JURNAL
REPRESENTASI KASIH SAYANG AYAH KEPADA ANAK DALAM FILM
ANIMASI “SHELTER”
(Analisis Semiotika Tentang Representasi Kasih Sayang Ayah Kepada Anak
Dalam Film Animasi “Shelter”)
Disusun oleh:
AHMAD FATTAH KURNIAWAN
D1216004
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Program Studi Komunikasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
REPRESENTASI KASIH SAYANG AYAH KEPADA ANAK DALAM FILM
ANIMASI “SHELTER”
(Analisis Semiotika Tentang Representasi Kasih Sayang Ayah Kepada Anak Dalam Film Animasi “Shelter”)
Ahmad Fattah Kurniawan
Prahastiwi Utari
Program Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Universitas Sebelas Maret Surakarta
AbstractOne animated film that has quite a lot of viewers on YouTube is "Shelter". The film also received a good response from the audience and was quite mass. The large response from the audience signifies an attachment between the film "Shelter" and human life. This film shows the influence of Rin's father's affection for Rin which can make his child get past the bitter reality. This study aims to describe how the representation of the father's affection to children in the film "Shelter" in the view of Japanese culture.Formerly a father in a Japanese family had a hard, rigid stereotype and only served as a family economic provider. But now that view has changed a lot because of the ikumen concept. The concept of ikumen is a concept that invites fathers to play an active role in caring for children. So through this concept father amidst his busy life must be able to show affection to his child.The methodology used in this research is Roland Barthes's semiotics by analyzing through symbols and Japanese cultural myths. From the symbols obtained are used to represent the meanings in the film. Roland Barthes's semiotics has two significance, the first stage of denotation is the most obvious meaning of the sign and the second stage is the connotation which will later be described by myth. From the results of the study, it can be seen that the father's affection for children can be seen in three aspects. First, protect the child shown by Rin's father who built a shelter for Rin and Rin's father willing to sacrifice time, body and life for Rin's future better. Second, educating children is shown by Rin's father educating Rin directly and Rin's father teaches basic things that are the provision for Rin's future. Third, friendship with children is shown by Rin's father who always spends time with Rin and Rin's father showing his affection to Rin. Representation of affection shown in the film "Shelter" is similar to the title, father here acts as a protector of children, the father tries to prepare a good future for children by protecting, educating and being friendly to children. What was done by Rin's father was similar to the concept of ikumen and this concept also made the relationship between father and his child closer..
Keywords: Anime, Father’s Affection, Semiotics
1
2
Pendahuluan
Film memiliki sifat audio visual yang mampu memancing panca indera
manusia dan menuntun emosi penontonnya lewat cerita yang dibawakannya. Film
dengan kemampuannya memainkan emosi penonton melalui apa yang dilihat oleh
panca indra tersebut menjadikan media massa untuk mempresentasikan nilai dan
menjadi hiburan. Film juga sering dijadikan media yang digunakan untuk
menuangkan ide maupun gagasan kreatif. Dari sinilah film dengan kekuatan dan
kemampuannya untuk menarik massa menjadi potensi untuk mempengaruhi
massa (Sobur, 2006: 127). Denis McQuail (2011: 35) menyatakan, film mampu
menjangkau massa dengan cukup cepat, apalagi perkembangan teknologi seperti
internet yang memungkinkan penyebaran film lebih luas dan cepat, jadi massa
dapat dapat menyentuh film dimanapun dan kapanpun. Massa bisa semakin terikat
dengan film-film yang mereka tonton.
Film hadir dengan berbagai bentuknya. Salah satu bentuk film adalah film
pendek. Film pendek adalah bentuk gambar gerak yang dibuat lebih singkat
daripada film pada umumya. Salah satu film pendek yang populer adalah
“Shelter”, sebuah karya kolaborasi antara musisi EDM (Electric Dance Music)
asal Amerika dan Perancis, Porter Robinson & Madeon dengan Studio Animasi
(anime) asal Jepang, A-1 Pictures dan Perusahaan penyedia streaming anime
secara legal, Cruchyroll. Film animasi pendek ini memiliki durasi 6 menit 6 detik.
Kolaborasi ini di unggah lewat Youtube di kanal resmi milik Porter Robinson
pada 18 Oktober 2016 dengan judul “Porter Robinson & Madeon - Shelter
(Official Video) (Short Film with A-1 Pictures & Cruchyroll)”, tetapi judul film
sekaligus music video ini adalah “Shelter”. Menurut data yang dilansir
knowyourmeme.com (2017) menunjukan pada minggu pertama video ini dirilis,
telah terkumpul 4 juta views, dan dalam jangka waktu 3 bulan telah terkumpul 12
juta views.
Singkatnya film pendek ini menceritakan kisah Rin, gadis berusia 17
tahun yang hidup sendirian di Dunia Simulasi yang dia dapat kendalikan lewat
tablet yang selalu dia bawa. Dalam Dunia Simulasi yang dia tinggali, Rin senang
menggambarkan alam-alam, mensimulasikan laut untuk tepatnya bermain, di
3
padang rumput, dan lain-lain. Namun Rin merasa kesepian di Dunia Simulasi
karena tidak ada orang lain selain dirinya sendiri. Lambat laun dia menemukan
rahasia dibalik asal muasal keadaan sulit dan masa lalunya. Di momen tersebutlah
Dunia Simulasi dimana dia tinggal mengalami glitch atau kesalahan jangka
pendek dalam sistem komputer. Glitch tersebut membawa Rin ke ingatan masa
lalunya, disitu dia mengingat ayahnya. Disaat itu juga Rin mengetahui bahwa dia
dimasukan ke Dunia Simulasi di dalam pod penyelamatan darurat yang ada di
film-film sci-fi oleh ayahnya agar terhindar dari bahaya yang mengancam bumi.
Beberapa kritikus dan hasil review dari media besar seperti
Billboard dan Rolling Stone juga memberikan apresiasi yang baik terhadap
“Shelter”. Banyak juga video yang diunggah di Youtube untuk merespon film
pendek ini, seperti yang ada di kanal FBE, Gigguk, Chibi Reviews, dan banyak
lagi. Tidak hanya di Youtube tetapi berbagai platform internet juga ramai, seperti
Tumblr, Deviantart, dan Reddit. Pada Deviantart dan forum Reddit pencarian
terkait “Shelters” meningkat dan sempat menjadi salah satu topik yang terpopuler
pada saat itu. Hal yang sering diutarakan oleh penggemarnya dan hal ini selalu
ada untuk merespon “Shelter” di media apapun adalah rasa simpati kepada Rin
dan simpati itu banyak yang menjadi empati, contohnya dengan membuat fan art
Rin di berbagai media. Di Deviantart, situs komunitas artwork, videografi, dan
fotografi menunjukan karya mereka ditemukan sebanyak 147,875 hasil terkait
dengan “Shelter” yang kebanyak berupa fan art.
Film yang diunggah ke Youtube dengan jumlah views 30,396,444, like
818,015, dislike 7,555 dan 77,376 komentar pada 11 April 2018 ini juga memiliki
respon yang berbeda-beda juga. Ada perbedaan dimana orang menganggap apa
yang dilakukan oleh Ayah Rin itu tidak baik ada juga yang beranggapan hal itu
baik, ada juga yang menginginkan versi panjang dari film ini dan ada yang
mengangap jika ada versi panjang dapat merusak nilai yang terdapat pada film.
Bahkan ada yang membuat petisi online di situs change.org untuk mendukung
dibuatnya versi panjang “Shelter”. Tetapi petisi online tersebut hanya mendapat
366 dukungan, angka yang tidak cukup banyak untuk melakukan gerakan. Banyak
4
penggemar yang menggap jika film ini dibuat panjang akan merusak kesan yang
positif dari apa yang sudah dimiliki oleh film ini sekarang.
Selain ramai dibicarakan, tema yang diangkat dalam cerita juga menarik
dan dunia dalam cerita “Shelter” juga menambah daya tarik film sekaligus music
video ini. Selain itu, pesan yang disampaikan dalam film ini pun sangat kuat
tentang bagaimana kasih sayang ayah kepada anak perempuannya. Anak adalah
tanggung jawab dari orang tua, termasuk ayah. Hubungan ayah dengan anak tidak
kalah pentingnya dibanding anak dengan ibu, bahkan hubungan ayah dengan anak
perempuan sangat penting untuk perkembangan anak. Menurut hasil penelitian
dari Ohio State University bahwa hubungan ayah dengan anak perempuan yang
dekat dapat membuat anak merasa dilindungi dan dapat mengatasi rasa
kesepiannya (Grabmeier, 2018). Anak perempuan yang tidak terlalu dekat
ayahnya cenderung memiliki rasa kesepian yang lebih dibandingkan dengan anak
perempuan yang punya hubungan dekat dengan ayah. Dari hasil penelitian
tersebut ditemukan juga bahwa anak tidak mendapat perasaan dilindungi dan
mengatasi kesepian dari ibunya, maka hal tersebut adalah peran ayah yang tidak
bisa digantikan oleh ibu. Film “Shelter” menangkap pentingnya hubungan ayah
dengan anak dan mencoba menjadi contoh bentuk hubungan ayah dan anak dalam
mengatasi perasaan kesepian anak.
Ayah yang menunjukan kasih sayangnya sangatlah penting untuk
pertumbuhan anak. Besarnya pengaruh ayah terhadap anak diperlihatkan dalam
film “Shelter”. Hal tersebut yang membuat penliti ingin meneliti lebih dalam
bagaimana representasi kasih sayang ayah kepada anak dalam film animasi
“Shelter” melalui pesan simbol-simbol secara semiotika. Peneliti memilih film
animasi “Shelter” karena film ini memiliki pesan yang kuat dan bermanfaat,
dengan penggambaran tokoh, alur dan latar belakang film yang menambah layak
untuk ditonton. Pencapaian yang didapat dari film ini dan latar belakang
dibuatnya film ini juga menambah menarik.
Film ini bukan hanya bersifat menghibur tetapu juga memberikan
gambaran tentang kasih sayang ayah ke anak. Film ini bisa juga menjadi
pembelajaran untuk orang tua untuk selalu menjaga hubungan dengan anak, agar
5
orang tua bijak dalam memberikan kasih sayang kepada anak dan tidak
menganggap remeh persoalan hubungan orang tua dan anak.
Kisah Rin dan Ayahnya yang saling menyayangi pasti memiliki simbol-
simbol yang dapat dilihat. Dijelaskan oleh Sobur (2006: 15) bahwa simbol-simbol
adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha memaknai hal-hal yang
ada di dunia ini. Menurut Roland Barthes (Sobur, 2006: 15) memaknai berarti
menunjukan objek-objek tidak hanya membawa informasi melainkan
mengkonsitusi sistem terstruktur dari tanda.
Roland Barthes juga mengenalkan gagasan semiotika tentang signifikansi
dua tahap (two order of signification). Metode ini dibagi dua untuk menunjukan
signifikansi pertama atau denotasi (makna nyata dari tanda), berlanjut ke
signifikansi kedua yaitu konotasi yang mencoba memaknai arti dari denotasi
tersebut (Sobur, 2006:129). Pada signifikansi kedua ada peran mitos sebagai
tenaga untuk memberikan penjelasan atau pemahaman tentang suatu tanda. Lewat
analisis semiotika ini kita dapat memahami isi pesan dari Film “Shelter” lebih
dalam.
Rumusan Masalah
Penelitian ini meneliti bagaimana kasih sayang ayah kepada anak yang ada
pada film “Shelter”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
semiotika Roland Barthes untuk menganalisis representasi kasih sayang ayah
kepada anak yang tampak pada film “Shelter”. Untuk memahami secara detail
terkait hal tersebut dibutuhkan tinjauan pustaka terlebih dahulu, agar mengetahui
definisi serta teori-teori yang berkaitan.
Tinjauan Pustaka
1. Pesan Komunikasi
Komunikasi pada mazhab proses menekankan pada tahap proses
komunikasi pada saat transmisi pesan. Mazhab ini tepat digunakan dalam
penlitian terkain khalayak dan efek komunikasi. Mazhab ini emamndang
komunikasi berlangsung satu arah. Berbeda dengan mazhab produksi pesan
dan pertukaran makna yang melihat komunikasi sebagai penciptaan makna.
6
Fokus dari mazhab ini adalah peran komunikasi untuk membentuk dan
menjaga nilai-nilai dan cara nilai-nilai tersebut menjadi bermakna. Mazhab
produksi dan pertukaran makna tidak memiliki konsep kegagalan komuniaksi
dan tidak terlalu memperhatikan efektifitas dan akurasi komunikasi.
Perbedaan makna dianggap sebagai penunjuk adanya perbedaan social dan
budaya, dan bukan sebagai kegagalan komunikasi (Fiske, 2010:9).
Pesan adalah inti dari studi komunikasi. Menurut Littlejohn & Foss
(2011: 61) disiplin ilmu komunikasi memiliki cabang yang bertingkat dimana
memiliki titik sentral adalah pesan atau message. Pratikto (1987: 42)
mengatakan bahwa pesan adalah bentuk kounikasi baik verbal maupun non-
verbal. Komunikasi verbal adalah lisan, sedangkan komunikasi non-verbal
adalah komunikasi dengan simbol, isyarat, sentuhan dan penciuman.
Dari penejelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pesan merupakan
bentuk gagasan verbal ataupun non-verbal yang disampaikan ke orang lain
dengan tujuan untuk menyatakan maksud kepada orang lain. Onong Uchjana
Effendy menyatakan bahwa dalam menyampaikan pesan kita menggunakan
lambang-lambang. Lambang yang umum digunakan adalah Bahasa. Menurut
Effendy (2004: 16) bahasa sebagai lambang mampu mentransmisikan ide,
gagasan, pendapat dan sebagainya baik abstrak maupun konkret.
2. Film
Menurut Jowett dan Linton (Irwanto, 1999: 11) film tidak lagi
dimaknai hanya sekedar karya seni tetapi lebih sebagai komunikasi massa.
Dari sudut pandang komunikasi massa, film merupakan transmission of
message dan productions and exchange of meanings. Transmission of
message berarti, komunikasi merupakan proses yang dilakukan oleh
komunikator yang mengerimkan pesan untuk mengubah tingkah laku
komunikannya. Berikutnya adalah productions and exchange of meanings
yang berarti, komunikasi adalah aktivitas produksi dan pertukaran makna-
makna. Hal ini berkaitan dengan seperti apa pesan dan teks berpengaruh
dalam pembuatan makna.
7
Teks dalam film dapat diartikan sebagai Bahasa film, cara untuk
menggabungkan ide-ide yang berubah menjadi lambang. Film bisa menjadi
sarana untuk menyampaikan ide. Menurut Sobur (2001: 122) film terkait
dengan komunikasi merupakan sebuah sistem tanda yang berarti setiap
bagain-bagaian dalam film merupakan tanda-tanda yang tersampaikan dengan
penerima akan memproduksi makna. Saat penonton film menonton film, saat
itulah terjadi proses komunikasi terjadi.
3. Film Sebagai Representasi Realitas
Representasi menurut Fiske (2010) dapat dipahami sebagai sesuatu
yang merujuk pada proses penyampaian realitas dalam komunikasi lewat
kata-kata, bunyi, citra, atau kombinasinya. Representasi juga dijelaskan
Zaman (1993: 83) adalah proses maupun produk dari pemaknaan suatu tanda
melalui system penandaan yang tersedia, seperti: dialog, tulisan, video, film,
fotografi dan lain-lain. Represntasi juga bisa berarti proses perubahan konsep-
konsep ideologi yang abstrak dalam bentuk-bentuk yang kongkret.
Film sebagai media komunikasi mampu merepresntasikan realitas.
Menurut Turner, film adalah representasi realitas yang ada di masyarakat.
Film sebagai representasi realitas, membentuk dan menghadirkan kembali
realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi dan ideologi dari
kebudayaan. Film merepresentasikan realitas akan terpengaruh dengan
lingkungan social dan budaya yang dimiliki pembuat film tersebut dan
memiliki penagruh terhadap kondisi masyarakat (Irwanto, 1999: 14-16).
4. Film Animasi Jepang (Anime)
Film animasi atau yang lebih dikenal juga sebagi film kartun adalah
salah satu kategori film. Animasi diambil dari Bahasa latin ‘anima’ yang
berarti jiwa, hidup dan semangat. Film animasi memanfaatkan gambar-
gambar, lukisan dan benda mati yang dibuat hidup dengan Teknik animasi.
Menurut Ramadianto (2008: 93) animasi merupakan gambar dua dimensi
yang seolah-olah bergerak karena kelemahan mata yang selalu menyimpan di
otak imaji yang pernah dilihat sebelumnya. Film animasi memiliki prinsip
yang sama dengan film yang menggunakan objek hidup, semua sama-sama
8
terdiri dari frame atau gambar yang menumpuk untuk menciptakan ilusi
gerak. Menurut Marselli (1996: 16) sedikit banyaknya frame atau gambar
menentukan kasar atau halusnya ilusi gerak yang tercipta.
Salah satu negara yang cukup banyak memproduksi animasi adalah
jepang. Animasi di jepang biasa dikenal dengan istilah anime. Diluar jepang,
anime lebih dikenal sebagai animasi yang berasal dari jepang atau gaya
animasi yang berwarna-warni, karakter yang mencolok dan tema yang cukup
unik. Gaya anime yang abstrak bisa memungkinkan orang dari luar jepang
bisa memproduksi anime. Walau anime hanya berupa gaya dan teknik
produksi yang umum digunakan di jepang, namun anime masih dianggap oleh
sebagaian orang sebagai produk animasi hasil jepang saja. Karya diluar
jepang yang menggunakan gaya anime masih sering dianggap bukan anime.
5. Kasih Sayang Ayah Kepada Anak
Ayah melakukan perannya untuk anak adalah bentuk kasih sayang
ayah kepada anaknya. Ayah-ayah di Jepang yang memilih untuk
menyediakan waktu untuk merawat anak merasa senang, istilah dalam Bahasa
Jepang “atarimae de tannoshii” atau “natural and enjoyable” (Steger & Koch,
2017: 69). Lewat perannya untuk anak, ayah-ayah di Jepang menunjukan
perasaan kasih sayangnya kepada anak.
Pekerjaan adalah salah satu faktor yang membuat ayah dan anak
kekurangan waktu bersama. Tentu saja, Jepang bukan satu-satunya yang
berpandangan seperti ini. Tapi pada 1980an, rata-rata pria menghabiskan 40
menit untuk berinteraksi dengan anak dalam sehari. Di jepang sendiri ayah
berinteraksi dengan anak-anaknya sering terlihat berjarak dan memunculkan
rasa hormat, bahkan rasa takut — dan ini tercermin dalam ungkapan "jishin,
kaminari, kaji, oyaji" - "gempa, petir, api dan ayah" (Robson, 2018). Ayah
dianggap oleh anak-anak sebagai sosok yang kaku bahkan menakutkan.
Namun di jepang stereotipe ayah yang kaku, menakutkan dan pecandu
kerja perlahan mulai bergeser. Sosok ayah di media-media di jepangpun
mulai berganti menjadi sosok ayah yang selalu bermain bersama anak,
mengenakan pakaian yang senada dengan anak, terlihat simpatik dan sabar,
9
bahkan ayah sering juga digambarkan sedang memasak dan mengerjakan
pekerjaan rumah. Sosok ayah seperti ini disebut ikumen: kombinasi dari kata
ikuji (merawat anak) dan ikemen (pria ganteng)
Ayah-ayah di Jepang tidak semua menjadi ayah rumah tangga, namun
banyak ayah di Jepang sekarang sudah menemukan jalan untuk bersama anak
dibandingkan dahulu. Konsep ikumen menjadi panduan ayah di Jepang untuk
membina hubungannya dengan anak. Jadi sudah cukup wajar di Jepang kita
melihat Ayah yang sering menghabiskan waktu bersama anaknya.
Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan
pendekatan analisis semiotika. Metode kualitatif merujuk pada cara penelitian
yang menghasilkan data deskripsi dari apa yang diamati. Metode penelitian
kualitatif digunakan apabila masalah penelitian belum jelas memahami makna
dibalik hal yang tampak, untuk memahami interaksi sosial, memahami perasaan
orang, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, atau
meneliti perkembangan (Sugiyono, 2011: 205-206). Penelitian ini mencoba
menggali simbol-simbol yang terkait dengan representasi kasih sayang ayah
kepada anak dalam film “Shelter”.
Film “Shelter” dapat dilihat di YouTube di kanal Porter Robinson dengan
link https://www.youtube.com/watch?v=fzQ6gRAEoy0. Video tersebut diunggah
dengan judul Porter Robinson & Madeon - Shelter (Official Video) (Short Film
with A-1 Pictures & Crunchyroll) dan durasi yang dimiliki film ini adalah enam
menit enam detik (6:06).
Penelitian ini menggunakan purposive sampling yang umum juga
digunakan untuk penelitian kualitatif. Purposive sampling menurut Pawito (2007:
88) menekankan pada alasan atau pertimbangan peneliti-pertimbangan tertentu
(purposeful selection) sesuai dengan tujuan penelitian. Purposive sampling tidak
digunakan untuk megeneralisir statistik atau mewakili populasi melainkan
mnegarah pada generealisasi teori. Sumber data yang digunakan disini tidak
10
sebagai yang mewakili populasinya tetapi lebih cendrung mewakili informasinya
(Sutopo, 2002: 56).
Subjek dalam penelitian ini adalah adegan-adegan dan shot-shot yang
menandakan skema hubungan keluarga. Subjek ini dipilih karena sesuai dengan
tujuan penelitian yang ingin mengetahui skema hubungan kelaurga yang muncul
dalam film “Shelter”.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi.
Menurut Sugiyono (2011: 329-330) dokumen merupakan catatan peristiwa yang
telah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen berbentuk karya dijelaskan Sugiyono seperti gambar,
patung, film, dan lainnya. Hasil-hasil karya senin bisa dianggap sebagai dokumen.
Dalam penelitian ini peneliti menggambil dokumen film sebagai data.
Analisis data yang digunakan untuk menganalisis makna dan simbol-
simbol yang terkait kasih sayang ayah kepada anak dalam film “Shelter”
menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Berdasarkan proses pemaknaan
dua tahap Barthes, yaitu denotasi dan konotasi.
Film diamati secara mendalam dan diambil beberapa shot, adegan,
monolog, lirik dan musik yang dianggap mengandung simbol-simbol kasih sayang
ayah kepada anak. Selanjutnya data yang ada digolongkan kedalam kategori kasih
sayang ayah kepada anak dalam budaya jepang yang terlihat dalam film “Shelter”.
Sajian dan Analisis Data
Representasi kasih sayang ayah kepada anaknya muncul dalam film
“Shelter” dalam bentuk shot-shot di beberapa adegan dan lirik lagu yang
sejalan maknanya dengan adegan yang bersamaan saat lirik tersebut
dinyanyikan. Dari analisis semiotika diatas kita bisa melihat sosok ayah yang
menyayangi anak seperti apa yang diwakili dalam film ini.
Dari penelitian diatas dapat ditemukan beberapa tanda yang
menunjukan kasih sayang ayah kepada anak yaitu:
11
1. Melindungi Anak
Representasi Kasih Sayang Ayah dalam bentuk melindungi anak yang
digambarkan dalam Film “Shelter” adalah ayah yang rela berkorban dan ayah
yang berani dalam mengambil keputusan untuk anak. Keputusan dan perilaku
yang dilakukan oleh Ayah Rin kepada Rin, khususnya pilihan untuk berpisah
dengan Rin dan mengirimnya ke angkasa untuk menyelamatkan Rin dari
kehancuran Bumi adalah gamabran pengorbanan besar yang dapat dilakukan
oleh Ayah untuk Anaknya.
Sosok ayah yang rela berkorban adalah ide utama dalam film ini.
Segala upaya coba dikerahkan oleh Ayah Rin untuk memberikan masa depan
yang layak untuk Anaknya. “Shelter” yang berarti tempat berlindung sangat
mewakili kisah Ayah Rin yang ingin memberikan tempat berlindung untuk
anaknya.
Di beberapa adegan juga terlihat Ayah Rin bekerja sampai larut
malam di sela-sela waktunya bersama Rin. Pengorbanan Ayah ini sejalan
dengan nilai budaya yang mulai berkembang di kalangan Ayah di Jepang.
Waktu untuk keluarga dan anak diperlukan, karena keluarga dan anak butuh
kehadiran ayah yang aktif dalam keluarga. Hal ini menjadi tanda kasih sayang
yang ditunjukan Ayah Rin sangat dalam kepada Rin.
Di dalam film kita dapat melihat Ayah Rin sebenarnya tidak ingin
berpisah dengan Rin, namun keputusan berat harus diambilnya demi
memberikan masa depan yang lebih layak untuk anaknya. Bebrerapa adegan
dan lirik lagu sangat mewakili perasaan ayah jika berada di dalam kondisi
atau pilihan hidup dan mati anak. Kerja keras yang dimilik Ayah Rin dalam
membangun tempat berlindung untuk Rin berhasil menyelamatkan hidup Rin.
Pilihannya untuk menjaga Rin adalah bukti kasih sayang ayah kepada anak.
Tidak sekedar melindungi anak, namun Ayah Rin juga menginginkan
Rin berkembang menjadi dewasa. Yang dilakukan oleh Ayah Rin ini sesuai
dengan budaya Jepang yang selalu mengutamakan kemandirian agar anak
mampu bertahan sendirian tanpa orang tua. Ayah Rin memang seperti
12
memberikan segalanya kepada Rin namun bukan untuk dimanja tapi
memberikan kemampuan untuk mandiri.
2. Etika dalam Liputan
Jepang dikenal dengan budaya mendidik tentang etika dan moral sejak
dini. Masyarakat Jepang percaya dengan mendidik anak tentang etika dan
moral sejak dini sama saja memberikan modal hidup untuk seterusnya dan
berkembang sejak dini. Orang tua di Jepang menjadikan pendidikan etika dan
moral sebagai bekal dalam menjalani hidup yang diberikan kepada anak-anak
mereka, representasi kasih sayang seperti ini yang coba diwakili oleh Ayah
Rin dalam Film “Shelter”.
Banyak adegan yang memperlihatkan Ayah Rin sedang bersama Rin
dalam kegiatan tentang budaya di Jepang, seperti malam natal atau ke kuil
untuk berdoa. Disini Ayah Rin mencoba mengajarkan Rin tentang budaya
yang ada di masyarakatnya sambil menghabiskan waktu bersama. Terlihat
juga Ayah Rin adalah ayah yang memberikan contoh langsung kepada
anaknya, tidak hanya memberitahu. Kebiasaan-kebiasaan yang dapat
mendidik anak agar lebih mandiri juga terlihat dalam film, seperti Ayah Rin
bersama Rin saling membantu dalam menyiapkan makanan mereka.
Adegan dan lirik lagu menggambarkan juga bahwa Ayah Rin
mengajarkan Rin tentang nilai-nilai yang di yakini oleh ayahnya. Dari isi film
kita mengetahui Ayah Rin adalah seorang ilmuan yang mampu menciptakan
pesawat penyelamat untuk membawa pergi manusia dari Bumi yang akan
hancur. Lewat pesan yang diterima Rin dan lirik lagu Shelter cita-cita Ayah
Rin adalah menjadi bermanfaat dan bisa menyelmatkan orang banyak tanpa
pamrih. Ayah Rin memberitahu cita-citanya dan apa yang Rin dan Ayahnya
bisa lakukan untuk orang lain. Nilai-nilai yang mereka percaya ini terbawa
dan dimiliki Rin juga pada akhirnya. Nilai-nilai sepertiini diajarkan oleh
Ayah Rin untuk menciptakan kepribadian yang baik untuk anak.
Di bidang informal lainnya, Ayah Rin juga mendukung Pendidikan
kreatifitas anaknya. Ayah Rin saat masih bersama Rin tahu anaknya memiliki
ketertarikan tetang menggambar karena itu juga ayah Rin menciptakan
13
pesawat tempat berlindung Rin yang dilengkapi dengan dunia simulasi yang
dapat diatur oleh Rin. Disini Ayah Rin merepresentasikan Ayah yang
mencoba mendorong kemampuan anak.
3. Bersahabat dengan Anak
Representasi Kasih Sayang Ayah dalam film ini ditandai juga dengan
dekatnya hubungan ayah dan anak atau bersahabat. Hubungan yang dekat
dengan anak perlu dibangun karena merupakan kebutuhan yang akan disadari
oleh oleh orang yang berperan sebagai Ayah. Hubungan yang cukup
bersahabat dengan anak dapat membantu memahami anak lebih dalam lagi.
Dalam film ini keluarga Rin adalah keluarga jepang dimana stereotip
keluarga jepang ayah adalah orang yang keras dan kaku, namun
perkembangan sekarang Ayah di Jepang sudah mulai jauh dari stereotip yang
sudah melekat lama. Ayah Rin adalah representasi dari konsep ikumen atau
ayah yang aktif dalam mengasuh anak.
Ayahn Rin tidak ingin melewati masa pertumbuhan anaknya dengan
cara berusaha selalu bersama anaknya bahkan setelah mereka tidak bersama,
Ayah Rin masih berusaha membuat Rin tidak merasa sendirian. Ayah Rin
mencoba membuat perasaan Rin tidak sendiri dan selalu kuat untuk mejalani
hidup.
Dari beberapa adegan-adegan yang menandakan dekatnya hubungan
Rin dengan Ayahnya dapat dilihat Ayah Rin sering menmani kegiatan
anaknya, mulai dari bermain dan sebelum tidur. Disini Ayah Rin
memperlihatkan kasih sayangnya lewat selalu bersama anaknya.
Kasih sayang yang terwakili dalam film ini juga terlihat dari lirik lagu
dan adegan akhir film ini. Ayah Rin terlihat sangat berat untuk berpisah
dengan anaknya, lirik lagu saat itu juga menggamabrkan beratnya berpisah.
Rin juga merasakan perasaan kasih sayang yang sama kepada ayahnya.
Namun keadaan membuat mereka harus segera berpisah. Hal ini dapat
dimaknai sebagai keadaan anak yang pasti akan berpisah dengan orang
tuanya, entah itu setelah menikah, bekerja, dan sebagainya.
14
Kesimpulan
Skripsi ini berusaha meneliti simbol-simbol dan pemaknaan dari kasih
sayang ayah kepada anak yang direpresentasikan dalam film “Shelter”. Peran
Ayah untuk anak kadang masih diabaikan oleh kebanyakan orang padahal peran
ayah tidak kalah penting untuk pertumbuhan anak dan justru memiliki pengaruh
besar untuk pertumbuhan anak. Kasih sayang ayah kepada anak dapat ditunjukan
dengan peran ayah kepada anak. Kasih sayang ayah yang tercermin dari peran
ayah dalam keluarga dapat dilihat melalui: melindungi anak, mendidik anak, dan
bersahabat dengan anak.
Berdasarkan data yang telah diteliti maka dapat diambil kesimpulan bahwa
film “Shelter” memiliki muatan tentang kasih sayang ayah kepada anak. Data
tersebut dilihat dengan analisis semiotika Roland Barthes yang melihat denotasi,
konotasi serta mitos yang ada dalam film.
Simbol-simbol kasih sayang ayah kepada anak dalam film “Shelter”
ditandai dengan tiga peran ayah kepada anak yaitu, melindungi anak, mendidik
anak dan bersahabat dengan anak. Simbol-simbol yang menandai kasih sayang
dengan melindungi anak adalah: membangun tempat berlindung untuk anak, rela
berkorban untuk masa depan anak dan selalu menjaga anak. Simbol-simbol yang
menandai kasih sayang ayah dengan mendidik anak adalah: ayah langsung
mendidik anak, ayah memberikan contoh langsung kepada anak dan ayah
mengajarkan hal dasar yang menjadi bekal untuk masa depan anak. Simbol-
simbol yang menandai kasih sayang ayah dengan bersahabat dengan anak adalah:
ayah selalu meluangkan waktu dengan anak dan ayah menunjukan perasaan
sayangnya kepada anak. Representasi kasih sayang yang ditunjukan dalam film
“Shelter” serupa dengan judulnya, ayah disini berperan sebagai pelindung dari
anak, ayah mecoba menyiapkan masa depan yang baik untuk anak dengan cara
melindungi, mendidik dan bersahabat dengan anak. Perasaan sayang Ayah kepada
Anak yang disampikan lewat peran ayah tersebut menunjukan kepribadian yang
positif untuk anak.
15
Daftar Pustaka
Effendy, O. U. (2004). Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Fiske, J. (2010). Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling
Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.Grabmeier, J. (28 Agustus 2018). Close ties with fathers help daughters overcome
loneliness. https://news.osu.edu/close-ties-with-fathers-help-daughters-overcome-loneliness/.
Irwanto, B. (1999). Film, Ideologi, dan Militer Dalam Sinema Indonesia. Yogyakarta: Media Pressindo.
Knowyourmeme.com. (15 Januari 2017). Shelter. http://knowyourmeme.com/memes/subcultures /shelter.
Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2011). Teori Komunikasi: Theoris Of Human Communication. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Marselli, S. (1996). Dasar-dasar apresiasi film. Jakarta: Grasindo.McQuail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Penerbit Salemba
Humanika.Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKis Pelangi
Aksara.Pratikto, R. (1987). Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi. Bandung: Remadja Karya
CV.Ramadianto, A.Y. (2008). Membuat gambar vector dan animasi atraktif dengan
flash proffesionl 8. Jakarta: Yrama Widya.Robson, D. (15 Desember 2018). Ikumen: Cara para 'ayah ganteng' di Jepang
mengubah peran orang tua. https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-46548887.
Sobur, A. (2001). Analisis teks media: suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis semiotik dan analisis framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
. (2006). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Steger, B. & Koch, A. (2017). Cool Japanese Men: Studying New Masculinities at
Cambridge. Zurich: LIT Verlag.Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.Sutopo, H.B. (2002). Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret Press.Zaman, B.K. (1993). Bahasa film: teks dan ideologi. Yogyakarta: FISIPOL UGM.