50
BAB V
PEMBAHASAN
Peran Badan Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri di Indonesia dalam
menangani Transnasional Crime di Perbatasan Indonesia-PNG.
5.1 Kerjasama BPKLN Indonesia dengan PNG di Pos Pelayanan Lintas
Batas (PPLB) Skouw RI-PNG.
Indonesia sejak merdeka pada 17 Agustus Tahun 1945, konstruksi kerjasama Bilateral
atau hubungan luar negeri Indonesia sudah dimulai. Bersama negara sahabat berbagai forum
baik itu Multilateral, Regional, dan Bilateral sudah di rancang. Indonesia juga dalam
melakukan kerjasama konsep promosi yang dipakai dengan bentuk kehidupan masyarakat
yang menjunjung tinggi nilai-nilai saling menghormati, tidak mengintervensi domestik
negara lain, tidak melakukan kekerasan serta melakukan konsultasi dan tidak mengambil
keputusan sendiri tetapi mengutamakan musyawara untuk mufakat.
Non-self governing teritory yang merupakan satu teritori khusus juga 162 negara
telah menjalin kerjasama Bilateral dengan Indonesia saat ini. Indonesia memiliki mitra kerja
negara-negara yang terletak di delapan kawasan (Eropa Tengah dan Timur, Eropa Barat,
Amerika Selatan dan Karibia, Amerika Utara dan Tengah, Asia Selatan dan Tengah, Asia
Timur dan Pasifik Timur Tengah dan Timur) (kemenlu RI, 2015)
Dari 162 negara yang menjalin hubungan kerjasama bilateral dengan Indonesia,
Papua New Guinea merupakan salah satu mitra kerja Indonesia di kawasan Asia Pasifik yang
berbatasan darat dan laut. Persoalan utama Indonesia-PNG yaitu dalam penanggulangan
masalah perbatasan negara, pelintas batas ilegal, penyelundupan narkoba. Untuk menangani
masalah transnasional crime di perbatasan Indonesia-PNG yang temuannya pada pos lintas
batas Skow Jayapura maka Badan Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri melalu bidang
lintas bataslah yang memiliki wewenang untuk menangani masalah transnasional crime.
Bidang lintas batas bekerja tentunya tidak sendiri tetapi menggandeng lembaga lain yang
memiliki profesionalisme kerja sesuai bidang keahlian lembaga masing-masing. Lembaga-
lembaga itu antara lain adalah CIQS yang merupakan singkatan dari (C)Customs, (I)
Immigrations, (Q)Quarantine), (S) Security. Keempat lembaga ini di fasilitasi langsung oleh
Badan perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri.
51
5.1.1 Kerjasama Bilateral BPKLN dengan PNG
Kerjasama Internasional (Internasional Coperation) menurut H.Kusnadi (2003) suatu
negara dengan negara lain melakukan hubungan itulah bentuk kerjasama. Orientasinya
kebutuhan rakyat juga kepentingan semua negara di dunia. Kerjsama Internasional dilakukan
pada bidang politik, sosial, pertahanan keamanan, kebudayaan dan ekonomi yang
berpedoman pada politik luar negeri masing-masing negara. Aspek kerjasama adalah tujuan
yang ingin dicapai. Tujuan kerjasama yaitu untuk mencapai tujuan yang lebih baik di
bandingkan jika dikelola sendiri. Negara dan masa depan negara akan lebih sulit kalau tidak
lakukan kerjasama. sudah kodratnya, tidak ada satu pun negara yang akan sanggup menjamin
eksistensinya ke depan bila dalam penyelesaian masalah yang dihadapi dengan sendirian,
mereka butuh kerjasama (cooperate).
Bentuk kerjasama sangat diperlukan mengingat dalam pembahasan ini penulis
menggunakan bentuk kerjasama bilateral yang dilakukan oleh Indonesia dan PNG.
Kerjasama bilateral adalah kerjasama yang dilakukan antar dua negara. Negara ditandai
dengan hubungan diplomatik, bentuk perdagangan, pendidikan dan kebudayaan. Hal yang
serupa juga dikatakan oleh Kruse& Karya,(2013) bahwa “konsep kerjasama bilateral yang
dilakukan antar negara menjadi hal yang sangat penting dalam studi hubungan internasional.
Kerjasama bilateral merupakan hubungan kerjasama yang dilakukan oleh dua negara dalam
berbagai aspek kehidupan guna tercapainya tujuan bersama. Kerjasama bilateral dapat
berbentuk kerjasama diplomatik yang ditandai dengan hubungan erat antara lembaga-
lembaga antar negara”.
Sehingga pada kerjasama bilateral RI-PNG tentu ada hal-hal yang menjadi persetujuan
bagi kedua negara dalam berbagai bidang, baik politik, sosial, petahanan keamanan, ekonomi
dan kebudayaan dalam kerjasama bilateral itu. Berikut bentuk hubungan kerjasama
Indonesia-PNG yang penulis jelaskan pada paragraf berikut di bawa ini dan bagaimana
implikasinya terhadap penangan masalah transnasional crime.
Basic agreement RI –PNG tentang Perbatasan Tahun 2013
ada pada pengaturan perbatasan RI-PNG di dasarkan pada persetujuan dasar tentang
perjanjian perbatasan kedua negara (Basic agreement on border Arrangements Between the
Republic of Indonesia and the republic of Papua New Guinea) pada tahun 1973, yang
kemudian diperbaharui pada tahun 2013. Isinya Kedua negara sepakat untuk menjadikan
masalah lintas orang dan barang dari dan ke wilayah perbatasan di atur bersama dalam
52
perjanjian khusus. Kawasan perbatasan terdiri dari census divisions di dalam Papua New
Guinea dan kampung-kampung perbatasan di dalam wilayah Indonesia, dimana perbatasan
merupakan bagian dari cencus divisions dan kampung-kampung tersebut .
Ada beberapa aktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah
perbatasan sehingga itu menjadi acuan bagi kedua negara untuk menetapkan aturan bagi
masyarakat di kedua negara. Setiap negara akan tetap mengakui dan mengijinkan pergerakan
yang dilakukan oleh penduduk tradisional dan warga perbatasan yang merupakan warga
negara dari masing – masing negara yang karena kelahiran atau perkawinan bertempat tinggal
di kawasan perbatasan. untuk melintas perbatasan, yang terkait dengan kegiatan-kegiatan
tradisional di dalam kawasan perbatasan seperti hubungan sosial dan upacara-upacara
termasuk perkawinan, perkebunan, berburu, pengumpulan dan penggunaan tanah lainnya,
perdagangan tradisional di perbatasan, olahraga, dan aktifitas aktifitas kebudayaan.
Penulis mencoba untuk memberikan informasi mengenai masalah transnasional crime
yang terjadi di perbatasan Indonesia-PNG. Di perbatasan, pada pos pelayanan lintas batas
dari keempat instansi, instansi apa yang menangani mengenai pelintas batas ilegal,
penyeludupan, dan masalah transnasional crime lainnya.
Dalam pembahasan ini, penulis menganalisis menggunakan teori kerjasama internasional.
Hubungan bilateral menjadi pisau analisis penulis dalam menggali sejauhmana peran badan
perbatasan bersama instansi yang ikut melakukan pelayanan terhadap pelintas batas dan
barang bawaan. Ada transnasional crime juga yang menjadi konsep bagi penulis dalam
melihat aktifitas terorganisir yang terjadi di perbatasan pada pos pelayanan lintas batas
(PPLB Skouw) Kota Jayapura.
5.2 Beacukai (customs)
Tugas dan fungsi dari Bea Cukai adalah menjaga di perbatasan dan pintu-pintu masuk
seperti pelabuhan juga bandara. Ada juga melindungi masyarakat dari pemasukan barang-
barang ilegal dan berbahaya. Adapun upaya yang dilakukan oleh beacukai untuk mencegah
upaya penyeludupan barang-barang ilegal seperti narkotika, psikotropika, dan prekursor
(NPP) dan barang kategori yang dilarang dan yang dibatasi lainnya seperti ballpres (pakaian
bekas) , produk pangan seperti bawang, beras, dan gula. (warta beacukai, 2016)
Adapun masalah transnasional crime yang berhasil dilakukan penindakan pencegahan
oleh petugas Bea Cukai di pos lintas batas Skouw Wutung seperti “ pada tanggal 9 bulan desember
2014, Petugas Bea Cukai KPPBC TMP C Jayapura berhasil melakukan Penegahan 100 gram lintingan ganja
53
(marijuana) di Pos Lintas Batas Skow – Wutung. Pada tanggal 4 Desember 2014, Petugas Bea Cukai KPPBC
TMP C Jayapura berhasil melakukan penegahan 1 (satu) pcs amunisi peluru kaliber 7.62mm jenis mouser dan
100 gram lintingan ganja (marijuana). Pada 15 September 2015, Petugas Bea Cukai KPPBC TMP C Jayapura
berhasil melakukan penegahan terhadap aksi Penyelundupan narkotika Shabujenis Amphetamines &
Methaphetamine. Pada 26 November 2015 Petugas Bea Cukai KPPBC TMP C Jayapura kembali berhasil lagi
menggagalkan aksi penyeludupan Ganja seberat 24 gram”. Dari kasus yang di tangani oleh petugas
Bea Cukai di pos lintas batas Skouw pada tahun 2014 dan 2015, kasus penyeludupan
narkotika jenis ganja yang mendominasi.
Hubungan Internasional memiliki keterkaitan dengan kejahatan Transnasional
(transnasional crime) yang mana salah satu bentuknya kejahatan itu seperti narkoba. Hal ini
banyak terjadi penyelundupan obat-obat terlarang seperti ganja sehingga kontrol dan
pengawasan yang dilakukan oleh pihak berwajib tentu terus ditingkatkan. Bea Cukai yang
mengontrol barang masuk dari impor maupun dari daerah luar Papua. Ada hambatan pada
saat melakukan pemeriksaan pada pelintas batas tradisional. Hambatan itu terjadi pada saat
petugas beacukai sedang dalam memberi pelayanan kepabeanan, terjadi dan di alami oleh
Bapak Andi Yusuf bahwa “ waktu berada di PPLB Skouw sedang memeriksa barang bawaan oleh
pelintas batas tradisonal waktu itu Ibu-ibu, ada hambatan yang dialami yaitu Ibu atau dalam bahasa akrab Papua
sering disebut mama melalukan perlawanan dengan konflik mulut atau adu berargumen bersama petugas Bea
Cukai yang dikira mau menyita barang bawaan dari Pada Ibu selaku pelintas batas tradisional, padahal ternyata
petugas Bea Cukai hanya melaksanakan tugas dengan melakukan pemeriksaan dan itu sudah dilakukan sesuai
prosedur tetapi yang terjadi petugas pos Bea Cukai tidak dapat melakukan pemeriksaan sehingga membiarkan
Ibu tersebut melintas batas pos pemeriksaan”. Pemeriksaan ini dilakukan pada ibu orang Papua yang
bagi penulis, tidak bisa pendekatan yang diterapkan untuk memeriksa perempuan itu di
lakukan oleh laki-laki. Harus ada petugas perempuan sehingga lebih dekat pada tutur kata dan
bahasa pesan mengenai aturan dengan perasaan yang lembut dapat di terima oleh perempuan.
Perbedaan karakter membuat cepatnya muncul konflik karena salah paham. Ketegangan
tradisi lokal dan nasional ini terjadi oleh karena aturan negara untuk mencapai kepentingan
nasional. Penulis mengamati pola interaksi yang dilakukan oleh petugas kepada masyarakat
tradisional di pos pelayanan lintas batas sangat tidak menghormati derajat sebagai sesama
manusia. Kurang baik ketika masyarakat di usir secara paksa untuk pulang kembali ke
kampung mereka karena bukan hari pasar kemudian masyakarakat melakukan kunjungan. Ini
faktor yang bisa menghadirkan ketegangan antara masyarakat tradisional dengan petugas di
pos pelayanan lintas batas. Kejadian yang di alami oleh ibu ini bagi penulis, tidak sukanya
masyarakat tradisional terhadap petugas karena pola pelayanan yang tidak menghargai
masyrakat tradisional. Meskipun penegakan hukum tetap dilakukan karena aturan negara.
54
Barang yang tidak sesuai dengan standar barang batasan juga yang dilarang seperti
ganja akan langsung di sita dan selanjutnya di musnahkan atau tidak dari pihak Bea Cukai
menyerahkan kepada pihak yang berwenang seperti kepolisian untuk memusnahkan dan
dengan memberikan efek jera serta memenjarakan oknum yang membawa obat-obat
terlarang tersebut.
Untuk saat ini Penanganan yang dilakukan oleh pihak berwajib perlu di tingkatkan
lebih maksimal sehingga ganja yang masuk dari wilayah Skow Wutung ke wilayah kota
Jayapura tidak begitu tinggi penyebarannya. Malangnya kasus ganja ini beredar di kalangan
anak-anak SMP dan SMA yang mengkonsumsi ganja sekaligus mengedarkan di lingkungan
sekolah pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung. Berbeda dengan yang terjadi
di Lampung, guru ngaji mengedarkan ganja di lingkungan masjid dan di rumahnya juga di
perdagangkan ke beberapa desa yang ada di sekitarnya dengan motif sebagai pedagang
asongan. Jadi penyebaran ganja di dua daerah yang berbeda ini bukan hanya murid SMP dan
SMA saja tetapi juga guru-guru sekolah yang mengajar di sekolah tersebut. Hal ini bisa
terjadi karena tuntutan kebutuhan ekonomi yang secara perlahan melewati persaingan yang
tidak dapat di sangkal secara cepat meningkat tajam.
Motif penyebaran ganja di Kota Jayapura yang dilakukan oleh individu atau
kelompok transnasional crime yang meningkat tajam menghadirkan pertanyaan bagi penulis,
Adakah tindak lanjut yang dilakukan oleh pihak Bea Cukai ketika menemukan dan menyita
ganja lewat barang masuk? Kalau ada, Tindakan seperti apa yang dilakukan oleh Bea Cukai
dalam menanganinya,prosesnya seperti apa? Sehingga barang haram seperti ganja ini tidak
lagi berputar kembali aktifitas penyebarannya sampai kepada kalangan masyarakat luas di
Kota Jayapura. terlebih anak-anak usia remaja 12-16 tahun yang kebanyakan duduk di
bangku SMP dan SMA, karena sangat disayangkan narkoba jenis ganja ini ditemukan
langsung bisa dimusnahkan dan individu atau kelompok seperti anak-anak sekolah yang
memakai sekaligus mengedarkan bisa dipersulit bahkan ditiadakan dari Kota Jayapura.
lantaran anak masih dibawa umur rata-rata.
Dampak yang disebabkan oleh penggunaan ganja ini akibatnya orang menjadi
kehilangan kendali, masalah paru-paru, kecanduan, sakit jiwa, mengganggu sistem produksi,
melakukan aksi kriminalitas,dan masuk penjara. Di kota Jayapura angka pemakaian narkoba
70% anak-anak usia produktif yang masih menempuh pendidikan baik di SMP,SMA, dan
perguruan tinggi. hal itu mengakibatkan cara pandang untuk mengikuti proses belajar
55
mengajar di ruang kelas sangat lambat dan sulit bagi siswa/i, mahasiswa untuk menyerap
ilmu yang di berikan oleh guru dan dosen itu sulit, sehingga hanya mau tidur di kelas dan
bermalas-malasan.
Sehubungan dengan tujuan dari pada kantor Bea Cukai untuk melindungai masyarakat
yang berada di Kota Jayapura maka kesimpulan yang dapat diambil sebagai acuan dalam
melihat tindak lanjut yang di lakukan oleh Bea Cukai lintas darat Kota Jayapura Perbatasan
RI-PNG dan lintas laut Pelabuhan Jayapura ketika mahasiswa melakukan magang di kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Tipe Madya Pabean C Jayapura.
Pada Kantor Bea Cukai Jayapura, pos lintas batas yang berada jauh dari kota dan
setiap pegawai yang ditugaskan ke sana harus menghabiskan waktu kurang lebih 2 jam untuk
dapat sampai di PPLB itu. menurut hemat penulis kurang disiplin.tidak disiplin itu juga
berdampak dari akses yang tidak sebanding dengan layaknya kota yang kita dapat
memperoleh kebutuhan manusia dengan mudah. Terbalik dengan daerah perbatasan yang
masih dengan sampai saat ini belum memiliki akses terhadap pasar yang layak dan harga
yang terjangkau. Jadi bagi penulis profesionalitas seorang abdi negara hanya bisa dibuktikan
dengan melihat kedisiplinan. Hanya dengan disiplin segala sesuatu dapat berjalan dengan
lancar,karena abdi negara ketika disiplin kualitas dari pada skill, knowledge, ettitude dapat
berjalan dengan seimbang karena keberadaan dari pada abdi negara di tempat tugas selalu
tepat waktu. Waktu kalau sudah ditepati maka secara otomatis pekerjaan yang diemban dapat
diselesaikan sesuai target. Kekurangan yang ada di hari esok dapat diselesaikan di awal
menyangkut pekerjaan. Semangat untuk bekerja oleh seorang abdi negara harus selalu
dimiliki terus menerus setiap saat ketika masih mengabdi sehingga pekerjaan itu yang tadinya
terasa sulit dapat diselesaikan dengan muda karena punya komitmen yang kuat oleh semangat
untuk bekerja mengawasi PPLB Skow dari ancaman Transnasional crime.
Keadaan penduduk perbatasan RI-PNG yang penulis amati dari dulu sampai sekarang
dan terakhir tanggal 16 Juni 2016 ketika penulis melakukan observasi ke perbatasan, baru ada
perubahan baru yang dilakukan oleh walikota Jayapura Dr.Drs. Benhur Tommy Mano,M.M
masa kepemimpinan 2011-2016 dengan adanya pemerintahan kampung lebih mendekatkan
pemerintah dengan masyarakat dalam melaksanakan tugas dan fungsi pemerintahan
kampung. Kampung dipimpin langsung oleh seorang kepala pemerintahan kampung (KPK)
yang di lantik secara resmi oleh Walikota Jayapura. Pembangunan
Jalan,Jembatan,Perumahan Permanen,Air Bersih,Listrik, dan kebuthan lainnya semua
56
disediakan pemerintah kota.dan itu hasil kerja sama dari Badan Perbatasan Propinsi
Papua,Badan Perbatasan Kota Jayapura,TNI,POLRI. Kurangnya petugas berdampak pada
mudahnya eksistensi dari transnasional crime untuk beroprasi.
5.2.1 Peran Petugas Beacukai Oleh Bidang Penyidikan Dan Penindakan (P2)
Barang yang masuk dalam bidang penyidikan penindakan ialah barang-barang yang
memang dilarang dan dibatasi oleh negara seperti barang bekas contohnya kapal kemudian
barang batasan atau yang dibatasi seperti narkoba karena barang ini hanya diijinkan oleh
negara kepada kimia farma untuk keperluan medis. Banyak masyarakat menyadari akan
bahaya narkoba tetapi menghiraukannya dan selalu mengkonsumsi juga mengedarkan. Dari
data yang di himpun penulis bahwa hasil sitaan barang haram jenis narkoba ganja oleh
petugas beacukai langsung bekerja sama dengan BBN,reserse Polda Papua.
Dari 8 kasus yang terjadi pada bab I, kasus ganja maupun sabu-sabu diserahkan oleh
petugas Bea Cukai pelaku bersama barang bukti langsung kepada pihak kepolisian.
Mengingat letak perbatasan yang hanya terdapat Polsek Muara Tami,petugas Bea Cukai
langsung menyerahkan ke Polsek Muara Tami, Sedangkan ada juga yang membawa dalam
jumlah yang besar seperti sabu yang dibawa langsung ke kantor Bea Cukai kemudian di
lakukan konferensi pers setelah itu diserahkan kepada BNN untuk diproses lebih lanjut.
Gambar 6: Salah satu bentuk konferensi pers yang di lakukan oleh beacukai juga buktinya.
57
Sumber:http://bcjayapura.beacukai.go.id/index.php/author-login/agenda-kegiatan/117-bea-
cukai-jayapura-gagalkan-penyelundupan-4-kg-shabu.
Penulis menemukan sejauh ini petugas Bea Cukai membawa barang bukti bersama
pelaku langsung menyerahkan kepada pihak kepolisian juga BNN. Jadi sejauh ini petugas
Bea Cukai sama sekali tidak melakukan proses pemusnahan barang sitaan seperti ganja dan
sabu-sabu karena sudah tertuang dalam undang-undang bahwa yang berhak untuk memproses
barang sitaan jenis narkoba adalah reserse bersama BNN. Sebagai mana contoh keterangan
kasus: “barang bukti dan pelaku diserahkan kepada Polsek Muaratami untuk diproses lebih
lanjut sesuai Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Atas perbuatannya
tersangka melanggar Pasal 133 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika dengan ancaman hukuman maksimal pidana mati, pidana penjara seumur hidup,
atau minimal penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan
pidana denda minimal Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) dan maksimal Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) ditambah 1/3 (sepertiga).”
Penulis menduga sejauh ini dengan data yang dihimpun berarti bahwa barang bukti
hasil siataan narkoba juga pelaku,yang nampak pada saat diproses sesuai undang-undang
adalah pelaku sedangkan keterangan mengenai proses barang bukti setelah dari Bea Cukai
serahkan ke polisi umum,dari polisi umum ke polisi kusus yaitu BNN.setelah dari BNN
sangaat bersifat rahasia ini yang membuat penulis mengambil analisis sesuai data di atas
jangan sampai dari oknum BNN mensiasati untuk memperdagangkan narkoba atau tidak
dimusnahkan sesuai undang-undang yang berlaku. karena sekarang perintah presiden Jokowi
bahwa pelaku narkoba dihukum mati artinya dilenyapkan dari muka bumi dan juga barang
buktinya.jangan sampai pelaku dihukum mati sedangkan barang bukti dibiarkan dan tidak di
musnahkan, inikan namanya tidak ada keadilan dalam kejahatan. Menurut penulis bisa jadi
narkoba jenis ganja dan sabu setelah di ambil oleh negara digunakan untuk keperluan kimia
58
farma. Karena hanya kimia farma saja yang di ijinkan oleh negara untuk menggunakan bahan
sejenis narkoba untuk keperluan medis.
Bagian seksi penyidikan dan penindakan (P2). Bapak kepala seksi Tarto.S. Bapak ini
juga merupakan dosen pada sekolah tinggi akuntansi negara (STAN). Beliau mengatakan “
apakah memang narkoba yang saat ini marak di kota Jayapura hanya berasal dari Papua New Guinea?
Sepengetahuan penulis demikian tetapi bagi pa tarto’ narkoba bukan hanya dibawa masuk dari PNG saja
melainkan dari Aceh,Jawa,Bali,Sulawesi,Kalimantan, dan diedarkan di Kota Jayapura dengan motif yang selalu
berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman juga stratergi dari pada BNN yang bertolak belakang dengan
bandar narkoba. Dari Papua New Guinea ada kemungkinan proses pembiaran yang dilakukan oleh para petugas
di pos lintas batas baik Tni,Polri serta kelalain dari Imigrasi,Badan Perbatasan Kota jayapura, Badan Perbatasan
dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua ,Karantina Hewan,Tumbuhan,Juga Beacukai Sendiri. Sulit
mengontrol keluar masuk penumpang,awak sarana pengangkut,pelintas batas,dan juga barang bawaan” .
(wawancara tanggal 19 Mei 2016)
Peneliti mendapatkan hasil survei dan pengamatan pada saat itu di pos pelayanan
lintas batas tidak sejalan dengan data-data sekunder yang menunjukan banyak sekali kashus
yang di temukan oleh petugas beacukai dan melakukan penindakan langsung di tempat.
Ketika itu peneliti di pos pelayanan lintas batas beacukai Skouw, peneliti menemukan bahwa
alat pemeriksaan yang terdapat keterangan (caution do not touch roller) sedang tidak
beroprasi. Alat ini tidak beroprasi karena jumlah awak sarana pengangkut dan barang bawaan
dari pelintas batas bisa di periksa secara manual.
Petugas beacukai bernama Anif yang bersama-sama dengan peneliti melayani
pemberian cap nota tanda terima dari awak sarana pengangkut. Barang bawaan yang di
periksa oleh Anif hanya secara manual dan itupun dilihat lewat keterangan nota yang terdapat
di dalamnya nama-nama barang bawaan sembilan bahan pokok dari awak sarana pengangkut.
Jadi Anif petugas beacukai itu tidak datang langsung menghampiri kendaraan dari awak
sarana pengangkut. Awak sarana pengangkut dengan tujuan Jayapura-Vanimo.
Pelintas batas yang dari kampung Wutung mau melakukan perjalanan ke Jayapura
rata-rata hanya membawa tas noken atau tas gantung belakang. Ketika masuk melewati pos
pemeriksaan lintas batas, itu pun hanya diperiksa lewat petugas imigrasi setelah itu
melanjutkan perjalanannya. Ada yang berjalan kaki ada juga yang berkendaraan roda 2 dan
roda 4. Peneliti berharap bisa secara langsung menyaksikan secara langsung ketika petugas
beacukai melakukan pemeriksaan dan menemukan barang bawaan berupa narkoba
59
sabu,ganja, senjata api dan jenis barang-barang berbahaya lainnya tetapi sama sekali tidak
menemukannya.
Peneliti bersama Anif berada di pos pemeriksaan lintas batas beacukai dan peneliti
betanya bahwa apakah selama ini pemeriksaan hanya dilakukan murni di pos lintas batas
tetapi ternyata tidak demikian. Adanya petugas senior yang berseragam preman itu sedang
lalu lalang persis pada pintu gerbang masuk dari PNG-Indonesia. Ada Pa Afar dan Pa Baron
peneliti amati memang yang dilakukan hanya jalan-jalan ikut melihat keramaian dan
keindahan perbatasan tetapi realitasnya sedang bertugas, dan itu bisa di bilang sebagai intel.
Petugas beacukai bekerja pada porsinya dengan melakukan pemeriksaan pada awak
sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang bawaan. Adapun penemuan atau mendapatkan
narkoba dan jenis kejahatan yang lainnya peneliti bisa diberikan akses dalam arti mengambil
itu sebagai data primer penulis dari bidang lintas batas bidang beacukai.
5.3 Imigrasi (imigration)
Tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Imigrasi Republik Indonesia di kemukakan
secara langsung oleh Dr. Ronny F. Sompie, S.H., M.H. selaku Direktur Jenderal Imigrasi
pada saat beliau membawa materi pada acara carirday bagi program studi hubungan
Internasional di balairung Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, tanggal 3 Agustus
2017. Pada pasal 1 angka 1 UU No 6 tahun 2011 tentang keimigrasian bahwa keimigrasian
adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia serta
pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara. Imigrasi memiliki fungsi
sebagai pelayan publik, penegakan hukum dan keamanan, dan fasilitator pembangunan.
(Ronny, 2017).
Masalah yang ditangani oleh imigrasi tentunya yang berhubungan dengan fungsi
imigrasi sebagai pelayan publik juga penegakan hukum dan keamanan.kebijakan
keimigrasian untuk mengatasi kejahatan terorganisir lintas negara Dalam pelayanan publik.
petugas imigrasi di pos lintas batas Skouw memberikan pelayanan kepada pelintas batas
60
tradisional juga masyarakat umum yang bermasalah dengan Kartu Lintas Batas (KLB) dan
Paspor. Menurut Maman Budiman selaku kepala seksi pengawasan dan penindakan
keimigrasian, kantor imigrasi kelas I Jayapura mengatakan “ pelanggaran keimigrasian meliputi
ketidaklengkapan dokumen-doken imgrasi seperti paspor, kartu lintas batas atau izin tinggal yang melewati
batas waktu” ( pegbintangkab,2010)
Menurut keterangan yang di sampaikan oleh Kepala Badan Perbatasan Kota Jayapura
Amos Solossa yaitu “Ada beberapa program antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah PNG
dilakukan mengenai verifikasi penduduk. Jadi kalau penduduk yang kedapatan tidak mempunyai ijin mereka
akan dipulangkan kenegarannya (PNG)” kawasan Perbatasan terbagi dalam tiga wilayah, yaitu
Skouw Mabo, Skouw Sae, dan Skouw Yambe. Penduduk yang keluar .masuk alias tidak
tetap, yakni kampung Moso yang jumlah penduduknya 40-50%. Hal-hal yang di sepakati
oleh pemerintah RI dan PNG itu bagi masyarakat PNG menggunakan kartu kuning yang di
keluarkan oleh kantor imigrasi dan Indonesia kartu merah. Upaya ini di lakukan oleh
pemerintah RI guna mensukseskan pemilu kada di daerah perbatasan. Untuk bisa mengetahui
dengan lebih jelas identitas dari masyarakat RI di perbatasan. Inilah wujud keseriusan
pemerintah dalam menasionalisasikan penduduk di daerah perbatasan untuk ikut mengambil
bagian dalam pemilu. Salah saatu bentuk sinergitas antara badan perbatasan bersama imigrasi
dalam mengidentitaskan warga negara Indinesia juga membantu imigrasi dalam menangkap
pelintas batas ilegal tradisonal yang berasal dari PNG.
Dalam menangani masalah pelintas batas tradisional tentu ada hambatan yang
memang hingga saat ini sulit bagi petugas imigrasi di pos pelayanan lintas batas Skouw.
Penulis mengkaji lebih jauh agar dapat mengetahui hambatan dari petugas imigrasi dengan
melakukan wawancara dengan seorang pegawai senior yang sudah mengapdi kurang lebih 30
tahun yaitu Bapak Silas Arisoi. Silas Arisoi mengatakan “Anak tau tidak mengapa sampai sekarang
konflik sosial di perbatasan jarang terjadi bahkan hampir tidak pernah hingga skarang? Itu karena ada hubungan
kekerabatan antara masyarakat Portnumbay (saat ini Kota Jayapura) dengan masyarakat PNG yang lebih dekat
dengan perbatasan. Ada kampung Wutung, Kota Vanimo. Kehidupan sosial yang berlangsung di perbatasan
menurut cerita asal muasal bahwa masyarakat Portnumbay berasal dari beberapa kampung yang ada di PNG,
sehingga kehidupan itupun sangat menghargai dan menghormati hukum yang tidak tertulis itu benar-benar
tentram dan damai. Kepentingan politik teritorial NKRI membuat terjadi batasan dengan di tarik garis dan
memindahkan patok yang secara hukum adat sudah di tetapkan oleh para nenek moyang menggunakan simbol
alami berupa kali dan kali itu bernama Muara Tami. Itulah batas wilayah sebenarnya kedua negara. Tetapi
karena hukum adat tidak di gunakan dalam hukum negara maka secara kedaulatan negara Indonesia mengkalim
1 kampung bernama kampung moso serta tanah, hutan,pantai masuk jadi NKRI”. Pegawai senior ini
mengatakan ‘ adat tidak boleh di batasi karena itu melanggara HAM, batas negara itu kepentingan politik untuk
61
kepentingan hukum”. Jadi cara yang di gunakan oleh NKRI untuk meminimalisir konflik di
perbatasan sampai saat ini dengan mengijinkan serta tidak membatasi hubungan kekerabatan
antara masyarakat Papua dan Papua New Guinea . hubungan kekerabatan itu kata bapak
Freddy Merauje (orang tua penulis) hanya di miliki oleh Kampung Tobati (Kota Jayapura)
yang sudah penulis jelakan diawal lebih dekat hubungan kekerabatan dengan Papua New
Guinea. Hal kekerabatan menjadi tali pengikat bagi masyarakat dalam melakukan lintas batas
tradisional di pos lintas batas Skouw dan hal itu membuat pelayanan bagi petugas imigrasi di
perbatasan mengalami hambatan. Masyarakat rata-rata kurang memahami mengenai batas
negara dan juga tidak menghiraukan dengan urusan mengenai kartu lintas batas.
Peneliti berada di pos pelayanan lintas batas imigrasi dan bertemu dengan 3 petugas
imigrasi yang sedang bermain kartu. Peneliti hanya sekedar lewat melihat dan setelah itu
kembali lalu duduk dan melakukan pengamatan. Ada hal yang bagi penulis kurang baik
dalam pelayanan dari petugas imigrasi mengapa? Pada saat sedang bermain kartu tidak lama
kemudian rombongan masyarakat dari PNG hendak melakukan lintas batas, di hadang oleh
salah satu petugas imigrasi dan rombongan masyarakat ini di suruh untuk pulang kembali ke
kampung sebelah. Suara keras dengan nada bahasa yang kurang baik dan santun di lontarkan
oleh petugas imigrasi kepada rombongan masyarakat PNG. Peneliti bertanya kepada salah
satu petugas imigrasi mengapa mereka di usir suruh pulang? Pertama, masyarakat ini sudah
mengetahui bahwa hari berkunjung untuk melakukan belanja di pasar batas hanya hari selasa
dan kamis. Masyarakat PNG datang di hari yang salah yaitu hari sabtu jadi mereka harus di
suru pulang kembali ke kampung. Kedua, meskipun mereka sudah tahu bahwa hari belanja
pada hari selasa dan kamis, mereka tetap berisi keras untuk melakukan perlawanan dengan
berbagai macam cara untuk dapat lolos masuk ke Jayapura. Ada banyak jalan tikus jadi kalau
di mara lewat jalan depan pos, mereka ada yang melanggar lewat jalan tikus. Hal itu di
lakukan ketika petugas pas tidak melakukan patroli batas patok.
Masih banyak juga dari masyarakat mereka kurang memahami dengan aturan yang
sudah sering kita sebagai petugas imigrasi sampaikan lewat cerita-cerita ketika ketemu.
Sangat disayangkan karena keterbatasan pendidikan banyak orang tua dan anak muda tidak
selesai SD,SMP, hal ini juga menghambat kita sebagai petugas imigrasi untuk memberikan
pemahaman jadi memang harus berulang-ulang kali. Ada yang ketika di periksa melakukan
perlawanan tetepi setelah itu mengalah dan memilih pulang kembali karena salah.
62
Salah satu pelintas batas yang penulis Coba untuk bertanya yaitu Mike Hamadi.
Mengapa setiap hari orang-orang kampung datang terus ke perbatasan? Itu karena mereka
mau dekat dengan pasar juga keramean hal itu bisa jadi hiburan. Ada juga memang kampung-
kanpung yang ada Di PNG kurang lebih tiga kampung seperti Wutung, Mosso, Wiwak itu
lebih dekat ke kota Jayapura ketimbang ke Vanimo sehingga hasil-kebun, barang bawaan lain
juga bisa di jual di pasar batas. Memang penting sekali pasar bagai orang-orang kampung.
Ada pasar ada penghasilan bagi masyarakat dengan bertukar barang dan barang di situ jadi
kebutuhan ekonomi bisa terpenuhi dengan mudah. Ini juga jadi persoalan kalau hari pasar
Cuma selasa dan kamis sedangkan masyarakat butuh setiap hari. Kartu kuning dan merah
yang jadi syarat pelintas batas juga tidak semua masyarakt tradisonal miliki. Mike berharap
pemerintah bisa lebih lagi bekerja sehingga pelayanan kebutuhan dari masyarakat cepat
terpenuhi terutama di bagian imigrasi.
Ada hambatan dari kedua belah pihak masyarakat juga petugas imigrasi dan bagai peneliti hal
inilah yang jadi cara bagi oknum masyarakat untuk melakukan kejahatan dengan melintas
tanpa dokumen resmi.
5.4 Karantina ( quarantine)
Karantina merupakan salah satu bidang instansi pada pos pemeriksaan lintas batas
Skouw yang menangani mengenai hewan dan tumbuhan lindung,sehingga ketika terjadi
pelanggaran yang dilakukan oleh pelintas batas maka karantinalah yang akan menindak
pelintas batas yang membawa hewan dan tanaman lindung. Pada pos lintas batas Skouw
jarang mendapat temua mengenai pelintas batas asal indonesia yang membawa tetapi
kebanyakan dari pelintas batas tradisional asal papua new guinea yang membawa hewan dan
tanaman lindung tersebut. Jenis hewan yang di lindungi itu seperti burung cenderawasih,
burung yakup, burung nuri, dan kakatua raja. Sedangkan taman yang sering di temui dan
hendak di bawa oleh pelintas batas asal papua new guinea seperti Vanili, kayu gaharu, buah
pinang.
Pada saat peneliti melakukan observasi ke pos pelayanan lintas batas karantina pada
tanggal 21 juni 2016, peneliti tidak mendapatkan informan yang bisa penulis wawancara
sebab pos karantina tidak terdapat petugas yang sedang melakukan tugas piket. Penulis juga
63
menemukan pos pelayanan karantina dalam keadaan tertutup. Bagi penulis hasil observasi ini
menjadi salah satu bukti bahwa petugas sedang tidak ada di tempat sehingga tidak dapat
melakukan pemeriksaan terhadap pelintas batas, awak sarana pengangkut yang sedang
melakukan lintas batas pada pos pelayanan lintas batas Skouw.
Pos pelayanan lintas batas karantina dalam keadaan tertutup. Peneliti hanya berjalan
lewat mengambil dokumentasi berupa foto sambil melihat-lihat tetapi menang tidak ada sama
sekali satupun petugas yang berada juga di sekitaran pos pelayanan lintas batas. Ada Alif
petugas beacukai yang berada memang posnya berada bersebelahan dengan pos karantina.
Kata Alif memang tidak ada petugas hari ini karena tidak naik. Tidak naik ini artinya tidak
datang dari Kota Jayapura ke pos pelayanan lintas batas Skow pada hari itu. Alif juga tidak
tau alasan apa dan mengapa pada hari itu petugas karantina sama sekali tidak datang hadir
dan menjalankan tugasnya mereka.
Ada hambatan yang memang di alami oleh petugas karantina sehingga pos pelayanan
lintas batas tidak di buka. Ada kalanya karena hari sabtu dan libur sehingga waktu dari
petugas karantina itu di pakai untuk lebih banyak dengan keluarga. Mengingat juga waktu
tempuh dari Kota Jayapura yang kurang lebih bisa 3-4 jam ke perbatasan bisa menjadi faktor
yang membuat petugas karantina pada pos pelayanan lintas batas karantina tidak melakukan
pelayanan pemeriksaan.
Gambar 7: nampak pos pelayanan lintas batas karantina dalam keadaan tertutup. Gambar ini
penulis ambil menggunakan kamera foto milik penulis pada tanggal 21 juni 2016
WIT.
64
Sumber: Data primer (Merauje, 2016)
65
5.5 TNI (Security)
Tentara Nasional Indonesia (TNI) memiliki tugas dan fungsi sebagai garba depan
pertahanan dan keaman Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maka TNI di
tempatkan di seluruh Tanah Air Indonesia yang di peruntukan utama pada daerah perbatasan
negara. Perbatasan negara yang di maksudkan oleh penulis pada perbatasan Indonesia- PNG.
Ada beberapa hal yang memang menjadi tugas pembantuan dari TNI untuk mendukung
Badan Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri sebagai instansi yang mengelolah pos
pelayanan lintas batas negara, sehingga TNI ikut mengambil bagian dalam pengawasan
terhadap transnasional cirme yang hendak melakukan aksinya dengan melintasi batas-batas
negara.
Transnasional crime yang berhasil di bekuk oleh TNI “ pada 31 Juli 2013, Pos Muara Tami
Koki A Satgas Yonif 412 Raider Berhasil menggagalkan penyelundupan ganja kering seberat 500 Gram oleh
pelintas batas di wilayah perbatasan RI-PNG. pada 2 Februari 2016, Satgas Pamtas Yonif 406/Raider di Pos 76
Distrik menemukan Ganja 1 kg asal PNG yang di bawa oleh pelintas batas tradisional asal PNG. pada 19 April
2016, Yonif 406/ckPosKalimao berhasil Menemukan ladang yang ditanami 38 pohon ganja dengan tinggi 1-2,5
meter. pada 16 Desember 2016, Yonif 411 Raider Kostrad menangkap dua warga yang membawa tiga paket
ganja”. Empat kasus yang di tangani oleh TNI merupakan transnasional crime jenis ganja
yang di bawa oleh pelaku yang berasal dari PNG.
Kondisi dari transnasional crime yang terjadi di Pos pelayanan lintas batas Skouw,
mendorong Pandangan dari TNI terhadap pemerintah pusat maupun daerah provinsi juga kota
mengenai kemajuan pembangunan di kawasan perbatasan. LETKOL INF. A. YOYOK
PRANOMO yang merupakan Dandim 1701/Jayapura melihat bahwa“ kondisi keamanan yang
semakin kondusif dan stabil perlu di tingkatkan dengan mengajak peran serta masyarakat perbatasan melalui
pengaktifan kembali pos kamling dan kegiatan peningkatan kesejahteran serta pendampingan-pendampingan”
ini merupakan wujud dari TNI dalam menekan angka transnasional crime yang sampe saat
ini masih terus dengan leluasa melakukan aksinya. Tetapi yang sangat di sayangkan oleh
penulis bahwa semua hal-hal bentuk pola pengaman yang di berikan oleh TNI tidak ada
implementasinya di lapangan sehingga masih sangat memprihatinkan.
Apa kendala atau hambatan yang harus segera di pecahkan guna mengoptimalkan
pembangunan keamanan di perbatasan. Menurut Yoyok Pranomo “harus memiliki regulasi baru
dengan pembuatan site plan kawasan perbatasan yang terpadu dan terintegrasi serta perlunya sosialisasi dengan
66
pembuatan maket plane yang dapat di lihat oleh semua instansi terkait. Pemahaman setiap instansi yang terkait
belum menyentuh kepada pembagian tugas siapa berbuat apa dalam pembangunan kawasan perbatasan,
beberapa instansi masih berpiki sepotong-sepotong sesuai pemahaman masing-masing sehingga perlu adanya
sinergis dalam pembicaraan rencana pembangunan kawasan perbatasan”. Sampai saat ini belum ada
sinergitas yang baik antar instansi dari QICS bersama Badan Perbatasan dan Kerjasama Luar
Negeri Provinsi Papua dan Badan Perbatasan Kota Jayapura.
Peran dari Badan Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri menurut Yoyok Pranomo “
keberadaan badan perbatasan sudah cukup baik namun perlu dukungan dari pemerintah pusat untuk dukungan
mobilitas badan perbatasan sehingga dapat melaksanakan komando pengendalian sepanjang 75km, untuk
meningkatkan kinerja badan perbatasan perlu sinergitas dengan beberapa pihak terkait dengan di beri regulasi-
regulasi yang menyatu secara tegas dan mengikat semua pihak sehingga tanggung jawab pengelolaan dapat
dilaksanakan dengan baik”.
Tantangan yang masih belum dapat di tangani secara baik kata Yoyok Pranomo “
masih banyaknya jalan-jalan perlintasan tradisional yang belum memiliki pos lintas batas sehingga TNI kawatir
apabila tidak disikapi dengan baik akan dijadikan daerah penyeludupan narkoba, ganja, miras, maupun senjata
api ilegal yang dapat membahayakan masyarakat lain di Kota Jayapura”. Dari pernyataan TNI ini justru
masalah transnasional crime terus terjadi hingga saat ini.
Realitas di pos pelayanan lintas batas Skouw dengan adanya TNI memang di
peruntukan guna pertahanan keamanan negara terutama pada perbatasan negara. Peneliti
berada di perbatasan saat observasi justru ada hal-hal yang bagi peneliti itu mengganjal.
Pertama, pada gerbang perbatasan antar kedua negara Indonesia dan PNG ada terdapat
anggota TNI berseragam lengkap pegang senjata dan tidak bersuara sama sekali. Bergeser
dari gapura perbatasan kurang lebih 20 meter terdapat satu pos TNI yang terdapat 6 anggota
berseragam lengkap. Jarak dari gerbang ke pos pelayanan linatas batas Skouw 200 meter.
Setelah lewat PPLB kurang lebih 100 meter terdapat pos TNI persis di pinggir jalan dan di
belakang pos TNI terdapat kantor TNI yang di sebut Koramil. Terlepas dari pos TNI yang
berada berdekatan dengan PPLB. Kurang lebih 5 kilometer terdapat lagi satu pos TNI yang
ada 12 anggota.
Pengamatan peneliti kurang lebih 4 pos penjagaan dari TNI itu melakukan
pemeriksaan kepada pelintas batas, awak sarana pengangkut, dan barang bawaan. Ini hal
yang memang peneliti katakan bahwa kurang sinergitas terjadi dalam PPLB. TNI memiliki
tugas untuk menjaga pertahanan dan keamanan dan itu semua selalu berkordinasi antar
sesama sektor dalam PPLB. Jadi TNI tidak sewenang-wenang melakukan pemeriksaan lagi
67
terhadap pelintas batas, sebab yang mempunya tugas memeriksa pelintas batas terutama
orang adalah imigrasi.
Lain hal lagi mengenai kejahatan transnasional crime. Dengan jumlah pos TNI yang
kuran lebih 4 dan anggota yang jumlahnya cukup banyak sebenarnya jumlah kejahatan ini
harusnya menurun. Mengapa karena hemat peneliti masyarakat akan semakin takut untuk
berbuat kejahatan karena ada yang menjaga dan mengontrol setiap saat dengan baik.
Rember salah satu anggota TNI yang berhasil di wawancarai oleh peneliti ketika
sudah selesai melakukan pengamanan perbatasan. Karena sangat sensitif tulisan peneliti
tidak banyak data yang peneliti bisa capai. Ada hal yang memang petugas TNI harus
memeriksa ulang dokemen para pelintas batas dan awak sarana pengangkut sebab sangat
rentan dengan isu papua merdeka dengan pasukan organisasi papua merdeka yang dalam
waktu-waktu tertentu dapat membuat keamanan di perbatasan dapat terganggu.
5.5.1 POLRI (security)
Polisi Republik Indonesia atau di singkat (POLRI) merupakan pengayom masyarakat
Indonesia dari segala macam bentuk tindakan teror,kekerasan dan juga didalamnya
menangani masalah transnasional crime. POLRI yang di maksud oleh penulis ada pada
tingkat wilayah kerja Kota Jayapura yang di sebut Polres Jayapaura Kota (POLRESTA). DI
tingakat Kecamatan yang berada di Distrik Muara Tammi disebut Polisi Resor Kecamatan
(POLSEK). Polsek Muara Tammi karena berada pada pusat Kecamatan sehingga jaraknya
sangat jauh ke daerah perbatasan, sehingga di buatlah polsek pembantu yang sekiranya
membekap pos pelayanan lintas batas Skouw Wutung.
Berikut tanggapan Kapolresta Jayapura, AKBP. JERMIAS RONTINI “ Terkait dengan
tugas dan tanggung jawab kepolisian, khususnya Polres Jayapura kota bersama jajaran Polsek Muara Tami,
berpartisipasi dalam pembangunan di wilayah perbatasan selama lima tahun terakhir khususnya mengemban
tugas keamanan di kawasan perbatasan cukup kondusif. Namun pada beberapa tahun terakir ini terjadi beberapa
gangguan keamanan yang di duga dilakukan oleh kelompok sipil bersenjata”. “ pada oktober 2012, telah terjadi
kasus pembakaran rumah di kampong skouw distrik muara tami dengan korban korneles okoka, krisantus
okoka, oktovianus okoka. Sedangkan status pelaku masih dalam penyelidikan oleh polres jayapura kota. Pada
tanggal 9 april 2013, telah terjadi penembakan terhadap pos polisi di pos pelayanan lintas batas Skouw RI-PNG,
korban anggota dan masyarakat sipil sedangkan pelaku masih dalam penyelidikan oleh polsek muara tami. Pada
tanggal 16 april 2014, terjadi kasus penembakan di depan pasar perbatasan RI-PNG, koraban saudara Heri
(masyarakat) pelaku masih dalam penyelidikan. Pada tanggal 17 april 2014, terjadi kasus penembakan di
perbatasan RI-PNG distrik muara tami, dengan korban Kapolres Kota jayapura AKPB ALFRED PAPARE, SIK
68
sedangkan pelakunya masih dalam penyelidikan oleh petugas Polsek muara tami. Pada tanggal 3 juni 2014,
terjadi kasus penembakan di perbatasan RI-PNG Skouw, dengan korban Prada (prajurit dua) Maulanan Malik
yang merupakan anggota yonif 623 sedangkan pelakunya masih dalam penyelidikan”.
Ini adalah kasus penembakan yang terjadi lima tahun terakir oleh kelompok sipil
bersenjata. Hemat penulis kelompok kejahatan transnasional crime ini sampai dengan saat ini
belum di tangkap oleh kepolisian. Sipil bersenjata ini bagi pihak keamanan mengidentikkan
dengan organisasi papua merdeka (OPM), sedangkan di Papua New Guinea itu ada pihak
keamanannya yaitu polisi dan tentaranya, ada kemungkinan mereka lebih memahami
lingkungan sekitar perbatasan sehingga lebih leluasa melakukan aksi penembakan. Ada
tentara juga polisi dari Indonesia yang bertugas di perbatasan, bisa jadi di seting sedemikian
rupa oleh pihak keamanan sehingga menarik simpati publik bahwa memang di perbatasan
butuh perhatian kusus untuk meningkatkan alusista bagi aparat keamanan Indonesia. Di lain
sisi juga guna kenaikan pangkat oleh komandan pos keamanan perbatasan sehingga itu di
seting agar terjadi baku tembak. Menurut Mikael Tomas Hamadi (waraga negara Indonesia
yang tinggal di kota Vanimo) bahwa “PNG memiliki kelompok sipil bersenjata yang di sebut raskul dan
raskul ini bukan hanya melakukan aksinya di dalam hutuan tetapi dalam kota Vanimo”. Daerah perbatasan
Skouw Wutung masuk dalam wilayah administrasi dari kota Vanimo sehingga hemat penulis
kelompok raskul ini juga yang melakukan aksinya di perbatasan Skouw wutung. Perlu di
ketahui juga bahwa kurang seriusnya pemerintah PNG dalam mengoptimalkan daerah
perbatasan mereka, sehingga di PNG faktor keamanannya masih jauh tertinggal di
bandingkan dengan Indonesia.
Pada masalah transnasional crime jenis narkoba yang di seludupkan ke jayapura
melalui wilayah perbatasan baik melalui jalur darat maupun melalui laut. Pada lima tahun
terakir terhitung mulai pada tahun 2010 (4 kasus), 2011 (14 kasus), 2012 (11 kasus), 2013 (7
kasus), dan 2014 (23 kasus). Dari kasus-kasus yang terjadi ini Jermias Rontini mengatakan
bahwa “ kendala yang harus di pecahkan ini, segera di bangunnya polsek perbatasan sehingga mampu
mendeteksi maupun menangani kasus yang terjadi, karena kedudukan kepolisian sector (Polsek ) sebagai ujung
tombak yang selama ini semua penanganan kasus oleh polsek muara tami yang kedudukannya cukup jauh di
koya barat sehingga lambat penanganannya”. Kurangnya infrastruktur pendukung dari pemerintah
daerah faktor sentralisasi kekuasaan membuat segala pembangunan fisik sarana pendukung
harus menunggu kebijakan dari pemerintah pusat untuk mendukung keamanan di wilayah
perbatasan. Badan perbatasan harus lebih sinergi dalam mengupayakan pembangunan polsek
perbatasan sehingga banyaknya petugas kepolisian itu akan membuat ruang gerak dari
69
kelompok transnasional crime tidak dengan mudah lagi melakukan aksinya. Mengapa
demikian? Sebab beberapa data yang berhasil di ambil oleh penulis melalu wawancara
Menurut salah satu anggota polri berpangkat briptu (Sato) yang pada tanggal 16/07/2016
sedang melaksanakan piket seorang diri di pos perbatasan mengatakan bahwa “sangat gampang
dan mudah meloloskan narkoba jenis ganja dari PNG ke Indonesia langsung masuk kota jayapura’’. Mengapa
demikian? Penulis mendapat hasil keluhan lewat wawancara dari polisi berpangkat briptu
atau yang di pahami masyarakat awam itu berpangkat dua ekor ikan bahwa “ saya di sini yang
piket sendiri saja sebab anggota yang lain di kantor di bawa dan secara hirarki kepangkatan, saya pangkatnya
lebih rendah di banding anggota yang lain jadi saya harus tetap tunduk dan patuh kepada hirarki kepangkatan
dan itu perintah yang harus di laksanakan.sebab kalau tidak melaksanakan perintah maka sudah pasti saya di
tindak oleh senior (senior itu pangkat lebih tinggi) sesuai dengan hirarki yang sudah penulis jelaskan di atas
sebelumnya’’. Menurut hemat penulis bahwa jumlah anggota polri yang bertugas ini sangat
kurang sehingga bagaimana bisa 1 anggota polri mengawasi keluar masuk manusia dan
barang bawaannya, bagi penulis ini bisa di katakan ada kelalain dari petugas piket yang
katakanlah sudah merasa malas dan membiarkan aktifitas dari pada pelintas
batas,penumpang,awak sarana pengangkut itu melintas melalui pos pelayanan lintas batas
Skouw dengan leluasa.
Gambar 8: anggota polri sedang melaksanakan piket di PPLB Skouw.
Sumber: data primer (merauje,2016)
70
5.4 Refleksi Mengenai Peran Badan Perbatasan dan Kerjasama Luar
Negeri melalui Bidang Lintas Batas Negara
Peran Badan Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri di lingkungan pemerintah
Provinsi Papua, Khususnya bidang lintas batas pada pos pelayanan lintas batas (PPLB)
Skouw. terdapat pada “dasar hukum BPKLN poin (9) Surat Edaran Gubernur Provinsi Papua
Nomor : 190/2250/Set Tanggal 9 Agustus 2007 Tentang Penatalayanan Kawasan PPLB
Skouw”. Tugas pokok dan fungsi BPKLN pada poin (8) bahwa pelaksanaan kerja sama luar
negeri. Dari dasar hukum ini badan perbatasan memiliki hak kelola juga pengawasan tetapi
penulis dapat memastikan bahwa masih kurang optimal di sebabkan oleh sinergitas yang
kurang baik di lakukan oleh badan perbatasan terhadap pemerintah Papua New Guinea.
Pemerintah Papua New Guinea melalui pemerintah kota Vanimo sudah melakukan kerjasama
sister city dengan tujuan untuk menekan angka kejahatan transnasional crime yang terjadi di
pos pelayanan lintas batas negara RI-PNG.kurangnya Bidang lintas batas negara sebagai
motor penggerak bagi keempat instansi (Beacukai, Imigrasi, Karantina dan Keamanan)
kurang sinergitas secara berkala. Bidang lintas batas sebagai yang memfasilitasi keberadaan
pos-pos pelayanan lintas batas negara harus membuat regulasi kusus yang dapat membuat
keseriusan dari keempat instasi untuk dapat memperhatikan kelembagaannya di perbatasan.
Jumlah petugas yang bertugas di pos pelayanan lintas batas sangat sedikit jumlahnya.
Hasil pengamatan penulis saat melakukan observasi selama satu bulan (30 hari) di
perbatasan pada tanggal 21 mei-21 juni 2016 membuat muncul banyak pertanyaan bagi
penulis. Bagaimana bisa optimalnya peran Badan Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri,
dalam menangani masalah transnasional crime di pos pelayanan lintas batas negara RI-PNG
di PPLB Skouw? Sangat memprihatinkan sebab petugas dari masing-masing pos pelayanan
lintas batas yang memiliki jarak tempuh ke wilayah kerja dalam garis batas perbatasan yang
mencapai 75 km. lihatlah Bea Cukai dengan jumlah petugas roling waktu setiap hari 2 orang
pada pos beacukai, petugas Imigrasi 3 orang pada pos Imigrasi, Karantina tidak ada petugas
pada saat penulis melakukan observasi dan posnya pun tidak terbuka karena di kunci, pada
pos TNI terdapat 2 orang pada pintu masuk gerbang dan 3 orang pada cek poin, dan pada
petugas kepolisian hanya 1anggota yang berada pada pos polisi.
71
Jumlah masyarakat Kota Jayapura yang berkunjung ke perbatasan, baik masyarakat
umum yang hendak berwisata juga pelintas batas tradisional yang mau berpergian ke PNG
guna mengunjungi keluarga itu bukanlah sedikit jumlahnya. Bagaimana mungkin tidak
terjadi masalah transnasional crime di perbatasan PPLB Skouw, dengan model pos
pelayanan lintas batas yang sangat kurang jumlah petugasnya dari keempat instansi ini dan
membuka peluang yang sangat besar bagi kelompok terorganisir untuk dapat memainkan
eksisternsinya dengan leluasa.
Waktu kerja dari petugas pelayanan lintas batas negara di Skouw masih sangat kurang
bagi penulis, sebab waktu masuk pada pos lintas batas baru di mulai jam 10.00-1600 WIT
sehingga yang melakukan pemeriksaan berupa administrasi terkait pelintas batas tradisional
langsung di lakukan oleh TNI, mengapa? karena petugas pelayanan administrasi di pos
pelayanan lintas batas baru masuk ke pos jam 10.00 WIT sedangkan pelintas batas sudah
melakukan aktifitasnya dari jam 06.00. jadi penulis yakin bahwa rentang waktu yang bolong
itu akan di manfaatkan oleh kelomok transnasional crime untuk melintasi batas negara
dengan bebas tanpa ada pengawasan yang ketat. Pada saat jam 16.00 WIT petugas
pemeriksaan pada pos lintas batas meninggalkan pos dan hendak pulang, waktu yang
seterusnya tidak ada lagi petugas yang ada pada pos lintas batas sehingga tidak ada yang
menjaga. Pelintas batas tradisional yang bisa di katakan ilegal akan memanfaatkan waktu itu
untuk melintas ke PNG juga sebaliknya ke Indonesia.
Di laut sangat minim pemeriksaan sebab pos lintas batas laut tidak memiliki sarana
pendukung berupa kapal patroli yang besar. Pada pos Bea Cukai memiliki kapal berukurang
kecil tetapi rusak dan belum di perbaiki sehingga tidak maksimal untuk melakukan
pengawasan di laut. Di laut sangat sering dan mudah melakukan penyeludupan sebab tidak
intensif petugas pos perbatasan laut melakukan patroli secara berkala.
Menurut Pierre Bourdieu, dalam bukunya Edkins-Nick Vaughan Williamazs bahwa
strukturalisme construktivis Bourdieu mengasumsikan strategi –strategi yang di kembangkan
untuk berhasil di satu field tidak secara otomatis bisa di pindahkan kedalam permainan lain di
field lain. Masing-masing field di tandai oleh aturan dan norma berbeda, dengan sifat dan
volume modal yang bisa di perebutkan, dan oleh posisi dan predispositions dari berbagai
actor. Oleh karena itu, tindakan yang berhasil membutuhkan “feel for the game” atau “ a sens
du jeu” atau “ perasaan untuk ikut dalam permainan” atau “ feel for practice” atau “a sens
practique” atau “ perasaan untuk ikut dalam praktik”. “Rasa” semacam itu adalah refleksi
72
dari penyesuaian halus habitus terhadap kondisi objektif dari field spesifik tempat actor
beroprasi. Actor yang sukses, dari perusahaan multinasional hingga negarawan dan birokrat,
hingga petani pembajak sawa di afrika utara, tidak hanya menginternalkan aturan dan norma-
norma dari “permainan” , tetapi juga bisa memanipulasi aturan dan norma-norma dari
“permainan” itu dan bahkan mengubah mereka dengan mengakuisisi posisi dominan dalam
bidang sebagai tempat mereka berada. (Edkins,2010:145)
Dampak yang di timbulkan dari kurangnya sinergitas antara Badan Perbatasan dan
Kerjasama Luar Negeri bersama instansi terkait, membawa peluang juga bagi salah satu
instansi yang terkait yaitu Polri. Mengapa demikian? Hasil observasi penulis saat berada di
pos pelayanan lintas batas Skouw, penulis mendapat satu data pengamatan dari salah satu
anggota polri yang sedang melakukan piket pada pos pemeriksaan lintas batas. Pada saat
pelintas batas, awak sarana pengangkut hendak melewati pos pemeriksaan, para pelintas
batas yang menggunakan kendaraan roda empat hendak di berhentikan oleh petugas polisi
dan melakukan pemeriksaan terhadap kendaraan roda empat tersebut bersama orang yang
berada di dalamnya. Pada saat selesai melakukan pemeriksaan oleh petugas polisi, petugas
polisi ini di berikan beberapa uang yang di gemgam sehingga kusut jadi penulis tidak
mengetahui berapa jumlah uang yang di berikan oleh pelintas batas kepada petugas polisi itu.
Selain itu juga ada dua bungkus rokok sampurna merah yang belum di buka di berikan
kepada petugas polisi.
Gambar 9: dua bungkus rokok sampurna merah yang di berikan pada penulis.
Gambar di foto oleh penulis pada saat observasi ke pos lintas pelayanan
lintas Batas Skouw.
73
sumber: data primer (merauje,2016)
Penulis sedang duduk dan melakukan pengamatan, anggota polisi yang tadi menerima
uang juga rokok itu menghampiri penulis dan hendak melontarkan pertanyaan kepada penulis
“tadi kamu rekam yah, tadi kamu foto yah? Penulis mengatakan tidak dan menunjukan hasil
rekaman dan juga foto kepada polisi tersebut. Setelah itu karena tidak ada hasil dokumentasi
dari penulis mengenai hasil pemberian dari pelintas batas terhadap anggota polisi ini, maka
penulis di berikan satu bungkus rokok sampurna merah.bagi penulis, muncul pertanyaan bagi
penulis bahwa ada kekuatiran dari petugas polisi tadi terhadap penulis sebab ketika penulis
melakukan kerja praktek di pos lintas batas, petugas polisi mengira penulis merupakan
pegawai baru pada instansi beacukai.
Ada praktek pungutan liar (pungli) yang terjadi di pos pelayanan lintas batas Skouw.
Praktek pungli ini sebagai bentuk saling pengertian antara pengunjung atau pelintas batas
tradisional terhadap petugas, menurut keterangan dari salah satu petugas polisi. Menurut
penulis bahwa praktek pungli ini meskipun saling pengertian dari pelintas batas terhadap
petugas pos lintas batas tetapi dengan maraknya kejahatan transnasional crime yang terjadi
melewati pos lintas batas Skouw dan masuk ke Kota Jayapura Indonesia, maka penulis
menduga bahwa ada kerjasama yang di lakukan oleh beberapa oknum petugas di pos
pelayanan lintas batas Skouw yang terlibat dalam aksi yang dilakukan oleh kelompok
kejahatan transnasional crime. Bagi masyarakat awam yang melihat praktek pungli atau bisa
di sebut dengan praktek suap menganggap bahwa hal itu tidak masalah sebab petugas yang
74
melakukan piket membutuhkan sembakau seperti gula dan kopi juga rokok untuk mendukung
kelancaran penjagaan mereka. Tetapi menurut penulis ini salah satu bentuk praktek dari
dukungan terhadap kelompok transnasional crime.
Dari PPLB Skouw yang mana terdapat pos imigrasi, beacukai, karantina, keamana
Penulis dapat menduga eksistensi kelompok terorganisir ini dari praktik yang di lakukan oleh
oknum kepolisian di PPLB. Cipto melihat Organized Crime atau disebut juga transnasional
crime adalah kelompok terorganisir yang tujuan utamanya mendapat uang baik secara legal
maupun tidak legal dengan menjual barang dagangan apapun yang dapat memberikan
keuntungan dengan resiko sesedikit mungkin. Kegiatan ini meliputi jual beli senjata,
narkotika, kejahatan kekerasan, pemerasan, pencucian uang, pornografi, prostitusi, kejahatan
komputer, dan ekologi. Organized crime ini didukung oleh Akuntan, Ahli Hukum, Penasehat
Keuangan, Bankir, Ahli Kimia, Politisi Korup, Hakim, Pejabat Pemerintah Daerah, Anggota
Militer, Eksekutif Media, Profesional Dan Pengusaha. ( Cipto,2010: 224)
Apa bila aktifitas dari transnasional crime terus terjadi maka secara otomatis kurang
sinergitasnya BPKLN bersama imigrasi,beacukai,karantina, keamana membawa peluang bagi
oknum-oknum baik pejabat pemerintah daerah dalam BPKLN, oknum anggota TNI dan Polri
memanfaatkan keadaan bersama individu maupun kelompok yang melakukan kejahatan
penyeludupan narkotika dan kejahatan lainnya yang sifatnya melintasi batas negara pada
PPLB Skouw. Mengapa eksistensinya tetap berlangsung, karena adanya dukungan dari pihak-
pihak di dalam PPLB Skouw itu sendiri. Penulis yakin bahwa dukungan datang terutama dari
pejabat daerah secara tidak langsung dan oknum aparat keamanan yang ikut terlibat dalam
eksisnya kejahatan internasional (Internasional crime) di perbatasan Indonesia-PNG pada
umumnya dan pada penelitian ini khusus di Kota Jayapura pada Pos Pelayanan Lintas Batas
(PPLB) Skouw.
75
76