Download dari: www.beacukai-kediri.com/knowhow.htm
Daftar isi
Kata Pengantar……………………………………………………….…………..………
Kata-kata Bijak ……………………………………………………………………………
NPPBKC
•Pemberian NPPBKC Hasil Tembakau………………………………….
• Pemberian NPPBKC MMEA……………………………………………….
• Pemberian NPPBKC Etil Alkohol………………………………………..
• Pembekuan NPPBKC…………………………………………………………
• Pencabutan NPPBKC………………………………………………………..
Penetapan Tarif
•Penetapan Tarif Cukai……………………………………………………….
•Perhitungan Tarif Cukai Hasil Tembakau…………………………..
•Penyesuaian Golongan Pabrik…………………………………………..
Penyediaan dan pemesanan Pita Cukai (P3C) Hasil Tembakau
•Hasil Tembakau………………………………………………………………..
•Minuman Mengandung Etil Alkohol………………………………….
Pemesanan Pita Cukai
•Hasil Tembakau (CK-1)………………………………………………………
•Minuman Mengandung Etil Alkohol (CK-1A)……………………..
Biaya Pengganti Pita Cukai…………………………………………………………..
Penundaan Pembayaran Cukai
•Jaminan Penundaan………………………………………………………….
•Pembayaran dan pencairan………………………………………………
•Pembekuan dan pencabutan Keputusan Pemberian
Penundaan……………………………………………………………………….
Pencatatan Di Bidang Cukai
•Pencatatan……………………………………………………………………….
•Pemberitahuan Barang Kena Cukai Yang Selesai Dibuat…….
Penimbunan, Pemasukan, Pengeluaran, dan Pengangkutan
Barang Kena Cukai
•Penimbunan, Pemasukan dan pengeluaran BKC……………….
•Pengangkutan BKC…………………………………………………………..
Sanksi Di Bidang Cukai
•Sanksi Administrasi…………………………………………………………..
•Sanksi Pidana…………………………………………………………………..
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………..
Nilai-nilai Organisasi…………………………………………………………………..
1
Kata Pengantar
Pada tahun 2009, berdasarkan database Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea
dan Cukai tipe Madya Cukai Kediri, ada sekitar 200 (dua ratus) pengusaha yang
meliputi pengusaha pabrik rokok, pabrik Etil Alkohol, Tempat Penjualan Eceran
Minuman Mengandung Etil Alkohol yang tersebar di wilayah Kota Kediri, Kabupaten
Kediri, Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Jombang, yang semuanya itu berada dalam
pengawasan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai tipe Madya Cukai
Kediri. Penerimaan Negara di sektor Cukai untuk wilayah kerja Kantor Pengawasan dan
Pelayanan Bea dan Cukai tipe Madya Cukai Kediri juga tidak bisa dipandang sebelah
mata, yakni mencapai Rp 51 Trilyun. Jumlah yang cukup besar ini ternyata hampir 80%
dari penerimaan Cukai di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, penerimaan dari sektor
Cukai ini merupakan hal yang sangat vital bagi bangsa Indonesia dan pelu mendapat
perhatian khusus.
Namun, tidak bisa kita pungkiri bersama, latar belakang sosial dan pendidikan
masyarakat baik itu pemilik pabrik ataupun pekerja pabrik, sangatlah beragam. Hal ini
tidak jarang menimbulkan perbedaan penafsiran terhadap peraturan-peraturan di
bidang cukai.
Contohnya adalah seperti dalam pengurusan Nomor Pokok Pengusaha Barang
Kena Cukai (NPPBKC). Banyak masyarakat awam yang masih belum memahami betul
persyaratannya. Hal lain adalah dalam pengajuan merek baru atau tentang tata cara
pelekatan pita cukai yang menurut masyarakat awam masih membingungkan. Oleh
karena itu, perlu adanya cara yang efektif serta media yang tepat guna
mensosialisasikan peraturan – peraturan di bidang cukai kepada masyarakat.
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Madya Cukai Kediri
merupakan kantor pelayanan modern di bawah naungan Kementrian Keuangan
Republik Indonesia serta berdasarkan Undang-Undang nomor 11 tahun 1995
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang nomor 39 tahun 2007
tentang cukai. Hal ini kami tindaklanjuti dengan motto kami “Profesional, Memberi
Solusi dan Bebas KKN”. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kami kepada
masyarakat, maka kami menerbitakan buku saku edisi pertama pada awal 2010.
Upaya penyempurnaan buku saku ini juga terus akan kami lakukan agar
masyarakat semakin mudah mengerti dan semakin mudah pula untuk mengetahui
tentang peraturan-peraturan di bidang cukai.Tentunya buku saku ini tidak lepas dari
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari masyarakat selaku pengguna jasa
sangat kami harapkan demi penyempurnaan buku saku ini menjadi lebih baik. Dan
tidak lupa, kami berharap agar kesempatan ini juga sebagai upaya untuk mempererat
kemitraan dengan masyarakat sehingga kerja sama yang efektif bisa terjalin secara
berkesinambungan.
Kepala Kantor
ttd
Belajarlah Cukai Sebelum Belajar itu Dikenakan Cukai
Learn Before Learning The Customs Duty
Imposed
Memahami Cukai Merupakan Salah Satu Unsur yang
Dibutuhkan dalam Proses Pembangunan Bangsa
Understanding Excise Tax is One Of the
Important Elements Needed In The Process Of
Nation Building
Pemberian NPPBKC HT
1. Apa itu NPPBKC?
Jwb: NPPBKC(Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai) bagi pengusaha
pabrik dan importir hasil tembakau adalah izin untuk menjalankan
kegiatan sebagai pengusaha pabrik dan importir hasil tembakau.
2. Dikecualikan dari kewajiban memiliki NPPBKC?
Jwb: Ada yang dikecualikan dari kewajiban untuk memiliki NPPBKC yaitu:
a.Orang yang membuat tembakau iris yang dibuat dari tembakau hasil
tanaman di Indonesia yang tidak dikemas untuk penjualan eceran atau
dikemas untuk penjualan eceran dengan bahan pengemas tradisional
yang lazim dipergunakan, aopabila:
1. Dalam pembuatanya tidak dicampur atau ditambah dengan
tembakau yang berasal dari luar negeri atau bahan lain yang lazim
dipergunakan dalam pembuatan hasil tambakau; dan/atau
2. Pada pengemas atau tembakau irisnya tidak dibubuhi atau dilekati
atau dicantumkan cap, merek dagang, etiket, atau yang sejenis dengan
itu; atau
b.Orang yang mengimpor barang kena cukai berupa hasil tembakau
yang mendapatkan fasilitas pembebasan cukai, yaitu:
1.untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
2.untuk keperluan perwakilan Negara asing beserta para pejabatnya
yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik;
3.untuk keperluan tenaga ahli bangsa asing yang bertugas pada badan
atau organisasi internasional di Indonesia;
4.yang dibawa oleh penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas
batas atau kiriman dari luar negeri dalam jumlah yang ditentukan;
5.yang dipergunakan untuk tujuan social.
3. Bagaimana proses pembuatan izin NPPBKC?
Jwb: Sebelum mengajukan permohonan memiliki NPPBKC, pengusaha pabrik
atau importir terlebih dahulu harus mengajukan permohonan secara
tertulis kepada kepala kantor bea dan cukai yang mengawasi untuk
dilakukan pemeriksaan lokasi, bangunan, atau tempat usaha.
4. Pada permohonan pemeriksaan lokasi, apa yang harus dilampirkan?
Jwb: Permohonan pemeriksan lokasi, bangunan, atau tempat usaha, paling
sedikit harus dilampiri dengan:
a.salinan/fotokopi izin usaha industri atau tanda daftar industry;
b.gambar denah lokasi, bangunan, atau tempat usaha;
c.salinan/fotokopi IMB; atau
d.salinan/fotokopi izin yang diterbitkan oleh pemerintah daerah
setempat berdasarkan undang-undang mengenai gangguan (HO)
5. Apa syarat-syarat lokasi, bangunan, tempat usaha?
Jwb: Lokasi, bangunan, atau tempat usaha harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
Untuk pabrik:
1.tidak berhubungan langsung dengan bangunan, halaman, atau
tempat-tampat lain yang bukan bagian pabrik yang dimintakan izin;
2.tidak berhubungan langsung dengan rumah tinggal;
3.berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum; dan
4.memiliki luas bangunan paling sedikit 200 (dua ratus ) meter persegi.
Untuk tempat usaha importir yang berfungsi sebagai tempat
penimbunan hasil tembakau:
1.tidak menggunakan tempat penimbunan hasil tembakau yang
berhubungan langsung dengan bangunan, halaman, atau tempat usaha
importir yang dimintakan izin;
2.tidak berhubungan langsung dengan rumah tinggal; dan
3.berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum.
6. Setelah mengajukan permohonan pemeriksaan lokasi apalagi yang harus
dilakukan?
Jwb: Atas permohonan yang diajukan pejabat bea dan cukai akan
melakukan:
1.wawancara terhadap pemohon dalam rangka memeriksa kebenaran:
a.data pemohon sebagai penanggung jawab; dan
b.data dalam lampiran pemohonan.
2. Atas wawancara tersebut dibuatkan Berita Acara Wawancara.
3.….
Jwb: 2. ……
3. Melakukan pemeriksaan lokasi, bangunan, atau tempat usaha.
4. Membuat Berita Acara Pemeriksaan yang disertai gambar denah
lokasi, bangunan, atau tempat usaha dalam jangka waktu 30(tiga
puluh) hari sejak surat permohonan diterima.
7. Kapan permohonan untuk memperoleh NPPBKC?
Jwb: Setelah Pemeriksaan Lokasi, bangunan, atau tempat usaha dan
telah dibuatkan Berita Acara pemeriksaan, pengusaha pabrik atau
importir harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Menteri Keuangan u.p. kepala kantor yang mengawasi. Dokumen
permohonan NPPBC disebut PMCK-6.
8. Saat mengajukan permohonan NPPBCK (PMCK-6) apa ada dokumen lain
yang harus dilampirkan?
Jwb: 1. Pengusaha pabrik saat mengajukan permohonan NPPBKC
(PMCK-6) harus melampirkan:
a. Izin mendirikan Bangunan (IMB) sebagai pabrik dari pemda
setempat;
b. Izin yang diterbitkan oleh pemda setempat berdasarkan
undang-undang mengenai gangguan;
c. Izin usaha industri atau tanda daftar industri dari instansi
dibidang perindustrian;
d. Izin usaha perdagangan dari instansi dibidang perdagangan;
e. Izin atau rekomendasi dari instansi di bidang tenaga kerja;
f. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
g. Surat Keterangan Catatan Kepolisian dari Kepolisian Republik
Indonesia, apabila pemohon merupakan orang pribadi;
h. Kartu Tanta Pengenal diri, apabila pemohon merupakan orang
pribadi;
i. Akta pendirian usaha, apabila pemohon merupakan badan
hokum.
Untuk importir saat mengajukan permohonan NPPBKC (PMCK-6)
harus melampirkan:
a. Izin sebagai importir dari instansi di bidang perindustrian
dan/atau perdagangan;
b. …….
Jwb: a. ……
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. Akata pendirian usaha;
d. Nomor Identitas Kepabeanan (NIK); dan
e. Surat penunjukan sebagai agen penjualan dari produsen
hasil tembakau yang diimpor.
2. Berita Acara Pemeriksaan atas pemeriksaan lokasi,
bangunan, atau tempat usaha;
3. Surat pernyataan bermeterai cukup bahwa pemohon
tidak keberatan untuk dibekukan atau dicabut NPPBKC
yang telah diberikan dalam hal nama pabrik atau
importir yang bersangkutan memiliki kesamaan nama,
baik lisan maupun pengucapannya dengan nama pabrik
atau importir lain yang telah mendapatkan NPPBKC;
9. Bagaimana dalam hal pengusaha pabrik bukan pemilik bangunan?
Jwb: Apabila pengusaha pabrik bukan bukan pemilik bangunan, selain
harus memiliki IMB sebagai pabrik dari pemda setempat juga harus
disertai surat perjanjian sewa-menyewa yang disahkan notarisuntuk
jangka waktu paling singkat 5 (lima) tahun.
10. Bagaimana caranya untuk mengurangi kesalahan dalam hal nama pabrik
atau importir memiliki kesamaan nama, baik lisan maupun
pengucapannya dengan pabrik atau importir lainyang telah mendapatkan
NPPBKC?
Jwb: Sebelum memulai proses pengajuan NPPBKC, sebaiknya cari
informasi tentang nama pabrik melaui www.beacukai.go.id atau
www.beacukai-kediri.com bisa juga datang ke kantor bea dan cukai.
11. Bagaimana dalam hal nama pabrik atau importir memiliki kesamaan
nama, baik lisan maupun pengucapannya dengan nama pabrik atau
importir lain yang telah mendapatkan NPPBKC?
Jwb: Kepala kantor atas nama Menteri Keuangan memberikan surat
penolakan dengan menyebutkan alas an penolakan.
12. Berapa lama prosesnya apabila permohonan NPPBKC dikabulkan?
Jwb: Kepala kantor atas nama Menteri Keuangan menerbitkan
keputusan pemberian NPPBKC dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari sejak permohonan diterima secara lengkap, sesuai janji layanan
KPPBC Madya Cukai Kediri sanggup 3 hari sejak permohonan NPPBC
(PMCK-6) diterima secara lengkap.
13. Berapa lama berlakunya NPPBKC Hasil Tembakau?
Jwb: NPPBKC untuk pengusaha pabrik atau importir hasil tembakau
berlaku selama masih menjalankan usaha.
14. Setelah izin NPPBKC keluar apa yang dilakukan?
Jwb: Pengusaha pabrik atau importir yang mendapatkan NPPBKC
harus memasang papan nama yang memuat paling sedikit
nama perusahaan, alamat, dan NPPBKC dengan ukuran lebar
paling kecil 60cm dan panjang paling kecil 120cm
15. Apakah dalam proses pengurusan izin NPPBKC dikenakan biaya?
Jwb: Kami KPPBC Madya Cukai Kediri tidak mengenakan biaya
pengurusan izin NPPBKC mulai dari awal sampai dengan izin
NPPBKC selesai, sesuai dengan motto kami “Profesional,
Memberi Solusi dan Bebas KKN”.
1. Apa itu NPPBKC?
Jwb: NPPBKC(Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai) bagi
pengusaha pabrik, importir, penyalur, atau pengusaha Tempat
Penjualan Eceran (TPE) adalah izin untuk menjalankan kegiatan
sebagai pengusaha pabrik, importir, penyalur, atau pengusaha
Tempat Penjualan Eceran (TPE).
2. Dikecualikan dari kewajiban memiliki NPPBKC?
Jwb: Ada yang dikecualikan dari kewajiban untuk memiliki NPPBKC yaitu:
a.Orang yang membuat MMEA yang diperoleh dari hasil peragian
atau penyulingan, apabila :
1.Dibuat oleh rakyat Indonesia;
2.Pembuatannya dilakukan secara sederhana, dengan menggunakan
peralatan sederhana yang lazim digunakan oleh rakyat Indonesia;
3.Produksi tidak melebihi 25 (dua puluh lima) liter setiap hari; dan
4.Tidak dikemas dalam kemasan penjualan eceran;
b.Orang yang mengimpor MMEA yang mendapatkan fasilitas
pembebasan cukai, yaitu:
1.untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
2.untuk keperluan perwakilan Negara asing beserta para pejabatnya
yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik;
3.untuk keperluan tenaga ahli bangsa asing yang bertugas pada
badan atau organisasi internasional di Indonesia;
4.yang dibawa oleh penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas
batas atau kiriman dari luar negeri dalam jumlah yang ditentukan;
5.yang dipergunakan untuk tujuan sosial.
Pemberian NPPBKC MMEA
3. Bagaimana proses pembuatan izin NPPBKC?
Jwb: Sebelum mengajukan permohonan memiliki NPPBKC, pengusaha
pabrik, importir, penyalur, atau pengusaha TPE terlebih dahulu
harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada kepala
kantor bea dan cukai yang mengawasi untuk dilakukan pemeriksaan
lokasi, bangunan, atau tempat usaha.
4. Pada permohonan pemeriksaan lokasi, apa yang harus dilampirkan?
Jwb: Permohonan pemeriksan lokasi, bangunan, atau tempat usaha,
paling sedikit harus dilampiri dengan:
a.salinan/fotokopi SIUP-MB(Minuman Beralkohol)
b.Salinan/fotokopi izin usaha industri atau tanda daftar industry,
kecuali untuk penyalur dan pengusaha TPE;
c.gambar denah lokasi, bangunan, atau tempat usaha;
d.salinan/fotokopi IMB; atau
e.salinan/fotokopi izin yang diterbitkan oleh pemerintah daerah
setempat berdasrkan undang-undang mengenai gangguan (HO)
5. Apa syarat-syarat lokasi, bangunan, tempat usaha?
Jwb: Lokasi, bangunan, atau tempat usaha harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
Untuk pabrik:
1.tidak berhubungan langsung dengan bangunan, halaman, atau
tempat-tampat lain yang bukan bagian pabrik yang dimintakan izin;
2.berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum;
3.memiliki luas bangunan paling sedikit 300 (dua ratus ) meter
persegi;
4.memiliki persil, bangunan ruang, tempat, dan pekarangan yang
termasuk bagian dari pabrik;
5.memiliki bangunan, ruangan, dan tempat dipakai untuk membuat
etil alcohol;
6.memiliki bangunan, ruangan, tempat, dan tangki atau wadah
lainnya untuk menimbun MMEA yang selesai dibuat;
7.memiliki bangunan, ruangan, tempat, dan tangki atau wadah
lainnya yang digunakan untuk menimbun MMEA yang cukainya
sudah dibayar atau dilunasi;
8.memiliki bangunan, ruangan, tempat, pekarangan, dan tangki atau
wadah lainnya untuk menyimpan bahan baku atau bahan penolong;
9.……
Jwb: 8. ……
9. memiliki bangunan, ruangan, tempat, pekarangan, dan tangki
atau wadah lainnya yang digunakan untuk produksi dan
penimbunan bahan baku atau bahan penolong;
10.memiliki ruangan yang memadai bagi pejabat bea dan cukai
dalam melakukan pekerjaan atau pengawasan; dan
11.memiliki pagar dan/atau dinding keliling dari tembok, dengan
ketinggian paling rendah 2 (dua) meter yang merupakan batas
pemisah yang jelas, kecuali sisi bagian depan disesuaikan
dengan aturan pemerintah daerah setempat.
Untuk tempat usaha importir yang berfungsi sebagai tempat
penimbunan MMEA:
1. tidak menggunakan tempat penimbunan MMEA yang
berhubungan langsung dengan bangunan, halaman, atau
tempat usaha importir yang dimintakan izin;
2. memiliki jarak lebih dari 100 (seratus) meter dengan tempat
ibadah umum, sekolah, atau rumah sakit;
3. berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum,
kecuali yang berada di kawasan perdagangan;
4. memiliki persil, bangunan, ruangan, tempat dan
pekaranganyang termasuk bagian dari tempat usaha importir;
5. memiliki bangunan, ruangan, dan tempat yang digunakan untuk
menimbun MMEA yang diimpor; dan
6. memiliki pagar dan/atau dinding keliling dari tembok, dengan
ketinggian paling rendah 2 (dua) meter yang merupakan batas
pemisah yang jelas, kecuali sisi bagian depan disesuaikan
dengan aturan pemerintah daerah setempat.
Untuk tempat usaha penyalur yang berfungsi sebagai tempat
penimbunan MMEA:
1. dilarang menggunakan tempat penimbunan MMEA yang
berhubungan langsung dengan bangunan, halaman, atau
tempat-tempat lain yang bukan bagian tempat usaha penyalur
yang dimintakan izin;
2. memiliki jarak lebih dari 100 (seratus) meter dengan tempat
ibadah umum, sekolah, atau rumah sakit;
3. berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum,
kecuali yang berada di kawasan perdagangan;
4. memiliki luas bangunan paling sedikit 100 (seratus ) meter
persegi;
5. ……
Jwb: 4. …..
5. memiliki persil, bangunan ruang, tempat, dan pekarangan yang
termasuk bagian dari tempat usaha penyalur;
6. memiliki bangunan, ruangan, dan tempat yang digunakan untuk
menimbun MMEA;
7. memiliki peralatan pemadam kebakaran yang memadai; dan
8. memiliki pagar dan/atau dinding keliling dari tembok, dengan
ketinggian paling rendah 2 (dua) meter yang merupakan batas
pemisah yang jelas, kecuali sisi bagian depan disesuaikan
dengan aturan pemerintah daerah setempat.
Untuk Tempat Penjualan Eceran (TPE):
1. dilarang berhubungan langsung dengan bangunan, halaman,
atau tempat-tempat lain yang bukan bagian tempan penjualan
eceran yang dimintakan izin, kecuali yang berada di kawasan
perdagangan, hotel, atau tempat hiburan.
2. berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum,
kecuali yang berada di kawasan industri, kawasan perdagangan,
dan hotel atau tempat hiburan;
3. memiliki jarak lebih dari 100 (seratus) meter dengan tempat
ibadah umum, sekolah, atau rumah sakit, kecuali tempat
ibadah umum yang disediakan oleh pengusaha hotel, restoran,
atau tempat hiburan
4. memiliki persil, bangunan, ruangan, tempat, dan pekarangan
yang termasuk bagian dari TPE; dan
5. memiliki bangunan, ruangan, dan tempat yang digunakan untuk
menimbun MMEA.
6. Setelah mengajukan permohonan lokasi apalagi yang harus dilakukan?
Jwb: Atas permohonan yang diajukan pejabat bea dan cukai akan
melakukan:
1.wawancara terhadap pemohon dalam rangka memeriksa
kebenaran:
a.data pemohon sebagai penanggung jawab; dan
b.data dalam lampiran pemohonan.
2.Atas wawancara tersebut dibuatkan Berita Acara Wawancara.
3.Melakukan pemeriksaan lokasi, bangunan, atau tempat usaha.
4.Membuat Berita Acara Pemeriksaan yang disertai gambar denah
lokasi, bangunan, atau tempat usaha dalam jangka waktu 30(tiga
puluh) hari sejak surat permohonan diterima.
7. Kapan permohonan untuk memperoleh NPPBKC?
Jwb: Setelah Pemeriksaan Lokasi, bangunan, atau tempat usaha dan
telah dibuatkan Berita Acara pemeriksaan, pengusaha pabrik,
importir, penyalur, atau pengusaha TPE harus mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Menteri Keuangan u.p.
kepala kantor yang mengawasi. Dokumen permohonan NPPBC
disebut PMCK-6
8. Saat mengajukan permohonan NPPBCK (PMCK-6) apa ada dokumen
lain yang harus dilampirkan?
Jwb: 1. Untuk Pengusaha pabrik saat mengajukan permohonan
NPPBKC (PMCK-6) harus melampirkan:
a. Izin mendirikan Bangunan (IMB) sebagai pabrik dari pemda
setempat;
b. Izin yang diterbitkan oleh pemda setempat berdasarkan
undang-undang mengenai gangguan;
c. Izin usaha industri atau tanda daftar industri dari instansi
dibidang perindustrian;
d. Izin usaha perdagangan (SIUP-MB) dari instansi dibidang
perdagangan;
e. Izin atau rekomendasi dari instansi di bidang kesehatan
f. Izin atau rekomendasi dari instansi di bidang tenaga kerja;
g. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
h. Surat Keterangan Catatan Kepolisian dari Kepolisian Republik
Indonesia, apabila pemohon merupakan orang pribadi;
i. Kartu Tanta Pengenal diri, apabila pemohon merupakan
orang pribadi;
j. Akta pendirian usaha, apabila pemohon merupakan badan
hukum.
Untuk importir saat mengajukan permohonan NPPBKC (PMCK-6)
harus melampirkan:
a. Izin sebagai importir dari instansi di bidang perindustrian
dan/atau perdagangan;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. Akata pendirian usaha, apabila pemohon merupakan badan
hukum;
d. Nomor Identitas Kepabeanan (NIK).
Jwb: Untuk Penyalur saat mengajukan permohonan NPPBKC
(PMCK-6) harus melampirkan:
a.IMB dari pemerintah daerah setempat;
b.Izin yang diterbitkan oleh pemda setempat berdasarkan
undang-undang mengenai gangguan;
c.Izin usaha perdagangan (SIUP-MB) dari instansi dibidang
perdagangan;
d.Izin atau rekomendasi dari instansi di bidang tenaga kerja;
e.Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
f.Surat Keterangan Catatan Kepolisian dari Kepolisian
Republik Indonesia, apabila pemohon merupakan orang
pribadi;
g.Kartu Tanta Pengenal diri, apabila pemohon merupakan
orang pribadi;
h.Akta pendirian usaha, apabila pemohon merupakan badan
hukum.
2.Berita Acara Pemeriksaan atas pemeriksaan lokasi,
bangunan, atau tempat usaha;
3.Surat pernyataan bermeterai cukup bahwa pemohon tidak
keberatan untuk dibekukan atau dicabut NPPBKC yang telah
diberikan dalam hal nama pabrik, importir, penyalur, atau
TPE yang bersangkutan memiliki kesamaan nama, baik lisan
maupun pengucapannya dengan nama pabrik, importir,
penyalur, atau TPE lain
9. Bagaimana dalam hal pengusaha pabrik, penyalur, atau pengusaha TPE
bukan pemilik bangunan?
Jwb: Apabila pengusaha pabrik, penyalur, atau pengusaha TPE bukan
bukan pemilik bangunan, selain harus memiliki IMB sebagai
pabrik dari pemda setempat juga harus disertai surat perjanjian
sewa-menyewa yang disahkan notarisuntuk jangka waktu paling
singkat 5 (lima) tahun.
10. Bagaimana caranya untuk mengurangi kesalahan dalam hal nama
pabrik, importir, penyalur, atau TPE memiliki kesamaan nama, baik
lisan maupun pengucapannya dengan pabrik, importir, penyalur, atau
TPE lain yang telah mendapatkan NPPBKC?
Jwb: Sementara informasi tentang nama pabrik, importir, penyalur,
atau TPE melaui www.beacukai.go.id atau www.beacukai-
kediri.com hanya untuk Hasil Tembakau dan untuk pabrik,
importir, penyalur, atau TPE belum ada.
11. Bagaimana dalam hal nama pabrik, importir, penyalur, atau TPE memiliki
kesamaan nama, baik lisan maupun pengucapannya dengan nama
pabrik, importir, penyalur, atau TPE lain yang telah mendapatkan
NPPBKC?
Jwb: Kepala kantor atas nama Menteri Keuangan memberikan surat
penolakan dengan menyebutkan alas an penolakan.
12. Berapa lama prosesnya apabila permohonan NPPBKC dikabulkan?
Jwb: Kepala kantor atas nama Menteri Keuangan menerbitkan
keputusan pemberian NPPBKC dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari sejak permohonan diterima secara lengkap, sesuai janji
layanan KPPBC Madya Cukai Kediri sanggup 3 hari sejak
permohonan NPPBC (PMCK-6) diterima secara lengkap.
13. Berapa lama berlakunya NPPBKC pabrik, importir, penyalur, atau TPE
MMEA?
Jwb: a. NPPBKC untuk pengusaha pabrik atau importir MMEA berlaku
selama masih menjalankan usaha.
b. NPPBKC untuk penyalur atau pengusaha TPE berlaku selama 5
(lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang
sama.
14. Setelah izin NPPBKC keluar apa yang dilakukan?
Jwb: Pengusaha pabrik, importir atau penyalur yang mendapatkan
NPPBKC harus memasang papan nama yang memuat paling sedikit
nama perusahaan, alamat, dan NPPBKC dengan ukuran lebar
paling kecil 60cm dan panjang paling kecil 120cm; dan untuk
pengusaha TPE yang mendapatkan NPPBKC harus memasang
tanda berupa stiker yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai pada bagian depan bangunan yang dapat dibaca dan
tampak jelas.
15. Apakah dalam proses pengurusan izin NPPBKC dikenakan biaya?
Jwb: Kami KPPBC Madya Cukai Kediri tidak mengenakan biaya
pengurusan izin NPPBKC mulai dari awal sampai dengan izin
NPPBKC selesai, sesuai dengan motto kami “Profesional, Memberi
Solusi dan Bebas KKN”.
1. Apa itu NPPBKC?
Jwb: NPPBKC(Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai) bagi pengusaha
pabrik, pengusaha tempan penyimpanan (TP), importir, atau
pengusaha Tempat Penjualan Eceran (TPE) adalah izin untuk
menjalankan kegiatan sebagai pengusaha pabrik, importir, penyalur,
atau pengusaha Tempat Penjualan Eceran (TPE).
2. Bagaimana proses pembuatan izin NPPBKC?
Jwb: Sebelum mengajukan permohonan memiliki NPPBKC, pengusaha
pabrik, pengusaha TP, importir, atau pengusaha TPE terlebih dahulu
harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada kepala kantor
bea dan cukai yang mengawasi untuk dilakukan pemeriksaan lokasi,
bangunan, atau tempat usaha.
3. Pada permohonan pemeriksaan lokasi, apa yang harus dilampirkan?
Jwb: Permohonan pemeriksan lokasi, bangunan, atau tempat usaha, paling
sedikit harus dilampiri dengan:
a.Salinan/fotokopi izin usaha industri atau tanda daftar industri,
kecuali untuk pengusaha TPE;
b.gambar denah lokasi, bangunan, atau tempat usaha;
c.salinan/fotokopi IMB; atau
d.salinan/fotokopi izin yang diterbitkan oleh pemerintah daerah
setempat berdasrkan undang-undang mengenai gangguan (HO)
4. Apa syarat-syarat lokasi, bangunan, tempat usaha?
Jwb: Lokasi, bangunan, atau tempat usaha harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
Untuk pabrik:
1.tidak berhubungan langsung dengan bangunan, halaman, atau
tempat-tampat lain yang bukan bagian pabrik yang dimintakan izin;
2.tidak berbatasan langsung dengan rumah tinggal;
3.berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum, kecuali
yang lokasinya dalam kawasan industri;
4.……
Pemberian NPPBKC EA
Jwb: 3. ……
4. memiliki luas bangunan paling sedikit 5000 (Lima rubu) meter
persegi;
5. memiliki bangunan, ruangan, dan tempat dipakai untuk
membuat etil alkohol;
6. memiliki persil, bangunan ruang, tempat, dan pekarangan yang
termasuk bagian dari pabrik;
7. memiliki bangunan, ruangan, tempat, dan tangki atau wadah
lainnya untuk menampung EA yang selesai dibuat;
8. memiliki bangunan, ruangan, tempat, pekarangan, dan tangki
atau wadah lainnya untuk menyimpan bahan baku atau bahan
penolong;
9. memiliki bangunan, ruangan, tempat, pekarangan, dan tangki
atau wadah lainnya untuk menyimpan hasil akhir yang bukan
barang kena cukai dalam hal pabrik dengan proses produksi
terpadu;
10.memiliki bangunan, ruangan, tempat, pekarangan, dan tangki
atau wadah lainnya untuk menamung EA yang telah dirusak
sehingga tidak baik untuk diminum (spiritus bakar);
11.memiliki bangunan, ruangan, tempat, pekarangan, dan tangki
atau wadah lainnya untuk menampung produk sampingan;
12.memiliki peralatan pemadam kebakaran yang memadai;
13.memiliki ruangan yang memadai bagi pejabat bea dan cukai
dalam melakukan pekerjaan atau pengawasan; dan
14.memiliki pagar dan/atau dinding keliling dari tembok, dengan
ketinggian paling rendah 2 (dua) meter yang merupakan batas
pemisah yang jelas, kecuali sisi bagian depan disesuaikan dengan
aturan pemerintah daerah setempat.
Untuk Tempat Penyimpanan:
1. tidak berhubungan langsung dengan bangunan, halaman, atau
tempat-tempat lain yang bukanbagian tempat penyimpanan
yang dimintakan izin;
2. dilarang berhubungan langsung dengan rumah tinggal;
3. berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum,
kecuali lokasinya dalam kawasan industri;
4. …..
Jwb: 3. ……
4. memiliki tempat penimbunan permanen berupa tangki dengan
kapasitas keseluruhan paling sedikit 200.000 (dua ratus ribu)
liter EA dilengkapi dengan fasilitas penunjang berupa pompa,
alat ukur volume dan suhu, dan table volume yang disahkan oleh
dinas metrology;
5. memiliki luas lokasi paling sedikit 5.000 (lima ribu) meter
persegi;
6. memiliki pagar dan/atau dinding keliling dari tembok, dengan
ketinggian paling rendah 2 (dua) meter yang merupakan batas
pemisah yang jelas, kecuali sisi bagian depan disesuaikan dengan
aturan pemerintah daerah setempat.
7. Memiliki ruang laboratorium dan peralatannya;
8. Memiliki asset milik sendiri untuk menjalankan usaha tempat
penyimpanan, yang meliputi gudang dan tangki tempat
penimbunan permanen EA yang masih terutang cukai;
9. Memiliki bangunan, ruangan, tempat, pekarangan, dan tangki
atau wadah lainnya untuk menampung EA yang telah dicampur;
10.Memiliki peralatan pemadam kebakaran yang memadai; dan
11.memiliki ruangan yang memadai bagi pejabat bea dan cukai
dalam melakukan pekerjaan atau pengawasan;
12.memiliki gudang permanen untuk menyimpan EA.
Untuk tempat usaha importir yang berfungsi sebagai tempat
penimbunan EA:
1. tidak menggunakan tempat penimbunan EA yang berhubungan
langsung dengan bangunan, halaman, atau tempat-tempat lain
yang bukan bagian tempat usaha importir yang dimintakan izin;
2. memiliki jarak lebih dari 100 (seratus) meter dengan tempat
ibadah umum, sekolah, atau rumah sakit;
3. berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum,
kecuali yang berada di kawasan perdagangan;
4. memiliki persil, bangunan ruang, tempat, dan pekarangan yang
termasuk bagian dari tempat usaha importir;
5. memiliki bangunan, ruangan, dan tempat yang digunakan untuk
menimbun EA yang diimpor; dan
6. memiliki pagar dan/atau dinding keliling dari tembok, dengan
ketinggian paling rendah 2 (dua) meter yang merupakan batas
pemisah yang jelas, kecuali sisi bagian depan disesuaikan dengan
aturan pemerintah daerah setempat.
Jwb: Untuk Tempat Penjualan Eceran (TPE):
1.dilarang berhubungan langsung dengan bangunan, halaman, atau
tempat-tempat lain yang bukan bagia dari TPE yang dimintakan izin,
kecuali yang berada di kawasan industri atau kawasan perdagangan;
2.berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum, kecuali
yang berada di kawasan industry atau kawasan perdagangan;
3.memiliki bangunan, ruangan, dan tempat yang digunakan untuk
menimbun EA.
5. Setelah mengajukan permohonan lokasi apalagi yang harus dilakukan?
Jwb: Atas permohonan yang diajukan pejabat bea dan cukai akan
melakukan:
1.wawancara terhadap pemohon dalam rangka memeriksa kebenaran:
a.data pemohon sebagai penanggung jawab; dan
b.data dalam lampiran pemohonan.
2.Atas wawancara tersebut dibuatkan Berita Acara Wawancara.
3.Melakukan pemeriksaan lokasi, bangunan, atau tempat usaha.
4.Membuat Berita Acara Pemeriksaan yang disertai gambar denah
lokasi, bangunan, atau tempat usaha dalam jangka waktu 30(tiga
puluh) hari sejak surat permohonan diterima.
6. Kapan permohonan untuk memperoleh NPPBKC dilakukan?
Jwb: Setelah Pemeriksaan Lokasi, bangunan, atau tempat usaha dan telah
dibuatkan Berita Acara pemeriksaan, pengusaha pabrik, pengusaha TP,
importir, atau pengusaha TPE harus mengajukan permohonan secara
tertulis kepada Menteri Keuangan u.p. kepala kantor yang mengawasi.
Dokumen permohonan NPPBC disebut PMCK-6
7. Saat mengajukan permohonan NPPBCK (PMCK-6) apa ada dokumen lain yang
harus dilampirkan?
Jwb: 1. Untuk Pengusaha pabrik saat mengajukan permohonan NPPBKC
(PMCK-6) harus melampirkan:
a. Izin mendirikan Bangunan (IMB) sebagai pabrik dari pemda
setempat;
b. Izin yang diterbitkan oleh pemda setempat berdasarkan undang-
undang mengenai gangguan;
c. …..
Jwb: b. ……
c. Izin usaha industri atau tanda daftar industri dari instansi
dibidang perindustrian;
d. Izin usaha perdagangan (SIUP-MB) dari instansi dibidang
perdagangan;
e. Izin atau rekomendasi dari instansi di bidang kesehatan
f. Izin atau rekomendasi dari instansi di bidang tenaga
kerja;
g. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
h. Surat Keterangan Catatan Kepolisian dari Kepolisian
Republik Indonesia, apabila pemohon merupakan orang
pribadi;
i. Kartu Tanta Pengenal diri, apabila pemohon merupakan
orang pribadi;
j. Akta pendirian usaha, apabila pemohon merupakan
badan hokum.
Untuk Pengusaha tempat penyimpanan saat mengajukan
permohonan NPPBKC (PMCK-6) harus melampirkan:
a. IMB dari pemerintah daerah setempat;
b. Izin yang diterbitkan oleh pemda setempat berdasarkan
undang-undang mengenai gangguan;
c. Izin usaha perdagangan (SIUP-MB) dari instansi dibidang
perdagangan;
d. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
e. Surat Keterangan Catatan Kepolisian dari Kepolisian
Republik Indonesia, apabila pemohon merupakan orang
pribadi;
f. Kartu Tanta Pengenal diri, apabila pemohon merupakan
orang pribadi;
g. Akta pendirian usaha, apabila pemohon merupakan
badan hukum.
Untuk importir saat mengajukan permohonan NPPBKC
(PMCK-6) harus melampirkan:
a. Izin sebagai importir dari instansi di bidang perindustrian
dan/atau perdagangan;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. Akat pendirian usaha, apabila pemohon merupakan
badan hukum;
d. Nomor Identitas Kepabeanan (NIK).
Jwb: Untuk Pengusaha TPE saat mengajukan permohonan NPPBKC
(PMCK-6) harus melampirkan:
a.IMB dari pemerintah daerah setempat;
b.Izin yang diterbitkan oleh pemda setempat berdasarkan
undang-undang mengenai gangguan;
c.Izin usaha perdagangan (SIUP-MB) dari instansi dibidang
perdagangan;
d.Izin atau rekomendasi dari instansi di bidang tenaga kerja;
e.Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
f.Surat Keterangan Catatan Kepolisian dari Kepolisian Republik
Indonesia, apabila pemohon merupakan orang pribadi;
g.Kartu Tanta Pengenal diri, apabila pemohon merupakan orang
pribadi;
h.Akta pendirian usaha, apabila pemohon merupakan badan
hukum.
2.Berita Acara Pemeriksaan atas pemeriksaan lokasi, bangunan,
atau tempat usaha;
3.Surat pernyataan bermeterai cukup bahwa pemohon tidak
keberatan untuk dibekukan atau dicabut NPPBKC yang telah
diberikan dalam hal nama pabrik, tempat penyimpanan,
importir, atau TPE yang bersangkutan memiliki kesamaan nama,
baik lisan maupun pengucapannya dengan nama pabrik, tempat
penyompanan, importir, atau TPE lain yang telah mendapatkan
NPPBKC;
8. Bagaimana dalam hal pengusaha pabrik, pengusaha TP, atau pengusaha
TPE bukan pemilik bangunan?
Jwb: Apabila pengusaha pabrik, pengusaha TP, atau pengusaha TPE bukan
bukan pemilik bangunan, selain harus memiliki IMB sebagai pabrik
dari pemda setempat juga harus disertai surat perjanjian sewa-
menyewa yang disahkan notaris untuk jangka waktu paling singkat 5
(lima) tahun.
9. Bagaimana caranya untuk mengurangi kesalahan dalam hal nama pabrik,
tempat penyimpanan,importir, atau TPE memiliki kesamaan nama, baik
lisan maupun pengucapannya dengan pabrik, tempat penyimpanan,
importir, atau TPE lain yang telah mendapatkan NPPBKC?
Jwb: Sementara informasi tentang nama pabrik, tempat penyimpanan,
importir, atau TPE melaui www.beacukai.go.id atau www.beacukai-
kediri.com hanya untuk Hasil Tembakau dan untuk pabrik, tempat
penyimpanan, importir, atau TPE belum ada.
10. Bagaimana dalam hal nama pabrik, tempat penyimpanan, importir, atau
TPE memiliki kesamaan nama, baik lisan maupun pengucapannya dengan
nama pabrik, tempat penyimpanan, importir, atau TPE lain yang telah
mendapatkan NPPBKC?
Jwb: Kepala kantor atas nama Menteri Keuangan memberikan surat
penolakan dengan menyebutkan alas an penolakan.
11. Berapa lama prosesnya apabila permohonan NPPBKC dikabulkan?
Jwb: Kepala kantor atas nama Menteri Keuangan menerbitkan keputusan
pemberian NPPBKC dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak
permohonan diterima secara lengkap, sesuai janji layanan KPPBC
Madya Cukai Kediri sanggup 3 hari sejak permohonan NPPBC
(PMCK-6) diterima secara lengkap.
12. Berapa lama berlakunya NPPBKC pabrik, importir, tempat penyimpanan,
atau TPE MMEA?
Jwb: a. NPPBKC untuk pengusaha pabrik atau importir EA berlaku selama
masih menjalankan usaha.
b. NPPBKC untuk pengusaha TP atau pengusaha TPE berlaku selama
5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang
sama.
13. Setelah izin NPPBKC keluar apa yang dilakukan?
Jwb: Pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, atau importir
yang mendapatkan NPPBKC harus memasang papan nama yang
memuat paling sedikit nama perusahaan, alamat, dan NPPBKC
dengan ukuran lebar paling kecil 60cm dan panjang paling kecil
120cm; dan untuk pengusaha TPE yang mendapatkan NPPBKC harus
memasang tanda berupa stiker yang diperoleh dari Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai pada bagian depan bangunan yang dapat
dibaca dan tampak jelas.
14. Apakah dalam proses pengurusan izin NPPBKC dikenakan biaya?
Jwb: Kami KPPBC Madya Cukai Kediri tidak mengenakan biaya
pengurusan izin NPPBKC mulai dari awal sampai dengan izin NPPBKC
selesai, sesuai dengan motto kami “Profesional, Memberi Solusi dan
Bebas KKN”.
1. Dalam hal apa NPPBKC dibekukan?
Jwb: NPPBKC dapat dibekukan dalam hal :
a.Adanya bukti permulaan yang cukup bahwa pemegang NPPBKC
melakukan pelanggaran pidana di bidang cukai;
b.Adanya bukti yang cukup sehingga persyaratan NPPBKC
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) UU Cukai serta
Pasal 3 ayat (3) dan Pasal 6 Peraturan Menkeu
No.200/PMK.04/2008 ini tidak lagi dipenuhi, termasuk memiliki
kesamaan nama, baik tulisan maupun pengucapannya dengan
nama pabrik, Tempat Penimpanan, importir, penyalur, atau TPE
lain yang telah mendapatkan NPPBKC; atau
c.Pemegang NPPBKC berada dalam pengawasan curator
sehubungan dengan utangnya.
2. Apa maksud dari bukti permulaan yang cukup?
Jwb: Maksud dari bukti permulaan yang cukup berupa keterangan
dan/atau data yang didapat dari paling sedikit dua unsur, dari:
a.Laporan Kejadian
b.Berita Acara Wawancara
c.Laporan Hasil Penyilidikan
d.Keterangan saksi atau ahli;atau
e.Barang bukti.
3. Apa maksud dari bukti yang cukup?
Jwb: Maksud dari bukti yang cukup berupa:
a. Surat Buktu Penindakan yang dibuat oleh pejabat bea dan cukai
sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang cukai,
atau
b. Bukti temuan berupa persyaratan administrasi yang tidak
dipenuhi lagi.
4. Berapa lama NPPBKC dibekukan?
Jwb: Pembekuan NPPBKC dilakuan selama:
a. Dalam hal adanya bukti permulaan yang cukup bahwa
pemegang NPPBKC melakukan pelanggaran pidana di bidang
cukai, NPPBKC dibekukan sampai dengan adanya putusan
hakim yang telah memiliki kekuatan hokum yang tetap
terhadap pelanggaran pidana dibidang cukai atau paling lama
60 (enam puluh) hari sejak pembekuan apabila tidak ditemukan
adanya pelanggaran pidana dibidang cukai;
b. ……
Pembekuan NPPBKC
Jwb: a. …..
b. Dalam hal adanya bukti yang cukup sehingga persyaratan
NPPBKC tidak lagi dipenuhi, NPPBKC dibekukan paling lama 1
(satu) tahun sejak pembekuan atau sampai dengan dipenuhi
kembali persyaratan NPPBKC dalam waktu kurang dari 1 (satu
tahun; atau
c. Dalam hal pemegang NPPBKC berada dalam pengawasan
kurator, NPPBKC dibekukan sampai dengan adanya putusan
hakim yang memiliki kekuatan hokum tetap sehubungan
dengan kepailitan.
5. Bolehkah selama NPPBKC dibekukan Pengusaha pabrik, Pengusaha TP,
importir, penyalur, atau TPE menjalankan kegiatan usaha dibidang cukai?
Jwb: Pengusaha pabrik, Pengusaha TP, importir, penyalur, atau TPE
dilarang menjalankan kegiatan usaha dibidang cukai sampai
dengan diterbitkan keputusan pemberlakuan kembali terhadap
NPPBKC yang dibekukan, tanpa mengurangi kewajiban yang harus
diselesaikan kepada Negara.
6. Bilamana NPPBKC yang dibekukan diberlakukan/aktifkan kembali ?
Jwb: Keputusan pembekuan NPPBKC ditindaklanjuti dengan keputusan
pemberlakuan kembali NPPBKC dalam hal:
a.Tidak cukup bukti permulaan untuk dilakukan penyidikan atau
adanya putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap terhadap pelanggaran pidana di bidang cukai, yang
menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak bersalah;
b.Persyaratan untuk memiliki NPPBKC telah diipenuhi
kembali;atau
c.Adanya putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap, yang menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak pailit.
7. Bagaimana kalau NPPBKC yang dibekukan ternyata pemegang NPPBKC
dinyatakan bersalah atau pailit?
Jwb: Dalam hal keputusan hakim yang menyatakan bahwa pemegang
NPPBKC bersalah atau pailit, maka keputusan pembekuan NPPBKC
ditindaklanjuti dengan keputusan pencabutan NPPBKC.
1. Dalam hal apa NPPBKC dicabut atau dinyatakan tidak berlaku?
Jwb: NPPBKC dicabut dan dinyatakan tidak berlaku kecuali untuk
pemenuhan hak-hak keuangan Negara, dalam hal:
a.Atas permohonan pemegang NPPBKC
b.Pemegang NPPBKC tidak menjalankan kegiatan di bidang cukai
selama 1 (satu)tahun;
c.Persyaratan NPPBKC sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat
(2) UU Cukai serta Pasal 3 ayat (3) dan Pasal 6 Peraturan Menkeu
No.200/PMK.04/2008 ini tidak lagi dipenuhi,
d.Pemegang NPPBKC tidak lagi secara sah mewakili badan hukum
atau orang pribadi yang berkedudukan di luar Indonesia;
e.Pemegang NPPBKC dinyatakan pailit;
f.Tidak dipenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14
ayat (3) UU Cukai;
g.Pemegang NPPBKC dipidana berdasarkan keputusan hakim yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melanggar
ketentuan UU Cukai;
h.Pemegang NPPBKC melanggar ketentuan Pasal 30 UU Cukai;
i.NPPBKC dipindahtangankan, dikuasakan, dan/atau dikerjasamakan
dengan orang lain/pihak lain tanpa persetujuan Menteri Keuangan.
2. Pemegang NPPBKC tidak menjalankan kegiatan di bidang cukai selama 1
(satu)tahun, apa ada alasan yang tidak berlaku atas pencabutan tersebut
dan apa yang harus dilakukan ?
Jwb: Pemegang NPPBKC tidak menjalankan kegiatan di bidang cukai
selama 1 (satu)tahun tidak berlaku dalam hal:
a.Pemegang NPPBKC melakukan renovasi, wajib melaporkan kepada
kepala kantor paling lama 7 (tujuh) hari, sebelum kegiatan tersebut;
atau
b.Pemegang NPPBKC mengalami bencana alam atau keadaan lain
yang berada di luar kemampuan NPPBKC, wajib melaporkan kepada
kepala kantor paling lama 14 (empat belas) hari, terhitung sejak
peristiwa tersebut.
3. Bagaimana kalau tidak melaporkan atas kegiatan/kejadian tersebut ke
kepala kantor?
Jwb: Jika pemegang NPPBKC tidak memenuhi kewajiban melapor atas
kegiatan/kejadian ke kepala kantor, maka NPPBKC dicabut dengan
alasan tidak menjalankan kegiatan di bidang cukai selama 1
(satu)tahun.
Pencabutan NPPBKC
4. Apa ada ketentuan-ketentuan lain perihal pencabutan?
Jwb: 1. Atas pencabutan NPPBKC berlaku ketentuan sebagai berikut:
Untuk Hasil Tembakau
a. Terhadap HT yang berlum dilunasi cukainya yang masih berada
dalam pabrik, harus dilunasi cukainya dan dikeluarkan dari pabrik
dalam waktu paling lama 30(tiga puluh)hari sejak diterimanya surat
keputusan pencabutan NPPBKC; atau
b. Terhadap HT yang masih berada dalam tempat usaha importir,
dapat dipindahkan ke peredaran bebas atau tetap disimpan di
tempat usaha yang bersangkutan.
Untuk MMEA
a. Terhadap MMEA yang berlum dilunasi cukainya yang masih berada
dalam pabrik, harus dilunasi cukainya dan dikeluarkan oleh
pengusaha pabrik ke penyalur atau TPE;
b. Terhadap MMEA yang masih berada dalam tempat usaha importir,
harus dikeluarkan oleh importir ke tempat usaha importir lainnya,
penyalur, atau TPE;
c. Terhadap MMEA yang masih berada dalam tempat usaha penyalur,
harus dikeluarkan oleh penyalur ke tempat usaha penyalur lainnya
atau TPE;
d. Terhadap MMEA yang masih berada dalam TPE, harus dikeluarkan
oleh pengusaha TPE ke TPE lainnya,
dalam waktu paling lama 30(tiga puluh)hari sejak diterimanya surat
keputusan pencabutan NPPBKC.
Untuk EA
a.Terhadap EA yang berlum dilunasi cukainya yang masih berada
dalam pabrik atau tempat penyimpanan, harus dilunasi cukainya
dan dikeluarkan oleh pengusaha pabrik atau pengusaha TP ke TPE;
b.Terhadap EA yang masih berada dalam tempat usaha importir,
harus dikeluarkan oleh importir ke tempat usaha importir lainnya
atau TPE;
c.Terhadap EA yang masih berada di TPE, harus dikeluarkan oleh
pengusaha TPE ke TPE lainnya;
dalam waktu paling lama 30(tiga puluh)hari sejak diterimanya surat
keputusan pencabutan NPPBKC.
2. Apabila kewajiban sebagaiman dimaksud pada point (1) tidak
dipenuhi, HT/MMEA/EA dimusnahkan oleh pengusaha pabrik
HT/MMEA/EA, pengusaha TP, importir, penyalur, atau TPE di
bawah pengawasan pejabat bea dan cukai atau dalam keadaan
tertentu dimusnahkan oleh pejabat bea dan cukai atas biaya
pengusaha pabrik HT/MMEA/EA, penguasaha TP, importir,
penyalur, atau TPE, dalam hal pengusaha pabrik dinyatakan pailit,
biaya dibebankan kepada kurator.
3. Terhadap pita cukai milik pengusaha pabrik atau importir yang
NPPBKC miliknya telah dicabut diselesaikan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di bidang cukai.
1. Setelah mempunyai NPPBKC, sebaiknya apa yang harus dilakukan?
Jwb: Hal-hal yg harus dilakukan setelah mendapatkan Izin NPPBKC
adalah :
1.sebelum memproduksi atau mengimpor hasil tembakau dengan
merek baru, pengusaha HT atau importir wajib mengajukan
permohonan penetapan tarif cukai hasil tembakau untuk merek
baru kepada kepala kantor;
2.Pemesanan Pita Cukai (P3C).
2. Apa syarat-syarat pengajuan permohonan penetepan tarif cukai hasil
tembakau untuk merek baru,atau mengubah desain atau tampilan
kemasan penjualan eceran atas merek yang sudah ada penetapan tarif
cukainya?
Jwb: Permohonan penetapan tarif hasil tembakau untuk merek baru
atau mengubah desain atau tampilan kemasan penjualan eceran
atas merek yang sudah ada penetapan tariff cukainya dibuat
rangkap 3(tiga), yang masing-masing dilampiri dengan:
a. contoh etiket atau kemasan penjualan eceran hasil tembakau;
b. daftar merek-merek hasil tembakau yang dimiliki dan masih
berlaku sesuai dengan contoh format; dan
c. surat pernyataan di atas meterai yang cukup bahwa
merek/desain kemasan yang dimohon penetapan tarif cukainya
tidak memiliki kesamaan pada pokoknya atau pada
keseluruhannya dengan merek/desain kemasan yang telah dimiliki
atau dipergunakan oleh Pengusaha Pabrik hasil tembakau atau
Importir lainnya.
3. Bagaimana kalau ada penyesuaian tarif cukai HT dari merek yang sudah
ada penetapannya, tanpa melakukan perubahan desain atau tampilan
kemasan penjualan eceran atas merek tersebut?
Jwb: Pengusaha pabrik hasil tembakau atau importir wajib mengajukan
permohonan penetapan penyesuaian tarif cukai hasil tembakau
kepada kepala kantor, sesuai dengan contoh format.
Penetapan Tarif Cukai
4. Bagaimana caranya untuk mengurangi kesalahan dalam hal
merek/desain kemasan, memiliki kesamaan nama, baik lisan maupun
pengucapannya pada pokoknya atau pada keseluruhannya dengan
merek/desain kemasan yang telah dimiliki atau dipergunakan oleh
pengusaha pabrik hasil tembakau atau importir lainnya, ?
Jwb: Sebelum memulai proses pengajuan permohonan penetapan tarif
cukai HT, sebaiknya cari informasi tentang nama pabrik melaui
www.beacukai.go.id atau www.beacukai-kediri.com bisa juga
datang ke kantor bea dan cukai.
5. Berapa lama prosesnya permohonan penetapan tarif ?
Jwb: Kepala kantor menerbitkan keputusan disetujui atau ditolaknya
permohonan penetapan tarif cukai HT NPPBKC dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan diterima secara
lengkap, sesuai janji layanan KPPBC Madya Cukai Kediri sanggup
3(tiga) jam/merek sejak permohonan diterima secara lengkap.
Dalam hal jangka waktu 30 (tiga puluh) hari dilampaui, kepala
kantor belum memberikan keputusan, permohonan dianggap
disetujui atau dikabulkan dan wajib dibuatkan keputusan
penetapan tarif cukai HT oleh kepala kantor paling lama dalam
jangka waktu 10 (sepuluh) hari.
6. Berapa lama berlakunya keputusan penetapan tarif cukai HT/merek saya
?
Jwb: Penetapan tarif cukai HT dinyatakan tidak berlaku, apabila lebih
dari 6 (enam) bulan berturut-turut pengusaha Pabrik HT atau
importir yang bersangkutan :
a.Tidak pernah merealisasikan pemesanan pita cukainya (CK-1);
b.Tidak pernah merealisasikan ekspor HT dengan menggunakan
dokumen (CK-5).
7. Bagaimana apabila merek/desain kemasan HT tidak pergunakan lagi atau
dinyatakan tidak berlaku ?
Jwb: Dalam hal merek/desain kemasan hasil tambakau yang tidak
dipergunakan lagi oleh pengusaha pabrik atau importir dan yang
dinyatakan tidak berlaku, maka merek/desain kemasan HT dapat
diajukan permohonan penetapan tarif cukai hasil tembakau untuk
merek baru oleh pengusaha pabrik HT atau importir yang
bersangkutan atau pengusaha pabrik HT atau importir lainnya.
8. Ketentuan apa dalam pengajuan permohonan penetapan tarif cukai HT
untuk merek Baru sehubungan dengan merek/desain kemasan HT HT tidak
pergunakan lagi atau dinyatakan tidak berlaku?
Jwb: a. hanya dapat diajukan setelah 6 (enam) bulan berturut-turut sejak
dokumen pemesanan pita cukai terakhir atau dokumen
pemberitahuan pengeluaran barang kena cukai yang belum
dilunasi cukainya dari pabrik hasil tembakau untuk tujuan ekspor;
b. tarif cukai hasil tembakau atas merek tersebut tidak boleh lebih
rendah dari penetapan tarif cukai hasil tembakau yang terakhir;
dan
c. harga jual eceran yang diberitahukan sekurang-kurangnya sama
dengan harga jual eceran yang terakhir ditetapkan atau
diberitahukan.
9. Bagaimana apabila pengusaha pabrik HT atau importir lainya yang akan
mempergunakan merek/desain kemasan HT tidak pergunakan lagi oleh
pengusaha pabrik HT atau importir yang bersangkutan ?
Jwb: Pengusaha pabrik HT atau importir harus mengajukan perhohonan
penetapan tarif cukai hasil tembakau untuk merek baru juga harus
melampirkan bukti berupa:
a.fotokopi dokumen pemesanan pita cukai terakhir atau dokumen
pemberitahuan pengeluaran barang kena cukai yang belum dilunasi
cukainya dari pabrik hasil tembakau untuk tujuan ekspor terakhir;
b.fotokopi surat keputusan penetapan tarif cukai hasil tembakau
terakhir; dan
c.fotokopi surat lisensi dari pemilik merek atau surat perjanjian
persetujuan penggunaan merek atau desain kemasan yang telah
ditandasahkan oleh notaris atau fotokopi surat penunjukan
keagenan, distributor, atau importir tunggal dari pemegang merek
hasil tembakau yang akan diimpor, yang ditandasahkan oleh
Pengusaha Pabrik hasil tembakau.
10. Bagaimana caranya pengusaha pabrik HT atau importir yang akan
mempergunakan kembali merek/desain kemasan HT yang dinyatakan tidak
berlaku lagi?
Jwb: Pengusaha pabrik HT atau importir harus mengajukan
permohonanpenetapan tarif cukai hasil tembakau untuk merek baru
juga harus melampirkan bukti berupa:
Jwb: a. fotokopi dokumen pemesanan pita cukai terakhir atau dokumen
pemberitahuan pengeluaran barang kena cukai yang belum
dilunasi cukainya dari pabrik hasil tembakau untuk tujuan ekspor
terakhir; dan/atau
b. fotokopi surat keputusan penetapan tarif cukai hasil tembakau
terakhir.
11. Dalam hal apa pengusaha pabrik HT atau importir tidak diperbolehkan
mengajukan permohonan penetapan tarif cukai HT?
Jw
b:
Pengusaha Pabrik hasil tembakau atau Importir tidak boleh
mengajukan permohonan penetapan tarif cukai hasil tembakau,dalam
hal:
a.harga jual ecerannya yang diberitahukan lebih rendah dari harga jual
eceran hasil tembakau yang dimilikinya dan masih berlaku dalam
satuan batang atau gram untuk jenis hasil tembakau yang sama;
b.merek yang memiliki kesamaan atau kemiripan nama, logo, atau
desain dengan merek yang dimilikinya dan masih berlaku, dalam hal
harga jual ecerannya lebih rendah dari harga jual eceran hasil
tembakau yang dimilikinya dan masih berlaku dalam satuan batang
atau gram untuk jenis hasil tembakau yang sama; atau
c.merek yang terkait dengan tindak pidana di bidang cukai, dalam
jangka waktu 2 tahun sejak keputusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
12. Dalam hal apa permohonan penetapan penyesuaian tarif cukai HT
berdasarkan Harga Transaksi Pasar ?
Jw
b:
Pengusaha Pabrik hasil tembakau atau Importir harus mengajukan
permohonan penetapan penyesuaian tarif cukai hasil tembakau dalam
hal Harga Transaksi Pasar:
a.telah melampaui Batasan harga jual eceran per batang atau gram
diatasnya; atau
b.berada pada posisi Batasan harga jual eceran per batang atau gram
tertinggi pada masing-masing golongan Pengusaha Pabrik hasil
tembakau telah melampaui 5% (lima persen) dari harga jual eceran
yang berlaku atau harga yang tercantum dalam pita cukai.
PERHITUNGAN TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU
1. Bagaimana untuk mengetahui tarif cukai dan batasan jumlah produksi
untuk menentukan golongan dan batasan harga jual eceran (HJE) per
batang atau per gram produksi dalam negeri ?
Jwb: Untuk mengetahui batasan produksi untuk menentukan golongan
dan batasan harga jual eceran (HJE) per batang atau per gram, telah
diatur pada Peraturan Menteri Keuangan tentang Tarif Cukai Hasil
Tembakau.
2. Bagaimana untuk mengetahui tarif cukai dan batasan harga jual eceran
(HJE) terendah per batang atau per gram untuk setiap jenis hasil tembakau
yang diimpor dan diekspor?
Jwb: Tarif cukai dan batasan harga jual terendah per batang atau gram
sbb:
a.Untuk tujuan impor, tarif cukai dan batasan harga jual eceran (HJE)
per batang atau per gram, telah diatur pada Peraturan Menteri
Keuangan tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau.
b.Untuk tujuan ekspor, batasan harga jual eceran (HJE) per batang
atau per gram ditetapkan sama dengan harga jual eceran per batang
atau gramuntuk setiap jenis hasil tembakau dari jenis dan merek
hasil tembakau yang sama yang ditujukan untuk pemasaran di dalam
negeri, yang telah diatur pada Peraturan Menteri Keuangan tentang
Tarif Cukai Hasil Tembakau.
3. Apa ada hal-hal lain dalam penghitungan dalam penteapan batasan harga
jual eceran dan tarif per batang atau gram tiap jenis HT dari masing-
masing golomgan? alam penghitungan HJEBagaimana untuk mengetahui
tarif cukai dan batasan harga jual eceran (HJE) terendah per batang atau
per gram untuk setiap jenis hasil tembakau yang diimpor dan diekspor?
Jwb: Untuk dapat digolongkan dalam penetapan tarif cukai per batang
atau gram untuk setiap jenis jenis HT ditentukan berdasarkan jenis
dan jumlah produksi dan:
a.harga jual eceran yang tercantum dalam penetapan tarif cukai
yang masih berlaku berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 203/PMK.011/2008 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau;
b.harga jual eceran yang diberitahukan oleh Pengusaha Pabrik hasil
tembakau untuk hasil tembakau merek baru; atau
c.harga jual eceran yang mengalami kenaikan.
Harga jual eceran harus dalam kelipatan Rp25,00 (dua puluh lima
rupiah).
PENYESUAIAN GOLONGAN
1. Bilamana hasil produksi dalam satu takwim melebihi atau kurang dari
batasan jumlah produksi pabrik ?
Jwb: a. Penyesuaian kenaikan golongan Pengusaha Pabrik hasil
tembakau wajib dilakukan oleh Pengusaha Pabrik hasil
tembakau pada saat Produksi Pabrik dalam tahun takwim yang
sedang berjalan telah melampaui Batasan Jumlah Produksi
Pabrik yang berlaku bagi golongan Pengusaha Pabrik hasil
tembakau yang bersangkutan.
b. Dalam hal hasil produksi dalam satu takwim kurang dari
Batasan Jumlah Produksi Pabrik yang berlaku bagi golongan
Pengusaha Pabrik hasil tembakau, Pengusaha Pabrik hasil
tembakau dapat mengajukan permohonan penyesuaian untuk
penurunan golongan Pengusaha Pabrik hasil tembakau kepada
Kepala Kantor.
c. Permohonan penyesuaian untuk penurunan golongan
Pengusaha Pabrik hasil tembakau diajukan paling lambat bulan
Januari tahun takwim berikutnya sebelum dokumen
pemesanan pita cukai pertama kali diajukan.
2. Apakah dalam proses pengurusan penetapan tarif/merek/HJE dikenakan
biaya?
Jwb: Kami KPPBC Madya Cukai Kediri tidak mengenakan biaya
pengurusan merek HT/penetapan tarif/HJE mulai dari awal sampai
dengan selesai, sesuai dengan motto kami “Profesional, Memberi
Solusi dan Bebas KKN”.
1. Sekang saya sudah punya izin NPPBKC dan punya merek HT/penetapan
tarif, apa saya sudah boleh memproduksi rokok?
Jwb: Secara legalitas anda sudah bisa memproduksi rokok, tapi rokok
yang telah diproduksi tidak dapat dikeluarkan dari pabrik/dijual
kerena tidak berpita cukai atau banderol yang harus dipesan terlebih
dahulu ke kantor bea dan cukai.
2. Apa itu Pita Cukai?
Jwb: Pita Cukai merupakan dokumen sekuriti Negara, selain bukti
pelunasan cukai juga berfungsi sebagai alat pengawasan.
3. Bagaimana caranya memperoleh pita cukai?
Jwb: Pita cukai Hasil tembakau disediakan di Kantor Pusat dan di Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai masing-masih daerah,
dan pita cukai disediakan berdasarkan permohonan Penyediaan dan
Pemesanan Pita Cukai (P3C). Dan untuk memperolehnya dengan
ketentuan sbb:
a.Pita cukai hasil tembakau untuk pengusaha pabrik hasil tembakau:
1.dengan total produksi semua jenis hasil tembakau dalam 1 (satu)
tahun takwim sebelumnya lebih dari 100.000.000 (seratus juta)
batang dan/atau gram, disediakan di Kantor Pusat.
2.dengan total produksi semua jenis hasil tembakau dalam 1 (satu)
tahun takwim sebelumnya sampai dengan 100.000.000 (seratus juta)
batang dan/atau gram, disediakan di KPPBC.
b.Pita cukai hasil tembakau untuk importir hasil tembakau
disediakan di Kantor Pusat.
c.Pita cukai hasil tembakau untuk pengusaha pabrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) angka 2 atas permohonan pengusaha yang
bersangkutan dapat disediakan di Kantor Pusat.
4. Bagaimana caranya P3C, apa ada persyaratan?
Jwb: a. telah memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai
(NPPBKC) dan NPPBKC tersebut tidak dalam keadaan dibekukan;
b. tidak memiliki utang cukai yang tidak dibayar pada waktunya,
kekurangan cukai, dan/atau sanksi administrasi berupa denda
yang belum dibayar sampai dengan tanggal jatuh tempo;
dan/atau
c. telah melunasi biaya pengganti penyediaan pita cukai dalam
waktu yang ditetapkan.
PERMOHONAN PENYEDIAN DAN PEMESANAN PITA CUKAI (P3C) HASIL TEMBAKAU
5. Bagamana tata cara penyediaan pita cukai HT?
Jw
b:
P3C Pengajuan Awal
1.Pengusaha dapat mengajukan permohonan penyediaan pita cukai
mulai tanggal 1 (satu) sampai dengan tanggal 10 (sepuluh) untuk
kebutuhan 1 (satu) bulan berikutnya dengan menggunakan P3C
pengajuan awal kepada Kepala Kantor.
2.Dikecualikan dari batas waktu P3C pengajuan awal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dalam hal:
a. pengusaha baru mendapatkan NPPBKC;
b. pengusaha mengalami kenaikan golongan;
c. pengusaha yang NPPBKC-nya diaktifkan kembali setelah
pembekuannya dicabut;
d. untuk kebutuhan pita cukai bulan Januari; atau
e. terdapat kebijakan di bidang tarif cukai atau HJE.
3.P3C pengajuan awal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) periode persediaan
untuk setiap jenis pita cukai.
P3C Pengajuan Tambahan
1.Pengusaha dapat mengajukan P3C pengajuan tambahan kepada
Kepala Kantor dalam hal pita cukai yang telah disediakan
berdasarkan P3C pengajuan awal tidak mencukupi.
2.P3C pengajuan tambahan hanya dapat diajukan paling lambat
tanggal 20 (dua puluh) pada bulan pengajuan CK-1.
3.Jenis pita cukai yang diajukan pada P3C pengajuan tambahan harus
sama dengan jenis pita cukai yang sudah diajukan pada P3C
pengajuan awal untuk periode yang sama.
4.P3C pengajuan tambahan hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) periode persediaan untuk setiap jenis pita cukai.
P3C Pengajuan Tambahan Izin Direktur Jenderal
1.Pengusaha dapat mengajukan P3C pengajuan tambahan izin
Direktur Jenderal beserta surat permohonan melalui Kantor dalam
hal jumlah pita cukai berdasarkan P3C pengajuan awal dan P3C
pengajuan tambahan tidak mencukupi.
2.P3C pengajuan tambahan izin Direktur Jenderal dapat diajukan
setelah P3C pengajuan tambahan dan paling lambat sampai dengan
tanggal 25 (dua puluh lima) pada bulan pengajuan CK-1.
3.pita cukai yang diajukan pada P3C pengajuan tambahan izin
Direktur Jenderal, sama dengan jenis pita cukai yang sudah diajukan
pada P3C pengajuan awal dan P3C pengajuan tambahan untuk
periode yang sama.
4.………
Jwb: 3. ……
4. Pengajuan P3C pengajuan tambahan izin Direktur Jenderal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan 1
(satu) kali dalam 1 (satu) periode persediaan untuk setiap jenis
pita cukai.
5. Dilakukan pemeriksaan terhadap pabrik dan dokumen
pendukung.
6. Atas P3C pengajuan tambahan izin Direktur Jenderal dan Surat
Rekomendasi Kepala Kantor, Direktur Jenderal dapat
mengabulkan seluruhnya/sebagian atau menolak.
6. Berapa banyak yang bisa diajukan setiap pengajuan P3C ?
Jwb: 1. Jumlah pita cukai yang diajukan oleh pengusaha pada P3C
pengajuan awal untuk setiap jenis pita cukai:
a. paling banyak 100% (seratus persen) dari rata-rata perbulan
jumlah pita cukai yang dipesan dengan CK-1 dalam kurun waktu
tiga bulan terakhir sebelum P3C pengajuan awal, dengan
memperhatikan batasan produksi golongan pengusaha pabrik;
atau
b. dalam hal data rata-rata perbulan jumlah yang dipesan dengan
CK-1 dalam kurun waktu tiga bulan terakhir sebelum P3C
pengajuan awal untuk jenis pita cukai yang diajukan tidak
tersedia, jumlah pita cukai yang dapat diajukan sesuai
kebutuhan perbulan dengan memperhatikan batasan produksi
golongan pengusaha pabrik.
2. Jumlah pita cukai yang diajukan oleh pengusaha dalam P3C
pengajuan tambahan paling banyak 50% (lima puluh persen)
untuk setiap jenis pita cukai dari P3C pengajuan awal yang telah
diajukan dalam periode yang sama dengan memperhatikan
batasan produksi golongan pengusaha pabrik.
3. Dalam hal jumlah pita cukai yang dapat diajukan dengan P3C
kurang dari 10 (sepuluh) lembar, maka jumlah pengajuan pita
cukai dalam P3C adalah 10 (sepuluh) lembar.
4. Jumlah pita cukai yang diajukan oleh pengusaha dalam P3C
pengajuan tambahan izin Direktur Jenderal, sesuai dengan
kebutuhan dengan memperhatikan batasan produksi golongan
pengusaha pabrik.
7. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemesanan P3C?
Jwb: 1. Pembulatan jumlah pita cukai yang diajukan dengan P3C
dilakukan dengan cara membulatkan jumlah ke bawah dan harus
dalam kelipatan 10 (sepuluh).
2. Jumlah pita cukai per lembar yang dapat dipesan:
• Seri I : 120 keping/lembar
• Seri II : 56 keping/lembar
• Seri III : 150 keping /lember
8. Berapa lama proses permohonan pengajuan P3C?
Jwb: Sesuai janji layanan KPPBC Madya Cukai Kediri, proses permohonan
P3C Awal/P3C Tambahan/P3C tanbahan Izin Dirjen sanggup 1-3 jam
sejak permohonan diterima secara lengkap.
9. Apakah dalam proses pengurusan permohonan P3C dikenakan biaya?
Jwb: Kami KPPBC Madya Cukai Kediri tidak mengenakan biaya atas segala
pengurusan permohonan mulai dari awal sampai dengan selesai,
sesuai dengan motto kami “Profesional, Memberi Solusi dan Bebas
KKN”.
1. Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA) mana yang wajib dilekati
Pita cukai?
Jwb: MMEA yang wajib dilekati pita cukai adalah:
a.MMEA yang dibuat di Indonesia adalah MMEA dengan kadar
alkohol lebih dari 5% (lima persen).
b.MMEA asal impor adalah MMEA yang diimpor untuk dipakai
dalam daerah pabean dengan kadar etil alkohol berapapun.
2. Apakah semua yang punya NPPBKC MMEA dapat memesan pita cukai?
Jwb: Yang dapat memesan pita cukai adalah pengusaha pabrik MMEA
dan Importir MMEA, sedangkan penyalur dan pengusaha
Tempat Penjualan Eceran (TPE) tidak bisa memesan pita cukai.
3. Bagaimana caranya memperoleh pita cukai?
Jwb: Pita cukai MMEA disediakan di Kantor Pusat dan di Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai masing-masih
daerah, dan pita cukai disediakan berdasarkan permohonan
Penyediaan dan Pemesanan Pita Cukai (P3C). Dan untuk
memperolehnya dengan ketentuan sbb:
a.Pita cukai untuk pengusaha pabrik MMEA:
1.yang memproduksi lebih dari 100.000 (seratus ribu) liter
MMEA dengan kadar lebih dari 5% (lima persen) dalam 1 (satu)
tahun takwim sebelumnya, disediakan di Kantor Pusat
2.yang memproduksi sampai dengan 100.000 (seratus ribu) liter
MMEA dengan kadar lebih dari 5% (lima persen) dalam 1 (satu)
tahun takwim sebelumnya, disediakan di Kantor.
b.Pita cukai untuk importir disediakan di Kantor Pusat.
c.Pita cukai untuk Pengusaha Pabrik sebagaimana dimaksud
pada ayat (a) angka 2 dapat disediakan di Kantor Pusat dengan
pemberitahuan tertulis dari pengusaha yang bersangkutan
kepada kepala Kantor.
4. Bagaimana caranya P3C, apa ada persyaratan?
Jwb: a. telah memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai
(NPPBKC) dan NPPBKC tersebut tidak dalam keadaan
dibekukan;
b. …..
PERMOHONAN PENYEDIAN DAN PEMESANAN PITA CUKAI (P3C) MMEA
Jwb: a. ……..
b. tidak memiliki utang cukai yang tidak dibayar pada waktunya,
kekurangan cukai, dan/atau sanksi administrasi berupa
denda yang belum dibayar sampai dengan tanggal jatuh
tempo; dan/atau
c. telah melunasi biaya pengganti penyediaan pita cukai dalam
waktu yang ditetapkan.
5. Bagamana tata cara penyediaan pita cukai HT?
Jwb: P3C Pengajuan Awal
1.Pengusaha pabrik atau importir dapat mengajukan
permohonan penyediaan pita cukai mulai tanggal 1 (satu)
sampai dengan tanggal 10 (sepuluh) untuk kebutuhan 1 (satu)
bulan berikutnya dengan menggunakan P3C pengajuan awal
kepada Kepala Kantor.
2.Dikecualikan dari batas waktu P3C MMEA pengajuan awal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dalam hal:
a.pengusaha pabrik atau importir baru mendapatkan NPPBKC;
b.pengusaha yang NPPBKC-nya diaktifkan kembali setelah
pembekuannya dicabut;
c.untuk kebutuhan pita cukai bulan Januari; atau
d.terdapat kebijakan di bidang tarif cukai.
3.P3C MMEA pengajuan awal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali setiap bulani.
P3C Pengajuan Tambahan
1.Pengusaha dapat mengajukan P3C MMEA pengajuan
tambahan kepada Kepala Kantor dalam hal pita cukai yang telah
disediakan berdasarkan P3C MMEA pengajuan awal tidak
mencukupi.
2.P3C pengajuan tambahan hanya dapat diajukan paling lambat
tanggal 20 (dua puluh) bulan P3C MMEA pengajuan awal.
6. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemesanan P3C?
Jwb: 1. jumlah pita cukai yang diajukan dalam P3C MMEA paling sedikit
10 (sepuluh) lembar untuk setiap jenis pita cukai.
2. Pita cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA)
disediakan berbentuk lembaran dalam satu seri, setiap lembar
berJumlah 60 keping per lembar.
7. Berapa lama proses permohonan pengajuan P3C?
Jwb: Sesuai janji layanan KPPBC Madya Cukai Kediri, proses
permohonan P3C Awal/P3C Tambahan/P3C tanbahan Izin Dirjen
sanggup 1-3 jam sejak permohonan diterima secara lengkap.
8. Apakah dalam proses pengurusan permohonan P3C dikenakan biaya?
Jwb: Kami KPPBC Madya Cukai Kediri tidak mengenakan biaya atas
segala pengurusan permohonan mulai dari awal sampai dengan
selesai, sesuai dengan motto kami “Profesional, Memberi Solusi
dan Bebas KKN”.
1. Dengan telah mengajukan P3C, dapatkah saya membeli Pita Cukai ?
Jwb: Pengusaha yang telah mengajukan P3C dapat mengajukan CK-1
kepada Kepala Kantor untuk mendapatkan pita cukai, dan jumlah
pita cukai yang dipesan dengan CK-1 disesuaikan dengan jumlah
persediaan pita sukai yang ada di Kantor atau Kantor Pusat.
2. Apa itu CK-1?
Jwb: CK-1 adalah dokumen permohonan pemesanan pita cukai.
3. Apa ada syarat dalam pengajuan CK-1?
Jwb: CK-1 hanya dapat diajukan oleh pengusaha dalam hal:
1. NPPBKC tidak dalam keadaan dibekukan;
2. tidak memiliki utang cukai yang tidak dibayar pada waktunya,
kekurangan cukai, dan/atau sanksi administrasi berupa denda
yang belum dibayar sampai dengan tanggal jatuh tempo;
dan/atau
3. telah melunasi biaya pengganti penyediaan pita cukai dalam
waktu yang ditetapkan.
4. Bagaimana tata cara permohonan pemesanan pita cukai (CK-1)?
Jwb: Tata cara CK-1:
1.Pengusaha wajib mengajukan CK-1 dengan lengkap dan benar
kepada kepala kantor (penerima dokumen);
2.Mengajukan CK-1 ke Kepala Kantor paling sedikit 4 rangkap;
3.Apabila CK-1 diterima maka CK-1 yang telah dinomori
dikembalikan untuk dilakukan pembayaran cukai dan pungutan
negara lainnya ke Bank Persepsi/Pos Persepsi apabila CK-I Tunai;
4.Menyerahkan 2 lembar CK-1 yang telah dilegaisir oleh bank/pos
persepsi dan SSPCP sebagai bukti telah dibayar cukai dan pungutan
Negara lainnya;
5.Mengajukan surat permohonan pembatalan CK-1 kepada Kepala
kantor u.p. Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai dalam hal CK-1
yang diajukan dibatalkan.
6.Dalam hal pita cukai disediakan di Kantor Pusat, Kepala Kantor
meneruskan Ck-1 ke Kantor Pusat.
7.Menerima dan menandatangani CK-1 halaman kedua pada carik II
sebagai bukti telah menerima pita cukai dengan lengkap.
PERMOHONAN PEMESANAN PITA CUKAI (CK-1)
5. Berapa lama proses permohonan pengajuan CK-1?
Jwb: Sesuai janji layanan KPPBC Madya Cukai Kediri, proses permohonan
CK-1 sanggup 45 menit sejak permohonan diterima secara lengkap.
6. Apakah dalam proses pengurusan permohonan CK-1 dikenakan biaya?
Jwb: Selain PNBP yang resmi, kami KPPBC Madya Cukai Kediri tidak
mengenakan biaya atas segala pengurusan permohonan mulai dari
awal sampai dengan selesai, sesuai dengan motto kami
“Profesional, Memberi Solusi dan Bebas KKN”.
1. Dengan telah mengajukan P3C, dapatkah saya membeli Pita Cukai ?
Jwb: Pengusaha pabrik atau importir yang telah mengajukan P3C
MMEA dapat mengajukan CK-1A kepada Kepala Kantor untuk
mendapatkan pita cukai, dan jumlah pita cukai yang dipesan
dengan CK-1A disesuaikan dengan jumlah persediaan pita cukai
yang ada di Kantor atau Kantor Pusat.
2. Apa itu CK-1A?
Jwb: CK-1A adalah dokumen permohonan pemesanan pita cukai
MMEA.
3. Apa ada syarat dalam pengajuan CK-1A?
Jwb: CK-1 hanya dapat diajukan oleh pengusaha dalam hal:
1. NPPBKC tidak dalam keadaan dibekukan;
2. tidak memiliki utang cukai yang tidak dibayar pada
waktunya, kekurangan cukai, dan/atau sanksi administrasi
berupa denda yang belum dibayar sampai dengan tanggal
jatuh tempo; dan/atau
3. telah melunasi biaya pengganti penyediaan pita cukai dalam
waktu yang ditetapkan;
4. tidak adanya bukti awal atas dugaan melakukan pelanggaran
di bidang cukai.
PERMOHONAN PEMESANAN PITA CUKAI MMEA (CK-1A)
4. Bagaimana tata cara permohonan pemesanan pita cukai (CK-1A)?
Jwb: Tata cara CK-1A
1.Pengusaha pabrik atau importir wajib mengajukan CK-1A
dengan lengkap dan benar kepada kepala kantor (penerima
dokumen);
2.Mengajukan CK-1A ke Kepala Kantor paling sedikit 5 rangkap;
3.Apabila CK-1A diterima maka CK-1A yang telah dinomori
dikembalikan untuk dilakukan pembayaran cukai dan pungutan
negara lainnya ke Bank Persepsi/Pos Persepsi apabila CK-IA
Tunai;
4.Menyerahkan 2 lembar CK-1A yang telah dilegaisir oleh
bank/pos persepsi dan SSPCP sebagai bukti telah dibayar cukai
dan pungutan negara lainnya;
5.Mengajukan surat permohonan pembatalan CK-1A kepada
Kepala kantor u.p. Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai
dalam hal CK-1A yang diajukan dibatalkan.
6.Dalam hal pita cukai disediakan di Kantor Pusat, Kepala Kantor
meneruskan Ck-1A ke Kantor Pusat.
7.Menerima dan menandatangani CK-1A halaman kedua pada
carik II sebagai bukti telah menerima pita cukai dengan lengkap.
5. Berapa lama proses permohonan pengajuan CK-1A?
Jwb: Sesuai janji layanan KPPBC Madya Cukai Kediri, proses
permohonan CK-1A sanggup 45 menit sejak permohonan
diterima secara lengkap.
6. Apakah dalam proses pengurusan permohonan CK-1A dikenakan
biaya?
Jwb: Selain PNBP yang resmi, kami KPPBC Madya Cukai Kediri tidak
mengenakan biaya atas segala pengurusan permohonan mulai
dari awal sampai dengan selesai, sesuai dengan motto kami
“Profesional, Memberi Solusi dan Bebas KKN”.
1. Bagaimana apabila pengusaha atau importir yang telah mengajukan
P3C namun tidak merealisasikan seluruhnya dengan CK-1/CK-1A?
Jwb: Pengusaha pabrik atau importir yang telah mengajukan P3C
HT/MMEA namun tidak merealisasikan seluruhnya dengan
CK-1/CK-1A, dikenai biaya pengganti penyediaan pita cukai.
2. Apa ada pengecualian dari ketentuan pengenaan biaya pengganti?
Jwb: Dikecualikan dari ketentuan pengenaan biaya pengganti
penyediaan pita cukai dalam hal terjadi:
a.Kenaikan HJE karena Harga Transaksi Pasar melebihi HJE;
b.Kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan
administratif oleh Pejabat Bea dan Cukai.
3. Berapa besarnya pengenaan biaya pengganti?
Jwb: 1. Besarnya biaya pengganti penyediaan pita cukai HT untuk
setiap keping pita cukai adalah:
a. pita cukai seri I : Rp 25,00 (dua puluh lima rupiah);
b. pita cukai seri II : Rp 40,00 (empat puluh rupiah); dan
c. pita cukai seri III : Rp 25,00 (dua puluh lima rupiah).
2. Besarnya biaya pengganti penyediaan pita cukai MMEA
untuk setiap keping pita cukai adalah Rp 300,00 (tiga ratus
rupiah).
4. Kapan biaya pengganti harus dibayar dan bagaimana kalau biaya
pengganti tidak dillunasi?
Jwb: Biaya pengganti penyediaan pita cukai wajib dilunasi paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterimanya SPPBP
dan Dalam hal biaya pengganti penyediaan pita cukai tidak
dilunasi dalam tepat pada waktunya, P3C HT/MMEA dan CK-
1/CK-1A berikutnya tidak dilayani.
5. Bagaimana cara pembayaran biaya pengganti?
Jwb: Cara pembayaran biaya pengganti adalah sama seperti
pembayaran cukai dan pungutan negaran lainnya, hanya saja
pembayaran biaya pengganti pada SSPCP diisi pada
kolom,”Pendapatan Cukai Lainnya”.
Biaya Pengganti Penyediaan Pita Cukai
1. Apa itu penundaan?
Jwb: kemudahan pembayaran dalam bentuk penangguhan
pembayaran cukai tanpa dikenai bunga.
2. Siapa saja yang dapat diberikan penundaan tersebut?
Jwb: Pengusaha pabrik atau importir atas pemesanan pita cukai
yang melaksankan pelunasannya dengan pita cukai.
3. Berapa lama jangka waktu penundaan tersebut?
Jwb:
•2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal dokumen pemesanan pita
cukai(CK-1) untuk pengusaha pabrik, atau
•1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal dokumen pemesanan pita
cukai(CK-1) untuk importir.
4. Khusus pengusaha pabrik yang telah mengekspor hasil
tembakau melebihi yang dijual di dalam negeri sebelum tahun anggaran
berjalan yang dihitung berdasarkan dokumen pemesanan pita cukia,
berapa lama jangka waktu yang diberikan terkai penundaan?
Jwb: 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal dokumen
pemesanan pita cukai(CK-1) untuk importir.
5. Berapa besar nilai cukai yang dapat diberikan penundaan?
Jwb: a. Untuk pengusaha pabrik, sebanyak 2 (dua) kali dari nilai
cukai rata-rata per bulan yang paling tinggi, yang dihitung dari
pemesanan pita cukai dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir atau
dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan terakhir.
b. Untuk pengusaha importir, sebanyak 1 (satu) kali dari
nilai cukai rata-rata per bulan yang paling tinggi, yang dihitung dari
pemesanan pita cukai dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir atau
dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan terakhir.
6. Apakah ada penambahan besaran nilai cukai yang dapat
diberikan penundaan, bagaimana?
Jwb: Ya, dapat ditambah paling banyak 50% (lima puluh persen)
dari hasil perhitungan dengan mempertimbangkan kinerja keuangan
perusahaan.
7. Untuk pemesanan pita cukai yang mendapat penundaan, persyaratan
apa yang wajib dipenuhi oleh pengusaha pabrik dan importir?
Jwb: a. Untuk pengusaha pabrik wajib menyerahkan jaminan
berupa jaminan bank, jaminan dari perusahaan asuransi, atau jaminan
perusahaan.
b. Untuk importir wajib menyerahkan jaminan bank.
8. Kapan penyerahan jaminan tersebut?
Jwb: Saat pengajuan dokumen pemesanan pita cukai dan
diserahkan kepada kepala kantor.
9. Persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh pengusaha pabrik
untuk mendapatkan penundaan dengan jaminan perusahaan?
Jwb: a. merupakan pengusaha beresiko rendah
berdasarkan profil pengusaha pabrik,
b. merupakan Pengusaha Kena Pajak,
c. tidak pernah melakukan pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan di bidang cukai dalam kurun waktu terakhir,
d. tidak mempunyai tunggakan utang cukai yang tidak
dibayar pada waktunya, kekurangan cukai, sanksi administrasi berupa
denda, dan/atau di bidang cukai, kecuali sedang diajukan keberatan,
e. tidak sedang melakukan pengangsuran pembayaran atas
surat tagihan,
f. memilki laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit
oleh akuntan publik dengan opini wajar tanpa pengecualian selama 2
(dua) tahun terakhir, dan
g. memilki kinerja keuangan yang baik.
10.Persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh pengusaha pabrik
untuk mendapatkan penundaan dengan jaminan bank atau jaminan dari
perusahaan asuransi?
Jwb: a. merupakan Pengusaha Kena Pajak,
b. tidak pernah melakukan pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan di bidang cukai dalam kurun waktu terakhir,
c. tidak mempunyai tunggakan utang cukai yang tidak
dibayar pada waktunya, kekurangan cukai, sanksi administrasi berupa
denda, dan/atau di bidang cukai, kecuali sedang diajukan keberatan,
d. dalam hal pengusaha pabrik mendapatkan pemberian
pengangsuran, jumlah angsurannya sudah mencapai 75 % (tujuh puluh
lima persen) atau lebih dari total tagihan,
e. memilki laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit
oleh akuntan publik dengan opini wajar tanpa pengecualian selama 1
(satu) tahun terakhir, dan
f. memilki kinerja keuangan yang baik.
11. Persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh importir untuk
mendapatkan penundaan dengan jaminan bank?
Jwb: a. merupakan Pengusaha Kena Pajak,
b. tidak pernah melakukan pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan di bidang cukai dalam kurun waktu terakhir,
c. tidak mempunyai tunggakan utang cukai yang tidak
dibayar pada waktunya, kekurangan cukai, sanksi administrasi
berupa denda, dan/atau di bidang cukai, kecuali sedang diajukan
keberatan,
d. memilki laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit
oleh akuntan publik dengan opini wajar tanpa pengecualian selama
2 (dua) tahun terakhir, dan
e. memilki kinerja keuangan yang baik.
12. Diajukan kepada siapa permohonan penundaan bagi pengusaha
pabrik atau importir yang berada dibawah pengawasan Kepala
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai ?
Jwb: a. dalam hal permohonan penundaan yang nilai cukainya
sampai dengan (tidak melebihi) Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar
rupiah) diajukan kepada Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan
Bea dan Cukai atas nama menteri keuangan.
b. dalam hal permohonan penundaan yang nilai cukainya
lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) diajukan kepada
Kepala Kantor Wilayah atas nama menteri keuangan.
13. Diajukan kepada siapa permohonan penundaan bagi pengusaha
pabrik atau importir yang berada dibawah pengawasan Kepala
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Madya?
Jwb: a. dalam hal permohonan penundaan yang nilai cukainya
sampai dengan (tidak melebihi) Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh
milyar rupiah) diajukan kepada Kepala Kantor Pengawasan dan
Pelayanan Bea dan Cukai Madya atas nama menteri keuangan.
b. dalam hal permohonan penundaan yang nilai cukainya
melebihi Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) diajukan
kepada Kepala Kantor Wilayah.
14. Untuk pengajuan permohonan penundaan bagi pengusaha pabrik
yang menggunakan jaminan perusahaan, Lampiran apa saja yang
harus disertakan?
Jwb: a. Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
b. Laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh
akuntan publik untuk 2 (dua) tahun terakhir berturut-turut sebelum
pengajuan permohonan;
c. Daftar rekapitulasi dokumen pemesanan pita cukai dari
perusahaan yang bersangkutan selama 6 (enam) bulan terakhir
sebelum pengajuan permohonan dan
d. Perhitungan besarnya nilai cukai yang dapat diberikan
penundaan dengan menggunakan contoh format sebagaimana yang
ditetapkan dalam peraturan yang terkait
Dalam hal laporan keuangan perusahaan tahun terakhir sedang diaudit
oleh akuntan publik, selain laporan keuangan perusahaan untuk 2
(dua) tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik, harus
dilampirkan juga laporan keuangan tahun terakhir disertai surat
keterangan dari akuntan publik bahwa perusahaan sedang dalam
proses audit.
15. Untuk pengajuan permohonan penundaan bagi pengusaha pabrik
yang menggunakan jaminan bank atau jaminan dari perusahaan
asuransi, Lampiran apa saja yang harus disertakan?
Jwb: a. Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
b. Laporan keuangan perusahaan untuk 1 (satu) tahun terakhir
sebelum pengajuan permohonan;
c. Daftar rekapitulasi dokumen pemesanan pita cukai dari
perusahaan yang bersangkutan selama 6 (enam) bulan terakhir
sebelum pengajuan permohonan; dan
d. Perhitungan besarnya nilai cukai yang dapat diberikan
penundaan dengan menggunakan contoh format sebagaimana yang
ditetapkan dalam peraturan terkait.
16. Untuk pengajuan permohonan penundaan bagi importir yang
menggunakan jaminan bank, Lampiran apa saja yang harus
disertakan?
Jwb: a. Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
b. Laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh akuntan
publik untuk 2 (dua) tahun terakhir sebelum pengajuan permohonan;
c. Daftar rekapitulasi dokumen pemesanan pita cukai dari perusahaan
yang bersangkutan selama 6 (enam) bulan terakhir sebelum
pengajuan permohonan; dan
d. Perhitungan besarnya nilai cukai yang dapat diberikan penundaan
yang dapat diminta dengan menggunakan contoh format
sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan terkait
JAMINAN PENUNDAAN
17. Pertimbangan apa dalam penelitian persyaratan jaminan?
Jwb: Penelitian pemenuhan persyaratan jaminan dilakukan
dengan mempertimbangkan kinerja keuangan perusahaan yang baik
berupa:
a. Likuiditas perusahaan yang merupakan perbandingan
antara aktiva lancar dengan hutang lancarnya;
b. Solvabilitas perusahaan yang merupakan perbandingan
antara total aktiva dengan total hutang; dan
c. Rentabilitas perusahaan yang merupakan perbandingan
antara laba bersih dengan total modal.
18. Bilamana Jaminan perusahaan yang digunakan oleh
pengusaha pabrik dapat disetujui?
Jwb: Kepala Kantor dapat menyetujui jaminan perusahaan yang
akan dipergunakan oleh Pengusaha Pabrik apabila dalam 2 (dua) tahun
terakhir dalam hal:
a. Likuiditas sebagaimana dimaksud di atas lebih besar dari 1
(satu);
b. Solvabilitas sebagaimana dimaksud di atas lebih besar dari
1 (satu); dan
c. Rentabilitas sebagaimana dimaksud di atas bernilai
positif.
19. Bilamana jaminan dari perusahaan asuransi yang
digunakan oleh pengusaha pabrik dapat disetujui?
Jwb: Kepala Kantor dapat menyetujui jaminan dari perusahaan
asuransi yang akan dipergunakan oleh Pengusaha Pabrik apabila dalam 1
(satu) tahun terakhir dalam hal:
a. Likuiditas sebagaimana dimaksud di atas lebih besar dari 1 (satu);
b. Solvabilitas sebagaimana dimaksud di atas lebih besar dari 1 (satu);
dan
c. Rentabilitas sebagaimana dimaksud di atas bernilai positif.
20. Bilamana jaminan bank yang digunakan oleh pengusaha
pabrik dapat disetujui?
Jwb: Kepala Kantor dapat menyetujui jaminan bank yang akan
dipergunakan oleh Pengusaha Pabrik apabila dalam 1 (satu) tahun
terakhir dalam hal:
a. Likuiditas sebagaimana dimaksud di atas lebih besar dari 1
(satu);
b. Solvabilitas sebagaimana dimaksud di atas dapat lebih
kecil atau sama dengan 1 (satu); dan
c. Rentabilitas sebagaimana dimaksud di atas dapat bernilai
negatif.
21. Bilaman jaminan bank yang digunakan oleh importir dapat disetujui?
Jwb: Kepala Kantor dapat menyetujui jaminan bank yang akan dipergunakan
oleh Importir apabila dalam 2 (dua) tahun terakhir dalam hal:
a. Likuiditas sebagaimana dimaksud Di atas lebih besar dari 1 (satu);
b. Solvabilitas sebagaimana dimaksud di atas dapat lebih kecil atau sama
dengan 1 (satu); dan
c. Rentabilitas sebagaimana dimaksud di atas dapat bernilai negatif.
22. Terhadap penambahan nilai cukai yang dapat diberikan penundaan
sebagaimana dimaksud pada nomor 6, Kepala Kantor dapat menyetujui
dengan mempertimbangkan kinerja keuangan perusahaan berdasarkan
laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh akuntan publik
sebagaimana dimaksud pada nomor 14 dan 16 berupa?
Jwb: a. Likuiditas perusahaan yang merupakan perbandingan antara
aktiva lancar dengan hutang lancarnya; dan
b. Rentabilitas perusahaan yang merupakan perbandingan antara
laba dengan modal yang menghasilkan laba tersebut.
23. Penambahan nilai cukai sebagaimana dimaksud pada nomor 6 sebesar
10% (sepuluh persen) apabila memenuhi syarat?
Jwb: a. Likuiditas sebagaimana dimaksud di atas lebih besar dari 1
(satu) sampai dengan 1,2 (satu koma dua); dan
b. Rentabilitas sebagaimana dimaksud di atas positif.
24. Penambahan nilai cukai sebagaimana dimaksud pada nomor 6 dapat
diberikan sebesar 20% (duapuluh persen) apabila memenuhi syarat?
Jwb: a. Likuiditas sebagaimana dimaksud di atas lebih besar dari 1,2
(satu koma dua) sampai dengan 1,3 (satu koma tiga); dan
b. Rentabilitas sebagaimana dimaksud di atas positif.
25. Penambahan nilai cukai sebagaimana dimaksud pada nomor 6 dapat
diberikan sebesar 30% (tigapuluh persen) apabila memenuhi syarat?
Jwb: a. Likuiditas sebagaimana dimaksud di atas lebih besar dari 1,3
(satu koma tiga) sampai dengan 1,4 (satu koma empat); dan
b. Rentabilitas sebagaimana dimaksud di atas positif.
26. Penambahan nilai cukai sebagaimana dimaksud pada nomor 6 dapat
diberikan sebesar 40% (empatpuluh persen) apabila memenuhi syarat?
Jwb: a. Likuiditas sebagaimana dimaksud di atas lebih besar dari 1,4
(satu koma empat) sampai dengan 1,5 (satu koma lima); dan
b. Rentabilitas sebagaimana dimaksud di atas positif.
27. Penambahan nilai cukai sebagaimana dimaksud pada nomor 6 dapat
diberikan sebesar 50% (limapuluh persen) apabila memenuhi syarat?
Jwb: a. Likuiditas sebagaimana dimaksud di atas lebih besar dari 1,5
(satu koma lima); dan
b. Rentabilitas sebagaimana dimaksud di atas positif.
PEMBAYARAN DAN PENCAIRAN
28. Kapan pembayaran cukai atas pemberian penundaan jatuh temponya
berakhir?
Jwb: a. Paling lambat 2 (dua) bulan sejak tanggal untuk pengusaha
pabrik
b. Paling lambat 2 (dua) bulan sejak tanggal untuk importir
Dalam hal jatuh tempo penundaan sebagaimana dimaksud pada hari libur,
hari diliburkan, atau bukan hari kerja dari Bank Persepsi, Bank Devisa
Persepsi, atau
Pos Persepsi, yang mengakibatkan pembayaran tidak dapat dilakukan,
pembayaran cukai yang terutang wajib dilakukan pada hari kerja
sebelum jatuh tempo.
29. Apa kewajiban pengusaha pabrik yang menyerahkan jaminan
perusahaan tidak membayar cukai sampai dengan jatuh tempo
penundaan, serta sanksi apa yang diberkan kepadanya?
Jwb: wajib membayar cukai yang terutang dan dikenai sanksi administrasi
berupa denda sebesar 10% (sepuluh persen) dari nilai cukai yang
terutang.
30. Apa konsekuensinya jika pengusaha pabrik yang menyerahkan
jaminan perusahaan tidak membayar cukai yang terutang dan sanksi
administrasi?
Jwb: kepala kantor atau pejabat yang ditunjuk tidak melayani pemesanan
pita cukai yang diajukan pengusaha pabrik yang dimulai pada hari
kerja berikutnya setelah jatuh tempo penundaan.
31. Bagaimana caranya supaya pemesananan pita cukainya dapat dilayani
kembali?
Jwb: a. telah membayar utang cukai yang tidak dibayar pada
waktunya dan sanksi administrasi berupa denda;
b. mendapatkan persetujuan pengangsuran utang cukai dan
sanksi administrasi berupa denda;
c. mendapatkan persetujuan pengangsuran utang cukai dan
mengajukan keberatan atas pengenaan sanksi administrasi berupa
denda;
d. telah membayar utang cukai dan mengajukan keberatan
atas pengenaan sanksi administrasi berupa denda; atau
e. telah membayar utang cukai dan mendapatkan persetujuan
pengangsuran sanksi administrasi berupa denda
32. Ketentuan apa yang diberlakukan jika pengusaha pabrik atau importir
yang mendapatkan penundaan dengan menyerahkan jaminan bank atau
jaminan dari perusahaan asuransi tidak membayar cukai sampai dengan
jatuh tempo penundaan?
Jwb: a. jaminan bank atau jaminan dari perusahaan asuransi dicairkan;
b. pengusaha pabrik atau importir tersebut dikenai sanksi administrasi
berupa denda sebesar 10% (sepuluh persen) dari utang cukai; dan
c. pemesanan pita cukai oleh pengusaha pabrik atau importir
tersebuttidak dilayani sampai dengan dilunasinya sanksi administrasi
berupa denda kecuali sanksi administrasi berupa denda tersebut telah
mendapatkan persetujuan pengangsuran atau sedang diajukan
keberatan.
33. Dalam jangka waktu berapa lama, bank penjamin atau surety harus
melakukan pancairan bank atau jaminan dari perusahaan asuransi?
Jwb: Paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak jatuh tempo penundaan
34. Apa konsekuensinya jika bank penjamin atau surety tidak melakukan
pencairan sebagimana disebutkan di atas?
Jwb: a. jaminan baru yang diterbitkan oleh bank penjamin atau surety
yang bersangkutan tidak dilayani sampai dengan kewajiban pencairan
jaminan dipenuhi; dan
b. terhadap cukai yang terutang dilakukan penagihan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PEMBEKUAN DAN PENCABUTAN KEPUTUSAN PEMBERIAN JAMINAN
35. Dalam hal apa keputusan pemberian penundaan dibekukan selama 6
(enam) bulan sejak ditemukan pelanggaran?
Jwb: a. pengusaha pabrik atau importir melakukan pelanggaran di
bidang cukai; atau
b. hasil pemeriksaan sediaan pita cukai atau hasil audit yang
dilakukan pejabat bea dan cukai, kedapatan selisih kurang atau lebih
yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dari jumlah pita cukai yang
seharusnya ada sesuai buku atau catatan sediaan pita cukai.
36. Selain di atas, keputusan pemberian penundaan juga dibekukan kepada
pengusaha pabrik yang mendapatkan penundaan dengan jaminan bank
atau jaminan dari perusahaan asuransi atau importir yang mendapatkan
penundaan dengan jaminan bank dalam hal?
Jwb: Sedang melakukan pengangsuran pembayaran kurang dari 75% (tujuh
puluh lima persen) dari jumlah tagihan selain utang cukai yang tidak
diselesaikan pembayaran cukainya pada saat jatuh tempo penundaan.
37. Apa dampaknya jika pengusaha pabrik atau importir mendapatkan
pembekuan keputusan pemberian penundaan?
Jwb: Tidak dapat mengajukan permohonan penundaan baru selama masa
pembekuan.
38. Bagaimana keputusan pemebrian penundaan yang telah dibekukan
diberlakukan kembali ?
Jwb: a. jangka waktu 6 (enam) bulan sebagaimana dimaksud telah
dilewati; atau
b. pengusaha pabrik sebagaimana dimaksud telah melakukan
pengangsuran pembayaran atas surat tagihan sebesar 75% (tujuh puluh
lima persen) atau lebih dari jumlah tagihan.
39. Selain di atas pada no.38, dalam hal apa keputusan pemberian
penundaan dicabut?
Jwb: a. atas permohonan pengusaha pabrik atau importir yang
bersangkutan;
b. NPPBKC pengusaha pabrik atau importir yang bersangkutan
dicabut;
c. persyaratan sebagaimana dimaksud tidak lagi dipenuhi;
d. pengusaha pabrik atau importir tidak menyelesaikan
kewajiban pembayaran cukai sampai jatuh tempo penundaan;
e. pengusaha pabrik atau importir belum menyelesaikan utang
cukai, kekurangan cukai, dan/atau sanksi administrasi berupa denda
sampai jatuh tempo; dan/atau
f. pengusaha pabrik atau importir dijatuhi sanksi pidana di
bidang cukai yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
40. Bagaimana pengusaha pabrik atau importir yang dicabut keputusan
pemberian penundaanya?
Jwb: Dapat mengajukan kembali permohonan penundaan setelah 1 (satu)
tahun sejak tanggal pencabutan.
41. Apa kewajiban pengusaha pabrik atau importir yang keputusan
pemberian penundaannya telah dibekukan atau dicabut?
Jwb: Wajib menyelesaikan pembayarean cukai paling lama pada saat jatuh
tempo pembayaran.
1. Apa itu Pencatatan?
Jwb : Proses pengumpulan dan penulisan data secara teratur
tentang pemasukan, produksi, dan pengeluaran Barang Kena
Cukai(BKC), dan penerimaan, pemakaian, dan pengembalian pita
cukai atau tanda pelunasan cukia lainnya.
2. Siapa saja yang diwajibkan melakukan pencatatan?
Jwb : Pengusaha pabrik sekala kecil, Penyalur sekala kecil yang
wajib memiliki izin, dan Pengusaha Tempat Penjualan Eceran(TPE)
yang wajib memiliki izin.
3. Apa bentuk izin tersebut?
Jwb : Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai(NPPBKC)
yang diberikan dari Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
Cukai(KPPBC) yang mengawasi pengusaha tersebut.
4. Siapa saja yang dianggap sebagai pengusaha pabrik sekala kecil dan
penyalur sekala kecil yang wajib memiliki izin?
Jwb : Setiap pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak dengan
jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan bruto tidak lebih dari
Rp.600.000.0000,- atau enam ratus juta rupiah. (KMK Nomor
571/KMK.03/2003)
5. Pencatatan apa saja yang wajib dilakukan oleh pengusaha pabrik
sekala kecil?
Jwb : Pencatatan pemasukan, produksi, dan pengeluaran BKC
yang sebenarnya dan pencatatan penerimaan, pemakaian, dan
pengembalian pita cukai yang sebenarnya.
6. Pencatatan apa saja yang wajib dilakukan oleh penyalur sekala kecil
yang wajib memiliki izin?
Jwb : Pencatatan pemasukan dan pengeluaran BKC yang
sebenarnya.
7. Pencatatan apa saja yang wajib dilakukan oleh pengusaha TPE yang
wajib memiliki izin?
Jwb : Pencatatan pemasukan dan pengeluaran BKC yang
sebenarnya.
8. Apa itu CSCK-1?
Jwb : Catatan sediaan hasil tembakau
9. Apa itu CSCK-2?
Jwb : Catatan sediaan hasil tembakau yang dikembalikan dari
peredaran dan produk rusak yang telah dilekati pita cukai
10. Apa itu CSCK-3?
Jwb : Catatan sediaan pita cukai
11. Apa itu CSCK-4?
Jwb : Catatan sediaan etil alkohol
12. Apa itu CSCK-5?
Jwb : Catatan sediaan minuman yang mengandung etil alkohol
13. Apa itu CSCK-6?
Jwb : Catatan sediaan minuman yang mengandung etil alkohol
yang dikembalikan dari peredaran.
14. Berapa lama catatan sedian tersebut harus disimpan oleh pengusaha
pabrik sekala kecil, penyalur sekala kecil yang wajib memiliki izin dan
pengusaha TPE yang wajib memiliki izin?
Jwb : Selama sepuluh tahun pada tempat usahanya di Indonesia.
15. Sanksi apa yang diberikan apabila pengusaha pabrik sekala kecil,
penyalur sekala kecil yang wajib memiliki izin dan pengusaha TPE yang
wajib memiliki izin TIDAK melakukan pencatatan?
Jwb : Dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar sepuluh
juta rupiah atau Rp. 10.000.000,00.
PEMBERITAHUAN BARANG KENA CUKAI YANG SELESAI DIBUAT (CK4A,
CK-4B, dan CK-4C)
1. Siapa saja yang wajib melakukan pemberitahuan barang
kena cukai yang selesai dibuat?
Jwb : Pengusaha pabrik etil alkohol(EA), pengusaha pabrik
minuman mengandung etil alkohol(MMEA), dan pengusaha pabrik hasil
tembakau(HT).
2. Apa yang menjadi dasar dalam pembuatan pemberitahuan
barang kena cukai yang selesai dibuat?
Jwb : Pembukuan atau pencatatan yang dilakukan oleh pengusaha
pabrik.
3. Bagaimana cara pemberitahuan barang kena cukai yang
selesai dibuat oleh pengusaha pabrik EA?
Jwb : Pengusaha pabrik EA membuatnya setiap hari dengan
menggunakan format CK-4A.
4. Kapan pemeberitahuan barang kena cukai yang selesai
dibuat oleh pengusaha pabrik EA disampaikan kepada Kepala Kantor yang
mengawasi?
Jwb : Pada hari kerja berikutnya.
5. Bagaimana cara pemberitahuan barang kena cukai yang
selesai dibuat oleh pengusaha pabrik MMEA?
Jwb : Pengusaha pabrik MMEA membuatnya setiap hari dengan
menggunakan format CK-4B.
6. Kapan pemeberitahuan barang kena cukai yang selesai dibuat oleh
pengusaha pabrik MMEA disampaikan kepada Kepala Kantor yang
mengawasi?
Jwb : Pada hari kerja berikutnya
7. Bagaimana cara pemberitahuan barang kena cukai yang selesai dibuat
oleh pengusaha pabrik HT?
Jwb : Pengusaha pabrik HT membuatnya dengan menggunakan
format CK-4C.
8. Kapan pemeberitahuan barang kena cukai yang selesai dibuat oleh
pengusaha pabrik HT disampaikan kepada Kepala Kantor yang
mengawasi?
Jwb : a. Setiap tanggal 1 untuk periode pembuatan
barang kena cukai hasil tembakau dari tanggal 15 sampai dengan akhir
bulan sebelumnya; dan
b. Setiap tanggal 15 untuk periode pembuatan barang kena cukai
hasil tembakau dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 14 pada bulan
yang sama (apabila tanggal 1 dan tanggal 15 merupakan hari libur,
kewajiban penyerahan sebagaimana dimaksud di atas dilakukan pada
hari kerja berikutnya).
9. Apakah CK-4A, CK-4B, dan CK-4C dapat disampaikan dalam bentuk data
elektronik?
Jwb : Ya.
10. Sanksi apa yang diberikan kepada pengusaha pabrik EA, pengusaha
pabrik MMEA, dan pengusaha pabrik HT apabila tidak memberitahukan
barang kena cukai yang selesai dibuat kepada kepala kantor?
Jwb : Sanksi administrasi berupa denda sebesar 2 (dua) kali nilai
cukai dari barang kena cukai yang tidak diberitahukan.
1. Bagaimana penanganan penimbunan Barang Kena Cukai (BKC) yang belum
dilunasi cukainya?
Jwb: a. Barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya
dapat ditimbun dalam Tempat Penimbunan Sementara atau Tempat
Penimbunan Berikat dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan.
b. Dalam hal barang kena cukai sebagaimana dimaksud pada huruf
(b) berasal dari dalam Daerah Pabean, penimbunannya wajib dilindungi
dengan Dokumen Cukai.
c. Barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya yang
dipergunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dapat ditimbun di
dalam Pabrik.
2. Kewajiban apa Pengusaha Pabrik yang menimbun BKC dipabrik ?
Jwb: a. menyelenggarakan pencatatan atas pemasukan, penimbunan,
dan pemakaian barang kena cukai pada catatan sediaan;
b. menempatkan sedemikian rupa barang kena cukai dan hasil
produksinya di dalam tempat atau ruangan sehingga dapat diketahui jenis
dan jumlah barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya yang
dipergunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong;
c. membuat laporan penggunaan/persediaan barang kena cukai
setiap bulan dengan menggunakan formulir laporan
penggunaan/persediaan barang kena cukai; dan
d. menyerahkan laporan sebagaimana dimaksud pada huruf (c)
kepada Direktur Jenderal melalui kepala Kantor yang mengawasi Pabrik
dalam jangka waktu paling lama pada hari kesepuluh bulan berikutnya.
3. Apa setiap pemasukan atau pengeluaran BKC harus dilaporkan bea cukai?
Jwb: Pemasukan dan/atau pengeluaran barang kena cukai ke atau
dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan wajib diberitahukan kepada kepala
Kantor yang mengawasi Pabrik atau Tempat Penyimpanan dan dilindungi
dengan Dokumen Pemberitahuan Mutasi Barang Kena Cukai (CK-5)
4. Dokumen Pemberitahuan Mutasi Barang Kena Cukai (CK-5) digunakan
untuk melindungi kegiatan apa saja?
Jwb: a. pengeluaran barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya
dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan dengan tujuan untuk dimasukkan
ke Pabrik atau Tempat Penyimpanan lainnya dengan fasilitas tidak
dipungut cukai;
b. pemasukan barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya ke Pabrik
atau Tempat Penyimpanan yang berasal dari Kawasan Pabean, Tempat
Penimbunan Sementara, atau Tempat Penimbunan Berikat dengan
fasilitas tidak dipungut cukai;
c. pemasukan dan pengeluaran barang kena cukai berupa hasil
tembakau yang belum dilunasi cukainya dari tempat pembuatan di
luar Pabrik ke dalam Pabrik dan sebaliknya;
d. pengeluaran barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya dari
Pabrik atau Tempat Penyimpanan dengan tujuan untuk diekspor
dengan fasilitas tidak dipungut cukai;
e. pengeluaran barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya dari
Pabrik atau Tempat Penyimpanan ke Tempat Penimbunan Berikat
dengan fasilitas pembebasan cukai;
f. pengeluaran etil alkohol yang belum dilunasi cukainya dari Pabrik
atau Tempat Penyimpanan dengan fasilitas pembebasan cukai
untuk digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam
pembuatan barang hasil akhir yang bukan merupakan barang kena
cukai;
g. pengeluaran etil alkohol yang belum dilunasi cukainya dari Tempat
Penimbunan Sementara atau Tempat Penimbunan Berikat dengan
fasilitas pembebasan cukai untuk digunakan sebagai bahan baku
atau bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang
bukan merupakan barang kena cukai;
h. pengeluaran etil alkohol yang telah dirusak sehingga tidak baik
untuk diminum dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan;
i. pemasukan barang kena cukai yang sudah dilunasi cukainya ke
Pabrik dengan tujuan untuk dimusnahkan atau diolah kembali;
j. pemasukan barang kena cukai yang sudah dilunasi cukainya ke
tempat lain di luar Pabrik dengan tujuan untuk dimusnahkan untuk
mendapatkan pengembalian cukai;
k. pengeluaran barang kena cukai berupa etil alkohol atau minuman
mengandung etil alkohol, yang sudah dilunasi cukainya baik dengan
cara pembayaran maupun dengan cara pelekatan pita cukai, dari
Pabrik atau Tempat Penyimpanan;
l. pengeluaran barang kena cukai berupa etil alkohol atau minuman
mengandung etil alkohol, yang sudah dilunasi cukainya baik dengan
cara pembayaran maupun dengan cara pelekatan pita cukai, dari
Tempat Penimbunan Sementara atau Tempat Penimbunan Berikat;
m. pengeluaran barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya dari
Pabrik atau Tempat Penyimpanan dengan fasilitas pembebasan
cukai untuk:
1. keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
2. keperluan perwakilan negara asing beserta parapejabatnya yang
bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik;
3. tujuan sosial; dan
4. dikonsumsi oleh penumpang dan awak sarana pengangkut yang
berangkat langsung ke luar Daerah Pabean;
n. pengeluaran barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya dari
Kawasan Pabean, Tempat Penimbunan Sementara, atau Tempat
Penimbunan Berikat dengan fasilitas pembebasan cukai untuk:
1. keperluan perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang
bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik; dan
2. dikonsumsi oleh penumpang dan awak sarana pengangkut yang
berangkat langsung ke luar Daerah Pabean.
5. Apa ada pengecualian dari dokumen Ck-5 atas pengeluaran BKC
tersebut?
Jwb: a. Terhadap pengeluaran barang kena cukai
berupa hasil tembakau, yang sudah dilunasi cukainya dengan cara
pelekatan pita cukai dari Pabrik atau dari Kawasan Pabean/Tempat
Penimbunan Sementara,
b. Dalam keadaan darurat karena adanya kebakaran, banjir, atau
bencana alam lainnya, barang kena cukai yang belum dilunasi
cukainya yang berada di dalam Pabrik atau Tempat Penyimpanan
dapat dikeluarkan atau dipindahkan ke Pabrik, Tempat
Penyimpanan atau tempat lainnya
6. Apa ada kewajiban lapor apabila pengeluaran atau pemindahan
dalam keadaan darurat?
Jwb: Pengeluaran atau pemindahan barang kena cukai wajib
diberitahukan secara tertulis kepada kepala Kantor yang
mengawasi Pabrik atau Tempat Penyimpanan dalam jangka waktu
paling lama pada hari kerja ke 6 (enam) setelah hari dimulainya
pengeluaran atau pemindahan barang kena cukai tersebut.
7. Apakah Bea&cukai melakukan pengawasan khusus terhadap
pengeluran dan pemasukan BKC ini ?
Jwb: Pejabat bea dan cukai dapat melakukan pengawasan
langsung terhadap pemasukan dan pengeluaran barang kena
cukai, dalam hal:
a. pemasukan dan pengeluaran barang kena cukai berupa etil alkohol
ke atau dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan;
b. pemasukan dan pengeluaran barang kena cukai berupa minuman
yang mengandung etil alkohol dengan kadar berapapun ke atau
dari Pabrik yang produksi minuman mengandung etil alkoholnya
dalam satu tahun melebihi 50.000 (lima puluh ribu) liter; dan/atau
c. terdapat dugaan bahwa Pengusaha Pabrik atau Pengusaha Tempat
Penyimpanan akan atau telah melakukan penyimpangan terhadap
peraturan perundang-undangan dibidang cukai.
Pengangkutan Barang Kena Cukai
8. Apa setiap pengangkuta BKC wajib dilindungi dokumen?
Jwb: Pengangkutan barang kena cukai yang belum dilunasi
cukainya, baik dalam keadaan telah dikemas dalam kemasan untuk
penjualan eceran maupun dalam keadaan curah atau dikemas dalam
kemasan bukan untuk penjualan eceran, wajib dilindungi dengan Dokumen
Cukai.
9. Apa ada pengecualian atas pengangkutan BKC yang wajib
dilindungi dokumen?
Jwb: pengangkutan barang kena cukaiyang dikecualikan berupa:
a. tembakau iris yang dibuat dari tembakau hasil tanaman di
Indonesia yang tidak dikemas untuk penjualan eceran atau dikemas untuk
penjualan eceran dengan bahan pengemas tradisional yang lazim
dipergunakan, apabila dalam pembuatannya tidak dicampur atau ditambah
dengan tembakau yang berasal dari luar negeri atau bahan lain yang lazim
dipergunakan dalam pembuatan hasil tembakau dan/atau pada kemasannya
ataupun tembakau irisnya tidak dibubuhi merek dagang, etiket, atau yang
sejenis itu; dan
b. minuman yang mengandung etil alkohol hasil peragian atau
penyulingan yang dibuat oleh rakyat di Indonesia secara sederhana, semata-
mata untuk mata pencaharian dan tidak dikemas untuk penjualan eceran.
10. BKC selain hasil tembakau apa wajib dilindungi dokumen
pengangkutan?
Jwb : Pengangkutan barang kena cukai yang sudah dilunasi cukainya,
dari suatu tempat ke tempat lainnya dalam peredaran bebas,yang terdiri
dari:
a. etil alkohol dalam jumlah lebih dari 6 (enam) liter; atau
b. minuman mengandung etil alkohol dengan kadar lebih dari 5%
(lima persen) dalam jumlah lebih dari 6 (enam) liter,wajib dilindungi dengan
Dokumen Cukai.
Pasal 7 ( pelekatan pita cukai tidak sesuai UU )
(5) Dalam hal pelunasan cukai dengan cara pelekatan pita cukai
sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf b atau pembubuhan tanda pelunasan
cukai lainnya sebagaimana dimakjsud pada ayat (3) huruf c, dalam
pelaksanaanya tidak sesuai dengan peraturan perundang- undangan di
bidang cukai, cukai dianggap tidak dilunasi.
Pasal 7 A ( Pembayaran Denda )
(7) Pengusaha pabrik yang pelunasan cukainya dengan cara
pembayaran berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak
membayar cukai sampai dengan jangka waktu pembayaran cukai yang
terutang dan dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 10% (sepuluh
persen) dari nilai cukai yang terutang.
(8) Pengusaha pabrik atau inportir barang kena cukai yang
mendapat penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
yang tidak membayar cukai sampai dengan jatuh tempo penundaan, wajib
membayar cukai yang terutang dan dikenaisanksi administrasi berupa denda
sebesar 10% (sepuluh persen) dari nilai cukai yang terutang.
Pasal 8 ( tidak dipungut cukai )
(3) Pengusaha pabrik, Pengusaha tempat penyimpanan, importir
barang kena cukai , atau setiap orang yang melanggar ketentuan tentang
tidak dipungutnya cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan
sanksi administrasi berupa denda paling sedikit 2 (dua) kali nilai cukai dan
paling banyak 10 (sepuluh) kali nilai cukai yang harusnya dibayar.
Pasal 9 ( Pembebasan cukai )
(3) Pengusaha pabrik, Pengusaha tempat penyimpanan, importir
barang kena cukai , atau setiap orang yang melanggar ketentuan tentang
pembebasan cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau ayat (2),
dikenakan sanksi administrasi berupa denda paling sedikit 2 (dua) kali nilai
cukai dan paling banyak 10 (sepuluh) kali nilai cukai yang harusnya dibayar.
Pasal 14
(4) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dicabut dalam
hal:
a. atas permohonan pemegang izin yang bersangkutan;
b. tidak dilakukan kegiatan selama 1 (satu) tahun;
c. Persyaratan perizinan tidak lagi dipenuhi;
d. Pemegang izin tidak lagi secara sah mewakili badan hukum atau
orang pribadi yang berkedudukan di luar Indonesia
e. Pemegang izin dinyatakan pailit;
f. Tidak dipenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3);
(meninggal dunia)
g. Pemengang izin dipidana berdasarkan keputusan hakim yang
telah mempunyai ketentuan hukum tetap karena melanggaran
ketentuan undang – undang ini;
h. Pemegang izin melanggar ketentuan pasal 30; atau
i. Izin berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai dipindah
tangankan, dikuasakan,dan/atau dikerjakan dengan orang / pihak
lain tanpa persetujuan Menteri.
(7) Setiap orang yang menjalankan kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tanpa memiliki izin dikenai sanksi administrasi berupa denda
paling sedikit Rp20.000.000,00 (duapuluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) ( menjalankan
kegiatan barang kena cukai tidak mengakibatkan kerugian negara )
Pasal 16
(4) Pengusaha pabrik, Pengusaha tempat penyimpanan, importir barang
kena cukai atau penyalur yang wajib memiliki izin, yang tidak
menyelenggaakan pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenai sanksi admiistrasi berupa denda sebesar Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) (tidak menyelenggarakan pembukuan)
(5) Pengusaha pabrik skala kecil, penyalur skala kecil wajib memiliki izin,
dan pengusaha tempat penjualan eceran yang wajib memiliki izin,
yang tidak melakukan pencatatan sebagaimana dimaksud pad aayat
(2) dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) (tidakmelakukan pencatatan)
(6) Pengusaha pabrik yang tidak memberitahukan barang kena cukai yang
selesai dibuat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenakan sanksi
administrasi berupa denda sebesar 2 (dua) kali nilai cukai dari barang
kena cukai yang tidak diberitahukan. (tidak membuat laporan)
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencatatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan pemberitahuan mengenai barang kena cukai yang
selesai dibuat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan
atau berdasarkan peraturan menteri.
Pasal 16B ( Kewajiban menyelenggarakan pembukuan sesuai ketentuan )
Pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importir barang kena
cukai, atau penyalur yang wajib memiliki izin, yang tidak melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16A dikenai sanki
administrasi berupa denda sebesar Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta
rupiah)
Pasal 19 ( Mengeluarkan barang kena cukai tidak sesuai ketentuan )
(4) Pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan yang
mengeluarkan barang kena cukai dari pabrik atau tempat penyimpanan,
yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 2 (dua) kali nilai cukai dari
barang kena cukai yang dikeluarkan. (memasukkan barang kena cukai tanpa
mengindahkan ketentuan)
(4a) Pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan,yang memasukkan
barang kena cukai kepabrik atau tempat penyimpanan tanpa mengindahkan
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi
administrasi berupa denda paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah)
Pasal 27 (pengangkutan barang kena cukai belum lunas)
(3) Setiap orang yang tidak memenuhi ketentuan tentang
pengangkutan barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administrasi berupa denda paling
sedikit 2 (dua) kali nilai cukai yang seharusnya dibayar.
(4) Setiap orang yang tidak memenuhi ketentuan ketentuan
tentang pengangkutan barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenai sanksi administrasi berupa
denda paling sedikit Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) (pengkutan barang kena cukai
sudah lunas harus dengan dok cukai )
Pasal 29 ( melekatkan pita cukai pada barang kena cukai yang tidak sesuai
dengan yang diwajibkan, yang mengakibatkan kerugian negara)
(2a) Pengusaha pabrik atau importir barang kena cukai yang melekatkan pita
cukai atau membubuhkan tanda pelunasan cukai lainnya pada barang kena
cukai yang tidak sesuai dengan pita cukai atau tanda pelunasan cukai lainnya
yang diwajibkan, yang menyebabkan kekurangan pembayaran cukai, wajib
melunasi cukainya dan dikenai sanki administrasi berupa denda paling sedikit
2 (dua) kali nilai kukai dan paling banyak10 (sepuluh) kali nilai cukai dari nilai
cukai yang seharusnya dilunasi
)
Pasal 31 ( larangan penyimpanan barang kena cukai atau barang lain yang
tidak di tetapkan)
(1) pengusaha tempat penyimpanan yang melanggar ketentuan
mengenai larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenai
sanksi administrasi berupa denda paling sedikit Rp5.000.000,00 (lima juta
rupiah) dan paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
Pasal 32 (menyimpan pita cukai bekas/kemasan yang dilekati pita cukai
yang utuh)
(2) Pengusaha pabrik, importir barang kena cukai, penyalur, atau
pengusaha tempat penjualan eceran, yang pelunasan cukainya dengan cara
pelekatan pita cukai atau pembubuhan tanda pelunasan cukai lainnya, yang
melanggar ketentuan larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
sanksi admimistrasi berupa denda paling sedikit 2 (dua) kali nilai cukai dan
paling banyak 10 ( sepuluh ) kali nilai cukai atau tanda pelunasan cukai
lainnya yang didapati telah dipakai
Pasal 35 (pejabat bea cukai tidak dapat melaksanakan tugas,
memeriksa,mengambil contoh, meminta dok cukai)
(3) setiap orang yang menyebabkan pejabat bea dan cukai tidak
dapat melaksanakan ketentuan yang dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3) dikenakan sanksi administrasi berupa denda paling sedikit
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp100.000.000(seratus juta rupiah)
Pasal 36 (tidak membantu menyediakan alat/tenaga/menyediakan buku
pada saat pemeriksaan)
(2) Pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importir
barang kena cukai penyalur, pengusaha tempat penjualan eceran, pengguna
barang kena cukai yang mendapatkan fasilitas pembebasan cukai
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, yang terhadapnya dilakukan
pemeriksaan, yang tidak menyediakantenaga atau peralatan atau tidak
menyerahkan buku,catatan,dan/atau dokumen pada waktu dilakukan
pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi
administrasi berupa denda paling sedikit Rp25.000.000,00 (dua puluh lima
juta rupiah) dan paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
rupiah)
Pasal 37 ( menghentikan sarana pengangkut)
(4) Setiap orang yang menyebabkan pejabat bea dan cukai tidak
dapat melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
pengangkut yang tidak mengindahkan ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dikenai sanksi administrasi berupa denda paling sedikit
Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) dan paling banyak
Rp25.000.00,00 (dua puluh lima juta rupiah)
Pasal 39
(3) Setiap orang yang menyebabkan pejabat bea dan cukai tidak
dapat menjalankan kewenangan audit cukai dikenakan sanksi administrasi
berupa denda sebesar Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta
Pasal 50 ( Tanpa Izin melakukan Usaha)
Setiap orang yang tanpa memiliki izin sebagaimanan dimaksud dalam pasal 14
menjalankan kegiatan pabrik, tempat menyimpan, atau mengimpor barang
kena cukai dengan maksud mengelakkan pembayaran cukai dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan
pidana denda paling sedikit 2 (dua) kali nilai cukai dan paling bayak 10
(sepuluh) kali nilai cukai yang seharusnya dibayar;
Pasal 52 ( Pengeluarkan Barang Kena Cukai dari TP/PBK Mengakibatkan
Kerugian Negara)
Pengusaha pabrik atau pengusaha tempat penyimpanan yang mengeluarkan
barang kena cukai dari pabrik atau tempat penyimpanan tanpa mengindahkan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (1) dengan maksud
mengelakkan pembayaran cukai dipidana dengan pidana penjara paling singkat
1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling sedikit 2
(dua) kali nilai cukai dan paling banyak 10 (sepuluh) kali nilai cukai yang
seharusnya dibayar;
Pasal 53 ( Memalsukan dokumen /dipalsukan)
Setiap orang yang dengan sengaja memperlihatkan atau menyerahkan buku,
catatan, dan/atau dokumen, sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 ayat (1)
atau laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar
pembukuan, dan dokumen lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha,
termasuk data elektronik serta surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang
cukai sebagaimans dimaksud dalam pasal 39 ayat (1b) yang palsu atau
dipalsukan, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 6 (enam) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp75.000.000,00
(tujuh puluh lima juta rupiah) dan paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus
lima puluh juta rupiah) ;
Pasal 54 ( Menjual Barang kena cukai yang dikemas / dilunasi cukainya)
Setiap orang yang menawarkan, menyerahkan, menjual, atau menyediakan
untuk dijual barang kena cukai yang tidak dikemas untuk penjualan eceran
atau tidak dilekati pita cukai atau tidak dibubuhi tanda pelunasan cukai lainnya
sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
pidana denda paling sedikit 2 (dua) kali nilai cukai dan paling banyak 10
(sepuluh) kali nilai cukai yang harusnya dibayar;
Pasal 55 (Memalsukan Pita Cukai, membeli Pita Cukai Palsu,
Mempergunakan Pita Cukai Bekas)
Setiap orang yang:
a.membuat secara melawan hukum, meniru, atau memalsukan pita cukai atau
tanda pelunasan cukai lainnya;
b. membeli, menyimpan, mempergunakan, menjual, menawarkan,
menyerahkan, menyediakan untuk dijual, atau mengimpor pita cukai atau
tanda pelunasan cukai lainnya yang palsu atau dipalsukan; atau
c. mempergunakan, menjual, menawarkan, menyerahkan, menyediakan
untuk dijual, atau mengimpor pita cukai atau tanda pelunasan cukai lainnya
yang sudah dipakai,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 8
(delapan) tahun dan pidana denda paling sedikit 10 (sepuluh) kali nilai cukai
dan paling banyak 20 (dua puluh) kali nilai cukai yang seharusnya dibayar.
Pasal 56 ( Memiliki barang kena cukai hasil pidana )
Setiap orang yang menimbun, menyiapkan, memiliki, menjual, menukar,
memperoleh, atau memberikan barang kena cukai yang diketahuinya atau
patut harus diduganya berasal dari tindak pidana berdasarkan undang-
undang ini dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling sedikit 2 (dua) kali
nilai cukai dan paling banyak 10 (sepuluh) kali nilai cukai yang seharusnya
dibayar.
Pasal 57 ( Merusak Segel / tanda Pengaman )
Setiap orang yang tanpa izin membuka, melepas, atau merusak kunci, segel,
atau tanda pengaman sebagaiamana diatur dalam undang-undang ini
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 2 (dua) tahun 8 (delapan) bulan dan/atau pidana denda paling sedikit
Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah) dan paling banyak
Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
Pasal 58 ( Membeli / menggunakan pita cukai bukan haknya )
Setiap orang yang menawarkan, menjual, atau menyerahkan, pita cukai atau
tanda pelunasan cukai lainya kepada yang tidak berhak atau membeli,
menerima, atau menggunakan pita cukai atau tanda pelunasan cukai lainya
yang bukan haknya dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 5 (lima tahun dan/atau pidana paling sedikit 2 (dua)
kali nilai cukai dan paling banyak 10 (sepuluh) kali nilai cukai yang
seharusnya dibayar.
Pasal 58A ( Mengakses sistem elekrotik cukai secara tidak sah )
(1) Setiap orang yang secara tidak sah mengakses sistem elektronik yang
berkaitan dengan pelayanan dan /atau pengawasan dibidang cukai dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) taun dan paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
(2) Perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mengakibatkan
tidak terpenuhinya pungutan negara berdasarkan undang-undang ini
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling
lama 10 (sepuluh) taun dan/atau pidana denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah)
Pasal 62 ( Rampasan barang kena cukai dan barang lain yang tersangkut )
(1) barang kena cukai yang tersangkut tindak pidana berdasarkan
ketentuan undang-undang ini dirampas negara
(2) barang-barang lain yang tersengakut tindak pidana berdasarkan
ketentuan undang-undang ini dapat dirampas untuk negara.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian atas barang yang
dirampas untuk kepentingan negara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan menteri.
Pasal 65 ( tanggung jawab fasilitas pembebasan )
Pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importir barang kena
cukai, penyalur, pengusaha tempat penjualan eceran, atau pengguna
barang kena cukai yang mendapat fasilitas pembebasan cukai
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, bertanggung jawab atas
perbuatan orang yang dipekerjakan atau yang ditunjuk sebagai wakil
atau sebagai kuasa yang berhubungan dengan pekerjaan mereka dalam
rangka pelaksanaan undang-undang ini.
Pasal 66
(1) Barang kena cukai dan barang lain yang berasal dari pelanggaran tidak
dikenal dikuasai negara dan berada dibawah pengawasan Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai , dan apabila dalam jangka waktu empat belas
harei sejak dikuasai negara pelanggarnya tetap tidak diketahui, barang
kena cukai dan barang lain tersebut menjadi milik negara.
(2) Barang kena cukai yang pemiliknya tidak diketahui, dikuasai negara dan
berada dibawah pengawasan serta wajib diumumkan secara resmi oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk diselesaikan oleh yang
bersangkutan dalam waktu tiga puluh hari terhitung sejak dikuasai
negara, dan apabila dalam jangka waktu dimaksud yang bersangkutan
tidak menyelesaikan kewajibannya, barang kena cukai tersebut menjadi
milik negara.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian barang kena cukai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
peraturan menteri.
Daftar Pustaka
1.Undang-Undang No. 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Undang-
Undang No.11 Tahun 1995
2.Peraturan Menteri Keuangan nomor 200/PMK.04/2008
3.Surat edaran Dirjen Bea dan Cukai nomor 02/BC/2009
4.Peraturan Menteri Keuangan nomor 201/PMK.04/2008
5.Peraturan Dirjen Bea dan Cukai nomor 12/BC/2007
6.Surat edaran Dirjen Bea dan Cukai nomor 03/BC/2009
7.Peraturan Menteri Keuangan nomor 202/PMK.04/2008
8.Peraturan Dirjen Bea dan Cukai nomor 11/BC/2007
9.Surat edaran Dirjen Bea dan Cukai nomor 03/BC/2009
10.Peraturan Menteri Keuangan nomor 181/PMK.011/2009
11.Peraturan Dirjen Bea dan Cukai nomor 19/BC/2007
12.Peraturan Menteri Keuangan nomor 110/PMK.04/2008
13.Peraturan Menteri Keuangan nomor 109/PMK.04/2008
14.Peraturan Menteri Keuangan nomor 111/PMK.04/2008
15.Peraturan Menteri Keuangan nomor 213/PMK.04/2008
16.Peraturan Dirjen Bea dan Cukai nomor 39/BC/2008
17.Peraturan Menteri Keuangan nomor 69/PMK.04/2008
18.Peraturan Menteri Keuangan nomor 70/PMK.04/2008
19.Peraturan Menteri Keuangan nomor 68/PMK.04/2008
20.Peraturan Menteri Keuangan nomor 113/PMK.04/2008
21.Surat edaran Dirjen Bea dan Cukai nomor 15/BC/2008
22.Surat edaran Dirjen Bea dan Cukai nomor 19/BC/2008
23.Peraturan Menteri Keuangan nomor nomor 68/PMK04/2009
24.Peraturan Menteri Keuangan nomor 70PMK04/2009
25.Peraturan Menteri Keuangan nomor 48/BC/2009
26.Peraturan Menteri Keuangan nomor 235/PMK04/2009
27.Peraturan Menteri Keuangan nomor 236/PMK04/2009
28.Peraturan Menteri Keuangan nomor 237/PMK04/2009
29.Peraturan Menteri Keuangan nomo 238/PMK04/2009
30.Peraturan Dirjen Bea dan Cukai nomor 40/BC/2009
30. Peraturan Dirjen Bea dan Cukai nomor 43/BC/2009
31. Peraturan Menteri Keuangan nomor 62/PMK.011/2010
32. Peraturan Dirjen Bea dan Cukai nomor 20/BC/2010
33. Peraturan Dirjen Bea dan Cukai nomor 3/BC/2010
34. Surat edaran Dirjen Bea dan Cukai nomor 04/BC/2010
Visi
Menjadi Pengelola Keuangan dan Kekayaan Negara Bertaraf
Internasional yang Dipercaya dan Dibanggakan Masyarakat,
serta Instrumental Bagi Proses Transformasi Bangsa Menuju
Masyarakat Adil, Makmur, dan Berperadaban Tinggi
Misi
Memberikan Pengawasan yang Efektif, Pelayanan Prima, dan
Pembinaan yang Proaktif Kepada Pengguna Jasa
Strategi
Profesional, Memberi Solusi, dan Bebas KKN
Motto
Cepat
Unggul
Kualitas
Akurat
Inovatif
Nilai-nilai Organisasi
SEKSI PENYULUHAN DAN LAYANAN INFORMASI