BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekolah Dasar Negeri No 25/1 Kampung Baru terletak di ibukota
kecamatan Muara Tembesi.Sekolah ini di pimpin oleh seorang kepala
sekolah,tenaga pengajar sebanyak 23 orang guru,17 orang guru PNS dan 5 orang
guru honorer,selanjutnya 1 orang staf tata usaha,1 orang pustakawan dan 1 orang
lagi penjaga sekolah.Siswa kelas IVA SD Negeri 25/I Kampung Baru berjumlah
31 orang 17 orang laki-laki dan 14 orang perempuan.Mereka rata-rata berumur 9-
12 tahun.Mereka berasal dari keluarga yang ekonominya menengah.Orang tua
mereka berprofesi sebagai PNS,petani,wiraswasta,POLRI,bidan,tukang ojek dan
lain-lain. Tingkat kecerdasan mereka rata-rata 68 untuk mata pelajaran IPA.
Sebagian Guru masih menggunakan metode tradisional seperti hanya
memberikan materi lewat ceramah selanjutnya tidak membiarkan anak untuk
berkembang sendiri dalam menemukan ilmu baru, tetapi sebagian lagi telah
menggunakan metode modern seperti menggunakan CTL yang membimbing
siswa dengan mengajak mereka belajar langsung dengan lingkungannya dan
KTSP digunakan sebagai panduannya.
Didalam mengikuti pelajaran, siswa kelas IVA terdapat 18 orang siswa
mampu memahami pelajaran yang diberikan oleh guru, 6 orang siswa lain lebih
suka bermain dan mengganggu temannya pada saat pembelajaran dan 2 orang
keluar masuk kelas dan 5 orang pasif pada saat belajar.
Didalam kegiatan belajar Mengajar banyak kendala yang menjadi
penghambat dalam pembelajaran. Baik itu dari cara guru menyampaikan materi
maupun dari siswa yang menerima materi. Kendala yang ada pada guru, guru
menyampaikan materi hanya melalui penjelasan/ceramah saja bukan melalui
contoh gambar sederhana, guru jarang menggunakan media pembelajaran dan
alat peraga, guru spontan mengajar hanya melihat buku pedoman dan tanpa ada
rencana pembelajaran yang dibuat dan selain itu sekolah tidak menyediakan
fasilitas dan sarana prasarana yang dibutuhkan guru. Kendala dari siswa yaitu
siswa kurang memiliki motivasi dalam mengikuti pelajaran, dalam belajar siswa
lebih suka ngobrol atau mengganggu temannya dari pada memperhatikan
penjelasan materi dari guru, siswa kurang berkonsentrasi seperti sering
menanyakan ulang penjelasan yang baru saja disampaikan, tidak mau bertanya
jika belum memahami sehingga jika diberi tugas latihan ataupun PR (pekerjaan
1
Rumah) sering tidak dikerjakan, dan selanjutnya rata-rata siswa kurang mampu
memahami penjelasan yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan analisa masalah/kendala yang ditemukan, ada salah satu
masalah yang menarik yang akan diangkat menjadi suatu penelitian, yaitu 6
orang siswa kelas IVA SD Negeri 25/I Kampung Baru kurang mampu
memahami pelajaran IPA yang disampaikan oleh guru. Ciri-ciri dari masalah
itu dapat dilihat melalui sikap siswa seperti : siswa Tidak menyelesaikan tugas
dan pekerjaan rumah yang diberikan guru,siswa sering menanyakan ulang
penjelasan yang baru disampaikan, diam (pasif) tapi tidak mengerti, Penyebab
dari masalah itu karena siswa kurang termotivasi dalam belajar. Kemungkinan
penyampaian dari guru yang kurang dimengerti, guru menggunakan alat peraga
yang tidak menarik dan bervariasi dan diluar itu ada factor-faktor tertentu yang
mengganggu jalan fikirannya (siswa) seperti factor lingkungan rumah, factor dari
keluarga dan tentunya dari diri siswa itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan analisa dari permasalahan yang diuraikan diatas, masalah
yang akan diteliti adalah Bagaimana meningkatkan kualitas proses
pembelajaran IPA kelas IVA SD Negeri No.25/I Kampung Baru dengan
menggunakan media gambar?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan cara pemecahan masalah yang
dikemukakan diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara yang efektif
dalam menggunakan media gambar dalam pelajaran IPA, agar siswa lebih aktif
dan fokus dalam belajar sehingga pembelajaran IPA dapat berkualitas.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Setelah penelitian ini terlaksana, hasilnya diharapkan dapat bermanfaat
bagi guru,siswa dan institusi.
Manfaat bagi guru antara lain :
1. Untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang
dikelolanya terutama mata pelajaran IPA.
2
2. Guru mampu menunjukkan otonominya sebagai pekerja profesional yang
dituntut untuk mampu mengembangkan diri dari pemula ( novice ) sampai
ke akhir ( expert ).
3. Guru lebih percaya diri.
4. Guru mendapat kesempatan berperan aktif mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan sendiri terutama pada mata pelajaran IPA.
5. Manfaat bagi institusi :
1. Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah,
yang tercermin dalam peningkatan kemampuan profesional para guru,
perbaikan proses dan hasil belajar siswa, serta kondusifnya iklim
pendidikan di sekolah.
2. Sebagai sumbangan pemikiran kepada Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dalam rangka membina kemampuan guru melalui
penelitian tindakan kelas.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Proses Pembelajaran IPA
2.1.1. Pengertian pendidikan dan pengertian IPA
Pendidikan menurut Siswoyo (2007: 21) merupakan “proses sepanjang
hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan
segenap potensi dalam rangka pemenuhan dan cara komitmen manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk social, serta sebagai makhluk Tuhan”.
Sugiharto (2007: 3) menyatakan bahwa “pendidikan merupakan suatu
usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku
manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu
proses sadar dan terencana dari setiap individu maupun kelompok untuk
membentuk pribadi yang baik dan mengembangkan potensi yang ada dalam
upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan yang diharapkan.
Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwapendidikan tidak hanya
menitik beratkan pada pengembangan pola piker saja, namun juga untuk
mengembangkan semua potensi yang ada pada diri seseorang. Jadi pendidikan
menyangkut semua aspek pada kepribadian seseorang untuk membuat seseorang
tersebut menjadi lebih baik.
Menurut H. Dinn Wahyudin, (2006 , 2.14) pendidikan adalah sebagai
usaha sadar diselenggarakan dengan rencana yang matang, mantap, sistematik,
menyeluruh, berjenjang berdasarkan pemikiran yang rasional, objektif disertai
dengan kaidah untuk kepentingan masyarakat dalam arti seluas – luasnya.
Fungsi pendidikan adalah menyiapkan peserta didik. Maksudnya adalah
pendidikan lebih merupakan proses berkesinambungan dalam upaya menyiapkan
peserta didik yang awalnya belum siap menuju kepada kesiapan dan kematangan
pribadi.
Pendidikan sebagai suatu sistem memunculkan suatu fenomena bahwa
perencanaan, pelaksanaan, dan pembinaan pendidikan sangat kompleks dan
banyak faktor yang terlibat di dalamnya. Faktor – faktor tersebut di antaranya
guru, strategi pembelajaran dan media pembelajaran.
4
2. Pengertian IPA
IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut
Suyoso (1998:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat
aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu
yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”.
Menurut Abdullah (1998:18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang
diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan
melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,
eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara
yang satu dengan cara yang lain”.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan
pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan
langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan dididapatkan dari hasil
eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di
sempurnakan.
Dalam pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait dengan
objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi
dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya. IPA
terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Pada apek Fisika IPA lebih
memfokuskan pada benda-benda tak hidup. Pada sapek Biologi IPA mengkaji
pada persoalan yang terkait dengan makhluk hidup serta lingfkungannya.
Sedangkan pada aspek Kimia IPA mempelajari gejala-gejala kimia baik yang ada
pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam.
Dari uraian di atas mengenai pengertian pendidikan dan IPA maka pendidikan
IPA merupakan penerapan dalam pendidikan dan IPA untuk tujuan pembelajaran
termasuk pembelajaran di SMP.
Pendidikan IPA menurut Tohari (1978:3) merupakan “usaha untuk
menggunakan tingkah laku siswa hingga siswa memahami proses-proses IPA,
memiliki nilai-nilai dan sikap yang baik terhadap IPA serta menguasi materi IPA
berupa fakta, konsep, prinsip, hokum dan teori IPA”.
Pendidikan IPA menurut Sumaji (1998:46) merupakan “suatu ilmu pegetahuan
social yang merupakan disiplin ilmu bukan bersifat teoritis melainkan gabungan
(kombinasi) antara disiplin ilmu yang bersifat produktif”.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA
merupakan suatu usha yang dilakukan secara sadar untuk mengungkap gejala-
gejala alam dengan menerapkan langkah-langkah ilmiah serta untuk membentuk
5
kepribadian atau tingkah laku siswa sehingga siswa dapat memahami proses IPA
dan dapat dikembangkan di masyarakat.
Pendidikan IPA merupakan disiplin ilmu yang didalamnya terkait
dengan ilmu pendidikan dan IPA itu sendiri. Sebelum mengetahui lebih jelas
mengenai pendidikan IPA serta ruang lingkupnya, IPA memiliki dua pengertian
yaitu dari segi pendidikan dan IPA itu sendiri.
Pendidikan IPA menjadi suatu bidang ilmu yang memiliki tujuan agar
setiap siswa terutama yang ada di SMP memiliki kepribadian yang baik dan dapat
menerapkan sikap ilmiah serta dapat mengembangkan potensi yang ada di alam
untuk dijadikan sebagai sumber ilmu dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Dengan demikian pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan tetapi
dalam setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan kegunaan
ilmu tersebut. Bukan berarti teori-teori terdahulu tidak digunakan, ilmu tersebut
akan terus digunakan sampai menemukan ilmu dan teori baru. Teori lama
digunakan sebagai pembuktian dan penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru.
Hanya saja teori tersebut bukan untuk dihapal namun di terapkan sebagai tujuan
proses pembelajaran. Melihat hal tersebut di atas nampaknya pendidikan IPA saat
ini belum dapat menerapkannya.
Perlu adanya usaha yang dilakukan agar pendidikan IPA yang ada
sekarang ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal yang akan dicapai,
karena kita tahu bahwa pendidikan IPA tidak hanya pada teori-teori yang ada
namun juga menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah dari peserta didik.
Untuk itu maka kepribadian dan sikap ilmiah perlu ditumbuhkan agar menjadi
manusia yang sesuai dari tujuan pendidikan.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu
pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan
ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam
merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya. Carin
dan Sund (1993) dalam Pusat Kurikulum (2006:4) mendefinisikan IPA sebagai
“pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum
(universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Adapun
hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu: (1) sikap: rasa ingin tahu tentang
benda, fenomena alam, mahluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang
menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar;
IPA bersifat open ended; (2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui
6
metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan
eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; (3)
produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; (4) aplikasi: penerapan metode
ilmu
IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan
yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat
berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena
IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman
tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan
masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi
ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.
Dengan demikian, IPA memiliki peran yang sangat penting. Kemajuan
IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan dalam dunia
pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.
Pendidikan IPA telah berkembang di Negara-negara maju dan telah terbukti
dengan adanya penemuan-penemuan baru yang terkait dengan teknologi. Akan
tetapi di Indonesia sendiri belum mampu mengembangkannya. Pendidikn IPA di
Indonesia belum mencapai standar yang diinginkan, padahal untuk memajukan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sains penting dan menjadi tolak ukur
kemajuan bangsa.
Kenyataan yang terjadi di Indonesia, mata plajaran IPA tidak begitu diminati dan
kurang diperhatikan. Apalagi melihat kurangnya pendidik yang menerapkan
konsep IPA. Permasalahan ini terlihat pada cara pembelajaran IPA serta
kurikulum yang diberlakukan sesuai atau malah mempersulit pihak sekolah dan
siswa didik, masalah yang dihadapi oleh pendidikan IPA sendiri berupa materi
atau kurikulum, guru, fasilitas, peralatan siswa dan komunikasi antara siswa dan
guru.
Oleh sebab itu untuk memperbaiki pendidikan IPA di SMP diperlukan
pembenahan kurikulum dan pengajaran yang tepat dalam pendidikan IPA.
Masalah ini juga yang mendasasri adanya kurikulum yang di sempurnakan
(KYD) yang saat ini sedang di kembangkan di sekolah-sekolah, yaitu KTSP.
Dalam makalah ini penulis akan menyajikan tentang pengertian pendidikan IPA
dan perkembangannya sehingga menyebabkan adanya perubahan kurikulum yang
disempurnakan. Diharapkan setelah adanya penyempurnaan kurikulum maka
pendidikan IPA dapat diajarkan sesuai dengan konsepnya serta dapat
7
dikembangka dala dunia tekologi. Pendidikan IPA terpadu yang diterapkan di
SMP dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, yang mampu berpikir logis,
kreatif dan kritis dalam menanggapi isu teknologi di masyarakat.
C. Perkembangan Pendidikan IPA
Pemberian pendidikan IPA di sekolah menengah bertujuan agar siswa
paham dan menguasai konsep alam. pembelajaran ini juga bertujuan agar siswa
dapat menggunakan metode ilmiah untuk menyelesaikan persoalan alam tersebut.
Pendidikan IPA atau IPA itu sendiri memiliki peran penting dalam meningkatkan
mutu pendidikan terutama dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas
yang mepunyai pemikiran kritis dan ilmiah dalam menanggapi isu di masyarakat.
Perkembangan IPA ini dapat menyesuaikan dengan era teknologi informasi yang
saat ini tengah hangat di bicarakan dalam dunia pendidikan.
Menyadari hal ini maka pendidikan IPA perlu mendapat perhatian,
sehingga dapat dilakukan suatu usaha yang di sebut modernisasi. Modernisasi
sendiri merupakan proses pergeseran sikap, cara berpikir dan bertindak sesuai
dengan tuntunan zaman. Dengan demikian modernisasi pendidikan IPA memiliki
upaya untuk mengubah system menjadi lebih modern dan akan terus berjalan
dinamis.
Modernisasi dalam pendidikan IPA meliputi dua hal yaitu materi IPA
dan matematika, serta system penyampaian. Modernisasi pendidikan IPA telah
berkembang di Negara-negara maju seperti Amerika, namun untuk Indonesia
sendiri belum nampak perkembangannya
Modernisasi yang dilakukan di Indonesia terkait dengan adanya
perubahan kurikulum yang dominant terlihat pada kurikulum 1975, kurikulum ini
berpengaruh pada kurikulum 1984 dan 1994. selanjutnya berubah menjadi
Kurikulum 2004 yang biasa dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) sampai akhirnya sekarang telah disempurnakan menjadi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
1. Perkembangan Kurikulum
Kurikulum sendiri memiliki pengertian sebagaimana dalam UU SPN No
20 Tahun 2003 pada bab I pasal I (Muhammad. Joko,2007:82) yaitu seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.Kurikulum dimulai sejak adanya kurikulum
1975 yang berpengaruh pada kurikulum 1984 dan 1994.
8
a. Kurikulum 1975
Pendidikan di Indonesia sudah dimulai sejak proklamasi kemerdekaan
atau tepatnya tanggal 17 agusyus 1945. sejak saat itu telah terjadi beberapa kali
pembaharuan kurikulum mulai dari yingkat sekolah dasar hingga menengah.
Pembaharuan kurikulm tersebut dilakukan untukmembuat pendidikan di
Indonesia menjadi lebih baik, menurut Jasin (1987), sudah dilakukan lima kali
pembaharuan kurikulum. Pembaharuan tersebut adalah:
Pembaharuan pertamakali dilakukan pada tahun 1947. Pembaharuan tersebut
dilakukan untuk mengganti seluruh sistem pendidikan kolonial Belanda yang
sebelumnya telah dicanangkan di Indonesia. Pembaharuan ini sangat didukung
dengan masih adanya semangat revolusi nasional dan semangat proklamasi
kemerdekaan yang masih menyala-nyala. Pembaharuan yang pertama atau
disebut dengan rencanapelajaran 1947 ini menekankan pada pembentukan
karakter manusia.
Pembaharuan yang kedua terjadi dengan keluarnya rencana pendidikan 1964.
Pembaharuan kurikulum ini didasarkan pada usaha untuk mengejar
ketertinggalan pendidikan di Indonesia di bidang ilmu alam (science) dan
matematika.
Pembaharuan yang ketiga terjadi karena dikeluarkannya kurikulum 1968.
Pembaharuan ini terjadi bersamaan dengan beralihnya sistem pemerintahan dari
orde lama ke orde baru. Keadaan tersebut menuntut adanya pembaharuan dalam
segala aspek kehidupan yang salah satunya adalah pendidikan.
Pembaharuan yang keempat terjadi seiring dengan diterbitkannya kurikulum
1975/1976/1977. Kurikulum ini ditandai dengan adanya usha yang sistematis
dalam penyusunan kurikulum tersebut. Bahan-bahan yang bersifat empiris
dijadikan dasar dalam penyusunan kurikulum ini.
b. Kurikulum 1984
Kurikulum ini manggantikan kurikulum 1975 yang didasarkan pada
surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 0461/U/1983 tentang
perbaikan kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum ini sudah
disesuaikan dengan kebutuhan kerja industri pada masa itu.
c. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 berisi tentang kewenangan pengembangan yang
seluruhnya beada ditanagn pusat dan daerah sehingga sekolah tidak begitu
terlibat, kemudian tidak terjadi penataan materi, jam pelajaran serta struktur
9
program siswa hanya dianggap sebagai siswa yang harus menerima semua materi
dan tanpa mem[praktekannya. Pembelajaran hanya dilakukan di dalam kelas dan
ketrampilan hanya dikembangkan melalui latihan soal. Mulyasa (Muhammad
Joko,2007:102-104).
Dari uraian di atas erlihat bahwa kurikulum ini tidak atau kurang
mengena pada siswa untuk pendidikan IPA, mengingat bahwa pendidikan IPA
tidak sekedar mengajarkan konsep namun membutuhkan proses ketrampilan.
Sebagai contoh meneliti, mengalami danmembuat rancangan prosedur sehingga
kurikulum ini dirasa kurang baik dan akhirnya terjadi perubahan kurikulum yang
disebut KBK.
d. Kurikulum 2004 (KBK)
KBK tidak ditetapka dalam UU atau Peraturan Pemerintah. Alasan
dirubahnya kurikulum 1994 menjadi KBK karena mutu pendidikan di Indonesia
yang kurang baik dan banyak siswa yang tidak menerapkan ilmu pengetahuan
yang mereka dapatkan, selain itu mereka dituntut untuk menghapal materi tanpa
memahaminya sehingga apa yang telah di ujikan maka materi itu akan dengan
mudah lupa.
Oleh karena itu dengan dirubahnya kurikulum 1994 menjadi KBK
diharapkan dapat menekankan kurikulum pada kompetensi yang harus dimiliki
dan dikuasai siswa dalam menyelesaikan pembelajaran. Menurut Paul (2007:43)
kompetensi merupakan “kemampuan yang dapat berupa keterampilan, nilai hidup
siswa yang mempengaruhi cara mereka berpikir dan bertindak”.
Secara umum KBK memiliki enam karakteristik menurut Muhammad joko
(2007:102) yaitu: “(1) system belajar dengan modul,(2) menggunakan
keseluruhan sumber belajar, (3) pengalaman lapangan, (4) strategi individual
personal, (5) kemudahan belajar dan (6) belajar tuntas”.
Dalam kurikulum KBK ini sekolah dimberi keleluasaan dalam menyusun dan
mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasi potensi
sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik serta kebutuhan masyarakat
sekitar sekolah. Di samping itu kurikulum ini juga menuntut siswa untuk aktif
dan diharapkan lulusan dari tingkat SMP siswa dapat berpikir logis, kritis dan
inovatif serta dapat memecahkan masalah sesuai metode ilmiah.
e. Kurikulum 2006 (KTSP)
KTSP (kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) merupakan kurikulum
yang di sempurnakan dari kurikulum 2004 (KBK). Kurikulum ini disusun oleh
masing-masing satuan pendidikan atau sekolah. Prinsipnya hamper sama dengan
10
KBK. KTSP diberlakukan mulai tahun 2006/2007. Dalam kurikulum ini
pemerintah hanya sebagai pengembang kompetensi sebagai standar isi dan
kelulusan. Selanjutnya sekolah bebas menyusun kurikulum sesuai dengan
keadaan sekolah dan siswa didik.
KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam UU republic
Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional dan permen No
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dalam KTSP
pendekatan balajar berbasis kompetensi dan terjadi penataan materi, jam belajar
dan struktur program. (Muhammad Joko, 2007:102).
Perubahan urikulum harus beranjak pada kompetensi yang berdasar pada
kebutuhan dimasyarakat. Harapannya dengan kurikulum terakhir yang lebih
dikenal dengan KTSP lebih mudah diterapkan karena guru diberi kebebasan
untuk mengembangkan kompetensi siswa. Keberhasilan pendidikan akan
tergantung pada sekolah dan guru yang menerapkan kurikulum tersebut.
Harapannya dapat meningkatkankualitas SDM.
2. Kurikulum IPA di Indonesia
Melihat dari kurikulum di atas maka kurikulum Pendidikan IPA di SMP
telah dirancang sebagai pembelajaran yang berdimensi kompetensi karena IPA
sangat penting sebagai Ilmu Pengetahuan dan untuk mengembangkan teknologi.
Kurikulum sebelum KTSP IPA di SMP diajarkan dengan memisahkan mata
pelajaranm kedalam tiga aspek yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Dalam hal ini
ketiga mata pelajaran ini hanya mencakup pada aspek IPA tanpa teknologi dan
masyarakat. Padahal tujuan dari pembelajaran IPA buakn hanya pada konsep
tetapi ketrampilan proses agar dapat berpikir ilmiah, rasional dan kritis.
Sesuai dengan adanya isi materi yang kurang mengena pada teknologi maka
ketiga aspek tersebut dirangkum dalam satu mata pelajaran yaitu pendidikan IPA
terpadu yang saat ini telah diterapkan dalam kurikulum KTSP.
Tugas utama para guru adalah membantu mengoptimalkan
perkembangan siswa. Sebenarnya tanpa pendidikan pun anak tetap berkembang,
tetapi dengan proses pendidikan diharapkan perkembangan anak tersebut akan
lebih optimal (Asep Herry Hernawan, Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran : 2006, 2-9). Untuk itu perlu diperhatikan perkembangan peserta
didik, dalam hal ini adalah anak SD.
Mulyani Sumantri, (2005, 6.4) mengatakan bahwa salah satu
karakteristik anak SD adalah senang merasakan atau melakukan / memeragakan
sesuatu secara langsung. Belajar tidak harus berpusat pada guru, tetapi anak harus
11
lebih aktif (Peaget ; William C. Crain. yang dikutip oleh Abin Syamsuddin, oleh
karena itu peserta didik harus dibimbing agar aktif menemukan sesuatu yang
dipelajarinya. Konsekuensinya, materi yang dipelajari harus menantang sehingga
mereka asyik dan terlibat dalam proses pembelajaran
Keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dapat diperoleh apabila
guru mahir dalam mengelola kelas melalui ketepatan menentukan metode dan
media pembelajaran. Winzer (yang dikutip Udin S. Winataputra 2006, 9.9),
mengatakan bahwa pengelolaan kelas adalah cara – cara yang ditempuh guru
dalam menciptakan lingkungan belajar agar tidak terjadi kekacauan dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan akademis dan
sosial.
2.1.3. Hakikat pembelajaran IPA
Pada dasarnya manusia ingin tahu lebih banyak tentang IPA atau Sains,
antara lain sifat sains, model sains, dan filsafat sains. Pada saat setiap orang
mengakui pentingnya sains dipelajari dan dipahami, tidak semua masyarakat
mendukung. Pada umumnya siswa merasa bahwa sains sulit, dan untuk
mempelajari sains harus mempunyai kemampuan memadai seperti bila akan
menjadi seorang ilmuan. Ada tiga alasan perlunya memahami sains antara lain,
pertama bahwa kita membutuhkan lebih banyak ilmuan yang baik, kedua untuk
mendapatkan penghasilan, ketiga karena tiap kurikulum menuntut untuk
mempelajari sains. Mendefinisikan sains secara sederhana, singkat dan yang
dapat diterima secara universal sangat sulit dibandingkan dengan mendefinisikan
ilmu-ilmu lain.
Beberapa ilmuwan memberikan definisi sains sesuai dengan
pengamatan dan pemahamannya. Carin (1993:3) mendefinisikan science sebagai
The activity of questioning and exploring the universe and finding and expressing
it’s hidden order, yaitu “ Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan
alam semesta dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.”
Sains mengandung makna pengajuan pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman
jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang gejala maupun karakteristik alam
sekitar melalui cara-cara sistematis (Depdiknas,2002a: 1).
Belajar sains tidak sekedar belajar informasi sains tentang fakta,
konsep, prinsip, hukum dalam wujud ‘pengetahuan deklaratif’, akan tetapi belajar
sains juga belajar tentang cara memperoleh informasi sains, cara sains dan
teknologi bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan
12
bekerja ilmiah dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Berdasar pada definisi yang telah dikemukakan sebelumnya maka
dapat disimpulkan bahwa sains selain sebagai produk juga sebagai proses tidak
dapat dipisahkan satu sama lain.
Pernyataan di atas selaras dengan pendapat Carin yang menyatakan bahwa sains
sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum dan teori
sains. Fakta merupakan kegiatan-kegiatan empiris di dalam sains dan konsep,
prinsip, hukum-hukum, teori merupakan kegiatan-kegiatan analisis di dalam
sains. Sebagai proses sains dipandang sebagai kerja atau sesuatu yang harus
dilakukan dan diteliti yang dikenal dengan proses ilmiah atau metode ilmiah,
melalui keterampilan menemukan antara lain, mengamati, mengklasifikasi,
mengukur, menggunakan keterampilan spesial, mengkomunikasikan,
memprediksi, menduga, mendefinisikan secara operasional, merumuskan
hipotesis, menginterprestasikan data, mengontrol variabel, melakukan
eksperimen. Sebagai sikap sains dipandang sebagai sikap ilmiah yang mencakup
rasa ingin tahu, berusaha untuk membuktikan menjadi skeptis, menerima
perbedaan, bersikap kooperatif, menerima kegagalan sebagai suatu hal yang
positif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya sains
terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak
hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga
merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari
rahasia gejala alam.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan dalam pembelajaran fisika untuk
meneliti masalah-masalah harus melalui kerja ilmiah, yang disebut metode ilmiah
yaitu: merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang dan
melaksanakan ekperimen, menganalisis data pengamatan, serta menarik
simpulan.
Ilmu Pengetahuan Alam (sains) merupakan hasil kegiatan manusia
berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisir, tentang alam sekitar
yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Hal ini berarti
bahwa fisika harus diajarkan pada siswa secara utuh baik sikap ilmiah, proses
ilmiah, maupun produk ilmiah, sehingga siswa dapat belajar mandiri untuk
13
mencapai hasil yang optimal. Kemampuan siswa dalam menggunakan metode
ilmiah perlu dikembangkan untuk memecahkan masalah
Empat unsur utama pada hakikat IPA menunjukkan bahwa IPA harus
dikembangkan berdasarkan kemampuan seseorang dalam pengalaman Perubahan
perbuatan sebagai akibat pengalaman langsung. Untuk mengembangkan
kemampuan tersebut dilakukan melalui tindakan pembelajaran. (C.T. Morgan-
1961) merumuskan, Belajar sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu. Dalam bukunya
”Conditioning and Instrumental Lerning”(Walker-1967) juga mengemukakan arti
belajar yaitu ”Sebuah perbuatan akibat pengalaman”. Definisi yang singkat dan
sederhana ini tampaknya mencakup segala sesuatu yang diinginkan dalam
pengertian belajar. Ini jelas mencakup pengertian dari variabilitas-variabilitas
belajar yang merupakan syarat mutlak dari tiap-tiap perubahan dari perbuatan.
2.1.4. Pembelajaran IPA yang bersifat konstruktif di SD
Setidaknya ada lima cakupan yang harus dipelajari dalam pelajaran IPA di
sekolah dasar. Keempat cakupan tersebut adalah:
1) Konsep IPA terpadu
2) biologi
3) fisika
4) ilmu bumi dan antariksa
5) IPA dalam perspektif interdisipliner
Sampai saat ini, konten sains bagi kebanyakan guru diberikan melalui
metode ceramah dan kegiatan pembuktian di laboratorium, dengan sedikit fokus
terhadap pemberian pengalaman dalam melakukan penelitian atau aplikasi IPA
dalam konteks teknologi. NSTA dalam Science teacher Preparation ini
membedakan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru IPA sekolah dasar yang
memliki latar belakang IPA dan guru-guru yang memiliki latar belakang
keilmuan IPA SD dan SMP. NSTA merekomendasikan guru SD yang tidak
memiliki latar belakang IPA untuk memiliki kompetensi dalam melangsungkan
pembelajaran yang menitikberatkan pada kegiatan observasi dan mendeskripsikan
kejadian, memanipulasi objek dan system, serta melakukan identifikasi terhadap
pola yang ada di alam yang berhubungan dengan cakupan bidang studi IPA.
Guru-guru ini juga harus melibatkan siswa dalam memanipulasi kegiatan yang
mengarahkan pada pengembangan konsep melalui kegiatan investigasi dan
analisis terhadap pengalaman. Sedangkan untuk guru yang memiliki latar
belakang IPA untuk tingkat SD dan SMP kriteria yang harus dimiliki adalah
14
melangsungkan pembelajaran yang menekankan pada kegiatan kolaboratif
melalui inkuiri yang dilangsungkan di laboratorium atau lapangan. Guru-guru
yang memiliki latar belakang pendidikan dalam IPA harus memiliki pemahaman
yang lebih dalam dibandingkan guru yang tidak memiliki latar belakang
pendidikan IPA, namun mereka harus memiliki tama-tema dan perspektif yang
sama terhadap IPA.
Hurd (1998) yang menyatakan bahwa orang yang dinyatakan melek sains
memiliki 3 ciri sebagai berikut:
(1) dapat membedakan teori dari dogma, data dari hal-hal yang bersifat mistis,
sains dari pseudo sains, bukti dari propaganda dan pengetahuan dari pendapat.
(2) mengenal dan memahami hakikat IPA, keterbatasan dari saintifk inkuiri,
kebutuhan untuk pengumpulan bukti.
(3) memahami bagaimana cara untuk menganalisis dan memproses data.
Untuk menjadi orang yang melek sains ini diperlukan cara pengajaran yang berisfat
konstruktif. Ciri pembelajaran yang bersifat kosntruktif ini dapat dibedakan
dengan pembelajaran yang bersifat tradisional dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. lebih memahami dan merespon minat, kekuatan, pengalaman dan keperluan siswa
2. senantiasa menyeleksi dan mengadaptasi kurikulum.
3. berfokus pada pemahaman siswa dan menggunakan pengetahuan sains, ide serta
proses inkuiri.
4. membimbing siswa dalam mengembangan saintifik inkuiri.
5. menyediakan kesempatan bagi siswa untuk berdiskusi dan berdebat dengan siswa
lain.
6. secara berkesinambungan melakukan asesmen terhadap pemahaman siswa.
7. memberikan bimbingan pada siswa untuk berbagai tanggung jawab dengan siswa
lain.
8. mensuport pembelajaran kooperatif (cooperative learning), mendorong siswa
untuk bekerjasama dengan guru sains lain dalam mengembangkan proses inkuiri.
Pembelajaran IPA di SD
Mata pelajaran di Sekolah Dasar merupakan program untuk menanamkan dan
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan menilai ilmiah kepada siswa.
Dengan pelajaran IPA diharapkan siswa dapat memahami konsep-konsep IPA dan
memilki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan dan ide tentang
alam (kurikulum SD h.61). Dilihat dari sisi atau cakupan materi IPA termasuk mata
15
pelajaran yang relatif sarat dengan materi. Secara keseluruhan materi mata pelajaran
IPA di SD mencakup (1) mahluk hidup dan proses kehidupannya yaitu manusia,
hewan dan tumbuhan serta interaksinya, (2) materi, sifat-sifat dan kegunaannya
meliputi: udara, air, tanah dan batian, (3) listrik dan magnet, energi dan panas, gaya
dan pesawat sederhana, cahaya dan bunyi, tatasusrya, bumi dan benda-benda langit
lainnya, (4) kesehatan, makanan, penyakit dan pencegahannya, dan (5) sumber daya
alam, pemeliharaan dan kegunaan, pemeliharaan dan pelestarian (program
pengajaran IPA, Kur. SD. 1994:62). Berdasarkan hasil pengalaman guru IPA di SD
Negeri Loktabat 1, bahwa pembelajaran IPA masih menekankan pada konsep-konsep
yang terdapat di dalam buku, dan juga belum memanfaatkan pendekatan lingkungan
dalam pembelajaran secara maksimal. Mengajak siswa berinteraksi langsung dengan
lingkungan jarang dilakukan. Guru IPA sebagian masih mempertahankan urutan-
urutan dalam buku tanpa memperdulikan kesesuaian dengan lingkungan belajar
siswa. Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif, karena siswa kurang merespon
terhadap pelajaran yang disampaikan. Maka pengajaran semacam ini cenderung
menyebabkan kebosanan kepada siswa. Para siswa telah memiliki kemampuan awal
yang telah diterima di kelas sebelumnya. Kemampuan awal siswa ini harus digali
agar siswa lebih belajar mandiri dan kreatif, khususnya ketika mereka akan
mengkaitkan dengan pelajaran baru. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah
menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih mendekatkan pada lingkungan
siswa. Konsep-konsep yang dikembangkan sebaiknya berhubungan dengan alam
sekitar agar menjadi konteks pembelajaran yang bermakna. Meskipun demikian
mengaitkan konteks lingkungan dalam kehidupan sehari-hari dengan isi materi bukan
pekerjaan yang mudah, karena perlu waktu dan proses yang panjang. Namun
kenyataannya guru cenderung mengikuti isi kurikulum dan anak belajar secara
verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar bermakna.
Belajar bermakna menuntut adanya konteks pembelajaran yang muncul di
lingkungan tempat tinggal siswa, hal ini dapat dilakukan dengan jalan mengajak
siswa belajar di luar kelas atau mengajak mereka mendekati sumber belajar.
Maksudnya agar diperoleh ide-ide, dan masalah-masalah yang dapat dilihat dan
diamati di lingkungan sekitarnya. Pola pembelajaran seperti ini akan membantu siswa
dalam proses berpikir dan pada gilirannya siswa aktif dalam belajar. Pada dasarnya
siswa sendiri yang akan menyelesaikan masalah-masalah yang dia dapatkan sesuai
dengan konsep materi yang dipelajari. Salah satu konsep yang akrab dengan
lingkungan adalah konsep kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi
keseimbangan alam. Konsep ini menjadi lebih bermakna jika di dalam pelajaran
siswa diajak langsung kelapangan untuk melakukan penyelidikan terhadap
permasalahan yang mereka hadapi.
16
2.1.5. IPA dalam KTSP di SD
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) merupakan pedoman yang
digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) pokok pembelajaran IPA memiliki materi yang memuat
kajian dimensi objek, tingkat organisasi objek dan tema atau persoalan aspek fisis,
kimia dan biologi. Pada aspek biologi, IPA mengkaji berbagai persoalan yang berkait
dengan berbagai fenomena pada makhluk hidup berbagai tingkat organisasi
kehidupan dan interaksinya dengan faktor lingkungan. Untuk aspek fisis, IPA
memfokuskan diri pada benda tak hidup. Untuk aspek kimia, IPA mengkaji berbagai
fenomena atau gejala kimia baik pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang
ada di alam semesta. Meminjam bahasanya Bentley dan Watts bahwa Pengajaran
IPA dikembangkan berdasarkan persoalan atau tema IPA untuk dapat dikaji dari
aspek kemampuan peserta didik yang mencakup aspek mengkomunikasikan konsep
secara ilmiah, aspek pengembangan konsep dasar IPA, dan pengembangan kesadaran
IPA dalam konteks ekonomi dan social . Konsep pembelajaran IPA tersebut berarti
mengandung seluruh aspek yang berhubungan dengan pengetahuan untuk dapat
menanggapi isu lokal, nasional, kawasan, dunia, sosial, ekonomi, lingkungan dan
etika, serta menilai secara kritis perkembangan dalam bidang IPA dan teknologi serta
dampaknya.
Pada dasarnya manusia ingin tahu lebih banyak tentang IPA atau Sains, antara
lain sifat sains, model sains, dan filsafat sains. Pada saat setiap orang mengakui
pentingnya sains dipelajari dan dipahami, tidak semua masyarakat mendukung. Pada
umumnya siswa merasa bahwa sains sulit, dan untuk mempelajari sains harus
mempunyai kemampuan memadai seperti bila akan menjadi seorang ilmuan. Ada tiga
alasan perlunya memahami sains antara lain, pertama bahwa kita membutuhkan lebih
banyak ilmuan yang baik, kedua untuk mendapatkan penghasilan, ketiga karena tiap
kurikulum menuntut untuk mempelajari sains. Mendefinisikan sains secara
sederhana, singkat dan yang dapat diterima secara universal sangat sulit
dibandingkan dengan mendefinisikan ilmu-ilmu lain. Beberapa ilmuwan memberikan
definisi sains sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya. Carin (1993:3)
mendefinisikan science sebagai The activity of questioning and exploring the
universe and finding and expressing it’s hidden order, yaitu “ Suatu kegiatan berupa
pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan penemuan dan pengungkapan
serangkaian rahasia alam.”
Sains mengandung makna pengajuan pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman
jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang gejala maupun karakteristik alam
sekitar melalui cara-cara sistematis (Depdiknas,2002a: 1).Belajar sains tidak sekedar
17
belajar informasi sains tentang fakta, konsep, prinsip, hukum dalam wujud
‘pengetahuan deklaratif’, akan tetapi belajar sains juga belajar tentang cara
memperoleh informasi sains, cara sains dan teknologi bekerja dalam bentuk
pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode ilmiah
dan sikap ilmiah.
Penggunaan Media
Banyak temuan penelitian yang mengungkapkan keandalan media
pembelajaran di antaranya yang dilakukan oleh BRITISH AUDIO VISUAL
ASSOCIATION, bahwa rata – rata jumlah informasi yang diperoleh seseorang
melalui indera menunjukkan komposisi sebagai berikut :
75 % melalui indera penglihatan ( visual )
13 % melalui indera pendengaran ( auditori )
6 % malalui indera sentuhan dan perabaan
6 % melalui indera penciuman dan lidah. ( Udin S. Winataputra 2004, 5.7 )
Dari temuan ini dapat diketahui bahwa pengetahuan seseorang paling banyak
diperoleh secara visual atau melalui indera penglihatan. Oleh karena itu penentuan
media pembelajaran yang tepat sangat penting.
(Asep Herry Hernawan 1987, 11 – 18) Media pembelajaran berguna untuk
mengatasi hambatan proses komunikasi, antara lain untuk mengatasi verbalisme
(ketergantungan untuk menggunakan kata – kata lisan dalam memberikan
penjelasan). (Asep Herry Hernawan, 1987, 11.21 ).
Media merupakan salah satu komponen belajar mengajar yang mempunyai
peranan penting dalam menciptakan suasana belajar yang dapat memberikan
pengalaman belajar yang lebih kongkrit.dengan pengggunaan media diharapkan
dapat menarik minat siswa untuk belajar.Media adalah sumber belajar atau wahana
fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa untuk belajar
( Arsyad 1995 ).
Berbagai bentuk media dapat digunakan dalam proses belajar mengajar diantaranya
adalah media gambar.Perkataan “ media “ tidak selalu identik dengan “ mahal “ atau
18
memerlukan listrik.Karena media dapat dibedakan berdasarkan keadaannya menjadi
media canggih ( sophisticate media ) dan media sederhana ( simple media ).Media
canggih adalah media yang hanya dapat dibuat pabrik karena terdiri dari komponen-
komponen yang rumit dan biasanya memerlukan listrik dalam
penyajiannya.Sedangkan media sederhana merupakan media yang dapat dibuat
sendiri oleh kita sebagai guru atau ahli media dan biasanya tidak memerlukan listrik
untuk menyajikannya.Kelompok media sederhana , gambar diam , grafis , display
dan realita.
Gambar diam terdiri dari berbagai jenis gambar yaitu ada yang berupa foto,gambar,
peta dan sebagainya.Gambar dapat membantu proses belajar mengajar.Gambar dapat
mewakili benda yang sebenarnya.Gambar dapat menjelaskan apa yang tidak
dijelaskan secara verbal.Media gambar dapat dibuat dengan berbagai macam cara
tergantung dari kebutuhan dan kreativitas guru.
Fungsi media gambar :
a. Menghasilkan keragaman pengalaman
b. Dapat menanamkan konsep yang kongkrit dan realitas.
c. Media diharapkan dapat membangkitkan keinginan dan minat baru .
d. Media pembelajaran dapat berfungsi menampilkan sesuatu yang melampaui
batas ruang kelas .Contoh : objek yang terlalu kecil,objek terlalu besar , objek
yang terlalu cepat bergerak,objek terlalu kompleks,objek yang berbahaya.
e. Berfungsi memotivasi dan merangsang untuk memulai pelajaran.
f. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh
tiap-tiap peserta didik.contoh : melalui buku bacaan atau melalui media
audiovisual.
2.1. Kerangka Berfikir
Berdasarkan uraian di atas maka terdapat secara teori hubungan langsung atau
sebab akibat variabel dependen dengan variabel independen semakin baik media
pembelajaran maka dapat diperkirakan akan semakin tinggi tingkat pemahaman
siswa dalam belajar.Hubungan antara variabel dependen dan independen dapat
digambarkan dengan skema berikut ini :
19
Kurangnya kualitas
pembelajaran IPA
Motivasi
Pembelajaran
menggunakan media
gambar
Kualitas pembelajaran
IPA meningkatFasilitas
Guru
Sumber belajar
Perhatian siswa
lingkungan
2.3 Hipotesis Tindakan.
Berdasarkan uraian teori dan kerangka berfikir diatas maka hipotesis penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
Kualitas pembelajaran siswa akan semakin meningkat dengan menggunakan
media gambar.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Subjek Penelitian
20
Subjek dari penelitian adalah siswa kelas IVA SD Negeri No 25/I
Kampung Baru Kecamatan Muara Tembesi, Kabupaten Batanghari Propinsi
Jambi dengan banyaknya siswa berjumlah 31 orang yang terdiri dari 17 orang
siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan. Adapun pertimbangan mengambil
subyek penilitian tersebut adalah, dimana Siswa kelas lima berumur rata-rata
antara 9 sampai 12 tahun dan memiliki tingkat kecerdasan menengah dengan nilai
rata-rata 68 untuk pelajaran IPA. Selain itu kondisi siswa kelas IV SD 25/I
kampung Baru berasal dari keluarga menengah yang orang tua mereka berprofesi
sebagai PNS,petani,wiraswasta,POLRI,bidan,tukang ojek dan lain-lain.
3.2 Prosedur Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan secara bersiklus dengan tindakan yang
dilakukan terhadap atau beranjak dari kondisi awal. Langkah-langkah yang akan
kami lakukan adalah, sebagai berikut :
3.2.1. Perencanaan
Dalam hal ini dijabarkan dalam bentuk perencanaan (rencana) guru
sebelum melakukan suatu tindakan. Rencana ini Meliputi :
a. Tujuan yang akan dicapai dalam proses kegiatan belajar IPA
b. Kegiatan yang akan dilakukan dalam proses kegiatan belajar IPA
c. Menentukan metode yang ingin dipakai dengan mempertimbangkan
kondisi siswa
d. Menyiapkan media dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan
belajar
e. Menyiapkan materi yang akan diajarkan
3.2.2 Pelaksanaan tindakan
Merupakan pelaksanaan tindakan yangdilakukan untuk memotivasi siswa
dalam belajar IPA. Upaya-upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan
motivasi siswa dengan menggunakan bantuan alat peraga yang menarik.
3.2.3 Observasi
Observasi ini dilakukan terhadap proses maupun hasil dari tindakan yang
dilakukan guru terhadap pengaruh yang diperoleh dari hasil / tindakan alat
ukur, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Dalam penelitian ini,
alat ukur yang digunakan peneliti adalah berupa lembaran observasi
Kemampuan siswa dalam menerima materi IPA akan dilihat dalam
beberapa faktor; (1)menjawab pertanyaan guru, (2)hasil kerja siswa
21
mengerjakan latihan tertulis, (3) kemampuan siswa bertanya , (4) hasil
ulangan siswa , (5).keaktifan siswa.
3.2.4 Refleksi
Refleksi hasil dari tindakan baru dapat diperoleh setelah dilakukan
pengukuran terhadap proses maupun hasil dan tindakan. Dari hasil
pengukuran itu diperoleh suatu gambaran tentang seberapa besar pengaruh
tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi siswa khususnya
dalam belajar IPA. Selain itu juga akan dapat menemukan suatu
kekurangan-kekurangan yang ada dan memperoleh poin-poin tentang
unsur-unsur penting yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan. Dengan
demikian, dapat dilakukan suatu tindakan yang akan dilakukan pada siklus
kedua, dan selanjutnya sampai benar-benar nanti akan memperoleh hasil
yang maksimal dari tindakan atau usaha untuk meningkatakan motivasi
siswa.
3.2.5 Matriks metode penelitian
Matriks Metode Penelitian
Judul :……………………………………………………………….
Nama Peneliti :……………………………………………………….
No Rumusan
Masalah
Variabel
yang
diamati
Devenisi
Operasional
Variabel
Instrumen Sumber
Data
Cara
Pengambilan
data
Analisis
3.2.6 Jadwal penelitian
Pelaksanaan dari perencanaan yang telah dibuat, perlu disusun
agenda kegiatan sehingga penelitian dapat dilaksanakan secara sistematis dan
terjadwal. Penelitian dilakukan selama 3 bulan (12 minggu) dengan jadwal
sebagai berikut :
22
Tabel 1. Jadwal kegiatan Penelitian
No Rencana Kegiatan Waktu (Minggu ke)
1. Persiapan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Menyusun konsep
pelaksanaan
Menyusun instrumen
Menyusun LKS
Menyusun strategi
penelitian
2. Pelaksanaan
Menyiapkan kelas dan
alat
Melakukan tindakan
Siklus I
Melakukan tindakan
siklus II
3. Penyusunan laporan
Menyusun konsep
laporan
mendiskusikan hasil
penelitian
Perbaikan laporan
Penggandaan
dan pengiriman hasil
23
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas / Semester : IV / I
Pertemuan Ke : 1 s/d 2
Alokasi waktu : 2 x 35 menit
24
A Standar Kompetisi
3. Mengolongkan hewan, berdasarkan jenis makanannya.
B. Kompetisi Dasar
3.1 Mengidentifikasi jenis makanan hewan.
C. Indikator
- Mengidentifikasi jenis makanan hewan
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah memperhatikan bab ini siswa dapat :
- Mengidentifikasi jenis makanan hewan
- Menggolongkan hewan herbivore, karnivora dan omnivore
E. Materi Ajar
- Jenis makanan hewan
- Karnivora, herbivore dan omnivora
F. Metode Pembelajaran
Pemecahan masalah, Demontrasi, Diskusi
G. Langkah – langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
- Membagi siswa atas kelompok – kelompok
- Menyiapkan keperludan percobaan
Kegiatan Inti
- Mengamati gambar berbagai jenis hewan
- Menigentifikasi berbagai makanan hewan
- Diskusi penggolongan hewan pemakan rumput, pemakan daging dan pemakan
segala makanan
Kegiatan Akhir
- Pemberian PR
H. Alat dan Sumber Belajar
- Sumber : Buku dunia IPA Kelas 4 penerbit PT Yudistira Ghalia Indonesia hal. 71 –
78 - Alat : - Bermacam jenis hewan ( Gambar )
- LKS
- Gambar peraga ( Disesuaikan )
I. Penilaian
25
- Tes perbuatan, tes tertulis
Diskusikan :
- kucing banyak terdapat di sekitar kita, kadang – kadang kucing makan nasi dan
pada ssat yang lain makan tikus. Apakah dalam hal ini kucing dapat digolongkan
sebagai omnivore ? Ayo diskusikan dengan temanmu ?
Mengetahui,
……………………….
Kepala sekolah Guru Kelas
( ) ( )
RPP Perbaikan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas / Semester : IV / I
Pertemuan Ke : 1 s/d 2
26
Alokasi waktu : 2 X 35 menit
A. Standar Kompetisi
3. Mengolongkan hewan, berdasarkan jenis makanannya.
B. Kompetisi Dasar
3.1 Mengidentifikasi jenis makanan hewan.
C. Indikator
- Mengidentifikasi jenis makanan hewan
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah memperhatikan bab ini siswa dapat :
- Mengidentifikasi jenis makanan hewan
- Menggolongkan hewan herbivora, karnivora dan omnivora.
E. Materi Ajar
- Jenis makanan hewan
- Karnivora, herbivora dan omnivora.
F. Metode Pembelajaran
Pemecahan masalah, Demontrasi, Diskusi
G. Langkah – langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
- Membagi siswa atas kelompok – kelompok
- Menyiapkan keperluan dan percobaan.
Kegiatan Inti
- Mengamati gambar berbagai jenis hewan
- Menigentifikasi berbagai makanan hewan
- Diskusi penggolongan hewan pemakan rumput, pemakan daging dan pemakan
segala makanan Diskusi kelompok
- Memasang jenis hewan dengan jenis makanan yang disediakan
- Mencari ciri sederhana yang membedakan herbivora dengan karnivora dengan
omnivora yaitu struktur giginya.
Kegiatan Akhir
- Pemberian PR
-
H. Alat dan Sumber Belajar
- Sumber : Buku dunia IPA Kelas 4 penerbit PT Yudistira Ghalia Indonesia hal. 71 –
78 - Alat : - Bermacam jenis hewan ( Gambar )
- LKS
27
- Gambar peraga ( Disesuaikan )
I. Penilaian
- Tes perbuatan, tes tertulis
Diskusikan :
- kucing banyak terdapat di sekitar kita, kadang – kadang kucing makan nasi dan
pada ssat yang lain makan tikus. Apakah dalam hal ini kucing dapat digolongkan
sebagai omnivore ? Ayo diskusikan dengan temanmu ?
Mengetahui,
……………………….
Kepala sekolah Guru Kelas
( ) ( )
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran: Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/semester: IV / I
Pertemuan ke : 3 s/d 4
Alokasi waktu : 2 x pertemuan ( 4 jam pelajaran )
28
A. Standar Kompetensi
3.menggolongkan hewan ,berdasarkan jenis makanannya.
B. Kompetensi Dasar.
3.2.Menggolongkan hewan berdasarkan jens makanannya.
C .Indikator
-Menggolongkan hewan yang termasuk herbivora,karnivora,dan omnivora.
D. Tujuan Pembelajaran.
Setelah mempelajari bab ini siswa dapat :
-Menjelaaskan cirri yang tampak yang dimiliki hewan herbivora,karnivora.
E. Materi Ajar.
- jenis makanan hewan
-Karnivora,herbivora,dan omnivora.
F. Metode pembelajaran
Pemecahan masalah,Demonstrasi,Diskusi.
G .Langkah-langkah pembelajaran.
1. kegiatan awal.
- Apersepsi :Tanya jawab materi pertemuan sebelumnya.
2. kegiatan inti.
- guru menjelaskan materi.
- siswa merangkum materi.
3.kegiatan akhir
-kesimpulan
H. Alat dan Sumber Belajar
- Sumber : Buku dunia IPA Kelas 4 penerbit PT Yudistira Ghalia Indonesia hal. 71 –
78 - Alat : -Bermacam jenis hewan ( Gambar )
- LKS
I. Penilaian
- Tes perbuatan, tes tertulis
Ayo jawablah pertanyaan berikut !
1. Mengapa tikus dikatakan sebagai omnivora
2. Apa yang dimakan karnivora.
3. Mengapa kerbau dikatakan sebagai herbivora
4. Bagaimana jika insektivora digolongkan sebagai karnivora?jelaskan pendapatmu?
29
5. Sebutkan ciri-ciri karnivora?
RPP Perbaikan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran: Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/semester: IV / I
Pertemuan ke : 3 s/d 4
Alokasi waktu : 2 x pertemuan ( 4 jam pelajaran )
30
A. Standar Kompetensi
3.menggolongkan hewan ,berdasarkan jenis makanannya.
B. Kompetensi Dasar.
3.2.Menggolongkan hewan berdasarkan jens makanannya.
C .Indikator
-Menggolongkan hewan yang termasuk herbivora,karnivora,dan omnivora.
D. Tujuan Pembelajaran.
Setelah mempelajari bab ini siswa dapat :
-Menjelaskan ciri yang tampak yang dimiliki hewan herbivora,karnivora.
E. Materi Ajar.
- jenis makanan hewan
-Karnivora,herbivora,dan omnivora.
F. Metode pembelajaran
Pemecahan masalah,Demonstrasi,Diskusi.
G. Model Pembelajaran
Example non example
H. Langkah-langkah pembelajaran.
1. kegiatan awal.
- Apersepsi :Tanya jawab materi pertemuan sebelumnya.
2. kegiatan inti.
- guru menempelkan gambar di papan tulis
- siswa merangkum materi.
3.kegiatan akhir
-kesimpulan
H. Alat dan Sumber Belajar
- Sumber : Buku dunia IPA Kelas 4 penerbit PT Yudistira Ghalia Indonesia hal. 71 –
78 - Alat : -Bermacam jenis hewan ( Gambar )
- LKS
I. Penilaian
- Tes perbuatan, tes tertulis
Mengetahui Guru Kelas
Kepala Sekolah
31
( ) ( )
32