Perencanaan Usaha Pengembangan Budidaya Ikan Gurami (Osphronemus Gouramy) dan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) di Kabupaten Nganjuk Propinsi Jawa Timur
Bussiness Plan of Gouramy (Osphronemus Gouramy) and Tilapia (Oreochromis Niloticus) in Nganjuk, East Java
Nunik Istikharoh, Surjatin, Mimit PrimyastantoSosial Ekonomi Perikanan, Universitas Brawijaya-MalangEmail: [email protected]
ABSTRAKSLatar Belakang: Komoditi perikanan yang mempunyai peluang besar untuk dibuat suatu rencana bisnis di Kabupaten Nganjuk adalah nila (Oreochromis niloticus) dan gurami (Osphronemus gouramy). Nila memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan jenis ikan lainnya sedangkan gurami merupakan komoditi perikanan air tawar yang beberapa tahun terakhir menjadi primadona di antara ikan konsumsi air tawar yang memiliki nilai jual yang tinggi. Untuk mengetahui peluang usaha budidaya gurami dan nila maka dilakukan analisis studi kelayakan.Metode: Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat di Nganjuk, Jawa Timur. Untuk usaha gurami dilaksanakan di kelompok tani Mina Sejahtera di Desa Tanjungtani, Kecamatan Prambon dan usaha nila pada kelompok tani Mina Nugroho di Desa Kampung Baru Kecamatan Tanjunganom. Parameter yang diukur pada usaha budidaya gurami dan nila dengan penekanan pada aspek pemasaran, teknis, finansial, manajemen, sosial ekonomi, kelembagaan dan pengembangan usaha. Penelitian ini menggunakan metode survey, penentuan responden dilakukan secara purposive sampling Hasil: Aspek pasar cukup luas dilihat dari permintaan masih lebih besar dibandingkan penawaran dan tiap tahun permintaan selalu meningkat. Aspek teknis usaha budidaya gurami dan nila menggunakan sistem semi-intensif (madya). Aspek finansial sudah layak dalam pelaksanaannya, baik jangka pendek maupun panjang. Nilai REC masing – masing sebesar 64,03 % dan 102,87 %. Penerapan aspek manajemen cukup baik meskipun masih sederhana. Dari segi hukum, usaha tersebut hanya mempunyai surat terdaftar dari kantor Sub-Dinas Perikanan. Aspek kelembagaan usaha cukup bagus karena peran lembaga penyedia sarana produksi, lembaga penyuluhan meskipun dari belum ada perhatian dari lembaga penyedia dana. Aspek sosial ekonomi cukup baik, dapat memberikan lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran. Usaha ini memberikan dampak positif dari segi lingkungan karena tidak menghasilkan limbah berbahaya bagi lingkungan baik perairan maupun kesehatan masyarakat. Kata kunci : Perencanaan, usaha, pengembangan, budidaya, komoditi
ABSTRACTBackground: Fisheries comodities that has big opportunity to be developt in Nganjuk are Tilapia and (Oreochromis niloticus) dan gouramy (Osphronemus gouramy). Nila has some advantages than others fres water, meanwhile gouramy has become an important freswater fish that has high price in recent year. For that reason,this research was conducted to eavaluate and analysis the bussiness plant of those fish. Metode: Research was conducted in two locations in Nganjuk, East Java. Mina Sejahtera Fishermen Group in Tanjungtani, Prambon used for gouramy study, and Mina Nugroho Fishermen Group at Kampung Baru Tanjung Anom for Tilapia. The parameter in gouramy and nila aquaculture are measured, from marketing, technical, finance, management, social-economic, institutional, and bussiness development aspects. Research was conducted by survey and respondent was determined by sampling purposively. Hasil: Market is promising because demand higher than supply, and demand is increasing annualy. Technical aspect showed that culture of both fish are semi-intensif. Financially, both tilapia ang gouramy culture are proper, in short and long term point of view. The REC are 64,03 % and 102,87 % respectively. Management aspect is good even still simple. Leggaly aspect, these fish culture have been registered in Fish department of Nganjuk. There were support from production tools supplier and
elucidation, but not from financial aspect. The fish culture give job opportunities and decrease number of unemployee. This bussiness gave positive effect to environment, no hazard waste was produced.Key Word : Plan, business, development, aquaculture, comoditi
1.PENDAHULUANLatar Belakang
Allah SWT berfirman dalam surat
Al A’Raaf ayat 10 yang terjemahannya
sebagai berikut: “Sesungguhnya Kami
telah menempat-kan kamu sekalian di
muka bumi dan Kami adakan bagimu
di muka bumi itu (sumber)
penghidupan. Amat sedikitlah kamu
bersyu-kur”. Di bumi telah tersedia
sumber daya alam yang khusus
diciptakan untuk sumber kehidup-an
bagi manusia, namun manusia kurang
ber-syukur karena dalam mengelola
sumber daya alam tersebut belum
dilakukan dengan baik.
Kebutuhan ikan bagi
masyarakat semakin penting, maka
sangat wajar jika usaha peri-kanan air
tawar harus dipacu untuk dikembang-
kan. Usaha tani dibidang perikanan
air tawar memiliki prospek yang
sangat baik karena sampai sekarang
ikan konsumsi, baik berupa ikan
segar maupun bentuk olahan, masih
belum mencukupi kebutuhan
konsumen (Murtidjo Bambang A,
2001).
Konsumsi ikan per kapita per
tahun Kabupaten Nganjuk masih jauh
dari target nasional, di mana tahun
2002 konsumsinya 12,89 kg
sedangkan untuk tingkat nasional
ditargetkan 26 kg. Obyek perikanan
di Kabupa-ten Nganjuk yang paling
banyak menghasilkan ikan berasal
dari kolam yaitu 1.324.751 kg.
Produksi ikan tahun 2002 adalah
2.168.825 kg
(http://www.nganjuk.go.id
/ina/maintengah.php? id=11).
Pada umumnya Rencana bisnis
ada yang bersifat perencanaan
jangka pendek, yang biasanya
dalam bentuk rencana kerja,
rencana anggaran dan pendapatan
belanja, sedangkan rencana jangka
panjang untuk rencana usaha baru,
pengembangan usaha yang ada,
maupun rehabilitasi usaha yang
sudah ada dengan menggunakan
kajian kelayakan usaha. Apabila
suatu usaha baru berdiri dan akan
memulai kegiatan usahanya, maka
harus dipersiapkan suatu rencana
bisnis dengan sebaik – baiknya.
Demikian pula apabila suatu usaha
mengingin-kan adanya
pengembangan usahanya, maka
pemilik juga perlu menyusun
rencana bisnis (Anonymous, 2004).
Komoditi perikanan yang
mempunyai peluang besar untuk
dibuat suatu rencana bisnis
(business plan) khususnya di
Kabupaten Nganjuk adalah ikan
nila (Oreochromis niloticus) dan
ikan gurami (Osphronemus
gouramy). Menu-rut Cahyono
Bambang (2000), ikan nila memi-
liki beberapa keunggulan yaitu ikan
nila memi-liki tingkat pertumbuhan
yang cepat, ikan nila juga mudah
dibudidayakan, dagingnya cukup
tebal serta dari segi harga ikan nila
lebih murah. Sedangkan ikan
gurami merupakan komoditi
perikanan air tawar yang kurang
diminati untuk dibudidayakan.
Penyebabnya, ikan ini tumbuh
sangat lambat. Ditambah lagi
kematangan kelaminnya baru mulai
terjadi pada umur sekitar dua
tahun. Namun beberapa tahun
terakhir, ikan ini menjadi
primadona di antara ikan konsumsi
air tawar yang memiliki nilai jual
yang sangat tinggi. Ini disebabkan
oleh rasanya yang lezat dan empuk
sehingga minat terhadap ikan ini
meningkat. Banyaknya peminat
tentu harus diimbangi dengan
produksi yang mencu-kupi,
sehingga pembudidayaannya harus
dilaku-kan dengan baik (Prihartono
R. Eko, 2004).
Rumusan Masalah
Obyek perikanan di Kabupaten
Nganjuk yang paling banyak
menghasilkan ikan berasal dari
kolam yakni 1.324.751 kg. Produksi
ikan tahun 2002 sebanyak
2.168.825 kg. Melihat potensi
perikanan yang ada di Kabupaten
Nganjuk tersebut, usaha budidaya
ikan air tawar dan dalam
mendukung pengembangan usaha
khususnya budidaya ikan gurami
dan ikan nila yang ada di wilayah
Kabupaten Nganjuk, maka
diperlukan data/informasi yang
dipakai dalam rencana
pengembangan usaha tersebut,
sehingga optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya alam dapat tercapai.
Berdasarkan pernyataan di atas,
maka permasalahan yang akan
dianalisa adalah :
1.Bagaimana kelayakan usaha
budidaya ikan gurami dan ikan
nila.
Bagaimana peluang pasar dari
usaha budidaya ikan gurami dan
ikan nila.
Bagaimana aspek teknis dari
usaha budi-daya ikan gurami
dan ikan nila
Bagaimana aspek finansial
usaha budidaya ikan gurami dan
ikan nila.
Bagaimana penerapan
manajemen usaha budidaya
ikan gurami dan nila.
Kelembagaan apa yang terlibat
dalam usaha budidaya ikan
gurami dan nila.
Bagaimana aspek hukum dari
usaha budi-daya ikan gurami
dan ikan nila.
Bagaimana dampak sosial
ekonomi dari usaha budidaya
ikan gurami dan nila.
Bagaimana aspek lingkungan
usaha budi-daya ikan gurami
dan ikan nila.
2.Bagaimana pengembangan usaha
budidaya ikan gurami dan nila di
Nganjuk.
3.Bagaimana rencana usaha
budidaya ikan gurami dan ikan
nila yang sudah ada.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini
diantaranya adalah untuk
mengetahui :
1.Kelayakan usaha budidaya ikan
gurami dan ikan nila yang terdiri
dari : aspek pasar, teknis,
finansial, manajemen,
kelembagaan yang terlibat,
hukum (kelegalan usaha), sosial
ekonomi dan aspek lingkungan.
2.Pengembangan usaha budidaya
ikan gurami dan ikan nila.
3.Rencana usaha (Business Plans)
budidaya ikan gurami dan ikan
nila
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat berguna bagi pihak – pihak
berikut :
1.Peneliti dan lembaga akademisi ;
sebagai in-formasi ilmiah untuk
mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan
melakukan pe-nelitian lebih
lanjut.
2.Pemerintah/dinas perikanan ;
sebagai per-timbangan dalam
penentuan program dan
kebijakan dalam pembangunan
dan pe-ngembangan perikanan
selanjutnya.
3.Petani ikan ; sebagai informasi
dan pertim-bangan dalam
melaksanakan usahanya agar
lebih berkembang dan maju.
4.Investor/penyedia dana ; sebagai
bahan per-timbangan dalam
mengambil keputusan untuk
menginvestasikan modalnya,
sehingga rencana bisnis ini dapat
terlaksana.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
dua tempat. Untuk usaha budidaya
ikan gurami dilaksana-kan pada
kelompok tani Mina Sejahtera di
Desa Tanjungtani, Kecamatan
Prambon dan usaha budidaya ikan
nila pada kelompok tani Mina
Nugroho di Desa Kampung Baru
Keca-matan Tanjunganom,
Kabupaten Nganjuk, Propinsi Jawa
Timur. Sedangkan waktu pelak-
sanaan penelitian adalah pada
bulan Juni sampai bulan Juli 2005.
Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di
Kecamatan Prambon dan
Kecamatan Tanjunganom, Ka-
bupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Sasaran utama-nya adalah usaha
budidaya ikan gurami dan ikan nila
dengan penekanan pada aspek
pema-saran, aspek teknis, aspek
finansial, aspek manajemen, sosial
ekonomi, kelembagaan dan
pengembangan usahanya.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
metode des-kriptif. Metode
deskriptif adalah suatu metode
yang bertujuan memberikan
gambaran secara umum, sistematis,
faktual dan aktual. Metode
deskriptif ini ada dua yaitu metode
deskriptif kualitatif dan metode
kuantitatif. Pelaksanaan penelitian
saat di lapang adalah dengan
teknik survey yang menekankan
pada data historis bibliografi.
Menurut Singarimbun M. dan
Effendi S. (1995) teknik survey
adalah peneli-tian yang mengambil
sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuisioner sebagai
alat pengumpulan data yang pokok.
Teknik historis menurut
Surakhmad W. (1978) adalah
penyelidikan (penelitian) yang
mengaplikasikan metode
pemecahan yang il-miah dari
perspektif historis (sejarah) suatu
masalah. Penerapan teknik historis
dari pene-litian ini adalah studi
yang bersifat bibliografis yakni
dengan membuat ikhtisar, amotasi,
atau pembahasan sistematis
terhadap karya ilmiah, dalam
bidang tertentu (Surakhmad W,
1978).
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan
sampel/penentuan responden
dilakukan secara purposive sam-
pling dimana sampel–sampel
penelitian dipilih berdasarkan
pertimbangan. Sedangkan pertim-
bangan yang diambil itu
berdasarkan pada tuju-an
penelitian (Singarimbun M dan
Efendi S. 1995).
Penelitian ini dilakukan di 2
tempat usaha. Peneliti memilih
kelompok tani Mina Sejahtera
sebagai sampel usaha budidaya
ikan gurami, karena kelompok ini
mempunyai usaha budidaya ikan
gurami yang lebih besar di banding
dengan petani ikan lainnya. Untuk
sampel usaha budidaya ikan nila
peneliti memilih kelompok tani
Mina Nugroho karena kelompok ini
mempunyai usaha budidaya ikan
nila yang paling besar di Kabupaten
Nganjuk.
Rancangan Penelitian
Teknologi budidaya ikan
semakin lama semakin
berkembang, dan perluasan areal
budi-daya membawa konsekuensi
meningkatnya kebutuhan produk
ikan. Di lain pihak, keter-sediaan
perairan umum (sungai, waduk dan
rawa), sawah (mina padi) dan
kolam yang mana dewasa ini
kurang optimal dalam
pemanfaatan-nya dan didukung
pula oleh kebijakan pemerin-tah
(dalam hal penggunaannya bagi
kepenti-ngan rakyat), sehingga
makin besar peluang dalam
mengelola sumberdaya perairan.
Untuk mengetahui peluang usaha
budidaya ikan gurami dan ikan nila,
maka perlu dilakukan analisis
evaluasi proyek (studi kelayakan).
Dan dengan potensi sumberdaya
alam (SDA) dan sumberdaya
manusia (SDM) yang ada, juga
dapat ditentukan suatu peluang
usaha. Dari analisa tersebut dapat
diperoleh suatu infor-masi baik bagi
masyarakat maupun pemerintah
dalam merumuskan kebijakan
untuk selanjut-nya dapat dibuat
rencana usaha perikanan (Business
Plan) yang diharapkan dapat
menarik minat para investor untuk
menginves-tasikan modalnya demi
terlaksananya usaha ini.
Sumber dan Jenis Data
Menurut sifatnya (ditinjau dari
segi pene-litian) dapat
menggolongkan sumber – sumber
data menjadi dua yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder.
Sedangkan jenis data berdasarkan
sifatnya adalah data kuantitatif
(data yang berbentuk bilangan) dan
kualitatif (data yang tidak
berbentuk bilangan) (Hasan M.
Iqbal, 2002):
a.Data primer yaitu data yang
diperoleh atau dikumpulkan
langsung di lapangan oleh orang
yang melakukan penelitian atau
yang bersangkutan yang
memerlukannya. Cara
pengambilan/pengumpulan data
primer pada penelitian ini adalah
melalui observasi dan wawancara
(Hasan M. Iqbal, 2002).
b. Data sekunder adalah data yang
diperoleh dan dikumpulkan oleh
orang yang melakukan penelitian
dari sumber – sumber yang telah
ada. Data sekunder diperoleh dari
buku laporan tahunan BPS
Kabupaten Nganjuk kantor Desa
Kampung Baru dan Desa Tanjung
Tani, kantor Kecamatan Prambon
dan Kecamatan Tanjunganom,
Kantor sub-dinas perikanan
Kabupaten Nganjuk, tinjauan
pustaka dan internet sebagai
penunjang hasil penelitian.
Analisis Data
Pengertian Analisa Data
Analisis data menurut Lexy J.
Maleong (2000) dalam Hasan M.
Iqbal (2002), adalah proses
mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis
kerja seperti yang disarankan oleh
data. Analisis data dapat ber-
bentuk analisis kuantitatif dan
analisis kualitatif.
Analisis Kelayakan Investasi
Bisnis
Untuk mengetahui
kemungkinan pelak-sanaan
investasi, maka dilakukan analisis
kela-yakan investasi dengan
menggunakan alat ukur yang
disebut dengan “kriteria investasi”.
Ada-pun jenis kriteria investasi
yang digunakan sebagai alat
pengukur tediri dari :
1.Aspek Pasar
Dalam analisis pasar pokok
bahasan yang dianalisa adalah
permintaan dan pena-waran
produk, strategi pemasaran yang
efisien dan cara menghadapi
persaingan. Dalam me-nganalisa
peluang pasar diperlukan data-
data permintaan dan penawaran
nasional pada tahun yang lalu
untuk mengetahui estimasi
permintaan dan penawaran pada
tahun men-datang dengan
menggunakan metode trend
kuadratik. Fungsi persamaan
metode trend kuadratik secara
matematis (Suratman, 2001):
Koefisien a, b, dan c
diperoleh bila dengan
rumus matematis :
Dimana:
Y = jumlah
permintaan/penawaran (trend)
X = parameter fungsi
a = konstanta
b,c = koefisien parameter
2.Aspek Teknis
Ruang lingkup dalam aspek
teknis adalah (Primyastanto M,
(2003):
1. Lahan suatu proyek akan
didirikan baik untuk
pertimbangan lokasi dan lahan
pabrik maupun lokasi bukan
pabrik.
2. Skala produksi yang ditetapkan
untuk mencapai suatu tingkatan
ekonomi.
3. Kriteria pemilihan mesin dan
perleng-kapan utama serta alat
pembantu mesin.
4. Proses produksi dan lay out
pabrik terma-suk juga lay out
bangunan dan fasilitas lain.
5. Jenis teknologi yang diusulkan
termasuk didalamnya
pertimbangan variabel sosial.
3.Aspek Finansial
Analisis Jangka Pendek
1. Penerimaan (Total Revenue)
Penerimaan atau pendapatan
merupa-kan hasil kali dari total
produk dengan harga produk per
satuan, yang dirumuskan sebagai
berikut :
Keterangan :
TR : Penerimaan (Rp)
P : Produk (kg)
Q : Harga produk (Rp/kg)
2. Keuntungan ()
Keuntungan usaha atau pen-
dapatan bersih adalah besarnya
pe-nerimaan setelah dikurangi
dengan biaya yang dikeluarkan
untuk proses produksi baik tetap
maupun tidak tetap, yang
dirumuskan sebagai berikut :
Dimana :
Total Revenue (TR) : Pendapatan
kotor usaha
Total Cost (TC) : biaya produksi
(biaya tetap + biaya
variabel)
3. Return to Equity Capital (REC)
Menurut Soekartawi (1986),
Return to Equity Capital adalah
suatu ukuran untuk mengetahui
nilai imbakan terhadap modal
sendiri. Untuk menghitung REC
digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
Return to Equity Capital (REC) :
nilai im-balan
terhadap modal
Laba bersih : pendapatan – biaya
Nilai Kerja Keluarga (NKK): nilai
tenaga kerja yang berasal
dari pemilik usaha
dihitung berdasarkan
bunga deposito dari
sejumlah modal yang
digunakan.
Analisis Jangka Panjang
1. Payback Periode (PP)
Payback periode merupakan
metode yang mencoba mengukur
seberapa cepat investasi bisa
kembali, karena itu satuan hasilnya
bukan prosentase, melainkan
satuan waktu (bulan tahun dan
sebagainya). Kalau periode payback
ini lebih pendek dari yang
diisyaratkan maka proyek
dikatakan menguntungkan, dan bila
le-bih lama proyek ditolak.
Rumusnya sebagai berikut :
2. Net Present Value (NPV)
Net Present Value adalah
adalah selisih antara benefit
(penerimaan) dengan Cost
(pengeluaran) yang telah di present
valuekan. Kriteria ini men-gatakan
bahwa proyek akan dipilih apabila
NPV > 0, dan tidak akan
di-pilih/tidak layak untuk dijalankan
bila NPV < 0. Rumus :
Dimana :
Bt = Benefit pada tahun t
Ct = Cost pada tahun t
n = Umur ekonomis suatu
proyek
i = tingkat suku bunga yang
berlaku
3. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR)
merupakan tingkat bunga yang
menggambarkan bahwa antara
benefit dan cost yang telah
dipresent valuekan sama dengan 0.
Kriterianya adalah bila IRR >
tingkat bunga yang berlaku saat itu
maka proyek akan dipilih, bila IRR
< tingkat bunga yang berlaku saat
itu, maka proyek tersebut tidak
dipilih (Primyastanto M, 2003).
Rumus :
i’ = suku bunga pada interpolasi
pertama
i” = suku bunga pada interpolasi
kedua
NPV’ = nilai NPV pada discount
rate pertama
NPV” = nilai NPV pada discount
rate kedua
4. Profitability Index (PI) atau Net
B/C
Profitability Index (PI) atau Net
B/C adalah ukuran efektivitas hasil
investasi terha-dap biaya investasi
dengan pendekatan keuntu-ngan
tunai dan nilai sekarang. Adapun
formu-lasinya adalah sebagai
berikut (Anonymous, 2004);
Sedangkan syarat kelayakan
investasi ditentukan sebagai
berikut:
Jika PI > 1 maka investasi efektif.
Jika PI < 1 maka investasi tidak
efektif.
5. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas yaitu
melihat kepe-kaan (Sensitivitas)
dari usaha jika terjadi inflasi
(kenaikan Harga) dan deflasi
(penurunan daya beli) dengan
membandingkan Nilai Kriteria
Kelayakan Investasi dari NPV, Net
B/C dan IRR melalui cara berikut
(Primyastanto, 2003):
Nilai penjualan diturunkan (..%)
sampai nilai IRR aktual
mendekati IRR estimate; Analisis
Sensitivitas Pada Gross Benefit
Turun (..%).
Nilai biaya operasional dan
penga-daan baru dinaikkan (..%)
sampai nilai IRR aktual
mendekati IRR estimate yaitu
Analisis Sensitivitas Pada Gross
Cost naik (..%).
Secara bersama–sama nilai
penjualan ditu-runkan (..%) dan
Nilai Biaya Opera-sional dan
Pengadaan Baru dinaikkan (..%)
sampai nilai IRR Aktual
mendekati IRR estimate yaitu
Analisis Sensitivitas Pada Gross
Benefit Turun ..% dan Gross Cost
Naik ..%.
4.Aspek Manajemen
Peranan manajemen dalam
keberhasilan suatu proyek
memegang peranan penting, se-
hingga evaluasi terhadap aspek
manajemen mutlak perlu
dilaksanakan. Tingkat kesesuaian
data dievaluasi antara landasan
teori dengan masalah sebenarnya
yang ada dilapangan dida-sarkan
pada analisa Planning, Organizing,
Actuating, Controlling
(Primyastanto M, 2003).
Definisi Operasional
Business Plan
Business Plan yang
dimaksudkan pada penelitian ini
adalah sebagai suatu rencana
usaha yang menekankan pada
pengkajian layak atau tidaknya
suatu usaha budidaya yakni ikan
gurami dan ikan nila baik yang
bersifat usaha baru, pengembangan
usaha maupun perbaikan usaha
(rehabilitasi usaha) khususnya
untuk wilayah Kabupaten Nganjuk.
Usaha Budidaya
Usaha budidaya ikan terdiri
dari usaha pembenihan dan
pembesaran. Sedangkan pada
penelitian ini yang dimaksud adalah
usaha pembesaran ikan gurami dan
ikan nila. Budidaya pembesaran
ikan adalah budidaya/
pemeliharaan ikan mulai dari
ukuran benih hingga ukuran
konsumsi.
Studi Kelayakan Proyek
Yang dimaksud dengan studi
kelaya-kan proyek adalah penelitian
tentang dapat tidaknya suatu
proyek (biasanya merupakan
proyek investasi) dilaksanakan
dengan berhasil baik secara
ekonomis suatu investasi,
penyerapan tenaga kerja,
pemanfaatan sumber daya yang
melimpah di tempat tersebut dan
sebagainya.
Pengembangan Usaha
Pengembangan usaha yang
dimaksud da-lam penelitian ini
adalah mengembangkan usa-ha
perikanan air tawar yang telah ada
sebelum-nya, maupun usaha yang
masih baru. Pengem-bangan usaha
ini dapat dilakukan baik di per-
airan umum (sungai, waduk dan
danau), per-airan sawah (mina
padi) maupun kolam, yang
dipengaruhi oleh potensi wilayah
yang ada.
Hipotesis
Hipotesa yang dapat diambil
berdasarkan latar belakang,
rumusan masalah dan tujuan dari
penelitian ini adalah:
1.Melalui estimasi permintaan dan
penawaran, maka usaha budidaya
ikan gurami dan ikan nila
mempunyai peluang pasar/
prospek usaha yang masih
terbuka luas untuk usaha dimasa
yang akan datang.
2.Secara deskriptif usaha budidaya
ikan gurami dan ikan nila dari
segi teknis sudah dapat
memenuhi kebutuhan perkapita.
3.Usaha budidaya ikan gurami dan
ikan nila secara finansial layak
untuk dikembangkan.
4.Usaha budidaya ikan gurami dan
ikan nila telah melaksanakan
prinsip manajemen dengan baik.
5.Sistem kelembagaan yang terlibat
dalam usaha ini telah berjalan
dengan baik.
6.Secara hukum, usaha budidaya
ikan gurami maupun ikan nila
sudah diakui namun belum
mempunyai surat izin usaha
secara resmi.
7.Usaha budidaya ikan gurami dan
ikan nila mempunyai dampak
positif bagi kehidupan
masyarakat setempat secara
sosial ekonomi.
8.Usaha budidaya ikan gurami dan
ikan nila memberikan dampak
positif bagi lingkungan, baik
terhadap udara, tanah, air dan
manusia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Usaha Perikanan
Usaha budidaya ikan gurami di
kelompok tani Mina Sejahtera
berdiri sekitar tahun 2000 yang
mempunyai 10 anggota dan terdiri
dari ketua, sekertaris, bendahara
dan 7 orang anggota biasa.
Kelompok tani Mina Sejahtera lebih
mendominasi pada usaha budidaya
ikan gurami dan ikan jenis lain
hanya sebagai pendamping.
Usaha budidaya ikan nila yang
ada di kelompok tani Mina Nugroho,
sebenarnya merupakan usaha
perseorangan yaitu milik Bapak H.
Nahrowi. Namun untuk lebih mudah
mendapatkan bantuan dana dari
pemerintah, mempermudah
penyampaian informasi dan atas
saran dari pemerintah juga, maka
dibentuklah kelompok tani Mina
Nugroho yang di ketuai oleh Bapak
H. Nahrowi pada tahun 1990-an dan
sekarang ini mempunyai anggota 74
orang.
Analisis Kelayakan Investasi
Bisnis
Analisa kelayakan investasi
bisnis atau yang sering dikenal
dengan evaluasi proyek usaha selalu
dibutuhkan untuk menentukan dan
me-ngambil keputusan apakah usaha
yang akan dijalankan tersebut
menguntungkan atau tidak. Aspek –
aspek yang perlu diketahui
kelayakannya meliputi aspek teknis,
aspek pasar, aspek finan-sial, aspek
hukum, aspek kelembagaan, aspek
sosial ekonomi dan aspek
lingkungan.
Aspek Pasar
Aspek pasar dan pemasaran
merupakan salah satu aspek yang
sangat penting. Hal ini dikarenakan
aspek pasar dan pemasaran sangat
menentukan hidup matinya
perusahaan atau setiap kegiatan
usaha (Kasmir dan Jakfar, 2003)
Pada tahun 2004 permintaan
ikan nasional sebanyak
9.615.446,40 ton, sedangkan
produksi ikan di Kabupaten
Nganjuk 2.609,022 ton, ini berarti
bahwa Kabupaten Nganjuk hanya
mampu memenuhi permintaan ikan
sebesar 2.609,022 ton, sedangkan
produksi ikan gurami dan ikan nila
masing – masing hanya 129 ton dan
283,095 ton. Jadi peran Kabupaten
Nganjuk masih cukup kecil dalam
membantu realisasi dari produksi
ikan nasional yaitu sebesar
6.231.000 ton.
1. Permintaan ikan
Untuk menghitung estimasi
permin-taan ikan, peneliti
menggunakan data per-mintaan
ikan nasional lima tahun terakhir
yaitu tahun 2000 hingga 2004.
Data tersebut di estimasi,
sehingga nilai hasil estimasi per-
mintaan ikan nasional tahun 2005
– 2014 berturut – turut adalah
10.874.734,35 ton ;
12.066.773,38 ton; 13.300.230,39
ton ; 14.575.105,38 ton ;
15.891.398,34 ton; 17.249.109,28
ton; 18.648.238,2 ton ;
20.088.785,09 ton; 21.570.749,95
ton dan 23.094.132,8 ton. Jadi
rata–rata setiap tahun terjadi
kenaikan se-kitar 7,22%. Ini
berarti peluang pasar untuk ikan
gurami dan ikan nila masih cukup
besar.
2. Penawaran ikan
Setelah dilakukan
perhitungan, diper-oleh nilai
estimasi penawaran ikan nasional
secara berturut – turut tahun
2005-2014 adalah 6.717.800 ton ;
7.219.000 ton ; 7.766.200 ton ;
8.389.400 ton ; 9.058.600 ton;
9.783.800 ton; 10.565.000 ton ;
11.402.200 ton ; 12.295.400 ton
dan 13.244.600 ton. Dari nilai
tersebut, diketahui bahwa rata–
rata tiap tahun jumlah
produksi/penawaran naik sekitar
6,54 %.
Untuk nilai estimasi
penawaran ikan gurami
Kabupaten Nganjuk tahun 2005-
2014 berturut turut adalah
131,172 ton ; 143,640 ton ;
159,817 ton ; 179,702 ton;
203,295 ton ; 230,598 ton ;
261,609 ton ; 296,328 ton ;
334,756 ton dan 376,893 ton.
Dari nilai-nilai tersebut diketahui
bahwa ter-jadi kenaikan
penawaran ikan gurami di Ka-
bupaten Nganjuk sekitar 14,9 %
per tahun.
Sedangkan untuk penawaran
ikan nila di Kabupaten Nganjuk
diperoleh nilai esti-masi
penawaran tahun 2005-2014
secara berturut–turut adalah
387,048 ton ; 499,893 ton ;
628,917 ton ; 774,121 ton ;
935,504 ton; 1113,066 ton ;
1306,807 ton ; 1516,728 ton ;
1742,828 ton dan 1985,107 ton,
dan kenaikannya sekitar 14,89%
per tahun atau jumlah produksi
ikan nila Kabupaten Nganjuk
hanya dapat memenuhi
permintaan ikan nila nasional
sekitar 1089 ton/tahun.
Dari hasil estimasi
permintaan dan penawaran ikan
nasional diketahui nilai estimasi
permintaan ikan lebih besar dari
nilai estimasi penawaran ikan
nasional dari tahun 2005 sampai
tahun 2014. Hal ini menunjukkan
bahwa potensi pasar komoditi
perikanan hingga akhir tahun
2014 masih sangat besar yaitu
sebesar 23.094.132,8 ton.
Untuk menghitung peluang
pasar ikan gurami dan ikan nila
harus diketahui terlebih dahulu
berapa besar kontribusinya
terhadap komoditi perikanan
secara umum. Kontri-busi rata –
rata ikan gurami sekitar 0,00234
% dan ikan nila sekitar 0,00107
%.
Berdasarkan hasil
perhitungan estimasi kontribusi
ikan gurami dan ikan nila di
Kabupaten Nganjuk terhadap
permintaan yang belum
terpenuhi, masih terdapat
peluang pasar tahun 2014 untuk
ikan gurami sekitar 280,71 ton
dan ikan nila sekitar 1477,43 ton.
Nilai tersebut belum mutlak
karena permintaan pasar sangat
dipengaruhi oleh perubahan
selera konsumen dan juga
pertimbangan potensi lestari
komoditi ikan tersebut. Jadi
hipotesa bahwa ada peluang
pasar yang luas untuk usaha
budidaya ikan gurami dan ikan
nila dalam masa yang akan
datang diterima.
Aspek Teknis
Hal–hal yang perlu
diperhatikan dalam aspek teknis
adalah penentuan lokasi, kapasitas
produksi, tata letak, dan proses
produksi ter-masuk pemilihan
teknologi, kelengkapan kajian
teknis (Kasmir dan Jakfar, 2003).
Lokasi usaha budidaya ikan
gurami ikan nila dari penyediaan
sarana produksi cukup dekat.
Sedangkan tenaga kerja diambil
dari anggota keluarga, namun
untuk tenaga kerja tidak tetap di
ambil dari masyarakat sekitar.
Lokasi usaha juga dekat dengan
sumber air baik sungai maupun
sumur bor.
Kapasitas produksi secara
ekonomi usaha budidaya ikan
gurami dengan luas lahan 1.825 m2,
rata–rata tiap anggota kelompok
tani mempunyai luas lahan 912,5
m2, dan jumlah produksi rata–rata
7.255 ekor atau 4.353 kg/ siklus
dengan waktu pemeliharaan 6
bulan, sehingga kapasitas
produksinya adalah 14.510
ekor/tahun atau 8.706 kg dan biaya
produksi Rp.75.413.075/tahun.
Sedangkan luas lahan untuk
budidaya ikan nila adalah 790 m2
yang terdiri dari 5 unit kolam,
dengan luas rata – rata per kolam
158 m2 dan jumlah produksi rata –
rata per siklus produksi/kolam
sekitar 7.364 ekor atau 2.209 kg
dan waktu pemeliharaan 4
bulan/siklus. Jadi usaha budidaya
ikan tersebut dapat meningkatkan
produksi sesuai kebutuhan
perkapita bahkan melebihi dari
target Nasional.
Kajian teknis usaha budidaya
ikan gurami dan ikan nila meliputi
sarana, persiapan kolam,
pembesaran dan pemeliharaan,
pemanenan, pengangkutan dan
pemasaran.
Sarana dan Prasarana
Sarana produksi pembesaran
ikan gurami dan ikan nila terdiri
dari lahan, kon-struksi kolam,
peralatan, pakan, dan obat–obatan.
Prasarana yang digunakan dalam
budidaya ikan gurami dan ikan nila,
yaitu jalan, transportasi, pengairan
dan penerangan.
Persiapan kolam
Sebelum melakukan kegiatan
budi-daya ikan, langkah pertama
yang harus diperhatikan dalam
persiapan budidaya yaitu
pengelolaan tanah dan pengelolaan
air.
Pengelolaan tanah bertujuan
untuk men-ciptakan kondisi
optimum tanah agar dapat
menyediakan lingkungan yang
layak sebagai tempat hidup ikan.
Pengelolaan tanah meliputi
pengolahan tanah, pengapuran dan
pemupu-kan. Setelah dilakukan
pengolahan tanah, lang-kah
selanjutnya adalah pengelolaan air.
Pengi-sian air ke dalam kolam
dilakukan untuk mem-percepat
proses penguraian (dekomposisi)
unsur–unsur organik dari pupuk
menjadi unsur anorganik yang
dapat menyuburkan kolam, setelah
kapur dan pupuk ditebar, kolam
diairi sedikit dan dibiarkan selama
4 hari. Kemudian air ditambah lagi
setinggi 10 cm dan dibiarkan
selama 3 hari sampai air berwarna
coklat kehijau – hijauan. Sehari
sebelum benih gurami maupun ikan
nila ditebar, kolam mulai diisi air
sedalam 70 cm.
5. Seleksi dan Penebaran Benih
Benih ikan yang telah dideder
dan dipe-lihara dengan baik selama
masa tertentu (1-4 bulan) tidak
semuanya memiliki ukuran yang
sama, demikian juga benih ikan
tidak semuanya sehat. Oleh karena
itu, benih ikan yang akan dibe-
sarkan harus diseleksi terlebih
dahulu un-tuk mendapatkan benih
ikan yang berukur-an sama, sehat
dan pertumbuhannya baik.Benih–
benih ikan yang telah diseleksi
dapat segera disebarkan ke kolam
pembesaran. Untuk men-cegah
kematian benih ikan akibat stress,
peru-bahan suhu yang mendadak
dari wadah ke kolam pembesaran,
pelukaan dan serangan penyakit,
maka dalam menebarkan ikan ke
kolam pembesaran hendaknya
dilakukan pada pagi hari atau sore
hari dan padat pene-barannya perlu
diperhatikan.
Padat pene-baran ikan gurami
dengan ukuran benih 150 gr sekitar
10 ekor/m2. Sedangkan ikan nila
ber-ukuran 20 gr padat
penebarannya rata – rata 52
ekor/m2.
6. Pembesaran dan
Pemeliharaan
Pembesaran ikan gurami dan
ikan nila dilakukan secara
monokultur, sehingga benih ikan
harus dipilih yang seragam. Kolam
ikan gurami rata–rata seluas 912,5
m2 dan padat penebarannya sekitar
9-10 ekor/m2 dengan ukuran ikan
150 gr, jumlah total ikan sekitar
8.900 ekor. Sedangkan pada
budidaya ikan nila luas lahan 790
m2 yang terdiri dari 5 unit kolam,
rata–rata seluas 158 m2/kolam,
mempunyai padat penebaran
sekitar 50-52 ekor/m2 dengan berat
ikan 20gr, dan per kolam terdapat
8.182 ekor ikan nila dengan
mortalitas sebesar 10 %.
7. Pemberian Pakan
Pakan sangat berpengaruh
terhadap perkembangan dan
pertumbuhan ikan. Pemberian
pakan pada budidaya ikan gurami
dilakukan 3 kali sehari. Per hari
membutuhkan pakan ikan sekitar
17,19 kg untuk 8.182 ekor ikan
gurami. Selain pakan buatan ikan
gurami juga memakan
tum-buhan/daun – daunan rata –
rata 242,75 karung/siklus atau
Rp.813.212,5.
Jumlah pakan yang diberikan
harus sesuai dengan ukuran besar
ikan agar pakan yang diberikan
tersebut dapat dikon-sumsi oleh
ikan secara utuh. Untuk ikan
gurami, jumlah makanan yang
diberikan per hari adalah 11,5 %
dari berat ikan seluruhnya dengan
rincian 1,5 % berupa pellet dan 10
% berupa daun – daunan. Frekuensi
pemberian pakan ikan adalah 3 kali
per hari, yakni pagi, siang dan sore.
Ber-dasarkan standard tersebut,
maka kebutuhan pakan berupa
pellet dan daun – daunan untuk 500
ekor gurami.
Menurut Suyanto S.R. (2004),
banyaknya makanan yang diberikan
harus diperhitungkan dengan harga
pakan dan nilai produksi ikan yang
akan diperoleh. Perhitungan ini
penting untuk menghindari
kerugian. Beratnya ransum per hari
harus diperhitungkan secara
cermat. Setiap kolam harus
dibuatkan tabel pakan sendiri
sesuai dengan kepadatan ikan yang
dipelihara dan target produksi.
Pakan yang diberikan sebaiknya
habis dalam 5 menit. Jika pakan
tidak habis dalam 5 menit berarti
ikan ada gangguan. Gangguan
dapat berupa sera-ngan penyakit,
perubahan kualitas air, udara
panas, atau telalu sering diberi
pakan.
8. Pengontrolan Air
Pergantian air dapat dilakukan
sesering mungkin sesuai dengan
tingkat kepadatan ikan. Volume air
kolam yang diganti setiap hari
sebanyak 20 % atau lebih. Pada
budidaya ikan gurami ini
penggantian air dilakukan satu
bulan sekali sebanyak 50 %.
9. Hama dan Penyakit
Budidaya ikan tidak lepas dari
gangguan hama dan penyakit.
Datangnya penyakit dise-babkan
oleh beberapa hal seperti
lingkungan budidaya, teknik
budidaya, penanganan panen dan
pasca panen yang kurang baik
serta tidak sesuainya ukuran dan
jenis bahan ynag digu-nakan pada
wadah penampungan sehingga ikan
luka. Datangnya penyakit tidak
hanya merugi-kan dari sisi
produktifitas, tetapi juga pada
kematian gurami yang dibudi-
dayakan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan upaya pencegahan
datangnya penyakit dan
pengendalian penyakit yang
menyerang.
Beberapa penyakit yang biasa
menyerang ikan, baik dalam kolam
maupun wadah lain adalah kutu
ikan, penyakit cacing ikan, white
spot. Pengobatannya dengan
perendaman garam dapur (NaCl)
dosis 1-3 gr/ 100cc air selama 5
menit atau formalin 25 cc/m3.
Pengendaliannya dengan
seleksi ikan yang tahan penyakit.
Vacsinasi Ich, mengurangi
kepadatan ikan, kondosi perairan
cukup oksigen. Air kolam
diusahakan mengalir terus menerus
dan pemberian pakan yang baik
untuk meningkatkan daya tahan
tubuh ikan atau menaikkan suhu air
yang berkisar 28-32C
Penyakit nonparasit
merupakan penyakit yang bukan
disebabkan oleh adanya penyakit,
tetapi disebabkan oleh faktor
lingkungan dan faktor makanan
(nutrisi). Faktor lingkungan yang
dapat menimbulkan gangguan
kesehatan ikan adalah pH air yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi,
perubahan suhu air yang terlalu
mendadak, zat–zat beracun yang
ada dalam air, penumpukan
kotoran atau sisa – sisa makanan,
kadar oksigen dalam air rendah,
kejenuhan gas (nitrogen, oksigen
dan karbondioksida) serta kadar
amoniak yang tinggi.
Pencegahan penyakit
nonparasiter dapat dilakukan
dengan pemberian pakan yang
tepat (baik jumlah dan mutunya),
ikan tidak diberi pakan yang telah
busuk/rusak, penyimpanan pakan
ditempat yang bersih dan kering,
per-baikan lingkungan parairan
kolam, meningkat-kan kualitas air,
meningkatkan aerasi, mengu-rangi
bahan organik dan fitoplankton.
10.Pemanenan dan
Pengangkutan
Pemanenan ikan dilakukan
dengan mem-perhatikan umur ikan,
bobot ikan saat tebar, bobot ikan
saat panen, dan waktu pemanenan.
Pada pembesaran ikan gurami ini,
ukuran tebarnya adalah 150
gr/ekor dengan umur budidaya
selama 6 bulan didapatkan berat
saat panen 600gr/ekor.
Sedangkan ikan nila dapat
dipanen pada umur 3–4 bulan. Pada
umur tersebut bobotnya sudah
mencapai 100 gr/ekor. Jika pasar
menghendaki ikan yang berbobot
250 gr/ekor, maka panen dapat
dilakukan pada umur 6 bulan
(Cahyono Bambang, 2000). Pada
budi-daya ikan nila, ukuran tebar
ikan 20 gr/ekor dan lama
pemeliharaan 4 bulan diperoleh
berat ikan saat panen 300 gr/ekor.
Waktu panen yang baik adalah
pada pagi hari atau sore hari
karena keadaan suhu rendah yang
dapat menurunkan aktivitas
metabolisme tubuh dan gerak ikan.
Ikan–ikan yang telah dipanen
harus tetap dipetahankan mutunya
sampai di pasaran. Oleh karena itu,
penanganan pasca-panen harus
dilakukan dengan baik dan benar.
Penanganan pascapanen ikan yaitu
pembersihan, pembero-kan,
pengolahan, pengangkutan dan
pemasaran
Pada saat pengangkutan sering
kali ikan mengalami kerusakan.
Untuk menekan keru-sakan sekecil
mungkin, maka ikan harus dikemas
dengan baik. Hal–hal yang perlu
diperhatikan dalam pengangkutan
ikan adalah wadah untuk
mengemas ikan, kepadatan ikan
dalam wadah dan sistem
pengangkutan (Cahyono bambang,
2000). Untuk pengemasan ikan
gurami petani ikan menggunakan
jerigen plastik karena ikan masih
dalam keadaan hidup, sedangkan
ikan nila sudah dalam keadaan mati
sehingga dapat menggunakan box
fiberglass atau styrofoam.
Saat pengangkutan, kepadatan
ikan sangat tergantung pada
ukuran ikan, sistem pengangkutan
dan lamanya pengangkutan.
Apabila ikan terlalu padat akan
menyebabkan ikan cepat rusak dan
membusuk atau mati. Pada
pengangkutan ikan gurami yang
menggu-nakan jerigen plastik
kepadatan pengangkutan 30 kg
dalam 120 liter air selama 6 jam.
Sedang-kan ikan nila dalam setiap
box kepadatan maksimalnya adalah
70 kg, sehingga jumlah ikan nila
saat pengangkutan adalah sekitar
230 ekor/box dengan ukuran panen
300 gr/ekor.
11.Pemasaran
Pasar pada usaha budidaya
ikan gurami dan ikan nila yang
dimaksudkan adalah pasar reseller,
yaitu suatu pasar yang terdiri dari
individu dan organisasi yang
melakukan penju-alan kembali
barang dan jasa untuk menda-
patkan keuntungan. Secara teknis,
pemasaran ikan gurami dan ikan
nila lebih ditekankan pada strategi
bauran pemasaran hal ini dilakukan
karena luasnya kegiatan
pemasaran.
Penentuan lokasi dan distribusi
serta sarana dan prasarana
pendukung menjadi sangat penting,
karena agar pelanggan mudah
menjangkau setiap lokasi yang ada
serta mendistribusikan barang atau
jasa.
Pada penelitian ini baik usaha
budidaya ikan gurami maupun
usaha budi-daya ikan nila, saluran
distribusinya adalah dari produsen/
petani ikan ke pengepul, agen,
kemudian resto-ran dan yang
terakhir kepada konsumen akhir.
Daerah pemasaran untuk ikan
gurami maupun ikan nila masih
sedikit sekali untuk meraih pasar
lokal. Untuk ikan gurami daerah
pemasarannya meliputi wilayah
Surabaya dan Jakarta. Sedangkan
pemasaran ikan nila meli-puti
wilayah Pasuruan dan Solo.
Aspek Finansial
Aspek finansial sangat penting
untuk diperhatikan, karena setiap
kegiatan usaha selalu
membutuhkan dana untuk
menjalankan usaha yang meliputi
permodalan, pembiayaan,
penerimaan dan analisis finansial.
Pada usaha budidaya ikan
gurami, modal tetap/investasi awal
dalam pelaksanaan usaha
merupakan modal sendiri rata –
rata tiap usaha yaitu sekitar Rp.
49.745.000. Modal tersebut
meliputi kolam tanah, pompa air,
ember serok, jaring. Sedangkan
modal tetap yang digunakan untuk
usaha budidaya ikan nila juga
berasal dari modal sendiri sebesar
Rp. 145.746.000.
Pembiayaan yang dimaksud
terdiri dari biaya tetap dijumlah
dengan biaya opera-sional per
tahun yang selanjutnya disebut
modal kerja/total biaya. Usaha
budidaya ikan gurami mempunyai
total biaya sekitar Rp.75.413.075,
sedangkan untuk budidaya ikan nila
sekitar Rp. 80.743.217. Biaya
tetap pada budidaya ikan gurami
sebesar Rp. 11.654.150, dan untuk
budidaya ikan nila biaya tetapnya
sebesar Rp. 27.265.617 per
tahun. Biaya operasional per siklus
produksi ikan gurami rata – rata
tiap anggota kelompok tani Mina
Sejahtera sebesar Rp. 32.379.362,5
dan untuk satu tahun sebesar
Rp.64.758.925. Sedangkan usaha
budidaya ikan nila menggunakan
biaya variabel sejumlah Rp.
4.861.600 per siklus produksi, dan
dalam 1 tahun ada 11 siklus
sehingga biaya variable total
selama 1 tahun adalah Rp.
53.477.600.
1. Analisis Finansial
Bila ditinjau dari waktu
pelaksanaan proyek suatu usaha,
dalam menganalisis aspek
finansial dapat dibedakan
menjadi analisis jangka pendek
dan analisis jangka panjang.
Analisis Jangka Pendek
Analisis jangka pendek
dalam suatu usaha dapat dihitung
dari jangka waktu yang pendek
yaitu sekali produksi dalam 1
tahun produksi. Komponen yang
dihitung meliputi
penerimaan/pendapatan,
keuntungan dan Return to Equity
Capital (REC).
Penerimaan dalam usaha
budidaya ikan gurami dari
perhitungan diperoleh nilai
penerimaan rata – rata dari
responden 1 dan 2 sebesar
Rp.128.160.000 per tahun. Yang
diperoleh dari hasil kali produksi
rata – rata yaitu 8.544 kg dengan
harga ikan gurami Rp. 15.000/kg.
Sedangkan pada usaha budidaya
ikan nila diperoleh nilai
penerimaan rata – rata tiap tahun
sekitar Rp. 170.100.000, dari
hasil produksi per tahun 24.300
kg dengan harga Rp. 7.000/kg.
Keuntungan usaha atau hasil
bersih adalah besarnya
penerimaan setelah di kurangi
dengan biaya yang dikeluarkan
untuk proses produksi, baik biaya
tetap maupun biaya tidak tetap.
Keuntungan kotor (EBZ) untuk
usaha budidaya ikan gurami pada
kelompok tani Mina Sejahtera
dan ikan nila pada Mina Nugroho
masing – masing Rp. 52.746.925,-
dan Rp. 89.356.783. Sedangkan
keuntungan bersih (EAZ) masing–
masing adalah Rp.50.109.578,75
dan Rp.84.888.943,85.
Perhitungan nilai Return to
Equity Capital (REC) juga
dilakukan dengan 2 cara yaitu
untuk pendapatan kotor (RECEBZ)
dan REC untuk pendapatan
bersih setelah zakat (RECEAZ).
Dari hasil perhitungan diperoleh
nilai RECEBZ per tahun untuk
usaha budidaya ikan gurami dan
ikan nila masing– masing sekitar
67,52 % dan 108,4 %. Untuk nilai
RECEAZ masing– masing 64,03 %
dan 102,87 %. Maksud dari nilai –
nilai tersebut adalah misalkan
saja 67,52 % per tahun, artinya
setiap modal usaha sebesar Rp. 1
akan menghasilkan laba sebesar
Rp. 67,52. Dan nilai–nilai REC
tersebut lebih besar bila
dibandingkan dengan suku bunga
deposito yang dikeluarkan bulan
Agustus 2005 yakni sebesar
8,71%, sehingga usaha tersebut
dapat dikatakan sangat
menguntungkan dan layak untuk
dilanjutkan.
Analisis Jangka Panjang
Dalam menentukan
kelayakan suatu usaha perlu
dilakukan analisis jangka pan-
jang yang meliputi Net Present
Value (NPV), Net B/C, IRR
(Internal Rate of Return),
Payback Periode dan analisis
sensitivitas.
a) Net Present Value (NPV)
Setelah nilai Net Benefit
(B–C) masing–masing
didiskontokan pada ting-kat
discount rate 16%, selanjutnya
nilai NPV dihitung dari total
PVGB dikurangi total PVGC
dan diperoleh nilai NPV dalam
kondisi normal untuk usaha
budidaya ikan gurami sebesar
Rp. 287.501.653. Sedangkan
usaha budidaya ikan nila
diperoleh nilai NPV sebesar
Rp. 510.422.496. Nilai NPV
tersebut lebih besar dari satu
dan lebih besar dari inves-tasi
awal sehingga usaha tersebut
me-nguntungkan dan layak
untuk diteruskan.
b) Net Benefit Cost Ratio (Net
B/C)
Dari hasil perhitungan
pada kon-disi normal diperoleh
nilai Net Benefit (B–C) untuk
ikan gurami sebesar 5,91 dan
untuk ikan nila sebesar 3,5.
Nilai Net B/C tersebut lebih
besar dari satu sehingga kedua
usaha tersebut layak untuk
dijalankan.
c) Internal Rate of Return (IRR)
Dari perhitungan
diketahui nilai IRR pada
kondisi normal baik untuk
usaha ikan gurami maupun
usaha budidaya ikan nila lebih
besar dari bunga pinjaman
yang berlaku saat ini yaitu 16
%. Nilai IRR tersebut masing –
masing adalah 125,71 % dan
75,73 %. Jadi usaha tersebut
layak untuk dijalankan.
d) Payback Periode (PP)
Setelah dilakukan
perhitungan diperoleh nilai
payback period (PP) untuk ikan
gurami adalah 2,17 tahun dan
untuk usaha ikan nila nilai PP
adalah 4,25 tahun yang mana
kedua nilai PP tersebut lebih
kecil dari PP maximum yaitu
6,25 tahun, sehingga dari segi
pengembalian modal, usaha
budidaya ikan gurami dan ikan
nila masih tetap layak untuk
diusahakan.
e) Analisis Sensitivitas
Di dalam analisis
sensitivitas ini digunakan
beberapa asumsi perubahan
kondisi usaha selama
dijalankan yang be-rupa
kenaikan biaya dan penurunan
gross benefit yang tujuannya
untuk mengetahui bagaimana
pengaruh usaha tersebut atau
untuk mengetahui kepekaan
suatu pro-yek terhadap
perubahan yang mungkin
terjadi di masa mendatang.
1)Asumsi biaya naik sebesar
25% pada tahun 2005 – 2014
Asumsi biaya naik 25 %
dida-sarkan pada tahun 2005
kondisi pere-konomian
nasional yang masih belum
normal karena banyak
peristiwa yang terjadi di
Indonesia sehingga sebagian
besar biaya operasional
mengalami kenaikan. Hasil
perhitungan pada usa-ha
budidaya ikan gurami di-
peroleh nilai NPV Rp
211.801.826; Net B/C 4,35;
IRR 92,99% dan Payback
Periode 3,22 tahun.
Sedangkan untuk usaha
ikan nila diperoleh nilai
NPVRp.442.153.268; Net
B/C 3,033724888 ; IRR
65,4% dan PP 5,21 tahun.
Dari nilai – nilai tersebut
diketahui bahwa baik usaha
budidaya ikan gurami
maupun ikan nila masih
tetap layak untuk dija-lankan
meskipun terjadi inflasi
(kena-ikan) biaya 25% per
tahun.
2)Asumsi Gross Benefit turun
10% pada tahun 2005 – 2014
Penentuan asumsi Gross
Benefit turun 10% karena
sejak terjadi banyak
peristiwa yang ada di
Indonesia baik bencana alam
maupun yang lainnya
mengakibatkan daya beli
masyarakat terhadap
komoditi ikan menurun, se-
hingga penjualan usaha
perikanan me-ngalami
penurunan. Dari hasil perhi-
tungan pada usaha budidaya
ikan gurami didapat nilai
NPV Rp.
228.464.186,32 ; Net B/C 4,7
; IRR 99,97 % dan PP 2,88
tahun.
Sedangkan pada usaha
ikan nila didapat nilai NPV
Rp.432.065.184 ; Net B/C
2,964508 ; IRR 63,81 % dan
PP 5,4 tahun. Dari nilai–nilai
tersebut ternyata baik usaha
budidaya ikan gurami
maupun ikan nila masih
tetap layak untuk dijalankan.
3)Asumsi biaya naik 25% dan
Gross Benefit turun 10%
pada tahun 2005–2014
Untuk melihat tingkat
kepe-kaan dari usaha
budidaya ikan gurami dan
ikan nila bila terjadi
kemungkinan yang sangat
buruk ditentukan asumsi
dari gabungan antara biaya
naik 25% dan Gross Benefit
turun 10%. Dari perhitungan
diketahui untuk usaha
budidaya ikan gurami
mempunyai nilai NPV Rp.
152.764.359,90 ; Net B/C
3,14 ; IRR 66,22 % dan PP
5,04 tahun. Sedangkan ikan
nila mem-punyai nilai NPV
Rp. 363.795.956 ; Net B/C
2,496 ; IRR 53,25 % dan PP
7,1 tahun nilai ini melebihi
kondisi Payback Periode
maksimum, sehingga secara
perhitungan usaha ikan nila
tidak layak untuk dilanjutkan
dalam kondisi biaya naik
25% dan benefit turun 10%.
Nilai – nilai tersebut diatas
yakni NPV, Net B/C ternyata lebih
besar dari satu, IRR lebih besar
dari suku bunga pinjaman bank
yaitu 16% dan Payback Periode
lebih kecil dari Payback Periode
maksimum, sehingga usaha
tersebut masih tetap layak untuk
dilanjutkan meskipun terjadi
kenaikan biaya melebihi 25% dan
Gross Benefit turun melebihi 10%.
Mengacu pada nilai tersebut
menun-jukkan sensitivitas usaha
ini cukup tinggi artinya usaha ini
mempunyai toleransi cukup tinggi
terhadap goncangan akibat biaya
naik ataupun pengurangan benefit
(laba). Jadi usaha budidaya ikan
gurami dan ikan nila dilihat dari
aspek finansial masih tetap layak
untuk tahun- tahun mendatang.
Aspek Manajemen
Aspek manajemen dan
organisasi me-rupakan aspek yang
sangat penting dianalisis untuk
kelayakan suatu usaha. Baik
menyang-kut sumberdaya manusia
maupun rencana perusahaan
secara keseluruhan, haruslah disu-
sun sesuai dengan tujuan
perusahaan. Tujuan perusahaan
akan lebih mudah tercapai apabila
memenuhi kaidah–kaidah atau
tahapan dalan proses manajemen.
Proses manajemen atau kaidah ini
akan tergambar dari masing–
masing fungsi manajemen yang
ada.
Dalam usaha budidaya ikan
gurami dan ikan nila telah
menerapkan fungsi peren-canaan
meskipun masih sederhana. Baik
dari persiapan teknis, peralatan,
tenaga kerja, biaya, waktu
pelaksanaan dan sebagainya mes-
kipun tidak dibuat secara
terstruktur. Di dalam usaha ini
sudah dilakukan pembukuan
meskipun masih sangat
sederhana. Penentuan target
waktu produksi budidaya ikan
gurami adalah 6 bulan dan ikan
nila adalah 4 bulan.
Pada usaha budidaya ikan
gurami dan ikan nila sudah
menerapkan fungsi pengorga-
nisasian. Hal ini dapat dilihat
dengan adanya pembagian tugas
dan tanggung jawab yang jelas
kepada pekerja, meskipun
kadang–kadang melakukan
kegiatan rangkap, karena jumlah
tenaga kerja masih terbatas satu
orang.
Baik di dalam usaha budidaya
ikan gurami dan ikan nila dalam
menggerakkan tenaga kerja masih
belum berfungsi dengan baik
karena tenaga kerja yang diambil
masih memiliki hubungan
keluarga dan tidak ada motivasi
yang khusus untuk semangat
dalam bekerja. Tetapi biasanya
pemilik usaha akan membagi
keuntungan yang merata sesuai
dengan hasil pekerjaan/kegiatan.
Pengawasan pada produk
ikan gurami dilakukan untuk
melihat apakah ikan ter-serang
penyakit atau tidak. Namun untuk
tenaga kerja tidak dilakukan
pengawasan karena lebih
mengandalkan pada kepercayaan
terhadap tugasnya dan kesadaran
dari pekerja sendiri. Sedangkan
untuk usaha budidaya ikan nila,
pengawasan dilakukan pada
kualitas ikan nila, kualitas air,
pemasaran.
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa usaha ikan
gurami dan ikan nila dalam
pelaksanaan fungsi manajemen
hampir sesuai/cukup baik. Jadi
dari hipotesa bahwa pelaksanaa
fungsi manajemen pada usaha
tersebut sudah baik diterima,
meskipun pada kenyataannya
kurang sempurna.
Aspek Kelembagaan
Kelembagaan yang ada
didalam usaha budidaya ikan
gurami dan ikan nila yaitu
lembaga penyedia sarana
produksi, lembaga penyedia dana,
lembaga pemasaran, dan lembaga
penyuluhan.
Untuk memperoleh sarana
produksi koperasi sangat berperan
dalam hal ini adalah koperasi
Mina Sejahtera yang mempunyai
beberapa relasi dalam penyediaan
sarana tersebut. Sedangkan
kegiatan budidaya ikan nila dalam
penyediaan sarana produksi selain
dari koperasi Mina Nugroho juga
mempunyai hubungan
kerja/kemitraan dengan pabrik
pakan Charun Chokan yang ada di
Sidoarjo, sedangkan benih
disediakan oleh koperasi Mina
Jaya sebagai koperasi sekunder.
Usaha budidaya ikan gurami
dan ikan nila modal berasal dari
modal sendiri. Karena pemilik
usaha tersebut tergolong didalam
kelompok tani, mereka
mendapatkan ban-tuan modal
yang biasanya disebut dengan
penguatan modal dari pemerintah.
Lembaga pemasaran adalah
badan – badan hukum atau
perorangan yang meng-gerakkan
arus barang dari produsen kepada
konsumen. Lembaga pemasaran
didalam usaha budidaya ikan
gurami adalah pedagang pengepul
lokal yang datang langsung ke
tempat budidaya ikan gurami pada
saat pemanenan, dari pedangang
pengepul, ikan gurami ukuran
konsumsi diantar ke restoran dan
agen. Sedangkan lembaga
pemasaran pada kelompok tani
Mina Nugroho adalah agen, dari
agen langsung kepada restoran/
pasar dan akhirnya kepada
konsumen.
Lembaga penyuluhan yang
berperan dalam hal ini adalah
pemerintah yaitu sub dinas
perikanan Kabupaten Nganjuk di
bawah naungan dinas kehewanan
Kabupa-ten Nganjuk. Sub dinas
perikanan Nganjuk biasanya
memberikan penyuluhan satu
bulan sekali pada awal bulan
kepada para petani ikan melalui
kelompok tani Mina Sejahtera
untuk usaha ikan gurami dan
Mina Nugroho untuk ikan nila.
Aspek Hukum
Untuk memulai studi
kelayakan suatu usaha pada
umumnya dimulai dari aspek
hukum, walaupun banyak pula
yang melakukan dari aspek lain.
Tujuan dari aspek hukum adalah
untuk meneliti keabsahan,
kesempurnaan dan keaslian dari
dokumen – dokumen yang
dimiliki. Dokumen yang perlu
diteliti keabsahannya,
kesempurnaan dan keasliannya
meliputi badan hukum, izin – izin
yang dimiliki, sertifikat tanah
atau dokumen lainnya yang
mendukung kegiatan usaha
tesebut.
Namun para petani ikan
tersebut berada didalam sebuah
lembaga koperasi. Dan masing –
masing petani ikan tersebut
belum mempunyai Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP),
karena surat izin ter-sebut hanya
diwajibkan kepada perusahaan –
perusahaan yang besar.
Jadi kepemilikan usaha
budidaya ikan tersebut belum
mempunyai SIUP sehingga dari
aspek hukum usaha tersebut
belum layak/belum diakui secara
legal.
Aspek Sosial Ekonomi
Dari hasil penelitian
diketahui bahwa usaha budidaya
ikan gurami maupun ikan nila
secara sosial, ekonomi dan
budaya membawa dampak positif
bagi masyarakat sekitar.
Perubahan tersebut meliputi pen-
dapatan, hubungan sosial,
aktifitas lalu lintas, jalur
komunikasi, tingkat keamanan,
perilaku masyarakat dan adat
istiadat. Beberapa peru-bahan
secara sosial, ekonomi dan ling-
kungan meliputi : arus lalu lintas
semakin ramai di daerah sekitar
usaha, penerangan jalan yang
semakin banyak, pekerja tidak
tetap diambil dari masyarakat
sekitar sehing-ga membantu
pemerintah mengurangi pe-
ngangguran, komunikasi semakin
lancar karena adanya alat
komunikasi seperti tele-pon,
tersedianya sarana dan prasarana
seper-ti pembangunan jalan,
jembatan, listrik, tele-pon dan
sebagainya.
Dampak sosial yang timbul
diantaranya adalah adanya
perubahan struktur penduduk
menurut kelompok umur, jenis
kelamin, tingkat pekerjaan dan
pendidikan, perubahan tingkat
pendapatan penduduk, perubahan
komposisi tenaga kerja baik
tingkat partisi-pasi angkatan kerja
maupun tingkat pengang-guran.
Aspek Lingkungan (AMDAL)
Komponen lingkungan hidup
yang akan berubah secara
mendasar dan penting bagi
masyarakat disekitar tempat
rencana usaha adalah kepemilikan
dan penguasaan lahan,
kesempatan kerja dan usaha, taraf
hidup masyarakat dan kesehatan
masyarakat. Karena air yang
digunakan adalah air sungai dan
air tanah yang bila digunakan
secara berlebihan maka disekitar
lokasi usaha menjadi berkurang
dan akhirnya mengering.
Karena budidaya ikan gurami
dan ikan nila yang biasanya
terbuka dan tidak ada pagar
pengaman, cenderung
mengundang tindakan kriminal
seperti pencurian ikan oleh orang
– orang iseng. Hal ini juga
disebabkan oleh adanya
kesenjangan sosial antara
masyarakat sekitar.
Adapun alternatif
penyelesaian yang dapat
dilakukan adalah memasang filter/
saringan air agar air yang keluar
dari pembu-angan sudah bersih
dan sehat, membuat saluran
pembuangan yang teratur ke
daerah tertentu sehingga tidak
menganggu aktifitas masyarakat
sekitar lokasi usaha, memberikan
obat untuk menetralisir air yang
tercemar seperti bahan – bahan
kimia yang dapat me-matikan
makhluk yang mengkonsumsinya
dan memberi sedekah/zakat
kepada yang membutuhkan yang
ada di sekitar lokasi usaha,
sehingga mereka merasa
diperhatikan dan ada rasa hormat
kepada pemilik usaha yang
selanjutnya tidak melakukan
pencurian dan tindakan kriminal
lainnya.
Pengembangan Usaha Perikanan
Pada usaha budidaya ikan
gurami yang ada di Mina
Sejahtera belum ada pengem-
bangan usaha secara spesifik,
namun masing–masing
anggota/pemilik usaha sudah
mulai mengembangkan usaha
perikanannya dengan komoditi
lain yaitu budidaya ikan bawal air
tawar yang sekarang ini ikan
tersebut meru-pakan komoditi
baru yang diharapkan dapat
membantu dalam peningkatan
pendapatan.
Budidaya ikan nila yang ada
di kelom-pok tani Mina Nugroho
merupakan salah satu usaha
pengembangan, yang sebelumnya
komoditi utamanya adalah ikan
lele. Dan sekarang ini komoditi
lain yang sedang dibudidayakan
baik pembenihan maupun
pembesaran adalah ikan gurami,
ikan mas, ikan bawal air tawar,
dan ikan patin. Budidaya ikan nila
juga dilakukan di sungai dengan
metode keramba. Selain itu ada
usaha pema-saran/jual-beli ikan
segar seperti ikan ban-deng,
wader, gabus dan udang yang
dilakukan di kios pemasaran yang
ada di samping koperasi Mina
Nugroho.
Koperasi perikanan
merupakan strategi yang efektif
dalam rangka manajemen pro-
duksi dan pemasaran, terutama
meningkat-kan kesejahteraan
petani ikan dengan terdis-
tribusinya hasil produksi oleh
setiap pelaku agribisnis, sehingga
kemitraan yang adil, saling
menunjang dan saling
menguntungkan antara petani
ikan kecil dengan pengusaha ikan
yang sudah besar benar–benar
terwujud. Namun pengembangan
usaha koperasi perikanan sangat
tergantung oleh peran serta
anggota koperasi perikanan serta
pemerintah dengan sistem
agribisnis terpadu. Agribisnis
terpadu yang dimaksud adalah
usaha gabu-ngan yang terdiri dari
penyediaan sarana produksi,
proses budidaya, pemberian
kredit, simpan-pinjam,
pengelolaan dana sosial, serta
usaha pemasaran dari hasil
produksi yang berupa benih dan
ikan ukuran konsumsi serta ikan
yang dalam bentuk olahan (fillet,
bakso, nugget, tepung ikan dan
sebagainya).
Peran koperasi perikanan
(KUD Mina) adalah untuk
menggabungkan, mendukung dan
memperlancar sistem produksi,
pengo-lahan dan pemasaran hasil
produksi. Selan-jutnya untuk
pengembangan produk dan
manajemen yang lebih efektif,
koperasi per-ikanan dengan peran
serta pemerintah dalam hal ini
adalah dinas perikanan
melakukan pelatihan dan
penyuluhan kepada pelaku agri-
bisnis terutama petani ikan
sebagai produsen, baik mengenai
teknologi budidaya, kewira-
usahan maupun manajemen
pengelolaan usaha yang lebih
baik.
Faktor - Faktor Yang
Mempengaruhi Usaha
Budidaya Perikanan
Setiap usaha pasti
mempunyai faktor–faktor yang
mempengaruhi jalannya usaha,
baik itu yang menghambat
maupun yang memperlancar
usaha tersebut. Faktor pen-
dukung merupakan faktor–faktor
yang dapat memperlancar
kegiatan budidaya ikan gurami
dan ikan nila, diantaranya
adalah :
1.Pemeliharaan ikan gurami dan
ikan nila relatif lebih mudah.
2.Kondisi perairan dan
lingkungan usaha yang sesuai
dengan habitat ikan.
3.Sumber air dekat dengan lokasi
usaha.
4.Tersedianya sumber daya alam
dan sumber daya manusia.
5.Harga jual ikan gurami dan ikan
nila yang relatif tinggi.
6.Adanya lahan yang belum
termanfaatkan dan sangat baik
bila digunakan untuk usa-ha
budidaya, sehingga bila lahan
tersebut diolah dengan baik
akan membantu meningkatkan
pendapatan keluarga.
7.Adanya teknologi budidaya ikan
yang lebih efektif dan lebih
efisien.
8.Dengan semakin meningkatnya
jumlah penduduk, maka
permintaan ikan juga semakin
meningkat.
9. Adanya dukungan dari
pemerintah Kabupaten
Nganjuk.
10.Usaha budidaya ikan gurami
dan ikan nila dalam
pemasarannya mempunyai
jaringan distribusi yang mantap
di daerah tertentu.
11.Mempunyai organisasi dan
kelompok kerja yang aktif dan
produktif.
12.Mempunyai kemampuan untuk
mempro-duksi ikan dengan
ukuran yang sesuai dengan
permintaan konsumen.
13.Mempunyai kemampuan dalam
membe-rikan kesejahteraan
yang relatif memadai bagi
karyawan dan keluarga.
14.Mempunyai tenaga kerja yang
cukup berpengalaman dari segi
teknis budidaya.
Beberapa faktor yang menjadi
hambatan dalam usaha budidaya
ikan gurami dan ikan nila,
diantaranya adalah :
1.Peralatan pengontrolan kualitas
air yang masih kurang.
2.Belum adanya tenaga ahli
khususnya di bidang perikanan
yang membantu dalam
pelaksanaan usaha.
3.Pertumbuhan ikan gurami dan
ikan nila yang relatif lambat,
sehingga membutuhkan waktu
berbulan – bulan untuk sampai
pada tahap pemasaran.
4.Tingginya biaya produksi dalam
kegiatan usaha budidaya ikan.
5.Pemasaran ikan yang jauh keluar
kota, sehingga mempengaruhi
kualitas ikan dan bahkan ikan
mudah stress diperjalanan dan
akhirnya banyak yang mati
sehingga kesegaran ikan tidak
tahan lama.
6.Rendahnya minat penduduk lokal
dalam mengkonsumsi ikan
gurami, sehingga pema-saran
untuk daerah lokal masih rendah.
7.Manajemen pengelolaan masih
sederhana.
8.Adanya persaingan dengan
komoditi per-ikanan dan
pengusaha perikanan lainnya.
9.Kemungkinan berdirinya usaha
baru dengan teknologi yang lebih
baik.
10. Dalam jangka waktu panjang
belum dapat memenuhi kenaikan
permintaan.
11. Kurang adanya kepercayaan
dari penyedia dana baik investor
maupun bank terhadap usaha
budidaya perikanan karena
adanya resiko ketidakpastian
yang tinggi, sehingga petani ikan
kesulitan dalam memperoleh
dana dalam upaya
pengembangan usahanya.
12. Belum mantapnya pola
perencanaan dan pembinaan
tenaga kerja yang dapat
memenuhi perkembangan usaha.
Rencana Usaha (Business Plan)
Setiap usaha (bisnis)
membutuhkan ren-cana bisnis
(Business Plans) terutama bisnis
baru dan bisnis yang
mengharapkan perubahan atau
pertumbuhan yang signifikan dalam
waktu dekat. Dalam teori, rencana
bisnis akan memberikan arahan
strategis bagi keberlang-sungan
aktivitas usaha (bisnis) yakni
dengan menuliskan/
mendeskripsikan tujuan dan cara
mencapainya, yang kemudian
mengikuti renca-na yang telah
ditulis untuk mencapai target.
Berikut ini rencana usaha
pengembangan budidaya ikan
gurami dan ikan nila yang
diharapkan dapat terlaksana di
Kabupaten Nganjuk, dalam rangka
memanfaatkan sumber daya alam
dan sumber daya manusia yang ada
di wilayah tersebut agar lebih
optimal. Namun masih banyak
kendala yang dihadapi oleh
pengusaha, kususnya para calon
pengusaha kecil dan menengah
dalam mewujudkan dan
melaksanakan usahanya tersebut.
Salah satu kendala tersebut tampak
dalam merencanakan serta
mempresentasikan rencana usaha.
Operasional/realisasi dari
rencana usaha budidaya ikan
gurami dan ikan nila adalah untuk
memenuhi peluang pasar dalam
jangka waktu 10 tahun mendatang,
untuk ikan gurami sebesar 280,71
ton dan ikan nila sebesar 1.477,43
ton. Sehingga untuk usaha
budidaya ikan gurami diperlukan
lahan seluas 29.979,85 m2, tenaga
kerja 328 orang dan laba yang akan
diperoleh sekitar Rp.
1.643.594.183, zakat sebesar Rp.
86.504.957. Apabila besarnya zakat
untuk masing – masing orang (yang
berhak menerima) sama dengan
UMR yang berlaku di Kabupaten
Nganjuk sebesar Rp. 354.000,
maka penerima zakat tersebut
sekitar 20 orang. Demikian juga
dengan budidaya ikan nila untuk
memenuhi peluang pasar sebesar
1.477,43 ton, diperlukan lahan
6.191,6 m2, tenaga kerja 4.317
orang, laba yang diperoleh Rp.
5.161.212.852, zakat sebesar Rp.
271.642.782, dengan pene-rima
zakat sekitar 64 orang.
2.KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat
disimpulkan beberapa hal,
diantaranya adalah :
1.Kelayakan usaha baik usaha
budidaya ikan gurami dan ikan
nila dilihat dari ;
Aspek pasar masih cukup luas
dilihat dari peluang pasarnya.
Untuk ikan gurami sebesar
280,71 ton dan untuk ikan nila
sebesar 1477,43 ton.
Permintaan masih lebih besar
dibandingkan penawaran,
karena tiap tahun permintaan
selalu meningkat. Hingga akhir
tahun 2014 permintaan ikan
sebesar 23.094.132,80 ton,
sedangkan penawaran ikan
nasional 13.244.600 ton.
Aspek teknis usaha budidaya
ikan gurami dan usaha budidaya
ikan nila meng-gunakan sistem
semi-intensif (madya).
Aspek finansial sudah layak
dalam pelaksa-naannya, baik
jangka pendek maupun jangka
panjang. Karena memberikan
keun-tungan setiap tahunnya
yaitu keuntungan bersih (EAZ)
sebesar Rp. 50.109.178,75 dan
ikan nila sekitar Rp.
84.888.943,85. Nilai REC
masing – masing sebesar 64,03
% dan 102,87 % yang lebih
besar dari suku bunga deposito
bank sebesar 8,71 %.
Sedangkan pada analisis jangka
panjang dengan menggunakan
discount rate sebesar 16% per
tahun selama 10 tahun masing –
masing untuk ikan gurami dan
ikan nila diperoleh NPV sebesar
Rp. 287.501.653 dan Rp.
510,422,496, Net B/C ratio
sebesar 5,91 dan 3,5, IRR
sebesar 125,71 % dan 75,73 %,
Payback Periode 2,17 tahun dan
4,25 tahun yang lebih kecil dari
Payback Periode maksi-mum
yakni 6,25 tahun, sehingga
berda-sarkan nilai tersebut
usaha ini layak.
Penerapan aspek manajemen
dari fungsi perencanaan,
pengorganisasi, pergerakan dan
pengendalian cukup baik
meskipun masih sederhana.
Dari aspek hukum, usaha
tersebut belum mempunyai
Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP), Nomor Pengguna Wajib
Pajak (NPWP), Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) tetapi hanya
mempunyai surat pengakuan
terdaftar dari kantor Sub-Dinas
Perikanan Kabupaten Nganjuk.
Aspek kelembagaan usaha
tersebut cukup bagus karena
adanya peran lembaga penyedia
sarana produksi, lembaga
penyu-luhan meskipun dari
lembaga penyedia dana masih
belum ada perhatian lebih.
Aspek sosial ekonomi cukup
baik, karena dapat memberikan
lapangan pekerjaan baru bagi
masyarakat sekitar, sehingga
dapat membantu dalam
peningkatan pen-dapatan
penduduk dan membantu peme-
rintah dalam upaya mengurangi
jumlah pengangguran.
Aspek lingkungan pada usaha
budidaya ikan ini memberikan
dampak positif karena usaha
budidaya ikan tidak meng-
hasilkan limbah yang terlalu
berbahaya bagi lingkungan baik
perairan maupun kesehatan
dari masyarakat sekitar lokasi
usaha. Bahkan kotoran ikan
dapat digu-nakan untuk pupuk
bagi tanaman padi yang ada
disekitar kolam.
2.Pengembangan Usaha Perikanan
Untuk peningkatan hasil
produksi dan peningkatan
pendapatan keluarga, masyarakat
dan pemerintah daerah, maka
pengembangan usaha budidaya
lebih diperluas dengan perluasan
jaringan pemasaran, peningkatan
metode budidaya yang lebih
efektif dan efisien dengan sistem
budidaya intensif, perbaikan
manajemen usaha dan
sumberdaya manusia,
pengembangan kelembagaan
dengan menjalin mitra kerja
melalui koperasi, pelegalan usaha
dan pengelolaan dana sosial baik
zakat atau sedekah kepada
masyarakat sekitar lokasi usaha.
3.Rencana Usaha (Business Plan)
Dalam upaya pemanfaatan
sumber daya alam dan sumber
daya manusia yang lebih optimal
dibuatlah rencana usaha budidaya
perikanan melalui perluasan
daerah budidaya dengan
memanfaatkan usaha skala rumah
tangga di wilayah Kabupaten
Nganjuk baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Usaha
budidaya ikan gurami dengan luas
lahan keluarga rata-rata 912,5 m2
pada 10 tahun mendatang akan
menghasilkan pro-duksi
15.115.325,89 ton. Sedangkan
budidaya ikan nila dengan rata–
rata luas lahan keluarga 990 m2,
akan dibuat rencana usaha 10
tahun mendatang 39.625,172 ton.
Untuk memenuhi permintaan
pasar ikan gurami 280,71 ton dan
1.477,43 ton ikan nila dalam 10
tahun mendatang, masing–masing
dibutuhkan tena-ga kerja 328
orang dan 4.317 orang dengan
lahan seluas 29.979,85 m2 dan
6.191,6 m2. Laba yang akan
diperoleh Rp. 1.643.594.183 dan
Rp. 5.161.212.852.
Saran
Agar usaha perikanan
khususnya yang ada di wilayah
Kabupaten Nganjuk dapat
berkesinambungan dan
terwujudnya usaha pengoptimalan
dalam pemanfaatan potensi wilayah
yang ada, maka ada beberapa saran
dari peneliti diantaranya adalah :
Perlu dilakukan penelitian yang
sama terhadap budidaya ikan
lele, ikan bawal air tawar, dan
ikan unggulan lainnya yang ada
di Kabupaten Nganjuk.
Para pengelola usaha perlu
membuat pembukuan
keuangan yang lebih baik, agar
dapat digunakan sebagai acuan
dalam perbaikan usahanya.
Perlu adanya penelitian lebih
lanjut tentang kualitas air,
teknik budidaya yang lebih
efektif dan efisien, serta
teknologi pengolahan ikan air
tawar, sehingga menunjang
kemajuan usaha dan dapat
meningkatkan jumlah
pendapatan.
Perlu adanya penambahan dan
penguatan dana/modal bagi
kelompok tani dan me-
ngefektifkan dana tersebut
untuk pe-ngembangan dan
perbaikan usaha. Budi-daya
yang disertai dengan
pemantauan oleh pihak
penyedia dana itu sendiri.
Dalam pelaksanaan rencana
usaha baik pengembangan,
perbaikan maupun usaha baru
perlu didampingi oleh tenaga
ahli budidaya perikanan.
Perlu adanya perhatian/respon
yang lebih lebih serius lagi dari
pemerintah khusus-nya sektor
perikanan, dengan membe-
rikan pembinaan tidak hanya
kepada kelompok tani yang
telah mendaftar saja mengingat
masih banyaknya kelompok
pemula yang belum tertangani.
Perlu adanya evaluasi setiap
akhir tahun terhadap program
pemerintah, baik hasil
penyuluhan, pembinaan,
penguatan mo-dal, apa sudah
efektif dan efisien.
Dinas perikanan perlu berdiri
sendiri, sehingga diharapkan
dapat lebih intensif dalam
menangani usaha perikanan
secara merata di seluruh
wilayah Kabupaten Nganjuk.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an. 1989. Al Qur’an dan Terjemahannya. Departemen Agama Republik Indonesia. CV. Toha Putra. Semarang.
Anonymous. 2004. Penyusunan Profil Investasi Komoditi Unggulan Tepung Ikan Di Jawa Timur. Badan Penanaman Modal Propinsi Jawa Timur dan Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Universitas Brawijaya. Malang.
Cahyono Bambang. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar (Ikan Gurame, Ikan Nila dan Ikan Mas). Kanisius. Yogyakarta.
Cahyono Bambang. 2001. Budidaya Ikan Di Perairan Umum. Kanisius. Yogyakarta.
Hasan M. Iqbal. 2002. Pokok – Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasi-nya. Ghalia Indonesia (Anggota IKAPI). Yogyakarta.
Hasibuan Malayu. 2003. Manajemen (Dasar, Pengertian dan Masalah). Bumi Aksara. Jakarta.
Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Prenada Media – Kencana. Bogor.
Kumalasanti Inneke, Surjatin dan Primyastanto M. 1999. Analisis Evaluasi proyek Usaha Ikan Gurami (Osphronemus gourami) di CV. Semi Desa Kecubung Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk Jawa Timur. Skripsi. Universitas Brawijaya Malang. Tidak diterbitkan.
Kusbandi Liyanti, Surjatin dan Qoid A. 2003. Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Kontribu-sinya Terhadap Pendapatan Keluarga Di Desa Banjarejo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Laporan Skripsi Sosial Ekonomi Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.
Murtidjo Bambang A. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta.
Prihartono R. Eko. 2004. Permasalahan Gurami dan Solusinya. Penebar Swadaya. Jakarta.
Primyastanto M. 2003. Evaluasi Proyek Dari Teori Ke Praktek (Studi Pembesaran Ikan Gurame). PT. Danar Wijaya – Brawijaya University Press. Malang.
Pudjosumarto M. 1992. Evaluasi Proyek Uraian Singkat dan Soal Jawab. Liberty. Yogyakarta.
Rahardi F, Kristiawati R dan Nazaruddin. 2000. Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rahmawati Farida, Ismadi dan Primyastanto M. 2003. Aplikasi Evaluasi Proyek Pada Usaha pembesaran Gurami (Osphrone-mus gouramy) Di CV. Sumber Makmur Desa Karang Dagangan Kecamatan Bandar Kedung Mulya kabupaten Jombang Jawa Timur. Laporan Skripsi Sosial Ekonomi Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang. Tidak diterbitkan.
Riyanto Bambang. 1995. Dasar – Dasar Pembe-lanjaan Perusahaan. Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Singarimbun M dan Efendi S. 1995. Metodologi Penelitian Survey. LP3E. Jakarta.
Surakhmad W. 1978. Dasar dan Tehnik Research. Pengantar Metodologi Ilmiah. Pener-bit Tarsito. Bandung.
Surakhmad W. 1985. Pengantar Penelitian Ilmiah. Penerbit Tarsito. Bandung
Suratman. 2001. Studi Kelayakan Proyek, Teknik dan Prosedur Penyusunan Laporan Edisi I. J & J Learning. Yogyakarta.
Suyanto S.R. 2004. Nila. PT Penebar Swadaya. Jakarta
Swasta B. dan Sukotjo. 1997. Pengantar Bisnis Modern. Liberti. Yogyakarta.
Widodo Slamet, Prayogo R. I dan Jauhari Alfan. 2002.
Perencanaan Strategi Pengem-bangan Tempat Pelelangan Ikan Bron-dong Sebagai Upaya Optimalisasi fungsi Di PPN Brondong Lamongan Jawa Timur. Laporan Skripsi Pemanfa-atan Sumberdaya Perairan. Universitas Brawijaya. Malang. Tidak diterbitkan.
Winarta. 2003. Studi Agribisnis Ikan Gurami (Osphronemus gouramy lac) di Kabupaten Blitar. Skripsi Sosial Ekonomi Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. Tidak diterbitkan.
(http://www.markplusnco.com/discussionview.php?tid= 299
http://www.nganjukwarintek.go.id/ina/maintengah.php?id=1
Lampiran 1
Gambar 8. Bagan rencana pengembangan usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila di Kabupaten Nganjuk
Potensi perikanan air tawar/peluang usaha
Budidaya gurami (luas lahan 912 m2 /rumah tangga)
Budidaya nila (luas lahan 990 m2 /rumah tangga)
Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen
Aspek Finansial
Aspek Hukum Aspek Lingkungan
Aspek Sosial Ekonomi
Aspek Kelembagaan
Perencanaan usaha untuk luas wilayah perairan darat Kabupaten Nganjuk (kecuali
pemukiman) 1.614.278.000 m2
10 tahun : Gurami : 280,71tonNila:1.477,43 tonPasar ekspor
Budidaya intensif,
penambahan sarana produksi,
pengolahan
10 thn : Ikan gurami labaRp. 1.643.594.183Ikan nila labaRp. 5.161.212.852
Penerapan fungsi POAC yang lebih
efektif
Pemerataan zakat bagi
fakir miskin dan yang berhak
menerimanya
Efektifitas dan efisiensi lembaga
keuangan, penyuluhan dan lembaga terkait serta hubungan kemitraan kerja
Pelegalan usaha SIUP, NPWP, IMB
dsb.
Pelestarian lingkungan, pemanfaatan limbah ikan
PERENCANAAN USAHA (BUSINESS PLAN) PENGEMBANGAN
BUDIDAYA IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) DAN IKAN NILA
(Oreochromis niloticus) DI KABUPATEN NGANJUK PROPINSI JAWA
TIMUR
Artikel Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya
Malang
Oleh :
NUNIK ISTIKHAROH
NIM. 0110840029
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan Dosen
Pembimbing I
( Ir. Abdul Qoid, MS ) ( Ir. Surjatin )Tanggal : Tanggal :
Dosen
Pembimbing II
(Ir. Mimit Primyastanto, MP)
Tanggal :
PERENCANAAN USAHA (BUSINESS PLAN) PENGEMBANGAN
BUDIDAYA IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) DAN IKAN
NILA
(Oreochromis niloticus) DI KABUPATEN NGANJUK PROPINSI
JAWA TIMUR
ARTIKEL SKRIPSI
SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
OLEH :
NUNIK ISTIKHAROH
NIM. 0110840029