BAB VIKAJIAN STUDI TERDAHULU
Sebagai pembanding bahan dalam penyusunan tugas akhir ini, berikut beberapa
tinjauan terhadap studi yang telah dilakukan sebelumnya antara lain :
7.1 “Kajian Kinerja Tingkat Pelayanan BUS TMB Korior 2 Cicaheum - Cibeurem”.
Penulis : Popon Dini ST ( Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Universitas Pasundan Bandung, Tugas Akhir, 2014).
Latar Belakang
Persoalan transportasi di Kota Bandung memang bukanlah hal yang baru, hal tersebut
sudah sering terjadi cukup lama dan semakin lama dampak yang ditimbulkan itu
semakin besar. Persoalan tersebut antara lain, kemacetan lalu lintas, sarana transportasi
yang kurang memadai, polusi udara, masalah parkir dan lain sebagainya. Untuk
memperbaiki sistem dan infrastruktur transportasi yang dapat mendukung kegiatan
masyarakat serta mengurangi persoalan yang ada, maka di terbitkan surat keputusan
Walikota Bandung yang menetapkan bahwa akan di operasikannya suatu moda
transportasi baru di Kota Bandung yaitu Bus Trans Metro Bandung pada koridor I
Cibeurem – Cibiru, sedangkan untuk koridor baru Trans Metro Bandung yang saat ini
mulai operasi yaitu koridor 2 dengan rute Cicaheum - Cibeurem.
Trans Metro Bandung (TMB) adalah suatu transportasi angkutan massal yang menjadi
salah satu upaya Pemerintah Kota Bandung untuk meningkatkan pelayanan publik khususnya pada
sektor transportasi darat di kawasan perkotaan di Kota Bandung dengan berbasis bus
mengganti sistem setoran menjadi sistem pelayanan dengan ciri pemberangkatan bus
terjadwal, berhenti pada halte khusus, aman, nyaman, handal, terjangkau,bebas hambatan
karena memiliki jalur khusus yang terbatas di gunakan hanya untuk moda TMB saja
dan ramah bagi lingkungan. Akan tetapi, seiring dengan telah dioperasikannya bus
Trans Metro Bandung pada koridor 2 ternyata terdapat berbagai perubahan terkait
34
rencana awal pelayanan bus Trans Metro Bandung. Selain itu, berbagai keluhan dari
masyarakat yang menggunakan bus TMB mengenai kurangnya kualitas pelayanan yang
di berikan. Keluhan tersebut diantaranya, terlalu jauhnya jarak antar halte
(news.idfinroll.com/bisnis/transportasi/179615dishub – petugas – trans – metro -
bandung.hmtl), sehingga para pengguna harus berjalan jauh untuk menggunakan bus
TMB, perjalanan bus TMB yang tergabung dengan lalu lintas lain, buruknya kebersihan
bus dan persoalan lainnya.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan usulan guna meningkatkan atau
mengoptimalkan kinerja pelayanan bus Trans Metro Bandung dengan cara mengkaji
kinerja tingkat pelayanan bus Trans Metro Bandung pada koridor 2 dengan rute
Cicaheum - Cibeurem.
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif
Kesimpulan
1. Bahwa bus Trans Metro Bandung dilihat rute trayek koridor 2 sudah melintasi
atau melewati pusat pelayanan kota (PPK) yaitu alun-alun Kota Bandung,
dilihat dari hirarki ruas jalan yang dilalui yaitu merupakan arteri primer serta
kolektor sekunder dimana merupakan jalan nasional dan kota bandung itu
sendiri sedangkan dilihat dari kebutuhan dan pemanfaatan ruang pada koridor 2,
jelas masih kurang prasarana pendukung halte dan fasilitas halte dimana
terdapat kantung-kantung penumpang yang cukup tinggi akan tetapi tidak
didukungnya oleh prasarana halte sehingga diharuskan adanya penambahan
35
halte guna untuk memudahkan calon pengguna jasa TMB dilihat dari aktivitas
atau pemanfaatan ruang disepanjang koridor 2.
2. Dari hasil analisisi Indikator - indikator dan tolok ukur kajian tingkat pelayanan
bus Trans Metro Bandung dan persepsi pengguna diketahui bahwa indikator
atau variabel yang digunakan terdapat 7 indikator dimana masing – masing
variabel terdapat sub-sub variabel yaitu yang berkaitan dengan keamanan,
keselamatan, kenyamanan, aksesibilitas, biaya, kesetaraan dan keteraturan. Dari
hasil analisis karakteristik pengguna jasa bus Trans Metro Bandung diketahui
bahwa jenis kelamin yang dominan menaiki jasa bus TMB yaitu perempuan,
sedangkan dilihat dari jenis pendidikan yang dominan adalah SMA, dari tingkat
pendapatan yang dominan adalah Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 5.000.000,- dengan
alasan utama mengunakan TMB yaitu bahwa tarif TMB lebih murah
dibandingkan dengan angkutan umum lainnya, dengan tujuan menggunakan
TMB yaitu untuk pergi ke sekolah dan bekerja pada jam – jam sibuk sedangkan
pada jam tidak sibuk lebih didominan dengan tujuan berbelanja.
Dari hasil analisis tingkat pelayanan bus Trans Metro Bandung dan persepsi
pengguna berdasarkan indikator dan tolok ukurnya :
Beberapa variabel yang kondisi eksisting dan menurut persepsi
penumpang masih rendah yaitu yang berkaitan dengan kenyamanan
seperti kondisi halte, yang berkaitan dengan cara memperoleh tiket untuk
menggunakan jasa angkutan massal bus TMB, yang berkaitan dengan
keselamatan yaitu pengemudi TMB yang selalu mengemudi dengan baik
atau tidak ugal – ugalan, pengemudi yang selalu mentaati peraturan lalu
– lintas serta menikan dan menurunkan penumpang ditempat yang telah
disediakan dalam variabel ini jelas dikarenakan kondisi halte yang
kurang baik serta adanya parkir didepan halte yang menyulitkan bus
36
untuk berhenti pada tempat yang telah disediakan, tidak adanya
informasi dan jadwal bus di dalam halte bahkan sebagian halte tidak
terdapat tempat duduk untuk para calon penumpang untuk menunggu
kedatangan bus, lampu penerangan di dalam halte yang sebagian besar
tidak berfungsi dengan baik yaitu tidak menyala sama sekali serta
petugas keamanan yang seharusnya ada untuk keamanan di dalam halte
dan membantu calon penumpang pun kebanyakan tidak ada.
Kelemahan Studi
Studi ini tidak disertai dengan analisis kepentingan sarana dan prasarana dalam segi
pelayanan angkutan umum
7.2 “Analisis Kinerja Angkutan Kota Magelang Jalur 2” Penulis : Sermatutar CZI
Mistry Pakar Rosnandi ( Jurusan Teknik Sipil Pertahanan Akademi Militer
Magelang 2012).
Latar Belakang
Pada era globalisasi ini, Transportasi memegang peranan vital dalam berbagai aspek
kehidupan. Aspek-aspek kehidupan yang dimaksud di sini meliputi aspek politik,
ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Di negara-negara maju maupun
negara-negara berkembang seperti Indonesia, transportasi masih tetap menjadi masalah
yang harus dihadapi dan diatasi. Masalah-masalah transportasi mencakup masalah
kemacetan, kelambatan, polusi udara dan suara, serta pelayanan angkutan
umum yang kurang memadai. Masalah-masalah transportasi tersebut timbul akibat
tingginya pertumbuhan penduduk, cepatnya laju urbanisasi dan terjadinya
peningkatan kesejahteraan penduduk.
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah transportasi tersebut adalah dengan cara
meningkatkan pelayanan angkutan umum perkotaan. Angkutan umum perkotaan
37
sebagai urat nadi kehidupan ekonomi di perkotaan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan ekonomi manusia maupun barang sebagai komponen makro suatu
perekonomian. Oleh karena itu, transportasi harus mampu mendukung kelancaran
kegiatan perekonomian kota, karena transportasi yang lancar dan aman dapat
mencerminkan keteraturan kehidupan dalam perkotaan.Kota Magelang khususnya
Kecamatan Magelang Selatan, seperti kota-kota lain memiliki masyarakat yang
beranekaragam dalam aktifitasnya. Transportasi dapat menunjang kegiatan
perekonomian karena masih banyak masyarakat di Kota Magelang yang menggunakan
jasa angkutan kota ini sebagai kendaraan menuju pusat perbelanjaan dan ke sekolah,
khususnya ke pusat Kota Magelang.
Tujuan
Adapun tujuan dari diadakan penelitian ini adalah mengetahui tentang kinerja
operasi Angkutan Kota Magelang Jalur 2 yang meliputi:
a. Rute perjalanan
b. Jumlah penumpang
c. Angka Load Faktor
d. Headway dan frekuensi
e. Waktu sirkulasi
f. Jumlah kendaraan
g. Pendapatan
h. Biaya Operasi Kendaraan (BOK)
i. Operating Ratio
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif
38
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan, analisis dan pembahasan data yang ada, maka dapat
diambil kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut di bawah ini:
1. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kinerja Angkutan Kota
Magelang Jalur 2 belum memadai, karena masih ada kekurangan. Hal itu
dikarenakan adanya indikator yang belum memenuhi sesuai dengan yang
diharapkan, diantaranya yaitu :
Angka Load faktor rata-rata kendaraan untuk Angkutan Kota Magelang
Jalur 2 adalah 34,32 %. Angka Load Factor ini belum memenuhi standar
Departemen Perhubungan yaitu PP No. 23 Tahun 1993 sebesar 70%.
Waktu tunggu rata-rata (w) adalah 0,66 menit, waktu ini belum
memenuhi Standart Pelayanan Angkutan Umum oleh World Bank dan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat yaitu antara 5 – 10 menit.
2. Jumlah masyarakat yang menggunakan Angkutan Kota Magelang Jalur 2
adalah 283 orang. Apabila dilihat dari nilai Load Factor yang belum memenuhi
standar, maka jumlah penumpang Angkutan Kota Magelang Jalur 2 perlu
ditingkatkan. Nilai Load Factor berdasarkan penelitian adalah sebagai berikut:
Angka Load faktor rata-rata kendaraan untuk Angkutan Kota Magelang
Jalur 2 adalah 34,32 %. Angka Load Factor ini belum memenuhi standar
Departemen Perhubungan yaitu PP No. 23 Tahun 1993 sebesar 70%.
3. Pendapatan rata-rata tiap angkutan per hari adalah sebagai berikut:
Pendapatan kotor sopir = Rp. 190.500,00
Sopir = Rp. 50.500,00
Operator = Rp. 75.000,00
39
4. Berdasarkan nilai Operating Ratio yang didapatkan dapat diketahui bahwa
tarif yang diberlakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Magelang sudah
memenuhi standar. Di mana standart Operating Ratio menurut Bank Dunia yaitu
1,05 – 1,08. Untuk itu belum perlu adanya kenaikan tarif selama BOK dan
Operating Ratio masih memenuhi standart . Dengan nilai BOK dan Operating
Ratio sebagai berikut :
Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dengan gaji awak kendaraan per
hari adalah = Rp. Rp. 164.602,00
Operating Ratio dari pihak operator adalah = 1,16.
Kelemahan Studi
Studi ini tidak disertai dengan analisis kepentingan sarana dan prasarana dalam segi
pelayanan angkutan umum
7.3 “Evaluasi Kinerja Pelayanan Angkutan Umum Massal Trans Metro Bandung
(TMB) Berdasarkan Persepsi Penumpang” Penulis : Ervina Fariant (Jurusan
Teknik Planologi Universitas Pasundan Bandung 2010).
Latar Belakang
Peningkatan pertumbuhan penduduk dan perkembangan kota selalu berdampak pada
peningkatan pergerakan yang kemudian berdampak pada peningkatan kebutuhan akan
sarana pengangkutan. Salah satu sarana pengangkutan yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat kota adalah sarana perangkutan umum.
Kota bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat, menjadi pusat perekonomian dan
pusat aktivitas dibidang lainnya yang berdampak besar terhadap peningkatan
pergerakan dan mobilitas. Jika peningkatan pergerakan tersebut tidak diimbangi
dengan adanya infrastruktur jalan yang baik, maka penyediaan saran prasarana jalan
dengan pertumbuhan kendaraan akan terjadi ketimpangan yang amat rentan.
40
Pembenahan dan peningkatan sektor transportasi merupakan salah satu perioritas
utama Pemerintah Provinsi Jawa Barat maupun Pemerintah Kota Bandung. Mengingat
besarnya kebutuhan akan Transportasi, maka sistem transportasi yang harus
dikembangkan adalah sistem transportasi massal yang berkapasitas banyak. Telah
diketahui bahwa Kota Bandung telah lama merencanakan pengoperasian TMB.
Namun, nampaknya hal ini tidak berpengaruh dalam mengurangi kemacetan di Kota
Bandung. Jalan raya yang relative berukuran kecil, kendaraan pribadi yang semakin
hari semakin bertambah, angkutan kota yang bermacam – macam tujuan dan jenisnya,
serta sistem angkutan umum yang identic dengan rendahnya mutu layanan dalam
kenyamanan, keselamatan, kemudahan mencapai tempat tujuan, menjadi alasan utama
bagi masyarakat untuk lebih memilih kendaraan pribadi dibandingkan angkutan umum.
Permasalahan–permasalahan tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan.
Tujuan
Tujuan studi ini adalah melakukan identifikasi persepsi penumpang terhadap atribut
pelayanan TMB, sehingga dapat dirumuskan rekomendasi dalam memberikan usulan
guna mengoptimalkan kinerja pelayanan jasa TMB.
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan kaitannya dengan tujuan dan sasaran studi, mngenai
evaluasi kinerja pelayanan jasa TMB maka dapat disimpulkan hasil studi adalah
sebagai berikut :
41
1) Dari hasil analisis kinerja pelayanan TMB berdasarkan persepsi penumpang,
diketahui bahwa atribut yang berkaitan dengan biaya, kenyamanan, kemudahan,
dan keselamatan umumnya penumpang memberikan persepsi atau penilaian
rendah/buruk sehingga membutuhkan perbaikan. Seementara atribut yang
berkaitan dengan ketepatan dan kecepatan umumnya penumpang menilai baik
atas kinerja pelayanan yang diberikan.
2) Beberapa variabel yang berkaitan dengan atribut yang masih dinilai rendah oleh
penumpang TMB dan dirasakan perlu adanya perbaikan pelayanan, antara lain :
a. Variabel yang berkaitan dengan biaya, yaitu tarif TMB terjangkau.
b. Variabel yang berkaitan dengan kenyamanan, yaitu kondisi halte.
c. Variabel yang berkaitan dengan kemudahan/aksesbilitas, yaitu
banyaknya angkutan umum sebagai feeder dan tiket mudah didapat.
d. Variabel yang berkaitan dengan keselamatan, yaitu pengemudi TMB
selalu mengemudi dengan baik (tidak ugal-ugalan), pengemudi TMB
selalu mentaati peraturan lalu lintas, menaik dan menurunkan
penumpang di tempat yang telah disediakan dan aman, jauh dari
kriminalitas dalam bus TMB.
Kelemahan Studi
Studi ini tidak disertai dengan analisis kepentingan sarana dan prasarana dalam segi
pelayanan angkutan umum
7.4 “Pelayanan Angkutan Kota Pada Wilayah Pinggiran Kota Bandung” Penulis :
Anggella Aosi NST ( Jurusan Teknik Planologi, Institut Teknologi Bandung,
Tugas Akhir, 2008).
42
Latar Belakang
Angkutan Kota adalah moda transportasi umum yang paling banyak digunakan di Kota
Bandung mengingat karakteristik jalannya yang pada umumnya relative sempit dan
banyak persimpangan. Hampir sekitar 5.521 armada angkutan kota beroperasi pada
Kota Bandung dan digunakan secara luas oleh berbagai kalangan masyarakat baik yang
berada pada pusat Kota maupun wilayah pinggiran.
Untuk mengetahui pelayanan angkutan Kota di wilayah pinggiran maka dilakukan
penelitian tentang sediaan angkutan kota pada wilayah pinggiran yang dilihat dari
aspek jumlah trayek angkutan kota yang melayani, jumlah armada angkotan kota yang
beroperasi, serta frekuensi dan headway angkutan kota. Selain melihat sediaan
angkutan kota, pada penelitian ini juga dilihat keadaan demand terhadap angkutan kota
dengan melihat keadaan penumpang setiap angkutan kota yang melayani wilayah
pinggiran kota bandung bagian barat serta dilihat juga nilai indeks aksesibilitas setiap
kelurahan.
Tujuan
Mengkaji pelayanan angkutan umum diwilayah pinggiran bandung dalam melayani
kebutuhan penduduk dalam melakukan pergerakan.
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif.
Kesimpulan
1. Sediaan angkutan kota pada lima kelurahan yang berada pada wilayah
pinggiran bandung bagian barat cukup tinggi, terlihat dari jumlah trayek,
jumlah armada dan frekuensi angkutan kota yang melayani setiap kelurahan.
43
Jumlah keseluruhan armada angkutan kota yang melayani kelima kelurahan
adalah 1010 armada.
2. Dari sisi permintaan angkutan kota, pada wilayah pinggiran bandung bagian
barat permintaan angkutan kota dapat dikatakan rendah, hal ini dilihat dari
jumlah penumpang angkutan kota yang relative sedikit. Jika dibandingkan
dengan sediaan angkutan kota pada wilayah pinggiran cukup tinggi. Hal ini
mengakibatkan ketidak merataan penumpang angkutan kota, sehingga
walaupun pada saat jam sibuk banyak juga angkutan kota yang tidak penuh
penumpangnya.
3. Pelayanan angkutan kota pada wilayah pinggiran kota bandung jika dilihat
dari 4 aspek yaitu headway, antrian penumpang, frekuensi serta jumlah
armada yang dapat disimpulkan bahwa pelayanan angkutan kota pada
wilayah pinggiran kota bandung bagian barat sudah baik dalam melayani
penduduk pinggiran karena memiliki nilai headway yang rendah, frekuensi
yang tinggi dan tidak terjadi antrian penumpang, walaupun jika dilihat dari
prilaku pengemudi angkutan kota dirasakan masih kurang baik karena masih
banyak angkutan kota yang melakukan ngetem.
Kelemahan Studi
Studi ini tidak disertai dengan analisis kepentingan sarana dan prasarana dalam segi
pelayanan angkutan umum.
7.5 “Analisis Persepsi Penumpang Terhadap Tingkat Pelayanan Bus Way (Studi
Kasus : Bus Way Trans Jakarta Koridor I)” Penulis : Indri Nurvia Puspita Rini
(Jurusan Teknik Sipil, Universitas Diponegoro Semarang, Tesis, 2010 ).
44
Latar Belakang
Pada satu sisi penggunaan kendaraan pribadi didorong oleh kurang baiknya pelayanan
kendaraan umum, baik dilihat dari sisi jaringan, sarana, prasarana, dan lain sebagainya.
Rendahnya mutu pelayanan dari segi keamanan, kenyamanan, kelayakan, kemudahan
dan efisiensi angkutan umum, yang pada hakekatnya memberikan rasa kurang nyaman
dan aman kepada pengguna jasa transportasi perkotaan, mendorong masyarakat untuk
lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Penambahan kendaran pribadi yang
beroperasi di DKI Jakarta, (terutama pada koridor – koridor utama), meningkatkan
kepadatan lalu lintas yang berakibat waktu perjalanan menjadi lama, karena banyak
kendaraan dan kecepatan rendah. Intinya pemakaian kendaraan pribadi menimbulkan
kemacetan, ketidakefisienan dalam pemakaian ruang jalan, dan mengurangi kapasitas
jalan. Pada sisi lain, pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat,
mendorong pula tingkat kepemilikan kendaran pribadi penduduk DKI Jakarta dan
wilayah JABODETABEK, hal itu menjadi penyebab bertambahnya kepadatan lalu
lintas kendaraan di jalan raya. Sistem angkutan umum di wilayah DKI Jakarta lebih
didominasi oleh sistem bus yang berbasis jaringan jalan raya. Tingkat pelayanannya
sangat tergantung pada kondisi lalu lintas dan jumlah armada angkutan umum yang
beroperasi.
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menemukenali faktor – faktor permasalahan yang mempengaruhi dan juga
memahami penilaian penumpang terhadap pelayanan bus way Trans Jakarta
sehingga dapat dirumuskan langkah – langkah perbaikan dan peningkatan mutu
pelayanannya.
2. Menganalisis tingkat pelayanan operator bus way berdasarkan persepsi
penumpangnya.
45
3. Merumuskan suatu rekomendasi perbaikan kualitas pelayanan kepada operator
bus way Trans Jakarta untuk pelayanan yang diberikan kepada penumpangnya.
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan peneliti adalah analisis faktor untuk melihat pelayanan
bus way Trans Jakarta.
Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian dengan 151 responden dan 46 variabel pertanyaan dapat
disimpulkan bahwa tingkat pelayanan ternyata merupakan faktor yang
mempengaruhi pengguna jasa terhadap preferensinya atas pelayanan operator.
Hasil dari ekstrasi faktor adalah Pelayanan fasilitas dan kinerja operator bus
way Trans Jakarta yang diberikan kepada penumpang bus way Trans Jakarta
tergambarkan sebesar 77,04416 % menghasilkan 10 (sepuluh) faktor yang
mempengaruhi tingkat kepuasan pengguna jasa.
2. Ke-sepuluh faktor yang mempengaruhi penilaian penumpang bus way adalah
gambaran kondisi di lapangan tentang tingkat pelayanan operator bus way
berdasarkan persepsi penumpangnya, adalah sebagai berikut :
a. Faktor keamanan, ketersediaan informasi, dan pelayanan petugas, adalah
faktor tertinggi pertama tingkat pelayanan tergambarkan sebesar
18,33138 %.
b. Faktor pelayanan armada bus, adalah faktor ketiga tingkat pelayanan
tergambarkan sebesar 9,22967 %. Analisis Persepsi Penumpang Terhadap
Tingkat Pelayanan Bus Way 98.
c. Faktor tiketing, adalah faktor keempat tingkat pelayanan tergambarkan
sebesar 6,61615 %.
46
d. Faktor kebersihan dan kenyamanan, adalah faktor kelima tingkat
pelayanan tergambarkan sebesar 6,56297 %.
e. Faktor fasilitas tempat penyeberangan dan jalan akses keluar masuk halte,
adalah faktor keenam tingkat pelayanan tergambarkan sebesar 5,46179 %.
f. Faktor aksesibilitas, adalah faktor ketujuh tingkat pelayanan
tergambarkan sebesar 5,11982 %.
g. Faktor keselamatan, adalah faktor kedelapan tingkat pelayanan
tergambarkan sebesar 5,02586 %.
h. Faktor pelayanan umum operator, adalah faktor kesembilan tingkat
pelayanan tergambarkan sebesar 4,35069 %.
i. Faktor pendukung, adalah faktor kesepuluh tingkat pelayanan
tergambarkan sebesar 3,87481 %.
Kelemahan Studi
Dalam penelitian ini hanya mengkaji dari persepsi pengguna saja.
Untuk melihat perbedaan atau membandingkan kajian atau studi terdahulu dengan
kajian atau studi kita maka dari kelima studi terdahulu tersebut dibuat matrik untuk
memudahkan atau lebih menjelaskan perbedaan kajian yang dilakukan dengan studi
terdahulu. dalam kajian ini peneliti meniliai kinerja pelayanan angkutan umum perdesaan
bukan hanya dari segi penilaian pengguna atau persepsi pengguna saja akan tetapi dilihat
dari kondisi eksisting dan menilai dari segi standar pelayanan minimal dengan atribut –
atribut dan variabel – variabel yang sudah ditentukan pada bab sebelumnya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
47
TabelVI.1Matrik Studi Terdahulu
No Penulis Judul Tujuan Metode Pendekatan
Studi
Hasil Studi
1 Popon Dini ST
( Program Studi
Perencanaan Wilayah
dan Kota Universitas
Pasundan Bandung,
Tugas Akhir, 2014).
Kajian Kinerja Tingkat
Pelayanan BUS TMB
Korior 2 Cicaheum -
Cibeurem.
Tujuan dari penelitian ini adalah
memberikan usulan guna
meningkatkan atau mengoptimalkan
kinerja pelayanan bus Trans Metro
Bandung dengan cara mengkaji
kinerja tingkat pelayanan bus Trans
Metro Bandung pada koridor 2
dengan rute Cicaheum - Cibeurem.
Metode analisis yang
digunakan peneliti
adalah metode deskriptif
1. Bahwa bus Trans Metro Bandung dilihat rute trayek
koridor 2 sudah melintasi atau melewati pusat
pelayanan kota (PPK) yaitu alun-alun Kota Bandung,
dilihat dari hirarki ruas jalan yang dilalui yaitu
merupakan arteri primer serta kolektor sekunder
dimana merupakan jalan nasional dan kota bandung
itu sendiri sedangkan dilihat dari kebutuhan dan
pemanfaatan ruang pada koridor 2, jelas masih kurang
prasarana pendukung halte dan fasilitas halte dimana
terdapat kantung-kantung penumpang yang cukup
tinggi akan tetapi tidak didukungnya oleh prasarana
halte sehingga diharuskan adanya penambahan halte
guna untuk memudahkan calon pengguna jasa TMB
dilihat dari aktivitas atau pemanfaatan ruang
disepanjang koridor
2. Dari hasil analisisi Indikator - indikator dan tolok
ukur kajian tingkat pelayanan bus Trans Metro
Bandung dan persepsi pengguna diketahui bahwa
indikator atau variabel yang digunakan terdapat 7
indikator dimana masing – masing variabel terdapat
sub-sub variabel yaitu yang berkaitan dengan
keamanan, keselamatan, kenyamanan, aksesibilitas,
48
No Penulis Judul Tujuan Metode Pendekatan
Studi
Hasil Studi
biaya, kesetaraan dan keteraturan. Dari hasil analisis
karakteristik pengguna jasa bus Trans Metro
Bandung diketahui bahwa jenis kelamin yang
dominan menaiki jasa bus TMB yaitu perempuan,
sedangkan dilihat dari jenis pendidikan yang
dominan adalah SMA, dari tingkat pendapatan yang
dominan adalah Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 5.000.000,-
dengan alasan utama mengunakan TMB yaitu bahwa
tarif TMB lebih murah dibandingkan dengan
angkutan umum lainnya, dengan tujuan
menggunakan TMB yaitu untuk pergi ke sekolah dan
bekerja pada jam – jam sibuk sedangkan pada jam
tidak sibuk lebih didominan dengan tujuan
berbelanja.
Dari hasil analisis tingkat pelayanan bus Trans Metro
Bandung dan persepsi pengguna berdasarkan indikator
dan tolok ukurnya :
Beberapa variabel yang kondisi eksisting dan menurut
persepsi penumpang masih rendah yaitu yang
berkaitan dengan kenyamanan seperti kondisi halte,
yang berkaitan dengan cara memperoleh tiket untuk
menggunakan jasa angkutan massal bus TMB, yang
berkaitan dengan keselamatan yaitu pengemudi TMB
49
No Penulis Judul Tujuan Metode Pendekatan
Studi
Hasil Studi
yang selalu mengemudi dengan baik atau tidak ugal –
ugalan, pengemudi yang selalu mentaati peraturan lalu
– lintas serta menikan dan menurunkan penumpang
ditempat yang telah disediakan dalam variabel ini jelas
dikarenakan kondisi halte yang kurang baik serta
adanya parkir didepan halte yang menyulitkan bus
untuk berhenti pada tempat yang telah disediakan,
tidak adanya informasi dan jadwal bus di dalam halte
bahkan sebagian halte tidak terdapat tempat duduk
untuk para calon penumpang untuk menunggu
kedatangan bus, lampu penerangan di dalam halte
yang sebagian besar tidak berfungsi dengan baik yaitu
tidak menyala sama sekali serta petugas keamanan
yang seharusnya ada untuk keamanan di dalam halte
dan membantu calon penumpang pun kebanyakan
tidak ada.
2 Sermatutar CZI
Mistry Pakar
Rosnandi ( Jurusan
Teknik Sipil
Pertahanan Akademi
Militer Magelang
Analisis Kinerja
Angkutan Kota
Magelang Jalur 2
Adapun tujuan dari diadakan
penelitian ini adalah mengetahui
tentang kinerja operasi Angkutan
Kota Magelang Jalur 2 yang meliputi:
a. Rute perjalanan
b. Jumlah penumpang
Metode analisis yang
digunakan peneliti
adalah metode deskriptif
Berdasarkan hasil pengumpulan, analisis dan
pembahasan data yang ada, maka dapat diambil
kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut di bawah ini:
1. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa kinerja Angkutan Kota Magelang Jalur 2 belum
memadai, karena masih ada kekurangan. Hal itu
50
No Penulis Judul Tujuan Metode Pendekatan
Studi
Hasil Studi
2012). c. Angka Load Faktor
d. Headway dan frekuensi
e. Waktu sirkulasi
f. Jumlah kendaraan
g. Pendapatan
h. Biaya Operasi Kendaraan (BOK)
i. Operating Ratio
dikarenakan adanya indikator yang belum memenuhi
sesuai dengan yang diharapkan, diantaranya yaitu :
• Angka Load faktor rata-rata kendaraan untuk
Angkutan Kota Magelang Jalur 2 adalah 34,32 %.
Angka Load Factor ini belum memenuhi standar
Departemen Perhubungan yaitu PP No. 23 Tahun
1993 sebesar 70%.
• Waktu tunggu rata-rata (w) adalah 0,66 menit, waktu
ini belum memenuhi Standart Pelayanan Angkutan
Umum oleh World Bank dan Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat yaitu antara 5 – 10 menit.
2. Jumlah masyarakat yang menggunakan Angkutan
Kota Magelang Jalur 2 adalah 283 orang. Apabila
dilihat dari nilai Load Factor yang belum memenuhi
standar, maka jumlah penumpang Angkutan Kota
Magelang Jalur 2 perlu ditingkatkan. Nilai Load
Factor berdasarkan penelitian adalah sebagai berikut:
• Angka Load faktor rata-rata kendaraan untuk
Angkutan Kota Magelang Jalur 2 adalah 34,32 %.
Angka Load Factor ini belum memenuhi standar
Departemen Perhubungan yaitu PP No. 23 Tahun
1993 sebesar 70%.
3. Pendapatan rata-rata tiap angkutan per hari adalah
51
No Penulis Judul Tujuan Metode Pendekatan
Studi
Hasil Studi
sebagai berikut:
• Pendapatan kotor sopir = Rp. 190.500,00
• Sopir = Rp. 50.500,00
• Operator = Rp. 75.000,00
4. Berdasarkan nilai Operating Ratio yang didapatkan
dapat diketahui bahwa tarif yang diberlakukan oleh
Dinas Perhubungan Kota Magelang sudah memenuhi
standar. Di mana standart Operating Ratio menurut
Bank Dunia yaitu 1,05 – 1,08. Untuk itu belum perlu
adanya kenaikan tarif selama BOK dan Operating
Ratio masih memenuhi standart . Dengan nilai BOK
dan Operating Ratio sebagai berikut :
• Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dengan gaji
awak kendaraan per hari adalah = Rp. Rp. 164.602,00
• Operating Ratio dari pihak operator adalah = 1,16.
3 Ervina Fariant
(Jurusan Teknik
Planologi Universitas
Pasundan Bandung
2010).
Evaluasi Kinerja
Pelayanan Angkutan
Umum Massal Trans
Metro Bandung
(TMB) Berdasarkan
Persepsi Penumpang
Tujuan studi ini adalah melakukan
identifikasi persepsi penumpang
terhadap atribut pelayanan TMB,
sehingga dapat dirumuskan
rekomendasi dalam memberikan
usulan guna mengoptimalkan kinerja
pelayanan jasa TMB.
Metode analisis yang
digunakan peneliti
adalah metode deskriptif
Berdasarkan hasil analisis dan kaitannya dengan tujuan
dan sasaran studi, mngenai evaluasi kinerja pelayanan
jasa TMB maka dapat disimpulkan hasil studi adalah
sebagai berikut :
1) Dari hasil analisis kinerja pelayanan TMB berdasarkan
persepsi penumpang, diketahui bahwa atribut yang
berkaitan dengan biaya, kenyamanan, kemudahan, dan
keselamatan umumnya penumpang memberikan
52
No Penulis Judul Tujuan Metode Pendekatan
Studi
Hasil Studi
persepsi atau penilaian rendah/buruk sehingga
membutuhkan perbaikan. Seementara atribut yang
berkaitan dengan ketepatan dan kecepatan umumnya
penumpang menilai baik atas kinerja pelayanan yang
diberikan.
2) Beberapa variabel yang berkaitan dengan atribut yang
masih dinilai rendah oleh penumpang TMB dan
dirasakan perlu adanya perbaikan pelayanan, antara
lain :
a. Variabel yang berkaitan dengan biaya, yaitu tarif TMB
terjangkau.
b. Variabel yang berkaitan dengan kenyamanan, yaitu
kondisi halte.
c. Variabel yang berkaitan dengan
kemudahan/aksesbilitas, yaitu banyaknya angkutan
umum sebagai feeder dan tiket mudah didapat.
d. Variabel yang berkaitan dengan keselamatan, yaitu
pengemudi TMB selalu mengemudi dengan baik
(tidak ugal-ugalan), pengemudi TMB selalu mentaati
peraturan lalu lintas, menaik dan menurunkan
penumpang di tempat yang telah disediakan dan aman,
jauh dari kriminalitas dalam bus TMB.
4 Anggella Aosi NST Pelayanan Angkutan Mengkaji pelayanan angkutan umum Metode analisis yang 1. Sediaan angkutan kota pada lima kelurahan yang
53
No Penulis Judul Tujuan Metode Pendekatan
Studi
Hasil Studi
( Jurusan Teknik
Planologi, Institut
Teknologi Bandung,
Tugas Akhir, 2008).
Kota Pada Wilayah
Pinggiran Kota
Bandung
diwilayah pinggiran bandung dalam
melayani kebutuhan penduduk dalam
melakukan pergerakan.
digunakan peneliti
adalah metode deskriptif.
berada pada wilayah pinggiran bandung bagian barat
cukup tinggi, terlihat dari jumlah trayek, jumlah
armada dan frekuensi angkutan kota yang melayani
setiap kelurahan. Jumlah keseluruhan armada
angkutan kota yang melayani kelima kelurahan adalah
1010 armada.
2. Dari sisi permintaan angkutan kota, pada wilayah
pinggiran bandung bagian barat permintaan angkutan
kota dapat dikatakan rendah, hal ini dilihat dari jumlah
penumpang angkutan kota yang relative sedikit. Jika
dibandingkan dengan sediaan angkutan kota pada
wilayah pinggiran cukup tinggi. Hal ini
mengakibatkan ketidak merataan penumpang
angkutan kota, sehingga walaupun pada saat jam sibuk
banyak juga angkutan kota yang tidak penuh
penumpangnya.
3. Pelayanan angkutan kota pada wilayah pinggiran kota
bandung jika dilihat dari 4 aspek yaitu headway,
antrian penumpang, frekuensi serta jumlah armada
yang dapat disimpulkan bahwa pelayanan angkutan
kota pada wilayah pinggiran kota bandung bagian
barat sudah baik dalam melayani penduduk pinggiran
karena memiliki nilai headway yang rendah, frekuensi
54
No Penulis Judul Tujuan Metode Pendekatan
Studi
Hasil Studi
yang tinggi dan tidak terjadi antrian penumpang,
walaupun jika dilihat dari prilaku pengemudi angkutan
kota dirasakan masih kurang baik karena masih
banyak angkutan kota yang melakukan ngetem.
5 Indri Nurvia Puspita
Rini (Jurusan Teknik
Sipil, Universitas
Diponegoro
Semarang, Tesis,
2010 ).
Analisis Persepsi
Penumpang Terhadap
Tingkat Pelayanan Bus
Way (Studi Kasus :
Bus Way Trans Jakarta
Koridor I)
Adapun tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah :
1. Menemukenali faktor – faktor
permasalahan yang
mempengaruhi dan juga
memahami penilaian penumpang
terhadap pelayanan bus way
Trans Jakarta sehingga dapat
dirumuskan langkah – langkah
perbaikan dan peningkatan mutu
pelayanannya.
2. Menganalisis tingkat pelayanan
operator bus way berdasarkan
persepsi penumpangnya.
3. Merumuskan suatu rekomendasi
perbaikan kualitas pelayanan
kepada operator bus way Trans
Jakarta untuk pelayanan yang
diberikan kepada penumpangnya.
Metode analisis yang
digunakan peneliti
adalah analisis faktor
untuk melihat pelayanan
bus way Trans Jakarta.
1. Dari hasil penelitian dengan 151 responden dan 46
variabel pertanyaan dapat disimpulkan bahwa tingkat
pelayanan ternyata merupakan faktor yang
mempengaruhi pengguna jasa terhadap preferensinya
atas pelayanan operator. Hasil dari ekstrasi faktor
adalah Pelayanan fasilitas dan kinerja operator bus
way Trans Jakarta yang diberikan kepada penumpang
bus way Trans Jakarta tergambarkan sebesar 77,04416
% menghasilkan 10 (sepuluh) faktor yang
mempengaruhi tingkat kepuasan pengguna jasa.
2. Ke-sepuluh faktor yang mempengaruhi penilaian
penumpang bus way adalah gambaran kondisi di
lapangan tentang tingkat pelayanan operator bus way
berdasarkan persepsi penumpangnya, adalah sebagai
berikut :
a. Faktor keamanan, ketersediaan informasi, dan
pelayanan petugas, adalah faktor tertinggi pertama
tingkat pelayanan tergambarkan sebesar 18,33138 %.
b. Faktor pelayanan armada bus, adalah faktor ketiga
55
No Penulis Judul Tujuan Metode Pendekatan
Studi
Hasil Studi
tingkat pelayanan tergambarkan sebesar 9,22967 %.
Analisis Persepsi Penumpang Terhadap Tingkat
Pelayanan Bus Way 98.
c. Faktor tiketing, adalah faktor keempat tingkat
pelayanan tergambarkan sebesar 6,61615 %.
d. Faktor kebersihan dan kenyamanan, adalah faktor
kelima tingkat pelayanan tergambarkan sebesar
6,56297 %.
e. Faktor fasilitas tempat penyeberangan dan jalan akses
keluar masuk halte, adalah faktor keenam tingkat
pelayanan tergambarkan sebesar 5,46179 %.
f. Faktor aksesibilitas, adalah faktor ketujuh tingkat
pelayanan tergambarkan sebesar 5,11982 %.
g. Faktor keselamatan, adalah faktor kedelapan tingkat
pelayanan tergambarkan sebesar 5,02586 %.
h. Faktor pelayanan umum operator, adalah faktor
kesembilan tingkat pelayanan tergambarkan sebesar
4,35069 %.
i. Faktor pendukung, adalah faktor kesepuluh tingkat
pelayanan tergambarkan sebesar 3,87481 %.
Sumber : Kajian Literatur, 2015
56