73
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, H. (2008). Auditing (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan). Yogyakarta:
Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN.
Agoes, S. (2012). Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik.
Jakarta: Salemba Empat.
Ahmad, R. A., & Kamarudin, K. A. (2003). Audit Delay and the Timeliness of
Corporate Reporting: Malaysian Evidence. MARA University of Technology,
Malaysia, 1-17.
Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2011). Auditing and Assurance Services:
an Integrated Approach 14 ed. New Jersey: Prentice Hall.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Edisi Revisi).
Jakarta: Rineka Cipta.
Ariyanti, N. T., & Budiartha, I. K. (2010). Pengaruh Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan, Kompleksitas Operasi Perusahaan, dan Reputasi KAP Terhadap
Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur. E-Journal Akuntansi
Universitas Udayana, 217-230.
Ashton, R. H., Willingham, J. J., & Elliott, R. K. (1987). An Empirical Analysis of
Audit Delay. Journal of Accounting Research Vol 25 No 2 Autumn, 275-292.
Boynton, William, C., Johnson, R. N., & Kell, W. G. (2007). Modern Auditing.
Jakarta: Erlangga.
Carslaw, C. A. P. N., & S. E. Kaplan. (1991). An Examination of Audit delay: Further
Evidence from New Zealand. Accounting and Business Research Vol 22 No 85,
21-32.
Che-Ahmad, A., & Abidin, S. (2009). Audit Delay of Listed Companies: A Case of
Malaysia. International Business Research Vol 1 No 4, 32-39.
Fachriyah, N. (2011). Faktor–faktor yang Mempengaruhi Penentuan Fee Audit oleh
Kantor Akuntan Publik di Malang. Tesis. Malang: Program Magister Akuntansi
Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). (2012). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat.
Iskandar, M. J., & Trisnawati, E. (2010). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit
Report Lag Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi Vol 12 No 3, 175-186.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol
3 No 4, 305-360.
Jogiyanto. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-
Pengalaman, Edisi Pertama. Yogyakarta: Andi Offset.
_______, Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-11/PM/1997 Tentang Perubahan No.
IX.C.7.
Koentjaraningrat. (1993). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
74
Lestari, D. (2010). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Audit delay (Studi Empiris
pada Perusahaan Customer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
Skripsi. Semarang: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro.
Lucyanda, J., & Nura’ni P. A. (2013). Pengujian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Audit Delay. Universitas Bakrie, 128-149.
Modugu, K. P., Eragbhe, E., & Ikhatua O. J. (2012). Determinants of Audit Delay in
Nigerian Companies: Empirical Evidence. Research Journal of Finance and
Accounting Vol 3 No 6, 46-54.
Moleong, L. J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Naim, A. (1998). Timeliness of Annual Financial Statement Submission: A
preliminary Empirical Evidence from Indonesia. Universitas Gajah Mada, 46-
64.
Otoritas Jasa Keuangan. (2016). POJK Nomor 29 /POJK.04/2016 Tentang Laporan
Tahunan Emiten Atau Perusahaan Publik Pasal 7 Ayat (1).
Rachmawati, S. (2008). Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan terhadap
Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 10 No 1, 1-
10.
Rochmah, I. A. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris
Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2010-2013). Skripsi. Malang: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya.
Saputri, O. D. (2012). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Audit delay. Skripsi.
Semarang: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Ukago, K. (2004). Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan: Bukti Empiris di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Maksi Vol
5 No 1, 13-33.
Utami, W. (2006). Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris di Bursa Efek
Jakarta. Bulletin Penelitian, 20-32.
Yin, R. K. (2008). Studi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap entitas membutuhkan pengendalian dan perencanaan yang baik untuk
memastikan kelancaran bisnis kedepannya. Untuk memperoleh kelancaran proses
bisnis, suatu entitas harus memiliki sumber daya yang mumpuni dari segi internal
dan eksternal. Walaupun suatu entitas merasa sudah memiliki cukup sumber daya
untuk memenuhi kebutuhan operasional entitas dari segi internal, mereka
membutuhkan proses yang membutuhkan keahlian dari pihak eksternal dalam
menilai dan menguji kinerja mereka dalam suatu periode tertentu.
Proses tersebut dilakukan secara sistematis untuk memperoleh serta
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa
ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya
kepada pihak-pihak berkepentingan yang disebut auditing (Boynton et al, 2007:5).
Semakin lengkap data yang disajikan oleh entitas kepada auditor, maka semakin
cepat terbitnya opini audit dan semakin besar pula manfaat yang didapat dalam
mengevaluasi kinerja dan pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan pada entitas tersebut. Selain itu, auditing bermanfaat untuk
meminimalisir kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut mengandung
kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja oleh akuntan internal entitas
tersebut.
2
Untuk menunjang proses audit, auditor dari Kantor Akuntan Publik (KAP)
membutuhkan informasi dari laporan keuangan entitas tersebut. Laporan keuangan
menjadi media komunikasi dan pengukuran secara ekonomi yang digunakan oleh
entitas, terkait sumber daya serta kinerja entitas yang ditujukan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan atas informasi tersebut. Informasi ini akan lebih bermanfaat
jika tepat pada waktunya karena berguna dalam pengambilan keputusan bagi
stakeholders. Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan
berpengaruh signifikan terhadap keberlangsungan entitas terkait.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 Tahun
2012 tentang penyajian laporan keuangan, bahwa tujuan dari laporan keuangan
adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan,
dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan bisa disajikan
dalam kurun waktu yang berbeda namun biasanya disajikan secara tahunan. Semua
itu bergantung pada kebutuhan dari pengguna laporan keuangan entitas tersebut.
Laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen wajib
disampaikan tepat waktu kepada top management klien selaku entitas yang diaudit
agar informasi dari laporan keuangan tersebut dapat digunakan dengan tepat.
Keterlambatan atas penyampaian laporan keuangan sangat beresiko dan harus
dihindari karena dapat menimbulkan kerugian bagi entitas yang bersangkutan.
Manfaat sebuah laporan keuangan yang diaudit akan berkurang jika laporan yang
disajikan tidak tersedia tepat waktu. Carslaw dan Kaplan (1991) menyatakan bahwa
ketepatan waktu (timeliness) pelaporan merupakan atribut utama dalam laporan
keuangan.
3
Terkait audit delay, dijelaskan oleh Agoes (2012:9) tentang tahapan proses
audit, audit delay merupakan rentang waktu antara lamanya penyelesaian audit atas
laporan keuangan yang diterbitkan oleh auditor independen jika melewati tanggal
kontrak kerja audit yang diajukan dalam audit proposal yang sudah disepakati oleh
pihak entitas dan pihak KAP dalam surat perikatan. Penjelasan terkait audit delay
juga disebutkan oleh Ahmad dan Kamarudin (2003), yang menyebutkan audit delay
adalah jumlah hari antara tanggal laporan keuangan dan tanggal laporan audit.
Sedangkan menurut Rachmawati (2008), audit delay adalah rentang waktu
penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan diukur berdasarkan
lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas
audit laporan keuangan perusahaan. Lamanya audit delay akan mempengaruhi
ketepatan waktu (timeliness) informasi yang akan dipublikasikan sehingga dapat
menyebabkan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan oleh stakeholders.
Audit delay bisa disebabkan oleh pihak auditor independen Kantor Akuntan
Publik maupun pihak eksternal yaitu auditee. Faktor-faktor penyebab
keterlambatan laporan keuangan yang berasal dari auditor independen adalah
kualitas auditor dan ukuran KAP. Menurut Fachriyah (2011), agar proses audit
dapat terselesaikan secara tepat waktu maka auditor harus memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit. KAP yang
memiliki kualitas auditor lebih baik tentu mempersingkat waktu penyelesaian audit,
sehingga audit dapat segera diterbitkan karena kemungkinan besar auditor yang
berpengalaman menemukan cara yang lebih efektif dan efisien dalam
menyelesaikan rangkaian proses audit jika tidak ada kendala dari internal klien.
4
Ukuran KAP juga dapat mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian
laporan keuangan. Ariyanti dan Budiartha (2010) menjelaskan bahwa KAP besar
umumnya memiliki sumber daya yang banyak dan lebih baik. Mayoritas KAP besar
memiliki sistem yang canggih dan akurat karena biasanya didukung dengan
kerjasama internasional dengan sumber dana yang besar. Hal yang biasa terjadi
adalah KAP besar akan memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk
menyelesaiakan pekerjaan auditnya sebagai imbalan karena lebih cepat
menyelesaikan tugas auditnya dibanding KAP yang ukurannya lebih kecil. KAP
besar juga akan berusaha mempertahankan reputasinya dengan waktu audit yang
lebih cepat. Selain kualitas auditor dan ukuran KAP yang menjadi faktor internal
penyebab audit delay, terdapat faktor eksternal penyebab audit delay antara lain
ukuran entitas, jenis entitas, tingkat profitabilitas, tingkat solvabilitas, dan
kompleksitas operasi.
Faktor eksternal pertama penyebab audit delay adalah ukuran entitas.
Ukuran entitas adalah besar kecilnya suatu entitas yang diukur dari besarnya total
asset atau kekayaan yang dimiliki oleh suatu entitas. Menurut Rachmawati (2008),
mengenai ukuran entitas, entitas yang berukuran besar lebih konsisten untuk tepat
waktu dibandingkan entitas kecil dalam menginformasikan laporan keuangannya
kepada auditor independen. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai
aktiva perusahaan maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Entitas
berukuran besar memiliki tanggung jawab yang lebih besar pula kepada investor
yang sudah berinvestasi kepada entitas tersebut, sehingga kebutuhan atas ketepatan
waktu dalam penyampaian hasil audit laporan keuangan menjadi hal yang penting
untuk dipenuhi dan sebaliknya. Masih membahas ukuran entitas, Rachmawati
5
(2008), juga menambahkan, bahwa ukuran entitas memiliki pengaruh signifkan
terhadap audit delay yang berarti bahwa semakin besar ukuran entitas maka
semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Hal ini disebabkan karena entitas besar
biasanya memilki sistem pengendalian internal yang baik, sehingga dapat
mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang
memudahkan auditor independen dalam melakukan audit laporan keuangan.
Jenis entitas juga dipertimbangkan sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi audit delay. Pada umumnya jenis entitas dibagi menjadi dua yaitu
entitas keuangan dan entitas non keuangan. Sektor bank, lembaga pembiayaan,
perusahaan efek/sekuritas dan asuransi merupakan jenis dari perusahaan entitas
keuangan sedangkan perusahaan manufaktur yang terdiri dari aneka entitas, entitas
barang konsumsi, dan entitas dasar dan kimia digolongkan dalam entitas non
keuangan. Hasil penelitian Ahmad dan Kamarudin (2003), menunjukkan audit
delay entitas non keuangan lebih lama 15 hari daripada entitas keuangan. Hal
tersebut disebabkan karena entitas keuangan tidak mempunyai saldo persediaan
sehingga audit yang diperlukan tidak memerlukan waktu yang cukup lama.
Pentingnya ketepatan waktu kemudian mengindikasikan adanya good news
yang menguntungkan para pihak berkepentingan dan sebaliknya. Dengan tingginya
profitabilitas, tentunya tidak ada alasan bagi entitas untuk menunda pengauditan
serta penerbitan laporan keuangan karena entitas akan berusaha untuk
menyampaikan berita baik. Sebaliknya entitas yang mengalami penurunan
profitabilitas, akan menunda lebih lama untuk penyampaian laporan keuangannya.
Carslaw dan Kaplan (1991), menyatakan auditor akan memulai proses pengauditan
6
lebih lambat jika entitas mengalami kerugian. Oleh karena itu terjadilah
keterlambatan dalam menyampaikan berita buruk kepada pihak berkepentingan.
Tingginya profitabilitas suatu entitas mengindikasikan tingginya
kemampuan entitas tersebut dalam menghasilkan profit. Hasil dari profit yang
dihasilkan oleh entitas dalam satu periode tertentu akan dialokasikan ke berbagai
lini entitas tersebut, salah satunya adalah untuk pembayaran kewajiban. Dalam hal
pemenuhan kewajiban, kemampuan entitas dalam memenuhi kewajibannya disebut
solvabilitas. Semakin tinggi tingkat solvabilitas suatu entitas maka semakin tinggi
resiko terhadap kewajiban dan selanjutnya semakin berat bagi entitas untuk
melunasi kewajibannya. Semakin tinggi risiko dapat mengindikasi perusahaan
memiliki kondisi keuangan buruk (Lestari, 2010). Maka semakin tinggi risiko
entitas terhadap kewajibannya, proses audit yang dilakukan auditor maka akan
semakin panjang. Auditor harus mengumpulkan lebih banyak bukti dari asersi-
asersi terhadap kemampuan entitas dalam melunasi kewajibannya. Dengan semakin
banyaknya proses audit yang dilakukan maka akan semakin panjang waktu yang
dibutuhkan. Dampaknya adalah audit delay pada entitas dengan tingkat solvabilitas
tinggi akan semakin panjang.
Faktor eksternal penyebab audit delay yang terakhir adalah kompleksitas
operasi. Kompleksitas operasi suatu entitas dapat dilihat dari banyaknya jumah
anak perusahaan dari entitas tersebut. Semakin banyak anak perusahaan yang
dimiliki maka tingkat operasi entitas tersebut semakin kompleks. Penelitian yang
dilakukan oleh Ashton et al (1987), terdapat pengaruh antara tingkat kompleksitas
operasi tinggi dengan audit delay, semakin banyak unit operasi yang berjalan pada
suatu entitas maka akan memperpanjang waktu penyelesaian laporan keuangan
7
yang telah diaudit karena semakin banyak jumlah anak perusahaan yang dimiliki
akan memperpanjang masa penyelesaian laporan keuangan serta proses audit yang
dilaksanakan juga akan semakin panjang sebab perlu banyak bukti yang harus
dikumpulkan untuk memberikan keyakinan kepada auditor. Didukung oleh
penelitian Saputri (2012), yang menunjukkan kompleksitas operasi perusahaan
dapat memperpanjang audit delay. Hal ini dikarenakan auditor akan menghabiskan
lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas audit pada entitas klien yang
mengalami peningkatan kompleksitas operasi perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi audit delay. Alasan peneliti mengangkat topik ini sebagai penelitian
dikarenakan peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi audit
delay pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Malang. Adapun penelitian ini
melingkupi tiga Kantor Akuntan Publik yang pernah mengalami audit delay. KAP
tersebut antara lain (1) KAP MTD, (2) KAP TR, dan (3) KAP DBSD&A di Kota
Malang.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Audit Delay (Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik MTD, TR, dan
DBSD&A di Kota Malang)”. Adapun keterbaharuan dalam penelitian ini
dibandingkan penelitian terdahulu terletak pada metode pengambilan data yang
menggunakan wawancara personal terhadap informan yang sudah mengizinkan dan
bersedia untuk diwawancarai dan tempat penelitian yang melingkupi 3 Kantor
Akuntan Publik di Kota Malang yang pernah mengalami audit delay dan
mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian.
8
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti
merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut, “Faktor-
faktor apa saja yang dapat mempengaruhi audit delay pada Kantor Akuntan Publik
MTD, TR, dan DBSD&A di Kota Malang?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
dapat mempengaruhi audit delay pada Kantor Akuntan Publik MTD, TR, dan
DBSD&A di Kota Malang.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian
selanjutnya yang membahas mengenai faktor yang mempengauhi audit delay.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian
selanjutnya yang membahas tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit
delay.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini menjadi sarana untuk membantu profesi auditor independen
dalam upaya meningkatkan efektifitas proses audit sehingga dapat mengurangi
bahkan menghindari terjadinya audit delay pada Kantor Akuntan Publik MTD, TR,
dan DBSD&A di Kota Malang.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan mengindikasikan gambaran mengenai kondisi keuangan
perusahaan. Laporan keuangan menunjukkan hasil dari kegiatan operasional
perusahaan dan memberikan informasi keuangan yang berguna bagi internal maupun
di luar perusahaan itu. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.
1 (2012) mengenai penyajian laporan keuangan, laporan keuangan merupakan
penyajian yang dilakukan secara sistematis dan terstruktur dari posisi keuangan dan
kinerja keuangan sebuah perusahaan dengan tujuan memberikan informasi kepada
pihak yang berkepentingan dalam rangka pengambilan keputusan investasi.
Pernyataan PSAK tersebut didukung dan dikemukakan lebih terperinci oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (2012:5) terkait pengertian dari laporan keuangan yaitu,
laporan keuangan merupakan struktur yang menyajikan posisi keuangan dan kinerja
keuangan dalam sebuah entitas. Tujuan umum dari laporan keuangan ini untuk
kepentingan umum adalah penyajian informasi mengenai posisi keuangan (financial
position), kinerja keuangan (financial performance), dan arus kas (cash flow) dari
entitas yang sangat berguna untuk membuat keputusan ekonomis bagi para
penggunanya. Untuk dapat mencapai tujuan ini, laporan keuangan menyediakan
informasi mengenai elemen dari entitas yang terdiri dari aset, kewajiban, networth,
beban, dan pendapatan (termasuk gain dan loss), perubahan ekuitas dan arus kas.
10
Informasi tersebut diikuti dengan catatan, akan membantu pengguna memprediksi arus
kas masa depan.
Selain itu menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1
(2012) tentang penyajian laporan keuangan disebutkan bahwa ada beberapa
karakteristik yang harus dipenuhi dalam menyajikan laporan keuangan pada
penggunanya. Karakteristik tersebut antara lain:
1. Dapat dipahami
Penyajian laporan keuangan diharapkan mampu memberikan pemahaman dan
pengetahuan yang memadai kepada penggunanya tentang aktivitas ekonomi,
bisnis dan akuntansi. Kemudahan untuk segera dipahami oleh pengguna membuat
kualitas dari sebuah laporan keuangan akan meningkat
2. Relevan
Informasi dapat dikatakan relevan jika informasi yang disampaikan dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi penggunannya sebagai dasar evaluasi
peristiwa di masa lalu, sekarang dan prediksi di masa depan.
3. Materialitas
Materialitas dalam sebuah informasi diukur dari tingkat kelalaian atau kesalahan
dalam pencatatan informasi dapat mempengaruhi pengambilan keputusan
berdasarkan informasi tersebut. Dalam penyajian laporan keuangan diharapkan
tingkat materialitas dapat dipertimbangkan dengan baik sehingga kesalahan pada
pos-pos penting dapat diminimalisir.
4. Keandalan/Reliabilitas
11
Informasi dapat dikatakan memiliki keandalan adalah informasi yang bebas dari
kesalahan material dan tidak bias serta disajikan sesuai dengan keadaan yang
sebenar-benarnya terjadi.
5. Subtansi menggunguli bentuk
Transaksi dan peristiwa disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi
yang terjadi.
6. Pertimbangan yang sehat
Pertimbangan yang sehat dibutuhkan dalam rangka menilai sumber daya yang
dimiliki perusahaan. Didalamnya terdapat unsur kehati-hatian dalam memberikan
pertimbangan pada kondisi tertentu sehingga pos-pos dalam laporan keuangan
dapat disajikan secara wajar.
7. Kelengkapan
Kelengkapan informasi dalam laporan keuangan harus diperhatikan baik dalam
segi materialitas maupun biaya. Kesengajaan tidak mengungkapkan informasi
dapat mempengaruhi keandalan dari laporan keuangan tersebut.
8. Dapat diperbandingkan / Komparabilitas
Penyajian laporan keuangan harus sesuai dengan standar yang telah ditentukan
agar informasi didalamnya dapat diperbandingkan dari satu perusahaan dengan
satu perusahaan lainnya dalam tujuan menilai kinerja perusahaan tersebut dalam
periode tertentu. Hal tersebut digunakan untuk bahan evaluasi dan perbandingan
kinerja antar perusahaan.
12
9. Tepat Waktu
Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan kepada penggunanya dapat
mempengaruhi tingkat keandalan informasi tersebut. Ketepatan waktu
mempengaruhi keputusan ekonomi yang diambil. Semakin lama penyajian
keuangan menandakan informasi yang dihasilkan semakin tidak relevan.
10. Keseimbangan antara biaya dan manfaat
Manfaat ekonomi haruslah lebih tinggi daripada biaya yang dikeluarkan. Namun
evaluasi dari keduanya merupakan sebuah pertimbangan yang digunakan untuk
mengukur tingkat manfaat yang dapat dihasilkan dengan biaya yang telah
dikeluarkan.
Selanjutnya Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah mengesahkan
penyesuaian atas Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 Tahun 2014
tentang Penyajian Laporan Keuangan yang menyebutkan komponen laporan keuangan
lengkap terdiri dari:
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode
Pada umumnya laporan posisi keuangan menyajikan rincian aset yang dimiliki
perusahaan yang disajikan pada sisi debit dan rincian kewajiban serta ekuitas
perusahaan yang disajikan pada sisi kredit.
2. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode
Laporan ini menunjukkan kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan
laba dan penghasilan komprehensif lain selama satu periode tertentu dengan
membandingkan pendapatan yang diperoleh dengan beban usaha yang telah
13
dikeluarkan. Laba atau rugi yang ditunjukkan dapat dijadikan salah satu tolak
ukur keberhasilan kinerja sebuah perusahaan.
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode
Laporan yang menunjukkan perubahan atas aset perusahaan setelah dikurangi
dengan seluruh kewajibannya. Laporan ini umumnya meliputi modal saham, laba
usaha dan deviden.
4. Laporan arus kas selama periode
Laporan yang menyajikan aliran kas yang diterima dan dikeluarkan oleh
perusahaan beserta sumber-sumbernya dalam satu periode tertentu. Pada
umumnya penggunaan kas dapat dibedakan menjadi 3 aktivitas, yaitu: aktivitas
operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pembiayaan.
5. Catatan atas laporan keuangan
Catatan ini berisi penjelasan terkait hal-hal yang belum atau tidak dijelaskan pada
laporan-laporan sebelumnya, seperti kebijakan akuntansi yang digunakan
perusahaan dan informasi lain yang berkaitan langsung dengan laporan keuangan
yang disajikan.
2.1.2. Audit
2.1.2.1. Pengertian Audit
Auditing menurut Boynton, et al (2007:5), adalah suatu proses sistematis untuk
memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan
dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-
asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian
14
hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Didukung oleh Agoes
(2012:4) yang menyebutkan auditing merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan
secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan
yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-
bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa audit merupakan suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian
bahan bukti secara sistematis oleh orang-orang yang berkompeten dan tidak terikat
mengenai suatu entitas ekonomi untuk disesuaikan dengan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan untuk kemudian dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan.
2.1.2.2. Jenis-Jenis Audit
Menurut Agoes (2012:10-13) jika ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa
dibedakan atas:
1. Pemeriksaan Umum (General Audit)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP independen
dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan Standar
Profesional Akuntan Publik atau ISA atau Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil dan
memperhatikan Kode Etik Akuntan Indonesia, Kode Etik Profesi Akuntan Publik serta
Standar Pengendalian Mutu.
15
2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan oleh
KAP independen dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan
pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang
diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit
yang dilakukan juga terbatas. Misalnya KAP diminta untuk memeriksa apakah terdapat
kecurangan terhadap penagihan piutang usaha di perusahaan. Dalam hal ini prosedur
audit terbatas untuk memeriksa piutang usaha, penjualan, dan penerimaan kas. Pada
akhir pemeriksaan KAP hanya memberikan pendapat apakah terjadi kecurangan atau
tidak terhadap penagihan piutang usaha di perusahaan. Jika memang ada kecurangan,
berapa besar jumlahnya dan bagaimana proses operandinya.
Sedangkan jika ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas:
1. Audit Operasional
Audit operasional merupakan suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu
perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah
ditentukan manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah
dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis. Prosedur audit yang dilakukan pada
audit operasional tidak seluas prosedur audit yang dilakukan dalam suatu general
(finance) audit, karena ditekankan pada evaluasi terhadap kegiatan operasi suatu
entitas. Prosedur audit pada audit operasional dilakukan mencakup:
a. Analytical review procedures, yaitu membandingkan laporan keuangan
periode berjalan dengan periode yang lalu, budget dengan realisasinya serta
analisis rasio (misalnya menghitung rasio likuiditas, dan profitabilitas untuk
16
tahun berjalan maupun tahun lalu, dan membandingkannya dengan rasio
industri).
b. Evaluasi atas management control system, tujuannya antara lain untuk
mengetahui apakah terdapat sistem pengendalian manajemen dan
pengendalian intern yang memadai dalam perusahaan, untuk menjamin
kemanan harta perusahaan, dapat dipercayainya data keuangan dan
mencegah terjadinya pemborosan dan kecurangan.
c. Pengujian ketaatan (compliance test), bertujuan untuk menilai efektivitas
dari pengendalian intern dan sistem pengendalian manajemen dengan
melakukan pemeriksaan secara sampling atas bukti-bukti pembukuan,
sehingga bisa diketahui apakah transaksi bisnis perusahaan dan pencatatan
akuntansinya sudah dilakukan sesuai dengan kebijakan yang telah
ditentukan manajemen perusahaan.
Audit operasional bisa dilakukan oleh internal auditor, KAP, dan management
consultant. Yang terpenting bahwa tim management audit harus mencakup berbagai
disiplin ilmu misalnya akuntan, ahli manajemen produksi, pemasaran, keuangan,
sumber daya manusia, dan lain-lain. Ada 3 jenis audit operasional menurut Arens et al
(2011:823), yaitu:
a. Functional Audits, untuk menilai 3E (Efektivitas, Efisiensi, Ekonomis) dari
berbagai fungsi akuntansi, fungsi produksi, fungsi marketing dan lain-lain.
b. Organizational Audits, untuk menilai 3E dari keseluruhan organisasi
perusahaan. Perencanaan organisasi dan metode untuk koordinasi aktivitas
merupakan hal yang sangat penting dalam jenis audit ini.
17
c. Special Assignment, timbul atas permintaan manajemen misalnya
mengaudit penyebab tidak efektifnya IT system, investigasi kemungkinan
terjadinya fraud di suatu bagian dan membuat rekomendasi untuk
mengurangi biaya produk suatu produk.
2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah menaati
peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh
pihak intern perusahaan maupun pihak eksternal. Pemeriksaan bisa dilakukan baik oleh
KAP maupun bagian Internal Audit.
3. Audit Internal
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian Internal Audit perusahaan, baik terhadap
laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap
kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan yang dilakukan interna
auditor biasanya lebih rinci dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakukan
oleh KAP. Interal auditor biasanya tidak memberikan opini terhadap kewajaran laporan
keuangan, karena pihak-pihak di luar perusahaan menganggap bahwa internal auditor,
yang merupakan orang dalam perusahaan, tidak independen. Laporan internal auditor
berisi temuan pemeriksaan mengenai penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan,
kelemahan pengendalian internal, beserta saran-saran perbaikannya
(recommendations).
4. Computer Audit
Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya
dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP) System. Ada 2 metode yang
18
bisa dilakukan auditor:
a. Audit Around the Computer
Dalam hal ini auditor hanya memeriksa input dan output dari EDP system
tanpa melakukan tes terhadap proses dalam EDP system tersebut.
b. Audit Through the Computer
Selain memeriksa input dan output, auditor juga melakukan tes proses EDP-
nya. Pengetesan tersebut (merupakan compliance test) dilakukan dengan
menggunakan Generalized Audit Software, ACL, dan lain-lain kemudian
memasukkan dummy data (data palsu) untuk mengetahui apakah data
tersebut diproses sesuai dengan sistem yang seharusnya. Dummy data
digunakan agar tidak mengganggu data asli. Dalam hal ini KAP harus
mempunyai Computer Audit Specialist yang merupakan auditor
berpengalaman dengan tambahan keahlian di bidang computer information
system audit.
2.1.2.3. Tujuan Auditing
Menurut Abdul (2008:135) tujuan auditing dapat dibagi menjadi dua, yaitu
tujuan umum dan tujuan spesifik. Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan
pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil
usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk
mencapai tujuan ini, auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup, auditor
perlu mengidentifikasi dan menyusun sejumlah audit spesifik untuk setiap akun
laporan keuangan. Sedangkan yang dimaksud dengan tujuan spesifik ditentukan
19
berdasarkan asersi-asersi yang dibuat oleh manajemen yang tercantum dalam laporan
keuangan meliputi asersi-asersi manajemen baik yang bersifat eksplisist maupun
implisit. Asersi-asersi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Keberadaan atau kejadian (existence or occurance)
Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau
utang suatu perusahaan benar-benar ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi
yang tercatat benar-benar ada pada tanggal terjadi selama periode tertentu. Misalnya
manajemen membuat asersi bahwa persediaan produk jadi yang tercantum dalam
neraca adalah tersedia untuk dijual, dan penjualan dalam laporan laba rugi
menunjukkan pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain (misalnya
piutang) dengan pelanggan.
2. Kelengkapan (completeness)
Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun
(rekening) yang semestinya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan.
Contohnya manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa
dicatat dan dicantumkan dalam laporan keuangan, dan manajemen membuat asersi
bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban perusahaan kepada
pemasok.
3. Hak dan Kewajiban (right and obligation)
Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan dua hal, yaitu (1) apakah aktiva
yang tercantum dalam laporan keuangan benar-benar merupakan hak perusahaan pada
tanggal tertentu, dan (2) apakah utang yang tercantum dalam laporan keuangan benar-
benar merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. Contohnya manajemen
20
membuat asersi bahwa jumlah sewa guna usaha yang dikapitalisasi di neraca
mencerminkan nilai perolehan hak perusahaan atas kekayaan yang disewa-guna-
usahakan, dan utang sewa guna usaha yang bersangkutan mencerminkan suatu
kebijakan perusahaan.
4. Penilaian atau Pengalokasian (valuation or allocation)
Asersi ini berhubungan dengan apakah komponen-komponen aktiva, utang,
pendapatan, dan biaya sudah dimasukkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang
semestinya. Misalnya manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat
berdasarkan harga perolehannya dan perolehan semacam itu secara sistematik
dialokasikan ke dalam periode-periode akuntansi semestinya, dan manajemen
membuat asersi bahwa piutang usaha yang tercantum di neraca dinyatakan berdasarkan
nilai bersih yang dapat direalisasikan.
5. Penyajian dan Pengungkapan (presentation and disclosure)
Asersi ini berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu dalam laporan
keuangan sudah diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan secara semestinya.
Contohnya manajemen membuat asersi bahwa kewajiban-kewajiban yang
diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang di neraca tidak akan jatuh tempo dalam
waktu satu tahun, dan manajemen membuat asersi bahwa jumlah yang disajikan
sebagai pos luar biasa dalam laporan laba rugi diklasifikasikan dan diungkapkan
semestinya.
6. Ketetapan Administrasi (clerical accuracy)
Suatu keadaan dimana berjalannya kegiatan auditing tepat sesuai sistem yang telah
ditentukan. Semua pihak yang terkait akan didorong untuk lebih cermat dan seksama
21
dalam melaksanakan tugasnya yang berkaitan dengan pelaksanaan sistem akuntansi.
Berdasarkan pada tujuan yang tertera di atas, dapat diketahui bahwa auditing
merupakan suatu pemeriksaan akuntansi yang bertujuan untuk memberikan pendapat
dan mengevaluasi kegiatan berdasarkan pada suatu bukti-bukti yang dapat
dikumpulkan oleh auditor yang independen atau bebas serta dapat dipenuhi syarat
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum.
2.1.2.4. Standar Auditing
Standar auditing dipaparkan Agoes (2012:30-31) sebagai berikut:
1. Standar umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis cukup bagi auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam
sikap mental harus diperhatikan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat serta lingkup pengujian yang
akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh mulalui inspeksi,
22
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip
akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor
dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika
ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Dalam prakteknya, semakin sesuainya pelaksanaan audit dengan standar maka
akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Demikian pula sebaliknya, waktu yang
diperlukan akan makin pendek ketika pelaksanaan audit makin tidak sesuai dengan
standar. Pertimbangan bahwa laporan keuangan harus disampaikan tepat waktu
mengakibatkan auditor cenderung mengambil pilihan mengabaikan standar, sementara
23
di sisi lain adanya tuntutan relevansi informasi mengharuskan auditor untuk
melaksanakan audit sesuai dengan standar.
2.1.2.5. Tahapan-Tahapan Auditing
Adapun tahapan audit menurut Agoes (2012:9) antara lain:
1. Kantor Akuntan Publik (KAP) dihubungi oleh klien yang membutuhkan
jasa audit
2. KAP membuat janji untuk bertemu dengan calon klien untuk
membicarakan:
a. Alasan klien membutuhkan jasa audit
b. Apakah sebelumnya pernah diaudit oleh KAP lain
c. Apa jenis usaha perusahaan dan gambaran umum mengenai
perusahaan tersebut
d. Apakah data akuntansi perusahaan diproses secara manual atau
dengan bantuan computer
e. Apakah sistem penyimpanan bukti-bukti pembukuan cukup rapih
3. KAP mengajukan surat penawaran (audit proposal) yang antara lain
berisi:
a. Jenis jasa yang diberikan
b. Besarnya biaya audit (audit fee)
c. Kapan audit dimulai
d. Kapan laporan harus diselesaikan, dll.
Jika klien menyetujui maka audit proposal tersebut berubah menjadi
24
Engagement Letter (Surat Perikatan).
4. KAP melakukan audit field work (pemeriksaan lapangan) di kantor
klien. Setelah audit field work selesai KAP memberikan draft audit
report kepada klien sebagai bahan diskusi. Setelah draft audit report
disetujui oleh klien, KAP akan menyerahkan final audit report, namun
sebelumnya KAP harus meminta Surat Pernyataan Langganan (Client
Representation Letter) dari klien yang tanggalnya sama dengan tanggal
audit report dan tanggal selesainya audit field work.
5. Selain audit report, KAP juga diharapkan memberikan management
letter yang berisi pemberitahuan kepada manajemen mengenai
kelemahan pengendalian intern perusahaan dan saran-saran
perbaikannya.
2.1.3. Audit Delay
Audit delay menurut Ahmad dan Kamarudin (2003) adalah jumlah hari antara
tanggal laporan keuangan dan tanggal laporan audit. Sedangkan menurut Rachmawati
(2008) mengemukakan bahwa audit delay adalah rentang waktu penyelesaian
pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan diukur berdasarkan lamanya hari yang
dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan
perusahaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa audit delay merupakan rentang
waktu lamanya penyelesaian audit antara tanggal laporan keuangan dan tanggal
laporan audit yang melebihi tanggal kontrak kerja audit yang diajukan dalam proposal
audit kemudian disepakati oleh pihak entitas dan pihak KAP dalam surat perikatan.
25
Penjelasan tersebut sesuai dengan tahapan-tahapan audit yang disebutkan Agoes
(2012:9) tentang proposal audit yang di dalamnya tercantum kapan proses audit
dimulai dan diselesaikan yang kemudian disetujui melalui kontrak kerja audit dalam
surat perikatan. Jika laporan auditor terbit setelah waktu yang disepakati maka otomatis
terjadi audit delay.
Dalam pelaksanaan audit perlu adanya perencanaan audit yang salah satunya
adalah penyusunan anggaran waktu (time budget) yang secara sederhana menetapkan
pedoman mengenai jumlah waktu dari masing-masing bagian audit. Anggaran waktu
dapat memiliki sejumlah manfaat apabila digunakan secara tepat. Anggaran tersebut
dapat memberikan metode yang efisien untuk menjadwal staf, memberikan pedoman
tentang berbagi bidang audit, memberikan insentif kepada staf audit untuk bekerja
secara efisien, dan bertindak sebagai alat untuk menentukan honor audit. Akan tetapi
anggaran waktu dapat merugikan apabila tidak digunakan tepat. Anggaran waktu
merupakan suatu pedoman tetapi tidak absolut. Jika auditor menyimpang dari program
audit apabila terjadi perubahan kondisi, auditor mungkin juga terpaksa menyimpang
dari anggaran waktu. Auditor tekadang merasa mendapat tekanan untuk memenuhi
anggaran waktu guna menunjukkan efisiensinya sebagai auditor dan membantu
mengevaluasi kinerjanya. Namun mengikuti anggaran begitu saja juga tidak tepat.
Yang terpenting adalah laporan keuangan tersebut bisa selesai tepat waktu dan dapat
diandalkan. Sehingga opini yang dihasilkan sesuai dengan standar auditing. Auditor
tidak boleh asal cepat menyelesaikan namun opini yang dihasilkan tidak bisa
diandalkan.
Persoalan audit delay bukan sekedar persoalan mengenai waktu yang
26
dibutuhkan oleh auditor untuk mengaudit laporan keuangan meskipun atribut auditor
juga sangat mempengaruhi lamanya audit delay seperti ukuran kantor akuntan publik
(KAP) dan kualitas auditor KAP. Atribut auditee juga berpengaruh secara signifikan
terhadap audit delay seperti ukuran entitas, jenis entitas, profitabilitas, solvabilitas, dan
kompleksitas operasi.
2.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay
Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dapat datang baik dari dalam
maupun dari luar entitas. Dalam penelitian ini faktor-faktor dibagi menjadi dua yaitu
faktor internal entitas yang meliputi ukuran entitas, jenis entitas, profitabilitas,
solvabilitas, dan kompleksitas operasi sedangkan faktor eksternal entitas meliputi
kualitas auditor independen dan ukuran Kantor Akuntan Publik.
2.1.4.1. Ukuran Entitas
Suatu entitas dapat dikatakan sebagai entitas besar apabila entitas tersebut
memiliki total aset lebih dari 100 milyar rupiah merujuk pada peraturan BAPEPAM
No. 11/PM/1997, yang menyatakan bahwa: “Perusahaan menengah atau kecil adalah
perusahaan yang memiliki jumlah kekayaan (total aset) tidak lebih dari 100 milyar
rupiah”. Dengan demikian total aset yang dimiliki oleh suatu entitas dapat menjadi
salah satu tolak ukur untuk melihat ukuran dari entitas tersebut. Menurut Utami (2006),
menyebutkan audit delay akan semakin lama apabila ukuran entitas yang diaudit
semakin besar. Hal semacam ini berkaitan dengan semakin banyaknya sampel yang
diambil dan semakin luasnya prosedur audit yang harus dijalani. Namun dalam hal ini
dipaparkan lebih rinci oleh Utami (2006), perusahaan-perusahaan yang berskala besar
27
cenderung lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan dan mengurangi
terjadinya audit delay dikarenakan perusahaan tersebut dipantau oleh pihak yang
berkepentingan seperti halnya investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Oleh
karena itu, perusahaan yang memiliki skala yang besar cenderung mengalami tingkat
pressure yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan audit yang lebih awal.
2.1.4.2. Jenis Entitas
Jenis entitas yang berbeda akan menyebabkan rentang waktu dalam proses
pengauditan laporan keuangan (Ashton et al, 1987). Penelitian yang dilakukan oleh
Ashton et al (1987), menerangkan bahwa jenis entitas keuangan mengalami audit delay
yang lebih pendek dibandingkan dengan jenis entitas non keuangan. Hal ini
dikarenakan perusahaan keuangan cenderung tidak membutuhkan waktu yang terlalu
lama dalam proses pengauditan sebabnya banyak aset yang dimiliki dalam bentuk
moneter sehingga lebih mudah untuk diukur dibandingkan dengan jenis perusahaan
yang non keuangan. Hal ini sejalan dengan penelitian Ahmad dan Kamarudin (2003)
di Kuala Lumpur Stock Exchange yang menunjukkan audit delay pada perusahaan
non-financial lebih lama 15 hari daripada perusahaan fina. Hal ini disebabkan karena
perusahaan financial tidak mempunyai saldo persediaan sehingga audit yang
diperlukan tidak memerlukan waktu yang cukup lama.
Perbedaan mencolok antara jenis entitas keuangan dengan entitas non keuangan
yang lebih konkret dalam pelaksanaannya adalah jika entitas keuangan hanya
melakukan cash opname karena sebagian besar asetnya dalam bentuk moneter lain
halnya dengan entitas non keuangan yang harus melakukan stock opname untuk
28
menghitung jumlah persediaan. Didukung oleh Iskandar dan Trisnawati (2010) yang
menyebutkan, dikarenakan hanya memiliki sedikit persediaan bagi entitas keuangan,
maka auditor dapat mengurangi atau menghilangkan bagian proses audit tersulit. Hal
itu akan membuat proses audit lebih cepat sehingga audit delay pada proses tersebut
pendek.
2.1.4.3. Tingkat Profitabilitas
Profitabilitas terkait dengan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada di
dalam perusahaan. Profitabilitas perusahaan biasanya diukur melalui laba yang
dihasilkan oleh perusahaan. Perolehan laba biasanya dijadikan suatu pertanda baik
yang dikirimkan ke pasar untuk memperoleh sinyal positif pasar. Perusahaan yang
mengumumkan laba biasanya tingkat audit delay-nya menjadi lebih pendek. Hal
tersebut dikarenakan laba yang diperoleh perusahaan ingin segera diberitahukan
kepada pihak ekternal. Sehingga perusahaan dengan perolehan laba lebih cenderung
segera menerbitkan laporan keuangannya (Rochmah, 2015).
Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh laba.
Laba merupakan tolak ukur yang banyak digunakan untuk melihat kinerja manajemen
dalam mengolah sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laba didapat dari proses
membandingkan antara pendapatan yang didapat entitas dengan beban dan biaya yang
dikeluarkan entitas untuk tujuan ekonomi tersebut. Selisih dari hasil perbandingan
tersebut dinamakan laba/rugi. Tingkat profitabilitas ditengarai berpengaruh terhadap
audit delay. Jika suatu entitas mengumumkan laba maka dirasa entitas tersebut berhasil
dalam mencapai tujuan ekonominya. Dengan kata lain tidak akan ada kecurigaan oleh
29
penggunanya terhadap kesehatan entitas tersebut. Entitas yang mengumumkan laba
cenderung akan cepat menyajikan laporan keuangannya sebab proses penilaian
kewajaran lebih cepat daripada entitas yang melaporkan kerugiannya. Hal tersebut
berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan pasar terhadap pengumuman rugi oleh
entitas. Salah satu dampak kerugian yang ditimbulkan adalah turunnya nilai saham
entitas yang berakibat pada enggannya investor untuk menanamkan modalnya pada
entitas tersebut. Penelitian Naim (1998) memperlihatkan bahwa tingkat profitabilitas
yang lebih rendah memicu kemunduran publikasi laporan keuangan. Demikian pula
Carslaw dan Kaplan (1991) memaparkan entitas yang melaporkan kerugian mungkin
akan meminta auditor untuk mengatur waktu audit yang lebih lama ketimbang
biasanya. Penelitian Ashton (1987) menyebutkan profitabilitas bukanlah faktor yang
signifikan mempengaruhi audit delay.
2.1.4.4. Tingkat Solvabilitas
Dalam rangka memenuhi kebutuhan operasionalnya, suatu entitas memerlukan
dana dari berbagai pihak bukan hanya dari usaha yang dikembangkan entitas tersebut.
Dana-dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan operasional entitas tersebut
dapat diperoleh dari berbagai cara seperti pinjaman jangka panjang, penerbitan
obligasi, penerbitan saham dan lain-lain. Tingkat solvabilitas disebut juga leverage
ratio. Carslaw dan Kaplan (1991), menemukan adanya hubungan positif antara
solvabilitas (rasio total hutang terhadap total aset) dengan audit delay perusahaan.
Masih menurut Carslaw dan Kaplan (1991), makin tingginya solvabilitas berarti ada
permasalahan going concern yang memerlukan audit lebih teliti. Dengan demikian,
30
solvabilitas adalah kemampuan suatu entitas untuk membayar semua hutang-
hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Tingginya rasio debt to equity
mencerminkan tingginya risiko keuangan entitas. Tingginya risiko ini menunjukkan
adanya kemungkinan bahwa entitas tersebut tidak bisa melunasi kewajiban atau
hutangnya baik berupa pokok maupun bunga. Risiko entitas yang tinggi
mengindikasikan bahwa entitas mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan
merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi entitas di mata masyarakat.
Pihak manajemen cenderung menunda penyampaian laporan keuangan berisi berita
buruk (Ukago, 2004). Pembahasan lebih lanjut dalam menganalisa peranan solvabilitas
guna menjelaskan rentang waktu penyelesaian pelaporan keuangan ke publik, didasari
oleh penemuan Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa debt holders
menghendaki syarat-syarat tertentu dalam perjanjian kontrak utang untuk membatasi
aktivitas manajemen, yang salah satunya mengharuskan manajemen menyajikan
laporan keuangan lebih cepat dan bersifat rutin untuk waktu tertentu. Hal ini
dimaksudkan agar debt holders dapat menilai kinerja finansial manajemen. Selain itu
semakin banyaknya risiko terhadap hutang, maka proses audit yang dilakukan auditor
maka akan semakin panjang. Auditor harus memiliki keyakinan dengan
mengumpulkan berbagai bukti dari asersi-asersi terhadap kemampuan entitas dalam
melunasi hutangnya. Dengan semakin banyaknya proses audit yang dilakukan maka
akan semakin panjang waktu yang dibutuhkan. Maka audit delay pada entitas dengan
tingkat rasio leverage tinggi semakin tinggi pula.
31
2.1.4.5. Kompleksitas Operasi Bisnis
Kompleksitas operasi bisnis sangat berhubungan dengan audit delay
dikarenakan banyaknya anak perusahaan yang dimiliki suatu entitas akan membuat
auditor mengerjakan audit yang cukup lama dan sangat kompleks dan menyebabkan
terjadinya audit delay. Kompleksitas operasi bisnis dapat diukur menggunakan jumlah
anak perusahaan yang berakuisisi dengan perusahaan induk sebagai salah satu tolak
ukurnya. Semakin banyak anak perusahaan yang dimiliki maka tingkat operasi
perusahaan juga akan semakin kompleks. Entitas yang memiliki perusahaan anak
diharuskan untuk membuat laporan keuangan konsolidasi. Laporan keuangan
konsolidasi bertujuan untuk menyajikan kinerja keuangan baik dari entitas induk
maupun anak menjadi satu layaknya satu entitas yang utuh. Hal ini selaras dengan
penelitian yang telah diuji oleh Saputri (2012) yang telah menunjukkan kompleksitas
operasi suatu entitas dapat memperpanjang audit delay dikarenakan auditor akan
menghabiskan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas audit pada entitas klien
yang mengalami peningkatan kompleksitas operasi perusahaan.
2.1.4.6. Kualitas Auditor
Ketika melakukan tugas audit Kantor Akuntan Publik sebisa mungkin
mempekerjakan auditor yang memiliki kemampuan yang mumpuni dalam mengaudit
dan pengalaman yang cukup agar kewajaran atas laporan keuangan memiliki
kredibilitas dan menimbulkan kepercayaan bagi penggunanya. Menurut penelitian
Lestari (2010), kualitas auditor memiliki pengaruh terhadap audit delay, karena KAP
yang mempunyai sumber daya yang lebih baik dari segi kuantitas maupun kualitas pasti
32
memiliki reputasi yang harus dijaga sehingga laporan audit akan lebih cepat
diselesaikan. Namun penelitian Carslaw dan Kaplan (1991), menyebutkan tidak
adanya hubungan positif yang signifikan antara audit delay dan kualitas auditor.
Profesionalisme seorang auditor dapat ditandai berdasarkan ketepatan waktu auditor
tersebut dalam menyampaikan laporan auditnya. Ketertundaan dalam
mempublikasikan laporan keuangan dapat disebabkan oleh lamanya auditor dalam
menyelesaikan pekerjaan auditnya. Agar proses audit dapat terselesaikan secara tepat
waktu maka auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam
melaksanakan prosedur audit. (Fachriyah, 2011).
2.1.4.7. Ukuran Kantor Akuntan Publik
Untuk menilai kewajaran atas laporan keuangan yang telah dibuat oleh auditor
internal suatu entitas, maka entitas tersebut harus menyewa jasa penilaian dan audit
atas laporan keuangan tersebut kepada lembaga yang berhak dan capable serta
memperoleh izin untuk melakukan tugas audit. Lembaga tersebut dinamakan Kantor
Akuntan Publik (KAP). KAP besar dijelaskan oleh Ariyanti dan Budiartha (2010),
umumnya memiliki sumber daya yang banyak dan lebih baik. Mayoritas KAP besar
memiliki sistem yang canggih dan akurat karena biasanya didukung dengan kerjasama
internasional dengan sumber dana yang besar. Hal yang biasa terjadi adalah KAP besar
akan memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaiakan pekerjaan auditnya
sebagai imbalan karena lebih cepat menyelesaikan tugas auditnya dibanding KAP yang
ukurannya lebih kecil. KAP besar juga akan berusaha mempertahankan reputasinya
dengan waktu audit yang lebih cepat.
33
Di Indonesia KAP dapat digolongkan menjadi 2 yaitu KAP yang beroperasi
secara universal dan mempunyai kantor cabang di banyak negara di dunia atau dikenal
dengan big four, dan KAP lainnya non big four. Untuk dapat beroperasi di Indonesia
KAP big four harus mengakuisisi KAP lokal. Perbedaan antara KAP big four dengan
non big four terletak pada lebih canggih dan akuratnya sistem yang digunakan oleh
KAP big four yang akan berdampak pada waktu penyelesaian audit. Adapun kantor
akuntan publik di Indonesia yang berafiliasi dengan KAP Big Four di Indonesia
(Saputri, 2012) adalah:
1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerja sama dengan KAP Tanudiredja,
Wibisana & Rekan.
2. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja sama dengan
KAP Siddharta dan Widjaja.
3. KAP Ernst & Young, yang bekerja sama dengan KAP Purwantono, Suherman
dan Surja.
4. KAP Deloitte Touche Tohmatsu, yang bekerja sama dengan KAP Osman Bing
Satrio.
KAP besar, dalam hal ini the big four, cenderung lebih cepat menyelesaikan
tugas audit yang mereka terima bila dibandingkan dengan non big four dikarenakan
reputasi yang harus mereka jaga.
34
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian audit delay telah banyak dilakukan. Hasil dari penelitian-penelitian
tersebut menunjukkan bahwa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay
dalam melaporkan laporan keuangannya diantaranya yaitu:
1. Lucyanda dan Nura’ni (2013) meneliti pengujian faktor-faktor yang
mempengaruhi audit delay Faktor-faktor ini terdiri dari ukuran perusahaan,
rasio hutang terhadap aset, pengungkapan kerugian perusahaan, opini audit,
akuntan publik. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 225
perusahaan tahun yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari Jakarta pada
tahun 2008-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio hutang
terhadap aset berpengaruh positif terhadap keterlambatan audit, dan ukuran
perusahaan akuntan publik memiliki pengaruh negatif terhadap audit delay.
2. Che-Ahmad dan Shamharin (2009) meneliti pengaruh dari variabel jumlah
aset, jumlah anak perusahaan, ukuran KAP, opini audit, dan kepemilikan
saham direksi terhadap variabel audit delay. Sampel penelitian yang
digunakan adalah 343 perusahaan yang listing di Bursa Malaysia periode
tahun 1993. Hipotesis diuji menggunakan model regresi linier berganda
yang menunjukkan bahwa hanya kepemilikan saham direksi yang memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap audit delay.
3. Modugu, Eragbhe, dan Ikhatua (2012) meneliti pengaruh ukuran
perusahaan, debt-equity Ratio, profitabilitas, cabang perusahaan
multinasional, reputasi KAP, audit fees, dan jenis industri. Hasil dari
penelitian tersebut adalah variabel cabang perusahaan multinasional,
35
ukuran perusahaan, dan audit fees yang berpengaruh terhadap audit delay,
variabel independen lainnya tidak berpengaruh signifikan.
Berdasarkan paparan peneletian terdahulu diatas dapat dilihat bahwa terjadinya
audit delay merupakan permasalahan yang dinamis karena bergantung dari tempat
penelitian, variabel, dan waktu penelitian.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Penelitian kualitatif
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif,
yaitu penelitian yang memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau
kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi (Koentjaraningrat,
1993:89). Metodologi kualitatif menurut Moleong (2007:6), adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Dijelaskan kembali oleh Moleong (2007:5), mengemukakan bahwa penelitian
kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan
metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara
alamiah.
Selanjutnya peneliti memberikan gambaran dengan cermat mengenai
fenomena yang terjadi tentang faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
terjadinya audit delay, yang mana studi kasus dilakukan pada Kantor Akuntan
Publik MTD, TR, dan DBSD&A di Kota Malang. Studi kasus digunakan sebagai
penjelasan komprehensif yang berkaitan dengan berbagai aspek seseorang, suatu
kelompok, suatu organisasi, suatu program, atau suatu situasi dalam masyarakat
yang diteliti, diupayakan dan ditelaah sedalam mungkin. Studi kasus juga memiliki
pengertian berkaitan dengan penelitian yang terperinci tentang seseorang atau suatu
unit sosial dalam kurun waktu tertentu (Yin, 2008).
37
Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk memperoleh gambaran
seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan yang sedang diteliti. Penelitian
kualitatif ini berhubungan erat dengan ide, persepsi, pendapat serta kepercayaan
yang sedang diteliti dan semuanya tidak dapat diukur dengan angka.
Pada studi ini peneliti akan menganalisis faktor–faktor penyebab audit delay
berdasarkan keterangan Senior auditor dan Senior manager yang pernah mengalami
audit delay pada KAP MTD, TR, dan DBSD&A di Kota Malang selaku informan.
Pendekatan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian ini lebih cenderung
kepada metode studi kasus. Seperti halnya strategi-strategi penelitian lainnya,
metode studi kasus merupakan suatu cara penelitian terhadap masalah secara
deskriptif melalui pengungkapan dan penemuan.
3.2. Objek Penelitian
Peneliti memilih Kantor Akuntan Publik MTD, TR, dan DBSD&A di Kota
Malang, Jawa Timur sebagai tempat penelitian dikarenakan ketiga KAP tersebut
memenuhi kriteria yang dibutuhkan peneliti untuk melakukan penelitian. Kriteria
tersebut antara lain (a) ketiga KAP tersebut pernah mengalami audit delay dan (b)
ketiga KAP tersebut mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian melalui
wawancara terkait audit delay.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti
yang bertujuan untuk memperoleh data dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini,
peneliti memilih jenis penelitian kualitatif dan data yang diperoleh harus mendalam,
jelas, spesifik, dan akurat. Sugiyono (2009:225) menjelaskan bahwa pengumpulan
38
data dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan
gabungan/triangulasi. Peneliti memilih teknik wawancara sebagai teknik
pengumpulan data karena dinilai relevan dalam memperoleh data serta temuan-
temuan guna mencapai tujuan penelitian. Menurut Jogiyanto (2010), wawancara
adalah komunikasi dua arah untuk mendapatkan data dari informan dengan
berbagai model wawancara antara lain wawancara personal, wawancara intersep,
dan wawancara telepon. Wawancara personal adalah wawancara dengan
melakukan tatap muka langsung dengan responden. Sedangkan wawancara intersep
hampir sama dengan wawancara personal tetapi informan dipilih di lokasi umum,
dan wawancara telepon adalah wawancara yang dilakukan melalui media telepon.
Model teknik wawancara yang dipakai peneliti dalam melakukan penelitian
adalah wawancara personal dengan senior auditor maupun senior manager yang
pernah mengalami audit delay pada Kantor Akuntan Publik MTD, TR, dan
DBSD&A di Kota Malang.
3.4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah data
primer, yaitu informan yang terdiri dari 2 orang Senior auditor dan 1 orang Senior
manager yang pernah mengalami audit delay di KAP MTD, TR, dan DBSD&A di
Kota Malang, dan bersedia untuk menjalani wawancara. Data Primer adalah data
dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau
perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, yakni subjek penelitan
atau informan yang berkenaan dengan variabel yang diteliti atau data yang
diperoleh dari informan secara langsung (Arikunto, 2010:22).
39
3.5. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Moleong (2007:248), adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa
yang dapat diceriterakan kepada orang lain. Berdasarkan pada definisi yang telah
dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa langkah awal analisis data adalah
mengumpulkan data yang ada, menyusun secara sistematis, lalu
menginterpretasikan hasil penelitiannya dalam tulasan serta mempresentasikan
hasil penelitian kepada orang lain. Selanjutnya Moleong (2007:248), menjabarkan
tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang
ada dalam data.
2. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang
berasal dari data.
3. Menentukan ‘model’ yang ditemukan.
4. Mencatat yang telah dilakukan.
Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara personal dengan
informan kunci, yaitu seseorang yang benar-benar memahami dan mengetahui
situasi suatu objek penelitian. Setelah melakukan wawancara, analisis data dimulai
dengan membuat transkrip dari hasil wawancara tersebut, dengan cara memutar
kembali hasil rekaman dari wawancara tersebut dan mendengarkan dengan
seksama. Lalu menuliskan sesuai dengan apa yang terekam pada rekaman tersebut.
40
Setelah peneliti menulis hasil wawancara tersebut ke dalam transkrip,
selanjutnya peneliti harus membaca dan menelaah secara cermat kemudian
dibuatlah reduksi data. Peneliti membuat reduksi data dengan cara membuat
abstraksi, yakni mengambil dan mencatat informasi-informasi yang bermanfaat
sesuai dengan konteks penelitian atau mengabaikan kata-kata yang tidak perlu
sehingga didapatkan inti dari kalimatnya saja, tetapi bahasanya sesuai dengan
bahasa informan. Selanjutnya peneliti akan mencantumkan hasil dari analisis data
kedalam pembahasan.
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik MTD, TR, dan DBSD&A di
Kota Malang
Audit delay merupakan salah satu risiko yang ditimbulkan dari proses
auditing. Auditing melibatkan dua pihak yaitu auditee selaku klien yg diaudit dan
auditor independen dari Kantor Akuntan Publik. Informasi yang dibutuhkan
auditor independen untuk mengaudit dicerminkan oleh laporan keuangan klien.
Adapun audit delay pada penelitian ini mengacu pada lamanya waktu
penyelesaian proses audit atas laporan keuangan ditentukan oleh tanggal yang
disepakati antara klien dengan KAP saat perikatan hingga diselesaikannya laporan
audit oleh auditor. Penjelasan tersebut sesuai dengan tahapan-tahapan audit yang
disebutkan Agoes (2012:9) tentang proposal audit yang di dalamnya tercantum
kapan proses audit dimulai dan diselesaikan yang kemudian disetujui melalui
kontrak kerja audit dalam surat perikatan.
Alasan peneliti mengacu pada pengertian tersebut dikarenakan mayoritas
klien dari KAP MTD, TR, dan DBSD&A yang mengalami audit delay merupakan
klien yang non listing di Bursa Efek Indonesia, sehingga tolak ukur terjadinya
audit delay diukur berdasarkan jumlah hari lamanya waktu penyelesaian audit
yang melebihi tanggal yang disepakati saat perikatan, bukan batas waktu
pelaporan laporan keuangan yang sudah ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan
maupun BAPEPAM-LK.
42
Dalam konteks penelitian ini, peneliti sudah melakukan penelitian terkait
terjadinya audit delay pada Kantor Akuntan Publik MTD, TR, dan DBSD&A di
Kota Malang.
4.1.1 Pengetahuan Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik MTD
Analisis penelitian yang pertama pada Kantor Akuntan Publik MTD di
Kota Malang pada hari Kamis, tanggal 8 Juni 2017 dengan informan X selaku
Senior auditor berusia 29 tahun. Dalam hasil wawancaranya beliau menjelaskan
bahwa di Kantor Akuntan Publik MTD pernah mengalami audit delay. Penjelasan
yang diberikan X terkait audit delay adalah:
“Audit delay itu merupakan audit yang proses
pelaksanaannya melebihi batas waktu yang sudah
ditentukan.”
Hasil penjelasan yang dikemukakan oleh informan X dinilai sudah cukup
relevan dengan pengertian audit delay menurut Ahmad dan Kamarudin (2003),
yaitu jumlah hari antara tanggal laporan keuangan dan tanggal laporan audit.
Didukung oleh Rachmawati (2008) mengemukakan bahwa audit delay adalah
rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan diukur
berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor
independen atas audit laporan keuangan perusahaan.
Selanjutnya dijelaskan oleh narasumber X terkait batas waktu yang sudah
disebutkan terkait audit delay:
“Itu tergantung dari kontrak yang disepakati saat
perikatan.”
Keterangan yang diberikan informan X menunjukkan bahwa pelaporan
yang dilakukan oleh KAP MTD terdapat keterlambatan karena auditor merasa
bahwa audit delay disebabkan tidak sesuainya waktu penyelesaian audit hingga
43
penerbitan opini dengan kontrak audit yang disepakati saat perikatan. Keterangan
informan X sesuai dengan tahapan audit yang disebutkan Agoes (2012:9) tentang
proposal audit yang di dalamnya tercantum kapan proses audit dimulai dan
diselesaikan yang kemudian disetujui melalui kontrak kerja audit dalam surat
perikatan. Jika laporan auditor terbit setelah waktu yang disepakati maka terjadi
audit delay.
Dampaknya adalah semakin panjang audit delay maka semakin lama
entitas memperoleh opini audit. Dampak negatif juga didapat oleh KAP karena
semakin lama auditor menyelesaikan pekerjaan auditnya, maka semakin banyak
waktu dan biaya yang dikorbankan diluar perencanaan audit. Selain itu jika audit
delay semakin panjang, akan berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian
keputusan berdasarkan terlambatnya informasi yang dipublikasikan.
Ketepatan waktu juga menunjukkan bahwa laporan keuangan harus
disajikan pada kurun waktu yang teratur untuk memperlihatkan perubahan
keadaan entitas yang mungkin akan mempengaruhi prediksi dan keputusan
pemakai. Ketepatan waktu tidak menjamin relevansi, tapi relevansi informasi
tidak dimungkinkan tanpa ketepatan waktu informasi mengenai kondisi dan
proses perusahaan harus cepat dan tepat sampai kepada pengguna laporan
keuangan. Manfaat sebuah laporan keuangan yang diaudit akan berkurang jika
laporan yang disajikan tidak tersedia tepat waktu sesuai Carslaw dan Kaplan
(1991), yang menyatakan bahwa ketepatan waktu (timeliness) pelaporan
merupakan atribut utama dalam laporan keuangan. Semakin lama audit delay
maka semakin lama auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Yang
terpenting adalah laporan keuangan tersebut bisa selesai tepat waktu dan dapat
44
diandalkan. Sehingga opini yang dihasilkan sesuai dengan standar auditing.
Auditor tidak boleh asal cepat menyelesaikan namun opini yang dihasilkan tidak
bisa diandalkan.
Mengingat pentingnya ketepatan waktu pelaporan keuangan bagi pembuat
keputusan, dimana audit delay menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
terlambatnya pelaporan keuangan, maka audit delay serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya dinilai dapat menjadi salah satu objek yang dapat diteliti.
Salah satunya adalah pemahaman auditor dalam menangani masalah pelaporan
informasi keuangan pada publik.
4.1.2 Pengetahuan Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik TR
Analisis penelitian yang kedua pada KAP TR di Kota Malang, Jawa Timur
pada hari Jumat, tanggal 16 Juni 2017 dengan informan Y selaku Senior Auditor
berusia 49 tahun. Dalam hasil wawancaranya beliau menjelaskan bahwa di Kantor
Akuntan Publik TR pernah mengalami audit delay.
Audit delay yang terjadi pada Kantor Akuntan Publik TR dijelaskan oleh
informan Y merupakan keterlambatan pelaporan opini melewati waktu yang
sudah disepakati. Penjelasan tersebut hampir sama dengan penjelasan informan X
dari Kantor Akuntan Publik MTD karena menekankan pada keterlambatan
pelaporan opini dengan waktu penyelesaian yang sudah disepakati. Adapun waktu
yang disepakati merupakan kesepakatan saat melakukan perikatan. Hal tersebut
dijelaskan dalam hasil wawancara berikut ini:
“Audit delay itu merupakan keterlambatan pelaporan
opini.”
Atas penjelasan di atas maka pengetahuan tentang audit yang dimiliki oleh KAP
TR sudah baik karena senada audit delay menurut Rachmawati (2008), yang
45
mengemukakan bahwa audit delay adalah rentang waktu penyelesaian
pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan diukur berdasarkan lamanya hari
yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan
keuangan perusahaan. Selanjutnya informan Y menjelaskan lamanya waktu
penyeselesaian audit yang sudah disepakati dalam hasil wawancara berikut ini:
“Itu tergantung kita (pihak KAP) dan kliennya, biasanya
kalo kliennya bisa kerja sama dengan baik rata-rata 5
minggu sudah selesai namun tergantung dari ukuran
klien”.
Dari hasil wawancara di atas maka dapat dikatakan bahwa batas waktu
yang harus disepakati untuk menghindari audit delay bergantung dari pihak KAP
TR dengan klien, beliau menambahkan idealnya proses penyelesaian laporan audit
rata-rata 5 minggu sudah selesai, tergantung dari ukuran klien. Keterangan
informan Y menghasilkan beberapa informasi terkait audit delay. Yang pertama
adalah lemahnya komitmen yang terjadi antara kerjasama klien dan pihak
lembaga sendiri karena kerja sama yang tidak baik dapat menimbulkan
keterlambatan penyelesaian laporan audit. Kedua, adalah penjelasan informan Y
menguatkan penjelasan Agoes (2012:9) tentang tahapan-tahapan audit mengenai
proposal audit yang di dalamnya tercantum kapan proses audit dimulai dan
diselesaikan yang kemudian disetujui melalui kontrak kerja audit dalam surat
perikatan. Ketiga, ukuran perusahaan juga berpengaruh terhadap keterlambatan
pelaporan opini audit sesuai dengan penelitian Utami (2006), yang menyebutkan
audit delay akan semakin lama apabila ukuran entitas yang diaudit semakin besar.
Hal semacam ini berkaitan dengan semakin banyaknya sampel yang diambil dan
semakin luasnya prosedur audit yang harus dijalani.
46
Ketepatan waktu penerbitan laporan keuangan audit merupakan hal yang
sangat penting baik bagi entitas yang listing maupun non listing di BEI. Untuk
entitas listing BEI yang menggunakan pasar modal sebagai salah satu sumber
pendanaan, ketepatan waktu menjadi hal yang sangat penting karena jika
penerbitan opini atas laporan keuangan entitas tersebut terlambat, maka ada
kecenderungan bahwa terdapat permasalahan pada entitas tersebut yang
menyebabkan terlambatnya penerbitan opini atas laporan keuangan entitas
tersebut dan sebaliknya. Sedangkan pada entitas non listing BEI audit delay
berakibat pada berkurangnya manfaat yang dapat diambil oleh pihak internal yang
diakibatkan terlambatnya penyelesaian audit atas laporan keuangan mereka. Hal
ini disebutkan Carslaw dan Kaplan (1991), yang menyatakan bahwa ketepatan
waktu (timeliness) pelaporan merupakan atribut utama dalam laporan keuangan.
Waktu yang telah disepakati saat perikatan antara KAP dengan klien
menjadi tolak ukur penyebab terjadinya audit delay dan pada pelaksanaannya
KAP cenderung menjadi pusat kesalahan atas keterlambatan penyampaian
informasi pada publik. Pada dasarnya keterlambatan pelaporan yang terjadi tidak
sepenuhnya kesalahan dari kinerja KAP sendiri karena seberapapun lama waktu
yang sudah ditentukan akan tergantung pada pihak klien KAP itu sendiri.
4.1.3 Pengetahuan Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik DBSD&A
Analisis penelitian yang ketiga pada KAP DBSD&A di Kota Malang,
Jawa Timur pada hari Selasa, 11 Juli 2017 dengan informan Z selaku Senior
manager berusia 33 tahun. Dalam hasil wawancara beliau menjelaskan bahwa di
Kantor Akuntan Publik DBSD&A sendiri pernah mengalami audit delay saat
pelaporan.
47
Informan Z menyebutkan audit delay merupakan waktu yang ditimbulkan
oleh keterlambatan report audit laporan keuangan sejak tanggal perjanjian antara
kedua belah pihak sampai tanggal pelaporan audit maupun sesuai pada peraturan
yang berlaku. Hal tersebut didapat dari keterangan beliau sebagai berikut:
“Audit delay merupakan keterlambatan report audit dari
apa yang ada dalam perjanjian maupun apa yang ada
dalam peraturan.”
Penjelasan di atas dinilai cukup bagus karena didukung Rachmawati
(2008) yang mengemukakan bahwa audit delay adalah rentang waktu
penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan diukur berdasarkan lamanya
hari dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan
keuangan perusahaan. Semakin lama auditor menyelesaikan pekerjaan auditnya,
semakin lama pula audit delay. Jika audit delay semakin panjang, mengakibatkan
berkurangnya kualitas isi informasi yang terkandung dalam laporan keuangan
sehingga mempengaruhi tingkat ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada
informasi yang dipublikasikan. Selain itu beliau juga menyebutkan bahwa audit
delay terjadi karena telah melebihi batas waktu yang sudah tercantum pada
peraturan. Peraturan yang dimaksud adalah Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 29 /POJK.04/2016 Tentang Laporan Tahunan Emiten Atau Perusahaan
Publik Pasal 7 Ayat (1) menyebutkan bahwa emiten atau perusahaan publik wajib
menyampaikan laporan tahunan kepada otoritas jasa keuangan paling lambat pada
akhir bulan keempat setelah tahun buku berakhir. Adapun keterlambatan report
yang dikatakan informan Z dijelaskan sebagai berikut:
“Lamanya keterlambatan bergantung dari perjanjian
perikatan.”
48
Informan Z menjelaskan bahwa batas waktu yang harus dipenuhi supaya tidak
terjadi audit delay tidak menentu karena bergantung dari kesepakatan dengan
klien saat perikatan. Penjelasan beliau sesuai dengan penjelasan Agoes (2012:9),
tentang tahapan-tahapan audit mengenai proposal audit yang di dalamnya
tercantum kapan proses audit dimulai dan diselesaikan yang kemudian disetujui
melalui kontrak kerja audit dalam surat perikatan. Apabila batas waktu
penyelesaian audit melebihi waktu yang disepakati maka terjadi audit delay.
Laporan keuangan yang melebihi perjanjian yang sudah disepakati saat
perikatan, maka informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tersebut
dapat dikatakan berkurang manfaatnya untuk membantu pengambilan keputusan.
Hal ini dijelaskan oleh Carslaw dan Kaplan (1991), menyatakan bahwa ketepatan
waktu (timeliness) pelaporan merupakan atribut utama dalam laporan keuangan.
Keterlambatan publikasi laporan keuangan akan berdampak pada meningkatnya
ketidakpastian atas keputusan yang diambil dari informasi yang ada didalam
laporan keuangan. Untuk menghindari dampak dari keterlambatan publikasi
laporan keuangan, maka laporan keuangan harus dipublikasikan secara tepat
waktu.
4.2 Pengalaman Audit Delay
4.2.1 Pengalaman Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik MTD
Berdasarkan hasil analisa peneliti pada informan dijelaskan bahwa dalam
selama bekerja di KAP MTD, informan X pernah mengalami audit delay pada
klien di tahun 2016 namun menolak memberikan nama jelas klien sehingga
disamarkan oleh peneliti. Ketika ditanya apakah pernah mengalami audit delay
beliau menjawab:
49
“Ya, pernah di klien ABC tahun 2016.”
Proses terjadinya Audit delay pada KAP MTD terjadi karena klien lalai
memenuhi pembayaran fee audit yang sudah disepakati saat perikatan yang
seharusnya dilakukan secara berkala hingga audit selesai. Atas kejadian ini pihak
KAP MTD terpaksa menahan laporan opini audit yang sudah selesai dikerjakan
hingga pembayaran fee dipenuhi oleh klien. Hal ini tersebut disampaikan melalui
hasil wawancara berikut ini:
“Saat itu kita sudah menyepakati kontrak audit ketika
perikatan termasuk fee audit di dalamnya yang akan
dibayarkan secara berkala hingga selesainya audit.
Namun pada waktu berjalan klien lalai dalam melakukan
pembayaran hingga mendekati waktu penerbitan opini
sehingga kami memutuskan untuk menahan laporan hasil
audit hingga klien membayar fee yang sudah disepakati.
Kemudian sempat beberapa kali klien juga susah ditemui
setelah perikatan. Tentu hal ini bisa menghambat
pekerjaan kami”.
Dari penuturan tersebut di atas dijelaskan bahwa fee merupakan hal yang
sensitif dan menyebabkan KAP MTD harus menahan laporan audit yang
seharusnya diinformasikan sesuai tanggal yang ditentukan namun menjadi
terlambat karena adanya keterlambatan pembayaran fee dari pihak klien sendiri.
Hal ini tentu akan mengakibatkan Audit delay di KAP MTD. Selain itu, klien juga
susah ditemui setelah perikatan. Hal ini juga menyebabkan terhambatnya proses
audit yang dilakukan oleh KAP MTD.
50
4.2.2 Pengalaman Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik TR
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang berasal dari informan Y pada
KAP TR menunjukkan bahwa pernah terjadi audit delay pada saat mengaudit
klien. Audit delay terjadi saat mengaudit pada tahun 2015-2016, yang diselesaikan
pada tahun 2016. Ketika peneliti menanyakan apakah informan pernah mengalami
audit delay atau tidak, beliau menjawab melalui hasil wawancara sebagai berikut:
“Pernah saat mengaudit klien pada tahun 2015-2016,
penyelesaiannya pada tahun 2016.”
Penyelesaian audit yang dilakukan KAP TR yang seharusnya diselesaikan
tahun 2015 baru dapat diselesaikan tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh adanya
kendala kurang lengkapnya data dari klien sendiri. Dijelaskan dalam hasil
wawancara berikut ini:
“Audit delay terjadi disebabkan sempat ada kendala
seperti dari pihak mereka datanya terlambat karena
kurang lengkap. Mereka kan menyiapkan laporan
keuangan dahulu, setelah siap baru kita mengaudit. Terus
yang sering kita alami data hilang di perjalanan. Jadi saat
pengiriman kita tunggu tidak kunjung sampai kemudian
kita konfirmasi ke pihak klien. Kemudian klien hanya
mengatakan kalau datanya hilang saat pengiriman entah
kendalanya apa yang jelas datanya tidak sampai ke KAP.
Hal ini menyebabkan waktu audit yang dibutuhkan
semakin lama karena klien membutuhkan waktu untuk
mengumpulkan data-data yang hilang”.
Penjelasan dari wawancara di atas menunjukkan bahwa kendala
penyelesaian laporan keuangan sendiri terkadang berasal dari pihak klien sendiri.
Dimulai dari kendala hilangnya data, atau tidak sampainya data kepada pihak
KAP sehingga waktu penyelesaian laporan informasi kepada publik menjadi
panjang dan lama terbukti hingga terjadi audit delay dalam jangka 1 tahun.
51
Keterlambatan penyelesaian laporan keuangan seringkali menimbulkan
masalah yang pengaruhnya begitu besar bagi suatu lembaga seperti tertundanya
proses audit. Peran laporan keuangan menjadi sangat penting ketika dibuat tepat
pada waktunya, sehingga informasi yang disampaikan lebih akurat dan keputusan
yang diambil oleh pengguna laporan keuangan menjadi lebih relevan.
4.2.3 Pengalaman Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik DBSD&A
Hasil analisis peneliti pada objek penelitian ketiga, dilansir dari informan
Z menyatakan bahwa audit delay juga pernah terjadi di KAP DBSD&A selama
beberapa kali terutama pada klien non listing di BEI (Bursa Efek Indonesia).
Sebagaimana ungkapan narasumber sebagai berikut:
“Pernah, beberapa kali kita mengalami keterlambatan
terutama pada klien non listing di BEI (Bursa Efek
Indonesia).”
Beliau menambahkan, faktor yang menyebabkan mengapa mayoritas audit
delay terjadi pada klien yang non listing di Bursa Efek Indonesia dikarenakan
rata-rata klien yang mengalami audit delay merupakan entitas non listing BEI dan
tidak terikat dengan standar tanggal maksimum yang ditetapkan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal–Laporan Keuangan (BAPEPAM-LK) maupun Otoritas
Jasa Keuangan (OJK). Maka otomatis klien yang non listing di Bursa Efek
Indonesia tidak terjerat sanksi yang ditetapkan BAPEPAM-LK maupun OJK jika
terlambat menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit.
Beragam proses audit delay yang terjadi di setiap KAP. Terdapat dua kali
peristiwa audit delay yang terjadi pada KAP DBSD&A. Yang pertama adalah
masuknya data audit di waktu yang sudah mendesak dikarenakan data belum
lengkap sehingga pihak KAP tidak bisa melakukan pengujian lebih awal dan
52
kedua adalah melebarnya lingkup kerja audit setelah perikatan. Hal ini
diungkapkan dalam hasil wawancara berikut ini:
“Proses terjadinya beragam. Yang pertama karena
tanggal report/tanggal audit adalah tanggal terakhir kami
menerima data, jadi report baru bisa keluar setelah data
komplit dan kami sudah melakukan pengujian. Jika
mereka terlambat memberikan data dan baru diberikan di
akhir-akhir tanggal audit yang sudah disepakati maka
kemungkinan terjadinya Audit delay sangat besar. Yang
kedua disebabkan scope of work itu berkembang setelah
perikatan.”
Setelah perikatan, laporan audit hampir sepenuhnya menjadi tanggung
jawab auditor karena saat itu lah auditor melakukan pekerjaan audit lapangan
sementara klien hanya menunggu hasil dan memberkan informasi yang
dibutuhkan auditor dalam menyelesaikan proses audit. Sehingga merujuk dari data
wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa lingkup kerja benar-benar harus
diperhitungkan serta data klien harus dipastikan lengkap demi kelancaran proses
audit itu sendiri.
Pihak klien bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan
sedangkan auditor bertanggung jawab dalam memberikan pendapat atas laporan
keuangan. Namun, sering kali pada kenyataannya pihak internal belum
mempersiapkan data terkait informasi entitas mereka dengan baik dan tidak
menjelaskan gambaran umum terkait entitas mereka secara jujur sehingga proses
audit yang dikerjakan auditor dari pihak Kantor Akuntan Publik menjadi lebih
sulit dan lama. Dua hal ini yang menyebabkan terjadinya audit delay pada KAP
DBSD&A.
53
4.3 Analisis Faktor-Faktor Penyebab Audit Delay Eksternal KAP
Audit delay bisa disebabkan oleh pihak klien selaku eksternal dan pihak
internal Kantor Akuntan Publik. Adapun faktor eksternal KAP yang meyebabkan
audit delay adalah kompleksitas operasi bisnis. Kemudian dari hasil penelitian
melalui wawancara pada KAP MTD, KAP TR, dan KAP DBSD&A di Kota
Malang, peneliti menemukan temuan baru yaitu pembayaran audit, data hilang
saat pengiriman, dan data tidak lengkap.
1. Kompleksitas Operasi Bisnis
Kompleksitas operasi bisnis sangat berhubungan dengan audit delay
dikarenakan banyaknya anak perusahaan yang dimiliki suatu entitas akan
membuat auditor mengerjakan audit yang cukup lama dan sangat kompleks dan
menyebabkan terjadinya audit delay. Kompleksitas operasi bisnis dapat diukur
menggunakan jumlah anak perusahaan yang berakuisisi dengan perusahaan induk
sebagai salah satu tolak ukurnya. Semakin banyak anak perusahaan yang dimiliki
maka tingkat operasi perusahaan juga akan semakin kompleks. Entitas yang
memiliki perusahaan anak diharuskan untuk membuat laporan keuangan
konsolidasi. Laporan keuangan konsolidasi bertujuan untuk menyajikan kinerja
keuangan baik dari entitas induk maupun anak menjadi satu layaknya satu entitas
yang utuh. Hal ini selaras dengan penelitian yang telah diuji oleh Saputri (2012)
yang telah menunjukkan kompleksitas operasi bisnis suatu entitas dapat
memperpanjang audit delay. Hal ini dikarenakan auditor akan menghabiskan lebih
banyak waktu untuk menyelesaikan tugas audit pada entitas klien yang mengalami
peningkatan kompleksitas operasi bisnis perusahaan.
54
Dari hasil wawancara terhadap informan Z yang bekerja pada KAP
DBSD&A, beliau mengemukakan bahwa terdapat pengaruh kompleksitas operasi
bisnis terhadap audit delay pada KAP DBSD&A. Hal tersebut disampaikan beliau
sebagai berikut:
“Kami menganalisa risiko di awal, di tengah jalan risiko
berubah sehingga pengujian harus semakin detail yang
menyebabkan scope of work kami berubah dan pengujian lebih
detail. Kami punya pre-engagement dan perencanaan awal
namun di tengah jalan perencanaan itu bisa berubah. Karena
hasil pengujian yang tidak memuaskan kami membutuhkan
bukti yang cukup dan relevan sehingga kami harus
memperluas pengujian. Jika ini sampai terjadi maka kami
harus melakukan pengujian ulang atau kami membutuhkan
bantuan ahli, kami akan komunikasikan dengan klien bahwa
kami tidak bisa release report di tanggal yang sudah
disepakati bersama karena kami membutuhkan jasa pihak
ketiga untuk mendapatkan bukti yang cukup dan relevan.
Misal, sebuah entitas mempunyai side job. Contohnya ada
sebuah entitas perdagangan namun ternyata dia memiliki
usaha lain yang kita tidak tahu di awal. Ternyata entitas
tersebut mempunyai tambang kecil-kecilan. Dalam laporan
keuangan side job tambang tersebut mereka memiliki
cadangan berlian di dalam tanah yang nilainya sekian. Kami
auditor, kami tidak punya keahlian cukup untuk menilai
kandungan berlian tersebut. Maka kami panggil ahli geologi
untuk menguji, kemudian kami panggil pihak appraisal untuk
menguji harga berlian tersebut. Seperti itu.”
Berdasarkan keterangan tersebut, dapat dilihat bahwa klien ternyata
memiliki kompleksitas operasi bisnis yang lebih luas yang mana hal tersebut tidak
disampaikan saat melakukan perikatan. Apalagi usaha sampingan tersebut
merupakan usaha yang sulit dipahami oleh seorang auditor dimana informan
mencontohkan usaha sampingan tersebut bergerak di bidang tambang. Auditor
tidak memiliki keahlian dalam menilai kandungan yang dimiliki tambang tersebut.
Hal ini menyebabkan pihak Kantor Akuntan Publik kembali menghubungi klien
untuk menyewa jasa ahli geologi untuk menguji, dan menyewa pihak appraisal
55
untuk menilai dan menguji harga kandungan tersebut. Rangkaian proses tersebut
tentu saja memakan waktu yang lebih lama dan mengakibatkan audit delay.
Setelah melakukan penelitian melalui wawancara pada KAP MTD, KAP
TR, dan KAP DBSD&A, peneliti menemukan temuan-temuan baru. Temuan-
temuan tersebut antara lain:
2. Pembayaran Audit
Dari hasil wawancara terhadap informan X selaku Senior manager berusia
29 tahun yang bekerja untuk KAP MTD di Kota Malang, peneliti memperoleh
temuan bahwa pembayaran audit dapat mengakibatkan audit delay. Hal ini
didapat melalui keterangan sebagai berikut:
“Saat itu kita sudah menyepakati kontrak audit ketika
perikatan termasuk fee audit di dalamnya yang akan
dibayarkan secara berkala hingga selesainya audit.
Namun pada waktu berjalan klien lalai dalam melakukan
pembayaran hingga mendekati waktu penerbitan opini
sehingga kami memutuskan untuk menahan laporan hasil
audit hingga klien membayar fee yang sudah disepakati.”
Keterangan tersebut menjelaskan bahwa pembayaran audit dapat
menyebabkan audit delay karena tidak adanya profesionalitas dari klien dalam
memenuhi kewajiban atas pembayaran audit yang sudah dijanjikan saat kontrak
audit di perikatan. Akibat dari lalainya pembayaran audit yang seharusnya
dipenuhi oleh klien adalah keputusan dari pihak KAP MTD untuk menahan
sementara laporan hasil audit hingga klien memenuhi pembayaran audit yang
sudah disepakati. Tentu saja hal ini menimbulkan audit delay dari waktu
penyelesaian yang sudah disepakati saat perikatan. Karena hasil laporan audit
hingga penerbitan opini baru akan diterbitkan ketika klien bisa memenuhi
pembayaran audit yang sudah dijanjikan.
56
Lebih dalam beliau menambahkan melalui hasil wawancara sebagai berikut:
“Penyebab utamanya ya karena mereka belum mempunyai
biaya yang cukup untuk membayar jasa audit. Padahal
masalah fee sudah dibicarakan dan disetujui saat perikatan
tapi mereka tidak profesional karena tidak bisa memenuhi
perjanjian yang sudah disepakati. Dampak dari permasalahan
ini bagi klien adalah opini mereka semakin lama terbit dan
dampaknya bagi kami adalah pekerjaan kami semakin lama
yang bisa menyebabkan timeline yang sudah kami susun
berantakan dan berdampak pada terbengkalainya tugas audit
lainnya”
Adanya keterlambatan pembayaran audit yang dilakukan klien tentu akan sangat
menghambat adanya kinerja KAP sendiri. Komitmen dan perikatan yang sudah
disusun dan disetujui di awal justru tidak dipenuhi oleh sang klien. Dijelaskan
oleh beliau bahwa hal tersebut dimungkinkan data yang akan diaudit belum
selesai dan pihak perusahaan sudah masuk waktu audit sehingga audit delay
terjadi ditambah dengan pembayaran audit yang seharusnya dilakukan juga
terlambat.
3. Data Hilang Saat Pengiriman
Setelah mewawancarai informan Y selaku Senior auditor berusia 49 tahun
yang bekerja pada KAP TR di Kota Malang, informan menemukan temuan yang
tergolong unik karena jarang sekali ditemukan pada penelitian-penelitian
sebelumnya. Temuan terebut merupakan data yang hilang di jalan. Lebih lanjut
dipaparkan oleh informan Y:
“Terus yang sering kita alami data hilang di perjalanan.
Jadi saat pengiriman kita tunggu tidak kunjung sampai
kemudian kita konfirmasi ke pihak klien. Kemudian klien
hanya mengatakan kalau datanya hilang saat pengiriman
entah kendalanya apa yang jelas datanya tidak sampai ke
KAP. Hal ini menyebabkan waktu audit yang dibutuhkan
semakin lama karena klien membutuhkan waktu untuk
mengumpulkan data-data yang hilang.”
57
Saat mengaudit, informan Y yang bekerja sebagai Senior auditor pada
KAP TR mengalami peristiwa yang jarang terjadi namun berdampak terhadap
audit delay. Peristiwa tersebut disebabkan hilangnya data yang dibutuhkan dalam
proses audit ketika dikirimkan. Jadi saat pihak KAP TR meminta data terkait
informasi klien yang butuhkan, klien awalnya mengatakan sudah mengirimkan
data tersebut. Namun setelah lama ditunggu data tersebut tidak kunjung sampai.
Kemudian pihak KAP TR menghubungi klien untuk menanyakan data tersebut.
Dan setelah ditelusuri oleh klien ternyata data tersebut hilang saat dikirimkan. Hal
tersebut mengakibatkan keterlambatan atas waktu penyelesaian audit dikarenakan
klien membutuhkan waktu tambahan untuk mengumpulkan data-data yang hilang
untuk kemudian diaudit oleh pihak KAP TR sehingga hal tersebut menyebabkan
terjadinya audit delay.
Atas terjadinya hilangnya data saat dikirimkan, pihak KAP TR harus
mengambil keputusan dengan mempertimbangkan materialitas dari data yang
hilang tersebut. Materialitas menurut Agoes (2012) merupakan, besarnya
informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari
keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi
pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut.
Definisi tersebut mengakui pertimbangan materialitas dilakukan dengan
memperhitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan baik
pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Setelah menentukan materialitas,
langkah selanjutnya yang harus dilakukan pihak KAP TR adalah menentukan
harus melakukan mandatory audit procedures atau alternative audit procedures
58
untuk memenuhi kebutuhan atas penyajian data hilang tersebut bergantung dari
materialitas data tersebut.
4. Data Tidak Lengkap
Data yang tidak lengkap menjadi temuan terakhir yang ditemukan peneliti
saat melakukan penelitian melalui wawancara pada KAP MTD, KAP TR, dan
KAP DBSD&A di Kota Malang. Data tidak lengkap menjadi satu-satunya faktor
penyebab audit delay yang dialami oleh ketiga informan yang diwawancara oleh
peneliti.
Dimulai dari informan X yang bekerja sebagai Senior auditor pada KAP
MTD. Beliau mengatakan saat wawancara:
“Kemungkinan klien sulit ditemui dikarenakan data yang kita
butuhkan untuk mengaudit belum selesai dikerjakan. Jadi saat
kita meminta data tersebut mereka tidak memberikan
konfirmasi hingga data tersebut selesai menjadi laporan.”
Setelah wawancara, klien sangat sulit untuk ditemui padahal hal tersebut
dibutuhkan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam mengaudit.
Beliau menyebutkan alasan klien sulit ditemui setelah perikatan disebabkan oleh
data yang dibutuhkan untuk mengaudit belum selesai dikerjakan. Sehingga ketika
pihak KAP MTD meminta data tersebut pihak klien tidak memberikan konfirmasi
hingga data tersebut sudah selesai menjadi laporan. Hal ini tentu menghambat
jalannya proses pengerjaan audit karena pihak KAP MTD bingung harus
mendapatkan data darimana jika bukan dari klien. Dan untuk sementara waktu
pihak KAP MTD harus menunggu tanpa melakukan progress apapun dalam
proses pengerjaannya hingga data tersebut diselesaikan oleh klien dan diserahkan
kepada pihak Kantor Akuntan Publik. Hal ini tentu saja memicu terjadinya audit
delay karena proses auditing tidak selesai pada waktu yang sudah disepakati saat
59
perikatan diakibatkan oleh lamanya menunggu data yang belum diserahkan oleh
klien karena belum lengkap.
Ketika klien menemui kesulitan pada kelengkapan datanya yang
disebabkan keterlambatan atas penyelesaian laporan keuangan internalnya, auditor
KAP MTD bisa melakukan alternative audit procedures berupa penawaran jasa
dalam membantu menyelesaikan laporan keuangan auditee yang disebut write-off.
Tentu saja jasa write-off menambah biaya yang harus dibayarkan kepada KAP
MTD, namun jika alternative audit procedures tersebut dilakukan dapat
meminimalisir terjadinya audit delay.
Kejadian data yang tidak lengkap sebagai faktor penyebab audit delay juga
terjadi pada KAP TR di Kota Malang, Jawa Timur. Informan Y menjelaskan
bahwa data yang diserahkan tidak lengkap. Hal ini disebutkan oleh beliau pada
hasil wawancara:
“Audit delay terjadi disebabkan sempat ada kendala
seperti dari pihak mereka datanya terlambat karena
kurang lengkap. Mereka kan menyiapkan laporan
keuangan dahulu, setelah siap baru kita mengaudit.”
Saat mengaudit pada tahun 2015 pihak KAP TR menemukan hambatan
dalam mengaudit berupa data yang dibutuhkan terlambat disetorkan akibat dari
belum lengkapnya data tersebut. Sama halnya dengan KAP MTD, pihak KAP TR
tidak bisa melakukan progress apapun selain menunggu data tersebut lengkap dan
diserahkan oleh auditee kemudian mereka siap untuk mengaudit. Akibatnya
adalah waktu penyelesaian audit menjadi lebih lama dari tanggal yang disepakati
saat perikatan. Lebih dalam beliau menambahkan:
“Akuntan internal mereka tidak lengkap memberikan data
karena terjadi pergantian pengurus. Dari pengurus lama
sudah tidak perduli dan pengurus yang baru tidak tahu kalau
60
pengurus lama mengajukan audit kepada kita, bisa dikatakan
salah paham. Jadi kita harus menghubungi pengurus yang
lama sampai mendapat kepastian karena kita taunya yang
lama bukan yang baru. Kemudian setelah semuanya jelas baru
kita bisa melanjutkan audit. Waktu yang dibutuhkan untuk
menunggu kejelasan dari mereka lumayan lama sehingga
audit selesai melebihi waktu yang sudah disepakati.”
Penyebab belum lengkapnya data yang seharusnya disajikan auditee
dikarenakan adanya pergantian pengurus pada internal mereka. Pengurus lama
sudah tidak perduli akan kelengkapan data mereka dan pengurus yang baru selaku
penerus bahkan tidak mengetahui bahwa mereka sudah mengajukan audit kepada
pihak KAP TR. Selanjutnya pihak KAP TR kewalahan karena harus
menghubungi pengurus lama yang sudah menyetujui perjanjian atas proses audit
dan meminta data yang dibutuhkan untuk mengaudit. Setelah semua data lengkap
baru pihak KAP TR bisa melanjutkan proses audit terhadap auditee. Peristiwa ini
jelas akan menyulitkan pihak KAP TR dan berdampak pada mundurnya waktu
penyelesaian dari waktu yang sudah disepakati sehingga opini juga menjadi
terlambat diterbitkan dan terjadilah audit delay. Sebenarnya alternative
procedures audit yang dilakukan sudah sesuai dengan cara menghubungi
pengurus lama dari auditee bersangkutan. Namun audit delay tetap terjadi yang
disebabkan lamanya waktu yang dibutuhkan dalam meminta konfirmasi atas data
informasi keuangan dari pengurus lama pada auditee yang bersangkutan.
Pergantian pengurus dalam sebuah entitas ternyata sangat mempengaruhi
adanya audit delay karena dapat menimbulkan terbengkalainya data yang sudah
disiapkan pengurus terdahulu yang tidak dipahami oleh kepengurusan yang baru.
Kasus seperti ini jelas memiliki sanksi berupa sanksi administrasi bukan sanksi
nominal karena hubungannya bahwa terkendalanya pelaporan ini akhirnya juga
61
memberikan sanksi pada KAP terkait. Hal ini dijelaskan dalam hasil wawancara
berikut ini:
“Iya jadi ada sanksi administrasi, bukan nominal, kita kan
tidak mengurus nominal. Kita mendapatkan sanksi dari
Pemerintah Kota bersangkutan yang kita audit, berupa kita
tidak bisa mengaudit klien tersebut lagi”.
Dari wawancara narasumber KAP TR tersebut menunjukkan bahwa sanksi
yang diterima pihak KAP akibat kelalaian klien cukup berat dimana KAP harus
berhadapan secara penuh dengan Pemerintah Kota Pasuruan dan tidak bisa
mengaudit klien tersebut di masa yang akan datang karena dianggap tidak
kompeten dalam pengerjaan audit atas laporan keuangan.
Dalam konteks yang sama di objek penelitian yang berbeda, dilansir dari
hasil observasi wawancara peneliti bahwa di KAP DBSD&A di Kota Malang,
Jawa Timur, informan Z selaku Senior manager pada KAP DBSD&A mengatakan
bahwa keterlambatan data dari klien yang disebabkan oleh tidak lengkapnya data
berpengaruh terhadap audit delay. Berikut penuturannya:
“Sebagian besar Audit delay disebabkan karena klien
terlambat memenuhi kebutuhan data yang kami minta
sehingga kami tidak bisa release report. Sebagian besar kalau
keterlambatan data disebabkan oleh internal klien. Perlu
diingat bahwa laporan keuangan dibuat oleh klien sedangkan
kami menguji laporan keuangan tersebut. Jadi ketika laporan
mereka belum lengkap atau belum sesuai standar kami pasti
request. Misal, laporan keuangan disajikan menggunakan
IFRS. Didalam IFRS diminta bahwa perlu adanya penilaian
untuk tanah, bangunan, dan sebagainya yang sifatnya rutin.
Ketika mereka belum menyajikan hasil dari appraisal tersebut
maka kami tidak bisa release report. Selain itu misalnya,
kewajiban imbalan pasca kerja disyaratkan diterbitkan oleh
pihak independen yang disebut aktuaris. Sebelum report itu
keluar dari aktuaris maka kami juga tidak bisa melakukan
pengujian. Jadi semakin kedepan laporan keuangan
kompleksitasnya semakin tinggi. Banyak jasa-jasa pihak
independen yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan
keuangan. Hal-hal macam itu yang memang harus dipenuhi
62
oleh perusahaan. Kami auditor tugasnya menguji, termasuk
menguji data dari pihak independen. Kalau data dari pihak
tersebut belum masuk maka kami tidak bisa melakukan
pengujian artinya kami tidak bisa menerbitkan report.”
Diketahui bahwa bila data kurang lengkap maka hal ini jelas menjadi
alasan utama auditor tidak bisa segera menyelesaikan audit laporan melalui
opininya. Penyebab dari belum lengkapnya data klien disebutkan beliau
dikarenakan laporan keuangannya belum sesuai standar. Adapun standar
akuntansi keuangan di Indonesia menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 1 (2012), tentang penyajian laporan keuangan
menyeebutkan bahwa ada beberapa karakteristik yang harus dipenuhi dalam
menyajikan laporan keuangan pada penggunanya. Karakteristik tersebut antara
lain:
1. Dapat dipahami
Penyajian laporan keuangan diharapkan mampu memberikan pemahaman
dan pengetahuan yang memadai kepada penggunanya tentang aktivitas
ekonomi, bisnis dan akuntansi. Kemudahan untuk segera dipahami oleh
pengguna membuat kualitas dari sebuah laporan keuangan akan meningkat
2. Relevan
Informasi dapat dikatakan relevan jika informasi yang disampaikan dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi penggunannya sebagai dasar evaluasi
peristiwa di masa lalu, sekarang dan prediksi di masa depan.
3. Materialitas
Materialitas dalam sebuah informasi diukur dari tingkat kelalaian atau
kesalahan dalam pencatatan informasi dapat mempengaruhi pengambilan
63
keputusan berdasarkan informasi tersebut. Dalam penyajian laporan
keuangan diharapkan tingkat materialitas dapat dipertimbangkan dengan
baik sehingga kesalahan pada pos-pos penting dapat diminimalisir.
4. Keandalan/Reliabiitas
Informasi dapat dikatakan memiliki keandalan adalah informasi yang
bebas dari kesalahan material dan tidak bias serta disajikan sesuai dengan
keadaan yang sebenar-benarnya terjadi.
5. Subtansi menggunguli bentuk
Transaksi dan peristiwa disajikan sesuai dengan substansi dan realitas
ekonomi yang terjadi.
6. Pertimbangan yang sehat
Pertimbangan yang sehat dibutuhkan dalam rangka menilai sumber daya
yang dimiliki perusahaan. Didalamnya terdapat unsur kehati-hatian dalam
memberikan pertimbangan pada kondisi tertentu sehingga pos-pos dalam
laporan keuangan dapat disajikan secara wajar.
7. Kelengkapan
Kelengkapan informasi dalam laporan keuangan harus diperhatikan baik
dalam segi materialitas maupun biaya. Kesengajaan tidak mengungkapkan
informasi dapat mempengaruhi keandalan dari laporan keuangan tersebut.
8. Dapat diperbandingkan / Komparabilitas
Penyajian laporan keuangan harus sesuai dengan standar yang telah
ditentukan agar informasi didalamnya dapat diperbandingkan dari satu
perusahaan dengan satu perusahaan lainnya dalam tujuan menilai kinerja
perusahaan tersebut dalam periode tertentu. Hal tersebut digunakan untuk
64
bahan evaluasi dan perbandingan kinerja antar perusahaan.
9. Tepat Waktu
Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan kepada penggunanya dapat
mempengaruhi tingkat keandalan informasi tersebut. Ketepatan waktu
mempengaruhi keputusan ekonomi yang diambil. Semakin lama penyajian
keuangan menandakan informasi yang dihasilkan semakin tidak relevan.
10. Keseimbangan antara biaya dan manfaat
Manfaat ekonomi haruslah lebih tinggi daripada biaya yang dikeluarkan.
Namun evaluasi dari keduanya merupakan sebuah pertimbangan yang
digunakan untuk mengukur tingkat manfaat yang dapat dihasilkan dengan
biaya yang telah dikeluarkan.
Selanjutnya Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah mengesahkan
penyesuaian atas Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (2014)
tentang Penyajian Laporan Keuangan yang menyebutkan komponen laporan
keuangan lengkap terdiri dari:
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode
Pada umumnya laporan posisi keuangan menyajikan rincian aset yang
dimiliki perusahaan yang disajikan pada sisi debit dan rincian
kewajiban serta ekuitas perusahaan yang disajikan pada sisi kredit.
2. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode
Laporan ini menunjukkan kemampuan sebuah perusahaan dalam
menghasilkan laba dan penghasilan komprehensif lain selama satu
periode tertentu dengan membandingkan pendapatan yang diperoleh
dengan beban usaha yang telah dikeluarkan. Laba atau rugi yang
65
ditunjukkan dapat dijadikan salah satu tolak ukur keberhasilan kinerja
sebuah perusahaan.
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode
Laporan yang menunjukkan perubahan atas aset perusahaan setelah
dikurangi dengan seluruh kewajibannya. Laporan ini umumnya
meliputi modal saham, laba usaha dan deviden.
4. Laporan arus kas selama periode
Laporan yang menyajikan aliran kas yang diterima dan dikeluarkan
oleh perusahaan beserta sumber-sumbernya dalam satu periode
tertentu. Pada umumnya penggunaan kas dapat dibedakan menjadi 3
aktivitas, yaitu: aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas
pembiayaan.
5. Catatan atas laporan keuangan
Jika laporan keuangan klien belum sesuai standar dan belum
memenuhi komponen yang ditetapkan oleh PSAK maka auditor dari
pihak KAP DBSD&A merasa ragu dan mengalami kesulitan dalam
pengerjaan auditnya.
Sama halnya dengan KAP MTD, KAP DBSD&A bisa melakukan
alternative audit procedures yang mana dalam kasus ini KAP DBSD&A
menawarkan jasa write-off untuk membantu mengerjakan laporan keuangan
auditee agar sesuai dengan standar yang berlaku dalam upaya menghindari
terjadinya audit delay.
66
4.4 Analisis Faktor-Faktor Penyebab Audit Delay Internal KAP
1. Kualitas Auditor
Dalam penelitian ini faktor internal yang dianalisa ditemukan adanya
ketidakmaksimalan pihak Kantor Akuntan Publik dalam melaksanakan
kinerjanya. Pada wawancara yang dilakukan terhadap informan X selaku Senior
auditor pada KAP MTD ditemukan bahwa faktor internal yang muncul adalah
adanya kesalahan auditor dalam penentuan resiko audit yang diklasifikasikan
sebagai kualitas auditor. Berikut penjelasan informan terkait hal tersebut:
“Pernah, namun kejadian saat itu tidak sepenuhnya
disebabkan oleh internal KAP karena ada andil akuntan
internal mereka juga. Saat itu penyebabnya adalah kesalahan
dalam menentukan risiko audit. Saya tidak begitu ingat
kliennya, jadi kita kurang mempertimbangkan risiko audit dari
si klien dan ketika kita mengaudit langsung si klien terjadi hal
diluar dugaan yaitu ketika kita mengecek aplikasi mereka yaitu
MYOB (software akuntansi) itu tidak balance sehingga kita
harus melakukan pengecekan ulang yang menyebabkan
terjadinya keterlambatan penyelesaian audit”.
Informan X dari KAP MTD menjelaskan bahwa sebenarnya tidak
sepenuhnya kesalahan terjadi di Kantor Akuntan Publik MTD kesalahan
pertimbangan resiko yang dilakukan oleh auditor dari Kantor Akuntan Publik
disebabkan atas tidak balancenya aplikasi akuntansi MYOB yang mereka
gunakan sehingga auditor dari KAP MTD harus melakukan pengecekan ulang
yang menyebabkan terjadinya audit delay.
Ketika melakukan tugas audit, Kantor Akuntan Publik sebisa mungkin
mempekerjakan auditor yang memiliki kemampuan yang mumpuni dalam
mengaudit dan pengalaman yang cukup agar kewajaran atas laporan keuangan
memiliki kredibilitas dan menimbulkan kepercayaan bagi penggunanya.
Profesionalisme seorang auditor dapat ditandai berdasarkan ketepatan waktu
67
auditor tersebut dalam menyampaikan laporan auditnya. Ketertundaan dalam
mempublikasikan laporan keuangan dapat disebabkan oleh lamanya auditor dalam
menyelesaikan pekerjaan auditnya. Agar proses audit dapat terselesaikan secara
tepat waktu maka auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang
cukup dalam melaksanakan prosedur audit (Fachriyah, 2011).
2. Ukuran Kantor Akuntan Publik
Sama halnya dengan Kantor Akuntan Publik DBSD&A melalui informan
Z selaku Senior manager yang juga menyatakan mengalami adanya faktor
eksternal dalam audit delay yang terjadi meskipun kemungkinannya hanya 1%
saja. Dijelaskan dalam hasil wawancara berikut ini:
“Untuk faktor internal kemungkinan terjadinya mungkin hanya
1% sisanya 99% disebabkan dari klien. Penyebabnya bisa
disebabkan peak season sehingga hampir semua klien
deadlinenya di waktu yang sama atau berdekatan.”
Berdasarkan keterangan tersebut bisa disimpulkan bahwa menurut Z,
kemungkinan audit delay yang disebabkan oleh internal KAP DBSD&A sangat
kecil bahkan menurut beliau perbandingan persentasenya mencapai 99% dari
pihak klien selaku eksternal dan 1% dari pihak internal KAP DBSD&A.
Kemungkinan terjadinya audit delay dari pihak internal Kantor Akuntan Publik
bisa disebabkan oleh peak season dimana hampir semua klien meminta deadline
di waktu yang berdekatan bahkan bersamaan sehingga pihak Kantor Akuntan
Publik menjadi kewalahan dalam memprioritaskan laporan mana yang harus
diselesaikan terlebih dahulu. Sisa pekerjaan yang yang belum ditangani akan
terbengkalai dan memungkinkan terjadinya audit delay.
Faktor internal ini menunjukkan pengaruh Ukuran Akuntan Publik
terhadap audit delay. Sebagaimana dijelaskan Ariyanti dan Budiartha (2010),
68
umumnya Kantor Akuntan Publik besar memiliki sumber daya yang banyak dan
lebih baik, karena mayoritas Kantor Akuntan Publik besar memiliki sistem yang
canggih dan akurat karena biasanya didukung dengan kerjasama internasional
dengan sumber dana yang besar. Karena memiliki sistem yang canggih dan akurat
tentu saja jadwal pengerjaan audit atas klien lebih terorganisir dan peristiwa yang
terjadi pada Kantor Akuntan Publik DBSD&A tidak terjadi. Hal yang biasa terjadi
adalah KAP besar akan memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk
menyelesaiakan pekerjaan auditnya sebagai imbalan karena lebih cepat
menyelesaikan tugas auditnya dibanding KAP yang ukurannya lebih kecil. KAP
besar juga akan berusaha mempertahankan reputasinya dengan waktu audit yang
lebih cepat.
Berbeda dengan KAP MTD dan DBSD&A, KAP TR melalui informan Y
selaku Senior auditor menyatakan bahwa selama ini tidak pernah ada faktor
internal yang menyebabkan adanya audit delay karena rata-rata penyebab
utamanya terletak pada pihak klien. Berikut pengakuan senior auditor TR:
“Selama ini tidak pernah ada faktor yang disebabkan oleh pihak kami.”
Dari keseluruhan penjelasan tersebut di atas maka tentunya muncul
pemikiran mengenai harapan-harapan auditor independen agar audit delay yang
disebabkan internal Kantor Akuntan Publik tidak terjadi lagi. Dijelaskan oleh
senior auditor Kantor Akuntan Publik MTD sebagai berikut:
“Untuk Audit delay disebabkan oleh KAP mungkin
kedepannya harus lebih teliti dan berhati-hati dalam
menganalisis dan menentukan risiko audit klien yang akan
audit supaya hal tersebut tidak terjadi lagi karena bisa
merugikan citra KAP”.
69
Prinsip kehati-hatian menjadi kunci utama pihak Kantor Akuntan Publik
sendiri dalam melakukan pelaksanaan audit. Sehingga auditor dari Kantor
Akuntan Publik MTD bisa lebih teliti dalam menganalisis dan menentukan resiko
audit agar tidak mengurangi kualitas serta citra KAP itu sendiri. Sedangkan
harapan pihak KAP MTD sendiri atas faktor eksternal yang terjadi adalah adanya
komitmen dari pihak klien. Dijelaskan dalam hasil wawancara berikut ini:
“Menghindarinya sebenarnya simple. Mereka harus
professional dan bisa diajak bekerja sama. Fee yang sudah
disepakati harus dipenuhi dengan cara menyiapkan uang yang
cukup. Selain itu pihak klien diharapkan bisa menyiapkan data
yang kita perlukan sejak awal. Sehingga kapanpun kita butuh
data, mereka ada.”
Kerjasama menjadi kunci utama antara pihak Kantor Akuntan Publik
dengan klien. Hal ini tentu klien harus selalu sedia atas apa yang dibutuhkan
Kantor Akuntan Publik termasuk data serta fee yang menjadi hak KAP atas
kinerjanya. Hal senada juga disampaikan oleh senior auditor KAP TR sendiri
sebagai berikut:
“Harapan saya sebelum diaudit mohon disiapkan semua data
yang kita perlukan mulai laporan keuangan beserta
pendukungnya contohnya akun kas mempunyai kas berbentuk
tunai atau rekening bank.”
Sama halnya dengan Kantor Akuntan Publik MTD bahwa harapan
kelengkapan data menjadi pokok utama lancarnya audit yang dilakukan.
Selanjutnya, harapan lain yang diinginkan pihak Kantor Akuntan Publik
DBSD&A di Kota Malang disampaikan dalam hasil wawancara sebagai berikut:
“Auditor itu selalu berharap bahwa, (1) klien itu paham benar
tentang proses penyusunan laporan keuangan, (2) Kami
berharap klien well-informed, full disclosure. Jadi mereka
memberikan informasi dan akses yang penuh kepada kami
tanpa menutupi apapun. (3) Kami berharap klien bisa bekerja
70
sama dengan baik dengan kami sehingga proses audit bisa
berjalan dengan lancar.”
Lebih lanjut disampaikan sebagai berikut:
“Jadi di internal kami selalu berusaha membagi pekerjaan staf
secara efektif dan efisien sehingga tidak ada pekerjaan yang
tidak selesai. Karena tidak bisa dipungkiri saat peak season,
satu staf bisa mengerjakan belasan, jadi kita harus well-
maintained agar mereka bisa selesai berbarengan”.
Kedua wawancara tersebut di atas menunjukkan bahwa harapan yang
diinginkan pihak Kantor Akuntan Publik DBSD&A di Kota Malang sendiri
adalah klien yang bisa bekerja sama dengan baik dan transparan terkait gambaran
umum terkait entitas mereka. Selain itu pemahaman mendalam klien atas
penyusunan laporan keuangan menjadi harapan terakhir agar proses auditing
berjalan lancar dan diselesaikan tepat pada waktu yang sudah disepakati. Adapun
harapan untuk internal Kantor Akuntan Publik sendiri diperlukan adanya
pembagian tugas yang efektif dan efisien sehingga terwujub pembagian kerja
yang seimbang agar tidak memberatkan satu sama lain dan auditor bisa bekerja
sama satu sama lain dengan baik.
71
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya, dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1. Faktor eksternal dari KAP yang menyebabkan terjadinya audit delay
antara lain kompleksitas operasi, pembayaran audit, data tidak lengkap,
dan data hilang saat pengiriman
2. Faktor internal dari KAP yang menyebabkan terjadinya audit delay
disebabkan oleh kualitas auditor dari KAP dan ukuran KAP.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih memiliki
keterbatasan yaitu tidak semua Kantor Akuntan Publik di Kota Malang
mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil analisis dan simpulan, dapat diajukan beberapa saran
untuk penelitian selanjutnya.
1. Bagi Klien diharapkan bisa terbuka secara informasi dan kooperatif
sehingga audit delay tidak terjadi lagi. Bagi auditor diharapkan mampu
meningkatkan kualitas dan kompetensi sehingga bisa menyelesaikan audit
secara tepat waktu.
72
2. Penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menyempurnakan penelitian ini
dengan memperluas lingkup penelitian yang dapat menyebabkan
terjadinya audit delay supaya bisa mengembangkan temuan-temuan yang
sudah ada dan menemukan temuan-temuan baru.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY
(STUDI KASUS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK MTD, TR, DAN
DBSD&A DI KOTA MALANG)
Disusun oleh:
ANGGA YUDHA PRATAMA
115020300111085
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih
Gelar Sarjana Ekonomi
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
v
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY
(STUDI KASUS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK MTD, TR,
DBSD&A DI KOTA MALANG)
Angga Yudha Pratama
Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 165, Malang
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
audit delay pada Kantor Akuntan Publik MTD, TR, dan DBSD&A di Kota
Malang. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif. Data
penelitian diperleh melalui wawancara. Berdasarkan hasil wawancara pada Kantor
Akuntan Publik MTD, TR, dan DBSD&A di Kota Malang, dapat diambil
kesimpulan yang meliputi (1) Faktor eksternal kantor akuntan publik yang
menyebabkan terjadinya audit delay antara lain kompleksitas operasi bisnis,
pembayaran audit, data hilang saat pengiriman, dan kelengkapan data. Kemudian,
(2) Faktor internal dari kantor akuntan publik yang menyebabkan terjadinya audit
delay merupakan kualitas auditor dan ukuran Kantor Akuntan Publik. Hasil dari
penelitian ini membantu profesi auditor independen dalam upaya meningkatkan
efektifitas proses audit sehingga dapat mengurangi bahkan menghindari terjadinya
audit delay pada kantor akuntan publik MTD, TR, dan DBSD&A di Kota Malang.
Kata Kunci: Audit delay, kualitas auditor, ukuran kantor akuntan publik,
pembayaran audit, kompleksitas operasi bisnis.
vi
ANALYSIS OF FACTORS THAT AFFECTING AUDIT DELAY (A CASE
STUDY AT PUBLIC ACCOUNTING FIRMS OF MTD, TR, DBSD&A IN
MALANG)
Angga Yudha Pratama
Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 165, Malang
Email: [email protected]
ABSTRACT
This study aims to analyze the factors that affect audit delay at Public Accounting
Firms in Malang. The research used qualitative method with descriptive design.
The research data was obtained through interview. From the result of interview
data on Public Accountant Office of MTD, TR, and DBSD&A in Malang, can be
concluded which include (1) external factor that affects audit delay among others
complexity of business operation, audit payments, missing data on delivery, and
data completeness. Then, (2) internal factor of public accounting firms that affects
audit delay caused by auditor quality and public accounting firms size. The results
of this study assists the independent auditor in an effort to improve the
effectiveness of the audit process so as to reduce and even avoid the occurrence of
audit delay at Public Accounting Firms MTD, TR, and DBSD&A in Malang.
Keywords: Audit delay, complexity of business operation, audit payments,
size of public accounting firms, auditor quality
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Kasus Pada Kantor
Akuntan Publik di Kota Malang).
Adapun tujuan dari penulis skripsi adalah untuk memenuhi syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya Malang. Sehubungan dengan selesainya karya akhir tersebut, penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. ALLAH SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
2. Keluarga khususnya Orang tua saya Alm. Dasuki Hardjosetomo dan Nurhayati
yang telah memberikan dukungan serta doa sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi ini. Terima kasih banyak telah membimbing saya hingga akhir hayat dan
mohon maaf atas keterlambatan kelulusannya. Semoga bahagia melihat Angga
lulus, Pak.
3. Bapak Drs. Nukholis, SE., M.Bus., Ph.D., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi.
4. Ibu Virginia Nur Rahmanti, MSA., Ak. Sebagai pembimbing yang telah sabar,
tulus dan ikhlas dalam meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk
memberikan arahan dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.
5. Teman-Teman Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan 2011,
Betek Fams, JSC, Porntabak, Kejo Malang dan teman-teman lainnya yang
belum bias disebutkan satu per satu, terimakasih telah memberikan banyak
bantuan dan dukungan moral hingga hari ini. Sukses untuk kalian semua.
i
DAFTAR ISI
Surat Pernyataan Non Plagiat.....................................................................................
Surat Keterangan Penelitian .......................................................................................
Daftar Isi................................................................................................................... i
Daftar Lampiran ..................................................................................................... iv
Abstrak ..................................................................................................................... v
Abstract .................................................................................................................. vi
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 8
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 9
2.1. Landasan Teori.......................................................................................... 9
2.1.1. Laporan Keuangan........................................................................... 9
2.1.2. Audit .............................................................................................. 13
2.1.2.1. Pengertian Audit ................................................................ 13
2.1.2.2. Jenis-jenis Audit ................................................................ 14
2.1.2.3. Tujuan Auditing ................................................................. 18
2.1.2.4. Standar Auditing ................................................................ 21
2.1.2.5. Tahapan-tahapan Auditing................................................. 23
2.1.3. Audit Delay................................................................................... 24
2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay .......................... 26
2.1.4.1. Ukuran Entitas ................................................................... 26
2.1.4.2. Jenis Entitas ....................................................................... 27
2.1.4.3. Tingkat Profitabilitas ......................................................... 28
2.1.4.4. Tingkat Solvabilitas ........................................................... 29
2.1.4.5. Kompleksitas Operasi Bisnis ............................................. 31
2.1.4.6. Kualitas Auditor................................................................. 31
ii
2.1.4.7. Ukuran Kantor Akuntan Publik ......................................... 32
2.2. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 34
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................... 36
3.1. Penelitian Kualitatif ................................................................................ 36
3.2. Objek Penelitian ...................................................................................... 37
3.3. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 37
3.4. Sumber Data............................................................................................ 38
3.5. Teknik Analisis Data............................................................................... 39
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 41
4.1.Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik MTD, TR dan DBSD&A di
Kota Malang............................................................................................. 41
4.1.1. Pengetahuan Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik MTD .... 42
4.1.2. Pengetahuan Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik TR ........ 44
4.1.3. Pengetahuan Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik
DBSD&A ..................................................................................... 46
4.2. Pengalaman Audit Delay ......................................................................... 48
4.2.1. Pengalaman Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik MTD ..... 48
4.2.2. Pengalaman Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik TR ......... 50
4.2.3. Pengalaman Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik
DBSD&A ..................................................................................... 51
4.3. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Audit Delay Eksternal KAP .............. 53
4.4. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Audit Delay Internal KAP ................. 66
BAB V. PENUTUP ............................................................................................... 71
1.1. Kesimpulan ............................................................................................. 71
1.2. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 71
1.3. Saran ....................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 73
LAMPIRAN ........................................................................................................... 75
Lampiran 1 ........................................................................................................ 75
Lampiran 2 ........................................................................................................ 78
iii
Lampiran 3 ........................................................................................................ 81