HASIL DAN PEMBAHASAN
1. PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL BARU
a. Pendahuluan
Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis yang banyak bagi perkembangan
suatu usaha pertanian, diantaranya pertumbuhan tanaman menjadi seragam sehingga panen menjadi
serempak, rendemen lebih tinggi, mutu hasil lebih tinggi dansesuai dengan selera konsumen, dan tanaman
akan mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap gangguan hama dan penyakit dan beradaptasi yang
tinggi terhadap lingkungan sehingga dapat memperkecil penggunaan input seperti pupuk dan pestisida.
ketersediaan benih dengan varietas yang berdaya hasil tinggi dan mutu yang baik.
Daya hasil yang tinggi serta mutu yang terjamin pada umumnya terdapat pada varietas unggul. Namun
manfaat dari suatu varietas akan dirasakan oleh petani atau konsumen apabila benih tersedia dalam
jumlah yang cukup dengan harga yang sesuai dengan pertanian modern, benih berperan sebagai delivery
mechanism yang menyalurkan keunggulan teknologi kepada petani dan konsumen lainnya.
Salah satu yang berpengaruh dalam peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan adalah
penggunaan benih varietas unggul bermutu yang didukung oleh penerapan teknologi sesuai dengan
anjuran. Oleh karena itu, ketersediaan benih bermutu terus diupayakan mengingat manfaat dari
penggunaan benih tersebut.
b. Pengertian dan Karakteristik Benih pada Padi Sawah
Varietas unggul padi sawah merupakan galur hasil pemuliaan yang mempunyai salah satu atau lebih
keunggulan khusus seperti potensi hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit dan toleran terhadap
cekaman lingkungan, mutu produk, dan atau sifat-sifat lainnya. Varietas unggul salah komponen teknologi
yang penting untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani padi. Berbagai varietas unggul
telah tersedia dan dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah, preferensi petani, dan keinginan pasar
Jenis dan karakteristik dari varietas unggul meliputi :-
1. Varietas Unggul Baru (VUB)Kelompok tanaman padi yang memiliki karakteristi umur kisaran 100-
135 HSS(hari setelah sebar), anakan banyak (>20 tunas/rumpun), bermalai agak lebat
(±150gabah/malai).-
2. Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB)Kelompok tanaman padi yang memiliki karakteristik postur
tanaman tegap, berdaun lebar dan berwarna hijau tua, beranak sedikit (<15 tunas/rumpun),
berumur100-135 HSS, bermalai lebat (±250 gabah/malai), berpotensi hasil lebih dari 8
tonGKG/ha.-
3. Varietas Unggul Hibrida (VUH)Kelompok tanaman padi yang terbentuk dari individu-individe
generasi pertama(F1) asal suatu kombinasi persilangan memiliki karakteristik potensi hasil
lebihtinggi dari Varietas Unggula Imbrida yang mendominasi areal pertanaman produksi padi
c. Pengembangan Benih dan Varietas Unggul Padi Sawah
Produktivitas varietas sangat bergantung pada genotype (komposisi gen yangdimiliki varietas) dan
kondisi lingkungan tumbuh (interaksi genotype dengan lingkungan).Faktor-faktor lingkungan yang sangat
berpengaruh terhadap penampilan varietas antaralain : kesuburan fisik dan kimiawi tanah, iklim,
keberadaan hama dan penyakit, teknik budidaya yang digunakan.Mutu benih meliputi : mutu genetic, mutu
fisik, dan mutu fisiologis.
Ciri-ciri benih bermutu yaitu:-
1. Varietasnya asli-
2. Benih bernas dan seragam-
3. Bersih, tidak tercampur dengan biji gulma atau biji tanaman lain-
4. Daya berkecambah dan vigor tinggi sehingga dapat tumbuh baik jika ditanam disawah Sehat, tidak
terinfeksi oleh jamur atau serangan hama.Hasil tinggi dan tahan hama penyakit adalah sifat penting yang
dimiliki oleh umumnya varietas unggul.
Pemilihan benih dengan air :
a. Benih dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air dengan volume 2 kalivolume benih, kemudian
diaduk-aduk sebentar.
b. Benih yang terapung, yang mempunyai berat jenis rendah, dipisahkan dari benih lainnya.
c. Benih-benih yang tenggelam yang digunakan dalam pertanaman
d. Sebelum semai, benih terlebih dahulu direndam selama 24 jam dan diperam.-
Ringkasan
Benih dan varietas unggul padi sawah merupakan galur hasil pemuliaan yangmempunyai salah
satu atau lebih keunggulan khusus seperti potensi hasil tinggi, tahanterhadap hama penyakit dan toleran
terhadap cekaman lingkungan, mutu produk, dan atausifat-sifat lainnya. Produktivitas varietas sangat
bergantung pada genotype (komposisi genyang dimiliki varietas) dan kondisi lingkungan tumbuh (interaksi
genotype denganlingkungan). Namun dewasa ini petani tidak hanya dituntut untuk menanam
varietasunggul padi berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap hama penyakit, tetapi dituntut pulauntuk
mengembangkan varietas unggul yang sesuai dengan preferensi konsumen.
d. Penggunaan Air
a. Konsep Hemat Air dalam Budidaya Padi Sawah
Teknologi hemat air dapat diartikan sebagai upaya pemanfaatan air dari berbagai sumber terutama
air gravitasi pada petak usahatani padi sawah agar terjamin produktivitas, efisiensi dan produksi yang
meningkat secara berkelanjutan. Teknik hemat air dalam budidaya padi sawah dapat ditempuh pada
tahapan persiapan lahan dan selama pertumbuhan tanaman bahkan pada fase menjelang panen. Teknik
hemat air dapat dilakukan dengan cara perbaikan atau penyesuaian teknik budidaya dengan cara
perbaikan atau penyesuaian teknik budidaya dengan potensi sumber daya air setempat dan melalui inovasi
cara pemberian air.
b. Memahami Kebutuhan Air Aktual
Kebutuhan air aktual padi sawah merupakan air yang digunakan untuk evapotranspirasi (ET).
Manfaat dari hasil pengukuran kebutuhan air aktual yaitu dapat ditentukannya jumlah kebutuhan air irigasi
pada berbagai fase pertumbuhan tanaman ataupun berbasis periode waktu tertentu setelah dikurangi
curah hujan efektif.
c. Teknik Drainase Permukaan
Drainase permukaan yaitu membuang kelebihan air akibat curah hujan atau irigasi yang berlebihan
dengan tujuan agar tanaman lebih kuat (tidak rebah), kondisi aerobik tanah terjaga dan mengatur
pembentukan anakan. Drainase permukaan biasanya dilakukan pada musim hujan. Drainase permukaan
biasanya diperlukan pada daerah dengan topografi datar, curah hujan tinggi, pembentukan akar intensif,
mengurangi kerebahan batang, dan mineralisasi nitrogen tanah diperbaiki. Fase pertumbuhan tanaman
padi sawah memerlukan tindakan drainase permukaan terutama menjelang tanaman panen. Drainase
permukaan lebih efektif yaitu dengan pembuatan parit tengah (ukuran lebar 30 cm dan dalam 30 cm)
dengan jarak 1,5 meter sampai 2,0 meter tergantung tekstur tanah. Pada fase pematangan, tanah perlu
didrainase yaitu dua minggu menjelang panen (batas waktu kritis), drainase permukaan yang dilakukan
pada waktu seminggu menjelang panen mengakibatkan kerusakan tanaman dan menggangu proses
panen. Selain itu tanaman padi sawah mempunyai masa kritis terhadap ” full submergence” ( pertumbuhan
penuh ) dari primordia bunga sampai pembungaan dan dengan tinggi genangan air (25 % dari tinggi
tanaman) selama fase tersebut akan mengurangi hasil 20 – 30 %.
Drainase permukaan dapat dilakukan pada umur tanaman 30 – 40 hari setelah tanam (sebelum
tercapai anakan maksimal) selama 5 - 7 hari untuk menekan munculnya anakan yang tidak produktif,
sehingga tingkat produksi gabah per malai, bobot individu gabah dan hasil meningkat. Teknik ini sesuai
dilakukan terutama pada lahan sawah dengan kondisi drainase buruk. Teknik ini dapat dilakukan pada
musim hujan maupun kemarau.
2. PERSEMAIAN PADI SAWAH
a. Persiapan Media
Tanah digunakan untuk media pertumbuhan tanaman di persemaian. Tanah dianjurkan berasal
dari lahan sawah bagian atas (top soil). Persiapan media semai menggunakan media campuran tanah dan
pupuk organic dengan perbandingan 4 : 1 atau dapat juga campuran tanah dengan pupuk NPK 3
gram/dapog.
b. Pemilihan Benih
Benih dipilih yang sehat, tidak tercampur dengan biji tanaman lain dan varietas yang digunakan
sesuai dengan keinginan. Benih dapat diseleksi dengan menggunakan camuran air dan garam dengan
perbandingan 10 liter air dengan 1,2 kg garam. Masukkan benih ke dalam larutan garam kemudian buang
bibit yang melayang dan gunakan benih yang tenggelam. Benih yang terpilih ini kemudian dicuci dengan
air bersih. Kemudian benih tersebut direndam selama 24 jam, kemudian ditiriskan. Untuk daerah yang
terserang hama penggerek batang, disarankan untuk memberikan perlakuan benih dengan pestisida
berbahan aktif fipronil. Perlakuan pestisida ini juga dapat membantu pengendalian keong mas di areal
persemaian/ pertanaman awal. Selanjutnya benih diperam selama 24 jam. Setelah diperam akan terlihat
adanya bintik putih pada lembaga tetapi belum tumbuh akar. Hal ini merupakan tanda benih siap untuk
disemaikan dalam dapog
c. Persemaian Padi
Persemaian Lahan Kering
Untuk cara ini dapat disiapkan dapog/kotak ukuran panjang 60cm, lebar 18cm, dan tinggi 2,5 cm.
Untuk mengatur drainase, alas plastik dibuat lubang dengan ukuran diameter 0,2-0,3 cm dan jarak antar
lubang 2x2 cm atau 2x3 cm. Dapog tersebut diisi dengan media yang sudah diayak dan dicampur pupuk
organic atau NPK setinggi 2 cm. Kemudian disiram air secukupnya sampai lembab. Setelah itu taburkan
benih padi yang terpilih sebanyak kurang lebih 60 s.d. 70 gram (setara 3/4 gelas air mineral)per kotak,
sehingga dalam 1 ha membutuhkan benih sekitar 13 kg. Selanjutnya benih ditutup kembali dengan abu
sekam atau tanah secara merata setebal 0,3-0,5 cm. Untuk menghindari percikan hujan atau sinar
matahari secara langsung sebaiknya dapog ditutup dengan daun kelapa atau daun pisang. Untuk lahan 1
ha diperlukan sekitar 175 - 185 dapog.
Persemaian Basah/Lahan Sawah
Persemaian dapat menggunakan dapog atau plastik yang dibentangkan di lahan sawah. Lahan
sawah yang digunakan untuk persemaian harus rata dan bersih dari sisa jerami atau gulma. Panjang
plastik dapat sesuai dengan kebutuhan. Plastik perlu dilubangai untuk mengatur aerasi pada
persemaian.Plastik dibentangkan di atas lahan sawah kemudian plastik tersebut dapat diisi dengan tanah
sawah yang bersih dari kotoran (rumput, gulma, sisa jerami padi) setinggi 2 cm.
Kemudian sebarkan benih dengan kerapatan 0,7-0,8 kg/m2 Selanjutnya benih ditutup kembali dengan abu
sekam atau tanah secara merata setebal 0,3-0,5 cm
d. Pemilihan Persemaian
Penyiraman dilakukan sejak bibit berumur 4 hari sampai bibit siap tanam. Penyiraman dilakukan
secara merata, terutama pada bagian pinggir dapog setiap 1 - 2 hari sekali pada waktu pagi. Penyiraman
dilakukan sampai air menembus pada bagian bawah dapog. Apabila bibit berwarna kuning dapat dipupuk
dengan Phonska 1 gram/dapog. Pupuk dilarutkan dalam 500 ml air kemudian disiramkan secara merata.
Setelah itu disiram kembali dengan air bersih (dibilas) untuk mencegah pupuk tertinggal di daun.
Bibit padi dalam dapog dapat dipindahtanamkan saat berumur 14 hari dan paling akhir adalah 18
hari setelah semai. Pengambilan bibit dengan model persemaian kering menggunakan dapog dapat
langsung digulung sedangkan jika persemaian dengan model persemaian hamparan di sawah benih harus
dipotong sesuai ukuran mesin tanam.
3. PEMUPUKAN BERIMBANG PADI SAWAH
(KETERSEDIAAN PUPUK)
a. Latar Belakang
Akhir-akhir ini berdasarkan hasil ubinan yang ada menunjukkan bahwa produksi yang telah dicapai
pada saat ini tidak ada kenaikan produksi dibanding tahun-tahun yang telah lalu, boleh dikatakan
produksinya menurun. Kenaikan produksi yang Nampak telah dicapai di tahun 1980 s/d 1985, pada saat itu
kita telah mencapai swasembada beras, kita mampu mengexport beras kenegara yang membutuhkan.
Adanya kecenderungan penurunan produksi, dapat diistilahkan gejala leveling of, dari hasil penelitian dari
para ahli, kondisi ini diakibatkan oleh perlakuan pemupukan yang tidak rasional, kecenderungan
pemupukan N yang berlebihan, tidak diimbangi dengan pemberian unsure yang lain yang cukup, sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi hara tanah yang ada
b. Fungsi & Manfaat Pemupukan Berimbang
Pupuk Nitrogen (N) yang dapat berupa Amonium sulfat/ ZA (NH4)2SO4, Urea (CO (NH2)2),
Amonium nitrat (NH4NO3).
Fungsi dari pupuk nitrogen antara lain :
- Merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun
- Membuat warna daun lebih tampak hijau
- Memperbanyak anakan
- Memperbaiki mutu dan jumlah hasil
Pupuk P ( Fosfor )
Yang termasuk pupuk ini adalah super pospat tunggal (ES), Double superfosfat (DS) dan Triple super
fosfat (TSP ), pupuk fosfor sebetulnya juga larut dalam air tetapi tidak secepat pupuk urea, pupuk ini
berfungsi :
- Memperpanjang pertumbuhan akar, sehingga tanaman mudah menyerap makanan
- Menguatkan batang dan mempercepat proses pemasakan buah
- Memperbaiki mutu dan jumlah hasil
Pupuk K ( Kalium)
Yang termasuk dalam pupuk kalium adalah pupuk kalium tunggal antara lain kalium sulfat (ZK), kalium
magnesium sulfat.
Fungsi kalium bagi tanman :
- Memperbaiki pertumbuhan tanaman
- Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama/penyakit
- Memperbaiki mutu hasil
4. PEMUPUKAN ORGANIK PADA TANAMAN PADI
Rakitan teknologi revolusi hijau tahun 1980-an yang diperkenalkan kepada petani menyebabkan petani
sangat tergantung pada pupuk dan pestisida anorganik dalam kegiatan budidaya padi. Ketergantungan
petani terhadap pupuk dan pestisida anorganik dengan dosis yang berlebihan dalam budidaya padi
tersebut ternyata menurunkan kandungan bahan organik tanah, mencemari lingkungan, dan menyebabkan
tidak terkendalinya hama penyakit sebagai akibat ekosistem yang tidak stabil. Dampak negatif revolusi
hijau menginspirasi para petani, pelaku usaha dan pemangku kepentingan lain untuk berpaling pada
pengembangan sistem pertanian organik.
Sistem pertanian organik Pada prinsipnya sistem pertanian organik merupakan sebuah sistem
usahatani yang menganut prinsip-prinsip alam dalam membangun keseimbangan agroskosistem, agar
bermanfaat bagi tanah, air, udara, tanaman dan seluruh mahluk hidup yang ada (termasuk organisme
penganggu), serta mampu menyediakan bahan pangan yang sehat bagi kebutuhan manusia.
Adapun pertanian organic memiliki dua makna, yaitu sebagai berikut: Pertanian organik dalam arti
sempit berarti pertanian yang bebas dari bahan-bahan kimia. Dalam pertanian organik, perlakuan benih,
penggunaan pupuk, pengendalian hama penyakit, sampai pasca panen tidak sedikitpun melibatkan zat
kimia, tetapi menggunakan bahan hayati (alami). Adapun pertanian organik dalam arti luas merupakan
sistem produksi pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari atau membatasi
penggunaan bahan kimia sintetis, baik berupa pupuk kimia, pestisida, herbisida, zat pengatur tumbuh,
maupun aditif pakan. Konsep awal pertanian organik yang ideal yaitu menggunakan seluruh input yang
berasal dari dalam pertanian itu sendiri. Dengan demikian penggunaan input dari luar sangat dibatasi atau
dijaga hanya minimal sekali.Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan sistem pertanian
organik, antara lain, yaitu 1) kesuburan tanah yang ada harus dipertahankan dan diperbaiki melalui
penerapan teknologi budidaya yang tepat; 2) penggunaan input dari luar yang bersifat sintetis harus
dikurangi; 3) keanekaragaman agroekosistem harus dibangun melalui pola tanam, pengendalian hama
penyakit tanaman secara terpadu, serta penggunaan pupuk hayati, 4) efisiensi dalam proses produksi
harus ditingkatkan agar keuntungan yang diperoleh petani pun meningkat; dan 5) pemberdayaan petani
perlu dilakukan untuk meningkatkan rasa percaya diri petani atas keberhasilan usahataninya.
5. PANEN DAN PASCA PANEN PADI
a. Pendahuluan
Usaha peningkatan produksi pertanian khususnya produksi beras ditempuh melalui 2 (dua) cara yaitu
perbaikan teknologi prapanen (sebelum panen) dan perbaikan teknologi pasca panen (setelah panen).
Usaha-usaha dalam prapanen telah cukup memuaskan dengan tercapainya swasembada pangan Usaha-
usaha prapanen ini belum cukup jika tidak ditunjang denganteknologi pasca panen.
Teknologi pasca panen memegang peranan dalam menyelamatkan hasil yang dan usaha yang dicapai dari
prapanen Yang dimaksud dengan pasca panen adalah rangkaian kegiatan sejak panen sampai dengan
bahan siap untuk di konsumsi yaitu meliputi panen , perontokan, pembersihan, pengeringan,
pengangkutan, penyimpanan, pewadahan dan penggilingan.Peran teknologi pasca panen sangat besar
karena:
1. Hasil panen pada umumnya tidak dapat langsung di makan, tetapi terlebih dahulu memerlukan
beberapa perlakuan.
2. Hasil pada umumnya mudah rusak
3. Hasil panen biasanya terkumpul, sehingga setiap kerusakan yang terjadi pada sebagian hasil
panen akan mudah menjalar ke bagian lain dan menimbulkan kerugian yang besar
4. Paska panen memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam usaha penyelamatan hasil yang
telah di capai dengan usaha intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi.
5. Pasca panen merupakan sarana penting bagi pembangunan industri hasil-hasil pertanian dan
penganekaragaman makanan.
Penerapan teknis Pasca panen yang kurang tepat akan mengakibatkan kehilangan kuantitatif
(susut bobot) dan kehilangan kualitatif (penurunan mutu).Di Indonesia diperkirakan angka kehilangan
kuantitatif dapat berkisar antara 12 — 21 % karena masih banyaknya petani yang belum menerapkan
teknologi pasca panen yang tepat. Adanya susut kuantitatif menyebabkan turunnya volume/bobot
persatuan berat. Sedangkan di lihat dan segi kualitatif menyebabkan rendahnya kualitas hasil yang dapat
berpengaruh terhadap proses pemasaran dan pendapatan petani.
b. Tujuan
Kegiatan pasca panen bertujuan untuk meningkatkan mutu, menekan tingkat kehilangan hasil atau
kerusakan, memperpanjang daya simpan dan daya guna nilai tambah hasil budidaya tanaman.
Para petani melaksanakan proses pengamanan produksi pada tahap paling rawan yakni panen, perawatan
dan pengeringan. Pasca panen yang masih kurang menyebabkan tingkat kehilangan hasil sejak panen
sampai penyimpanan cukup tinggi.
Sasaran perbaikan teknologi pasca panen padi adalah:
1. Memperbaiki mutu gabah yang dihasilkan oleh petani, sehingga mendapatkan harga
jual tinggi.
2. Mengurangi kehilangan kuantitatif dan kualitatif dalam penanganan hasil mulai dan
panen sampai dengan siap untuk dijual dalam bentuk gabah dan beras.
3. Menggunakan peralatan pasca panen yang tepat guna.
6. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA PADI SAWAH
Produksi dan produktivitas tanaman padi di Indonesia sering kali mengalami penurunan bahkan
sampai terjadi puso akibat adanya serangan hama. Hal ini disebabkan selain iklim indonesia sangat
menunjang perkembangan populasi hama juga sangat dipengaruhi oleh perilaku petani yang menanam
padi secara terus-menerus tanpa adanya pergantian tanaman. Kondisi seperti ini akan menyediakan inang
hama padi secara kontinyu tanpa terputus. Selain itu perkembangan populasi hama juga disebabkan oleh
matinya musuh-musuh alami akibat dari penggunakan pestisida kimiawi yang kurang tepat dan kurang
bijaksana.
a. Hama pada fase persemaian
Wereng Coklat (Nilaparvata lugens). Hama ini dapat menyebabkan tanaman padi mati kering dan
tampak seperti terbakar atau puso, serta dapat menularkan beberapa jenis penyakit. Tanaman
padi yang rentan terserang wereng coklat adalah tanaman padi yang dipupuk dengan unsur N
terlalu tinggi dan jarak tanam yang merupakan kondisi yang disenangi wereng coklat.
Wereng Hijau (Nephotettix virescens). Hama wereng hijau merupakan hama penyebar (vector)
virus tungro yang menyebabkan penyakit tungro. Fase pertumbuhan padi yang rentan serangan
wereng hijau adalah saat fase persemaian sampai pembentukan anakan maksimum, yaitu umur ±
30 hari setelah tanam.
Hama Putih Palsu (Chanaphalocrosis medinalis). Hama putih palsu menyerang bagian daun
tanaman padi, larva akan memakan jaringan hijau daun dari dalam lipatan daun meninggalkan
permukaan bawah daun yang berwarna putih. Tanda pertama adanya infestasi adalah kehadiran
ngengat di sawah. Ngengat berwarna kuning coklat, pada bagian sayap depan ada tanda pita
hitam sebanyak tiga buah yang garisnya lengkap atau terputus. Pada saat beristirahat, ngengat
berbentuk segitiga.
Tikus Sawah (Rattus argentiventer). Tikus merusak tanaman pada semua fase pertumbuhan
dan dapat menyebabkan kerusakan besar apabila tikus menyerang pada saat primodia. Tikus
akan memotong titik tumbuh atau memotong pangkal batang untuk memakan bulir gabah.
Tikus menyerang pada malam hari dan pada siang hari tikus bersembunyi di lubang pada tanggul
irigasi, pematang sawah, pekarangan, semak atau gulma.
Keong Mas (Pomacea canaliculata). Keong mas merusak tanaman dengan cara memarut jaringan
tanaman dan memakannya, menyebabkan adanya bibit yang hilang per tanaman. Waktu kritis
untuk mengendalikan serangan keong mas adalah pada saat 10 hst atau 21 hari setelah sebar
benih (benih basah).
7. PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI
BERDASARKAN : PERATURAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013
TENTANG
PEDOMAN PEMBINAAN KELOMPOK TANI
DAN GABUNGAN KELOMPOK TANI
a. Kelembagaan Petani
Kelembagaan petani adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk petani guna
memperkuat dan memperjuangkan kepentingan petani. Kelompok tani yang selanjutnya disebut
poktan adalah Kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan;
kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya; kesamaan komoditas; dan Keakraban
untuk meningkatkan dan Pengembangkan usaha anggota.
b. Unsur pengikat kelompok tani
· Adanya kawasan usahatani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para anggotanya.
· Adanya kader tani yang berdedikasi tinggi untuk menggerakkan para petani dengan kepemimpinan yang
diterima oleh sesama petani lainnya.
- Adanya kegiatan yang manfaatnya dapat dirasakan oleh sebagian besar anggotanya.
- Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang program yang telah
ditetapkan.
- Adanya pembagian tugas dan tanggungjawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama.
c. Ciri ciri kelompok tani
Saling mengenal, akrab dan saling percaya di antara sesama anggota.
Mempunyai pandangan dan kepentingan serta tujuan yang sama dalam berusahatani
Memiliki kebersamaan dalam tradisi dan/atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status
ekonomi dan sosial, budaya/kultur, adat istiadat, bahasa serta ekologi.
d. Fungsi Kelompok tani
Kelas Belajar: Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggota guna
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar tumbuh dan berkembang menjadi usaha tani
yang mandiri sehingga dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan serta kehidupan yang lebih baik.
Wahana Kerjasama: Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama baik di antara
sesama petani dalam poktan dan antar poktan maupun dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini
diharapkan usahatani lebih efisien dan lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan,
gangguan serta lebih menguntungkan.
Unit Produksi: Usahatani yang dilaksanakan oleh masingmasing anggota poktan secara keseluruhan
harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomis
usaha, dengan menjaga kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
e. Dasar dasar penumbuhan kelompok tani:
Penumbuhan poktan, dapat dimulai dari kelompok kelompok/organisasi sosial yang ada di masyarakat
(misalnya kelompok pengajian, kelompok arisan, kelompok remaja desa, kelompok adat dan lain-lain) yang
selanjutnya melalui kegiatan penyuluhan pertanian diarahkan untuk menumbuhkan poktan, yang terikat
oleh kepentingan dan tujuan bersama dalam meningkatkan produksi dan produktivitas serta pendapatan
dari usahataninya.
· Kelompok tani juga dapat ditumbuhkan dari petani dalam satu wilayah (satu RW/dusun atau lebih,
satu desa/kelurahan atau lebih), dapat berdasarkan domisili atau hamparan tergantung dari kondisi
penyebaran penduduk dan lahan usahatani sesuai kebutuhan mereka di wilayahnya.
· Kelompok tani ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk petani dengan jumlah anggota berkisar
antara 20 sampai 25 orang petani atau disesuaikan dengan kondisi lingkungan masyarakat dan
usahataninya.
· Kegiatan-kegiatan poktan yang dikelola tergantung kepada kesepakatan anggota, dapat berdasarkan
jenis usaha, unsurunsur subsistem agribisnis (pengadaan sarana produksi pertanian, pemasaran,
pengolahan hasil pertanian, dll).
· Dalam penumbuhan poktan, yang perlu diperhatikan adalah kondisi-kondisi kesamaan kepentingan,
sumberdaya alam, sosial-ekonomi, keakraban, saling mempercayai, dan keserasian hubungan antar
petani. Hal ini dapat menjadi faktor pengikat untuk kelestarian kehidupan berkelompok, dimana setiap
anggota kelompok dapat merasa memiliki dan menikmati manfaat dari apa yang ada dalam kegiatan
poktan.
f. Prinsip prinsip penumbuhan kelompok tani·
Kebebasan, artinya menghargai para individu/petani untuk berkelompok sesuai keinginan dan
kepentingannya. Setiap individu memiliki kebebasan untuk menentukan serta memilih kelompoktani yang
mereka kehendaki sesuai dengan kepentingannya. Setiap individu dapat menjadi anggota satu atau lebih
dari kelompok tani.
8. SELEKSI BENIH PADI MENGGUNAKAN LARUTAN GARAM DAN TELUR
a. Gabah padi
Gabah padi dapat dikelompokan dalam dua grup, yaitu gabah yang memiliki densitas tinggi (DT)
dan gabah dengan densitas rendah (DR). Gabah dengan DT memiliki spesifik gravitasi sekurang-
kurangnya 1.20, sedangkan gabah dengan densitas rendah spesifik gravitasi gabah sebesar 1.05 bahkan
kurang. Gabah dengan DR yang tinggi memiliki abnormalitas bibit rendah. Pada benih dengan gabah
densitas tinggi, lebar dan berat daun serta jumlah penggunaan karbohidrat oleh bibit lebih tinggi
dibandingkan dengan gabah yang densitasnya rendah. Dilapangan, bibit yang berasal dari gabah dengan
densitas tinggi akan lebih baik dari bibit yang berasal dari gabah dengan densitas rendah. Benih dengan
kualitas baik akan meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil.
Penggunaan benih bersertifikat dan benih dengan berdaya kecambah lebih dari 90 % (bermutu)
sangat disarankan , kerena :
1. Benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak.
2. Benih yang baik akan menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhan yang seragam.
3. Ketika ditanam pindah, bibit dari benih yang baik dapat tumbuh lebih cepat dan tegar.
4. Benih yang baik akan memberikan hasil tinggi.
Cara memilih benih yang baik
Untuk memilih benih yang baik, bisa digunakan larutan garam 3 % dan 1 butir telur.
Seleksi benih menggunakan larutan garam dan telur
Siapkan ember untuk membuat larutan garam, isi dengan air 3 liter,masukan telur sebagai
indikator larutan cukup(telur terapung)
setelah benih di masukan aduk kemudian biarkan, lihat mana benih yang tenggelam,
mengambang atau terapung.
Benih yang mengambang dan terapung buang/pisahkan dengan benih yang tenggelam.
Benih yang tenggalam menandakan bahwa benih tersebut bernas, sebelum disebarkan ke
pembibitan,
Benih dibilas agar tidak mengandung larutan pupuk atau garam untuk kemudian direndam
selama 24 jam dan setelah itu ditiriskan selama + 48 jam untuk disemaikan.
9. TANAM PADI SISTEM JAJAR LEGOWO
a. Sistem Tanam Jajar Legowo
Dalam upaya pencapaian target program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)
pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian melalui Badan Pengembangan dan Penelitian telah
banyak mengeluarkan rekomendasi untuk diaplikasikan oleh petani. Salah satu rekomendasi ini adalah
penerapan sistem tanam yang benar dan baik melalui pengaturan jarak tanam yang dikenal dengan sistem
tanam jajar legowo.
Dalam melaksanakan usaha tanam padi ada bebarapa hal yang menjadi tantangan salah satunya
yaitu bagaimana upaya ataupun cara yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi padi yang
tinggi. Namun untuk mewujudkan upaya tersebut masih terkendala karena jika diperhatikan masih banyak
petani yang belum mau melaksanakan anjuran sepenuhnya. Sebagai contoh dalam hal sistem tanam
masih banyak petani yang bertanam tanpa jarak tanam yang beraturan. Padahal dengan pengaturan jarak
tanam yang tepat dan teknik yang benar dalam hal ini adalah sistem tanam jajar legowo maka akan
diperoleh efisiensi dan efektifitas pertanaman serta memudahkan tindakan kelanjutannya.
Istilah jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang secara harfiah tersusun dari kata “ lego (lega)”
dan “dowo(panjang)” yang secara kebetulan sama dengan nama pejabat yang memperkenalkan cara
tanam ini. Sistem tanam jajar legowo diperkenalkan pertama kali oleh seorang pejabat Kepala Dinas
Pertanian Kabupaten Banjar Negara Provinsi Jawa Tengah yang bernama Bapak Legowo yang kemudian
ditindak lanjuti oleh Departemen Pertanian melalui pengkajian dan penelitian sehingga menjadi suatu
rekomendasi atau anjuran untuk diterapkan oleh petani dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman
padi.
b. Pengertian system Tanam jajar Legowo
Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan mengatur
jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong
dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan. Sistem tanam jajar
legowo merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT).
Sistem tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman
sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan
kosong. Seperti diketahui bahwa tanaman padi yang berada dipinggir memiliki pertumbuhan dan
perkembangan yang lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga
memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman yang
berada dipinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak (efek tanaman pinggir).
Adapun manfaat dan tujuan dari penerapan sistem tanam jajar legowo adalah sebagai berikut :
Menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 30 % yang diharapkan akan meningkatkan
produksi baik secara makro maupun mikro.
Dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan dan
pengendalian hama penyakit tanaman yaitu dilakukan melalui barisan kosong/lorong.
Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus. Pada lahan yang
relatif terbuka hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya dan dengan lahan yang relatif terbuka
kelembaban juga akan menjadi lebih rendah sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan.
Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam barisan.
Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo akan menambah kemungkinan barisan tanaman
untuk mengalami efek tanaman pinggir dengan memanfaatkan sinar matahari secara optimal bagi
tanaman yang berada pada barisan pinggir. Semakin banyak intensitas sinar matahari yang
mengenai tanaman maka proses metabolisme terutama fotosintesis tanaman yang terjadi di daun
akan semakin tinggi sehingga akan didapatkan kualitas tanaman yang baik ditinjau dari segi
pertumbuhan dan hasil.
10. TEKNIK PENGOLAHAN TANAH PERSAWAHAN
Pada Musim Tanam padi yang ke dua masyarakat kecamatan Gedangsari biasanya mengolah
lahan tanah yang di miliki dengan cara di sawah di sebabkan air untuk menggarap tanah masih sangat
mencukupi karena masih banyak curah hujan.
Pengolahan tanah bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang semula keras
menjadi datar dan melumpur. Dengan begitu gulma akan mati dan membusuk menjadi humus, aerasi
tanah menjadi lebih baik, lapisan bawah tanah menjadi jenuh air sehingga dapat menghemat air. Pada
pengolahan tanah sawah ini, dilakukan juga perbaikan dan pengaturan pematang sawah serta selokan.
Pematang ( galengan ) sawah diupayakan agar tetap baik untuk mempermudah pengaturan irigasi
sehingga tidak boros air dan mempermudah perawatan tanaman.
Agar memberikan hasil maksimal, lahan sawah haruslah diolah secara baik. Pengolahan lahan yang baik
sebelum padi di tanami adalah salah satu kunci utama dari keberhasilan panen. Pengolahan lahan yang di
peruntukan bagi tanaman padi sangatlah penting untuk diperhatikan. Karena lahan sawah (tanah sawah)
merupakan tempat mengambil cadangan hara yang dibutuhkan bagi tanaman padi. Oleh karena itu,
pertumbuhan tanaman padi diantaranya akan dipengaruhi oleh sejauh mana proses pengolahan yang
dilaksanakan sebelum di tanami.
a. Proses Pembajakan Lahan Persawahan
Pengolahan pertama dilakukan dengan cara membajak. Pembajakan bisa dengan cara tradisional
maupun modern. Cara tradisional menggunakan bajak/singkal dengan bantuan tenaga sapi atau kerbau
sedangkan cara modern menggunakan bajak traktor tangan. Proses pembajakan ini dilakukan dengan cara
membalikkan lapisan olah tanah agar sisa – sisa tanaman seperti rumput, dan jerami dapat terbenam.
Setelah tanah dibajak, maka dibiarkan beberapa hari, agar terjadi proses fermentasi untuk membusukkan
sisa tanaman dan jerami di dalam tanah.
Selama proses tersebut sebaiknya ditambahkan bahan organik atau pupuk kandang lainnya.
Tujuannya agar kandungan hara dan pertumbuhan mikroba dalam tanah dapat meningkat. Disamping itu,
penggunaan bahan organik dan pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah
serta faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang biasanya tidak disediakan oleh pupuk kimia (anorganik).
Gunakan bahan organik atau pupuk kandang sebanyak 2-3 ton/ha. Bahan organik atau pupuk kandang
tersebut antara lain berupa kompos, jerami, kotoran sapi atau ayam, pupuk hijau dan pupuk organik
lainnya. Pupuk kandang dan sumber organik lainnya digunakan pada saat pengolahan lahan untuk
meningkatkan kesuburan tanah dan kadar bahan organik tanah.
Setelah selesai pengolahan pertama dilanjutkan dengan pengolahan kedua. Dalam pengolahan kedua
ini dilakukan proses penggemburan atau proses pencampuran antara bahan organik dengan tanah. Proses
ini dimaksudkan agar bahan organik dapat menyatu dengan lapisan olah tanah. Usahakan selama
pengolahan ini pasokan air agar mencukupi. Jangan terlalu kering dan jangan terlalu basah. Proses
pencampuran ini dilakukan sampai bahan organik benar-benar menyatu dan melumpur dengan lapisan
olah tanah.
Proses selanjutnya permukaan tanah diratakan dengan bantuan alat berupa papan kayu yang ditarik
sapi atau kerbau (tradisional). Atau, dengan menggunakan traktor tangan (modern). Proses ini
dimaksudkan agar lapisan olah tanah benar-benar siap untuk ditanami padi pada saat tandur dilaksanakan,
dan agar tidak terjadi keterlambatan pindah tanam, waktunya berkisar antara 15-21 hari.