BAB II
BENTUK DAN JENIS KATA
A. Bentuk Kata
1. Kata Dasar
Umumnya kata dasar dalam bahasa Indonesia, dan juga semua
bahasa yang serumpun dengan bahasa Indonesia, terjadi dari dua suku
kata; misalnya: rumah, lari, nasi, padi, pikul, jalan, tidur dan sebagainya.
Seorang ahli bahasa Jerman, Otto von Dempwolff, dalam penelitiannya
tentang bahasa Indonesia telah menetapkan dua macam pola susunan kata
dasar dalam bahasa Indonesia. Pola itu disebutnya Pola Kanonik atau
Pola Wajib , yaitu:
a. Pola Kanonik I: K-V-K-V, maksudnya tata susun bunyi yang
membentuk suatu kata dasar terdiri dari: Konsonan-Vokal-
Konsonan-Vokal, misalnya: padi, lari, paku, tiga, dada, dan
sebagainya.
b. Pola Kanonik II: K-V-K-V-K, maksudnya di samping Pola Kanonik
I kata-kata dasar Indonesia dapat juga tersusun dari Konsonan-
Vokal-Konsonan-Vokal-Konsonan, misalnya: rumah, tanah, batang,
sayap, larang, dan lain-lain.
Kita tidak menyangkal akan apa yang telah dikemukakan oleh von
Dempwolff. Tetapi, andaikata kita menerima secara mutlak Pola
Kanoniknya itu sebagai dasar yang absolut, maka bagaimana kita harus
menerapkan kata-kata seperti tendang, banting, panggil, aku, api, anak,
dan lain-lain? Berarti kita sekurang-kurangnya menambahkan beberapa
macam rumus lagi agar bisa menampung semua kata dasar yang terdapat
dalam bahasa Indonesia, misalnya: K-V-K-K-V-K, V-K-V-K, V-K-V.
Dan semua rumus ini sekurang-kurangnya baru mengenai kata-kata
dasar. Jika kita membahas kata-kata pada umumnya, tentu akan lebih
banyak lagi.
3
Oleh karena itu kita mengambil suatu dasar lain yang lebih sempit
yaitu berdasarkan suku kata ( silaba ). Bila kita berusaha untuk memecah-
mecahkan kata dasar bahasa Indonesia menjadi sukukata-sukukata, maka
kta akan sampai kepada satu kesimpulan bahwa ada tiga macam struktur
sukukata dalam bahasa Indonesia yaitu: V, V-K, K-V , dan K-V-K .
Dengan demikian kata-kata dasar dalam bahasa Indonesia dibentuk dari
kemungkinan-kemungkinan gabungan dari ketiga jenis silaba itu,
misalnya:
ru - mah (K-V + K-V-K)
ka - ta (K-V + K-V)
a - pa (V + K-V)
lem - but (K-V-K + K-V-K)
na - ik (K-V + V-K)
a - ir (V + V-K) dan lain-lain.
2. Kata Turunan
Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau
imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan),
maupun akhir (atau akhiran).
3. Kata Ulang
Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami
perulangan baik seluruh maupun sebagian.
a. Bentuk Kata Ulang
Menurut bentuknya, kata ulang dapat dibagi sebagai berikut.
1) Kata ulang penuh atau kata ulang murni, yaitu semua kata ulang
yang dihasilkan oleh perulangan unsur-unsurnya secara penuh.
Misalnya: rumah-rumah, sakit-sakit.
2) Kata ulang berimbuhan atau kata ulang bersambungan, yaitu
semua kata ulang yang salah satu unsurnya berimbuan: awalan,
4
sisipan, atau akhiran. Misalnya: berjalan-jalan, turun-temurun,
tanam-tanaman.
3) Kata ulang berubah bunyi, yaitu kata ulang yang mengalami
perubahan bunyi pada unsur pertama atau unsur kedua kata ulang.
Misalnya: bolak-balik, serba-serbi.
4) Kata ulang semu, yaitu kata yang hanya dijumpai dalam bentuk
ulang itu. Jika tidak diulang, komponennya tidak memunyai
makna atau bisa juga memunyai makna lain yang tidak ada
hubungannya dengan kata ulang tersebut.
Misalnya: hati-hati, tiba-tiba, kunang-kunang.
5) Kata ulang dwipurwa, yang berarti "dahulu dua" atau kata ulang
yang berasal dari komponen yang semula diulang kemudian
berubah menjadi sepatah kata dengan bentuk seperti itu. Kata
ulang ini disebut juga reduplikasi, yang berasal dari bahasa
Inggris "reduplication" yang berarti perulangan. Sebenarnya
semua kata ulang juga dapat disebut reduplikasi.
Misalnya: lelaki, tetua.
b. Makna dan Fungsi Kata Ulang
1) Perulangan kata benda
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar
kata benda.
a) Menyatakan benda itu bermacam-macam. Misalnya: buah-
buahan, sayur-sayuran.
b) Menyatakan benda yang menyerupai bentuk dasar itu.
Misalnya: anak-anakan, orang-orangan.
2) Perulangan kata kerja
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar
kata kerja.
a) Menyatakan bahwa pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang
atau beberapa kali. Misalnya: meloncat-loncat, menyebut-
nyebut.
5
b) Menyatakan aspek duratif, yaitu proses pekerjaan,
pembuatan, atau keadaan yang berlangsung lama.
Misalnya: berenang-renang, duduk-duduk.
c) Menyatakan bermacam-macam pekerjaan.Misalnya: cetak-
mencetak, karang-mengarang.
d) Menyatakan pekerjaan yang dilakukan oleh dua belah pikak
atau berbalasan. Misalnya: tembak-menembak, tuduh-
menuduh
3) Perulangan kata sifat
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar
kata sifat.
a) Menyatakan makna lebih (intensitas). Misalnya: Berjalan
cepat-cepat! Kerjakan baik-baik!
b) Menyatakan makna sampai atau pernah. Misalnya: Tak
sembuh-sembuh sakitnya walaupun ia sudah berobat ke luar
negeri (tak pernah sembuh). Habis-habisan ia berbelanja
(sampai habis). Digabungkan dengan awalan se- dan akhiran
-nya mengandung makna superlatif (paling).
Misalnya: Kerjakan sebaik-baiknya agar hasilnya
memuaskan. Terbangkan layang-layangmu setinggi-
tingginya.
c) Berlawanan dengan makna nomor satu atau melemahkan arti
kata sifat itu. Misalnya: Badanku sakit-sakit saja rasanya.
(sakit di sana-sini, tapi tidak terlalu sakit) Kalau kepalamu
pening-pening, bawalah tidur. (agak pening; pening sedikit)
d) Bentuk yang seolah-olah sudah mejadi ungkapan dalam
bahasa Indonesia, makna perulangannya kurang jelas.
Misalnya: Jangan menakut-nakuti anak-anak karena akan
memengaruhi jiwanya kelak.
4) Perulangan kata bilangan
6
a) Perulangan kata satu menjadi satu-satu memberi makna "satu
demi satu". Misalnya: Peserta ujian masuk ruangan itu satu-
satu.
b) Perulangan kata satu dengan tambahan akhiran -nya memberi
makna "hanya satu itu". Misalnya: Ini anak saya satu-
satunya.
c) Perulangan kata dua-dua, tiga-tiga, dst. memberi pengertian
"sekaligus dua, tiga, dst.". Misalnya: Jangan masuk dua-dua
karena pintu itu tidak lebar.
d) Bentuk perulangan berpuluh-puluh, beratus-ratus, beribu-
ribu, dst. menyatakan makna "kelipatan sepuluh, seratus,
seribu, dst.. Misalnya: Beribu-ribu orang yang mati dalam
peperangan itu.Bentuk perulangan kata bilangan dengan
awalan ber-, saat ini sering diganti dengan bentukan dengan
akhiran -an. Misalnya: berpuluh-puluh menjadi puluhan.
4. Kata Majemuk
Kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda
membentuk suatu arti baru. Kata majemuk adalah gabungan 2 kata atau
lebih yang memiliki struktur tetap, tidak dapat di sisipi kata lain.
Contohnya Meja makan. Gabungan kata di atas termasuk contoh kata
majemuk karena strukturnya tetap, tidak dapat diubah-ubah letaknya.
Contohnya : makan meja (tidak logis). Kemudian, gabungan kata
tersebut tidak dapat disisipi oleh kata lain, misal ontohnya Meja (yang)
makan (tidak logis). Meja (sedang) makan (tidak logis)
Selain itu, ciri lain dari kata majemuk adalah gabungan kata tersebut
membentuk makna baru. Namun, makna baru tersebut masih dapat
dirunut atau ditelusuri dari makna kata pembentuknya. Contohnya :
- Rumah baru (a)
- Tono sakit (b)
- Rumah sakit (c)
7
B. Jenis Kata
1. Penggolongan Kata Secara Tradisional
Tardjan Hadidjaja (1965:53-99) dalam bukunya Tatabahasa
Indonesia cetakan keempat. menggolongkan kata menjadi seuluh.
Kesepuluh jenis atau golongan tersebut ialah:
a. Kata Benda
Kata benda ialah kata-kata yang menyatakan benda. Kata benda dapat
dibedakan berdasarkan:
1) Bentuknya.
Menurut bentuknya, kata benda dapat dibedakan menjadi: a) kata
benda kata asal, seperti: hati, orang, rakit; b) kata benda kata
majernuk, seperti: burung kakak tua, Lautan Teduh; c) kata benda
kata berulang, seperti: tengah-tengahnya, batang-batang; dan d)
kata benda kata bersambung, seperti: keadaan, lautan, pikiran.
2) Keadaannya
Menurut kedaannya, kata benda ddapat dibedakan menjadi dua
yaitu: a) kata benda kongkrit yaitu kata benda yang menyatakan
bahwa benda-bendanya itu memang benar-benar ada, seperti:
orang, burung, buku pelajaran, dan yang menyatakan benda
khayal, seperti: hantu, pelesit, bidadari, dan b) kata benda abstrak
yaitu kata yang menyatakan nama benda yang hanya dapat
difahami oleh pikiran akan peri adanya itu, seperti: ilham, angan-
angan, perdamaian.
3) Artinya
Menurut artinya, kata benda dapat dibagi menjadi: a) kata benda
nama jenis, seperti: rumah, daun, matahari; b) nama diri, seperti:
Leutan Teduh, Torstein; c) kata benda nama zat, seperti: air,
angin dan d) kata benda nama kumpulan, seperti: berkas, rumpun,
kelompok.
b. Kata Kerja
8
Kata kerja dapat dibagi bermacam-macam, bergantung dari segi
tinjaunya. Untuk menggolongkan kata kerja dapat ditinjau dari:
1) Bentuknya
Menurut bentuknya, kata kerja dapat dibedakan menjadi empat
yaitu: a) kata kerja kata asal, seperti: hendak, jatuh; b) kata kerja
kata majemuk, seperti: turun naik, ditandatangani, c) kata kerja
kata berulang, seperti: Berkejar-kejaran; dan d) kata kerja
bersambungan, seperti: menghadapi, terdorong.
2) Hubungannya
Berdasarkan hubungan antara pokok dan sebutannya, kata kerja
digolongkannya mnjadi dua, yaitu:
a) Kata keja bentuk tindak, ialah apabila pokok itu bertindak
yakni melakukan atau
mengenakan pekerjaan, seperti: duduk, turun naik, berlari-
lari, berjual-beli;
b) Kata kerja bentuk taggap ialah. apabila pokok itu
menanggapi yakni diberlakukan atau dikenai pekerjaan,
seperti: dipukul, dipukul mundur, terjerumus, tertunda-tunda.
c. Kata Ganti
Kata ganti ialah perkataan yang akan menjadi pengganti nama orang
atau nama benda. Jenisnya dapat dibedakan:
1) Kata ganti orang, yang dapat dibedakan lagi menjadi: a) kata
ganti orang kesatu (tunggal atau rufrad dan jamak). contohnya:
aku, hamba, kami; b) kata ganti orang kedua (tunggal atau mufrad
dan jarak), contohnya: engkau, kalian, kamu; c) kata ganti orang
ketiga (mufrad dan jamak), contohnya: ia,dia, mereka.
2) Kata ganti pemilik, yang dapat dibedakan mejadi: a) kata ganti
pemilik kesatu (mufrad dan jamak), contoh: aku, kami, kalian; b)
kata ganti pemilik kedua (mufrad dan jamak), contohnya: tuan,
mu, kamu; dan c) kata ganti pemilik tiga (mufrad dan jamak),
seperti: nya, mereka
9
3) Kata ganti penanya, seperti: apa, siapa;
4) Kata ganti penunjuk, seperti: ini dan itu;
5) Kata ganti penghubung ialah kata yang.
d. Kata Bilangan
Kata bilangan dapat digolongkan dengan segi tinjau:
1) Bentuk
Berdasarkan bentuknya, kata bilangan dapat dibedakan menjadi:
a) bentuk kata asal, sererti: tujuh, banyak; b) Bentuk kata
majemuk, seperti: dua tiga hari, seorang dua; dan c) bantuk kata
berulang, seperti: tiga-tiga, dua-dua;
2) Artinya
Menurut artinya kata bilangan dapat dibedakan atas: a) Kata
bilangan pokok, yang terdiri lagi atas: (1)kata bilangan pokok
yang tertentu, satu, dua tiga; (2) kata bilangan pokok yang tak
tentu, seperti: semua, segala, tiaptiap; b) Kata bilangan tingkat,
yang dapat dibedakan lagi menjadi: (1) kata bilangan tingkat yang
tentu, misalnya: kesatu, kedua dan (2) kata bilangan yang tak
tentu, Seperti: kesekian. c) Kata bilangan pecahan, seperti:
sepertiga, seperempat.
e. Kata Sifat
Kata sifat ialah kata yang menyatakan sifat atau keadaan sesuatu
benda. Berdasarkan bentuknya, kata sifat dapat dibedakan menjadi: a)
kata sifat bentuk kata asal, seperti: besar, lebar; b) kata sifat bentuk
kata majemuk, seperti: merah putih, gagah berani, dan c) kata sifat
bentuk berulang, seperti: tegap-tegap, besar-besar, serta d) kata sifat
bentuk bersambungan, sererti: berbau, meluas, kemerah-merahan.
f. Kata Tambahan
Kata tambahan ialah kata-kata yang berfungsi sebagai keterangan
pada kata-kata yang bukan kata benda. Golongan ini dapat dibedakan
menjadi:
1) penunjuk waktu, seperti: pagi-pagi, baru, setelah;
10
2) penunjuk tempat, seperti: di sini, di atas, ke sana;
3) penunjuk peri keaadaan, seperti: beribahati, sungguh-sungguh;
4) penunjuk banyak dan taraf ketandasan, seperi: terlalu, semata-
mata, hanya, agak; dan
5) penunjuk taraf kepastian, yang dapat dibedakar lagi menjadi: (a)
kepastian, seperti: pasti, sungguh (b) kemungkinan, seperti:
mungkin, barangkali, (c) pengharapan dan permintaan, seperti:
semoga, mudah-mudahan, dan (d) ingkar, seperti: tidak, jangan.
g. Kata Depan
Kata Depan menurut definisi tradisional adalah kata yang
merangkaikan kata-kata atau bagian-bagian kalimat. Kata-kata Depan
yang terpenting dalam bahasa Indonesia ialah:
1)Di, Ke, Dari: ketiga macam kata depan ini dipergunakan untuk
merangkaikan kata-kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang
dianggap tempat.
2)Pada: bagi kata-kata yang menyatakan orang, nama orang atau
nama binatang, nama waktu atau kiasan dipergunakan kata pada
untuk menggantikan di, atau kata-kata depan lain yang
digabungkan dengan pada seperti daripada, kepada.
3)Selain daripada itu terdapat Kata Depan yang lain, seperti: di mana,
di sini, di situ, akan, oleh, dalam, atas, demi, guna, untuk, buat,
berkat, terhadap, antara, tentang, hingga, dan lain-lain. Di
samping itu ada beberapa Kata Kerja yang dipakai pula sebagai
kata depan, yaitu: menurut, menghadap, mendapatkan, melalui,
menuju, menjelang, sampai.
h. Kata Penghubung
Kata penghubung ialah kata-kata yang gunanya untuk
menghubungkan sebuah perkataan dengan perkataan yang
mendahuluinya atau sebuah kalimat dengan kalimat yang
mendahuluinya. Menurut artinya, kata ini dapat dibedakan menjadi:
11
1) kata penghubung penunjuk gabungan, seperti: serta, dan, lagi
pula;
2) kata penghuhung pengantar penunjuk waktu, seperti: waktu,
ketika, setelah, sementara;
3) kata penghubung penunjuk maksud atau tujuan, seperti: agar,
supaya, biar.
4) kata penghubung penunjuk perlawanan, seperti: tetapi, akan
tetapi, melainkan;
5) kata penghubung penunjuk sebab atau akibat, seperti: sebab,
karena, sampai;
6) kata penunjuk sebab yang tak dipedulikan atau peryataan
mengalah, seperti: biar,biarpun, walau, biar sekalipun; dan
7) kata penghubung penunjuk pelaku, pelengkap, atau keterangan,
ialah bahwa (yang).
i. Kata Sandang
Kata sandang ialah kata yang gunanya untuk menegaskan kata yang
berikutnya yang disandanginya, hingga kata-kata itu mempunyai arti
yang tentu, tersekat dari nada yang lain—lain. Menurut fungsinya,
kata sandang dapat dibedakan menjadi: 1) kata sandang pembentuk
kata benda, Yang kurap, si Cebol, Merah putih; 2) untuk mengeraskan
arti, menyekat, atau menceraikan kata benda daripada yang lain-lain,
seperti: kembalikan saja kepada si pengirim, saya sendiri
menjemputmu kemarin; 3) untuk menghormat, seperti.: sang
Bangsawan, sang Ibu; dan 4) untuk menyekat atau menceraikan
sesuatu dan kelornpok atau “dunianya’, seperti: sebuah kursi, seekor
kambing.
j. Kata Seru.
Kata seru ialah kata-kata yang gunanya hanya untuk “melepaskan”
perasaan, keluarnya pun biasanya tiada dengan sengaja, seolah-olah
terlompat begitu saja dari mulut. Menurut sifatnya, kate seru dapat
dibedakan menjadi:
12
1) kata seru sejati, aduh, amboi, wahai;
2) kata seru tiruan bunyi, seperti: ciap, meong, das
3) kata seru yang terjadi dan kata-kata biasa, seperti:kasihan,
inalillahi, saying.
Selain itu, kata seru pun dapat dibedakan menurut maksudnya yaitu:
1) penyeru biasa, seperti: hai nenekku;
2) kata seru yang menyataka kata heran, seerti: wah;
3) kata seru yang menyataken rase sakit atau terancam behaya,
seperti: aduh
4) kata seru yang menyatakan rasa iba atau sedih, seperti: kasihan,
amboi
5) kata seru yang menyatakan kecewa, seperti: saying, celaka;
6) kata seru yang menyatakar kaget bercampur sedih, seperti:
masyaallah;
7) kata seru menyetakan rasa lega, sererti: alhamdulillah;
8) kata seru yang menyatakan jijik, seperti: cih, cis.
2. Penggolongan Secara Non-Tradisional
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi
tujuh kategori, yaitu:
a. Nomina (kata benda)
Nomina adalah kategori yang secara sintaksis mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut.
Pertama, tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel
tidak. Kedua, mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari.
Ketiga, tidak dapat didahului oleh adverbia derajat agak (lebih, sangat
dan paling). Keempat, tidak dapat didahului oleh adverbia keharusan
wajib. Kelima, dapat didahului oleh adverbia yang menyatakan jumlah
seperti satu, sebuah, sebatang dan sebagainya. Ada beberapa jenis
nomina yaitu :
1) nomina dasar
13
contoh : batu,radio,kertas,udara
2) nomina turunan
a) nomina berafiks : keuangan, perpaduan
b) nomina reduplikasi :tetamu, rumah-rumah
c) nomina hasil gabungan proses : batu-batuan, kesinambungan.
d) nomina yang berasal dari berbagai kelas karena proses :
(1) deverbaliasi : pemandian, kebersamaan
(2) deakjitivalisasi : ketinggian, leluhur
(3) deaverbalisasi : kelebihan, keterlaluan.
(4) Penggabungan : jatuhnya, tridurnya.
b. Verba (kata kerja)
Kita harus menyadari bahwa dalam bahasa Indonesia ada dua dasar
yang dipakai dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang tanpa afiks
tetapi telah mandiri karena memiliki makna, dan bentuk dasar dasar
yang berafiks atau turunan. Kata verba sendiri memiliki ciri-ciri
sebagai berikut.
Pertama, dapat didampingi oleh adverbia negasi tidak dan tanpa.
Kedua, dapat didampingi oleh semua adverbia frekeunsi, seperti
sering, jarang, kadang-kadang, atau selalu. Ketiga, tidak dapat
didampingi oleh kata bilangan dengan penggolongannya, misalnya
sebutir, sebatang dll. Keempat, didampingi oleh semua adverbia
jumlah, seperti sedikit, kurang atau cukup.
Kelima, dapat didampingi oleh semua adverbia kala, seperti sudah,
sedang atau akan. Keenam, dapat didampingi oleh semua adverbia
keselesaian, seperti belum, baru atau sedang. Ketujuh, dapat
didampingi oleh semua adverbia keharusan, seperti boleh atau wajib.
Kedelapan, dapat didampingi oleh semua anggota adverbia kepastian,
seperti pasti, tentu atau mungkin.
Dari bentuknya verba dapat dibedakan menjadi :
1) verba dasar bebas
14
Verba dasar yaitu verba yang berupa morfem dasar bebas.
Contohnya : duduk, makan, mandi, minum, pergi, pulang,dll.
2) verba turunan
Verba turunan yaitu verba yang telah mengalami afiksasi,
reduplikasi, gabungan proses atau berupa paduan leksem. Sebagai
bentuk turunan dapat kita jumpai :
a) verba berafiks
contohnya : ajari, bernyanyi, bertaburan, bersentuhan, ditulis,
jahitkan, kematian, melahirkan, menari, menguliti, menjalani,
kehilangan, berbuat, terpikirkan.
b) verba bereduplikasi
contohnya : bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan.
c) verba berproses gabungan
contohnya : bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, terbayang-
bayang.
d) verba majemuk
contoh : cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.
Lalu, dalam kedudukannya sebagai predikat dapat dibedakan menjadi
1) Verba transitif (membunuh),
2) Verba kerja intransitif (meninggal).
c. Adjektiva (kata sifat)
Adjektiva atau kata sifat berfungsi untuk menerangkan kata benda,
seperti kopi panas dan lain sebagainya. Selain itu kata sifat juga
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
Pertama, tidak dapat didampingi oleh adverbia frekeunsi sering, jarang
dan kadang-kadang. Kedua, tidak dapat didampingi oleh adverbia
jumlah, seperti banyak atau sedikit. Ketiga, dapat didampingi oleh
semua adverbia derajat, misalnya agak, lebih dan lain sebagainya.
Keempat, dapat didampingi oleh adverbia kepastian, misalnya pasti,
tentu dan lain sebagainya. Kelima, tidak dapat diberi adverbia kala
hendak atau mau.
15
1) Adjektiva dasar
Adjektiva dasar yaitu verba yang berupa morfem dasar bebas.
Contohnya : bagus, jelek, besar, kecil,dll.
2) Adjektiva turunan
a) Adjektiva turunan berafiks, misalnya terhorma.
b) Adjektiva turunan bereduplikasi, misalnya muda-muda, gagah-
gagah.
c) Adjektiva berafiks ke-an, misalnya kesakitan, kesepian.
d) Adjektiva berafiks –i, misalnya duniawi, alami, hewani.
e) Adjektiva yang berasal dari berbagai kelas dengan proses-
proses berikut :
(1) Deverbalisasi, misalnya Melengking, menyenangkan
(2) Denominalisasi, misalnya berakar, beranfaat
(3) De-adverbalisasi, misalnya berkurang, bertambahkan.
(4) Denumeralia, misalnya mendua.
(5) De-interjeksi, misalnya aduhai, sip, wah.
3) Adjektiva Majemuk
a) subordinatif :
buta warna - panjang akal
besar mulut - terang hati
b) koordinatif :
aman sentosa - lemah lembut
besar kecil - suka duka
d. Adverbia (kata keterangan)
Dalam berbagai buku tata bahasa sekolah, adverbia lebih dikenal
dengan kata keterangan. Fungsinya adalah menerangkan kata kerja ,
kata sifat, dan jenis kata yang lainnya.
1) Adverbia dalam bentuk dasar bebas. Contoh : Alangkah,
Agak,Bisa, Hampir, Masih, Memang, Paling, Nian, Niscaya,
Sangat, dll.
2) Adverbia turunan, terbagi atas :
16
a) adverbia turunan yang tidak berpindah kelas kata terdiri dari :
(1) adverbia bereduplikasi. Contoh : agak-agak, bisa-bisa,
jangan-jangan, rada-rada.
(2) adverbia gabungan .Contoh : belum boleh, tidak boleh,
tidak mungkin lagi, belum tentu.
b) Adverbia turunan yang berasal dari berbagai kelas kata, terdiri
dari :
(1) Adverbia berafiks, yaitu dengan prefiks ter- .Contoh :
terlalu, dan terlampau.
(2) Adverbia dari kategori lain karena reduplikasi.
(a) denominal : akhir-akhir, malam-malam, malu-malu,
pagi-pagi.
(b) Depronominal : sendiri-sendiri.
(c) Adverbia de-ajektiva : awas-awas, baik-baik, benar-
benar.
(d) Adverbia denumerelia : sedikit-sedikit, dua-dua.
(e) Adverbia deverbal : kira-kira, tahu-tahu.
3) Adverbia yang terjadi dari gabungan kategori lain dan pronomina
A + -nya :agaknya, harusnya
N + -nya : rasanya, rupanya
V + -nya : hendaknya, kiranya
A +-nya : biasanya, layaknya
Num + -nya : seluruhnya, biasanya
4) Adverbia deverbal gabungan.
Misalnya : mau tak mau, masih belum juga, tidak trkatakan lagi.
5) Adverbia de-akjetiva gabungan
Misalnya : tidak jarang, tidak lebih, terlebih lagi, kerap kali, acap
kali
6) Gabungan proses
Se- + A + -nya : sebaiknya, sebenarnya, sesungguhnya.
Se- + V + -nya : senarusnya, sedapatnya.
17
e. Pronomina (kata ganti)
Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan
nomina. Apa yang digantikannya itu disebut antiseden. Secara umum
lazim dibedakan adanya empat macam pronominal.
1) Kata Ganti Diri
Kata ganti diri adlah pronominal yang menggantikan nomina orang
atau yang diorangkan. Kata ganti diri dibedakan atas.
a) Kata ganti di orang pertama tunggal yaitu aku dan saya. Orang
pertama jamak yaitu kami dan kita.
b) Kata ganti diri orang kedua tunggal, yaitu kamu dan engkau.
Orang kedua jamak yaitu, kalian dan mereka.
c) Kata ganti diri orang ketiga tunggal yaitu ia, dia, dan nya.
Orang ketiga jamak, yaitu mereka.
2) Kata Ganti Petunjuk
Kata ganti petunjuk atau pronominal demontratifa adalah kata ini
dan itu yang digunakan untuk menggantikan nomina (frase nomina
atau lainnya) sekaligus dengan penunjukan. Contoh, buku ini
adalah buku impor. Buku itu belum saya baca.
3) Kata Ganti Tanya
Kata ganti Tanya atau pronominal interogatif adalah kata yang
digunakan untuk bertanya ayau menanyakan sesuatu (nomina atau
yang dianggap kontruksi nomina). Kata ganti Tanya itu adalah apa,
siapa, kenapa, mengapa, bagaimana, dan mana.
4) Pronomina Tak Tentu
Pronomina tak tentu atau kata ganti tak tentu adalah kata-kata yang
digunakan untuk menggantikan nomina yang tidak tentu. Yang
termasuk kata ganti tak tentu adalah seseorang, salah seorang,
siapa saja, setiap orang, masing-masing, suatu, sesuatu, salah satu,
beberapa dan sewaktu-waktu.
f. Numeralia (kata bilangan)
18
Numeralia adalah kategori yang dapat mendampingi nomina dalam
konstruksi sintaksis, mempunyai potensi untuk mendamingi numerelia
lain, dan tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat.
Subkategorisasi
1. Numerelia takrif, yaitu numerelia yang menyatakan jumlah yang
tenru. Golongan ini terdiri atas :
a) Numerelia utama (koordinat)
(1) bilangan penuh, adalah numerelia utama yang menyatakan
jumlah tertentu. Contoh : satu, dua, puluh,ribu. Numerelia
utama dapat dihubungkan langsung dengan satuan waktu,
harga uang, ukuran panjang, berat, isi,dsb.
(2) bilangan pecahan, yaitu numerelia yang terdiri dari
pembilang dan penyebut, yang diduduki partiker per,
misalnya dua pertiga, lima perenam.
(3) bilangan gugus, contoh : likur. Bilangan antara 20 dan 30,
misallnya : selikur=21, dualikur 22, lusin=12, gross=144.
b) Numerelia tingkat
Adalah numerilia takrif yang melambangka urutan dalam
jumlah dan berstruktur ke + Numerelia. Ke- merupakan prefiks
dan Num menyatakan numerelia bilangan. Contoh : - catatan
kedua sudah diperbaiki
- Ia orang kedua di departemennya.
c) Numerelia kolektif
Adalah numerelia takrif yang berstruktur : Ke + Num, ber- + N
, ber- +mr, ber - + Num R atau Num + - ar. Numerelia kolektif
yang berstruktur Ke + Num tempatnya dalam frase selalu
mendahului nomina. Contoh : dipandangnya kedua gadis itu
dengan penuh keheranan.
2. Numerelia tak takrif
Numerelia tak takrif adalaah numerelia yang menyatakan jumlah
yang tak tentu. Misalnya : suatu, beberapa, berbagai, pelbagai, tiap-
19
tiap, sebagaian. Numerelia tidak pernah dibentuk dari kategori lain,
tetapi dapat berpindah kelas menjadi verba seperti dalam mendua,
persatuan, atau menjadi nomia seperti
kesatuan,persatuan,perduaan,pertigaan, perempatan.
3. Kata Bantu Bilangan
Kata bantu bilangan disenut juga kata penjodoh bilangan, atau kata
penggolong bilangan adalah kata-kata yang digunakan sebagai
tanda pengenal nomina tertentu dan ditempatkan di antara kata
bilagan dengan nominanya. Misalnya, orang, ekor, helau butir dll.
g. Kata tugas
Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan
peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok:
1. preposisi (kata depan)
preposisi atau kata depan adalah kata-kata yang digunakan untuk
merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu klausa. Secara
simenatik preposisi ini menyatakan makna.
a) Tempat berada (di, pada, dalam, atas dan antara)
b) Arah Asal (dari)
c) Arah Tujuan (ke, kepada, akan dan terhadap)
d) Pelaku (oleh)
e) Alat (dengan dan berkat)
f) Perbandingan (daripada)
g) Hal atau masalah (tentang atau mengenai)
h) Akibat (hingga/sehingga atau sampai)
i) Tujuan (untuk, buat, guna dan bagi)
2. konjungsi (kata sambung)
Konjungsi atau kata sambung adalah kata-kata yang
menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan
kata, frase dengan frase, antara kalusa dengan klausa, atau antara
kalimat dengan kalimat. Dilihat dari tingkat kedudukannya
dibedakan menjadi.
20
a) Konjungsi berkoordinasi
Konjungsi berkoordinasi adalah konjungsi yang
menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang
kedudukannya sederajat atau setara. Kemudian dilihat dari sifat
hubungannya dikenal adanya konjungsi.
1) Menghubungka menjumlahkan (dan, dengan dan serta)
2) Menghubungkan memilih (atau)
3) Menghubungkan mempertentangkan (tetapi, namun,
sedangkan dan sebaliknya)
4) Menghubungkan membetulkan (melainkan dan hanya)
5) Menghubungkan menegaskan (bahkan, malah/malahan,
lagipula, apalagi dan jangankan)
6) Menghubungkan membatasi (kecuali dan hanya)
7) Menghubungakan mengurutkan (kemudian, lalu,
selanjutnya dan setelah itu)
8) Menghubunglan menyamakan (yaitu, yakin, ialah, adalah
dan bahwa)
b) Konjungsi subordinat
Konjungsi subordinat adalah konjugsi yang menghubungkan
dua unsur kalimat (klausa) yang kedudukannya tidak sederajat.
Konjungsi ini dibedakan oula atas konjungsi yang
menghubungkannya.
1) Menghubungkan menyatakan sebab akibat (sebab atau
karena)
2) Menghubungkan menyatakan persyaratan (kalau, jikalau,
jika, bila, bilamana, apabila dan asal)
3) Menghubungkan menyatakan tujuan ( agar dan supaya)
4) Menghubungkan menyatakan waktu ( ketika, aewaktu,
sebelum, sesudah, tatkala, sejak, sambil dan selama)
5) Menghubungkan menyatakan akibat (sampai, hingga dan
sehingga)
21
6) Menghubungkan menyatakan batas kejadian ( sampai dan
hingga)
7) Menghubungkan menyatakan tujuan atau sasaran ( untuk
dan guna)
8) Menghubungkan menyatakan penegasan (meskipun begitu,
biarpun, kendatipun, dan sekalipun)
9) Menghubungkan menyatakan pengandaian (seandainya dan
andaikata)
10) Menghubungkan menyatakan perbandingan (seperti,
sebagai dan laksana)
3. artikula (kata sandang)
Artikula adalah kata yang membatasi makna nomina. Dalam
Bahasa Indonesia ada kelompok artikula, yaitu :
a) artikula yang bersifat gelar
Artikukla yang bersifat gelar pada umumnya bertalian dengan
orang yang dianggap bermartabat. Berikut ini jenis-jenis
artikula yang bersifat gelar :
1) sang : untuk menyatakan manusia atau benda unik dengan
maksud meninggikan martabat;kadang-kadang juga dipakai
dalam gurauan atau sindiran.
2) sri : untuk manusia yang memiliki martabat tinggi dalam
keagamaan atau kerajaan.
3) hang : untuk laki-laki yang dihormati dan pemakaiaannya
terbatas pada nama tokoh dalam cerita sastra lama.
4) dang :untuk wanita yang dihormati dan pemakaiaannya
terbatas pada nama tokoh pada cerita sastra lama.
b) artikula yang mengacu makna kelompok
Atikula yang mengacu ke makna kelompok atau makna
korelatif adalah para. Karena artikula ini mengisyaratkan
ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak
dinyatakan dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan
22
kelompok guru sebagai kesatuan bentuk yang dipakai adalah
“para guru” dan bukan “para guru-guru”.
c) artikula yang menominalkan.
Artikula “si” yang menominalkan dapat mengacu ke makna
tunggal atau genetik, bergantung pada konteks kalimat.
Contoh :
Si Amat akan meminag Si Halimah minggu depan.
Aduh, cantiknya si hitam manis itu.
4. interjeksi (kata seru)
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan
rasa hati pembicara. Secara stuktural, interjeksi tidak bertalian
dengan unsur kalimat yang lain. Menurut bentuknya, interjeksi ada
yang berupa bentuk dasar dan ada yang berupa bentuk turunan.
Berikut janis interjeksi dapat dikelompokan menurut perasaan yang
diungkapkannya, sebagai berikut :
a) Interjeksi kejijikan : bah, cih, cis, ih, idih.
b) Interjeksi kekesalan : brengsek, sialan, buset, keparat.
c) Interjeksi kekaguman atau kepuasan : aduhai, amboi, asyik.
d) Interjeksi kesyukuran : syukur, alhamdulillah
e) Interjeksi harapan : insya allah.
f) Interjeksi keheranan : aduh, aih, ai, lo, duilah, eh, oh, ah.
g) Interjeksi kekagetan : astaga, astagfirullah, masyaallah.
h) Interjeksi ajakan : ayo, mari.
i) Interjeksi panggilan : hai, be, eh, halo.
j) Interjeksi simpulan : nah.
5. Partikel.
Di samping kata-kata yang ternasuk kelas-kelas di atas ada pula
sejumlah bntuk yang disini disebut partikel seperti kah, lah, pun
dan per. Contoh:
Apakah isi lemari itu?
Siapakah namamu yang sebenarnya?
23
Ambillah mana yang kamu suka!
Saya tidak tahu, dia pun tidak.
Gaji kamu naik per satu April
Harganya Rp 1000 per lembar.
24