Transcript
Page 1: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama Rumpun ilmu: 571/manajemen

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI TAHUN I

ANALISA PERSEPSI KEWIRAUSAHAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PENSUTERAAN DI KABUPATEN WAJO

PROVINSI SULAWESI SELATAN

TIM PELAKSANA :

Dr.Hj.Nuraeni Kadir, SE.M.Si ( Ketua ) NIDN :0015035602 Prof.Dr.Abd.Rahman Kadir, SE, M.Si ( Anggota ) NIDN :0005026402 Prof.Dr.H.Syamsu Alam, SE, M.Si ( Anggota ) NIDN :0003076003 Dr. Abdul Razak Munir, SE, M.Si , M.Mktg ( Anggota ) NIDN :0006127403

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN

2016

Page 2: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi nasional dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (2005 –

2014) mengalami perubahan naik turun sesuai dengan trend kegiatan perekonomian

nasional. Mengukur pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari kegiatan

investasi, inflasi, impor dan ekspor yang secara langsung berdampak terhadap

kegiatan usaha ekonomi Indonesia secara umum dan kegiatan ekonomi masing-

masing provinsi.

Upaya untuk menjamin pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan dan

kestabilan perlu kebijakan pemerintah untuk menumbuhkan dan menggairahkan

aktivitas perekonomian yang ada di Indonesia melalui kebijakan peningkatan

kewirausahaan masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam sektor ekonomi

potensial. Memahami urgensi upaya menggalakkan kewirausahaan yang dilakukan

oleh pemerintah kepada masyarakat atau inisiatif masyarakat dalam mengembangkan

kewirausahaan, kenyataannya masih rendah. Hal ini dikarenakan motif dan perilaku

masyarakat masih rendah tingkat kesadaran dan motivasi untuk menjadi enterpreneur

yang mampu mengembangkan kewirausahaan yang memiliki prospektif memajukan

ekonomi.

Menurut data statistik tahun 2014, tingkat persepsi kewirausahaan masyarakat

Indonesia baru mencapai 3.3% dari jumlah penduduk Indonesia yang mencari

pekerjaan di sektor perekonomian. Hal ini mengindikasikan bahwa keinginan untuk

berwirausaha masih rendah. Sementara data statistik tahun 2014 untuk skala

Page 3: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

2

masyarakat Sulawesi Selatan, partisipasi kewirausahaan baru sekitar 2.9% dari

masyarakat yang mencari dan menciptakan lapangan kerja. Persentase ini menjadi

pertimbangan bagi Pemerintah Sulawesi Selatan untuk berupaya menggiatkan

tingkat sensitivitas dan simultan dalam upaya meningkatkan tingkat persepsi

kewirausahaan dalam menciptakan berbagai lapangan usaha.

Salah satu lapangan kerja yang potensial untuk dikembangkan di Provinsi

Sulawesi Selatan untuk beberapa kabupaten yang memiliki potensi pertenunan sutera

alam. Beberapa daerah yang menjadi sentra produksi sutera adalah Wajo, Bone, dan

Bulukumba. Sutera Sulawesi Selatan menjadi salah satu pengembangan kompetensi

usaha daerah. Pengembangan tenun sutera alam ini tidak bersinergi dengan upaya

dalam menumbuhkan semangat atau gairah masyarakat untuk memiliki persepsi

kewirausahaan pertenunan sutera. Kenyataannya di antara pelaku usaha tersebut

tidak memiliki persepsi kewirausahaan yang mampu mengembangkan usaha

persuteraan ini menjadi usaha yang potensial dan memiliki perspektif nilai ekonomis

yang tinggi. Terjadi kesenjangan dalam memahami persepsi kewirausahaan yang

mampu meningkatkan nilai tambah ekonomis dengan strategi pengembagnan usaha

yang harus dijalankan oleh masyarakat. Data usaha dan jumlah usaha pertenunan

sutera alam Sulawesi Selatan dapat diamati pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1

Page 4: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

3

Potensi Pertenunan Sutera Alam Sulawesi Selatan

No Kota/Kabupaten Unit Usaha

Tenaga Kerja(orang)

Nilai Produksi (Rp)

1. Bantaeng Sulaman bordir Pakaian Jadi dr Tekstil

12 90

34

260

20.625 1.328.892

2. Barru Sutera Alam tenun

23

61

904.500

3. Bone Industri Pemintalan Sutera

18

40

9.300

4. Enrekang Pemintalan Benang Sutera Pertenunan Kain Sutera

587 12

2962

72

4.826.816 562.450

5. Bulukumba Sutera Alam tenun Tenun Sutera

20 334

55

668

83.526

21.165.750 6. Gowa

Industri Pertenunan

458

778

608.610 7. Jeneponto

Industri Pertenunan /Sulaman

329

338

95.100 8.

Luwu Industri Pemintalan Benang

2

9

28.125

9. Luwu Utara Industri Pemintalan Benang

1

20

20.000

10. Makassar Kerajinan Sutera

2

12

325.600

11. Maros Pakaian Jadi tekstil

129

234

11.069.250

12. Palopo Industri Tekstil

29

122

3.528.480

13 Pare-Pare Sulaman Bordir

85

104

770.100

14. Pinrang Pertenun Sutera Gedongan

275

388

2.575.000

15. Selayar Pakaian Jadi Tekstil

134

190

602.680

16. Sidrap Industri Pemintalan Benang Pertenunan

79

1.256

201

2.230

41.500 877.500

17. Sinjai Industri Pakaian Jadi

7

25

399.000

18. Soppeng Pertenunan ATBM Pemintalan Benang

3 35

63 94

640.656 2.119.420

19. Takalar Pakaian Jadi tekstil

43

145

500.000

20. Toraja Industri Pertenunan

153

320

215.200

21. Toraja Utara Industri Pertenunan

65

100

23.780.000

22. Wajo Kain Sutera Polos Pertenunan

7 86

19.596

544

33.557.664 3.414.000

Sumber: Disperindag Sulsel, 2014

Page 5: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

4

Berdasarkan data yang ditunjukkan di atas, memperlihatkan bahwa gairah

kewirausahaan beberapa kabupaten dan kota yang memiliki potensi sutera di

Sulawesi Selatan masih rendah dilihat dari unit usaha, tenaga kerja dan nilai produksi

yang dihasilkan. Atas dasar ini maka perlu upaya perbaikan persepsi masyarakat

tentang kewirausahaan dan memberi tahu strategi pengembangan usaha pensuteraan

yang maju dan berkembang.

Fenomena yang ditemukan di masyarakat, seperti pada kasus pengembangan

usaha pensuteraan yang ada di Kabupaten Wajo yang dulu dikenal sebagai pemasok

produksi sutera yang terbesar di Sulawesi Selatan, namun saat ini gairah masyarakat

menurun untuk menekuni usaha tenun sutera alam. Kesenjangan yang menjadi

permasalahan dihadapi oleh masyarakat yang bergelut di bidang pensuteraan

dikarenakan rendahnya tingkat persepsi kewirausahaan yang dimiliki dan tidak

memiliki strategi pengembangan usaha yang maju dan berkembang.

Atas permasalahan ini, maka untuk memperbaiki dan meningkatkan persepsi

kewirausahaan masyarakat, khususnya petani sutera, perlu diperkenalkan Business

Model Canvas (BMC) atau kanvas model bisnis dan membantu melakukan analisis

strategi pengembangan usaha melalui pendekantan strength, weakness, opportunity,

threats yang biasa di singkat SWOT. Strond (2010:69) menyatakan bahwa untuk

mengatasi permasalahan gap tentang persepsi dan strategi pengembangan usaha yang

menurun, perlu direkomendasikan untuk menerapkan konsep BMC dan SWOT

sebagai solusi untuk meningkatkan pengembangan usaha. Hendlic (2010:58)

menyatakan BMC dan SWOT merupakan solusi untuk memperbaiki pengembangan

usaha.

Page 6: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

5

Sementara untuk melihat strategi yang tepat dalam menentukan

pengembangan usaha maka digunakan analisa SWOT. Analisa ini penting untuk

melihat apa yang menjadi kekuatan dari usaha yang dikembangkan, menutupi

kelemahan yang dimiliki dalam berusaha, memahami keluhan yang tepat untuk

melakukan usaha dan ancaman apa yang dihadapi dalam menghadapi risiko usaha.

Rangkuti (2005:15) menyatakan bahwa SWOT merupakan analisa yang penting dan

utama untuk melakukan strategi pengembangan usaha.

Menyimak pentingnya pengembangan usaha di bidang pertenunan sutera yang

ada di Kabupaten Wajo dengan kenyataan yang terlihat banyak petani sutera yang

mau meninggalkan usaha yang telah digelutinya sejak lama dengan alasan usaha ini

kurang memiliki prospektif yang menguntungkan. Pertimbangan yang dikemukakan

ini merupakan sebuah persepsi yang belum menemukan sebuah model yang tepat

untuk mengembangkan persepsi kewirausahaan yang berorientasi nilai tambah

ekonomi dan belum mencoba menerapkan strategi pengembangan yang berorientasi

pada kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk mengetahui posisi strategi

usaha yang dilakukan, apakah berada pada diagram pertumbuhan agresif

(aggressive), pemanfaatan peluang (diversification), peninjauan kembali (defensive)

dan tidak menguntungkan (turn around).

Atas dasar tersebut peneliti tertarik untuk mengangkat sebuah judul yang

berkaitan dengan pengabdian kepada masyarakat dalam meningkatkan pendapatan

dan kesejahteraan petenun sutera di Kabupaten Wajo yaitu: ANALISA PERSEPSI

KEWIRAUSAHAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

PENSUTERAAN KABUPATEN WAJO PROVINSI SULAWESI SELATAN.

Page 7: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

6

1.2 Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang , maka masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana persepsi kewirausahaan usaha pensuteraan di Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan?

2. Bagaimana strategi pengembangan usaha pensuteraan di Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui persepsi kewirausahaan usaha pensuteraan di Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Untuk menganalisis strategi pengembangan usaha pensuteraan di Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan.

1.4 Implikasi Penelitian Implikasi penelitian yang diharapkan sebagai berikut :

1. Bagi usaha pensuteraan, sebagai bahan masukan dalam memahami persepsi kewirausahaan dan strategi pengembangan usaha pensutraan di Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan akan memperkaya pengembangan teori model bisnis dan strategi pengembangan bisnis serta menjadi sumbangan pemikiran bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih jauh dan mendalam terhadap hal yang belum terungkap dalam penelitian ini.

3. Bagi peneliti, menjadi hal yang bermanfaat dalam menerapkan model bisnis dan strategi pengembangan bisnis.

1.5 Urgensi Penelitian Urgensi penelitian ini adalah persepsi kewirausahaan dan strategi

pengembangan usaha pensuteraan di Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan.

1.6 Hipotesis Penelitian Berdasarkan masalah di atas, maka diajukan hipotesis penelitian ini adalah:

1. Diduga persepsi kewirausahaan untuk menjalankan usaha pensuteraan di Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Diduga strategi pengembangan usaha untuk meningkatkan pensuteraan di Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan.

1.7.Target Capain:

Page 8: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

7

Untuk mewujudkan model dan strategi kewirausahaan yang mandiri ditengah

persaingan pasar persuteraan.

Sasarannya:

Sasaran penelitian untuk model bisnis kanvas berdasarkan sembilan elemen kunci berupa

customer segment, customer relationship, customer channel, revenue structure, value

proposition, key activities, key resource, cost structure, dan key partners:

a. Key partner yaitu menjaga kemitraan dengan para petenun sutera untuk keberlanjutan

usaha pensuteraan.

b. Key activities yaitu menggalakkan kegiatan promosi tenun sutera menjadi fokus

untuk pengembangan usaha pensuteraan.

c. Value proposition yaitu menerapkan proposisi nilai pasar yang menguntungkan

untuk pengembangan usaha pensuteraan.

d. Customer relationship, yaitu memperbaiki hubungan pelanggan dalam hal ini antara

hubungan petani dan petenun, serta petenun dengan pedagang.

e. Customer segmen, yaitu meningkatkan fokus pada segmen pelanggan lokal dalam

memasarkan produk tenun sutera.

f. Key resources, yaitu meningkatkan ketersediaan modal usaha sebagai sumber daya

kunci pengembangan usaha pensuteraan.

g. Channels, yaitu memberdayakan produksi tenun sutera melalui saluran usaha

rumahan sebagai bentuk pengembangan usaha pensuteraan.

h. Revenue stream, yaitu meningkatkan pendapatan melalui pengembangan usaha

pensuteraan dengan target produksi lokal dan nasional.

Selanjutnya sasaran untuk strategi pengembangan usaha pensuteraan yaitu strategi agresif

(Aggressive Strategy), dimana usaha pensuteraan dituntut lebih agresif dalam

menggunakan kekuatannya untuk menghadapi peluang pasar yang besar.

BAB II

Page 9: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

8

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Persepsi

Sugihartono (2007: 8) mengemukakan bahwa persepsi adalah kemampuan otak

dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang

masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut

pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau

persepsi yang positif maupun persepsi negatif yang akan mempengaruhi tindakan

manusia yang tampak atau nyata.

Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses

pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme

atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang

integrated dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh

individu dengan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan

respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan.

Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman

yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil

persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain.

Rakhmat (2007: 51) menyatakan persepsi adalah pengamatan tentang objek,

peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi

dan menafsirkan pesan. Sedangkan, Suharman (2005:23) menyatakan persepsi

merupakan suatu proses menginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh

melalui sistem alat indera manusia. Menurutnya ada tiga aspek di dalam persepsi yang

Page 10: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

9

dianggap relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indera, pengenalan pola,

dan perhatian.

Penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa persepsi

merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan

yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam

lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.

2.2 Konsep Strategi

Berbicara mengenai konsep strategi, terlebih dahulu menjelaskan mengenai

konsep strategi sebagai suatu metodologi yang membantu dalam membuat, menilai

secara kritis dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan

yaitu keyakinan tentang kebenaran yang masuk akal atau plausible tentang hasil

kebijakan organisasi. Maksud dari metodologi yang erat hubungannya dengan

aktivitas intelektual dan praktis dalam strategi, menurut Antonio (2009:85)

menyatakan bahwa strategi disebut juga logic of inquiry yaitu kegiatan pemahaman

manusia mengenai pemecahan masalah sebagai kunci dari metodologi yang

digunakan dalam menganalisis kebijakan organisasi dan merumuskan masalah untuk

mencari solusi sesuai dengan tingkat kebutuhan dinamika organisasi.

Maksud dari uraian pernyataan di atas mengenai strategi merupakan kebijakan

yang menjadi proses untuk menghasilkan pengetahuan dalam proses kebijakan.

Menurut E.S. Quade (2009:75) yang mendeskripsikan strategi sebagai suatu bentuk

analisis yang menghasilkan dan meyakinkan informasi sedemikian rupa, sehingga

dapat memberi landasan dari para pembuat kebijakan dan pembuat keputusan.

Page 11: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

10

2.3 Konsep Kewirausahaan

Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber

acuan karena beragam pula titik berat dan penekanannya. Richard Cantillon (1775),

misalnya mendefenisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment).

Seorang wirausaha membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada

masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi defenisi ini lebih

menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian.

Berbeda dengan Cantillon, menurut Penrose (1963) kegiatan kewirausahaan

mencakup identifikasi peluang di dalam sistem ekonomi. Menurut Harvey

Leinbenstein (1968,1979), kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan

untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum

terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas atau komponen fungsi produksinya

belum diketahui sepenuhnya.

Bygrave (1993) mendefinisikan kewirausahan sebagai penciptaan organisasi

baru untuk meraih peluang. Wirausaha menurut Bygrave (1997) adalah seorang yang

mampu menciptakan usaha baru, termasuk membeli badan usaha yang sudah ada.

Suryana (2004) mengatakan bahwa kewirausahaan adalah sikap, jiwa dan

kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna

bagi dirinya dan orang lain. Wirausaha adalah orang yang terampil memanfaatkan

peluang dalam mengembangkanusahanya dengan tujuan untuk meningkatkan

kehidupannya. Berarti kewirausahaan adalah sikap kreatif dan terampil

memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya.

Page 12: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

11

Menurut McClelland (1961), orang yang telah menjadi wirausaha umumnya

mempunyai tingkat kebutuhan yang lebih tinggi bila dibandingkan orang lain.

Penelitian McClelland ini kemudian menemukan bahwa wirausaha adalah peraih

keberhasilan tingkat tinggi, dimana karakteristik yang sama ditemukan pada

eksekutif perusahaan sukses. Dorongan untuk keberhasilan tersebut tampak dalam

pribadi yang ambisius memulai perusahaan barunya dan kemudian mengembangkan

perusahaan tersebut pada orang tertentu.

Berdasarkan beberapa pengertian dari kewirausahaan (entrepreneur)

sebelumnya disimpulkan bahwa kewirausahaan menyangkut tiga hal penting yaitu

pertama, kreativitas dan inovasi. Kedua, bentuk dari organisasi ekonominya. Dan

ketiga, resiko dan ketidakpastian. Ketiga hal yang membentuk konsep kewirausahaan

ini identik dengan kemampuan para pengusaha dalam dunia usaha business.

2.4 Konsep Strategi Pengembangan Bisnis

Strategi pengembangan bisnis mempunyai kaitan yang erat dengan kegiatan

saluran distribusi, di mana saluran distribusi merupakan bagian dari strategi

pengembangan bisnis yang diterapkan oleh perusahaan dalam meningkatkan

peningkatan penjualan suatu produk/jasa (Vincent Gaspersz, 2008:74).

Tinjauan lain dari Umar Zain (2000:207) mengenai definisi strategi

pengembangan bisnis adalah dua suku kata yang memiliki makna yang luas, yaitu

“strategi” dan “bisnis”. Dimana “strategi” berarti melakukan cara, teknik, taktik dan

langkah-langkah yang mengajak untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan

“bisnis” adalah aktivitas dari pelaksanaan cara atau metode penjualan dan pembelian

suatu produk/jasa. Jadi, strategi pengembangan bisnis adalah melakukan cara yang

Page 13: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

12

tepat untuk mengajak penjual atau pembeli untuk mendapatkan keuntungan dari

metode yang digunakan dalam transaksi jual beli produk/jasa melalui saluran

distribusi yang jelas.

Ini menjadi pemikiran para ahli pemasaran untuk memberikan berbagai batasan

atau definisi yang konsisten, bahwa strategi pengembangan bisnis adalah suatu

aktivitas untuk mengajak penjual atau pembeli dalam mendapatkan keuntungan dari

metode yang digunakan dalam transaksi jual beli suatu produk/jasa. Sehingga,

menurut Tunggal Amin Praja (2007:55), “unsur yang melekat dari strategi

pengembangan bisnis adalah teknik menjual, membeli dan mempromosikan suatu

produk/jasa atau komoditi, sehingga memperoleh keuntungan penerapan strategi

pengembangan bisnis tanpa mengabaikan saluran distribusi”.

2.5 Strategi Pengembangan Bisnis dalam Posisi Persaingan

Pesaing memang bisa merupakan ancaman. Namun, pesaing yang tepat justru

dapat memperkuat, bukannya memperlemah, posisi bersaing perusahaan di banyak

industri, pesaing yang baik justru dapat menunjang berbagai tujuan strategis yang

memungkinkan meningkatnya keunggulan bersaing jangka panjang suatu perusahaan

serta bertambah baiknya struktur industri. Dengan demikian seringkali lebih

menguntungkan bagi perusahaan itu jika terdapat satu pesaing, yang baik atau lebih

dan bahkan jika perusahaan ini dengan sengaja memperkecil bukan berupaya

memperbesar, pangsa pasarnya. Membesarnya pangsa pasar seringkali merupakan hal

yang lebih buruk dari pada semakin kecilnya pangsa pasar. Sekaligus perusahaan

harus memusatkan usahanya untuk menyerang para pesaing yang buruk sambil

Page 14: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

13

mempertahankan posisi relatifnya terhadap para pesaing yang baik. Prinsip-prinsip

ini berlaku bagi semua pemilik pangsa pasar baik yang besar maupun yang kecil.

Strategi dalam posisi persaingan menurut Porter (2004 : 191) adalah cara

sebuah perusahaan dapat memahami dan mempengaruhi berbagai pesaingnya guna

meningkatkan keunggulan bersaingnya serta memperbaiki struktur pemasaran

perusahaan. Hal ini dapat membantu perusahaan mengidentifikasi pesaing yang layak

diserang serta pesaing yang tidak layak diserang karena menguntungkan

kedudukannya sendiri dan struktur pemasaran perusahaan dalam memenangkan

persaingan.

2.6 Model Bisnis Canvas (Business Model Canvas – BMC)

Model bisnis menjadi salah satu yang paling menonjol di antara konsep

manajemen lain. Penyebab utama kepopuleran model bisnis adalah karena ditengarai

banyak organisasi yang tumbuh pesat karena kemampuannya menciptakan model

bisnis yang tepat. Kanvas model bisnis atau lebih dikenal dengan busienss model

canvas (BMC) merupakan konsep model bisnis yang dikembangkan oleh Osterwalder

dan Pigneur (2010:18) yaitu suatu model bisnis yang rumit menjadi sederhana melalui

pendekatan kanvas, ditampilkan dalam satu lembar kanvas, berisi peta sembilan

elemen (kotak). Karena kesederhanaannya, metode kanvas dapat mendorong

sebanyak mungkin karyawan yang terlibat dalam pengembangan model bisnis

perusahaannya, sebagaimana ditunjukkan gambar kanvas model bisnis sebagai

berikut:

Gambar 1

Page 15: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

14

Business Model Canvas

Sumber: Osterwalder dan Pigneur (2010:18)

BMC adalah sebuah model bisnis gambaran logis mengenai bagaimana sebuah

perusahaan menciptakan, menghantarkan dan menangkap sebuah nilai (Osterwalder,

2010). Canvas ini membagi business model menjadi 9 buah komponen utama,

kemudian dipisahkan lagi menjadi komponen kanan (sisi kreatif) dan kiri (sisi logik).

Persis seperti otak manusia. Kesembilan komponen yang ada tersebut adalah sebagai

berikut, (diurut dari kanan ke kiri):customer segment, customer relationship,

customer channel, revenue structure, value proposition, key activities, key resource,

cost structure, dan key partners.

Customer Segment (CS) yaitu menentukan segmen target customer dari bisnis

yang akan dikembangkan. Posisikan diri pada sisi customer untuk Penggunaan BMC

memperhatikan apa yang dilihat, didengar, dipikirkan dan dilakukan, menjadi

Page 16: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

15

keinginan dan tujuan, rasa takut, dan harapan. Value Proposition (VP) yaitu

memperkirakan kebutuhan customer yang sudah diidentifikasi pada customer

segment. Berdasarkan kebutuhan itu, selanjutnya dapat didefinisikan value (nilai) apa

yang akan diberikan agar mampu memenuhi kebutuhan customer. Value yang

diberikan itu akan menjadi nilai inti dari kegiatan bisnis.

Customer Relationship (CR) yaitu mendefinisikan hubungan antara perusahaan

dan customer. Macam-macam jenis hubungan mulai dari memberikan bantuan

personal perorangan kepada setiap customer, dengan memanfaatkan komunitas, atau

bahkan berupa ‘self service’, yaitu tidak berhubungan langsung dengan customer.

Channel (CH) yaitu cara untuk mencapai customer. Channel ini adalah jalur antara

perusahaan dengan customer, bagaimana delivery dari value yang diberikan akan

mampu mencapai customer dengan baik.

Revenue Stream (RS) yaitu representasi dari jalur penerimaan uang yang akan

diterima dari setiap customer segment. Definisikan cara tertentu untuk menghasilkan

revenue dari setiap customer segment. Key Resource (KR) adalah sumber daya utama

yang menjelaskanmengenai aset terpenting yang diperlukan dalam membuat model

bisnis kerja. Setiap model bisnis memerlukan sumber daya utama yang

memungkinkan perusahaan untuk membuat dan melebihi proposisi nilai, mencapai

pasar, memelihara hubungan dengan segmen pelanggan, dan memperoleh

pendapatan.

Key Activities (KA) adalah kegiatan utama yang menjelaskan hal terpenting

yaitu perusahaan harus membuat model bisnis. Setiap model bisnis dibuat untuk

sejumlah kegiatan utama. Hal ini merupakan tindakan yang paling penting bagi

Page 17: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

16

perusahaan sehingga harus maksimal untuk dapat menghasilkan operasi yang

berhasil.

Key Partners (KP) adalah kunci kemitraan yang menjelaskan jaringan pemasok

dan mitra yang membuat pekerjaan model bisnis. Perusahaan menjalin kemitraan

untuk banyak alasan, dan kemitraan menjadi landasan model bisnis.Perusahaan

membentuk aliansi untuk mengoptimalkan model bisnisnya, mengurangi resiko, atau

memperoleh sumber daya. Ada empat jenis kemitraan yaitu strategi aliansi antara

non-pesaing, strategi kemitraan antara pesaing, usaha bersama untuk

mengembangkan bisnis baru dan hubungan pembeli-pemasok untuk menjamin

pasokan yang dapat diandalkan

Cost Structure adalah struktur biaya yang menggambarkan semua biaya yang

dikeluarkan dalam mengoperasikan model bisnis ini. Blok bangunan ini menjelaskan

biaya yang paling besar terjadi antara biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk dapat

menghasilkan value proposition yang ditujukan pada Customer Segment sehingga di

peroleh Revenue Stream. Biaya tersebut dapat dihitung relatif mudah setelah

mendefinisikan sumber daya utama, kegiatan utama, dan kunci kemitraan.

2.7 Konsep SWOT

Analsis SWOT digunakan untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan. Dengan melihat kekuatan yang

dimiliki serta mengembangkan kekuatan tersebut dapat dipastikan bahwa perusahaan

akan lebih maju dibanding pesaing yang ada. Demikian juga dengan kelemahan yang

dimiliki harus diperbaiki agar perusahaan bisa tetap eksis. peluang yang ada harus

dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh perusahaan agar volume penjualan dapat

Page 18: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

17

meningkat. Dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan haruslah dihadapi

dengan mengembangkan strategi pengembangan bisnis yang baik.

SWOT menurut Sutojo (2002 : 8) adalah untuk menentukan tujuan usaha yang

realistis, sesuai dengan kondisi perusahaan dan oleh karenanya diharapkan lebih

mudah tercapai. swot adalah singkatan dari kata-kata strength (kekuatan perusahaan)

weaknesses (kelemahan perusahaan), opportunities (peluang bisnis) dan threats

(hambatan untuk mencapai tujuan).

Analisis SWOT menurut Rangkuti (2002 : 19) adalah bagaimana perusahaan

melihat kekuatan dan kelemahan yang dipakai akibat pengaruh dari dalam perusahaan

(internal capability) dan bagaimana perusahaan melihat peluang dan ancaman dari

lingkungan luar yang perlu diketahui untuk menyusun strategi yang efektif.

Definisi dari faktor-faktor penilaian tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kekuatan (Strength) adalah sumber daya, keterampilan dan keunggulan relatif

perusahaan dan keinginan pasar yang dilayani perusahaan atau diharapkan untuk

dilayani.

b. Kelemahan (Weakness) adalah keterbatasan atau kekurangan yang secara berarti

mengurangi kinerja perusahaan.

c. Peluang (Opportunities) adalah suatu yang paling menguntungkan dalam suatu

lingkungan perusahaan.

d. Ancaman (Threat) adalah situasi yang tidak menguntungkan perusahaan. Bentuk

ancaman yang dihadapi perusahaan datang dari pesaing.

2.8 Penelitian Terdahulu

Page 19: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

18

1. Line Hvilsom (2012). Business Model Components and Their Interrelations: A

Study of Understandings and Interpretations of Busienss Models and A Single

Case Study of Liz Claiborne. Department of International Economis and

Management, Copenhagen Business School. Rekomendasi untuk menggunakan

model bisnis kanvas sebagai sebuah persepsi bisnis dalam menerapkan strategi.

Model ini sangat membantu untuk mengembangkan bisnis melalui sembila unsur

penting dalam keberhasilan pemasaran bisnis dalam mendukung strategi yang

tepat digunakan.

2. Alexander Ostewalder dan Yves Pigneur (2009). Business Model Generation.

Business and Design. ISBN: 978-2-8399-0580-0. Model bisnis kanvas

merupakan sebuah model bisnis yang tepat dalam melakukan persepsi bisnis

yang maju dan berkembang. Ada sembilan unsur kanvas yang dapat dituangkan

dalam aktivitas pemasaran bisnis.

3. Mark G Livinston (2012). The Reinvention of Business: New Operating Models

for the Nex Generation Enterprise. A Report by Harvard Busienss Review

Analytic Service. Kewirausahaan sangat mendukung model bisnis kanvas untuk

mengelola sebuah persepsi bisnis dalam aktivitas pemasaran yang menerapkan

strategi analitik dengan menggunakan sembilan elemen penilaian bisnis.

4. Manajemen Forum.Com. (2010). Business Model Canvas. Executive

Development Program. http://www.forummanajemen.com. Model bisnis kanvas

menjadi solusi yang tepat dalam pengembangan kewirausahaan melalui

penerapan persepsi bisnis yang memiliki strategi memenangkan persaingan.

5. Wisnu Sakti Dewobroto (2013). Penggunaan Business Model Canvas sebagai

Dasar untuk Menciptakan Alternatif Strategi Bisnis dan Kelayakan Usaha. Jurnal

Page 20: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

19

Teknik Industri. ISSN: 1411-6340. Rekomendasi hasil penelitian dengan

Business Model Canvas dapat disimpukan bahwa terdapat 9 area yang harus

menjadi fokus strategi salon mobil 21 DUA SATU. Value dari salon mobil harus

menekankan pada produk premium, kenyamanan fasilitas tempat dan hasil akhir

yang berkualitas serta bergaransi. Hal ini berdasarkan dari segmentasi utama

salon mobil yaitu wiraswasta, pegawai swasta atau mahasiswa yang berusia

antara 25 – 54 tahun. Selain tempat yang dekat dengan sentra onderdil BSD city

Serpong, konsumen tertarik akan penawaran membership yang mempunyai

fasilitas utama salon mobil bergaransi.

6. Fitri Fatimah Patmana Putri (2014) Analisis Inovasi Model Bisnis Menggunakan

Pendekatan Business Model Canvas. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Telkom. Rekomendasi hasil penelitian menemukan bahwa terdapat ancaman

yang harus diantisipasi seperti memperbaiki website yeng merupakan channel

penting bagi Bebek Garang. Bebek Garang harus membuat sistem delivery yang

lebih efisien. Bebek Garang harus menambahkan value propositions kepada

pelanggan melalui kenyamanan pelanggan agar tidak terjadi perpindahan

pelanggan kepada pesaing, karena hal tersebut merupakan antisipasi Bebek

Garang terhadap ancaman yang akan datang.

7. Abu Hafs Al Faruq (2014) Analisis Pengembangan Bisnis pada PT. Bonli Cipta

Sejahtera dengan Pendekatan Business Model Canvas. Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Telkom. Hasil penelitian merekomendasikan model bisnis

PT.Bonli Cipta Sejahtera saat ini sudah cukup baik jika ditinjau dari aspek-aspek

Business Model Canvas. Saran bagi PT.Bonli Cipta Sejahtera agar menambah

media online dan offline untuk lebih menjangkau pelanggan, yang kedua

Page 21: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

20

menjaga hubungan baik dengan pelanggan melalui IT, yang ketiga menambah

varian jenis kue agar pelanggan tidak bosan, yang keempat memberikan promo-

promo khusus kepada pelanggannya, yang kelima membuat delivery service agar

memudahkan pelanggan melakukan pembelian dan saran yang terakhir membuat

anak perusahaan agar menambah pendapatan perusahaan.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Page 22: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

21

Penelitian ini dirancang untuk menjawab permasalahan yang telah

dirumuskan dan tujuan yang hendak dicapai serta menguji hipotesis. Rancangan

penelitian menurut Kerlinger (2000) merupakan suatu struktur penyelidikan yang

disusun sedemikian rupa, sehingga peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-

pertanyaan penelitian, dibedakan sebagai berikut:

1. Penelitian ini merupakan penelitian exploratory yaitu berusaha untuk mencari

hubungan-hubungan yang relatif baru, dan explanatory yaitu penelitian yang

dilakukan dengan cara menjelaskan gejala yang ditimbulkan oleh suatu obyek

penelitian.

2. Ditinjau dari aspek datanya adalah penelitian ex post facto, yang berarti setelah

kejadian yaitu penelitian yang bersifat pencarian empirik yang sistematik.

3. Ditinjau dari tujuannya adalah studi kausal yang berusaha menjelaskan persepsi

kewirausahaan dan strategi pengembangan usaha pensuteraan Kabupaten Wajo

Provinsi Sulawesi Selatan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan

tepatnya pada industri pensuteraan. Tempat lokasi penelitian ini dipilih dengan

alasan memudahkan peneliti memperoleh data penelitian baik bersifat data primer

maupun data sekunder, demikian pula peneliti banyak mengetahui mengenai kondisi

lingkungan kerja, termasuk untuk melihat persepsi kewirausahaan dan strategi

pengembangan usaha pensuteraan.

Waktu penelitian dilakukan berdasarkan lama waktu kegiatan penelitian mulai

dari melakukan usulan penelitian, kegiatan survei lapangan, pembuatan proposal,

Page 23: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

22

kegiatan penelitian, pengumpulan data penelitian, sampai dengan perampungan hasil

penelitian dan proses kegiatan penyelesaian penelitian yang membutuhkan waktu

kurang lebih 1 (satu) bulan persiapan, 1 (satu) bulan persiapan pengumpulan data dan

pembuatan hasil penelitian dan 1 (satu) bulan proses kegiatan penyelesaian studi.

Jumlah waktu yang digunakan selama 3 (tiga) bulan.

3.3 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan:

1. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data melalui tanya jawab langsung kepada

sejumlah responden terpilih yang berkaitan dengan persepsi kewirausahaan dan

strategi pengembangan usaha pensuteraan Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi

Selatan.

2. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data di mana peneliti terlibat langsung untuk

mengamati persepsi kewirausahaan dan strategi pengembangan usaha

pensuteraan Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan.

3. Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari buku-

buku maupun jurnal yang berkaitan dengan topik pembahasan.

4. Penyebaran kuesioner digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif terdiri dari

variabel bebas dan variabel terikat. Teknik pengukuran, menggunakan Skala

Likert. Teknik ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada responden

untuk dijawab sesuai dengan tingkat penerimaan responden. Sifat pertanyaan

tertutup, artinya jawaban sudah ditentukan oleh peneliti, responden tinggal

memilih jawaban yang tersedia. Jawaban terdiri dari empat kategori yaitu 4,3,2,1,

Page 24: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

23

di mana masing-masing jawaban akan ditabulasikan, sehingga diperoleh nilai

rata-ratanya.

3.4 Populasi dan Teknik Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah para petenun sutera yang menjalankan

usaha pensuteraan sebanyak 231` orang.

Sampel adalah kumpulan sampling unit yang dipilih dari suatu kerangka

sampling. Emory dan Cooper (1991) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian

dari populasi yang dipilih secara cermat untuk mewakili populasi. Singarimbun

(1995) bahwa penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu

populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.

Menggunakan rumus Slovin sebagai berikut.

n = 21 NeN

+

Keterangan:

n = Jumlah Sampel

N = Besar Populasi

e = Tingkat Kepercayaan (5% = 0.05)

3.5 Analisis Data

Untuk membuktikan hipotesis yang dikemukakan penulis, maka metode

analisis model bisnis canvas untuk mengetahui persepsi kewirausahaan dan analisis

Page 25: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

24

SWOT untuk mengetahui strategi pengembangan usaha pensuteraan Kabupaten

Wajo Provinsi Sulawesi Selatan.

Model bisnis canvas (business model canvas – BMC) sebagai dasar untuk

menciptakan alternatif strategi pengembangan bisnis dan kelayakan usaha

pensuteraan, yang dibagi menjadi dua yaitu pertama untuk mengetahui skema garis

besar strategi perusahaan dengan memetakan bisnis usaha pensuteraan dalam BMC

dan kedua, melihat kelayakan bisnis dari sisi finansial melalui analisa reveneu stream

(pendapatan) dan cost structure (biaya) ada BMC yang telah dibuat.

Analisis SWOT adalah suatu analisis untuk mengetahui kekuatan dan

kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi oleh usaha pensuteraan dalam

penerapan BMC. Hal ini dilakukan untuk menentukan bobot dan rating dari faktor

internal yaitu kekuatan, kelemahan dan faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman.

5. SWOT (Strenghts, Weaknesess, Opportunities dan Threats) adalah pendekatan

analisis untuk menentukan formulasi strategi pengembangan bisnis di masa

mendatang.

a. Kekuatan (strenghts) adalah faktor-faktor internal perusahaan yang

mendukung atau mempunyai keunggulan untuk pencapaian perkembangan

pasaran. Kekuatan yang dimaksud meliputi sumber daya manusia, sumber

daya keuangan, kepemimpinan pasar, hubungan pelanggan dan kepemilikan

usaha pensuteraan

b. Kelemahan (weaknesses) adalah faktor-faktor internal perusahaan yang

menghambat atau membatasi perkembangan pasar. Kelemahan yang

Page 26: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

25

dimaksud berupa sumber daya keuangan, kemampuan manajemen,

keterampilan pemasaran dan citra usaha pensuteraan.

c. Peluang (opportunities) adalah faktor-faktor di luar lingkungan perusahaan

yang menguntungkan dalam perkembangan pasar. Peluang yang dimaksud

berupa segmen pasar, perubahan kompetisi atau kebijakan, teknologi dan

peningkatan hubungan dengan pelanggan atau pemilik usaha pensuteraan.

d. Ancaman (threats) adalah faktor-faktor di luar lingkungan perusahaan yang

merupakan ancaman bagi perusahaan sehingga menghambat perkembangan

pasar. Ancaman yang dimaksud berupa pertumbuhan pasar yang lambat,

persaingan yang tidak sehat, kemajuan teknologi dan perubahan kebijakan

pengembangan usaha pensuteraan.

3.6 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah gambaran tentang fokus pengamatan penelitian

meliputi pengembangan usaha, persepsi kewirausahaan berdasarkan model BMC dan

strategi pengembangan usaha melalui SWOT. Lebih jelasnya ditunjukkan kerangka

konseptual sebagai berikut:

Gambar 5

Kerangka Konseptual

Usaha Pensuteraan

Persepsi Kewirausahaan BMC

Strategi Pengembangan Usaha SWOT

Pengembangan Kewirausahaan

Page 27: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

26

3.7 Kerangka Model Operasional Penelitian

Gambar 6 Kerangka Model Operasional Penelitian

USAHA PENSUTERAAN DI KABUPATEN WAJO

Persepsi Kewirausahaan

PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN

Business Model Canvas

- Customer Segment - Value Proposition - Channel - Customer Relationship - Revenue Stream - Key Resources - Key Activities - Key Partnership - Cost Structure

Strategi Pengembangan

SWOT

- Strength - Weakness - Opportunity - Threats

PENGEMBANGAN USAHA

Page 28: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

27

BAB 4

BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1. Anggaran Biaya

Tabel 4.1 Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi yang Diajukan Setiap Tahun

No. Jenis Pengeluaran Biaya yang diusulkan (Rp)

Tahun I Tahun II 1. Honor Tim Peneliti 19.800.000 19.800.000 2. Peralatan Penunjang 10.800.000 8.400.000 3. Bahan Habis Pakai 2.400.000 2.400.000 4. Perjalanan 18.000.000 18.000.000 5. Lain-lain 9.000.000 9.000.000 Total 60.000.000 57.600.000

4.2. Jadwal Penelitian

Adapun jadwal kegiatan penelitian ini secara lebih rinci dapat disajikan pada tabel

berikut. Tabel 4.2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Waktu Penelitian

Uraian Kegiatan Bulan Ke - 05 06 07 08 09 10 11 12

Tahun Pertama (I)

Administrasi Perizinan Pembuatan Kuesioner/Instrumen

Uji Coba Kuesioner Pengumpulan Data Sekunder Pengumpulan Data/Kuesioner FGD (Focus Group Discussion)

Tabulasi Data Pengolahan dan Analisis Data Pembuatan Laporan Penelitian

Tahun Kedua (II)

Pengumpulan Data Tambahan Pengolahan dan Analisis Data Pembuatan Laporan Penelitian Seminar Laporan Penelitian Publikasi Hasil Penelitian

Page 29: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

28

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Penelitian

1. Gambaran Usaha Pensuteraan di Kabupaten Wajo

Sengkang yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Wajo letaknya kurang

lebih 250 km dari Makassar Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Sejak dahulu

dikenal sebagai kota niaga karena masyarakatnya yang sangat piawai dalam

berdagang. Berbagai macam kebutuhan hidup seperti pakaian, sepatu, tas, barang

elektronik, kain dan kain sarung bahkan kebutuhan pokok lainnya konon

memiliki harga yang relatif murah jika dibandingkan di daerah lainnya. Tidak

mengherankan jika Sengkang menjadi salah satu kota dengan perputaran

ekonomi yang sangat tinggi di Sulawesi Selatan.

Disamping dikenal sebagai kota niaga, sarung sutera menjadikan ibukota

Kabupaten Wajo semakin akrab ditelinga dan hati orang-orang yang pernah

berkunjung ke kota ini, kelembutan dan kehalusan tenunan sarung sutera

Sengkang sudah sedemikian dikenal bahkan hingga kemancanegara.

Menengok ke masa lalu, aktivitas masyarakat Wajo dalam mengelola

persuteraan sudah dilakukan secara turun temurun baik diusahakan sebagai

kegiatan sampingan maupun dikelola dalam skala industri rumah tangga bahkan

sampai industri menegah dan Industri Modern.

Hampir disetiap kecamatan di daerah ini ditemukan kegiatan persuteraan.

Mulai dari kegiatan proses hulu sampai ke hilir.Kegiatan pemeliharaan ulat sutera

yang dipusatkan di Kecamatan Sabbang Paru.Kemudian di proses melalui dengan

Page 30: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

29

cara dipintal dan menjadi benang hingga ke proses penenunan dan menjadi

selembar kain sutera.Pembuatan kain sutera dulunya dipusatkan di Kecamatan

Tanasitolo saja, namun sekarang sudah tersebar ke beberapa kecamatan seperti

Pammana, Tempe, Majauleng dan sebagian di Sabbangparu.

Bahasa lokal (Bugis) sutera disebut dengan "Sabbe", dimana dalam proses

pembuatan benang sutera menjadi kain sarung sutera masyarakat pada umumnya

masih menggunakan peralatan tenun tradisional yaitu alat tenun gedogan atau

yang dinamakan masyarakat Wajo adalah “Tennung Bola” dengan berbagai

macam motif yang diproduksi seperti motif "Balo Tettong" (bergaris atau tegak),

motif "Makkalu" (melingkar), motif "Mallobang" (berkotak kosong), motif "Balo

Renni" (berkotak kecil). Diproduksi dengan mengkombinasikan atau

menyisipkan "Wennang Sau" (lusi) timbul serta motif "Bali Are" dengan sisipan

benang tambahan yang mirip dengan kain damas.

Industri tenun sutera mulai dikembangkan di Kabupaten Wajo pada tahun

1965 oleh seorang tokoh perempuan yang juga seorang bangsawan "Ranreng

Tua" Wajo yaitu Datu Hj. Muddariyah Petta Balla'sari yang melihat potensi

pengembangan sutera di Wajo dengan memprakarsai dan memperkenalkan alat

tenun baru dari Thailand yang mampu memproduksi sutera asli (semacam Thai

Silk) dalam skala besar.

Beliau juga mendatangkan seorang ahli pertenunan dari Thailand untuk

mengajarkan penggunaan alat tenun tersebut kepada masyarakat setempat

sekaligus menularkan berbagai ilmu pertenunan sehingga mampu menghasilkan

produksi sutera yang berkualitas tinggi. Berawal dari prakarsa inilah sehingga

Page 31: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

30

memacu ketekunan dan membuka wawasan kreativitas masyarakat dan pengrajin

yang lain untuk mengembangkan kegiatan persuteraan di Kabupaten Wajo.

Diketahui bahwa Provinsi Sulawesi Selatan, khususnya industri sutera.

Industri sutera merupakan industri tradisional yang sudah berkembang di

masyarakat Sulawesi Selatan. Pertenunan rakyat (gedogan) ini dengan cepat

berkembang karena tradisi masyarakat yang suka menenun dan masyarakat

memakai sarung sutera untuk berbagai macam upacara adat seperti perkawinan

dan pesta panen. Berikut ditunjukkan beberapa gambar hasil produksi sutera

sebagai berikut:

Gambar 7

Hasil Produksi Kain Sutera Tenunan sutera tradisional ini juga menjadi salah satu komoditi

perdagangan.Saat ini usaha tenunan sutera di Sulawesi Selatan semakin

berkembang sejak digunakannya Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) serta Alat

Tenun Mesin (ATM), dibandingkan alat tenun tradisional atau gedogan.

Dibandingkan alat tenun gedogan, kedua peralatan tenun ini dapat menghasilkan

tenunan dengan ukuran dan desain lebih beragam dalam waktu produksi yang

lebih singkat, memenuhi permintaan pasar yang tinggi. Berikut ditunjukkan

gambar alat tenun tradisional dan alat tenun mesin ang digunakan untuk membuat

kain sutera.

Page 32: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

31

Gambar 8 Alat Tenun Sutera Tradisional dan Mesin

ATBM dan ATM memang lebih efektif serta menguntungkan bagi

pengrajin dan pengusaha. Pada tahun 2012, sebanyak 1.976 unit usaha tenunan

sutera Sulawesi Selatan sudah menggunakan ATM dan 8.676 unit Usaha

menggunakan ATBM (Disperindag, 2013). Perkembangan ini ternyata tidak serta

merta menghilangkan alat tenun gedogan dari kegiatan pertenunan sutera

Sulawesi Selatan karena hingga saat ini, terutama di kabupaten Wajo yang

merupakan sentra utama perajin tenunan sutera Sulawesi Selatan masih

ditemukan penggunaan alat tenun gedogan oleh perajin setempat. Padahal secara

logis, menilik dari segi produktivitas dan nilai ekonomi, perajin gedogan tentu

mengalami kesulitan untuk bersaing dalam industri pertenunan sutera

didaerahnya.

Persuteraan alam merupakan rangkaian kegiatan agroindustri yang

dimulai dari penanaman murbei, pembibitan dan pemeliharaan ulat sutera

(Bombyx mori. L), permintalan benang, penenunan kain, sampai pada pemasaran

kain sutera. Usaha ini termasuk pada usaha industri rumah tangga yang relatif

mudah dikerjakan, berteknologi sederhana, bersifat padat karya, cepat

menghasilkan dan bernilai ekonomis tinggi. Kegiatan persuteraan alam juga

merupakan salah satu upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah, serta

merupakan salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan daya dukung dan

Page 33: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

32

produktivitas lahan terutama pada lahan-lahan yang belum optimal

dimanfaatkan. Lebih jelasnya ditunjukkan gambar di bawah ini:

Gambar 9 Penanaman Murbei, Pembibitan dan Pemeliharaan Ulat Sutera

Sebagai negara berhutan tropis Indonesia memiliki potensi yang besar

bagi pengembangan agroindustri persuteraan alam ini, meskipun pada

kenyataannya belum secara maksimal dikelola menjadi industri massa yang

terintegrasi dari hulu ke hilir. Padahal, sebagaimana dikatakan Susatijo (2008),

kegiatan persuteraan alam ini mempunyai peran yang cukup strategis, antara lain

karena: 1) dapat melibatkan tenaga kerja, termasuk petani; 2) membuka

kesempatan usaha; 3) memberi kesempatan mengembangkan ekonomi

kerakyatan; 4) meningkatkan pendapatan petani; 5) meningkatkan devisa; dan 6)

membuka peluang dibidang jasa.

Sulawesi Selatan selama ini dikenal sebagai salah satu sentra persuteraan

alam di Indonesia, meskipun dalam lima tahun terakhir ini mengalami penurunan

produksi yang cukup signifikan (Antara News, 21/12/2010). Berdasarkan

Keputusan Menteri Kehutanan No. 664/Kpts-II/2002 tanggal 7 Maret 2002,

terkait wilayah kerja Balai Persuteraan Alam meliputi Sulawesi dan sekitarnya,

sentra produksi persuteraan alam di Sulawesi Selatan.

Page 34: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

33

Menyimak masalah persuteraan alam di Sulawesi Selatan haruslah melihat

rangkaian mata rantai pada persuteraan alam dari segmen usaha hulu sampai pada

segmen usaha hilir.Setiap tahapannya memiliki permasalahan sendiri-sendiri

serta kendala teknik. Sumber daya manusia dan teknologinya saling

mempengaruhi dan pada masing-masing tahapan mata rantai melibatkan

kelompok masyarakat seperti petani, pengrajin, pengusaha.Hasil yang berbeda

secara kumulatif muncul pada mutu produksi kokon, benang bahkan sampai pada

mutu kain sutera yang menjadi hasil akhir dari rangkaian mata rantai proses

produksi persuteraan alam.

2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan gambaran mengenai identitas yang

menjelaskan umur, pendidikan terakhir dan pengalaman yang dimiliki responden.

Karakteristik responden ini menjadi penting untuk menjelaskan keterkaitannya

dengan persepsi kewirausahaan dan strategi pengembangan usaha persuteraan di

Kabupaten Wajo. Responden dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 235

responden berdasarkan rumus Slovin. Berikut dapat dilihat detail data

karakteristik responden penelitian ini:

Page 35: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

34

Tabel 2 Karakteristik Responden

No Respoden berdasarkan Klasifikasi

Jumlah Responden F %

1 Umur (Tahun)

31 – 40 17 7,2 41 – 50 81 34,5 51 – 60 84 35,7

> 60 53 22,6 Total 235 100.0

2 Pendidikan

SD 117 49.8 SMP 87 37.0 SMA 31 13.2

Total 235 100.0

3 Pengalaman (Tahun)

1 – 10 10 4,3 11 – 20 71 30,2

> 20 154 65,5 Total 235 100.0

Sumber: Data Primer Diolah, 2016.

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa frekuensi responden berdasarkan

umur umumnya berusia antara 51 – 60 tahun yaitu ada sebanyak 84 orang atau

35.7% dan berusia antara 41 – 50 tahun sebanyak 81 orang atau 34.5%. Hal ini

menunjukkan bahwa responden yang berkecimpung dalam usaha sutera dalam

penelitian ini sebagian besar merupakan responden yang sudah memahami betul

usaha persuteraan yang digelutinya, melihat usia yang dimiliki juga ada yang

telah berusia lanjut, artinya sudah paham betul tentang persuteraan dan tidak mau

beralih ke bidang usaha lain.

Page 36: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

35

Dilihat dari tingkat pendidikan, umumnya responden adalah tamatan

sekolah dasar (SD) yaitu ada 117 orang atau 49.8%. Ini berarti bahwa responden

yang berkecimpung dalam usaha pensuteraan rata-rata berpendidikan rendah,

sehingga perlu mendapatkan pelatihan dan pembimbingan yang intensif atas

usahanya dari pihak-pihak terkait terutama pemerintah. Hal ini secara tidak

langsung memerlukan kebijakan pemerintah untuk berfokus pada peningkatan

pelatihan baik teknis dan manajerial kepada para petenun sutera.

Selanjutnya pengalaman responden terlihat umumnya memiliki

pengalaman > 20 tahun yaitu sebanyak 154 orang atau 65.1%. Ini menunjukkan

bahwa responden sudah sangat berpengalaman dalam berkecimpun dalam bidang

persuteraan, dan hal tersebut didukung dengan usia yang dimiliki renponden.

Melalui pengalaman kerja yang dimilikinya, responden akan lebih mampu

memunculkan jiwa kewirausahaannya, di mana orientasi kewirausahaan

merupakan cerminan jiwa seseorang yang berdasarkan pada disiplin diri,

motivasi positif, keberanian atas resiko dan kepercayaan diri.

3. Persepsi Kewirausahaan Pensuteraan dengan Pendekatan BMC

Persepsi kewirausahaan persuteraan diterapkan berdasarkan kanvas model

bisnis atau yang lazim disebut dengan Business Model Canvas atau BMC yang

dianalisis secara statistik deskriptif dengan menginterprestasikan nilai rata-rata

dari masing-masing unsur elemen kanvas untuk memberikan gambaran persepsi

kewirausahaan pensuteraan berdasarkan tanggapan responden. Lebih jelasnya

diuraikan sebagai berikut:

Page 37: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

36

a. Customer Segment yaitu pangsa pasar yang potensial untuk memasarkan

produk dan jasa usaha pensuteraan. Berikut tanggapan responden untuk

elemen kanvas customer segment pada Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3 Frekuensi/Prosentase BMC untuk Elemen Segmen Pelanggan

(Customer Segment)

Indikator Skor Jawaban Responden

Mean 1 2 3 4 F % F % F % F %

SP1 36 15.3 127 54.0 70 29.8 2 0.9 2.16

SP2 20 8.5 11 4.7 176 74.9 28 11.9 2.90

SP3 0 0.0 13 5.5 217 92.3 5 2.1 2.97

Rata-rata Mean Segmen Pelanggan (SP) 2.68 Sumber: Data primer diolah (2016).

Tabel 3 dapat diketahui bahwa umumnya responden memberikan

jawaban yang berbeda-beda. Untuk segmen pelanggan sutera internasional

kebanyakan responden menjawab kurang setuju (54%) dengan mean 2.16,

segmen pelanggan sutera nasional seluruh responden menjawab setuju

(74.9%) dengan mean 2.90 dan segmen pelanggan sutera lokal kurang setuju

(92.3%) dengan mean 2.97. Rata-rata mean untuk ketiga unsur elemen

segmen pelanggan yaitu 2.68 yang berarti bahwa kanvas model bisnis untuk

segmen pelanggan perlu dioptimalkan, agar mampu mencapai segmen

pelanggan sutera internasional dalam rangka pengembangan usaha

persuteraan di Kabupaten Wajo.

Page 38: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

37

b. Value Proposition yaitu kelayakan nilai produk dan jasa usaha pensuteraan

yang ditawarkan. Berikut tanggapan responden untuk elemen kanvas value

proposition pada Tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4 Frekuensi/Prosentase BMC untuk Elemen Proposisi Nilai

(Value Proposition)

Indikator Skor Jawaban Responden

Mean 1 2 3 4 F % F % F % F %

PN1 1 0.4 57 24.3 176 74.9 1 0.4 2.75

PN2 55 23.4 139 59.1 39 16.6 2 0.9 1.95

PN3 87 37.0 78 33.2 70 29.8 0 0.0 1.93

Rata-rata Mean Proposisi Nilai (PN) 2.21 Sumber: Data primer diolah (2016).

Tabel 4 dapat diketahui bahwa umumnya responden memberikan

jawaban yang berbeda-beda. Untuk proposisi nilai pasar yang

menguntungkan kebanyakan responden menjawab setuju (74.9%) dengan

mean 2.75, nilai produksi mengalami peningkatan responden menjawab

kurang setuju (59.1%) dengan mean 1.95 dan pengadaan bahan mentah

umumnya menjawab tidak setuju (37%) dengan mean 1.93. Rata-rata mean

untuk ketiga unsur elemen proposisi nilai yaitu 2.21 yang berarti bahwa

kanvas model bisnis dilihat dari proposisi masih kurang optimal, sehingga

perlu ada upaya inovasi untuk meningkatkan kelayakan nilai atas produk dan

jasa usaha persuteraan yang ditawarkan dalam pengembangan usaha

pensuteraan di Kabupaten Wajo, khususnya dalam hal nilai produksi dan

Page 39: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

38

ketersediaan bahan mentah yang dinilai masih sangat minim dalam

pengadaannya.

c. Channel yaitu saluran yang digunakan untuk memasarkan produk dan jasa

usaha pensuteraan. Berikut tanggapan responden untuk elemen kanvas

channel pada Tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5 Frekuensi/Prosentase BMC untuk Elemen Saluran (Channel)

Indikator Skor Jawaban Responden

Mean 1 2 3 4 F % F % F % F %

S1 3 1.3 3 1.3 226 96.2 3 1.3 2.97 S2 147 62.6 52 22.1 35 14.9 1 0.4 1.53 S3 4 1.7 36 15.3 183 77.9 12 5.1 2.86

Rata-rata Mean Saluran (S) 2.45 Sumber: Data primer diolah (2016).

Tabel 5 dapat diketahui umumnya responden memberikan jawaban

setuju, yaitu saluran usaha rumah produksi (96.2%) dengan mean 2.97,

saluran usaha industri ditanggapi tidak setuju (62.6%) dengan mean 1.53 dan

saluran usaha perdagangan ditanggapi setuju (77.9%) dengan mean 2.86.

Rata-rata mean untuk ketiga unsur elemen saluran yaitu 2.45 yang berarti

bahwa kanvas model bisnis untuk keberadaan saluran pemasaran masih perlu

ditingkatkan khususnya saluran usaha industri yang menunjukkan mean yang

rendah harus menjadi perhatian untuk dikembangkan karena saluran menjadi

hal penting dalam memasarkan produk persuteraan di Kabupaten Wajo.

d. Customer Relationship yaitu interaksi antara pelaku usaha dengan pelanggan

dalam transaksi produk dan jasa usaha pensuteraan. Berikut tanggapan

Page 40: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

39

responden untuk elemen kanvas customer relationship pada Tabel 6 sebagai

berikut:

Tabel 6 Frekuensi/Prosentase BMC untuk Elemen Hubungan Pelanggan

(Customer Relationship)

Indikator Skor Jawaban Responden

Mean 1 2 3 4 F % F % F % F %

HP1 197 83.8 26 11.1 11 4.7 1 0.4 1.22

HP2 1 0.4 7 3.0 216 91.9 11 4.7 3.01

HP3 0 0.0 5 2.1 223 94.9 7 3.0 3.01

Rata-rata Mean Hubungan Pelanggan (HP) 2.41 Sumber: Data primer diolah (2016).

Tabel 6 dapat diketahui umumnya responden memberikan jawaban

setuju. Jawaban responden mengenai hubungan petani dengan pedagang

adalah tidak setuju (83.8%) dengan mean 1.22, hubungan petani dengan

petenun yaitu setuju (91.9%) dengan mean 3.01 dan hubungan petenun

dengan pedagang yaitu setuju (94.9%) dengan mean 3.01. Rata-rata mean

untuk ketiga unsur elemen saluran yaitu 2.41 yang berarti bahwa kanvas

model bisnis ditentukan oleh terjalinnya hubungan pelanggan. Namun perlu

ada keeratan dalam hubungan pelanggan khususnya antara petani dan

pedagang yang menunjukkan mean yang rendah. Melalui hubungan

pelanggan yang masih perlu ditingkatkan baik antar petani, petenun dan

Page 41: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

40

pedagang akan mendukung dalam pengembangan usaha pensuteraan di

Kabupaten Wajo.

e. Revenue Stream yaitu sumber aliran keuntungan atas pengadaan barang dan

jasa usaha pensuteraan. Berikut tanggapan responden untuk elemen kanvas

revenue stream pada Tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7 Frekuensi/Prosentase BMC untuk Elemen Aliran Pendapatan

(Revenue Stream)

Indikator Skor Jawaban Responden

Mean 1 2 3 4 F % F % F % F %

AP1 33 14.0 69 29.4 121 51.5 12 5.1 2.48 AP2 0 0.0 0 0.0 234 99.6 1 0.4 3.00 AP3 0 0.0 1 0.4 222 94.5 12 5.1 3.05

Rata-rata Mean Aliran Pendapatan (AP) 2.84 Sumber: Data primer diolah (2016).

Tabel 7 dapat diketahui umumnya responden yang memberikan

jawaban setuju untuk aliran pendapatan berdasarkan penyediaan bahan

mentah (51.5%%) dengan mean 2.48, aliran pendapatan berdasarkan tenunan

gedongan atau mesin dengan jawaban setuju (99.6%) dengan mean 3.00 dan

aliran pendapatan berdasarkan produksi lokal dan nasional dengan jawaban

setuju (94.5%) dengan mean 3.05. Rata-rata mean untuk ketiga unsur elemen

aliran pendapatan yaitu 2.84 yang berarti bahwa kanvas model bisnis

Page 42: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

41

ditentukan oleh aliran pendapatan untuk pengembangan usaha pensuteraan di

Kabupaten Wajo.

f. Key Resources yaitu sumber daya kunci yang digunakan untuk

mengembangkan usaha pensuteraan. Berikut tanggapan responden untuk

elemen kanvas key resources pada Tabel 8 sebagai berikut:

Tabel 8 Frekuensi/Prosentase BMC untuk Elemen Sumber Daya Kunci

(Key Resources)

Indikator Skor Jawaban Responden

Mean 1 2 3 4 F % F % F % F %

SDK1 3 1.3 5 2.1 144 61.3 83 35.3 3.31

SDK2 0 0.0 1 0.4 231 98.3 3 1.3 3.01

SDK3 0 0.0 3 1.3 227 96.6 5 2.1 3.01

Rata-rata Mean Sumber Daya Kunci (SDK) 3.67

Sumber: Data primer diolah (2016).

Tabel 8 dapat diketahui responden memberikan jawaban setuju untuk

sumber daya kunci berupa modal usaha (61.3%) dengan mean 3.31,

berdasarkan sumber daya usaha dengan jawaban setuju (98.3%) dengan mean

3.01 dan tenaga kerja dengan jawaban responden setuju (96.6%) dengan

mean 3.01. Rata-rata mean untuk ketiga unsur elemen sumber daya kunci

yaitu 3.67 yang berarti bahwa sumber daya kunci dalam kanvas model bisnis

Page 43: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

42

menentukan pengembangan usaha pensuteraan, khususnya ketersediaan

modal usaha bagi petani dan petenun sutera dalam mengembangkan usaha

pesuteraan di Kabupaten Wajo.

g. Key Activities yaitu aktivitas kunci yang menjadi fokus pengembangan usaha

pensuteraan. Berikut tanggapan responden untuk elemen kanvas key activities

pada Tabel 9 sebagai berikut:

Tabel 9 Frekuensi/Prosentase BMC untuk Elemen Aktivitas Kunci

(Key Activities)

Indikator Skor Jawaban Responden

Mean 1 2 3 4 F % F % F % F %

AK1 118 50.2 83 35.3 32 13.6 2 0.9 1.65 AK2 0 0.0 2 0.9 214 91.1 19 8.1 3.07

AK3 0 0.0 2 0.9 185 78.7 48 20.4 3.20 AK4 0 0.0 1 0.4 225 95.7 9 3.8 3.03

Rata-rata Mean Aktivitas Kunci (AK) 2.74 Sumber: Data primer diolah (2016).

Tabel 9 menunjukkan aktivitas kunci berupa budidaya ulat sutera

sebagai aktivitas kunci umumnya memberikan jawaban tidak setuju (50.2%)

dengan mean 1.65, penenungan sutera sebagai aktivitas kunci dengan

jawaban setuju (91.1%) dengan mean 3.07, kegiatan promosi sutera dengan

jawaban responden sangat setuju (78.7%) dengan mean 3.20 dan kegiatan

penjualan sutera dengan jawaban setuju (95.7%) dengan mean 3.03. Rata-rata

mean untuk keempat unsur elemen aktivitas kunci yaitu 2.74 yang berarti

Page 44: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

43

bahwa aktivitas kunci dalam hal budidaya ulat sutera masih perlu

ditingkatkan dalam kanvas model bisnis dalam rangka pengembangan usaha

pensuteraan di Kabupaten Wajo.

h. Key Partnership yaitu orang-orang yang menjadi mitra kunci dalam

pengembangan usaha pensuteraan. Berikut tanggapan responden untuk

elemen kanvas key partnership pada Tabel 10 sebagai berikut:

Tabel 10 Frekuensi/Prosentase BMC untuk Elemen Kemitraan Kunci

(Key Partnership)

Indikator Skor Jawaban Responden

Mean 1 2 3 4 F % F % F % F %

KK1 176 74.9 38 16.2 21 8.9 0 0.0 1.34 KK2 0 0.0 0 0.0 184 78.3 51 21.7 3.22

KK3 0 0.0 4 1.7 212 90.2 19 8.1 3.06 KK4 0 0.0 5 2.1 189 80.4 41 17.4 3.15

Rata-rata Mean Kemitraan Kunci (KK) 2.69 Sumber: Data primer diolah (2016).

Tabel 10 menunjukkan kemitraan kunci dengan petani ulat sutera

umumnya memberikan jawaban tidak setuju (74.9%) dengan mean 1.34,

kemitraan kunci dengan para petenun sutera dengan jawaban setuju (78.3%)

dan mean 3.22, kemitraan kunci dengan para pedagang sutera dengan

jawaban responden setuju (90.2%) dan mean 3.06, serta kemitraan kunci

dengan para pelanggan dengan jawaban setuju (80.4%) dan mean 3.15. Rata-

rata mean untuk keempat unsur elemen kemitraan kunci yaitu 2.69. Ini berarti

Page 45: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

44

kemitraan kunci ditujukan kepada para petenun, pedagang dan pelanggan

dalam mendukung pengembangan usaha pensuteraan di Kabupaten Wajo.

i. Cost Structure yaitu struktur penggunaan anggaran berdasarkan biaya yang

dikeluarkan dalam mengelola usaha pensuteraan. Berikut tanggapan

responden untuk elemen kanvas cost structure pada Tabel 11 sebagai berikut:

Tabel 11 Frekuensi/Prosentase BMC untuk Elemen Struktur Biaya

(Cost Structure)

Indikator Skor Jawaban Responden

Mean 1 2 3 4 F % F % F % F %

SB1 160 68.1 47 20.0 27 11.5 1 0.4 1.44 SB2 5 2.1 36 15.3 193 82.1 1 0.4 2.81 SB3 3 1.3 1 0.4 231 98.3 0 0.0 2.97 SB4 3 1.3 71 30.2 160 68.1 1 0.4 2.68 SB5 3 1.3 8 3.4 224 95.3 0 0.0 2.94

Rata-rata Mean Struktur Biaya (SB) 2.57 Sumber: Data primer diolah (2016).

Tabel 11 menunjukkan struktur biaya untuk biaya pembibitan

umumnya memberikan jawaban tidak setuju (68.1%) dan mean 1.44, struktur

biaya untuk biaya alat dan perlengkapan tenun umumnya memberikan

jawaban setuju (82.1%) dengan mean 2.81, struktur biaya untuk biaya tenaga

kerja umumnya memberikan jawaban setuju (98.3%) dengan mean 2.97,

struktur biaya untuk biaya promosi umumnya memberikan jawaban setuju

(68.1%) dengan mean 2.68 dan struktur biaya untuk biaya transportasi

umumnya memberikan jawaban setuju (95.3%) dengan mean 2.94. Rata-rata

Page 46: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

45

mean untuk kelima unsur elemen kemitraan kunci yaitu 2.57. Ini berarti

struktur biaya dalam kanvas model bisnis ditentukan oleh ketersediaan biaya

alat dan perlengkapan, biaya untuk tenaga kerja, kegaitan promosi dan

transportasi dalam mendukung pengembangan usaha pensuteraan di

Kabupaten Wajo.

Berdasarkan frekuensi dan persentase tanggapan responden di atas

mengenai persepsi kewirausahaan persuteraan yang dianalisis secara statistik

deskriptif dengan menginterprestasikan nilai rata-rata dari masing-masing unsur

elemen kanvas, berikut digambarkan kanvas model bisnis sebagai persepsi

kewirausahaan dalam pengembangan usaha pensuteraan di Kabupaten Wajo:

Page 47: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

46

Gambar 7 Kanvas Model Bisnis untuk Pengembangan Usaha Persuteraan

di Kabupaten Wajo

Key Partner Menjaga kemitraan dengan para petenun sutera untuk keberlanjutan usaha pensuteraan (mean = 3.22)

Key Activities Menggalakkan kegiatan promosi tenun sutera menjadi fokus untuk pengembangan usaha pensuteraan (mean = 3.20)

Value Proposition Menerapkan proposisi nilai pasar yang menguntungkan untuk pengembangan usaha pensuteraan (mean = 2.75)

Customer Relationship Memperbaiki hubungan pelanggan dalam hal ini antara hubungan petani dan petenun, serta petenun dengan pedagang (mean = 3.01)

Customer Segmen Meningkatkan fokus pada segmen pelanggan lokal dalam memasarkan produk tenun sutera (mean = 2.97)

Key Resources Meningkatkan ketersediaan modal usaha sebagai sumber daya kunci pengembangan usaha pensuteraan (mean = 3.31)

Channels Memberdayakan produksi tenun sutera melalui saluran usaha rumahan sebagai bentuk pengembangan usaha pensuteraan (mean = 2.97)

Cost Structure Pembiayaan untuk tenaga kerja dan transportasi menjadi hal penting untuk pengembangan usaha pensuteraan yang lebih maju (mean = 2.97)

Revenue Stream Meningkatkan pendapatan melalui pengembangan usaha pensuteraan dengan target produksi lokal dan nasional (mean = 3.05)

Sumber: Data setelah diolah, 2016

Page 48: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

47

Berdasarkan gambar di atas, yang menunjukkan nilai mean dari masing-

masing kanvas model bisnis untuk pengembangan usaha persuteraan, selanjutnya

ditunjukkan skema kanvas model bisnis untuk mempertegas gambaran

penerapannya sebagai berikut:

Gambar 8 Nilai Mean pada Sembilan Elemen Kanvas Model Bisnis

Kanvas model bisnis menunjukkan gambaran logis dalam menciptakan

nilai untuk pengembangan persuteraan berdasarkan sembilan elemen kunci

berupa customer segment, customer relationship, customer channel, revenue

structure, value proposition, key activities, key resource, cost structure, dan key

partners dengan mean:

i. Key partner yaitu menjaga kemitraan dengan para petenun sutera untuk

keberlanjutan usaha pensuteraan, dengan mean = 3.22.

Page 49: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

48

j. Key activities yaitu menggalakkan kegiatan promosi tenun sutera menjadi fokus

untuk pengembangan usaha pensuteraan, dengan mean 3.20.

k. Value proposition yaitu menerapkan proposisi nilai pasar yang menguntungkan

untuk pengembangan usaha pensuteraan, dengan mean 2.75.

l. Customer relationship, yaitu memperbaiki hubungan pelanggan dalam hal ini antara

hubungan petani dan petenun, serta petenun dengan pedagang, dengan mean 3.01.

m. Customer segmen, yaitu meningkatkan fokus pada segmen pelanggan lokal dalam

memasarkan produk tenun sutera, dengan mean 2.97.

n. Key resources, yaitu meningkatkan ketersediaan modal usaha sebagai sumber daya

kunci pengembangan usaha pensuteraan, dengan mean 3.31.

o. Channels, yaitu memberdayakan produksi tenun sutera melalui saluran usaha

rumahan sebagai bentuk pengembangan usaha pensuteraan, dengan mean 2.97.

p. Revenue stream, yaitu meningkatkan pendapatan melalui pengembangan usaha

pensuteraan dengan target produksi lokal dan nasional, dengan mean 3.05.

4. Pengembangan Usaha Pensuteraan melalui SWOT

Pengembangan usaha pensuteraan melalui analisis SWOT yang

menunjukkan hasil analisis kekuatan dan kelemahanan sebagai faktor internal

serta peluang dan ancaman sebagai faktor eksternal.

a. Analisis Kekuatan dan Kelemahan dalam Faktor Internal

Hasil analisis pada lampiran 4 menunjukkan rata-rata tanggapan

responden untuk faktor internal atas pengembangan usaha pensuteraan

ditunjukkan pada Tabel 12 di bawah ini:

Page 50: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

49

Tabel 12 Hasil Rata-rata Tabulasi Tanggapan Responden

untuk Faktor Internal

Item Pernyataan Rata-rata

Tanggapan Responden

Kekuatan

Ketersediaan sumber daya manusia 3.14 Ketersediaan sumber daya keuangan 3.10 Kepemimpinan pasar petenunan sutera 3.02 Hubungan pelanggan 3.11 Kepemilikan usaha pensuteraan 3.06 Rata-rata Total Skoring 15.43

Kelemahan

Ketersediaan sumber daya keuangan 3.36 Kemampuan manajemen 2.92 Keterampilan pemasaran 2.69 Citra usaha pensuteraan 2.70 Rata-rata Total Skoring 11.76

Faktor Internal 27.10 Sumber: Data setelah Diolah, 2016.

Berdasarkan hasil analisa terhadap variabel yang dirating dan bobot

sesuai dengan kriteria faktor strategi internal yang telah ditentukan, maka

diperoleh hasil bahwa nilai bobot x rating atas faktor kekuatan senilai 15.43

dan kelemahan senilai 11.67 sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai bobot

kekuatan yang lebih besar senilai (positif) 3.76 dari kekuatan yang ada,

dengan perhitungan sebagai berikut :

S = 15.43

W = 11.67

S – W = 3.76

Page 51: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

50

b. Analisis Peluang dan Ancaman dalam Faktor Eksternal

Hasil analisis pada lampiran 4 menunjukkan rata-rata tanggapan

responden untuk faktor eksternal atas pengembangan usaha pensuteraan

ditunjukkan pada Tabel 13 di bawah ini:

Tabel 13 Hasil Rata-rata Tabulasi Tanggapan Responden

untuk Faktor Eksternal

Item Pernyataan Rata-rata

Tanggapan Responden

Peluang

Segmen pasar pensuteraan 3.27 Perubahan kebijakan pemerintah 3.12 Pemanfaatan teknologi 2.48 Peningkatan hubungan pelanggan 3.10 Rata-rata Total Skoring 11.97

Ancaman

Pertumbuhan pasar yang lambat 3.10 Persaingan yang tidak sehat 1.52 Kemajuan teknologi 2.68 Perubahan kebijakan pengembangan usaha pensuteraan 2.18

Rata-rata Total Skoring 9.48 Faktor Eksternal 21.46

Sumber: Data setelah Diolah, 2016

Berdasarkan hasil analisa terhadap variabel yang dirating dan bobot

sesuai dengan kriteria faktor strategi eksternal yang telah ditentukan, maka

diperoleh hasil bahwa nilai bobot x rating atas faktor peluang senilai 11.97

dan ancaman senilai 9.48, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai bobot

peluang yang lebih besar senilai (positif) 2.49 dari ancaman yang ada, dengan

perhitungan sebagai berikut :

Page 52: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

51

O = 11.97

T = 9.48

O – T = 2.49

Berdasarkan hasil analisis perbandingan kekuatan (S) dan kelemahan

(W) dan peluang (O) dengan ancaman (T) maka dapat digunakan formulasi

analisis swot untuk pengembangan usaha pensuteraan di Kabupaten Wajo yang

dapat digambarkan melalui skema berikut ini :

Gambar 8 Peta Analisis SWOT untuk Strategi Pengembangan Usaha Pensuteraan

di Kabupaten Wajo

Sumber : Hasil penelitian setelah diolah, 2016

Berdasarkan gambar diagram di atas diketahui bahwa posisi strategi

pengembangan usaha pensuteraan di Kabupaten Wajo berada pada kuadran I

yaitu strategi agresif (Aggressive Strategy. Ini berarti usaha pensuteraan dituntut

lebih agresif dalam menggunakan kekuatannya untuk menghadapi peluang pasar

Page 53: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

52

yang besar dalam kegiatan kewirausahaan, sehingga fokus strategi

pengembangan usaha pensuteraan adalah menggunakan kekuatan untuk

mengambil keuntungan dari peluang yang ada. Untuk itu, perusahan

menggunakan strategi agressive dalam menjalankan usaha pensuteraannya.

Berdasarkan hasil analisis formulasi swot dalam penerapan strategi

pemasaran, maka dapat disajikan matriks tows untuk strategi pengembangan

persuteraan yang dapat digambarkan melalui Tabel 14 berikut ini:

Page 54: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

53

Tabel 14 Matriks SWOT Strategi Pengembangan Persuteraan di Kabupaten Wajo

Internal Factor

Eksternal Factor

Strength - Ketersediaan SDM - Ketersediaan sumber

daya keuangan - Kepemimpinan pasar - Hubungan pelanggan - Kepemilikan usaha

pensuteraan

Weakness - Ketersediaan sumber

daya keuangan - Kemampuan manajemen - Keterampilan pemasaran - Citra usaha pensuteraan

Opportunity - Segmen pasar

pensuteraan - Perubahan kebijakan

pemerintah - Pemanfaatan teknologi - Peningkatan hubungan

pelanggan

Strategy SO - Meningkatkan

kompetensi SDM untuk meraih segmen pasar yang luas

- Memanfaatkan sumber daya keuangan untuk membeli mesin-mesin baru

- Kepemimpinan pasar pensuteraan melalui peningkatan hubungan pelanggan

Strategi WO - Menerapkan promosi

untuk meraih segmen pasar pensuteraan

- Menetapkan harga jual yang tepat untuk meningkatkan pendapatan usaha

- Menjaga hubungan pelanggan untuk menciptakan citra usaha pensuteraan

Threats - Pertumbuhan pasar yang

lambat - Persaingan yang tidak

sehat - Kemajuan teknologi - Perubahan kebijakan

usaha pensuteraan

Strategi ST - Menerapkan strategi

agresif dengan pemanfaatan teknologi dalam menawarkan produk tenun sutera secara online

- Menjalin kerjasama dengan para petani dan pedagang tenun sutera

- Menjalankan kebijakan pemerintah untuk pengembangan usaha pensuteraan

Strategi WT - Meningkatkan

kemampuan manajemen pemasaran untuk menghadapi persaingan

- Meningkatkan keterampilan penggunaan teknologi untuk pertumbuhan pasar pensuteraan

- Memperbaiki citra perusahaan melalui pengembangan usaha yang lebih kreatif

Sumber: Data setelah diolah, 2016

Page 55: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

54

5.2.Persepsi Kewirausahaan Usaha Pensuteraan melalui Pendekatan BMC

Business Model Canvas yang diterapkan dalam pengembangan usaha

pensuteraan di Kabupaten Wajo merupakan sebuah model bisnis gambaran logis

mengenai bagaimana sebuah usaha menciptakan, menghantarkan dan menangkap sebuah

nilai. Canvas ini membagi business model menjadi 9 buah komponen utama, kemudian

dipisahkan lagi menjadi komponen kanan (sisi kreatif) dan kiri (sisi logik). Persis seperti

otak manusia. Berikut diuraikan penggunaan kesembilan komponen kanvas model bisnis:

a. Customer Segment (CS) yaitu menentukan segmen target customer dari usaha

pensuteraan yang dikembangkan. Posisikan diri pada sisi customer untuk

Penggunaan Business Model Canvas memperhatikan apa yang dilihat,

didengar, dipikirkan dan dilakukan, menjadi keinginan dan tujuan, rasa takut,

dan harapan. Untuk pengembangan usaha pensuteraan, segmen pelanggan

lokal yang menjadi perhatian untuk ditingkatkan dalam memasarkan produk

tenun sutera.

b. Value Proposition (VP) di mana harus memperkirakan kebutuhan customer

yang sudah diidentifikasi pada customersegment. Berdasarkan kebutuhan itu,

selanjutnya dapat didefinisikan value (nilai) apa yang akan diberikan agar

mampu memenuhi kebutuhan customer. Value yang diberikan itu akan

menjadi nilai inti dari kegiatan usaha pensuteraan yang dijalankan, sehingga

penerapan proposisi nilai pasar yang menguntungkan menjadi hal yang

menentukan dalam pengembangan usaha pensuteraan.

Page 56: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

55

c. Customer Relationship (CR), sebagai hubungan antara usaha yang dijalankan

dengan customer. Macam-macam jenis hubungan mulai dari memberikan

bantuan personal perorangan kepada setiap customer, dengan memanfaatkan

komunitas, atau bahkan berupa ‘selfservice’, yaitu tidak berhubungan

langsung dengan customer. Hasil dari kanvas model bisnis untuk

pengembangan usaha pensuteraan yaitu memperbaiki hubungan pelanggan

dalam hal ini hubungan antara petani dan petenun serta petenun dengan

pedagang.

d. Channel (CH) sebagai saluran untuk mencapai customer. Channel ini adalah

jalur antara usaha yang dijalani dengan customer, bagaimana delivery dari

value yang diberikan akan mampu mencapai customer dengan baik.

Memberdayakan produksi tenun sutera melalui saluran usaha rumahan

sebagai bentuk pengembangan saluran usaha pensuteraan.

e. Revenue Stream (RS) yaitu representasi dari jalur penerimaan uang yang akan

diterima dari setiap customer segment. Dalam hal ini harus memahami cara

tertentu untuk menghasilkan revenue dari customer segment dengan

peningkatan pendapatan melalui pengembangan usaha pesuteraan dengan

target produksi lokal dan nasional.

f. Key Resource (KR) merupakan sumber daya utama atau kunci yang

menjelaskan mengenai aset terpenting yang diperlukan dalam membuat

model bisnis kerja. Setiap usaha yang dijalankan memerlukan modal usaha

yang memungkinkan usaha tersebut dapat berjalan, dan hal ini menajdi

sumber daya kunci dalam mendukung pengembangan usaha pensuteraan.

Page 57: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

56

g. Key Activities (KA) adalah kegiatan utama yang menjelaskan hal terpenting

yaitu perusahaan harus membuat model bisnis. Setiap model bisnis dibuat

untuk sejumlah kegiatan utama. Hal ini merupakan tindakan yang paling

penting bagi perusahaan sehingga harus maksimal untuk dapat menghasilkan

operasi yang berhasil. Seperti kunci sumber daya, diwajibkan untuk membuat

dan melebihi proposisi nilai, pencapaian pasar, mempertahankan hubungan

pelanggan,dan pendapatan yang diperoleh, seperti kunci sumber daya,

kegiatan tergantung pada jenis model bisnis. Dalam hal ini kegiatan promosi

tenun sutera menjadi fokus untuk pengembangan usaha pensuteraan.

h. Key Partners (KP) adalah kunci kemitraan yang menjelaskan jaringan

pemasok dan mitra yang membuat pekerjaan model bisnis. Menjalin

kemitraan untuk banyak alasan, dan kemitraan menjadi landasan model

bisnis. Usaha pensuteraan membentuk aliansi untuk mengoptimalkan model

bisnisnya, mengurangi resiko, atau memperoleh sumber daya. Diketahui

bahwa ada empat jenis kemitraan yaitu strategi aliansi antara non-pesaing,

strategi kemitraan antara pesaing, usaha bersama yaitu usaha untuk

mengembangkan bisnis baru, dan hubungan pembeli-pemasok untuk

menjamin pasokan yang dapat diandalkan. Untuk itu menjaga kemitraan

dengan para petenun sutera sebagai bentuk keberlanjutan dari usaha

pensuteraan.

i. Cost Structure adalah struktur biaya yang menggambarkan semua biaya yang

dikeluarkan dalam mengoperasikan model bisnis ini. Blok bangunan ini

menjelaskan biaya yang paling besar terjadi antara biaya-biaya yang harus

Page 58: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

57

dikeluarkan untuk dapat menghasilkan. Value Proposition yang ditujukan

pada Customer Segments sehingga didapat Revenue Stream. Biaya tersebut

dapat dihitung relatif mudah setelah mendefinisikan Sumber Daya Utama,

Kegiatan Utama, dan Kunci Kemitraan. Struktur pembiayaan untuk tenaga

kerja dan transportasi menjadi hal penting dalam pengembangan usaha

pensuteraan yang lebih maju.

Memahami pentingnya persepsi kewirausahaan melalui penerapan kanvas

model bisnis, dengan menerapkan sembilan elemen kunci, menjadikan pelaku wirausaha

mampu menciptakan dan mempertimbangkan usaha yang tepat dalam membangun atau

mendesain bisnis yang akan dikembangkan. Hal ini didukung oleh teori model, teori

penciptaan, teori nilai tambah dan teori komparatif. Teori-teori ini menjadi penting dalam

melihat persepsi kewirausahaan yang dapat dikembangkan, termasuk dalam hal ini

kewirausahaan di bidang persuteraan.

Teori model yang dikemukakan oleh Cohran (2008:46) bahwa model

inisiatif adalah model penting dalam membuat sebuah persepsi usaha atau pengembangan

usaha. Model yang dimaksud adalah membuat desain yang digunakan dengan

menggunakan metode sederhana melalui pertimbangan inisiatif atau ide yang menjadi

solusi dalam memecahkan permasalahan di bidang usaha. Model inisiatif yang dimaksud

termasuk di antaranya adalah kanvas model bisnis yaitu sebuah model yang sederhana

dengan menggunakan sembilan elemen untuk menciptakan atau membuat sebuah usaha

yang maju dan berkembang.

Teori penciptaan dari Madderl (2010:36) yang mengemukakan bahwa

Page 59: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

58

menciptakan sesuatu tidak terlepas dari persepsi yang dianalisa menjadi suatu wujud yang

memiliki nilai tambah. Persepsi yang dimaksud adalah memahami sesuatu yang dapat

dianalisa dalam menghasilkan suatu bentuk atau usaha. Teori penciptaan ini sangat

relevan dengan penerapan kanvas model bisnis yang menjadi sebuah persepsi penting

bagi pelaku usaha untuk menuangkan persepsinya melalui sembilan elemen penting

dalam menciptakan usaha.

Teori nilai tambah dari Hendrik (2009:75) yang mengemukakan bahwa persepsi

dan model usaha adalah sebuah nilai tambah dalam pengembangan usaha. Artinya setiap

aktivitas yang melalui persepsi dan penciptaan model usaha yang dapat berkembang dan

maju merupakan sebuah nilai tambah. Ini relevan dengan pemahaman seseorang atau

pengusaha yang mampu mengembangkan persepsinya melalui indikator kunci termasuk

di antaranya sembilan elemen penting yang harus dilakukan oleh pengusaha untuk

membangun usaha yang berkembang dan maju.

Teori komparatif dari Jhingan (2008:19) yang menyatakan perbedaan

keuntungan dan pemanfaatan antara satu potensi dengan potensi lainnya akan

menghasilkan penciptaan nilai tambah yang komparatif satu sama lainnya. Hal ini relevan

dengan upaya penciptaan persepsi kewirausahaan yang dimiliki masing-masing orang

dalam memanfaatkan potensinya untuk melakukan persaingan dalam menciptakan

produk yang memiliki nilai ekonomis yang dapat memberikan nilai keuntungan dan

manfaat.

5.3.Strategi Pengembangan Usaha Penstuteraan berdasarkan SWOT

Berdasarkan matriks SWOT, dapat disajikan beberapa strategi pemasar

melalui hasil analisis SWOT sebagai berikut:

Page 60: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

59

q. Strategi SO (Strengths – Opportunities)

Strategi SO adalah strategi yang menggunakan kekuatan dalam

memanfaatkan peluang. Upaya-upaya yang dilakukan dalam pengembangan

usaha pensuteraan di Kabupaten Wajo sebagai berikut :

1) Meningkatkan kompetensi SDM untuk meraih segmen pasar yang luas.

2) Memanfaatkan sumber daya keuangan untuk membeli mesin-mesin baru.

3) Kepemimpinan pasar pensuteraan melalui peningkatan hubungan

pelanggan.

r. Strategi WO (Weaknesses – Opportunities)

Strategi WO adalah strategi yang meminimalkan kelemahan untuk

memanfaatkan peluang, sehingga upaya dilakukan dalam pengembangan

usaha pensuteraan di Kabupaten Wajo adalah :

1) Menerapkan promosi untuk meraih segmen pasar pensuteraan.

2) Menetapkan harga jual yang tepat untuk meningkatkan pendapatan usaha.

3) Menjaga hubungan pelanggan untuk menciptakan citra usaha

pensuteraan.

s. Strategi ST (Strengths – Treaths)

Strategi ST adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk

mengatasi ancaman, sehingga yang perlu dilakukan dalam pengembangan

usaha pensuteraan di Kabupaten Wajo adalah:

Page 61: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

60

1) Menerapkan strategi agresif dengan memanfaatkan teknologi dalam

menawarkan produk tenun sutera secara online.

2) Menjalin kerjasama dengan para petani dan pedagang tenun sutera.

3) Menjalankan kebijakan pemerintah untuk pengembangan usaha

pensuteraan.

t. Strategi WT (Weaknesses – Treaths)

Strategi WT adalah strategi yang meminimalkan kelemahan dan

menghindari ancaman, sehingga yang perlu dilakukan dalam pengembangan

usaha pensuteraan di Kabupaten Wajo yaitu:

1) Meningkatkan kemampuan manajemen pemasaran untuk menghadapi

persaingan.

2) Meningkatkan keterampilan penggunaan teknologi untuk pertumbuhan

pasar pensuteraan.

3) Memperbaiki citra perusahaan melalui pengembangan usaha yang lebih

kreatif.

Berdasarkan uraian tersebut, menegaskan bahwa pemasaran produk tidak hanya

membutuhkan pemasaran eksternal, tetapi juga pemasaran internal. Pemasaran eksternal

menggambarkan aktivitas normal yang dilakukan oleh perusahaan dalam mempersiapkan

produk, menetapkan harga, melakukan distribusi dan mempromosikan produk yang

bernilai superior kepada para pelanggan. Bila ini bisa dilakukan dengan baik, maka

pelanggan akan terikat dengan usaha yang dijalankan, sehingga laba jangka panjang bisa

terjamin. Pemasaran internal menggambarkan tugas yang diemban dalam rangka melatih

dan memotivasi para petenun sutera (sebagai aset utama dan ujung tombak pelayanan)

Page 62: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

61

agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan menjualnya kepada pelanggan

dengan baik. Tak kalah pentingnya adalah pemberian penghargaan dan pengakuan yang

sepadan dan manusiawi. Aspek ini bisa membangkitkan inovasi, moral kerja, rasa

bangga, loyalitas dan rasa memiliki setiap orang dalam usaha yang dijalani yang pada

gilirannya dapat memberikan kontribusi untuk pengembangan usaha pensuteraan.

Untuk menentukan tujuan usaha yang realistis, sesuai dengan kondisi perusahaan

dan oleh karenanya diharapkan lebih mudah tercapai. SWOT adalah singkatan dari kata-

kata Strength (kekuatan perusahaan) Weaknesses (kelemahan perusahaan), Opportunities

(peluang bisnis) dan Threats (hambatan untuk mencapai tujuan). Apabila teknik SWOT

analisis tersebut diterapkan dalam kasus menentukan tujuan strategi pengembangan usaha

dapat diutarakan sebelum menentukan tujuan-tujuan pemasaran yang ingin dicapai,

hendaknya harus mampu menganalisis kekuatan dan kelemahan, peluang usaha yang ada,

berbagai macam hambatan yang mungkin timbul.

Dalam menjalankan suatu usaha dalam hal ini pengembangan usaha pensuteraan,

mempunyai kekuatan dan kelemahan tertentu untuk menghadapi persaingan dan

ancaman. Kekuatan dapat menjadi faktor pendukung tercapainya tujuan usaha, sedangkan

kelemahan dapat menjadi penghambat. Kekuatan yang dapat menunjang upaya mencapi

tujuan strategi pengembangan usaha adalah ketersediaan sumber daya manusia dan

keuangan, kepemimpinan pasar pensuteraan, hubungan pelanggan dan kepemilikan usaha

pensuteraan. Walaupun selama masa tertentu persaingan pasar meningkat kesetiaan

pelanggan terhadap produk tenun sutera dapat melindungi pemasaran produk dari

penggerogotan pangsa pasar oleh produk saingan. Pada saat meningkatnya persaingan

pasar, kesetiaan pelanggan terhadap suatu menjadi faktor pendukung tujuan

Page 63: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

62

mempertahankan hasil penjualan tahunan, untuk itu perlu menjaga hubungan dengan

pelanggan. Dengan demikian kelemahan yang dimiliki dapat diatasi dengan tetap

menjaga citra usaha pensuteraan melalui peningkatan ketersediaan

Page 64: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

63

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka disimpulkan

sebagai berikut:

1. Persepsi kewirausahaan persuteraan diterapkan berdasarkan kanvas model bisnis

atau yang lazim disebut dengan Business Model Canvas atau BMC. Dilihat dari

segmen pelanggan yang menjadi perhatian yaitu segmen pelanggan lokal, dengan

menerapkan proposisi nilai pasar yang menguntungkan menjadi hal yang

menentukan dalam pengembangan usaha, selanjutnya memperbaiki hubungan

pelanggan (antara petani ulat sutera dengan petenun, dan petenun dengan

pedagang), mempberdayakan saluran usaha rumahan untuk pengembangan usaha

pensuteraan, meningkatkan aliran pendapatan dari masing-masing segmen

pelanggan, menyediakan modal usaha sebagai sumber daya kunci, fokus pada

kegiatan promosi tenun sutera dalam pengembangan usaha, menjaga kemitraan

untuk keberlanjutan usaha dan meningkatkan struktur pembiayaan baik tenaga

kerja maupun biaya transportasi untuk memasarkan produk tenun sutera.

2. Diagram hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa posisi strategi pengembangan

usaha pensuteraan di Kabupaten Wajo berada pada kuadran I yaitu strategi

agresif (agressive strategy). Berarti usaha pensuteraan dituntut lebih agresif

dalam menggunakan kekuatan usahanya untuk menghadapi peluang pasar yang

besar dalam kegiatan kewirausahaan pengembangan pensuteraan di Kabupaten

Page 65: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

64

Wajo, sehingga fokus strategi pengembangan usaha pensuteraan adalah

menggunakan kekuatan untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada.

6.2.Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan:

1. Memperbaiki persepsi kewirausahaan petani dan para petenun yang menggeluti

usaha persuteraan untuk senantiasa memperhatikan sembilan elemen kanvas

model bisnis/usaha, sehingga dalam menjalankan usaha mampu memahami

berbagai pertimbangan dan menciptakan usaha persuteraan yang maju dan

berkembang.

2. Bagi pihak wirausaha di bidang persuteraan perlu meninjau kembali berbagai

peluang pasar dalam pengembangan usaha persuteraan dengan meminimalkan

masalah internal seperti ketersediaan modal usaha dan pemanfaatan teknologi

tepat guna untuk meningkatkan kualitas tenun sutera sebagai potensi yang perlu

dikembangkan menghadapi persaingan pasar.

3. Bagi pengembang kewirausahaan menjadikan kanvas model bisnis sebagai acuan

dalam mengembangkan persepsi kewirausahaan yang akan digeluti dan

menggunakan analisis SWOT untuk mengetahui strategi yang tepat dalam

pengembangan usaha persuteraan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 66: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

65

Alma Buchari, 2002, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, edisi revisi, cetakan kelima, Alfabeta, Bandung

Angipora, P. Marius, 2002, Dasar-Dasar Pemasaran, edisi revisi, cetakan kedua, Raja

Grafindo Persada, Jakarta Assauri, Sofyan, 2004, Manajemen Pemasaran, Dasar, Konsep dan Strategi, edisi kedua,

cetakan ketujuh, Rajagrafindo Persada, Jakarta Cravens, David W, 2006, Pemasaran Strategis, Edisi IV, jilid I, PT Gelora Aksara

Pratama, , Jakarta Ferreira, Diogo, 2012. Financial Projection Based on Business Model Canvas. Computer

and Engineering, Lisboa University. Frederickson, 2004. Marketing Performance. Published by Harper T & Row, New York. Hartanto, Eko, 2010. Technopreneurship, aspek-aspek penting dalam bisnis berbasis

teknologi. PT. Elex Media Komputindo. 2010. Jhisper, Sharpe, 2001. The Stratified of Consumer In The Service Marketing. 10th Edition,

Prentice Hall, Ohio University Press. Kartajaya, Hermawan., 2003, Yuswihady., Madyani, Dewi., Indrio, D.B., Marketing In

Venus, edisi pertama, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Kasmir dan Jakfar, 2006. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana, Jakarta. Kotler, Philip, 2002, Manajemen Pemasaran, edisi Millenium, cetakan kesepuluh,

Prenhalindo, Jakarta. Murphy, Michael, 2006. Application of Marketing Performance. Journal of Human

Resource, Vol. 5, 1-10. http://google.com. Narver, Valerie, and Slater, MD, 1994. The Concept of Customer Marketing. The

McGraw-Hill Companies. Inc. USA. Nelson, William, 2006. Marketing and Strategy in Marketing. McMIllan, Canada. Nitisemito, Alex. S. 1998. Marketing. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Page 67: Bidang Unggulan : Ekonomi/Pengentasan Kemiskinan Kode/Nama

66

Osterwalder, Alexander dan Yves Pigneur, 2010. Business Model Generation. John Willey & Sons, Hoboken – NJ.

Prawirosentono, Suyadi, 2002, Pengantar Bisnis Modern, cetakan pertama, Bumi

Aksara, Jakarta Porter, Michael E, 2004, Strategi Bersaing : Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing,

cetakan kesembilan, Erlangga, Jakarta Rangkuti, Fredy, 2002, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, cetakan ketiga,

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sutojo, Siswanto, 2002, Strategi Manajemen Pemasaran, cetakan pertama, Damar Mulia

Pustaka, Jakarta Sugiyono, 2000, Metode Penelitian Administrasi, cetakan ketujuh, Alfabeta, Bandung Swastha, Basu dan Ibnu Sukotjo, 2000, Pengantar Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi

Perusahaan Modern), edisi keempat, Liberty, Yogyakarta Sumarni Murti, 2000, Manajemen Pemasaran, edisi revisi (kelima), cetakan pertama,

Liberty, Yogyakarta Sunarto, 2003, Prinsip-Prinsip Pemasaran, AMUS, Yogyakarta Tjiptono, Fandy, 2002, Strategi Pemasaran, edisi kedua, cetakan pertama, ANDI,

Yogyakarta Tjiptono Fandy, 2002, Manajemen Jasa, edisi kedua, cetakan ketiga, ANDI Offset,

Yogyakarta Warren J. Keegan., 2003, Manajemen Pemasaran Global, Edisi ke VI, Jilid I, PT

Prenhalindo.