa PIMA digunakan sebagai data tambahan untuk
mengetahui jenis alterasi di daerah penelitian. Analisa dilakukan pada 15 conto batuan.
Berdasarkan dari kandungan mineralnya maka diinterpretasi jenis alterasinya dan
lingkungan mineralisasinya. Mineral yang ditemukan pada analisa PIMA ini adalah
paragonit, montmorilonit, illit, kaolinit, hallosit, epidot, muskovit, klorit, gipsum, dickite.
Dari hasil penemuan mineral-mineral tersebut diinterpretasi jenis alterasinya yang pada
umumnya adalah argilik dan berada pada lingkungan mineralisasi High Sulfidation
Epithermal. Hasil analisa ini memperkuat data conto batuan yang menunjukkan bahwa
lingkungan mineralisasi di daerah Anggai adalah High Sulfidation Epithermal.
4.4. ANALISA MINERALOGI BUTIR
Analisa mineralogi butir yang dilakukan, merupakan analisa fisika yang dilakukan
terhadap sampel atau conto batuan yang telah menjadi konsentrat dan dianalisa
menggunakan mikroskop stereo binokuler. Berikut ini adalah diagram alir metode analisa
dulang.
37
Foto 19. Peralatan yang digunakan pada
analisa mineralogi butir (cawan, magnet
400 & 1000 Gauss, dan kuas).
(A075)
(A079) (A086)
Foto 20. Beberapa lokasi pengambilan conto konsentrat batuan untuk analisa mineralogi
butir. Conto diambil dari material-material pasir yang berada di sungai (A075) dan urat
kuarsa (A079 & A086).
38
Dari hasil analisa tersebut ditemukan mineral logam yang berharga contohnya
emas di beberapa conto konsentrat. Diantaranya adalah A075, A079, A086, A110, A081,
A082, A107, A108, dan A102. Mineral-mineral yang ditemukan pada analisa ini
adalah emas, pirit, hematite, kuarsa, piroksen, magnetit, ilmenit, zircon, sinabar, anatas,
dan galena. Adanya mineral hematite menandakan bahwa telah terjadi proses oksidasi
dari mineral sulfide. Conto-conto batuan tersebut umumnya diambil dari konsentrat yang
berukuran pasir yang terdapat di sungai. Conto-conto yang diambil dari urat kuarsa
adalah conto A079, A086, dan A110. Mineral-mineral yang ditemukan di sungai dan
urat tidak jauh berbeda, dan umumnya menunjukkan adanya mineral logam.
Setelah dilakukannya analisa ini, maka dapat disimpulkan bahwa daerah Anggai
dan sekitarnya memiliki potensi dalam sumber daya mineral khususnya logam emas.
Logam emas ini ditemukan pada lingkungan mineralisasi High Sulfidation Epithermal
dimana zona urat-urat kuarsanya cukup tebal sekitar 1 cm hingga 1 m.
Foto 21. Urat kuarsa di lokasi A088 dengan kedudukan N 1900E/80
0.