36
BAB VI
SARAN - SARAN
1. Perlu diiakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan struktur ste
rol yang terdapat pada biji kacang hijau.
2 . iRiiiu diiakukan penelitian lebih lanjut untuk pemeriksaan secara kuan-
tatif untuk mengetahui kadar sterol yang terdapat pada biji kacang
hijau.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Koordinasi Keiuaraga Berencana Nasional 1982, Biro Data
Kependudukan, Kumpulan Data Kependududukan Indonesia.
2. Demography PopulacionReference Bereau, 1983, World Population Data
Sheet of The Population Reference Bereau, Prepared by Mary Meridios
Kent*
3. Sudiarto, Rosita M.D., 1982,Upaya penyediaan Bahan Baku kontrasepsi
Oral, J . Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 1.
4. Badan Koordinasi Keluarga Berencana, 1985, Kumpulan Data Ke-
Pendudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
5. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 1981,Sinopsis Se
minar Nasional Produksi bahan baku Kontrasepsi Oral, Jakarta.
6 . Fasich, 1983, Mekanisme Kerja Hormon Steroid , Kursus Penyegar Da
lam Rangka Dwi Dasa Warsa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
7. Burger, A., 1960, Medical Chemistry, second edition, Interscience Pu
blisher, Inc, New York.
8 . Thio Poo An, Phd, 1964, Kemungkinan Produksi Hormon Steroid di In
donesia, Seminar Nasional Penggalian Sumber Alam Indonesia untuk
Farmasi, Yogyakarta.
9. Noor Choiies Zaini, Gunawan Indrayanto, 1978, Cara - Cara Skrining •
Fitokimia, Kursus Penyegar FakultasFarmasi Universitas Airlangga, ,
Surabaya
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
38
10. Gunawan Indrayanto, et al, 1979, Mencari Sumber Hormon Steroid Dari
Solanum sp. yang Tumbuh di Indonesia, Penelitian Pelita Fakultas Far
si universitas Airlangga, Surabaya
11. Geuns, J.M.C., 1973, Variation in Sterol Composition in Etiolated Munjj;
Bean Seedlings, J. Phytochemistry, 12.
12. Hakim, A., Tatang, S., 1975, Prospek Alkaloid Solanum Sebagai Sumber
Bahan Baku Hormon Steroid di Indonesia, Simposium Tanaman Obat
I , Bogor.
13. Wahjo Dyatmiko, Noor Cholies Zaini, Aniek M., 1977, Isolasi Diosgenln
Dari biji Klabet ( Foenigraeci Semen ), Simposium Penelitian Obat II,
Bogor.
14. Spradling, A.B., 1981, Production of Medroxyprogesteron acetate from
Stigmasterol and Diosgenin, Seminar Nasional Produksi Bahan baku
Kontrasepsi Oral, Jakarta.
15. Smith, W., et al, 1981, Production of Contraceptive Steroids, Regular
and Advanced from Indonesian Plants, Sinopsis Seminar Nasional Bahan
Baku Kontrasepsi Oral, BKKBN, Jakarta, hal. 77 - 83.
16. Bernt, 1981, Sitosterol and Stigmasterol as Precursor for Production
of Contraseptives, Sinopsis Seminar Nasional Produksi Bahan Baku Kon
trasepsi oral, BKKBN, Jakarta.
17. Fisher, L.F., Fislier, M., 1959, Steroids, Maruzen Asian Edition, Maru-
zen Company, Ltd., Tokyo, p. 341 - 363, 403 - 420, 442 - 453, 554
- 555.
18. Panagiotis Menounos, Kostis Staphylakis and Dina Gegio, 1973, Tne Ste
rol of Nigella Sativa Seed Oil, J. Phytochemistry, 25.
19. Oberti, J.C., et al, Variation Sterol from Beans, J. Phytochemistry,
vol. 12. ,
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
39
20. Van Steenis, C.G.G.J., 1975, Flora, Untuk sekolah di Indonesia, Pradnya
Paramita, Jakarta.
21. Hsuan Keng, 1978, Orders and Families of Malayan Seed Plant, Singa
pore University Pers.
22. Trea.se, E.G., Evans, W.C., 1978, Pharacognosy, 11 ed, Cassell & Col
lier Macmillan Publisher Ltd, New York.
23. Strassburger, E, et al, 1977, Lehrbuch Der Botanik fur Hochschulen,
Gustav Fischer Verlag, Stuttgart.
24. Lawrence, G.H.M., 1951, Taxonomy of Vascular Plants, The Macmillan
Company, New York.
25. Heyne, K., 1950, De Nuttige Planten van Indonesia, III, 3 edruk, N.V.
Uitgeverij W. Van Hoeve - 'sGravenhage, Bandung.
26. Kloppenburg - Versteegh, J., 1978, Wenken en Raadgevingen Betre-
vende het Gebruik van Indische Planten, Vijfdedruk.
27. Lubis, I., 1981, Diosgenin and Related Steroids, Present State of Re
search and Development of Indonesian Plant Resources, Seminar Nasi
onal Produksi Bahan Baku Kontrasepsi Oral, BKKBN, Jakarta.
28. Samsuri Effendi, 1982, Ensiklopedi Tumbuh - Tumbuhan Berkhasiat
Obat yang ada di Bumi Nusantara, Karya Anda, Surabaya, Indonesia.
29. Burger, A., 1970, Medicinal Chemistry, Tnird edition, John Willey &
Sons, New York - London,
30. Tyler, V.E., et al, 1976, Pharmacognosy, 7 th. ed., Lea and Fabiger
31. Hoover, J.E., 1970,Remington'sPharmacetical sciences, Fourteenth ed.,
Mack Publishing Co., Pensylvania.
32. Hendrickson, J.B., et al, 1970, Organic Chemistry, 3 th. ed., Mac
Graw Hill Kogakusha, Ltd., Tokyo.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
33. Paech(K, & Tracey,M.V., 1955, Moderne Methoden der Planzen Analyse
, Vol. Ill, Springer - Verlag, Berlin - Gottingen, Heidelberg.
34. Heftman, E & Mosettig, E., 1960, Biochemistry of Steroids, Reinhold
Corporation, New York.
35. Under Wood, A.L. & Day R.A., 1983, Analisa Kuantitatif, terjemahan
Sundoro, R., Edisi 4, Penerbit Erlangga, Jakarta.
9 6 . Hardjono Sastrohamidjojo, 1985, Kromatografi, edisi I, cetakan I, l i
berty, Yogyakarta.
37. Muhammad Zainuddin, 1976, Kromatografi Lapisan Tipis ( KLT ), Kur-
sus Instrumental Bagian Farmasi, Fakultas Kedokteran Universitas Air-
langga.
38. Stahl, E., 1969, Thin - layer Chromatography, A Laboratory Hand Book
,2 nd ed., Topan Co. Ltd., Tokyo, Japan.
39. Ac.hmad Inoni, 1976, Paper & Thin - layer Chromatography, Kursus
Penyegar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
40. Wahjo Dyatmiko, Noor Cholies Z., 1976, Penggunaan Kromatografi La
pisan Tipis Dalam Analisa Simplisia, Kursus Penyegar Fakuitas Farmasi
Universitas Airlangga.
41. Sumadi, 1972, Kromatografi gas, Kursus Penyegar Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga.
42 . L 1983, Pengantar, Dasar Teori, Perlengkapan, Kegunaan
& Pelaksanaan, Penataran Toksikologi Patologi Bagl Tenaga - tenaga
Laboratorium dan Balai uaboracorium Kesehatan se Indonesia,
43. Collage of Art and Science University of Phiiiphines, 1981, Phytoche
mical Biologicaland Pharmacological Screening of Medicinal Plants,
Los Banos.
44. Altman. L. L, 1976, Sterol and Triterpene from Fruit of Artocarpus
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
4i
altilis, J . Phytochemistry, 15.
A5. Cit'agn, P., 1978, Phytochemical Microbiological Screening of Medicinal
Plants, University of Santo Thomas, Manila, 1
46. Gunawan Indrayanto, et al, 1983, Steroide und Triterpene in Zellkultu-
ren , J . Chemiker - Zeitung, 107.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Kuasa
atas rahmat dan ridhloNya sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi ini
guna untuk memenuhi kewajiban terakhir untuk menyelesaikan tahapan
pendidikan strata 1 pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga,
Dalam penelitian ini kami memilih judul " Isolasi dan identifika-
si sterol dari biji kacang hijau ". Dalam 'rangka peningkatan program Ke-
luarga Berencana di Indonesia diperlukan kelancaran penyediaan bahan
baku yang digunakan. Sementara kontrasepsi y. ng paling banyak diguna-
kan oleh masyarakat adalah kontrasepsi oral, Karena kebutuhan akan kon
trasepsi oral yang terus meningkat, maka dibutuhkan sumber-sumber ba
han baku yang banyak untuk mesintesa obat-obat kontrasepsi oral terse-
but. Dalam hat ini penyediaan bahan pemula untuk mensintesa obat-obat
kontrasepsi oral dari dalam negeri sangat dibutuhkan untuk kesinambung-
an dari program Keluarga Berencana ini.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka kami mencoba
untuk mengisolasi sterol, yang dapat digunakan sebagai bahan pemula
pembuatan obat kontrasepsi oral.
Penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan, bim-
bingan, saran dan pengarahan, oleh karena itu kami ingin mengucapkan
terima kasih kami yang sebesar-besarnya kepada bapak Prof. DR. Su-
tarjadi dan bapak DR. Gunawan Indrayanto yang dengan sabar telah
mengarahkan dan membimbing; Kami dalam penyelesaian skripsi ini.
Terima kasih kami sampaikan juga kepada bapak dan ibu dosen
jurusan Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang te
lah banyak memberikan bantuan dan dorongan kepada kami.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
Juga tak lupa kepada rekan-rekan mahasiswa, karyawan labora-
torium Fitokimia kami ucapkan terima kasih atas informasinya serta ban-
tuan dalam penyediaan bahan dan alat-alat yang kami butuhkan dalain
penelitian ini.
Yang utama ucapan terima kasih ini kami tujukan kepada kedua
Bapak dan ibu serta kakak dan adik-adik yang telah mendorong untuk
terselesaikannya penelitian kami ini.
Akhir kata, kami menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari
sempurna tetapi harapan kami semoga dapat bermanfaat bagi penelitian
selanjutnya.
Surabaya, Desember 1986
Penyusun.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
DAFTAR ISI
halaman
PERSETUJUAN................................................................................... ...... ii
KATA PENGANTAR........................................................................... ..... iii
DAFTAR ISI..............................................................................................v
PENDAHULUAN.................................................................................. ......1
DAB I. TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 5
1. 7'injauan centang tanaman kacang hijau...................... ......5
2. Tinjauan tentang steroid.............................................. ......7
3. Tinjauan tentang kromatografi..................................... .... 9
BAB II. METODOLOGI PENELITIAN............................................. ......14
1. Bahan penelitian........................................................... ......14
2. Bahan kimia ...................................................................... 14
3. Alat - alat ynng digunakan............................................... 15
4. Metode kerja.......................................................................16
4.1 Penyiapan bahan penelitian............ .................... ......16
4.2 Ekstraksi dan isolasi sterol................................... .....16
4.3 Pemeriksaan hasil isolasi dengan kromatografi
lapisan tipis........................................................... .....16
4.4 Pemurnian sterol dengan rekristalisasi................ ..... 18
4.5 Pemeriksaan hasil rekristalisasi dengan kromato
grafi lapisan tipis................................................. .......18
4.6 Pemeriksaan hasil rekrisialisai dengan reaksi
warna..................................................................... ..... 19
4.7 Pemeriksaan hasil rekristalisasi dengan kromato
grafi gas.................................................................. ....19
5. Skema isolasi......................................................................... 20
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
vi
halaman
BAD III. HAS1L PENELITIAN......................... .................................. 21
BAB IV. PEMBAHASAN..................................................................... 33
BAB V. KESIMPULAN..................................................................... 35
BAB VI. SARAN - SARAN....................... '........................................ 36
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 37
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
PENDAHULUANI
Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang, pada
saat Ini menghadapi berbagai masalah, diantaranya adalah masalah kepen-
dudukan yang merupakan masalah yang sangat pelik. Data kependudukan
di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan grafik yan§terus mening-
kat. Dari tahun 1930 sampai tahun 1961 rata-rata pertambahan penduduk
mencapai 1,5 % per tahun Tahun 1961 sampai tahun 1971 rata-rata
pertumbuhan penduduk tiap tahunnya meningkat menjadi 2 ,1 % , dan pada
sensus terakhir tahun 1980 rata-rata pertumbuhan penduduk lebih me
ningkat menjadi 2,32 % , dimana pada tahun itu tercatat penduduk Indo
nesia lebih kurang 147,5 juta jiwa * . Sekarang di Indonesia setiap hari
nya permenit lahir lebih kurang 11 bayi permenit * .
Sementara menurut " World Population 1983 ", angka pertumbuh
an penduduk di Indonesia pada saat ini mencapai 1,7 % pertahun. Dimana
dengan rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar angka tersebut, nanti pa
da tahun 2000 jumlah penduduk di Indonesia akan mencapai 198,7 Juta2
jiwa . Namun timbul suatu harapan dimana pemerintah telah mencanang-
kan program Keluarga Berencana Nasional yans; secara resmi program
tersebut dimulai sejak tahun 1970. Pengendalian dan pengaturan pertam-
ahan penduduk bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja tetapi juga
ktta semua.
Bcberapa cara yang digunakan untuk terwujudnya Keluarga Be
rencana ini telah diperkenalkan kepada masyarakat diantaranya adalah
dengan sterilisasi baik bagi pria maupun wanita, pil oral, pantang berkala,3
IUD dan lain sebagainya .Pada akhir Repelita I sekitar tahun 1971, di1 4Tndonesia tercatat 2.527.900 akseptor baru ’ . Dalam pelaksanaan Pro
gram Keluarga Berencana ini Kontrasepsi oral menduduki urutan teratas
! ' L I KPi t , . ; ,\KAAN
S U ; u B A Y A____ I
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
penggunaannya sekitar 60 - 64,4 % dari seluruh akseptor . Data statis-
tik merp'njukkan bahwa pemakaian kontrasepsi oral telah meningkat dari
14,6 juta siklus pada tahun 1974 menjadi 30 juta sikius pads tahun 1976
- 1977. Sedangkan pada tahun 1983 - 1984 mencapai lebih kurang 56 ju- 5ta siklusPada saat ini kebutuhan akan bahan baku untuk kontrasepsi
sangat besar, sehingga penelitian mulai diarahkan untuk mencoba mencari
bahan baku yang dapat digunakan sebagai bahan dasar kontrasepsi yang
lebih aman dan effektif 5 .
Dalam usaha menjamin penyediaan bahan baku untuk kontrasepsi
yang cukup serta murah, Menteri Kesehatan telah menyatakan bahwa
sebaiknya bahan baku kontrasepsi tersebut diproduksi didalam negeri
5 , di Indonesia sendiri telah berhasil memproduksi pil untuk kontrasepsi
oral walaupun dalam jumlah yang belum mencukupi kebutuhan program,
dan masih menggunakan bahan baku yang didatangkan dari luar negeri.
Sehingga untuk menghindari ketergantungan ini produksi bahan baku untuk
kontrasepsi oral sebaiknya menggunakan bahan baku yang diproduksi sen
diri dengan mematifaatkan sumber daya alam yang ada.
Sumber bahan baku untuk kontrasepsi oral berbentuk senyawa
steroid yang dapat berasal dari hewan maupun tumbuhan. Pada saat ini
Kahan baku untuk hormon steroid sebagian besar bahan pemulanya berasal
dari tumbuhan. PeneKti-peneliti dahuki telah berusaha mengisolasi hor-
mon steroiddarii kelenjar endokrin hewan, tetapi terialu rendah untuk di7 8produksi secara ekonomi ’ .
Beberapa tumbuhan yang mengandung bahan pemula untuk sinte-
sa hormon steroid terut^ma pada 4suki’ Dioscoreaceae, Solanaceae, Lili-S 9aceae, Leguminosae dan Amaryllidaceae ’ •
Semula Sumber bahan baku untuk kontrasepsi terbatas pada di-
3
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
3
osgenin dan solasodin yang berasal dari beberapa jenis Dioscorea. Costns.
dan Solanum. karena industri bahan baku untuk kontrasepsi tersebut ber
asal dari tanaman tersebut'*’ Sementara Mexico sebagai penghasil dl-
osgsnin terbesar didunia telah mengalami kesulitan dengan makin menipis
nya tanaman Dioscorea yang tumbuh liar, sedang usaha pembudidayaan
tanaman ini juga mengalami kesulitan terutama dari segi pembiayaan11 12 13yang tak.sepadan dengan hasil yang diperoleh ’ .
Indonesia yang kaya akan berbagai jenis tumbuhan akan dapat
digunakan sebagai ladang untuk mencari sumber-sumber bahan baku hor-
mon steroid yang penting untuk pembuatan kontrasepsi oral.
Pemanfaatan limbah minyak kedelai yang mengandung bahan ba
ku sterol seperti sitosterol dan stigmasterol *4,15,16,17 berbagai sterol
sterol dari tumbuhan Nigella sativa { famili Ranunculaceae ) dapat juga18digunakan sebagai bahan baku •
Pemilihan bahan baku yang akan digunakan sangat dipengaruhi
oleh pertimbangan biaya produKsi yang berhubungan dengan pertimbangan
tehnologi yang ada serta kelangsungan penyediaan bahan baku tersebut.
Diantara jenis tumbuhan dari Fabaceae terdapat senyawa yang
mengandung steroid seperti kedelai ( Glvcine soia ),kacang emas ( Pha- 19seolus aureus ) . Maka diduga pada kacang hijau yang termasuk Faba
ceae juga mengandung senyawa steroid dilakukan isolasi sterol dari
biji-biji kacang hijau kemudian diidentifikasi hasil isolasi' dengan reaksi
warna, kromatografi lapisan tipis dan kromatografi gas.
Sasaran penelitian
Pendayagunaan biji kacang hijau sebagai hasil pertanian untuk
dipakai sebagai bahan pemula kontrasepsi.
Tujuan Penelitian
I. Melakukan percobaan isolasi sterol dari biji kacang hijau.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
4
2. Menentukan hasil isolasi sterol dari kacang hijau dengan cara
reaksi warna, kromatografi lapisan tipis dan kromatografi gas
Kcgunaan penelitian
Sebagai pertimbangan dalam usaha mencari dan memenuhi kebu
tuhan akan sumber akan sumber bahan baku untuk kontrasepsi.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
5
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan tentang tanaman kacang hijau
Nama ilmiah dari kacang hijau adalah Phaseolus radiatus L.
1. 1. Klasifikasi
20
Divisi : Spermatophyta
Anak Divisi : AngiosDennae
Kelas • Dyr.otvledoneae
Bangsa : Rosales
Suku : Papilionaceae
Marga : Phaseolus
Jenis : Phaseolus radiatus L.20,21.22,23,24
1.2. Nama daerah
PJiaseotus radiatus L. dibeberapa daerah di Indonesia disebut : 2 0 f 2 5
JewaMaduraSundaIndonesia
1.3. Asal tanaman
Kacang ijo ArtakKacang heran# Kacang hijau
Tumbuhan ini berasal dari afrika dan sekarang banyak terdapat di In-26donesla.
1.4. Tempat tumbuh
Phaseolus radiatus L . telah dibudidayakan o!eh masyarakat secara
luas diladang-Iadang pertanian. Tumbuh didaerah kering pada ke-?0 25 27tingglan 1 - 1 2 0 0 m diatas permukaan laut, ' * ’
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
Bunga
1.5. Morfologi tanaman
Berupa semak, panjang 0,5 - 1,5 m. Batang berkayu dengan ram-
but.
Daun : Daun penumpu memanjang sampai bentuk
garis atau bulat telur terbali-k.
Bentuk anak daun bulat telur, meruncing
pendek tepi rata atau sedikit berlekuk tiga.
Panjang daun 3 - 13 cm Iebar daun 2 - 820.25.26.27cm
: tandan duduk diketiak, serupa bongkol ;
tangkai tandan 2 - 1 2 cm; bagian yang men
dukung bunga 1 - 2 cm tonjolan masing
- masing dengan dua bunga ; anak tangkai
pendek. Daun pelindung lebih panjang . dari
kelopak. Tinggi kelopak 3-4 mm,gigi atas me. . . . 20,25,26,27lekat pendek
Bendera pada pangkal dengan dua telinga
Danjang lebih kurang 1 cm ; lunas padas sa-
lah satu sisi bertaji . Benang
sari lepas, sedang yang lainnya me-
lekat. Tangkai putik pada ujungnya berjang-20.25.26.27gut
: polongan, menggantung mudah pecah ( pi-
sah ), bebentuk pipih dengan 4 - 6,5 cm,
fcerrambut coklat, dengan sekat antara, ber-
katup dua ^0,25,26,27
: bijinya berjumlah 8 - 15 biji, bulat lonjong
Panjang lebih kurang 3 mm dan lebar le-
Buah
Biji
bi’ kurang 2 mm 20,25,26,27
m 1 I K.ph.KPL^iAKAAN
'UNIVfcRSiTAS AIRLANOOA' I » k a P a Y A
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
1.6. Kandungan tanamanZat kandungan yang utama dalam tanaman Kacang hijau adalah
23Vitamin B .Protein dan lemak.
Selain itu juga mengandung glikosida, tannin, gula dan asam -23asam organik serta enzim phaseolin.
1.7. Kegunaan
Biji - .biji dari tanaman ini sejak dahulu telah banyak diperguna-
kan dalam ramuan obat - obatan tradisionil. Penggunaan biji ka
cang hijau oleh masyarakat terutama sebagai obat untuk membe-
rantas penyakit beri - beri. Juga berkhasiat membersihkan perut.
Orang yang bertubuh lemah baik sekali bila sering diberi sop ka
cang hijau dengan kaldu ayam. Para penderita penyakit hati ( le
ver ) dan bawasir ( haemorrhoiden atau sembilik ), dianjurkan be-
berapa kali dalam seminggu untuk menambah makanannya dengan, ... 24,25,28 kacang hijau. ’ ’
2. Tinjauan tentang steroid
Senyawa steroid adalah senyawa yang mengandung inti berkerang-17 29 30ka siklopentano perhidrofenantren ’ ’
Steroid meliputi sterol - sterol, asam empedu, macam - macam
hormon sex, normon kelenjar adrenal dan glikosida jantung.
Struktur steroid tersebut digambarkan sebagai berikut
7
R
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
Berdasarkan rantai samping inti steroid, senyawa steroid dibagi
menjadi :
1. Sterol
R inerupakan alifatis , mengandung satu atau lebih gugus OH yang
Yang terikat rantai alisiklis.
2. Hormon sex
R mengandung gugus keton atau gugus OH
3. Glikosida kardiotonik
R merupakan cincin laktoa Mempunyai ikatan dengan gula dan bila
dihidrolisa menghasilkan gula dan aglikon.
1. Asam ampedu
R merupakan lima atom karbon yang diakhiri dengan suatu asam
karboksilat.
5. Sapogenin
R merupakan cicin Oxasiklis.
Steroid t^lah seiaK lama dUunakan sebagai bahan pembuatan obat30obatan, terutama sebagai hormon . Sementara dengan adanya program
Keluarga Berencana, maka kebutuhan akan bahan untuk pembuatan hor
mon stemid dewasa ini dirasakan semakin bertambah. Dalam hal ini pe-
makaian hormon steroid yang berkhasiat sebagai hormon kontrasepsi.
Bahan baku untuk pembuatan hormon steroid yang berkhasiat se
bagai hormon kontrasepsi sebagian besar berasal dari tanaman Jenis
tanaman yang digunakan terutama Dioscorea sp, Costus sp, TriRoneUa
sjy, dan Solanum sp.
Kegunaan hormon steroid adalah untuk anti inflamasi, anti alergi, vit-30 32amin D dan pengobatan impotensi. ’
Steroid umumnya larut dalam pelarut organik yang non polar se-
^erti CHCl^ dan eter. 33
8ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
9
Reaksi identifikasi untuk steroid dapat ditunjukkan dengan reak-
si warna Liebermann - Burchard maupun dengan reaksi warna Salkowski. 17,34
Salah satu hormon kontrasepsi yang digunakan adalah progesteron
dimana progesteron ini dapat disintesa dari diosgenin, kolesterol maupun* , 14,30,34 stigmasteroh
Pada tahun 1959 di amerika serikat telah dapat diproduksi obat
kontrasepsi yang dibuat dari progesteron, Dan progesteron dapat dibuat
dari stigmasterol melalui proses tiga tahap reaksi. Reaksi pertama adalah
oksidasi stigmasterol menjadi stigmadienon, yang kemudian dengan ozon
dirubah menjadi bisnor - aldehid. Dengan melalui oksidasi bisnor - alde-14hid diperoleh progesteron
3. Tinjauan tentang kromatografi
Kromatografi merupakan suatu metoda analisa untuk pemisahan
komponen - komponen suatu zat dari campurannya dengan melewatkan, , . . , 35,36,37 campuran melalui dua fasa * ’ .
Kromatografi mula - mula digunakan untuk pemisahan senyawa
- senyawa berwarna, dan nama kromatografi diambU dari senyawa ber-
warna yang berasal dari bahasa yunani yaitu chromato dan grafe yang
berarti penulisan dengan warna - warna. Tetapi sekarang cara ini dapat
juga dipergunakan untuk memisahakan senyawa - senyawa yang tidak
berwarna.
Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa
yaitu fasa gerak dan fasa diam,
Dikenal dua cara kromatografi yang dapat digolongkan sesuai35dengan sifat dari fasa tetap yaitu :
1. Kromatografi adsorpsi
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
10
I3ila fasa cetap yang digunakan berupa zat padat.
Contoh : kromatografi lapisan tipis, kromatografi gas padat.
2. Kromatografi partisi
Bila fasa tetap yang digunakan berupa zat cair.
Contoh : Kromatografi gas cair.
3.1. Kromatografi lapisan tipis
Kromatografilapisan tipis oleh Stahl dipergunakan pertama kali38pada tahun 1956 untuk inengidentifikasi kandungan simplisia
Mekanisme dari kromatografi lapisan tipis yang biasa diiakukan
acalah kromatografi adsorpsi yaitu merupakan kekuatan tarik mena-
rik antara molekul adsorbent dengan molekul zat yang akan diad-
sorpsi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada kromatografi
lapisan tipis ; antara lain pembuatan lapisan tipis, cara membuatnya
melalui cara tuang, cara celup, cara semprot, cara oles. Sementara
zat penyerap yang dipakai dari bahan inertseperti silika gel, alumina 39dan lain - lain
Untuk memisahkan campuran diperlukan zat padat sebagai fasa
tetap yang dialiri dengan zat cair sebagai fasa geraknya. Kecepatan
bergerak dari suatu kcmponen tergantung dari berapa besarnya ia te£
tahan oleh adsorbent. Jadi suatu senyawa diadsorbsi lemah akan be£35 36gerak lebih cepat dari pada zat yang diadsorbsi kuat ’ .
Pemilihan pelarut untuk kromatografi lapisan tipis ditentukan
oleh poiaritas zat yarg akan dianalisa.
Adapun cara kerja yang diiakukan dalam kromatografi lapisan
tipis ; setelah dibuat plat kromatografi, plat dipanaskan ( diaktifkan
) dengan suhu kira - kira 100° C selama beberapa waktu. Kemudian
zat yang akan dipisahkan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, ke-
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
I I
mudian ditotolkan pada plat dengan noda totolan diusahakan sekecil
mungkin diameter 2 - 5 mm. Bila noda telah kering plat diletakkan
vertikai dalam bejana yang telah dijenuhkan dengan uap fasa gerak
yang dipakai. Setelah pelarut naik sampai batas yang ditentukan,
plat diambil dan pelarut dibiarkan menguap, kemudian noda diidenti-
fikasi
Untuk identifikasi senyawa - senyawa, digunakan harga Rf ( Re
tardation faktor ) dimana harga Rf ini dibandingkan dengan standart.
Jarak yang ditempuh zat_______^ ” Jarak yang ditempuh fasa gerakiya
Keuntungan dari kromatografi lapisan tipis adalah lebih ba
nyak adsorben maupun fase geraknya yang dapat digunakan dan pelak-
aanaannya lebih cepat. Kerugiannya yang terutama adalah hasil kro-
matogramnya sukar disimpan.
Kegunaan kromatografi lapisan tipis antara lain untuk pemisahan
campuran zat atas komponen - komponennya, Untuk pemeriksaan ke
murnian suatu zat, untuk pemeriksaan adanya pemalsuan, pengotoran35, pemurnian dan untuk penentuan kuantitatif dari suatu campuran .
3.2. Kromatografi gas
kromatografi gas telah berkembang sejak tahun 1957. Dimana -
kromatografi gas dapat digunakan untuk analisa senyawa - senyawa
organik.41 42Dalam kromatografi gas dikenal dua jenis ' :
3.2.1. Kromatografi gas padat
Kromatografi gas padat, fasa diamnya dalam bentuk pa-
dat, peristiwanya adalah tiap - tiap komponen dalam campur
an diadsorbsi oleh adsorben, kemudian oleh aliran dari fasa
gerak akan dipisahkan sedikit demi sedikit.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
12
Komponen yang paling lemah diadsorbsi oleh fasa diam
dan paling mudah terlarut dalam fasa bergerak akan terpisah
kan lebih dahulu , baru kemudian komponen - komponen lain
yang kurang kuat diadsorbsi oleh adsorben.
3.2.2. Kromatografi gas cair
Kromatografi partisi dimana fasa diamnya adalah cairan
Pemisahan komponen - komponennya terjadi karena perbedaan
kelarutan dari masing - masing komponennya didalam fasa di
am dan fasa geraknya.
Pada prinsipnya cara kerja kromatografi gas adalah sebagai beri-
kut : uap komponen - komponen karena pengaruh pemanasan pada ruang
contoh akan terbawa oleh aliran gas dan seterusnya terbagi dalam fasa
diamnya dan fasa geraknya, Karena gas terus mengalir, maka komponen
yang ada pada fasa diamnya akan teruapkan kembali dan terbawa oleh
aliran gas sebagai fasa geraknya. Keluarnya contoh yang dianalisa akan35 41 42dapat diamati kromatogramnya dengan alat detektor ' ’ .
Gas - gas yang digunakan sebagai pembawa adalah gas inert se
perti hidrogcn, nitrogen, karbon dioksida, argon, nelium dan sebagainya.
Pemilihan gas sebagai fasa gerak tergantung dari sifat contoh yang di-
kerjakan dan alat detektor yang dipakai.
Keuntungan menggunakan kromatografi gas yaitu**’^ :
1. Waktu pemisahan sangat cepat.
2. Sangat peka sehungga hanya memerlukan sampel yang sedikit.
3. Dapat digunakan untuk analisa kualitatif dan analisa kuantitatif.
4. Dapat digunakan untuk memisahkan senyawa - senyawa dari suatu
campuran yang mempunyai titik didih yang berdekatan.
Gambar skema alat kromatografi gas; r M K.
UNiVfc.it :4 I * ^ H L A N G U A 's u R H V A____
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
13
Keterangan gambar :
1. Silinder tempat gas pembawa
2. Pengatur aliran dan pengatur tekanan
3. Tempat injeksi sampel
4. Kolom
5. Detektor
6 . Pencatat
7 . Oven
. n .. . . 43,44,454. Pemeriksaan reaksi warna
Untuk pemeriksaan ini dilakukan
4.1. Reaksi Liebermann - Burchard
Sedikit kristal murni pada papan tetes, kemudian ditetesi dengan
asetat anhidrid dan asam sulfat pekat, maka akan memberikan
warna biru ungu.
4.2. Reaksi warna Salkowski
Sedikit zat dilarutkart dalam khloroform dan dikocok dengan
dengan asam sulfat pekat pada volume sama, maka lapisan
khloroform akan berwarna merah dan lapisan asam tidak ber-
warna.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
14
BAB II
BAHAN, ALAT DAN METODE K ER JA
1. Bahan penelitian
Sebagai bahan percobaan isolasi adalah biji kacang hijau yang di-
dapat dari hasil panen penduduk desa Bluru Kidul, Kabupaten Sidoarjo, Ja-
wa Timur pada tanggal 4 Oktober 1986.
2. Bahan kirata
1. Campuran sterol muml sebagai pembandlng
2. Petroleum eter p.a. { Fluka }
3. Dietll eter p.a. ( E. Merck )
4. Methanol p.a ( E. Merck )
5. Khloroform p.a. ( E. Merck )
6 . n - Heksan p.a. ( E. Merck )
7. Etil asetat p.a. ( E. Merck )
8 . Benzen p.a. { E. Merck )
9. Aseton p.a. ( E. Merck )
Biji - biji kacang hijau
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
15
10. Anls aldehld p.a. ( E. Merck
11. Asetat anhidrid p.a. ( E. Merck )
12. Asam sulfat pekat p.a. ( E. Merck )
13. Asam asetat glasial p.a. ( E. Merck )
14. KOH
15. Alkohol 96 % tehnls
16. A ir sullng*
3. A lat - alat yang digunakan
1. Labu alas bulat.
2. Pendingln balik
3. Rotavapour
4. Erlenmeyer
5. Gelas piala
6. Cawan porselln
7. Bejana kromatografi
HP- S890 Gas Chromatograph
n 2
HP- 3392A Reporting Integrator
Fuse'Silica 10 m x 530 yum
300° C
300° C
290° C
15ml/menit
8. Mikro pipet
9. Kromatografi gas
- alat :
- G a s :
- Detektor
- Kolom
- Ukuran kolom
- Suhu injeksi
- Suhu detektor
- Suhu kolom :
- Kecepatan : aliran gas
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
4. Metode kerja
4.1. Penyiapan bahan penelitian
Biji-biji kacang hijau dibersihkan dart kctoran yang masih melekat,
kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari, lalu diserbuk dan di-
ayak.464.2. Ekstraksi dan isolasi sterol
500 gram serbuk dirnasukan kedalam labu alas bulat dan direfluks
dalam Delarut petroleum eter. Ekstraksi dilakukan selama dua jam
sebanyak tiga kali. Kemudian disaring. Penyaringan dilakukan seclap
dua jam sekali. Lalu filtrat dikumpulkan, sedangkan residu dibuang.
Dengan alat rotavapour filtrat dipekatkan.Ekstrak kental dimasukkan
dalam labu alas bulat, ditambah dengan KOH 10% dalam metanol.
Lalu dilakukan penyabunan dengan cara dipanaskan diatas water bath
selama tiga jam. Hasilnya dipekatkan. Ekstrak kental ditambah air
suling sebanyak lima kalinya kemudian dikocok. Kemudian disaring.
l iltrat hasil penyaringan diekstraksi beruiang kali dengan dietil eter-
''erulang kali Residu hasil penyaringan juga diekstraksi dengan dietil
selama dua jam. Fase dietil eter hasil ekstraksi filtrat dan residu
dikumpulkan lalu dicuci dengan air suling berulang-ulang. Fase dielil-
eter ditampung, fase air dibuang. Fase dietil eter ditambah kalsium
klorida anhidrat sampai bebas air. Lalu disaring. Filtrat diuapkan.
si*a oenguapan dilakukan rekristalisasi. Selain itu dilakukan pemerik-
saon dengan kromatografi lapisan tipis.
4.3. pemeriksaan hasil isolasi dengan kromatografi lapisan tipis,
- Bahan yang digunakan ;
Zat hasil isolasi
- Fase diam :
Kiselgel 60 F 254 dari E. Merck, tebal 0,25 mm.
16ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
17
Fase gerak
t. n-Heksan Etil asetat
2. Kloroform E t’l a^etnt
9 1
3. Benzen : Aseton
15 1
Penampak noda :
Pereaksi anisaldehid asam suifat, dibuat, dibuat dari
♦ Anisaldehid 0,5 ml
- asam asetat giasial 10 ml
- M e t a n o l 5 ml
■ Asam suifat pekat 5 ml
Pembanding
fampuran dari beberapa mucam sterol
Suhu :
1 10° C
Cara pelaksanaan
Pada fase diam ditotolkan larutan campuran sterol sebagai
pembanding secukupnya. Dengan jarak terientu dari tempat totolan
semula ditotolkan larutan zat hasil isolasi dalam kloroform sede-
mikian rupa sehingga totolan pembanding dengan zat hasil isolasi
terletak pada satu garis. Fase diam tersebut kemudian dimasukkan
kedalam bejana kromatografi yang telah jenuh dengan uap fase ge
raknya. Apabila fase gerak telch mencapai garis yang telah diten-
tukan, fase diam diambil dan dibiarkan kering pada suhu kamar.
Lalu fase diam disemprot denga pereaksi penampak noda. Dibiar-
kering pada suhu kamar, lalu dimasukkan dalam almari pengering
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
18
pada suhu 110° C, selama sepuluh menit. Kemudian dilihat warna
noda yang terbentuk dan diukur harga Rf nya.
4.4. Pemurnian sterol dengan rekristalisasi
Sisa hasil penguapan dari fase dietil eler ditambah kloroform secu-
kupnya sampai tepat larut. Lalu ditambah metanol sedikit demi sedi-
kit sampai terbentuk kristal.Kristal yang terjadi diendapkan kemudi-
andlpisahkan. Kristal kemudian ditambah dengan metanol dan dikccok
poian-pelan, dibiarkan kristal mengendap kemudian fase metanol di-
umbil. Pengerjaan ini diiakukan berulang sampai didapat kristal pu-
tih.
4.5. Pemeriksaan hasil rekristalisasi dengan kromatografi lapisan tipis.
- Bahan yang digunakan :
7at hasil rekristalisasi
- Fase aiain
Kieselgel 60 F 254 dari E. Merck, tebal 0,25 mm
- Fase gerak :
1. n-heksan : Etil asetat
- Penampak noda
Pereaksi anisaldehid
- Pembanding
Campuran dari beberapa macam sterol
- Suhu
8 2
2. Kloroform Etil asetat
9
3. Benzen Aseton15 1
- Cara pelaksanaan
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
- Cara pelaksanaan
Sama dengan cara 4.3.
6. Pemeriksaan hasil rekristalisassi dengan reaksi warna
- Reaksi warna Liebermann - Burchard
SediKit zat ditempatkan pada papan tetes. ditambah asetat anhidrid
lalu ditambah satu tetes asam sulfat pekat, dilihat warna yang
terjadi.
- Reaksi warna Salkowski
Sedikit zat dilarutkan dalam kiorcformpada tabung reaksi, ditam
bah asam sulfat pekat dan dikocok. Lalu dilihat perubahan warna
yang terjadi.
7. Pemeriksaan hasil rekrisralisasi dengan kromatografi gas.
Zat hasil rekristalisasi dilarutkan .kemudian dimasukkan kedalam ru-
ang contohengan pertolongan jarum suntik. Zat akan menguap karena
pengaruh pemanasan pada runag contoh.Uap akan terbawa oleh gas
yang mengalir yang telah diatur kecepatannya. Hasilnya diamati me-
lalui detektor.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
20
serbuki+\
petroleum eter
dipanaskan se ama 3 x 2 jam
Saring
Fase petroleum eter
diuapkan
Penyabunan dengan KOI I 10 % dalam metanol, dan dipanaskan selama 3 Jam
setelah dingin +
air
Sisa serbuk
saringl---
Residui+
Eterdipanaskan selama 1 jam
saring
fase eter
— IFiltrat
kocok dengan eter
fase eter
diuapkan
isolat
rekristalisasi CHC1 - MetanolJ
Sterol nasil rekristalisasi
ident fikasi
Reaksi warna Kromatografi gas
Kromatografi lapisan tipis
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
21
BAB 111
HASIL PENELITIAN
1. Hasil ekstraksi dan isolasi sterol
Dari hasil ekstraksi dengan petroleum eter didapat ekstrak kenta! ber
warna kuning kecoklatan. Setelah diiakukan penyabunan, dipekatkan,
diencerkan dengan air kemudian disaring. Lalu filtrat dan residu dieks-
tr^ksi dengan dietil eter. Fase dietil eter diuapkan dan diperoleh sisa
penguapan be* warna kuning, yang kemudian direkristalisasi dan didapat
kristal putih seberat 0,0892 gram sterol.
2. Pemeriksaan hasil isolasi
2.1. Identlfikasi hasil penguapan dari fase petroleum eter
2.1.1. Dengan reaksi warna
Reaksi warna Warna hasil isolasi
dari penguapan fase
Petroleum eter
Warna dari sterol
pembanding
1. Lieberman-
Burchard hijau biru hijau
2. Salkowski Lapisan CHCL ber-Jwarna merah, lapis-
san asam tidak be£
warna
Lapisan CHCl^ ber_
warna merah, la
pisan asam tidak
warna
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
2.1.2. Dengan kromatografi lapisan tipis
Fasa diam : Kieselgel F 254 E.Merck, tebal 0,25
mm
Fasa gerak : n-Heksan : Etil asetat = 8 : 2
Suhu visualisasi ■ : 110° C
Penampak noda : Larutan anisaldehid asam suifat
Hasil :
22
noda Rf Warna
Sterol pembanding 1 0,28 Ungu
Hasil penguapan 1 0,60 Hijau ungu
dari fasa petro 2 0,33 Biru ungu
leum eter 3 0,26 Ungu
4 0,17 Biru.. .
2.2. IdentifikasVsterol yang belurti direkristalisasi
2.2.1. Dengan reaksi warna
Reaksi warna Stero! yang belum di
rekristalisasi
Sterol pembanding
1. Lieberman-Burchard biru biru hijau
2. Salkowski Lapisan CHCl^ berwar
na merah, lapisan as
am tidak berwarna
Lapisan CHCI^ -
berwarna merah,
lapisan asam ti
dak berwarna
2.2.2. Dengan kromatografi lapisan tipis
Fasa diam : Kieselgel 60 F 254 E. Merck, Tebal 0,25
mm
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
23
Fasa gerak
Suhu visualisasi
Penampak noda
Hasil
: n-Heksan
110° c
Etil asetat = 8
Larutan anis aldehid asam sulfat
noda Rf warna
Sterol pembanding 1 0,37 ungu
Sterol yang belum 1 0,81 jingga
direkristalisasi 2 0,49 ungu
3 0,42 ungu
4 0,36 ungu
Fasa diam
Fasa gerak
Suhu visualisasi
Penampak noda
Hasil
: Kieselgel F 254 H. Merck, tebal 0,25
mm
: CHCI3 : Etil asetat = 9 :
: 110° C
: Larutan anis aldehid asam sulfatnoda Rf warna
Sterol pembanding 1 0,39 ungu
Sterol yang belum 1 0,80 Jingga
direkristalisasi 2 0,77 ungu
3 . 0,60 ungu
4 0,48 ungu
5 0,38 ungu
Fasa diam
Fasa gerak
Suhu visualisasi
Hasil
: Kieselgel 60 F 254 E. Merck, tebal 0,25
mm
: Aseton = 15 : 1
110“ C
Benzen
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
24
noda Rf warna
Sterol pembanding 1 0,36 ungu
Sterol yang belum dire 1 0,48 ungu
kristalisasi 2 0,36 ungu
3 0,28 ungu
2.3. Identifikasi sterol hasil rekristatisasi
2.3.1. Dengan reaksi warna
Reaksi Warna Sterol hasil rekristalisasi Sterol pembanding
1. Lieberman -
Burchard Bjrui' hijau Biru hijau
2. Salkowski Lapisan CHCl^ berwar-
no merah,lapisan asam
tidak berwarna
----------------------------------------------------------------— .
Lapisan CHCI3 ber
warna merah, lapis
asam tidak berwar_
na
2.3.2. Dengan kromatografi lapisan tipis
Fasa diam : Kieselgel 60 F 254 E, Merck, tebal
0,25 mm
Fasa gerak : n-Heksan : Etil asetat * 8 : 2
Suhu visualisasi
Hasil
: 1 1 0 C
noda Rf warna
Sterol pembanding 1 0,37 ungu
Sterol hasil rekristalisasi 1 0,37 ungu
Fasa diam
Fasa gerak
Kieselgel 60 F 254 E. Merck, tebal
0,25 mm
CHCl^ : Etil asetat = 9 ; 1
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
25
Suhu visualisasi : 110°C
Hasil :
noda Rf warna
Sterol pembanding 1 0,41 ungu
Sterol hasil rekristalisasi 1 0,41 ungu
Fasa diam
Fasa gerak
Suhu visualisasi
Penampak noda
Hasil
noda Rf warna
Sterol pembanding 1 0,37 ungu
Sterol hasil rekristalisasi 1 0,37 ungu
2.3.3 Dengan kromatografi gas
- Waktu retensi campuran sterol murni : 1. 6,54 menit
K am p cstro l
sebagai pembanding 2. 6,78 menit
Stigmasterol
3. 7,29 menit Sitosterol
• Waktu retensi hasil rekristalisasi : 1. 6,81 menit
2. 7,32 menit
: Kieselgel 60 F 254 E. Merck, tebal
0,25 mm
Benzen : Etil asetat * 15 : I
110 C
Larutan anisaldehid asam suifat
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
I Vfc *, , <rt.sUUA I
Gambar 2
Hasil Kromatografi lapisan tipis
1. Hasil penguapan dari fase Petroleum eter
2. Sterol pembanding
Fasa diam : Kieselgel 60 F 254 E. Merck, tebal 0,25 mm
Fasa gerak •. n-Heksan : Etil asetat * 8 : 2
Suhu visualisasi : 110 C
Penampak noda : Larutan anisaldehid asam suifat
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
27
Gambar 3
Hasil kromatografi lapisan tipis
B : stero! yang belum direkristalisasi
Rekr. : sterol yang telah direkristalisasi
Pemb.: Sterol pembanding
Fasa diam : Kieselgel 60 F 254 E. Merck, tebal 0,25 mm
Fasa gerak : n-Heksan : Etil asetat = 8 : 2 '
Suhu visualisasi : 110° C
Penampak noda : Larutan anisaldehid asam sulfat
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
28
Gambar 4
Hasil kromatografi lapisan tipis
B : Sterol yang belum direkristalisasi
P ; Sterol pembanding
Fasa diam
Fasa gerak
Suhu visualisasi
Penampak noda
Kieselgel 60 F254 E. Merck, tebal 0.25 mm
CHCL
1 1 0 ° c
Etil asetat * 1
Larutan anisaldehid asam suifat
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
29
Qambar 5
Hasil kromatografi lapisan tipis
R : Sterol yang telah direkristalisasi
p : Sterol pembanding
Fasa diam
Fasa gerak
Suhu visualisasi
Penampak noda
Kieselgel 60 F 254 E. Merck,tebal 0,25mm
CHCI
110° c
Etil asetat -
Larutan anisaldehid asam suifat
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
30
Gambar 6
Hasil kromatografi lapisan tipis
B : Sterol yang belum direkristalisasi
Rekr, : Sterol yang telah direkristalisasi
Pemb. : Sterol pembanding
Fasa diam : Kieselgel 60 F 254 E. Merck, tebal 0,25 mm
Fasa gerak : Benzen : Aseton = 15 : 1
Suhu visualisasi : 110° C
Penampak noda : Larutan anlsaldehid asam sulfat
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
31
Gambar 7
Kromatogram kromatografi gas sterol hasil percobaan
yang telah direkristalisasi
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
32
Gatnbar 8
Kromatogram Kromatografi gas
sterol pembanding
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
33
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini,biji kacang hijau dlperoleh dari seorang petani
kacang hijau yang berada di desa Bluru kidul, Kabupaten Sidoarjo. Biji
biji kafcang hijau tersebut telah bebas dari kulit dan telah dikeringkan
dibawah sinar rnatahari.
Dalam ekstraksi dan isolasi sterol, dilakukan ekstraksi dengan
pelarut petroleum eter selama dua jam sebanyak tiga kali dimana dengan
perlakuan tersebut diharapkan minyak dan sterol dapat terekstraksi selu-
ruhnya. Hasil ekstraksi dipekatkan untuk menghilangkan petroleum eter
hingga didapat ekstrak kental. Ekstrak kental disabunkan selama tiga jam
diharapkan agar minyak yang ada dapat tersabunkan seluruhnya. Hasil
penyafcunan dipekatkan. Kemudian diencerkan dengan air sebanyak lima kali
nya agar sabun yang terbentuk dapat larut. Lalu diekstraksi dengan pela
rut dietil eter untuk menarik sterol. Fase dietil eter dicuci dengan air
berulang kali guna menarik sabun yang inasih terikut pada fase dietil
eter. Fase dietil eter ditampung dan ditambah dengan CaClg anhidrat
untuk menarik sisa air pada fase dietil eter.
Kemudian fase dietil eter diuapkan. Sisa penguapan masih berwar-
na kuning, ini kemungkinan dicebabkan oleh adanya sabun yang masih
tortinggal pada fase dietil eter.
Dari hasil penguapan dilakukan pemeriksaan kromatografi lapisan
lipis. Hasilnya ternyata terbentuk noda lebih dari satu, namun terdapat
dua noda yang dua noda yang lebih jelas dibanding dengan noda lainnya.
Namun hanya satu noda yang jelas tersebut yang mempunyai harga Rf
sama dengan noda campuran sterol sebagai pembanding. Dengan
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
34
pemeriksaan pendahuluan ini diduga bahwa hasil isolat mengandung sterol.
Pemilihan pelarut untuk ekstraksi ini dipilih berda&arkan ketarut-
an sterol dalam petroleum eter yang merupakan pelarut non polar.
Dari hasil isolasi diiakukan pemurnian dengan cara rekristalisasi
menggunakan pelarut CHCK. dan metanol.Kristal yang terbentuk diperiksa
dengan reaksi warna Liebermann-Burchard dan Reaksi warna Salkowski di
mana didapatkan warna yang samadengan reaksi warna dari sterol pem
banding. Kemudian diiakukan juga pemeriksaan dengan kromatografi lapis
an tipismenggunakan fase gerak berbeda-beda didapatkan hasil satu noda
yag berwarna dan mempunyai hsrga Rf yang sama dengan campuran ste
rol murni sebagai pembanding.
Pada pemeriksaan dengan menggunakan kromatografi gas untuk
idenlifikasi sterol sterol yang terdapat dalam kristal hasil isolasi. Ternya-
ta dengan kromatografi gas komponen-komponen dalam sampel dapet
dipisahkan terbukti dengan adanya dua puncak dalam kurva. Waktu reten-
s’iy^rig didapat dari puncak-puncak tersebut identik dengan waktu re
tensi sterol pembanding yaitu Kampesterol, Stigmasterol dan Sitosterol.
Komponen-komponen sterol tersebut dapat dipisahkan karena ada
nya perbedaan waktu retensi dari masing-masing komponen. Perbedaan
ini disebabkan karena perbedaan affinitas dari masing-masing sterol ter-
hadap fasa diamnya.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan isolasi dan pemeriksaan secara kualitatif yang
telah dilakukan terhadap biji kacang hijau, maka diperoleh kesimpulan se
bagai berikut :
1. Biji kacang hijau mengandung senyawa sterol.
2. Dari percobaan isolasi biji kacang hijau yang dilanjutkan dengan re
kristalisasi didapatkan kristal sterol seberat 0,0892 gram dari 500
gram biji kacang hijau.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
36
BAB VI
SARAN - SARAN
1. Perlu diiakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan struktur ste
rol yang terdapat pada biji kacang hijau.
2 . iRiiiu diiakukan penelitian lebih lanjut untuk pemeriksaan secara kuan-
tatif untuk mengetahui kadar sterol yang terdapat pada biji kacang
hijau.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Koordinasi Keiuaraga Berencana Nasional 1982, Biro Data
Kependudukan, Kumpulan Data Kependududukan Indonesia.
2. Demography PopulacionReference Bereau, 1983, World Population Data
Sheet of The Population Reference Bereau, Prepared by Mary Meridios
Kent*
3. Sudiarto, Rosita M.D., 1982,Upaya penyediaan Bahan Baku kontrasepsi
Oral, J . Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 1.
4. Badan Koordinasi Keluarga Berencana, 1985, Kumpulan Data Ke-
Pendudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
5. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 1981,Sinopsis Se
minar Nasional Produksi bahan baku Kontrasepsi Oral, Jakarta.
6 . Fasich, 1983, Mekanisme Kerja Hormon Steroid , Kursus Penyegar Da
lam Rangka Dwi Dasa Warsa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
7. Burger, A., 1960, Medical Chemistry, second edition, Interscience Pu
blisher, Inc, New York.
8 . Thio Poo An, Phd, 1964, Kemungkinan Produksi Hormon Steroid di In
donesia, Seminar Nasional Penggalian Sumber Alam Indonesia untuk
Farmasi, Yogyakarta.
9. Noor Choiies Zaini, Gunawan Indrayanto, 1978, Cara - Cara Skrining •
Fitokimia, Kursus Penyegar FakultasFarmasi Universitas Airlangga, ,
Surabaya
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
38
10. Gunawan Indrayanto, et al, 1979, Mencari Sumber Hormon Steroid Dari
Solanum sp. yang Tumbuh di Indonesia, Penelitian Pelita Fakultas Far
si universitas Airlangga, Surabaya
11. Geuns, J.M.C., 1973, Variation in Sterol Composition in Etiolated Munjj;
Bean Seedlings, J. Phytochemistry, 12.
12. Hakim, A., Tatang, S., 1975, Prospek Alkaloid Solanum Sebagai Sumber
Bahan Baku Hormon Steroid di Indonesia, Simposium Tanaman Obat
I , Bogor.
13. Wahjo Dyatmiko, Noor Cholies Zaini, Aniek M., 1977, Isolasi Diosgenln
Dari biji Klabet ( Foenigraeci Semen ), Simposium Penelitian Obat II,
Bogor.
14. Spradling, A.B., 1981, Production of Medroxyprogesteron acetate from
Stigmasterol and Diosgenin, Seminar Nasional Produksi Bahan baku
Kontrasepsi Oral, Jakarta.
15. Smith, W., et al, 1981, Production of Contraceptive Steroids, Regular
and Advanced from Indonesian Plants, Sinopsis Seminar Nasional Bahan
Baku Kontrasepsi Oral, BKKBN, Jakarta, hal. 77 - 83.
16. Bernt, 1981, Sitosterol and Stigmasterol as Precursor for Production
of Contraseptives, Sinopsis Seminar Nasional Produksi Bahan Baku Kon
trasepsi oral, BKKBN, Jakarta.
17. Fisher, L.F., Fislier, M., 1959, Steroids, Maruzen Asian Edition, Maru-
zen Company, Ltd., Tokyo, p. 341 - 363, 403 - 420, 442 - 453, 554
- 555.
18. Panagiotis Menounos, Kostis Staphylakis and Dina Gegio, 1973, Tne Ste
rol of Nigella Sativa Seed Oil, J. Phytochemistry, 25.
19. Oberti, J.C., et al, Variation Sterol from Beans, J. Phytochemistry,
vol. 12. ,
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
39
20. Van Steenis, C.G.G.J., 1975, Flora, Untuk sekolah di Indonesia, Pradnya
Paramita, Jakarta.
21. Hsuan Keng, 1978, Orders and Families of Malayan Seed Plant, Singa
pore University Pers.
22. Trea.se, E.G., Evans, W.C., 1978, Pharacognosy, 11 ed, Cassell & Col
lier Macmillan Publisher Ltd, New York.
23. Strassburger, E, et al, 1977, Lehrbuch Der Botanik fur Hochschulen,
Gustav Fischer Verlag, Stuttgart.
24. Lawrence, G.H.M., 1951, Taxonomy of Vascular Plants, The Macmillan
Company, New York.
25. Heyne, K., 1950, De Nuttige Planten van Indonesia, III, 3 edruk, N.V.
Uitgeverij W. Van Hoeve - 'sGravenhage, Bandung.
26. Kloppenburg - Versteegh, J., 1978, Wenken en Raadgevingen Betre-
vende het Gebruik van Indische Planten, Vijfdedruk.
27. Lubis, I., 1981, Diosgenin and Related Steroids, Present State of Re
search and Development of Indonesian Plant Resources, Seminar Nasi
onal Produksi Bahan Baku Kontrasepsi Oral, BKKBN, Jakarta.
28. Samsuri Effendi, 1982, Ensiklopedi Tumbuh - Tumbuhan Berkhasiat
Obat yang ada di Bumi Nusantara, Karya Anda, Surabaya, Indonesia.
29. Burger, A., 1970, Medicinal Chemistry, Tnird edition, John Willey &
Sons, New York - London,
30. Tyler, V.E., et al, 1976, Pharmacognosy, 7 th. ed., Lea and Fabiger
31. Hoover, J.E., 1970,Remington'sPharmacetical sciences, Fourteenth ed.,
Mack Publishing Co., Pensylvania.
32. Hendrickson, J.B., et al, 1970, Organic Chemistry, 3 th. ed., Mac
Graw Hill Kogakusha, Ltd., Tokyo.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
33. Paech(K, & Tracey,M.V., 1955, Moderne Methoden der Planzen Analyse
, Vol. Ill, Springer - Verlag, Berlin - Gottingen, Heidelberg.
34. Heftman, E & Mosettig, E., 1960, Biochemistry of Steroids, Reinhold
Corporation, New York.
35. Under Wood, A.L. & Day R.A., 1983, Analisa Kuantitatif, terjemahan
Sundoro, R., Edisi 4, Penerbit Erlangga, Jakarta.
9 6 . Hardjono Sastrohamidjojo, 1985, Kromatografi, edisi I, cetakan I, l i
berty, Yogyakarta.
37. Muhammad Zainuddin, 1976, Kromatografi Lapisan Tipis ( KLT ), Kur-
sus Instrumental Bagian Farmasi, Fakultas Kedokteran Universitas Air-
langga.
38. Stahl, E., 1969, Thin - layer Chromatography, A Laboratory Hand Book
,2 nd ed., Topan Co. Ltd., Tokyo, Japan.
39. Ac.hmad Inoni, 1976, Paper & Thin - layer Chromatography, Kursus
Penyegar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
40. Wahjo Dyatmiko, Noor Cholies Z., 1976, Penggunaan Kromatografi La
pisan Tipis Dalam Analisa Simplisia, Kursus Penyegar Fakuitas Farmasi
Universitas Airlangga.
41. Sumadi, 1972, Kromatografi gas, Kursus Penyegar Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga.
42 . L 1983, Pengantar, Dasar Teori, Perlengkapan, Kegunaan
& Pelaksanaan, Penataran Toksikologi Patologi Bagl Tenaga - tenaga
Laboratorium dan Balai uaboracorium Kesehatan se Indonesia,
43. Collage of Art and Science University of Phiiiphines, 1981, Phytoche
mical Biologicaland Pharmacological Screening of Medicinal Plants,
Los Banos.
44. Altman. L. L, 1976, Sterol and Triterpene from Fruit of Artocarpus
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS
4i
altilis, J . Phytochemistry, 15.
A5. Cit'agn, P., 1978, Phytochemical Microbiological Screening of Medicinal
Plants, University of Santo Thomas, Manila, 1
46. Gunawan Indrayanto, et al, 1983, Steroide und Triterpene in Zellkultu-
ren , J . Chemiker - Zeitung, 107.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI Isolasi dan Identifikasi Sterol Dari ... Sentot Brahmantyo DS