Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 289
DAMPAK KECELAKAAN REAKTOR FUKUSHIMA TERHADAP
RENCANA PEMBANGUNAN PLTN DI INDONESIA
Rr. Arum Puni Rijanti S., Sahala M Lumbanraja
Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) BATAN
Jl. Abdul Rohim Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710
Telp./Faks. (021)5204243, Email: [email protected]
ABSTRAK DAMPAK KECELAKAAN REAKTOR FUKUSHIMA TERHADAP RENCANA
PEMBANGUNAN PLTN DI INDONESIA. Untuk mengatasi kelangkaan energi di masa
mendatang, Indonesia sedang mempersiapkan sumber energi baru dan terbarukan yaitu energi nuklir.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2006 tentang Bauran Energi Nasional dimana
pasokan energi dari PLTN minimal 2% dari kebutuhan energi nasional pada tahun 2025. Saat ini
pemerintah sedang mempersiapkan infrastruktur dasar pembangunan PLTN dan studi kelayakan
pembangunannya di Bangka Belitung. Persitiwa gempa bumi dan diikuti tsunami hingga setinggi
sepuluh meter yang meluluhlantakkan daerah prefektur Fukshima dan daerah sekitarnya, termasuk
mengakibatkan sistem keselamatan PLTN Fukushima Daichi gagal berfungsi. Kegagalan sistem ini
menyebabkan ledakan di gedung reaktor dan diikuti kebocoran radionuklida Iodium dan Cesium ke
lingkungan. Kecelakaan PLTN ini menjadi berita yang sangat menakutkan bagi masyarakat. Hal ini
berdampak sangat besar terhadap penerimaan masyarakat terhadap rencana pembangunan PLTN di
Indonesia. Makalah ini bertujuan untuk mengkaji dampak kecelakaan reaktor Fukushima Daiichi
terhadap rencana pembangunan PLTN di Indonesia. Pengalaman kecelakaan reaktor nuklir
Fukushima Daiichi ini sangatlah berarti bagi Indonesia karena negara Jepang dapat bangkit dari
bencana dengan suatu komitmen yang tinggi untuk dapat mengatasi kekurangan energi di
negaranya, dan bertanggungjawab penuh untuk setiap kegagalan, mulai dari minta maaf secara
terbuka, hingga mengundurkan diri demi kesejahteraan rakyatnya.
Kata kunci: Rencana Pembangunan PLTN dan Penerimaan Masyarakat
ABSTRACT REACTOR ACCIDENT IMPACT ON DEVELOPMENT PLAN FUKUSHIMA NUCLEAR
POWER PLANT IN INDONESIA. To overcome the energy shortage in the future, Indonesia is
preparing new and renewable sources of energy that is nuclear energy. Based on Government
Regulation No. 2 Year 2006 on National Energy Mix of energy supply from nuclear plants where at
least 2% of national energy needs by 2025. The government is currently preparing for the
construction of nuclear power and basic infrastructure development feasibility studies in the Pacific
Islands. Celebration of the earthquake and tsunami followed up to as high as ten meters that
devastated the region Fukushima prefecture and surrounding areas, including nuclear power plant
safety systems resulting in Fukushima Daiichi failed to function. Failure of this system led to an
explosion in the reactor building and followed by leakage of Iodine and Cesium radio nuclides into the
environment. Nuclear power plant accident has become very scary news for the community. This had
a profound effect on public acceptance of nuclear power development plan in Indonesia. This paper
aims to examine the impact of the planned reactor accident Fukushima Daiichi nuclear power plant in
Indonesia. The experience Fukushima Daiichi nuclear reactor accident is very meaningful for Japan to
Indonesia because Japan from the disaster with a high commitment in order to overcome the energy
shortage in his country, and are fully responsible for every failure, ranging from publicly apologize,
from which he resigned for the welfare people.
Keywords: Plan Development and Public Acceptance of Nuclear Power Plant
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 290
1. PENDAHULUAN Penduduk dan pertumbuhan pendapatan adalah dua kekuatan pendorong yang
paling kuat di balik permintaan energi. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 adalah
237.556.363 orang, dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 % per tahun dan pertumbuhan
ekonomi sebesar 6,1%. Sedangkan Pertumbuhan ekonomi di Bangka Belitung tahun 2010
berada pada kisaran 4,53 ± 1% meningkat tajam bila dibandingkan dengan tahun 2009 yang
berkisar 1,34 ± 1 %.
Kebutuhan energi final (akhir) akan meningkat dengan pertumbuhan 3,4% per tahun
dan mencapai jumlah sekitar 8146 peta joules (PJ) pada tahun 2025. Jumlah ini sekitar 2 kali
lipat dibandingkan dengan kebutuhan energi final di awal studi tahun 2000. Pertumbuhan
jenis energi yang paling besar adalah pertumbuhan kapasitas pembangkitan energi listrik
yang mencapai lebih dari 3 kali lipat dari kondisi semula, yaitu dari 29 GWe di tahun 2000
menjadi sekitar 100 GWe di tahun 2025. Dari jumlah kapasitas pembangkitan ini, sekitar 75%
akan dibutuhkan pada jaringan listrik Jawa-Madura-Bali (Jamali). Dari berbagai jenis energi
yang tersedia untuk pembangkitan listrik dan dilihat dari sisi ketersediaan dan
keekonomiannya, maka gas akan mendominasi penyediaan energi untuk pembangkitan
energi listrik sekitar 40% untuk wilayah Jamali. Batubara akan muncul sebagai pensuplai
kedua setelah gas, yaitu sekitar 30% untuk wilayah Jamali. Sisanya sekitar 30% akan
disuplai oleh jenis energi yang lain, yaitu hidro, mikrohidro, geothermal dan energi baru
dan terbarukan lainnya. Diharapkan energi nuklir dapat menyumbang sekitar 2% pada
tahun 2025. Energi alternatif yang menjanjikan dan bersih lingkungan dalam skala besar
hanya PLTN. Bila mengandalkan energi baru lainnya seperti panas bumi, energi surya dan
mikro hidro masih kurang. Biaya dan keekonomian energi terbarukan sangat mahal dan
hanya bisa dikembangkan dalam skala kecil. Biaya listrik panel surya bisa mencapai 30 sen
dollar AS per kWh, batubara 4 sen dollar AS sedangkan nuklir 6-7 sen dollar AS.
Penggunaan energi fosil secara terus menerus dalam jumlah besar bukan hanya
menimbulkan masalah pada efek lingkungan, akan tetapi juga karena sumber energi fosil
terbatas ketersediannya.
Persiapan pembangunan PLTN perlu dipersiapkan secara matang. Persiapan yang
sangat mendesak adalah persiapan infrastruktur, terdiri dari 19 yaitu: National Position,
Nuclear Safety, Management, Funding and Financing, Legislative Framework, Safeguards,
Regulatory Framework, Radiation Protection, Electrical Grid, Human Resources Development,
Stakeholder Involvement, Site and Supporting Facilities, Environment Protection, Emergency
Planning, Security and Physical Protection, Nuclear Fuel Cycle, Radioactive Waste, Industrial
Involvement, Procurement. Persiapan infrastruktur ini masih dalam progres studi yang akan
diselesaikan rencananya sampai tahun 2015 dengan bantuan IAEA sebagai tenaga reviewer.
Seperti diketahui rencana pembangunan PLTN di Pulau Bangka hingga kini belum
juga dapat dipastikan. Namun, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah
mengusulkan pinjam pakai hutan lindung 850 hektar di Kabupaten Bangka Barat.
Rencana pembangunan PLTN ini penuh dengan berbagai tantangan untuk proses
penerapannya, banyak LSM yang melakukan demostrasi untuk menolak kehadiran PLTN.
Hal ini lebih diperburuk lagi dengan adanya bencana yang terjadi pada tanggal 11 Maret
2011 yaitu gempa bumi dengan skala 9 skala richter dan tsunami setinggi hingga 10 meter
yang meluluhlantakkan PLTN Jepang di daerah prefektur Fukushima dan daerah
sekitarnya. Perkiraan kerugian mencapai 309 miliar dollar AS, yang termasuk
mengakibatkan sistem keselamatan PLTN Fukushima Daiichi gagal berfungsi. Kegagalan
sistem ini menyebabkan ledakan di gedung reaktor dan diikuti kebocoran radionuklida
Iodium dan Cesium ke lingkungan. Kejadian kerusakan pada reaktor Fukushima ini
sebaiknya dijadikan suatu pembelajaran bagi bangsa Indonesia. Pemerintah Jepang cepat
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 291
melakukan evakuasi bagi penduduk sehingga tidak banyak memakan korban dan selalu
melakukan pengukuran jumlah paparan radiasi yang berada di lingkungan, melakukan
pengetesan air, tanah, makanan dan minuman yang ada di sekitar wilayah Fukushima.
Pemerintah Jepang berusaha bersama dengan berbagai instansi terkait saling bahu
membahu dalam menyelesaikan masalah ini. Walaupun Jepang sedang mengalami
musibah, pemerintah masih dapat mempertahankan tingkat perekonomian di negaranya
terbukti dengan adanya komitmen kerjasama bilateral antara Jepang dan Indonesia masih
tetap dilaksanakan. Jepang hampir tidak memiliki sumber energi dari fosil. Sehingga
alternetif terbaik adalah pemanfaatan PLTN. PLTN pertama dibangun tahun 1966 dengan
nama Tokai-1, jenis reaktor pendingin gas. PLTN pertama tersebut sudah didekomisioning.
Sedangkan PLTN ke-2 adalah Tokai-2 dan beberapa unit PLTN di Fukushima dengan tipe
PLTN yang sama, yaitu BWR mark-1. PLTN di Jepang memiliki kontribusi sebesar 48,6GW.
2 REAKTOR FIKUSHIMA DAICHI[4],[5] 2.1. Kecelakaan Reaktor Fukushima Daichi
Reaktor Fukushima Daiichi menggunakan BWR generasi pertama (Mark I) yang
mulai beroperasi tahun 1970-an. Generasi awal PLTN umumnya memiliki umur operasi
sekitar 30 tahun. Setelah habis masa operasinya, PLTN harus dimatikan reaktornya secara
permanen. Teknologi sistem keselamatan PLTN ini masih mengandalkan sistem aktif yang
membutuhkan catu daya listrik dan struktur konstruksi sistem keselamatan penurun
tekanan pengungkung yang mempunyai ruang dan bejana pengungkung reaktor agak kecil.
Oleh karena itu PLTN lama ini mengalami kegagalan sistem pendinginan pasca pemadaman
karena kehilangan catu daya listrik cadangan dari genset diesel.
Gambar 1 Tampang Lintang Potongan Struktur Konstruksi
PLTN Fukushima Daiichi Unit 1
Kegagalan sistem pendinginan panas peluruhan akan membahayakan reaktor, karena
temperatur dan tekanan reaktor serta ruang pengungkung akan meningkat. Untuk itu
dilakukan usaha pendinginan dengan memasukkan air laut dengan bantuan alat pemadam
kebakaran ke dalam bejana reaktor melalui jalur injeksi asam borat. Rupanya upaya ini tidak
memadai, sehingga terjadi penguapan berlebihan dalam teras reaktor, dan volume
pendingin berkurang karena telah berubah menjadi uap. Akibatnya permukaan pendingin
teras turun dan terdapat bagian bahan bakar yang tak tercelup air. Peningkatan temperatur
teras reaktor terus berlanjut sehingga mencapai temperatur oksidasi bahan struktur teras
yang terbuat dari zirkaloy, stainless steel serta bahan lainnya, serta tersedianya cukup uap
air yang akan meningkatkan produksi gas hidrogen. Uap air dan gas hidrogen yang
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 292
terbentuk akan melipatgandakan tekanan dalam bejana reaktor dan bejana pengungkung.
Untuk menghidari tekanan berlebihan maka dilakukan “venting” (membuang uap dan gas
yang berlebihan keluar dari bejana pengungkung primer reaktor). Proses venting ini sedikit
banyak akan meningkatkan pembebasan radioaktivitas ke lingkungan. Proses “venting”
inilah yang menimbulkan ledakan pada PLTN Fukushima Daiichi unit 1 dan unit 3. Proses
venting ini akan membebaskan sebagian zat radioaktif yang tercampur dalam uap dan gas
hidrogen dalam kuantitas yang masih dapat dikendalikan. Risiko ini jauh lebih ringan
daripada membiarkan tekanan dalam pengungkung primer bertambah terus sehingga
integritas pengungkung utama terancam. Dari monitor radioaktif, peningkatan dosis
lingkungan paska venting terlihat jelas, bahkan radioaktivitas meningkat sampai kira-kira
seribu kali dari kondisi normal. Bahkan uap dan gas hidrogen yang dibuang dari ruang
pengungkung reaktor ini bergerak ke ruang gedung reaktor (pengungkung sekunder) dan
bertemu dengan oksigen, hasilnya adalah terjadinya ledakan yang cukup besar. Akibat
ledakan ini struktur atap gedung reaktor PLTN Fukushima Daiichi unit 1 terlepas seperti
ditunjukkan pada Gambar 2. Ledakan menghancurkan struktur konstruksi atap gedung
reaktor yang menjadi rumah untuk perangkat crane.
Gambar 2 Kondisi Bangunan Reaktor Setelah Ledakkan 12-3-2011 Pukul 15:36.
2.2. Kronologi terjadinya Kecelakaan Pada Reaktor Unit 1, 2, 3 dan 4[4],[5]
Pada PLTN-1, terjadi gempa pada tanggal 11 Maret. Pada tanggal 12 Maret, jam 01:20,
tekanan dalam teras dan suppression pool sangat tinggi. jam 14:30 dilakukan PCV venting.
Jam 15:36 terjadi ledakan Hidrogen pada bagian atas gedung utama PLTN-1. Kemudian
setelah tekanan cukup, jam 20:20 injeksi air laut dilakukan. Pada tanggal yang sama, HPIP
berhasil dijalankan pada PLTN no.2 dan 3 menggunakan daya baterai. Pada hari
berikutnya, tanggal 13 Maret, jam 05.10 terjadi kegagalan sistem pendingin teras darurat
(ECCS) karena daya baterai habis sedangkan listrik dari luar masih belum terkoneksi.
Sehingga kejadian pada PLTN no.3 mirip dengan yang terjadi pada PLTN no.1. Pada saat
yang sama, sistem pendingin darurat PLTN no.2 masih berjalan. Kemudian PLTN-2
terpaksa diventing pada jam 09:20 dan air laut diinjeksi pada jam 13:12. Namun besoknya
tanggal 14 Maret jam 11:01 terjadi ledakan pada PLTN no.3.
Pada tanggal 14 Maret, setelah terjadi ledakan pada PLTN no.3 pada jam 11.01, PLTN
no.2 mengalami insiden yang sama, yaitu kegagalan pompa injeksi bertekanan tinggi (HPIP)
pada jam 13:25. Kemudian dilakukan injeksi air laut pada jam 17:17. Ledakan hidrogren
terjadi pada PLTN no.2 pada hari berikutnya tanggal 14 Maret jam 06:10.
Pengamatan video yang dibuat tanggal 27 Maret menunjukkan secara visual
kerusakan PLTN no.1 dan bagian atas gedung masih utuh sehingga kondisi reaktor
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 293
diprediksi masih aman. Video tersebut diperlihakan kepada peserta diskusi secara
gamblang namun belum bisa ditemukan di web. Pada PLTN no.2 terlihat lobang 1 panel
pada gedung lantai 3 dan asap putih keluar dari lubang tersebut. Secara keseluruhan,
gedung PLTN no.2 masih baik. Sedangkan gedung PLTN no.3 mengalami kerusakan berat.
Pengamatan visual ini memastikan bahwa bentuk persegi kolam penyimpanan bahan bakar
bekas pada lantai 3 masih utuh. Asap putih yang keluar dari tengah gedung kemungkinan
disebabkan oleh kondensasi dari air yang disemprotkan oleh pemadam kebakaran dari luar
gedung. Pada PLTN no.4, ledakan Hidrogren menyebabkan atap runtuh ke bawah.
Runtuhan atap ini membentuk persegi-empat sebagai gambaran bahwa wadah bahan bakar
bekas masih utuh. Tutup containment berwarna kuning terlihat miring karena pada saat
terjadi ledakan, teras PLTN no.4 sedang dilakukan perawatan dan tutup Containment
memang sedang terbuka. Sedangkan bahan bakar dalam teras sudah dipindahkan semua ke
kolam penyimpanan bahan bakar bekas. Prioritas tindakan keselamatan reaktor perlu
dilakukan terhadap PLTN no.3 dan no.4 karena pengamatan visual menunjukkan bahwa
kedua PLTN ini mengalami kerusakan gedung yang sangat parah dan kedua PLTN ini
memiliki bahan bakar bekas yang ditampung dalam kolam penyimpanan bahan bakar
dalam jumlah sama besarnya.
Gambar 3 Kondisi PLTN Fukushima unit 1-4
Kondisi krisis ini akan memerlukan waktu yang panjang karena proses pendinginan
masih dilakukan dari luar. Tindakan keselamatan akan menuju ke blokade radiasi dan
penghentian kebocoran dari gedung PLTN (baik dari teras reaktor maupun dari kolam
penyimpanan bahan bakar bekas). Selanjutnya tindakan juga perlu dilakukan untuk
membuat sistem pendinginan tertutup, baik dengan mengaktifkan sistem pendingin yang
sudah dimiliki maupun membuat pendingin darurat tambahan. Setelah sistem pendingin
tertutup, tindakan perbaikan atau hal lain terkait prosedur keselamatan mungkin memakan
waktu sampai 10 tahun.
International Atomic Energy Agency (IAEA) menjelaskan bahwa Nuclear and
Industrial Safety Agency (NISA) telah menyampaikan provesi International Nuclear and
Radiological Event Scale (INES) mencapai level 7 untuk kecelakaan di reaktor Fukushima
Daiichi. Ini tingkat provesi baru yang mempertimbangkan kecelakaan seperti yang terjadi
pada Unit 1, 2, dan 3 sebagai kejadian tunggal pada INES dan total estimasi yang
digunakan sebagai justifikasi di atmosfir. Sebelumnya, kecelakaan pada unir 1, 2 dan 3
berada pada level 5 menurut INES.
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 294
Dampak radiasi menimbulkan ketakutan publik dan banyak beredar rumor yang
menakutkan. Radiasi tertinggi yang tercatat di kota Fukushima adalah hampir 20 mikro-
Sievert, kemudian menurun secara drastis dan sedang menuju ke kondisi normal.
Jumlah pelepasan zat radioaktif Iodium 131 dan Cesium 134 akibat kecelakaan di
reaktor Fukushima Daiichi berdasarkan perhitungan dari Fukushima Daiichi Nuclear Power
System (NPS) dan Nuclear and Industry Safety Agency (NISA) serta Nuclear Safety
Commission of Japan (NSC).
Tabel 1 Konversi Ekuivalen Nilai Pengaruh Radiasi 131 Iodium Menurut NISA dan NSC [5]
Asumsi jumlah pelepasan radioaktif
dari NPS Fukushima Daiichi
(Referensi)
Jumlah pelepasan dari
kecelakaan Chernobyl
Estimasi NISA Diberitakan oleh
NSC
131I.... (a) 1.3 x 1017 Bq 1.5 x 1017 Bq 1.8 x 1018 Bq
137Cs 6.1 x 1015 Bq 1.2 x 1016 Bq 8.5 x 1016 Bq
Konversi nilai
ke 131I .... (b)
2.4 x 1017 Bq 4.8 x 1017 Bq 3.4 x 1018 Bq
(a) + (b) 3.7 x 1017 Bq 6.3 x 1017 Bq 5.2 x 1018 Bq
2.3. Masyarakat Kepulauan Bangka-Belitung Setelah Tragedi Fukushima Daiichi[6],[7]
Sejumlah perwakilan kelompok masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
mengadu ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Pengaduan terkait
intimidasi kepada warga yang menolak pembangunan PLTN di Provinsi itu. Intimidasi
dilakukan terhadap beberapa penggiat Laskar Beton. Kekecewaan masyarakat bertambah
dengan adanya memanipulasi pendapat warga (khususnya nelayan) tentang kehadiran
PLTN. Penolakan PLTN juga terjadi di Lapangan Merdeka Pangkal Pinang, Kepulauan
Bangka Belitung sejumlah organisasi massa bergabung menggalang tanda-tangan
penolakan. Mereka menamakan dirinya lascar Bangka Belitung Tolak Nuklir (Beton). Dari
salah satu pendemo tercetus sebuah kalimat yang menyatakan,”Siapa yang bisa menjamin
kami di Bangka ini tidak mengalami nasib seperti orang Jepang Sekarang”.
3. PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN DI BANGKA-BELITUNG 3.1. Pre Feasibility Study (Pre FS)[1]
Pre feasibility studi dilakukan oleh BATAN yang merupakan studi awal sebelum
dilaksanakannya studi kelayakan pembangunan PLTN. Pada studi ini masih merupakan
penjelasan data awal mulai perencanaan energi, pemilihan lokasi (tapak), pemilihan
teknologi reaktor nuklir, partisipasi industri lokal, lingkungan dan aplikasi pada non
elektrik (bila dikopling pada teknologi desalinasi).
Perencanaan energi yang dilakukan yaitu merencanakan energi listrik di masa
mendatang dengan memberikan solusi pembangkit listrik berkapasitas besar yang mampu
memasok kekurangan energi. Memasukkan data ekonomi suatu pembangkit energi nuklir
dengan pembangkit energi fosil lainnya yang menggunakan program WASP sehingga
terlihat tahun berapa PLTN akan muncul pertama di Indonesia. Munculnya PLTN dapat
menghasilkan energi yang bersih ke lingkungan sehingga perlu memasukkan data
eksternalitas untuk melihat keluaran emisi CO2 dan SO2 dengan menggunakan program
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 295
MESSAGE. Studi yang dilakukan membandingkan reaktor berkapasitas besar (High
Temperature Gas Reactor (HTGR)) dengan reaktor kecil-menengah (Small Medium Reactor
(SMR)). Dari kedua reaktor tersebut nantinya akan dilihat dengan teknologi reaktor mana
yang paling ekonomis untuk dibangun.
Pemilihan tapak dalam studi Pre FS ini dilakukan pada Kepulauan Bangka Belitung.
Ada dua buah calon tapak di daerah Bangka yaitu Bangka Selatan (Desa Sebagin) dan
Bangka Barat (Muntok). Luas wilayah Provinsi Bangka belitung adalah 81,725.14 km2.
Kegiatan penentuan tapak PLTN Bangka Belitung (Babel) Propinsi telah dilakukan pada
tahun 2010 dalam langkah pra-survei untuk mendapatkan daerah calon tapak yang baik.
Tujuan dari kegiatan situs PLTN pra-survei di Provinsi Bangka Belitung adalah untuk
mengumpulkan data sekunder terbatas dalam skala regional yang mencakup 14 aspek dan
analisis. Analisis dilakukan berdasarkan kriteria yang dikembangkan dari IAEA, peraturan
internasional, praktik terbaik, peraturan nasional dan lokal, untuk mendapatkan daerah
calon tapak yang baik. Kegiatan Pra Survei mencakup beberapa aspek yaitu aspek
keselamatan yang terkait (topografi, geologi, ahli geoteknik dan ahli geofisika, seismologi,
vulkanologi, hidrologi dan hidrogeologi, oseanografi, meteorologi, kejadian yang
disebabkan manusia, demografi, pertimbangan lainnya) dan aspek non-keamanan terkait
(ketersediaan infrastruktur , tanah & air penggunaan dan perencanaan pembangunan tata
ruang, ekologi, ekonomi, sosial dan budaya.
Pemilihan teknologi reaktor nuklir, melakukan studi pada teknologi nuklir berdaya
besar (HTGR) dengan teknologi berdaya kecil-sedang (Small Medium Reactor (SMR)).
Reaktor ukuran besar tenaga nuklir didefinisikan sebagai reaktor yang menghasilkan
keluaran daya listrik dengan ukuran lebih dari 700 MWe. Jenis PLTN besar yang sedang
dilakukan studi antara lain VVER-1000, OPR-1000, AP1000, MHI-PWR 3 Loops MHI-PWR 4
Loops. Sedangkan reaktor ukuran kecil didefinisikan sebagai reaktor yang mampu
menghasilkan output listrik sebesar 300 MWe, sedangkan reaktor daya sedang berkisar 300-
700 MWe. Untuk reaktor berukuran kecil yang tersedia di pasaran hingga tahun 2020 antara
lain KLT-40, SMART, Nu Skala, CAREM. Studi pemilihan teknologi reaktor nuklir ini adalah
untuk menentukan teknologi reaktor yang sesuai dengan kondisi di Indonesia tentunya
dengan teknologi keselamatan yang lebih baik dan harganya terjangkau.
Partisipasi industri local bertujuan mengetahui kemampuan industri nasional sebelum
dibangunnya PLTN untuk dapat memasok komponen lokal. Berdasarkan rangkuman
beberapa kerjasama studi diperoleh kemampuan partisipasi industri lokal sebesar 25-30%.
Studi lingkungan berkaitan dengan mempelajari berbagai kehidupan makhluk hidup
di sekitar calon tapak sebelum pembangunan PLTN dan mempelajari pengelolaan limbah
dari bahan bakar bekas. Tujuan dari pengelolaan limbah radioaktif adalah untuk menangani
limbah radioaktif dengan cara yang melindungi kesehatan manusia dan lingkungan
sekarang dan di masa depan tanpa memaksakan beban yang tidak semestinya pada generasi
masa depan
Limbah radioaktif diklasifikasikan menjadi limbah radioaktif tingkat rendah, limbah
radioaktif tingkat menengah dan limbah radioaktif tingkat tinggi. Pengelolaan limbah
radioaktif harus dilakukan oleh Badan Pelaksana (BATAN). Mungkin perusahaan dengan
atau menunjuk Badan Usaha Milik Negara, koperasi, dan / atau perusahaan swasta dalam
mengelola limbah radioaktif wajib mengumpulkan, memisahkan, atau memperlakukan dan
menyimpan sementara limbah tersebut sebelum diserahkan kepada Badan Pelaksana
(BATAN). Sedangkan penghasil limbah radioaktif tingkat tinggi wajib menyimpan
sementara limbah tersebut selama periode yang tidak kurang dari masa hidup reaktor
nuklir. Mengacu pada UU No. 10/1997 dan Peraturan Pemerintah No 27/2002, BATAN
memiliki kemampuan yang cukup untuk mengelola limbah radioaktif tingkat rendah dan
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 296
menengah dan telah mendapat izin operasi untuk mengelola dan untuk menyimpannya.
Telah tersedia dokumen Laporan Analisis Keselamatan Pengelolaan Limbah Radioaktif.
Aplikasi non elektrik, melakukan studi teknologi desalinasi yang dapat dikopling
pada PLTN sehingga selain dapat menghasilkan listrik, juga dapat menghasilkan air bersih.
3.2. Infrastruktur[2],[3]
Ada 19 infrastruktur yang harus dipersiapkan untuk mendukung rencana
pembangunan PLTN pertama di Indonesia, akan tetapi yang akan dibahas dalam studi ini
hanya 5 permasalahan yaitu: listrik, pelabuhan laut, telekomunikasi, industri dan SDM.
Selama masa konstruksi PLTN, PT PLN akan memasok listrik dengan kapasitas 2 x 25
MWe. Proyek ini akan berlokasi di Air Anyir, kecamatan Merawang, Bangka berdasarkan
Surat Keputusan Bupati Bangka No.188.45/288/II/2007 tentang kekuatan izin lokasi pabrik
konstruksi. Pembangkit listrik ini dijadwalkan akan beroperasi pada 2012. Alternatif lain
untuk menyediakan listrik adalah dengan menyewa generator melalui PT PLN. Saat ini,
sistem terintegrasi jaringan listrik ada di Jawa-Bali-Madura dan Sumatera. Sistem Jawa-Bali-
Madura saling berhubungan dengan 500 kV dan 150 kV, sedangkan Sumatera berkaitan
dengan 275 kV dan 150 kV. Ada rencana di tempat untuk interkoneksi sistem ini grid dua
dengan kabel bawah laut pada akhir 2016.
Pelabuhan laut Pangkal Balam di Pangkalpinang akan menjadi pelabuhan paling
strategis dibandingkan dengan pelabuhan laut lainnya di Pulau Bangka. Akan tetapi yang
menjadi perhatian khusus adalah kedalaman air laut sangat dangkal sehingga membuat
kapal-kapal besar mengalami kesulitan untuk melakukan kegiatan bongkar muat, terutama
selama musim kemarau ketika tingkat air laut turun. Selama kondisi ini kapal-kapal harus
menunggu hingga kadar air sudah kembali normal yang membuat kegiatan bongkar muat
ditunda sampai tingkat tertentu air yang dicapai. Pemerintah daerah Bangka-Belitung
provinsi telah merencanakan untuk mengeruk pelabuhan untuk memungkinkan kapal besar
yang akan bersandar di sana.
Sistem telekomunikasi kabel sudah ada dengan menggunakan Telkom. Sedangkan
sistemTelekomunikasi Seluler oleh Telkomsel, Indosat, Excelcomindo, Hutchison, Sinar Mas
Telecom, Sampoerna Telekomunikasi, Bakrie Telecom, Mobile-8, dan Natrindo Telepon
Seluler. Ada tiga saham pasar (3) besar: Telkomsel (55,6%), Indosat (24,8%) dan
Excelcomindo (14,8%).
Pada tahun 2007, industri di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didominasi oleh
kelompok industri kimia dan bahan bangunan dengan total unit 1.187 didistribusikan di
seluruh kabupaten dan sebagian besar berada di Kabupaten Bangka Tengah dengan jumlah
339 unit. Karyawan di sektor industri mencapai 19.462 orang, dimana 7.375 satunya adalah
bekerja dalam kelompok industri mesin logam dan elektronik. Industri Kerajinan di provinsi
Bangka-Belitung Kepulauan tumbuh sebagai hasil industri pengolahan agro-industri,
perikanan, hortikultura dan makanan laut.
Indonesia sudah mempunyai kompetensi yang cukup memadai untuk mendidik dan
mencetak SDM dibidang nuklir non daya melalui perguruan tinggi dan lembaga riset yang
ada. Cetak biru atau blueprint ini disusun sebagai panduan untuk perencanaan dan strategi
pengembangan kompetensi sumber daya manusia yang mandiri di Bidang PLTN. SDM
perlu melakukan analisis keselamatan antara lain: Prinsip sistem kerja PLTN, Memahami
fenomena/prinsip secara ilmiah fokus analisis serta penggunaan dan logika pemodelan
dalam perangkat lunak. Rencana pengembangan SDM di Indonesia seperti terlihat pada
Gambar 4 yang menjelaskan mulai dari perekrutan pegawai dengan mempertimbangkan
kualitas pendidikan, pengalaman dan pelatihan. Tingkat pendidikan terbagi menjadi 3 yaitu
ahli, teknisi dan tukang yang kesemuanya memerlukan pengetahuan dasar mengenai
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 297
pengoperasian PLTN. Pelatihan akan dibagi menjadi 2 yaitu pelatihan khusus
ketenagalistrikan akan dibantu oleh pihak PLN sedangkan pelatihan khusus
ketenaganukliran akan dibantu oleh pihak BATAN.
Gambar 4. Alur Pikir Pengembangan SDM PLTN
4 PEMBAHASAN 4.1. Dampak Reaktor Fukushima Daiichi bagi Jepang[8],[9]
Kekhawatiran masyarakat Jepang pasca ledakan di reaktor unit 1 disusul kebakaran
di reaktor unit 2, 3 dan 4. Sebagian warga asing bergegas mengungsikan warganya dari
Jepang. Sejumlah orang kaya menyewa pesawat sendiri. Pemerintah Jepang selalu
memantau kandungan radiasi di wilayah mereka, dari udara, tanah hingga produk
pertanian. Sementara untuk kawasan 20-30 km dari reaktor nuklir, data terus diperbaharui
setiap 10 menit.
Pada 21 Maret 2011, Pemerintah jepang menyatakan produk sayuran dan susu di
empat prefektur: Ibaraki, Tochig, Gunma dan Fukushima tercemar iodium-131 dan cesium
134 sehingga dilarang dipasarkan. Sehari kemudian mereka juga mengumumkan terjadi
pencemaran radiasi terhadap air laut di sekitar Fukushima Daiichi. Pada 23 Maret 2011,
pemerintah Jepang mengumumkan air ledeng mereka tercemar iodium-131 dan tidak aman
dikonsumsi dalam jangka waktu lama. Pemerintah Jepang sangat melindungi warganya hal
ini terbukti dengan dipasangnya alat deteksi di setiap prefektur. Lebih penting lagi
pemerintah Jepang dituntut lebih transparan memaparkan situasi terbaru dan ancamannya
bagi masyarakat.
D ampak terhadap produksi sekitar 3 persen lebih dari produk domestic bruto (PDB).
Pemulihan ekonomi Jepang didorong oleh pemerintah untuk merekonstruksi infrastruktur
yang rusak.
Dampak terhadap sektor keuangan, pemerintah Jepang mengatasinya dengan cara
memaksa industri asuransi dan perusahaan-perusahaan di Jepang untuk menarik uangnya
kembali ke Jepang untuk pembiayaan rekonstruksi. Menstabilkan nilai uang yen.
Dampak bagi perekonomian regional, khususnya Indonesia. Untuk jalur
perdagangan, penurunan produksi di Jepang dalam jangka waktu 1-3 bulan akan
mengganggu ekspor negara di Asia, termasuk Indonesia. Jepang merupakan negara tujuan
ekspor terbesar untuk Indonesia (16 persen). Selain itu Jepang juga merupakan pusat rantai
produksi regional di Asia.
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 298
4.2. Dampak Reaktor Fukushima Daiichi bagi Negara Tetangga[8],[9],[10]
Pasca ledakan reaktor nuklir Fukushima tampaknya sesuatu yang sensitif. Bagi
Indonesia, rencana pembangunan energi nuklir bukan hanya sensitivitas, tetapi juga
konsistensi kebijakan pengembangan nuklir sebagai energy baru. Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
menyebutkan, pemanfatan energi nuklir melalui PLTN harus terwujud tahun 2015-2019.
Tetapi, hingga kini tanda-tanda Pemerintah membangun PLTN belum ada. Pemerintah
belum menunjuk lembaga yang menjadi pemilik PLTN. Kecelakaan PLTN Fukushima
Daiichi terjadi saat nuklir disebut memasuki masa kebangkitan pada satu decade terakhir
karena tingginya kebutuhan energi, ancaman pemanasan global, perubahan iklim dan
upaya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Menurut data Assosiasi Nuklir Dunia, prosentase listrik yang dibangkitkan tenaga
nuklir terhadap total daya listrik dunia memang menurun, dari 17 persen pada era 1980an
menjadi 14 persen pada tahun 2009. Tetapi total jumlah daya yang dibangkitkan naik seiring
dengan meningkatnya konsumsi di dunia. Pada tahun 2009 tercatat 443 reaktor diseluruh
dunia menghasilkan 2.560 terawatt-jam atau 2.560 milliar kilowatt-jam (kWh).
Kecelakaan nuklir di Fukushima mengubah semuanya. Keraguan pada keamanan
dan keselamatan energi nuklir sangat dipengaruhi oleh situasi politik, seperti di Jerman.
Perubahan kebijakan energi akan mempengaruhi Uni Eropa yang memiliki total anggotanya
143 reaktor nuklir. Austria negara non nuklir mendesak Uni Eropa (UE) untuk menguji
keamanan dan keselamatan PLTN. UE mengadakan pertemuan pengawas keselamatan
nuklir negara anggotanya untuk mengetahui kesiapan Eropa menghadapi situasi darurat.
Swiss yang menjadwalkan membangun tiga reaktor membekukan rencana tersebut
hingga standar keselamatan ditinjau ulang. Italia yang mengimpor 86 persen kebutuhan
listrik akan berfikir ulang untuk memperkenalkan energi nuklir.
Inggris, Bulgaria, dan Finlandia juga meminta sistem keamanan ditinjau ulang.
Kelompok oposisi di Turki dan Swedia meminta pemerintahnya membatalkan rencana
pengembangan energi nuklir. Swedia memiliki 10 reaktor yang dapat menyumbang 34,7
persen kebutuhan listrik di negaranya, sedangkan Turki berencana membangun empat
reaktor dengan total daya 4.800 Megawatt (MW). Perancis berniat mempertahankan energi
nuklir dan mengandalkan reaktor air tekan generasi ketiga yang sistem keselamatannya
lebih baik.
Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab tetap berkomitmen menggunakan energy
nuklir. Amerika mengandalkan teknologi yang menempatkan kolam pendingin di atas
reaktor. Jika tejadi peristiwa seperti di Fukushima, air pendingin tetap mengalir
memanfaatkan gravitasi.
Rusia, China, India dan Polandia tetap meneruskan kebijakan energy nuklir mereka.
China paling ekspansif dengan pembangunan 27 reaktor nuklir baru, menambah 13 reaktor
yang sudah beroperasi. China merencanakan akan membangun 50 reaktor baru untuk
menambah daya listrik dari nuklir hingga 70-80 gigawatt listrik (GWe) pada tahun 2020 dan
60 reaktor lagi untuk mencapai 200 GWe tahun 2030.
India di urutan berikutnya, dengan lima reaktor dalam konstruksi dan rencana
pembangunan 18 reaktor lain, untuk melengkapi 20 reaktor yang sudah beroperasi.
4.3. Hasil Analisis Dampak Kecelakaan Fukushima Daiichi Terhadap
Perkembangan Rencana Pembangunan PLTN di Indonesia
Indonesia perlu belajar kembali cara menangani kecelakaan di PLTN melalui kejadian
yang terjadi di Jepang yaitu Reaktor Fukushima Daiichi. Perkembangan penerapan energi
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 299
nuklir dikalangan para pengambil keputusan masa belum ada kejelasan. Hal ini sangat
berkaitan erat dengan perkembangan politik yang sedang terjadi di Indonesia.
Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan/pembelajaran seperti beberapa hal berikut
ini yaitu:
a. Belajar dari pengalaman Jepang, persoalan bukan pada teknologi saja melainkan pada
kesiapan Pemerintah dan masyarakat dalam mengawasi pembangunan dan
pengoperasiannya.
b. Pentingnya pelaporan data keselamatan dan inspeksi terutama dari pihak operator
PLTN secara cepat dan akurat.
c. Pemilihan tapak yang strategis, sehingga terhindar dari bahaya gempa bumi dan
tsunami.
d. Perlunya persetujuan masyarakat tempat PLTN akan dibangun.
e. Masyarakat perlu mengetahui dengan baik dan benar dampak serta manfaar energi
nuklir dan kesiapannya sebagai bagian dari prinsip kehati-hatian.
f. Harus memilih teknologi reaktor generasi terbaru, yaitu generasi keempat atau ketiga
plus yang mengadopsi sirkulasi alami.
g. Pentingnya pembelajaran dalam perubahan sikap seperti: displin, kerjakeras dan
bertanggung jawab.
h. Kesiapan otoritas bagi pembangunan PLTN seperti badan pengawas, BATAN serta
badan pengguna listrik yakni PLN.
i. Mempertimbangkan biaya reaktor nuklir jika memasukkan tambahan sistem
keselamatan setelah dampak dari reaktor di Jepang.
j. Nuklir masih dihandalkan banyak negara sebagai sumber energi walaupun adanya
kecelakaan reaktor di Jepang.
k. Pemerintah Indonesia harus melindungi warganya apabila terjadi kecelakaan.
l. Dibutuhkan komitmen, kesigapan dan kredibilitas yang tinggi bagi negara yang akan
membangun.
5 KESIMPULAN Pengalaman merupakan guru yang berharga. Oleh karena itu masyarakat Indonesia
hendaknya belajar dari pengalaman Jepang yaitu cara menangani bencana yang melanda di
negeri tersebut dan berusaha untuk bangkit dari keterpurukan dengan suatu komitmen
yang tinggi untuk mengatasi krisis energi di masa akan datang melalui penggunaan energi
nuklir (PLTN) serta bergotong-royong dari berbagai badan/institusi untuk saling membantu
mengatasi suatu masalah. Kesuksesan bangsa Jepang dibutuhkan suatu tanggungjawab
penuh untuk setiap kegagalan, mulai dari minta maaf secara terbuka, hingga
mengundurkan diri demi kesejahteraaan rakyatnya.
Kembali kami ingatkan, pertimbangan penggunaan energi nuklir untuk mengatasi
kelangkaan energi dimasa mendatang sangatlah perlu mengingat hasil keluaran PLTN tidak
berdampak pada pencemaran udara, perubahan iklim dan pemanasan global. Lain halnya
dengan akibat penggunaan energi fosil yang terus-menerus dapat menyebabkan minimnya
cadangan sumber energi untuk penggunaan dimasa yang akan datang, serta menimbulkan
dampak pencemaran udara sehingga saat ini perubahan iklim sulit diprediksi dan akan
merusak ekosistim makhluk hidup lainnya. Bila mengandalkan energi baru lainnya seperti
panas bumi, energi surya dan mikro hidro masih kurang. Biaya dan keekonomian energi
terbarukan sangat mahal dan hanya bisa dikembangkan dalam skala kecil.
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
ISSN 1979-1208 300
DAFTAR PUSTAKA [1] BATAN, “Supporting Pre Feasibility Study on Introduction of SMR for Cogeneration
in Bangka Belitung”, 4 November 2010.
[2] BATAN,”Evaluation of the status of Indonesia Infrastructure Development”,
Desember 2010.
[3] BATAN, “Draft Blue Print Pengembangan SDM Pengoperasian dan Pemeliharaan
Bidang PLTN”, Tahun 2012-2020.
[4] http://www.batan.go.id/ptrkn/.
[5] http://www.iaea.org/newscenter/news/2011/Fukushima120411.html.
[6] NURKHOLIS,”Proyek PLTN, Warga Babel Mengadu ke Komnas HAM”, Kompas,
Rabu 23 Maret 2011.
[7] EDWARD, ”Warga Tolak Rencana PLTN”, Kompas, Senin 21 Maret 2011.
[8] AHMAD ARIF, “Dari Fukushima ke Muria”, Kompas, 25 Maret 2011.
[9] MUHAMMAD CHATIB BASRI,”Dampak Ekonomi Tsunami”, Kompas, Senin, 21
Maret
2011.
[10] J. WASKITA UTAMA,”Keselamatan Tetap Yang Utama”, Kompas, Jumat, 25 Maret
2011.