82
BAB V
PEMBAHASAN Sebagaimana tujuan penulisan, bab ini mencakup penjabaran tanda-tanda (sign) apa
saja yang terdapat dalam keempat iklan Axis versi iritology, makna denotasi (signifier), makna
konotasi (signified), bahkan mitos yang berkembang dari tanda-tanda itu. Namun sebelum
masuk pada pembahasan, perlu diketahui bahwa istilah iritology yang digunakan oleh pihak
Axis ini merupakan gabungan dari dua kata yaitu irit dan logos; berasal dari bahasa Yunani
kuno yang berarti makna atau arti (Peurseun, 2000:56), sehingga yang dimaksud iritology
dalam iklan ini adalah makna irit atau cara irit menurut Axis.
5.1. Iklan Axis Iritology No. 36 – Maha Guru Irit 5.1.1. Deskripsi Iklan
Iklan diawali dengan seorang tukang becak yang sedang duduk di atas
becak, sambil menompang pipi dan jari telunjuk tangan kanan diacungkan
mengucapkan: “Iritology no. 36”.
Adegan selanjutnya menampilkan seorang pemuda yang sedang
menelpon di depan rumah, dan dari pembicaraannya dengan beberapa orang
serta cara dia berbicara, tampak bahwa si pemuda ingin menghemat biaya
transportasi dengan cara nebeng dan hemat pulsa telepon dengan cara bicara
singkat sehingga terjadi beberapa kesalah-pahaman.
Kemudian munculnya ikon provider Axis yakni Maha Guru Irit yang
menjelaskan cara berhemat menurut Axis iritology no. 36, dengan memaparkan
keuntungan apa saja yang bisa didapatkan ketika menggunakan produk Axis
yang dimaksud. Iklan diakhiri dengan slogan Axis yakni “Irit itu Axis”.
5.1.2. Tanda dalam Iklan
Ada pun tanda-tanda yang terdapat dalam iklan adalah sebagai berikut:
1. Jenis huruf:
a. IRITOLOGY
b. Gaya Hidup Irit
c. IRIT ITU AXIS
83
2. Endoser yang digunakan:
a. Tukang becak
b. Pemuda yang menelepon
c. Pria berkulit gelap yang mengenakan jaket berwarna ungu
d. Pria mirip pelawak, Kiwil.
3. Audio (seruan dan percakapan para endoser):
a. “Halo. Lewat Sudirman nggak lo?”
b. “Astaga, gue nggak lewat bray!
c. ”Saya tinggal su jauh kaka.”
d. Irit itu Axis
4. Sinar yang menyinari Maha Guru Irit, pemuda dan pria mirip Kiwil.
5.1.3. Makna Tanda dalam Iklan
Makna dari tanda-tanda yang terdapat dalam iklan Axis versi iritology
no. 36 ini adalah:
1. Jenis huruf
1.1. IRITOLOGY
a. Makna denotasi
Jenis huruf yang digunakan pada kata IRITOLOGY dalam
iklan Axis Iritology no. 36 adalah sans serif. Serif merupakan garis
kecil pada ujung huruf yang secara spesifik namanya
counterstroke, namun untuk lebih mudah sering disebut dengan
nama serif (Kusrianto, 2006:41). Kata sans dalam bahasa Perancis
berarti tanpa, sehingga sans serif berarti tanpa serif atau huruf yang
tidak memiliki sirip (garis kecil) pada ujung-ujungnya (Kusrianto,
2010:64).
Bentuknya yang tanpa sirip dan memiliki ketebalan huruf
yang sama atau hampir sama inilah yang memberi kesan modern,
kontemporer dan efisien (Triadi, 2010:22).
b. Makna konotasi
Axis sebagai pengiklan menggunakan jenis huruf sans
serif ini dengan tujuan memberikan kesan kepada khalayak bahwa
Axis merupakan provider masa kini yang efisien.
84
1.2. Gaya Hidup Irit
a. Makna denotasi
Jenis huruf yang digunakan pada kalimat “Gaya Hidup Irit”
adalah script. Huruf ini sering juga disebut dengan handwriting
(huruf tulis tangan). Kesan yang ditimbulkan dari jenis huruf ini
adalah bersifat pribadi dan akrab (Triadi, 2010:23).
b. Makna konotasi
Penggunaan jenis huruf ini merupakan upaya dari
pengiklan (Axis) untuk memberikan kesan bahwa Axis
merupakan provider yang akrab dengan khalayak karena Axis
mengetahui kebutuhan khalayak. Hal ini diwujudkan dengan
menghadirkan jenis (versi) Axis yang sesuai dengan kebutuhan
khalayak tersebut.
1.3. IRIT ITU AXIS
Secara harafiah, slogan Axis ini bisa dimaknai sebagai upaya
pengiklan (Axis) dalam menyampaikan kepada khalayak bahwa Axis
merupakan provider yang irit.
2. Endoser dalam iklan
1.1. Tukang becak
a. Makna denotasi
Becak merupakan kendaraan beroda tiga, tapi tidak
menggunakan mesin motor. Transportasi ini digerakkan dengan
cara didayung oleh seseorang yang duduk di belakang penumpang
dan bisa memuat dua orang (Dardjowidjojo, 1978:8). Tukang
becak merupakan sebutan bagi penarik becak.
b. Makna konotasi
Tenaga penggerak becak adalah manusia, sehingga tidak
perlu menyediakan biaya untuk mengisi bensin atau solar. Oleh
karena itu, menggunakan becak berarti lebih irit dibanding
mengendarai kendaraan pribadi.
Tukang becak dalam iklan ini diinterpretasikan sebagai
pengganti ikon Axis yakni Maha Guru Irit.
85
c. Mitos
Becak sebagai salah satu transportasi mula-mula sudah
dikenal dan dekat dengan masyarakat. Munculnya transportasi
dengan menggunakan mesin sebagai penggeraknya membuat
becak menjadi alat transportasi yang merakyat karena biayanya
yang terjangkau dibanding harus mengeluarkan biaya untuk
mengisi bensin maupun biaya perawatannya.
Pemahaman bahwa becak merupakan alat transportasi
yang merakyat ini sudah berkembang di dalam masyarakat
sehingga menjadi mitos.
1.2. Pemuda yang menelepon
a. Makna denotasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pemuda
berarti orang muda laki-laki.
b. Makna konotasi
Gaya berpakaian (penampilan), gaya bicara (irit bicara saat
menelpon) dan kebutuhan (nebeng transportasi) si pemuda dalam
iklan ini menunjukkan bahwa dia seorang mahasiswa.
c. Mitos
Pada umumnya, mahasiswa (khususnya mahasiswa rantau)
identik dengan perilaku suka sesuatu yang murah (bahkan gratis)
dengan hasil yang lumayan.
Contoh pada iklan ini, terlihat ada mobil yang parkir di
halaman depan rumah si pemuda yang sedang menelepon tersebut,
namun dia lebih memilih mencari seseorang untuk nebeng
dibanding mengendarai mobil sendiri (irit bensin/solar).
1.3. Pria berkulit gelap dengan jaket ungu
a. Makna denotasi
- Pria yang warna kulitnya hitam (gelap).
- Jaket ungu; baju luar untuk penahan dingin atau angin (KBBI)
yang berwarna ungu.
b. Makna konotasi
- Pria berkulit hitam dalam iklan merepresentasikan orang
Papua yang sebagian besar memiliki warna kulit yang gelap.
86
- Warna ungu pada jaket yang dikenakan oleh si pria
merepresentasikan Axis (warna dominan yang digunakan
Axis). Hal ini juga bisa menunjukkan bahwa jaringan Axis
sudah sampai (menjangkau) daerah Papua.
c. Mitos
Stereotip bahwa orang Papua berkulit hitam atau memiliki
warna kulit yang gelap.
1.4. Pria mirip pelawak, Kiwil
a. Makna denotasi
Axis menggunakan endoser yang wajah dan gaya
bicaranya mirip Kiwil (pelawak).
b. Makna konotasi
Pria mirip Kiwil yang menjawab “ya” ini mengenakan baju
berwarna ungu, sehingga pria ini merepresentasikan Axis sebagai
provider yang irit, yang mana pada versi ini Axis menawarkan
harga nol rupiah pada dua puluh menit pertama dalam sehari.
Manfaat ini tentu menjadi keuntungan bagi mereka yang bicara
seperlunya di telepon.
3. Audio (seruan dan percakapan para endoser)
1.1. “Halo. Lewat Sudirman nggak lo?”
Makna denotasi dari kalimat di atas adalah:
a. Halo; merupakan kata yang digunakan untuk mengawali
percakapan melalui telepon, atau ucapan salam untuk menyapa
(KBBI).
b. Lewat; berarti melalui atau menempuh (KBBI).
c. Sudirman; merupakan nama, tapi penggunaannya dalam kalimat
ini menunjukkan bahwa Sudirman merupakan nama tempat atau
nama jalan.
d. Nggak; dari kata enggak yang berarti tidak (KBBI).
e. Lo; dari kata lu yang berarti kamu (KBBI).
Jika kalimat ini ditulis atau diucapkan dengan ejaan yang
disempurnakan maka akan menjadi: “Halo. Apakah kamu lewat jalan
Sudirman?”
87
1.2. “Astaga. Gue nggak lewat bray!”
Makna denotasi dari kalimat di atas adalah:
a. Gue; berarti saya atau aku.
b. Nggak; dari kata enggak yang berarti tidak.
c. Bray; dari kata bahasa Inggris brother yang berarti saudara laki-
laki, namun disingkat menjadi bro, kemudian berubah menjadi
bray.
Jika kalimat tersebut ditulis atau diucapkan dengan ejaan yang
disempurnakan maka akan menjadi: “Astaga, aku tidak lewat,
saudara!”
1.3. “Saya tinggal su jauh kaka.”
a. Makna denotasi
- Su; merupakan singkatan dari kata sudah.
- Kaka; dari kata kakak yang berarti saudara yang lebih tua
atau panggilan kepada orang yang dianggap lebih tua, atau
sapaan kepada seseorang yang dihargai.
Jika kalimat tersebut ditulis atau diucapkan dengan
ejaan yang disempurnakan maka akan menjadi: “Saya sudah
tinggal di tempat yang jauh, kakak.”
b. Makna konotasi
Pria yang mengucapkan kalimat ini merupakan orang
yang berasal dari kawasan Timur Indonesia, khususnya Papua.
1.4. Slogan: “Irit itu, Axis”
a. Makna denotasi
Makna dari slogan ini yaitu pengiklan (Axis) ingin
menyampaikan kepada khalayak bahwa Axis merupakan provider
yang irit.
b. Makna konotasi
Kata Axis pada slogan ini ketika diucapkan terdengar
seperti kata eksis (Axis = Eksis), sehingga di sini pengiklan (Axis)
ingin menyampaikan kepada khalayak bahwa provider yang irit itu
ada (eksis), dan provider tersebut adalah Axis.
88
4. Sinar yang menyinari Maha Guru Irit, si pemuda dan pria mirip Kiwil
1.1. Makna denotasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sinar berarti
pancaran terang (cahaya).
1.2. Makna konotasi
Maha Guru Irit diinterpretasikan sebagai sosok yang memberi
ilmu atau saran mengenai cara irit, pria mirip Kiwil merepresentasikan
keberadaan Axis, dan si pemuda merepresentasikan pasar yang dituju
Axis versi Maha Guru Irit; sehingga sinar yang menyinari mereka
ketika sedang boncengan sepeda menunjukkan suatu kondisi dimana
si pemuda (pasar yang dituju) mendapat pencerahan setelah menerima
saran dari Maha Guru Irit dan mewujudkan saran tersebut (pembelian
atau penggunaan Axis).
5.1.4. Segmentasi Pasar Iklan Axis Iritology No. 36 – Maha Guru Irit
Berdasarkan Demografi (Tingkat Pendidikan)
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat diketahui bahwa pemuda
dalam iklan merepresentasikan pasar yang ingin dituju oleh Axis versi ini, yakni
mahasiswa. Hal ini ditegaskan dengan ungkapan Maha Guru Irit, yang mana
kata maha berarti besar. Sebutan Maha Guru dalam iklan merujuk pada
mahaguru, yakni guru besar atau profesor dalam perguruan tinggi.
5.1.5. Mitos dalam Iklan Axis Iritology No. 36 – Maha Guru Irit
a. Becak merupakan angkutan rakyat
Becak dalam iklan merupakan tanda (sign) dan harga yang
terjangkau (murah) merupakan petanda (signifier). Pemahaman yang
berkembang dalam masyarakat tentang becak sebagai alat transportasi yang
murah adalah penanda (signified).
Gambar 2. Makna konotasi dan mitos becak
Konotasi Signified
Becak transportasi yang murah
Mitos Signifier Murah
Sign Becak
89
b. Mahasiswa suka segala seuatu yang murah, bahkan gratis
Pemuda dalam iklan merupakan tanda (sign), gaya bicara, gaya
berpakaian, dan perilaku si pemuda yang menunjukkan bahwa dia seorang
mahasiswa merupakan petanda (signifier). Pemahaman yang berkembang
dalam masyarakat tentang mahasiswa suka sesuatu yang murah (bahkan
gratis) menjadi penanda (signified).
Gambar 3. Makna konotasi dan mitos pemuda
c. Kulit orang Papua berwarna gelap
Pria berkulit hitam dalam iklan merupakan tanda (sign), orang Papua
berkulit hitam merupakan petanda (signifier), dan stereotip bahwa orang
Papua memiliki warna kulit gelap (hitam) merupakan penanda (signified).
Gambar 4. Makna konotasi dan mitos pria berkulit hitam
5.2. Iklan Axis Iritology No. 54 - Cekrek Upload AXIS 5.2.1. Deskripsi Iklan
Iklan diawali dengan penjual cilok di depan sekolah yang mengucapkan:
“Iritology no. 54”. Setelah itu, iklan menampilkan seorang siswa yang selfie
sambil menunggu guru masuk kelas dan tidak mempedulikan teman-teman
lainnya yang sedang main dan teman sebelahnya yang sedang
memperhatikannya. Bahkan dia sempat mengambil foto dengan gurunya yang
kemudian diunggah ke aplikasi LINE dan mendapat respon suka dari teman-
temannya di aplikasi tersebut.
Setelah itu, si siswa dan beberapa teman sekolahnya foto bersama
dengan gaya menatap ke langit yang dibarengi dengan ucapan: “Menatap masa
depan” dan Maha Guru Irit muncul dengan dua orang perempuan di atas karpet
terbang di langit dan menjelaskan kelebihan-kelebihan Axis iritology no. 54.
Iklan diakhiri dengan slogan: “Irit itu Axis”.
Signified Orang Papua memiliki warna kulit yang gelap.
Konotasi Mitos Sign
Pria kulit hitam
Signifier Orang Papua
Signified Mahasiswa suka yang serba
murah, bahkan gratis. Konotasi Mitos
Signifier Mahasiswa
Sign Pemuda
90
5.2.2. Tanda dalam Iklan
Ada pun tanda-tanda yang terdapat dalam iklan adalah:
1. Jenis huruf:
a. IRITOLOGY
b. Gaya Hidup Irit
c. CILOK CINLOK
d. IRIT ITU AXIS
2. Endoser yang digunakan:
a. Penjual cilok
b. Pelajar SMA
c. Siswa botak berjanggut
3. Audio (seruan dan percakapan para endoser):
a. “Nunggu guru, selfie dulu.”
b. “Ganteng dikit, cekrek.”
c. Upload
d. “Manda Mandi Kembang like this!”
e. “Pulang sekolah ngumpul bareng.”
f. “Budi Blagu, like this!”
g. “Bobi Baper, like this!”
h. “Menatap masa depan.”
i. “Ayo cekrek upload sepuasnya pake Axis juara iritnya.”
j. Irit itu Axis
4. SMAN 54 SUKAIRIT
5.2.3. Makna Tanda dalam Iklan
Makna dari tanda-tanda dalam iklan ini adalah:
1. Jenis huruf
1.1. IRITOLOGY
a. Makna denotasi
Jenis huruf yang digunakan pada kata IRITOLOGY dalam
iklan Axis Iritology no. 36 adalah sans serif. Serif merupakan garis
kecil pada ujung huruf yang secara spesifik namanya
counterstroke, namun untuk lebih mudah sering disebut dengan
nama serif (Kusrianto, 2006:41). Kata sans dalam bahasa Perancis
91
berarti tanpa, sehingga sans serif berarti tanpa serif atau huruf yang
tidak memiliki sirip (garis kecil) pada ujung-ujungnya (Kusrianto,
2010:64).
Bentuknya yang tanpa sirip dan memiliki ketebalan huruf
yang sama atau hampir sama inilah yang memberi kesan modern,
kontemporer dan efisien (Triadi, 2010:22).
b. Makna konotasi
Axis sebagai pengiklan menggunakan jenis huruf sans
serif ini dengan tujuan memberikan kesan kepada khalayak bahwa
Axis merupakan provider masa kini yang efisien.
1.2. Gaya Hidup Irit
a. Makna denotasi
Tulisan ini menggunakan jenis huruf miscellaneous yakni
pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada, hanya
ditambahkan hiasan, ornamen atau garis-garis dekoratif. Kesan
yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental (Triadi & Bharata,
2010:23). Jenis huruf ini memberi kesan fleksibel.
b. Makna konotasi
Axis bersifat fleksibel dengan hadir dalam beberapa versi
sesuai dengan kebutuhan khalayak.
1.3. CILOK CINLOK
Tulisan ini menggunakan jenis huruf serif yang ciri-cirinya
berbentuk lancip pada ujungnya. Persis mendekati ujung kaki-kaki
hurufnya, baik di bagian atas maupun bawah, terdapat pelebaran yang
menyerupai penopang atau tangkai. Jenis huruf ini memberikan kesan
klasik, anggun, tegas, lemah gemulai dan feminism (Triadi & Bharata,
2010:21-22).
1.4. IRIT ITU AXIS
Secara harafiah, slogan Axis ini bisa dimaknai sebagai upaya
pengiklan (Axis) dalam menyampaikan kepada khalayak bahwa Axis
merupakan provider yang irit.
92
2. Endoser dalam iklan
2.1. Penjual cilok
a. Makna denotasi
Cilok merupakan makanan tradisional khas Sunda yang
disingkat dari “aci1 dicolok”, dibuat dengan bahan dasar tepung
kanji, biasanya berbentuk bulat kenyal dan diberi sambal kacang,
kecap dan saos (Rapatata, 2014:97).
b. Makna konotasi
Penjual cilok dalm iklan ini merepresentasikan Maha Guru
Irit Axis, sedangkan cilok merepresentasikan jajanan khas di
sekolah. Sebagai jajanan sekolah, harganya tentu disesuaikan
dengan uang saku anak sekolah.
c. Mitos
Cilok merupakan jajanan sekolah dan disesuaikan dengan
uang saku anak sekolahan, sehingga bisa dikatakan cilok
merupakan jajanan yang murah.
2.2. Pelajar SMA
a. Makna denotasi
Siswa SMA; murid atau pelajar yang duduk (belajar) di
tingkat Sekolah Menengah Atas.
b. Makna konotasi
Siswa SMA sebagai representasi Generasi Z, yakni genersi
yang lahir di tahun 1995 dan setelahnya. Generasi ini merupakan
generasi asli era digital sesungguhnya, yang lahir setelah
munculnya World Wide Web; menyediakan segala sesuatu yang
dibutuhkan oleh generasi Z untuk menguasai abad 21 (Zeger,
2017:117).
Sky Rota, dalam bukunya yang berjudul The Gen Z Answer
Key for Bussiness: The Go-To Guide for Marketing to Generation
Z, menyebutkan bahwa generasi Z tidak lagi mempedulikan
televisi atau bahkan komputer. Mereka lebih memilih telepon
1) Pati (tepung halus dari endapan ubi, singkong, dan sebagainya yang diparut; hati batang sagu dan
sebagainya setelah diremas-remas dengan air), tepung (KBBI).
93
seluler (smartphone) yang bisa membuat mereka mengakses
segala seuatu kapan pun dan dimana pun mereka berada. Telepon
seluler adalah segalanya bagi mereka, dan tak ada hari yang
membosankan karena mereka selalu up to date dengan peristiwa
terkini.
2.3. Pelajar botak, berkumis dan berjanggut
a. Definisi denotasi
- Siswa; murid atau pelajar.
- Botak; tidak berambut (tentang kepala orang).
- Berjanggut; memiliki bulu yang tumbuh di dagu.
b. Definisi konotasi
Sikap dari pelajar botak, berkumis dan berjanggut ini selalu
bertolak belakang dengan pelajar yang lainnya. Teman-temannya
selalu berganti gaya saat groufie, tapi si pelajar botak ini hanya
diam tak mengikuti gaya teman-temannya. Bahkan saat pelajar
yang lainnya menatap masa depan, si pelajar botak pergi
membelakangi mereka. Penampilannya menunjukkan bahwa
siswa ini tidak berasal dari generasi yang sama dengan teman-
temannya, Generasi Z.
3. Audio (seruan dan percakapan para endoser)
3.1. “Nunggu guru, selfie dulu.”
a. Nunggu; dari kata tunggu.
b. Selfie; merupakan singkatan dari kata Bahasa Inggris, self potrait
yang berarti foto yang diambil oleh diri sendiri di depan kamera.
Jika ditulis dan diucapkan dalam Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD), maka akan menjadi: “Tunggu guru, selfie dulu.”
3.2. “Ganteng dikit, cekrek.”
a. Dikit; dari kata sedikit.
b. Cekrek; tiruan bunyi kamera selular saat memfoto.
Jika ditulis dan diucapkan dalam Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD), maka akan menjadi: “Ganteng sedikit, cekrek.”
3.3. “Upload”
Dari Bahasa Inggris yang artinya memindahkan data ke sistem
komputer lain atau mengirimkan data.
94
3.4. “Manda Mandi Kembang like this!”
a. Manda Mandi Kembang; nama samaran seseorang.
b. Like this; dari Bahasa Inggris yang artinya suka.
Jika ditulis dan diucapkan dalam Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD), maka akan menjadi: “Manda Mandi Kembang, menyukainya.”
3.5. “Pulang sekolah ngumpul bareng.”
Ngumpul; dari kata kumpul yang artinya bersama-sama
menjadi satu kesatuan atau kelompok. Jika ditulis dan diucapkan
dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), maka akan menjadi:
“Pulang sekolah, kumpul Bersama.”
3.6. “Budi Blagu like this!”
a. Budi Blagu; nama samaran seseorang.
b. Like this; dari Bahasa Inggris yang artinya suka.
Jika ditulis dan diucapkan dalam Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD), maka akan menjadi: “Budi Balagu, menyukainya.”
3.7. “Bobi Baper like this!”
a. Bobi Baper; nama samaran seseorang.
b. Like this; dari Bahasa Inggris yang artinya suka.
Jika ditulis dan diucapkan dalam Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD), maka akan menjadi: “Bobi Baper, menyukainya.”
3.8. “Menatap masa depan.”
a. Makna denotasi
Menatap berarti melihat dengan saksama, sedangkan masa
depan berarti masa yang akan datang.
b. Makna konotasi
Kalimat ini diucapkan saat para siswa foto dengan bergaya
menatap ke langit yang kemudian muncul Maha Guru Irit dengan
karpet terbangnya di langit. Secara tersirat, Axis mengatakan
bahwa Axis adalah masa depan.
3.9. “Ayo cekrek upload sepuasnya pake Axis juara iritnya.”
a. Kata cekrek pada kalimat menggantikan kata foto.
b. Pake; dari kata pakai yang artinya menggunakan.
Jika ditulis dengan ejaan yang disempurnakan maka: “Ayo, foto
lalu kirim sepuasnya pakai Axis, juara iritnya.”
95
1.5. Slogan: “Irit itu, Axis”
a. Makna denotasi
Makna dari slogan ini yaitu pengiklan (Axis) ingin
menyampaikan kepada khalayak bahwa Axis merupakan provider
yang irit.
b. Makna konotasi
Kata Axis pada slogan ini ketika diucapkan terdengar
seperti kata eksis (Axis = Eksis), sehingga di sini pengiklan (Axis)
ingin menyampaikan kepada khalayak bahwa provider yang irit itu
ada (eksis), dan provider tersebut adalah Axis.
4. SMAN 54 SUKAIRIT
Nama sekolah disesuaikan dengan Axis versi iritology no. 54,
sedangkan nama sekolah SUKAIRIT dari kata suka (Jawa Barat dikenal
dengan nama-nama tempat yang diawali dengan kata “suka”) dan kata irit.
a. Makna denotasi
SMAN merupakan singkatan dari Sekolah Menengah Atas
Negeri. Sebagai sekolah negeri, tentu sekolah mendapat subsidi atau
dana bantuan dari pemerintah.
b. Makna konotasi
Subsidi dari pemerintah ini memberi keringanan biaya sekolah
bagi siswa, sehingga sekolah negeri dianggap lebih murah dibandingkan
dengan sekolah swasta.
c. Mitos
Sekolah negeri adalah sekolah yang murah dibandingkan dengan
sekolah swasta.
Selain itu, tembok gedung sekolah dicat warna putih dan tiang-
tiangnya dicat warna ungu. Penggunaan warna cat ini menunjukkan
keberadaan Axis dan target pasar yang ditujunya. Seperti halnya tiang
penyanggah sebagai penopang gedung agar kokoh berdiri, demikian pula
Axis memposisikan dirinya dan target sasarannya.
Tiang berwarna ungu menunjukkan bahwa Axis adalah penopang
bagi target sasaran di dalam memenuhi kebutuhannya, sedangkan gedung
96
yang ditopang berwarna putih menunjukkan target sasaran Axis yakni para
pelajar SMA yang perlu belajar bagaimana caranya irit.
5.2.4. Segementasi Pasar Iklan Axis Iritology No. 54 - Cekrek Upload AXIS
Berdasarkan Demografi (Usia, Tingkat Pendidikan) dan Psikografi
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat diketahui bahwa siswa
SMA dalam iklan merepresentasikan pasar yang ingin dituju oleh Axis versi ini,
yakni para siswa SMA yang merupakan Generasi Z.
5.2.5. Mitos dalam Iklan Axis Iritology No. 54 - Cekrek Upload AXIS
a. Jajanan yang ada di sekolah merupakan jajanan yang murah
Jajanan yang dijual di sekolah merupakan jajanan yang murah. Axis
dalam iklan ini mengambil contoh cilok sebagai salah satu jajanan di
sekolah yang murah.
Jajanan sekolah (misalnya cilok) merupakan tanda (sign), harga yang
sesuai uang saku anak sekolah (murah) merupakan petanda (signifier).
Pengetahuan umum yang berkembang dalam masyarakat tentang jajanan di
sekolah (misalnya cilok) adalah jajanan yang murah menjadi penanda
(signified).
Gambar 5. Makna konotasi dan mitos cilok
b. Sekolah negeri lebih murah dari pada sekolah swasta
Sekolah negeri dianggap lebih murah karena sekolah mendapat
subsidi dari pemerintah sehingga dana bantuan ini dapat meringankan biaya
yang harus dibayar oleh siswa-siswanya.
Sekolah negeri (misalnya SMAN 54 SUKAIRIT) dalam iklan ini
merupakan tanda (sign), sekolah negeri menerima subsidi dari pemerintah
sehingga biaya lebih murah merupakan petanda (signifier). Pemahaman
yang berkembang dalam masyarakat mengenai biaya sekolah negeri yang
murah menjadi penanda (signified).
Signified Jajanan sekolah
itu murah
Mitos Konotasi Sign Jajanan sekolah
Signifier Murah (sesuai uang saku anak sekolah)
97
Gambar 6. Makna konotasi dan mitos SMAN
5.3. Iklan Axis Iritology No. 72 - AXIS GAOL #HaeeeL 5.3.1. Deskripsi Iklan
Seorang siswa yang mencari pacarnya kemana-mana bahkan menelpon
satpam, ibu pemilik warung, orang yang sedang di medan perang, dan seorang
astronot yang sedang berada di luar angkasa. Karena semua kata yang siswa ini
ucapkan disingkat, teleponnya bahkan disadap intelijen.
Saat dalam perjalanan mencari pacarnya, dia dicegat empat orang polisi
yang menyarankan menggunakan Axis GAOL. Dan seperti iklan-iklan
sebelumnya, Maha Guru Irit hadir di akhir iklan dan menyampaikan kelebihan
Axis GAOL ini, yang kemudian diakhiri dengan adegan lucu seorang pria yang
pingsan karena bau mulut ibu pemilik warung.
5.3.2. Tanda dalam Iklan
Ada pun tanda-tanda yang terdapat dalam iklan ini adalah:
1. Jenis huruf:
a. IRITOLOGY NO 72
b. Subtitle (bahasa gaol yang digunakan pelajar)
c. IRIT ITU AXIS
2. Endoser yang digunakan:
a. Pelajar SMA
b. Ibu kantin, pak satpam, ibu-ibu di warung, polisi intel, orang luar negeri
di medan perang, dan astronot
c. Polisi lalu lintas
3. Audio (seruan dan percakapan para endoser):
a. “Yang beb”
b. Ha eL… AD BB Q G DST?
c. Ha eL… BB BKN NH?
Signified Sekolah negeri
itu murah
Konotasi Mitos
Signifier Sekolah negeri murah karena
menerima subsidi pemerintah
Sign Sekolah negeri
98
d. Ha eL… LYT MBB Q G P?
e. Ha eL… LG PRG SM MBB Q G?
f. Ha eL... P MBB Q DST G?
g. Ha eL…
h. “Ngapain nelpon singkat-singkat?”
i. Irit Itu Axis
4. Speaker, Antena Parabola, Sirene berwarna kuning
5. Uap berwarna hijau dari mulut ibu warung
5.3.3. Makna Tanda dalam Iklan
Makna tanda-tanda yang terdapat dalam iklan ini adalah:
1. Jenis huruf
1.1. IRITOLOGY NO 72
a. Makna denotasi
Tulisan ini menggunakan jenis huruf miscellaneous yakni
pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada, hanya
ditambahkan hiasan, ornamen atau garis-garis dekoratif. Kesan
yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental (Triadi & Bharata,
2010:23). Jenis huruf ini memberi kesan fleksibel.
b. Makna konotasi
Axis bersifat fleksibel dengan hadir dalam beberapa versi
sesuai dengan kebutuhan khalayak.
1.2. Subtitle (bahasa gaol yang digunakan pelajar)
Subtitle dalam iklan ini menggunakan jenis huruf serif yang
ciri-cirinya berbentuk lancip pada ujungnya. Persis mendekati ujung
kaki-kaki hurufnya, baik di bagian atas maupun bawah, terdapat
pelebaran yang menyerupai penopang atau tangkai. Jenis huruf ini
memberikan kesan klasik, anggun, tegas, lemah gemulai dan feminism
(Triadi & Bharata, 2010:21-22).
1.3. IRIT ITU AXIS
Secara harafiah, slogan Axis ini bisa dimaknai sebagai upaya
pengiklan (Axis) dalam menyampaikan kepada khalayak bahwa Axis
merupakan provider yang irit.
99
2. Endoser dalam iklan
1.1. Pelajar SMA
a. Makna denotasi
Siswa SMA; murid atau pelajar yang duduk (belajar) di
tingkat Sekolah Menengah Atas.
b. Makna konotasi
Siswa SMA sebagai representasi Generasi Z, yakni genersi
yang lahir di tahun 1995 dan setelahnya. Generasi ini merupakan
generasi asli era digital sesungguhnya, yang lahir setelah
munculnya World Wide Web; menyediakan segala sesuatu yang
dibutuhkan oleh generasi Z untuk menguasai abad 21 (Zeger,
2017:117).
Sky Rota, dalam bukunya yang berjudul The Gen Z Answer
Key for Bussiness: The Go-To Guide for Marketing to Generation
Z, menyebutkan bahwa generasi Z tidak lagi mempedulikan
televisi atau bahkan komputer. Mereka lebih memilih telepon
seluler (smartphone) yang bisa membuat mereka mengakses
segala seuatu kapan pun dan dimana pun mereka berada. Telepon
seluler adalah segalanya bagi mereka, dan tak ada hari yang
membosankan karena mereka selalu up to date dengan peristiwa
terkini.
1.2. Penampilan ibu kantin, pak satpam, ibu-ibu di warung, badan intelijen,
tiga orang luar negeri di medan perang, dan astronot dalam iklan
merepresentasikan generasi X2 yang kebingungan dengan bahasa gaol
yang digunakan anak jaman sekarang (generasi Z).
1.3. Polisi lalu lintas
a. Makna denotasi
Polisi lalu lintas adalah polisi yang memelihara keamanan
dan keselamatan lalu lintas.
2) Merupakan generasi yang lahir antara tahun 1961- 1980 (Smith III, 2013:9). Berbeda dengan generasi
sebelumnya, generasi ini sudah mengenal televisi dan komputer, tapi masih awam terhadap internet (Sugembong, 2009:8).
100
b. Makna konotasi
Selain merepresentasikan generasi X, polisi dalam iklan ini
juga merepresentasikan Axis yang memperkenalkan gaol versi
Axis kepada pelajar (generasi Z); bahwa gaol tidak berarti
bicaranya harus singkat-singkat karena dengan Axis, generasi Z
bisa menggunakan kata yang lengkap sehingga mengurangi
perbedaan yang ada antara generasinya dan generasi sebelumnya
(adanya komunikasi yang baik antara kedua generasi).
3. Audio (seruan dan percakapan para endoser)
a. “Yang beb”
- Yang; dari kata sayang.
- Beb; dari kata Bahasa Inggris baby yang berarti sayang.
b. Ha eL… AD BB Q G DST?
- Ha eL; singkatan dari kata halo, hanya menggunakan huruf h (ha)
dan l (el).
- AD; dari kata ada.
- BB; dari kata Bahasa Inggris baby yang artinya sayang. Kata baby
kemudian diubah menjadi babe, lalu menjadi beb, dan kemudian
bebeb (yang dipakai hanya huruf b dan b).
- Q; dari kata aku atau ku.
- G; dari kata enggak yang artinya tidak.
- DST; dari kata di situ (yang dipakai hanya huruf d, s dan t).
Jika ditulis tanpa disingkat maka: “Halo, ada bebeb ku nggak di
situ?”, dan jika ditulis atau diucapkan dengan ejaan yang disempurnakan
maka: “Halo, ada sayangku tidak di situ?”
c. Ha eL… BB BKN NH?
- Ha eL; dari kata halo.
- BB; dari kata bebeb.
- BKN; singkatan dari kata bukan (hanya menggunakan huruf b, k dan
n).
- NH; dari kata nih yang artinya ini.
Jika ditulis tanpa disingkat maka: “Halo, bebeb bukan nih?”, dan
jika ditulis atau diucapkan dengan ejaan yang disempurnakan
maka: ”Halo, ini sayang bukan?”
101
d. Ha eL… LYT MBB Q G P?
- Ha eL; dari kata halo.
- LYT; dari kata lihat, menjadi liat, kemudian berubah menjadi liyat
(yang dipakai hanya huruf l, y dan t).
- MBB; dari kata baby babe beb mbeb
- Q; dari kata aku atau ku.
- G; dari kata enggak.
- P; dari kata Pak.
Jika ditulis tanpa disingkat maka: “Halo, liyat mbeb ku nggak,
Pak?”, dan jika ditulis atau diucapkan dengan ejaan yang disempurnakan
maka: “Halo, lihat sayangku tidak, Pak”
e. Ha eL… LG PRG SM MBB Q G?
- Ha eL; dari kata halo.
- LG; dari kata lagi yang berarti sedang.
- PRG; dari kata perang.
- SM; dari kata bersama (dengan)
- MBB; dari kata baby babe beb mbeb
- Q; dari kata aku atau ku.
- G; dari kata enggak.
Jika ditulis tanpa disingkat maka: “Halo, lagi perang sama mbeb
ku nggak?”, dan jika ditulis atau diucapkan dengan ejaan yang
disempurnakan maka: “Halo, lagi perang sama sayangku tidak?”
f. Ha eL... P MBB Q DST G?
- Ha eL; dari kata halo.
- P; dari kata Pak.
- MBB; dari kata baby babe beb mbeb
- Q; dari kata aku atau ku.
- DST; dari kata di situ
- G; dari kata enggak.
Jika ditulis tanpa disingkat maka: “Halo, Pak, mbeb ku di situ
nggak?”, dan jika ditulis atau diucapkan dengan ejaan yang
disempurnakan maka: ”Halo, Pak, sayangku di situ tidak?”
g. “Ngapain nelpon singkat-singkat?”
- Ngapain; dari kata kenapa atau untuk apa.
102
- Nelpon; dari kata telepon.
Jika ditulis atau diucapkan dengan ejaan yang disempurnakan
maka: “Untuk apa telpon singkat-singkat?”
h. Slogan: “Irit itu, Axis”
- Makna denotasi
Makna dari slogan ini yaitu pengiklan (Axis) ingin
menyampaikan kepada khalayak bahwa Axis merupakan provider
yang irit.
- Makna konotasi
Kata Axis pada slogan ini ketika diucapkan terdengar seperti
kata eksis (Axis = Eksis), sehingga di sini pengiklan (Axis) ingin
menyampaikan kepada khalayak bahwa provider yang irit itu ada
(eksis), dan provider tersebut adalah Axis.
4. Speaker, Antena Parabola, Sirene
4.1. Speaker
a. Makna denotasi
Dari bahasa Inggris yang berarti pengeras suara.
b. Makna konotasi
Pengeras suara bearti bisa membuat suara bisa didengar
dan memperjelas suara. Ada dua adegan dimana siswa
menghubungi orang yang sedang di medan perang dan seorang
astronot di luar angkasa sehingga dengan ini Axis menyiratkan
bahwa jarak jauh tak mempengaruhi jaringan Axis sehingga suara
bisa terdengar jelas.
4.2. Antena parabola
a. Makna denotasi
Antena berbentuk bundar seperti piring cekung yang
mempunyai kemampuan menerima siaran jarak jauh.
b. Makna konotasi
Dua adegan sebelumnya, yakni medan perang dan luar
angkasa merepresentasikan tempat yang jauh. Jarak yang jauh tak
menjadi masalah karena jaringan Axis yang kuat.
103
4.3. Sirene berwarna kuning
a. Makna denotasi
Sirene adalah alat untuk menghasilkan bunyi yang
mendengung keras (sebagai tanda bahaya dan sebagainya),
sedangkan warna kuning adalah warna yang warna yang serupa
dengan warna kunyit atau emas murni (KBBI).
b. Makna konotasi
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa warna
kuning dalam lalu lintas bermakna hati-hati atau waspada,
sehingga sirene berwarna kuning dalam iklan Axis versi ini
merupakan peringatan (tanda hati-hati) dari Axis tentang adanya
bahaya kesenjangan antara generasi Z dan generasi terdahulunya
yang disebabkan oleh masalah komunikasi (penggunaan bahasa
gaol; bicara singkat-singkat).
5. Uap berwarna hijau yang keluar dari mulut ibu warung
a. Makan denotasi
Uap berarti membuka mulut dan mengeluarkan udara,
sedangkan warna hijau merupakan warna dasar yang serupa dengan
warna daun.
b. Makna konotasi:
Adegan ini memperlihatkan seorang ibu yang sedang menerima
telepon sambil makan petai (salah satu jenis jualan yang ada di
warungnya), dan seorang pria di sampingnya yang juga ingin
mendengarkan pembicaraan di telepon. Ketika si ibu bicara, ada
semacam uap berwarna hijau yang keluar dari dalam mulutnya dan
menyebabkan si pria pingsan.
Uap hijau ini merepresentasikan bau mulut si ibu yang sedang
makan petai; biji buah dari pohon tinggi rindang, berbentuk polong,
berwarna hijau, berbau kurang sedap, dimakan sebagai sayur atau lalap.
104
5.3.4. Segementasi Pasar Iklan Axis Iritology No. 72 - AXIS GAOL #HaeeeL
Berdasarkan Demografi (Usia, Tingkat Pendidikan) dan Psikografi
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat diketahui bahwa siswa
SMA dalam iklan merepresentasikan pasar yang ingin dituju oleh Axis versi ini,
yakni para siswa SMA yang merupakan Generasi Z.
5.3.5. Mitos dalam Iklan Axis Iritology No. 72 - AXIS GAOL #HaeeeL
Iklan ini diawali dengan seorang ibu yang kebingungan saat sutradara
mengarahkan si ibu dengan mencampur Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia
(Action Bu, action!). Setelah itu juga muncul beberapa tokoh lain yang
kebingungan (tidak mengerti) apa yang dibicarakan si siswa penelpon. Si Ibu
dan beberapa tokoh endoser dalam iklan ini merupakan representasi orang
dewasa (generasi X) yang tidak bisa mencerna bahasa gaol (bahasa singkat-
singkat) yang sering digunakan anak muda jaman sekarang (generasi Z).
Bahasa gaol dalam iklan ini merupakan tanda (sign), sedangkan anak
muda merupakan petanda (signifier). Bahasa gaol sebagai bahasa yang
digunakan anak muda ini merupakan penanda (signified).
Gambar 7. Makna konotasi dan mitos bahasa gaol
5.4. Iklan Axis Iritology No. 81 – AXIS KZL #WARBYAZAH 5.4.1. Deskripsi Iklan
Iklan diawali dengan gambar bergerak di bak truk berwarna ungu yang
mirip pelawak Azis mengucapkan: “Iritology no. 81”. Setelah itu ada beberapa
orang yang membicarakan tentang seseorang yang menjadi legend di dunia
maya.
Pertama, ada satu keuarga yang bicara tentang bagaimana si legend
menjadi admin (yang mengurus atau mengatur) tiga ratus grup WhatsApp dan
semuanya kompak. Kemudian ada tiga orang perempuan yang bicara tentang
keaktifan si legend yang nonstop di facebook. Ketiga, ada seorang pria yang
komentar soal si legend yang sedikit-sedikit retweet dan repath. Terakhir, ada
Signified Bahasa gaol adalah
bahasanya anak muda Konotasi Mitos Sign
Bahasa gaol Signifier
Anak muda
105
tukang potong rambut yang cerita ke pelanggannya soal si legend yang lihai
mengirim stiker yang berbeda ke seribu satu orang dalam sehari, dan ketika dia
mengatakan warbyazah, ada sesuatu yang keluar dari telinganya. Benda itu
berupa kelereng ungu yang berubah wujud menjadi Maha Guru Irit.
Setelah itu, Maha Guru Irit dan Si Legend duduk di atas karpet gulung
terbang sambil Maha Guru Irit membicarakan bagaimana caranya bisa jadi
seorang legend dengan keuntungan yang diberikan oleh Axis KZL.
5.4.2. Tanda dalam Iklan
Ada pun tanda-tanda yang terdapat dalam iklan ini adalah:
1. Jenis huruf:
a. IRITOLOGY NO 81
b. #WARBYAZAH
c. AXIS KZL KEREN ZEMUA LHO
d. IRIT ITU AXIS
2. Endoser yang digunakan
a. Si Legend berkilau bintang
b. Satu keluarga dengan gaya rambut yang sama, tiga perempuan di pasar,
dua pemuda yang mendengarkan music melayu, tukang potong rambut
3. Audio (seruan dan percakapan para endoser):
a. “Legend banget”
b. “Warbyazah”
c. “Ngedepin mata aja dipost.”
d. “Makan kerupuk aja dipost.”
e. “Legend banget deh.”
f. “Dikit-dikit retweet, dikit-dikit repath.”
g. Irit Itu Axis
h. Gambar simbol marah
i. Paket kezel chat, kezel sosmed, kezel musik
106
5.4.3. Makna Tanda dalam Iklan
Makna dari tanda-tanda yang terdapat dalam iklan ini adalah:
1. Jenis huruf
1.1. IRITOLOGY NO 81
a. Makna denotasi
Tulisan ini menggunakan jenis huruf serif yang ciri-cirinya
berbentuk lancip pada ujungnya. Persis mendekati ujung kaki-kaki
hurufnya, baik di bagian atas maupun bawah, terdapat pelebaran
yang menyerupai penopang atau tangkai. Jenis huruf ini
memberikan kesan klasik, anggun, tegas, lemah gemulai dan
feminism (Triadi & Bharata, 2010:21-22).
b. Makna konotasi
Axis menggunakan jenis huruf ini untuk memberi
penegasan kepada khalayak tentang Axis sebagai provider yang
irit.
1.2. WARBYAZAH
Kata warbyazah merupakan kata yang dipakai Axis untuk
menggantikan kata luar biasa; yakni berarti tidak seperti yang biasa,
tidak sama dengan yang lain, istimewa.
1.3. AXIS KZL
a. Axis; nama provider.
b. KZL; singkatan dari Keren Zemua Lho. Keren berarti tampak
gagah dan tangkas, Zemua dari kata semua, dan Lho dari kata lo
yang berarti kata seru menyatakan heran, terperanjat, dan
sebagainya.
1.4. IRIT ITU AXIS
Secara harafiah, slogan Axis ini bisa dimaknai sebagai upaya
pengiklan (Axis) dalam menyampaikan kepada khalayak bahwa Axis
merupakan provider yang irit.
2. Endoser dalam iklan
a. Si Legend berkilau bintang; efek bintang menunjukkan bahwa Si Legend
adalah seorang bintang di lingkungan tempat tinggalnya dan menjadi
bahan pembicaraan orang.
107
b. Satu keluarga dengan gaya rambut yang sama, tiga perempuan di pasar,
dua pemuda yang mendengarkan musik melayu, tukang potong rambut
menunjukkan bagaimana keseharian masyarakat kelas bawah di daerah
perkampungan.
3. Audio Audio (seruan dan percakapan para endoser)
a. “Legend banget”
- Legend; dari kata bahasa Inggris yang berarti tokoh yang terkenal
(Echols, 2000:353).
- Banget; memiliki makna yang sama dengan sangat.
Jadi, legend banget berarti tokoh yang sangat terkenal.
b. “Ngedepin mata aja dipost.”
- Ngedepin; dari kata mengedipkan (asal kata kedip), yang berarti
menggerakkan kelopak mata (membuka dan menutup berganti-
ganti), mengejapkan.
- Aja; dari kata saja.
- Dipost; merupakan gabungan dari dua kata yakni afiks (imbuhan)
di dan kata post dari bahasa Inggris yang berarti memasang. Jadi
dipost berarti dipasang.
Jika ditulis atau diucapkan dengan ejaan yang disempurnakan
maka: “Mengedipkan mata saja dipasang.”
c. “Makan kerupuk aja dipost.”
- Makan; memasukkan makanan pokok ke dalam mulut serta
mengunyah dan menelannya.
- Kerupuk; makanan yang dibuat dari adonan tepung dicampur
dengan lumatan udang atau ikan, setelah dikukus disayat-sayat tipis
atau dibentuk dengan alat cetak dijemur agar mudah digoreng.
- Aja, dari kata saja.
- Dipost; merupakan gabungan dari dua kata yakni afiks (imbuhan)
di dan kata post dari bahasa Inggris yang berarti memasang. Jadi
dipost berarti dipasang.
Jika ditulis atau diucapkan dengan ejaan yang disempurnakan
maka: “Makan kerupuk saja dipasang.”
108
d. “Legend banget deh.”
- Legend; dari kata bahasa Inggris yang berarti tokoh yang terkenal
(Echols, 2000:353).
- Banget; memiliki makna yang sama dengan sangat.
- Deh; merupakan kata yang digunakan untuk mengukuhkan kata-
kata atau maksud kawan bicara.
e. “Dikit-dikit retweet, dikit-dikit repath.”
- Dikit-dikit; dari kata sedikit-sedikit yang bearti sedikit demi sedikit.
- Retweet; merupakan gabungan dua kata bahasa Inggris yakni re
yang artinya ulang dan tweet yang artinya cicit (tiruan bunyi anak
burung).
- Repath; merupakan gabungan dua kata re yang berarti ulang dan
path yakni nama sebuah aplikasi sosial media.
f. Slogan: “Irit Itu Axis”
- Makna denotasi
Makna dari slogan ini yaitu pengiklan (Axis) ingin
menyampaikan kepada khalayak bahwa Axis merupakan provider
yang irit.
- Makna konotasi
Kata Axis pada slogan ini ketika diucapkan terdengar
seperti kata eksis (Axis = Eksis), sehingga di sini pengiklan (Axis)
ingin menyampaikan kepada khalayak bahwa provider yang irit itu
ada (eksis), dan provider tersebut adalah Axis.
4. Gambar simbol marah
Simbol keiyu (#) atau simbol yang menggambarkan Cross-Popping
Vein atau Bulging Vein ini mengindikasikan kemarahan (Danet & Herring,
2007:282), dan sering ditemui dalam manga3.
Axis menggunakan simbol ini sebagai penekanan pada kata KeZeL,
yakni homofon dari kata kesel (kesal). Simbol ini diharapkan mampu
membantu khalayak dalam mengingat akan Axis versi ini.
3) Manga adalah kata dalam bahasa Jepang yang berarti komik. Namun di luar Jepang, manga selalu
diartikan sebagai komik Jepang (Wolf, Coats, Enciso & Jenkins, 2011:257).
109
5. Paket kezel chat, kezel sosmed, kezel musik
a. Paket; sejumlah barang (buku dan sebagainya) yang dibungkus menjadi
satu yang dikirimkan atau dijual secara keseluruhan sebagai satu satuan.
b. KeZeL; singkatan dari Keren Zemua Lho.
c. Chat; kata dari bahasa Inggris yang berarti obrolan.
d. Sosmed merupakan singkatan dari dua kata yakni sosial yang berarti
berkenaan dengan masyarakat dan media yang berarti alat (sarana)
komunikasi.
e. Musik; nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga
mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang
menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).
5.4.4. Pasar Iklan Axis Iritology No. 81 - AXIS KZL #WARBYAZAH
Berdasarkan Demografi (Usia) dan Psikografi
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat diketahui bahwa si
Legend dalam iklan merepresentasikan pasar yang ingin dituju oleh Axis versi
ini, yakni para generasi Y atau sering dikenal dengan generasi millenial; yakni
generasi yang lahir berkisar tahun 1980-1995, sudah mengenal komputer dan
telepon selular, lebih paham soal teknologi dan selalu terhubung dengan teman-
teman mereka di dunia maya (Pascoe & Saughton, 2015:15). Mereka tumbuh
bersama internet, dan internet merupakan bagian penting dalam keseharian
mereka (Erickson, 2010:56). Hadirnya smartphone semakin mempermudah
mereka dalam mengakses internet dan terhubung dengan teman-teman mereka.
5.4.5. Mitos dalam Iklan Axis Iritology No. 81 - AXIS KZL #WARBYAZAH
Iklan ini menampilkan empat segmen yang menunjukkan situasi
kehidupan di perkampungan, dimana tokoh-tokohnya sedang membicarakan
seseorang yang dianggap legend di media sosial.
Gosip atau obrolan yang ada dalam iklan ini merupakan tanda (sign),
sedangkan masyarakat di perkampungan tersebut merepresentasikan
masyarakat kalangan bawah sebagai petanda (signifier). Kebiasaan atau gaya
hidup masyarakat kalangan bawah inilah yang menjadi penanda (signified).
110
Gambar 8. Makna konotasi dan Mitos gosip
5.5. Kesamaan Keempat Iklan Axis Versi Iritology Selain tanda-tanda yang sudah disebutkan sebelumnya, ada pula tanda-tanda
yang selalu ada di dalam keempat iklan Axis iritology tersebut. Tanda-tanda yang
dimaksud adalah:
5.5.1. Maha Guru Irit sebagai Panutan soal Irit bagi Masyarakat Kelas Bawah
a. Makna denotasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru merupakan orang
yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.
Penggunaan sosok seorang guru (bukan dosen) sebagai maskot oleh
Axis disesuaikan dengan target pasar atau sasaran yang ingin dituju yaitu
masyarakat kalangan bawah yang mana tidak semua masyarakat kalangan
bawah bisa bertemu dosen di bangku perkuliahan. Sosok guru lebih dikenal
oleh masyarakat dari kalangan manapun sejak pendidikan dasar sampai ke
sekolah menengah atas sehingga terasa lebih dekat dengan khalayak.
Istilah Maha Guru pada iklan versi iritology tiga enam merujuk pada
mahaguru, yakni guru besar atau profesor yang mengajar pada perguruan
tinggi. Sedangkan, penggunaan istilah Maha Guru pada ketiga iklan versi
iritology lainnya lebih dimaknai sebagai seorang guru yang posisinya lebih
dari guru-guru yang lainnya. Jadi misalnya, ada provider lain yang bicara
soal irit, maka Axis memposisikan dirinya sebagai provider yang paling
tahu soal irit itu sendiri.
b. Makna konotasi
Maha Guru Irit dalam iklan Axis iritology merepresentasikan sosok
panutan bagi masyarakat kelas bawah dalam berhemat, khususnya hemat
dalam pemilihan maupun penggunaan provider.
Maha Guru Irit juga merepresentasikan Axis itu sendiri sebagai
provider yang tahu soal irit dengan menyediakan tawaran-tawaran yang
Mitos
Signified Masyarakat kelas
bawah suka menghabiskan
waktu mengobrol
Konotasi Sign
Gosip atau obrolan di
perkampungan
Signifier Penduduk
perkampungan
111
sesuai dengan kebutuhan, dan dengan harga yang bisa dijangkau masyarakat
kelas bawah.
5.5.2. Peran Warna Ungu dan Kuning bagi Axis dalam Mempengaruhi Sasaran,
dan Warna Putih sebagai Representasi Masyarakat Kelas Bawah
Warna merupakan suatu kode kultural pada tingkat keseharian, yang
mana makna warna diterima begitu saja sesuai konsensus yang berlaku dalam
suatu konteks dimana warna itu digunakan (DeLong & Martinson, 2012:1968-
1969).
5.5.2.1. Warna ungu
a. Makna denotasi
Warna ungu merupakan warna sekunder atau
pencampuran dua warna primer yakni warna merah dan warna
biru (Nugroho, 2015:32), dan digolongkan dalam jenis warna
dingin yang memberi kesan tenang, kalem dan pasif (Henry
dalam Nugroho, 2015:40).
Sebagai warna sekunder; campuran antara warna merah
dan biru, warna ungu membawa atribut-atribut kedua warna
primer tersebut. Merah melambangkan berani dan jantan,
sedangkan biru melambangkan kebangsawan. Oleh karena itu,
ungu dianggap sebagai warna raja yang melambangkan
kebesaran, kejayaan, keningratan, kebangsawanan (Nugroho,
2015:61-62).
b. Makna konotasi
Kesan tenang dan kalem dari warna ini digunakan oleh
Axis untuk memberikan perasaan tenang kepada khalayak,
bahwa Axis versi iritology hadir sebagai provider yang
memahami khalayak yang membutuhkan provider yang bisa
memenuhi kebutuhan mereka dengan harga terjangkau.
Selain itu, penggunaan warna ungu dalam iklan ini
melambangkan kebesaran, yang mana Axis ingin memposisikan
dirinya sebagai provider yang paling paham mengenai irit. Hal
ini dipertegas dengan hadirnya ikon Maha Guru Irit; maha
berarti sangat, yang paling, teramat.
112
5.5.2.2. Warna kuning
a. Makna denotasi
Kuning merupakan salah satu warna primer dalam model
warna CMYK4, dan digolongkan dalam jenis warna panas yang
memberi kesan semangat, kuat dan aktif (Henry dalam Nugroho,
2015:40).
Karakter warna ini adalah terang, gembira, ramah, supel,
riang, cerah sehingga menyimbolkan kecerahan, kehidupan,
kemenangan, kegembiraan, kemeriahan, kecemerlangan
(Nugroho, 2015:59-60).
b. Makna konotasi
Karakter dari warna ini yang cerah diharapkan mampu
untuk menarik perhatian khalayak terhadap iklan.
Axis juga menggunakan warna ini untuk memberikan
perasaan senang kepada khalayak, karena Axis iritology hadir
memberikan kelebihan-kelebihan yang ada dengan harga yang
terjangkau sehingga khalayak tetap mampu mengikuti
perkembangan informasi yang ada dengan biaya yang minim.
5.5.2.3. Warna putih
a. Makna denotasi
Warna putih pada skala value 5 berada pada value 9,
sedangkan skala 10 merupakan putih ideal; bukan seperti putih
warna bahan, tetapi putih bening sebagai sumber cahaya
(Nugroho, 2015:67).
Warna putih ini bersifat bercahaya, sering diasosiasikan
dengan hal-hal yang bersifat kesucian dan kebersihan (Soekarno
& Basuki, 2014:26).
b. Makna konotasi
Putih menyimbolkan kedamaian, kemurnian atau
kesucian, innocence (kepolosan), kelembutan, berpengalaman
4) CMYK merupakan model warna pigmen yang terdiri dari warna cyan, magenta, yellow, dan diperkuat
dengan black (Nugroho, 2015:34). 5) Dimensi mengenai terang gelap atau tua muda warna yang disebut pula dengan istilah brightness atau
tingkat keterangan warna, serta nilai gelap terang untuk memperoleh kedalaman karena pengaruh cahaya (Nugroho, 2015:67).
113
dalam soal-soal duniawi, kebersihan, dan dianggap sebagai
warna kesempurnaan (Triedman, 2015:158).
Selain makna warna putih di atas, Marilyn DeLong dan
Barbara Martinson dalam buku berjudul Color and Design (2012:
1969) menyebutkan bahwa white as symbol of creation,
divinity/celestial power, purity/clean, virginal, sterility, unity
(Islam), birth and rebirth (milk and sperm), wisdom (age),
lies/cover-up, sickness, death and mourning, peace/surrender.
Warna putih sering digunakan dalam keempat iklan Axis
versi iritology ini baik itu pada warna latar, pakaian, maupun
sinar. Jika dikaitkan pada provider, maka warna ini
menyimbolkan Axis sebagai guru yang bijaksana, yang paham
soal irit. Sedangkan, jika warna ini dikaitkan pada khalayak
(pasar), maka warna ini menyimbolkan kemurnian dan
kepolosan, dimana Axis menganggap khalayak sebagai obyek
yang masih murni dan polos (terbuka terhadap masukan dari luar)
sehingga mudah dipengaruhi. Hal ini ditunjukkan pada warna
seragam siswa (siswa sebagai pihak yang menerima ilmu), dan
Maha Guru Irit sebagai pihak memberikan ilmu. Kemudian,
sinar putih yang menyinari Maha Guru Irit menunjukkan bahwa
Maha Guru Irit merupakan sosok yang memberi pencerahan
kepada khalayak.
5.5.3. Slogan (IRIT ITU AXIS)
5.5.3.1. Tulisan: IRIT ITU
a. Makna denotasi
Tulisan ini menggunakan jenis huruf sans serif. Kata
sans dalam bahasa Perancis berarti tanpa, sehingga sans serif
berarti tanpa serif atau huruf yang tidak memiliki sirip (garis
kecil) pada ujung-ujungnya (Kusrianto, 2010:64), memiliki
ketebalan huruf yang sama atau hampir sama sehingga memberi
kesan modern, kontemporer dan efisien (Triadi, 2010:22).
114
b. Makna konotasi
Axis menggunakan jenis huruf sans serif agar
memberikan kesan kepada khalayak bahwa Axis versi iritology
ini merupakan provider masa kini yang tepat bagi khalayak yang
membutuhkan sesuatu yang mampu memenuhi kebutuhan
dengan harga yang dapat terjangkau di tengah harga-harga yang
melambung tinggi saat ini.
5.5.3.2. Tulisan: AXIS
a. Makna denotasi
Tulisan ini menggunakan jenis huruf miscellaneous
yakni pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada, hanya
ditambahkan hiasan, ornamen atau garis-garis dekoratif. Kesan
yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental (Triadi & Bharata,
2010:23). Jenis huruf ini memberi kesan fleksibel.
b. Makna konotasi
Axis bersifat fleksibel dengan hadir dalam beberapa versi,
sesuai dengan kebutuhan khalayak.
5.5.3.3. Pengucapan: IRIT ITU AXIS
Slogan Irit itu Axis ketika diucapkan terdengar seperti Irit itu
Eksis.
Jika diartikan sesuai dengan penulisannya maka makna
denotasi dari slogan ini adalah Axis merupakan provider yang irit.
Namun, jika diucapkan maka slogan ini memiliki pengertian
konotasi yakni provider yang irit itu eksis (ada), dan merujuk pada
provider Axis itu sendiri.
5.5.4. Pendekatan Humor
Penggunaan pendekatan humor dalam iklan bertujuan untuk
memperoleh perhatian, membimbing pemahaman konsumen tentang
pertanyaan-pertanyaan produk, mempengaruhi sikap, meningkatkan realibilitas
dari pernyataan yang diiklankan, dan akhirnya menciptakan tindakan pembelian
oleh pelanggan. Humor merupakan suatu metode yang efektif untuk menarik
perhatian pada iklan, menambah kesenangan (liking) pada iklan dan merek yang
diiklankan, tidak merusak pemahaman (comprehension) tentang produk, tidak
115
menawarkan suatu keuntungan yang lebih dari sekedar bujukan, dan tidak
menambah kredibilitas sumber. Sifat produk mempengaruhi penggunaan humor.
Biasanya humor digunakan dalam iklan produk yang sudah mapan dan bukan
produk baru, lebih cocok untuk produk-produk yang berorientasi pada perasaan
dan pengalaman, serta humor juga digunakan pada produk-produk yang tidak
sangat membutuhkan keterlibatan konsumen (seperti barang-barang kemasan
konsumen yang harganya murah).
Sebagai provider yang bisa dianggap pendatang baru di awal
kemunculannya (sebelum bergabung dengan XL), nama Axis sudah cukup
dikenal di masyarakat berkat tiga iklan menariknya yakni Axis versi Senyum
Kiara, Layang-Layang Amir dan Togar yang juga dikemas dengan menarik
dengan menggunakan pendekatan humor yang ringan, sehingga munculnya
iklan Axis versi iritology dengan pendekatan humor yang lebih dari iklan-iklan
Axis sebelumnya ini (setelah bergabung dengan XL) semakin mendapat
perhatian khalayak.
Selain itu dengan pendekatan humor, iklan Axis versi iritology ini
menghibur dan membuat sasaran yang dituju (masyarakat kelas bawah) sejenak
melupakan kesusahan mereka, namun tetap meyakinkan bahwa harga Axis
terjangkau bagi mereka dengan memberikan manfaat yang sepadan sehingga
sasaran diharapkan terbujuk.
5.5.5. Eksistensi Perempuan dalam Iklan Axis Iritology No. 36 – Maha Guru Irit,
No. 54 – Cekrek Upload Axis, No. 72 – Axis Gaol #Haeeel dan No. 81 – Axis
KZL #Warbyazah
Secara umum, perempuan-perempuan pendamping Maha Guru Irit dan
para perempuan lainnya yang muncul dalam setiap iklan Axis iritology ini
menunjukkan bagaimana posisi atau peranan perempuan di dalam masyarakat,
khususnya masyarakat kelas bawah.
Media massa menggambarkan perempuan sebagai ibu rumah tangga
dan pengasuh, tergantung pada pria, tidak mampu membuat keputusan penting,
menjalani profesi yang terbatas, selalu melihat pada dirinya sendiri, sebagai
obyek seksual/simbol seks, obyek fetish6, obyek peneguhan pola kerja patriarki,
6) Jimat, pemujaan yang mutlak/mendalam (Echols, 2000:238).
116
obyek pelecehan dan kekerasan, selalu disalahkan dan bersikap pasif, serta
menjalankan fungsi sebagai pengkonsumsi barang atau jasa dan sebagai alat
pembujuk (Sunarto, 2009:4).
Secara khusus, peranan perempuan dalam keempat iklan Axis iritology
ini adalah:
1. Perempuan digambarkan dalam peran domestik; bagi laki-laki rumah adalah
a place of leisure atau ruang waktu luang, sedangkan rumah bagi perempuan
adalah a place of work atau ruang bekerja (Ibrahim dan Akhmad, 2014:182-
183). Hal ini ditunjukkan dalam iklan Axis no. 36 (seorang ibu yang sedang
duduk menerima telepon dengan latar belakangnya meja makan, tumpukan
piring, termos), Axis no. 54 (seorang perempuan yang sedang menimba air
dari sumur, sementara seorang pria di depannya memegang alat
perlengkapan mandi), dan Axis no. 72 (ibu penjual di warung).
2. Perempuan sebagai obyek peneguhan pola kerja patriarki. Hal ini
ditunjukkan dalam:
a. Axis no.36; ibu di dapur.
b. Axis no. 54; perempuan penimba air sumur, dua perempuan
pendamping Maha Guru Irit sebagai pelayan (mengipas) dan penghibur
(memainkan musik).
c. Axis no. 72; ibu kantin dan ibu penjual di warung (perempuan yang
menjalani profesi terbatas).
3. Perempuan sebagai obyek seksual/simbol seks. Ini ditunjukkan dalam:
a. Axis no. 36; perempuan pemain sitar berkaca-mata hitam yang sambil
tersenyum melambai pada si mahasiswa, dan kemudian memperbaiki
rambutnya.
b. Axis no. 54; dua perempuan muda pendamping Maha Guru Irit (mereka
tersenyum manis; salah satunya menunjukkan sifat feminimnya dengan
memakai payung, dan yang lainnya selalu mengedipkan mata dan
memainkan alat musik dengan jari-jarinya yang lentik).
c. Axis no. 81; tiga orang perempuan muda yang sedang bergosip, namun
mereka bicara dengan gaya yang centil.
4. Perempuan sebagai alat pembujuk. Ini ditunjukkan dalam iklan Axis
iritology no. 72 yang menampilkan dua orang perempuan muda yang
dibonceng oleh Maha Guru Irit. Kedua perempuan ini sedang memegang
117
pengumuman berbentuk balon pikir, dan sambil tersenyum menunjuk ke
pengumuman. Sesekali mengangguk sebagai tanda memanggil, dan melirik
ke pengumuman.
5. Perempuan sebagai pengkonsumsi barang atau jasa. Hal ini ditunjukkan
oleh perempuan si penabur bunga pada iklan Axis iritology no. 36 yang
mengekspresikan kegembiraannya atas hadirnya provider yang harganya
murah.
5.5.6. Sasaran Iklan
Pada umumnya, sasaran dari keempat iklan Axis iritology ini adalah
masyarakat kelas bawah. Hal ini terlihat dari para endoser yang digunakan, serta
jalan cerita dalam iklan yang memperlihatkan kehidupan atau kebiasaan
masyarakat kelas bawah pada umumnya.
Secara khusus, sasaran dari setiap iklan ini adalah:
1. Iklan Axis No. 36 – Maha Guru Irit membidik mahasiswa yang suka serba
irit.
2. Axis No. 54 – Cekrek Upload Axis membidik siswa SMA (Generasi Z) yang
ingin selalu eksis di media sosial.
3. Axis No. 72 – Axis Gaol #Haeeel membidik siswa SMA gaol yang
menelpon.
4. Axis 81 – Axis KZL #Warbyazah membidik Generasi Y atau yang sering
dikenal dengan millenials.