Transcript
Page 1: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOKIMIA

ANALISIS KADAR AIR DAN KADAR ABU

ACARA I

HENDRI LAHAGU

26020113140118

ILMU KELAUTAN B

KELOMPOK 4

SETIA DEVI KURNIASIH 26020110110038

INTAN CHANDRA DEWI 26020111120002

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2014

Page 2: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN

Semarang, 8 April 2014

Praktikan

Hendri lahagu

NIM: 26020113140118

Asisten Praktikum Asisten Praktikum

Setia Devi Kurniasih Intan Chandra Dewi

NIM: 26020110110038 NIM: 26020111120002

No. Materi Nilai

1 Pendahuluan

2 Tinjauan Pustaka

3 Materi dan Metode

4 Hasil

5 Pembahasan

6 Penutup

7 Daftar Pustaka

8 Lampiran

TOTAL

Page 3: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai jenis makanan yang sering dikonsumsi sehari-hari terdiri dari

berbagai macam kandungan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Seperti

karbohidrat, protein, mineral, lemak, dan vitamin. Kelima komponen tersebut

harus ada dalam tubuh manusia untuk mencukupi gizi yang dibutuhkan oleh tubuh

setiap harinya.

Tidak semua bahan makana mengandung kualitas yang baik dan layak

dikonsumsi. Salah satu indikatornya dalah kadar air dan kada abu yang

terkandung didalam makanan tersebut Terdapat jumlah kandungan air yang

berbeda pada setiap bahan pangan dan hal itu dapat ditentukan dengan berbagai

metode dan prinsip. Selain kadar air, kadar abu juga merupakan satu hal yang

penting dalam suatu bahan pangan. Kadar abu juga berbeda untuk setiap jenis

bahan pangan.

Kadar air dan kadar abu merupakan dua hal yang sangat penting yang

harus diketahui pada suatu bahan pangan untuk mengetahui baik tidaknya bahan

pangan tersebut untuk di konsumsi, baik atau tidaknya bahan pangan tersebut

untuk diolah, dan baik tidaknya bahan tersebut untuk di konsumsi oleh

masyarakat. Penjelasan tersebut dianggap penting untuk dilakukannya praktikum

mengenai kadar air dan abu suatu bahan pangan agar kita dapat mengetahui

kandungan kadarair dan kadar abu pada suatu bahan pangan.

Dalam setiap organisme hidup terdapat kandungan air di dalamnya, karena

air berperan sangat penting sebagai zat pelarut di dalam tubuh makhluk hidup,

seperti halnya pada Sargassum polycystum juga terdapat kandungan air. Namun

apabila Sargassum polycystum akan dijadikan sebagai bahan makanan maka kadar

air didalamnya akan mempengaruhi daya tahan dan dapat memicu proses

pembusukan dan ketengikan. Oleh karena itu agar dapat nilai ekonomisnya perlu

dilakukan pengurangan kadar air, sehingga bahan tersebut memiliki daya tahan

yang lebih lama.

Selain terdapat kandungan air, terdapat pula kandungan abu yang erat

hubungannya dengan kandungan mineral suatu bahan. Sehingga apabila dilakukan

penghitungan kadar abu pada Sargassum polycystum, dapat diketahui kandungan

Page 4: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

mineral apa sajakah yang terdapat dalam bahan tersebut. Apabila terdapat

kandungan mineral yang baik jika dikonsumsi, maka hal tersebut dapat

menaikkan nilai ekonomis dari bahan tersebut.

1.2 Tujuan

Untuk menentukan presentase kadar air yang terdapat dalam Sargassum

polycystum

Untuk menentukan presentase kadar abu yang terdapat dalam Sargassum

polycystum

1.3 Manfaat

Dapat mengetahui kadar air yang terdapat dalam Sargassum polycystum.

Dapat mengetahui kadar debu yang terdapat dalam Sargassum polycystum.

Dapat mengetahui metode apa yang digunakan dalam proses penentuan kadar abu.

Dapat mengetahui metode apa yang digunakan dalam proses penentuan kadar air.

Page 5: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sargassum polycystum

Sargassum merupakan salah satu marga Sargassum termasuk

dalam kelas Phaeophyceae. Ada 150 jenis Marga Sargassum yang dijumpai di

daerah perairan tropis, subtropis dan daerah bermusim dingin (Wardani,2008,).

Habitat Sargassum tumbuh diperairan pada kedalaman 0,5 – 10 m ada arus dan

ombak. Sargassum polycystum merupakan salah satu spesies dari makroalga divisi

Phaeophyta. Ciri-ciri Sargassum polycystum tidak jauh berbeda dengan cirri-ciri

umum Phaeophyta. Tubuh Sargassum polycystum ini didominasi oleh warna

cokelat kekuningan, bentuk thallus silindris atau gepeng. Tubuh utama bersifat

diploid atau merupakan sporofit, talus yang mempunyai cabang yang menyerupai

tumbuhan angiospermae. Tubuhnya licin, batang utama bulat dan agak kasar.

Alga ini memiliki air bladder yang berfungsi untuk mengapung jika terendam air

pada saat di daerah intertidal pasang dan juga sebagai cadangan air saat terhempas

ketepian pantai. Saat mereka terpisah dari induknya, mereka hanyut dan lepas ke

pantai dan berkembang biak disana. Sargassum ini terus mengapung dengan

bantuan air bladder dan tumbuh secara vegetative, perkembangbiakan melalui

fragmentasi (peleburan dua sel gamet yang serupa atau berbeda). Kandungan

iodinnya tinggi, demikian pula dengan vitamin C dan protein (Sudarmadji, 2003).

Sargassum polycystum ini merupakan struktur talus yang paling kompleks

yang dapat dijumpai pada alga cokelat. Pada alga ini terdapat diferensiasi

eksternal yang dapat dibandingkan dengan tumbuhan berpembuluh atau tumbuhan

tingkat tinggi. Talus berwarna cokelat karena mengandung klorofil a dan c

(Sudarmadji, 2003).

Klasifikasi tumbuhan Sargassum polycystum adalah sebagai berikut

( Akhmad Kadi, 2004 ):

Kingdom : Plantae

Divisio : Phaeophyta

Classis : Phaeophyceae

Ordo : Fucales

Family : Sargassaceae

Page 6: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

Genus : Sargassum

Spesies : Sargassum polycystum

2.2 Kadar air

Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu bahan yang

dinyatakan dalam persen. Kadar air bisa menjadi suatu karakteristik bahan

tersebut baik dari segi rasa, penampakan dan tekstur. Jumlah kadar air yang

terdapat dalam suatu bahan akan mempengaruhi daya tahan suatu bahan tersebut.

Semakin tinggi kadar air suatu bahan maka semakin lemah daya tahan makanan

tersebut karena didaerah yang semakin berair bakteris kapang dan khamir akan

semakin mudah berkembang biak, dan semakin keci kadar air dari suatu bahan

maka semakin tinggi daya tahan bahan tersebut karena kondisi lingukan yang

kering akan memperlambat perkembang biakan bakteri tersebut. Kadar air berat

basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar

air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen (Wardani,2008).

2.2.1 Pengertian air.

Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia. Bahkan dapat dipastikan tanpa pengembangan sumberdaya air

secara konsisten peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang

dinikmati sampai saat ini. Oleh karena itu pengembangan dan pengolahan

sumber daya air merupakan dasar peradaban manusia (Puspitasariet.al,

1991). Air merupakan salah satu sumber daya alam yang tak akan pernah

habis dikarenakan siklusnya berlangsung sangat cepat dan termasuk

sumber daya yang sangat mudah untuk didaur ulang.

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air

tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu

atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau

pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur

273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang

memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti

Page 7: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul

organic (Puspitasariet.al, 1991).

2.2.2 Metode penentuan kadar air

Menurut (Estiasih, 2009) , cara-cara pengeringan atau pengurangan

kadar air dapat dibagi menjadi dua golongan sebagai berikut:

- Pengeringan (drying), yaitu cara pengurangan kadar air dengan

menguapkan air tersebut.

- Dehidrasi, yaitu cara pengurangan kadar air selain dari penguapan,

misalnya dengan osmosa (penggunaan garam), pemerasan (pressing),

pemasakan, perebusan atau pengukusan, dan sebagainya.

Metode analisis kadar air secara langsung sendiri terbagi menjadi 5

macam, yaitu sebagai berikut. Metode gravimetri (pengeringan dengan

oven). Dilakukan dengan cara mengeluarkan air dari bahan dengan proses

pengeringan dalam oven (oven udara atau oven vakum, hal ini berdasarkan

tekanan yang digunakan saat pengeringan). Ada dua macam metode

gravimetri yaitu metode oven udara dan metode vakum. Berikut

penjelasannya: Metode oven udara Paling banyak dan sering digunakan.

Metode ini didasarkan atas berat yang hilang sehingga sampel seharusnya

mempunyai kestabilan panas yang tinggi dan tidak mengandung

komponen yang mudah menguap. Air dikeluarkan dari bahan pada tekanan

udara (760 mmHg) sehingga air menguap pada suhu 1000C yaitu sesuai

titik didihnya. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi analisa air

dengan metode oven yaitu penimbangan contoh/bahan, kondisi oven,

pengeringan contoh, dan perlakuan setelah pengeringan. Beberapa faktor

yang mempengaruhi yang berkaitan dengan kondisi oven adalah fluktuasi

suhu, kecepatan aliran, serta kelembaban udara dalam oven

(Estiasih, 2009).

Page 8: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

Metode oven vakum Kelemahan dari pengeringan dengan oven

udara diperbaiki dengan metode oven vakum. Pada metode ini, sampel

dikeringkan dalam kondisi tekanan rendah (vakum) sehingga air dapat

menguap dibawah titik didih normal (1000C), misal antara suhu 60-700C.

Pada suhu 60-700C tidak terjadi penguraian senyawa dalam sampel

selama pengeringan. Untuk analisis sampel bahan pangan yang

mengandung gula, khususnya mengandung fruktosa, senyawa ini

cenderung mengalami penguraian pada suhu yang lebih tinggi. Tekanan

yang digunakan pada metode ini umumnya berkisar antara 25-100 mmHg

(Estiasih, 2009).

2.2.3 Faktor - faktor yang mempengaruhi kadar air

Faktor yang mempengaruhi kadar air dalam suatu bahan makanan

adalah sifat dari air itu sendiri. Kadar air terbagi memiliki dua sifat yaitu

kadar air yang bersifat melekat secara fisik dan melekat secara kimiawi.

Tipe air dibagi menjadi 3 yaitu :

- Air monolayer : air yang terikat secara kimiawi dan sangat sulit

dipisahkan.

- Air multilayer : air yang lebih mudah dipisahnkan dengan bahan.

- Air bebas : Air yang terikat secara fisik dan sangat mudah di

pisahkan.

Presentase kadar air juga dipengaruhi oleh struktur dari bahan

pangan. Untuk bahan pangan yang memiliki struktur mudah menyerap air

tentu akan sangat tinggi presentase kadar air yang dimiliki dan untuk struk

makanan yang sulit menyrap air presentase dari kadar air yang terkandung

akan lebih rendah (Sudarmadji, 2003).

2.2.4 Standar ketentuan kadar air yang baik

Kelembapan sebuah makan akan sama dengan kelembapan

dilingkukan sekitanya apa bila makanan diletaka di udara terbuka . Kadar

air ini disebut dengan kadar air seimbang. Setiap kelembaban relatif

tertentu dapat menghasilkan kadar air seimbang tertentu pula. Dengan

Page 9: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

demikian dapat dibuat hubungan antara kadar air seimbang dengan

kelembaban relatif.

Aktivitas air dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Aw = ERH/100

Aw = aktivitas air

ERH = kelembaban relative seimbang

Bila diketahui kurva hubungan antara kadar air seimbang dengan

kelembaban relatif pada hakikatnya dapat menggambarkan pula hubungan

antara kadar air dan aktivitas air. Kurva sering disebut kurva Isoterm

Sorpsi Lembab (ISL). Setiap bahan mempunyai ISL yang berbeda dengan

bahan pangan lainnya. Pada kadar air yang tinggi belum tentu memberikan

Aw yang tinggi bila bahannya berbeda. Hal ini dikarenakan mungkin

bahan yang satu disusun oleh bahan yang dapat mengikat air sehingga air

bebas relatif menjadi lebih kecil dan akibatnya bahan jenis ini mempunyai

Aw yang rendah .

Nilai Aw suatu bahan atau produk pangan dinyatakan dalam skala

0 sampai 1. Nilai 0 berarti dalam makanan tersebut tidak terdapat air

bebas, sedangkan nilai 1 menunjukkan bahwa bahan pangan tersebut

hanya terdiri dari air murni. Kapang, khamir, dan bakteri ternyata

memerlukan nilai Aw yang paling tinggi untuk pertumbuhannya. Niai Aw

terendah dimana bakteri dapat hidup adalah 0,86. Bakteri-bakteri yang

bersifat halofilik atau dapat tumbuh pada kadar garam tinggi dapat hidup

pada nilai Aw yang lebih rendah yaitu 0,75. Sebagian besar makanan segar

mempunyai nilai Aw = 0,99. Pada produk pangan tertentu supaya lebih

awet biasa dilakukan penurunan nilai Aw. Cara menurunkan nilai Aw

antara lain dengan menambahkan suatu senyawa yang dapat mengikat air.

Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan

makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan Aw yaitu jumlah air

bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya.

Berbagai mikroorganisme mempunyai Aw minimum agar dapat tumbuh

dengan baik, misalnya bakteri Aw : 0,90 ; khamir Aw : 0,80-0,90 ; kapang

Aw : 0,60-0,70. Untuk memperpanjang daya tahan suatu bahan, sebagian

Page 10: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

air dalam bahan harus dihilangkan dengan beberapa cara tergantung dari

jenis bahan. Untuk menjaga daya tahan suatu bahan pangan tentu saja

presentase kadr air yang terdapat dalam suatu bahan pangan harus dibawah

presentase kadar air dimana bakteri dan sejenisnya bisa bertumbuh dengan

baik. Untuk presentase kadar air yang baik yang terkandung dalam

alginate (alga coklat) tidak lebih dari 15%(wb) (Yunizal,2004).

2.3 Kadar Abu

2.3.1 Pengertian Kadar Abu

Kadar abu adalah hasil abu yang dihasilkan dari proses

pembakaran sempurna sampel bahan berselulosa, misalnya kayu, pulp dan

kertas. Kadar air bisa menyatakan banyaknya garam mineral dan bahan

tambahan anorganik dari suatu bahan uji (Puspitasari, et.al, 1991).

2.3.2 Metode Penentuan Kadar Abu

Proses penentuan kadar abu dapat dilakukan dengan dua car yaitu

pengabuan secara langsung dan secara tidak langusng.gabuan secara

langsung dan secara tidak langusng.

Pengabuan secara langsung Merupakan metode standar untuk

menentukan kadar abu dalam sampel.Pada penga buan kering,sampel

dioksidasi pada suhu tinggi 500-600 ˚C tanpaa danya flame Bahan

anorganik yang tidak mengalami volatilisasi disebut abu.Kadar abu

ditentukan dengan cara menim bang residu yang tertinggal setelah

pengabuan ( Astuti,2007).

Penentuan kadar abu secar basah diman Sampel didigesti dengan

asam kuat(dioksidasi) Suhu yang digunakan lebih rendah.Biasa digunakan

untuk menentukan jenis mineral yang menguap pada suhu tinggi, mineral

trace, dan beracun. Filtrat (larut anabuataualikuot) digunakan untuk

penentuan jenis mineral (Astuti,2007).

Page 11: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

2.3.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi kadar abu

Kadar abu dipengaruhi oleh mineral – mineral yang terkandung di

dalam bahan pangan tersebut. Bahan pangan mengandung dua jenis

mineral yaitu garam organik dan garam anorganik . Garam organik terdiri

dari garam-garam asam malat, oksalat, sedangkan garam anorganik antara

lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat (Sudarmadji, 2003).

2.3.4 Standar Kadar Abu Yang Baik.

Standart kadar abu ditentukan berdasarkan masing – masing bahan

olahan yang akan di teliti. Setiap bahan olahan mempunyai standart kadar

abunya masing – masing sebagai berikut :

- Standar mutu ikan segar berdasar SNI 01-2354.1-2006, ialah

memiliki kadar abu kurang dari 2%. Produk olahan hasil

diversifikasi dari jelly fish product (kamaboko) yang tidak diolah

menjadi surimi dahulu memiliki standar kadar abu antara 0,44 –

0,69% menurut SNI 01-2693-1992. Contoh jelly fish product,

yakni otak-otak, bakso dan kaki naga.

- Untuk Standar Roti oada tahun 1995 kadar abu tidak bisa

melebihi dari 1 %.

- Untuk standar pengolahan tempe menurut SNI 2009 adalah tidak

lebih dari 1,5 %.

Perbedaan ini terjadi karena kandungan dari setiap bahan pangan

yang menyusun bahan pangan tersebut berbeda beda satu sama lainnya.

Presentase kadr abu yang baik untuk memenuhi persyaratan dari Ekstra

Farmakope Indonesia, yaitu kadar abu alginate (alga coklat) tidak boleh

lebih dari 21%(wb) (Wardani, 2008).

Page 12: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

III. MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat :

Waktu : Rabu, 09 April 2014

Pukul : 15.30 – 18.00

Tempat : Laboratorium kimia Gedung E lt.1, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

No Nama Alat Gambar Alat Fungsi Alat

1 Timbangan Digital

Menimbang

sampel dengan

angka yang teliti

2 Oven

Mengeringkan

sampel

3 Desikator

Mendinginkan

Alat / sample

yang baru

dipanaskan

4 Alumunium foil

Wadah saat

bahan

dipanaskan

5 Penjepit

Alat bantu

mengambil

bahan dari dalam

oven

6 Gunting

Memotong

bahan/ alat

Page 13: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

7 Cawan

Untuk

menampung

bahan

8 Furnace

Untuk

memanaskan

bahan dengan

suhu yang tinggi.

3.2.3Bahan

No Nama Bahan Gambar bahan Fungsi

bahan

1 Sargasum polycystum

Sebagai

bahan utama

yang akan di

teliti

3.3 Metode

3.3.3 Penentuan kadar Air

- Alumunium foil kosong dikeringkan di dalam oven selama 15

menit.

- Alumunium foil di dinginkan dengan desikator selama 15 menit.

- Alumunium foil kering diambil dengan hati – hati dengan

menggunakan penjepit.

- Alumunium foil kering yang sudah didinginkan ditimbang .

- Alumunium foil dan 5 gram sampel ditimbang.

- Alumunium foil dan sampel dikeringkan dengan suhu 165,5˚C

selama 30 menit.

- Alumunium foil beserta sampel didinginkan didalam desikator

setelah dikeluarkan dari dalam oven.

- Penimbangan dilakukan berulang kali hingga bobotnya konstan.

Page 14: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

3.3.4 Penentuan kadar Abu

- Cawan porselin dimasukan kedalam oven selama 30 menit.

- Setelah 30 menit cawan diangkat dan didinginkan menggunakan

desikator selama 15 menit.

- Cawan kosong yang telah didinginkan ditimbang sebagai a

gram.

- Bahan uji seberat 5 gram dimasukan kedalam cawan porselin.

- Bahan uji berserta cawan ditimbang sebagai b gram.

- Sargasum polycystum dimasukan kedalam tabur pengabuan.

- Sargasum polycystum dipanaskan pada suhu 600˚C selama 4

jam hingga berwarna putih keabu – abuan.

- Abu yang terbentuk dibiarkan didalam muffle selama 1hari.

- Cawan porselin dimasukan kembali kedalam oven untuk

menghilangkan air yang mungkin menyerap selama dalam

muffle.

- Cawan kemabli didinginkan didalam desikator.

- Cawan ditimbang dan dicatat seagai c gram.

3.4 Perhitungan

3.4.3 Perhitungan kadar Air

Kadar air dalam basis kering :

= W1- W2 x 100 %

W1

Keterangan :

W1 = berat alumunium foil kosong + bahan uji (sebelum dioven)

W2 = berat alumunium foil kosong + bahan uji (setelah dioven)

*berat dinyatakan dalam gram

Page 15: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

3.4.4 Perhitungan kadar Abu

Kadar abu dalam :

= C – A x 100%

Berat sample

c = Berat cawan porcelain + hasil pengabuan = ……. gram

a = Berat Cawan Porselain Kosong = ……. gram

Page 16: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Pergitungan Kadar Air

No

.

Sampel

Berat

Alumunium

Foil

Berat

Sargassum polycystum dan

Alumunium foil setelah

dioven

Kadar

Air

1. A 0,576 gram 4,54 gram 18,58%

2. B 0,56gram 4,503 gram 19,01%

Table 1. Perhitungan kadar air

4.1.2 Perhitungan Kadar Abu

No. Sampel

Berat Cawan

Setelah

Dioven

Berat

Sargassum

Polycystum

setelah dioven

Berat

Sargassum

polycystum

dan Cawan

Setelah

Pengabuan

Kadar

Abu

1. A 33,55 gram 3,943 gram 34,296

gram

18,905%

2. B 35,14 gram 3,964 gram 35,946

gram

20,441%

4.2 Pembahasan

Dari praktikum diatas kita telah mengetahui berapa presentase kadar air

yang terkandung dalam Sargasum polycystum adalah 19,01 % gram. Hasil

terserbut didapat setelah praktikan menggunakan metode gravimetri atau

pengeringan dengan oven. Oven yang digunakan oleh praktikan adalah oven

udara. Metode ini dipilih karena praktikan akan lebih mudah untuk mencatat data

Page 17: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

– data yang di perlukan dengan. Metode ini juga memberi keleluwasaan kepada

praktikan untuk mengatur suhu yang akan berpengaruh dengan waktu yang

dibutuhkan untuk melakukan uji kadar air. Semakin tinggi suhu maka akan

semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk melakukan uji kadar air dan berlaku

sebaliknya. Pengeringan wadah alumunium foil dilakukan untuk menguapkan

kadar air yang mungkin terdapat dalam alumunium foil sebelum dimaksukan ke

dalam oven dengan tujuan medapat hasil yang akurat. Praktikan juga

mendapatkan presentase kadar abu yang terkandung dalam Sargasum polycystum

adalah 20,441 % gram. Hasil tersebut didapat setelah praktikan melakukan

metode pengabuan secara langsung. Metode ini dipilih karena mempunyai

langkah – langkah yang lebih sederhana dibandingkan dengan metode pengabuan

secara tidak langsung. Metode pengabuan langsung memiliki langkah yang lebih

rumit karena harus menambahkan beberapa zat lainya yang tentu memerlukan

perhitungan yang tidak mudah.

Terdapat perbedaan yang terjadi antara percobaan yang dilakukan oleh

kelompok A dana kelompok B. Hasil dari praktikum kami berbeda dengan hasil

praktikum kelas IK-A, kelompok kami mendapatkan kadar air sebesar 19,01%

dan kadar abu sebesar 20,44%, sedangkan untuk IK-A memperoleh kadar air

sebesar : 14,976% dan kadar abu sebesar : 18,56 %. Perbedaan ini bisa terjadi

karena adanya kekurang telitian praktikan dalam menimbang sampel, kadar air

dalam bahan, ukuran bahan, kelembaban udara, kecepatan udara, lamanya waktu

yang digunakan dan besarnya suhu yang digunakan. Misalnya setelah

penimbangan bahan rumput laut, ada bahan rumput laut yang terjatuh sehingga

berat yang terukur tidak sesuai lagi dengan pada saat ditimbang. Pada pengukuran

kadar air juga dipengaruhi oleh sifatnya yang higroskopis, jadi kalau tidak cepat

cepat ditimbang maka sampel akan cepat bereaksi dengan air dan udara sehingga

menyebabkan peningkatan nilai kadar air.

Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan (2007) Standar kadar air untuk

rumput laut yang baik adalah berkisar 20-22%. Itu artinya rumput laut Sargassum

polycystum ini belum memenuhi standar, dimana dari percobaan ini diperoleh

kadar air sebanyak 19,01%. Hal ini bisa disebabkan setelah penimbangan ada

sampel yang tercecer sehingga kadar air yang terhitung kurang maksimal.

Page 18: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

Berdasarkan penelitian Chaidir Azrawi (2006) bahwa kadar abu pada

tepung rumput laut sargassum sp yang baik adalah 15,83%. Sedangkan dari

percobaan yang dilakukan didapatkan hasil sebanyak 20,44 %, itu artinya rumput

laut yang di gunakan untuk percobaan memiliki kadar abu yang kurang baik. Hal

itu dikaarenakan sampel yang digunakan mungkin mutunya kurang baik. Semakin

tinggi kadar abu suatu sampel, maka mutunya semakin kurang bagus.

Perlunya pengeringan pada alat adalah untuk menghindari dari adanya air

pada alat, sehingga perhitungan hasil kadar air yang diperoleh tidak tepat, karena

kadar air pada alat ikut menambah hasil yang sudah diperoleh.

Dari hasil Uji kadar air dan kadar abu ini kita bisa mengatahui bahwa

Sargasum polycystum yang menjadi bahan uji kali ini tidak memenuhi standar

yang baik dan tidak layak diolah sebagai bahan pangan. Hal ini terbukti karena

kadar air yang terkandung dalam bahan uji adalah 19,01 % ,sedangkan untuk

Standar kadar air algae yang layak diolah adalah sekitar 20-22% Begitupun dari

segi kadar abu , Standar yang tercatat adalah 21 % sedangkan kadar abu yang

dimiliki oleh Sargasum polycystum kali ini adalah 20,44%.

Page 19: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

- Kadar air yang terkandung dalam Sargasum polycystum kali ini sebesar

19,01%.

- Kadar abu yang terkandung dalam Sargasum polycystum kali ini sebesar

15%.

5.2 Saran

- Dibutuhkan ketelitian yang tinggi untuk melakukan uji kadar air.

- Dibutuhkan ketelitian yang tinggi untuk melakukan uji kadar abu.

- Praktikan harus mengikuti prosedur praktikum yang berlaku.

Page 20: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

Daftar Pustaka

Akhmad Kadi, 2004. Beberapa Catatan Kehadiran Marga Sargassum Di

Perairan Indonesia. Gramedia. Jakarta.

Astuti. 2007. Petunjuk Praktikum Analisis Bahan Biologi. Jurdik Biologi FMIPA

UNY. Yogyakarta.

Estiasih, 2009.Pengantar Teknologi Pangan. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Puspitasari, et.al. 1991. Teknik Penelitian Mineral Pangan. Bogor: IPB-press.

Sudarmadji, S., Haryono, B. dan Suhandi. 1989. Analisa Bahan makanan dan

Pertanian. Liberty: Yogyakarta.

Syarif, R , dan h. Halid. 1993. Teknologi penyimpanan pangan. Arcan. Jakarta.

Wardani, Wiwin Dwi. 2008. Isolasi dan karakterisasi natrium alginat dari

Rumput laut sargassum sp untuk pembuatan bakso ikan tenggiri

(scomberomus commerson). Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Yunizal. 2004. Tehnologi Pengolahan Alginat. BRKP. Jakarta.

Page 21: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

Lampiran

PERHITUNGAN

1. Perhitungan Kadar Air

Rumus perhitungan kadar air adalah

Kadar air =

%

Dengan keterangan,

W1 = berat cawan kosong dan sampel 5 gram (gram)

W2 = berat awal setelah siven (gram)

Kadar air pada sampel A

Kadar air =

%

=

=

%

= %

Kadar air = 18,58 %

Jadi dari perhitungan di atas didapatkan kadar air dari sampel A

sebesar 18,58%.

Kadar air pada sampel B

Kadar air =

%

=

=

%

= %

Kadar air = 19,01 %

Jadi dari perhitungan di atas didapatkan kadar air dari sampel B

sebesar 19,01%.

2. Perhitungan Kadar Abu

Rumus perhitungan kadar air adalah

Page 22: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

Kadar abu =

%

Dengan keterangan,

a = berat cawan kosong gram)

c = berat akhir setelah pengabuan (gram)

Kadar Abu pada sampel a

Kadar abu =

%

= –

%

=

%

= %

Kadar abu = 18,905%

Jadi dari perhitungan di atas didapatkan kadar abu dari sampel A

sebesar 18,905%

. Kadar abu pada sampel b

Kadar abu =

%

= –

%

=

%

= %

Kadar abu = 20,441%

Jadi dari perhitungan di atas didapatkan kadar abu dari sampel b

sebesar 20,441%.

Page 23: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

LAMPIRAN

Gambar 1. Penimbangan Sargassum

polycystum kering awal.

Gambar 2. Alumunium foil kosong di

keringkan pada oven.

Gambar 3. Alumunium foil kosong

didinginkan pada desikator.

Gambar 4. Alumunium foil berisi

Sargassum polycystum kering

dikeluarkan dari oven menggunakan

penjepit

Gambar 5. Alumunium foil berisi

Sargassum polycystum kering

didinginkan pada desikator untuk

ditentukan kadar airnya.

Gambar 6. Cawan porselen didinginkan

pada desikator stelah dioven terlebih

dahulu.

Page 24: Biokim Acara I Kadar Air Dan Abu

Gambar 7. Cawan poselen diberi label

agar tidak tertukar.

Gambar 8. Sargassum polycystum

kering dimasukkan ke dalam cawan

prselem untuk dilakukan penentuan

kadar abu

Gambar 9. Cawan porselen berisi

Sargassum polycystum kering

dimasukkan kedalam muffle furnace

untuk dikeringkan hingga menjadi abu.

Gambar 10. Hasil akhir pengabuan

Sargassum polycystum kering pada

proses penentuan kadar abu.