BAB I
PENDAHULUAN
Demam dengue/DD (Dengue fever/DF) dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Demam berdarah dengue (DBD)
merupakan penyakit yang banyak ditemukan disebagian besar wilayah tropis dan subtropis,
terutama Asia Tenggara, Amerika tengah, Amerika dan Karibia. Host alami DBD adalah
manusia, agennya adalah virus dengue yang termasuk kedalam famili Flaviridae dan genus
Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4, ditularkan ke
manusia melalui gigitan nyamuk Aides aegypti dan Ae. Albopictus yang terdapat hampir
seluruh pelosok indonesia.1,2
Istilah haemorrhagic fever di Asia Tenggara pertama kali digunakan di Filipina pada
tahun 1953. Pada tahun 1958 meletus epidemioligi penyakit serupa dibangkok. Di Jakarta
kasus pertama dilaporkan pada tahun 1969. Pada tahun 1993 DBD telah menyebar keseluruh
provinsi di Indonesia. Jumlah kasus DBD provinsi Aceh mencapai 2.269 jiwa dengan
kematian berjumlah 7 jiwa. Kasus DBD di provinsi Aceh pada tahun 2012 mencapai
48/100.000 jiwa.2,3
Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia menepati urutan ke dua setelah Thailand.
Sejak tahun 1998 angka kesakitan rata-rata DBD di Indonesia terus meningkat dari 0,05
(1968) menjadi 8,14 (1973), 8,65 (1983), dan mencapai angka tertinggi pada tahun 1998
yaitu 35,19/100.000 penduduk dengan jumlah penderita sebanyak 72.133 orang. Pada saat ini
DBD telah menyebarluas dikawasan Asia Tenggara, Pasifik Barat, dan daerah Karibia.2
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Ratih Wijayanti
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kampung baru
Suku : Aceh
Tanggal Masuk : 19-06-2015 Pukul : 11.40 WIB
2.2 ANAMNESA
Keluhan Utama : Demam
Telaah : Pasien datang ke RSUD Langsa dengan keluhan demam tinggi yang
mendadak sejak 2 hari yang lalu. Demam dirasakan mendadak tinggi dan terus
menerus, siang sama dengan malam, tidak disertai menggigil, batuk dan sesak nafas.
Pada hari ketiga demam, pasien mengeluhkan timbul bintik-bintik merah pada
tangan, pada hari keempat demam bintik-bintik merah semakin meluas dari
sebelumnya. Bintik-bintik merah tanpa disertai rasa gatal. Gusi berdarah tidak ada,
hidung berdarah tidak ada, BAB dalam batas normal dan BAK dalam batas normal,
kencing berpasir tidak ada, rasa tidak puas pada saat kencing tidak ada.
Pasien juga mengeluhkan nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Serta pasien
mengeluhkan nyeri ulu hati yang disertai mual dan muntah, muntah yang dirasakan
pasien bersamaan dengan timbulnya demam, dengan frekuensi 3x dalam sehari,
muntah berisi air dan sedikit makanan yang dimakan. Penurunan nafsu makan ada,
dan nyeri menelan tidak ada.
2
Riwayat Penyakit Terdahulu :
Pasien mengatakan sering sakit lambung.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Adik pasien mengalami keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat Pemakaian Obat
Pasien mengatakan tidak ada mengkosumsi obat apapun.
Riwayat Kebiasaan Sosial :
Pasien sering telat makan.
2.3 ANAMNESA ORGAN
Jantung Tidak ada kelainan Tulang Tidak ada kelainan
Sirkulasi Tidak ada kelainan Otot Terdapat kelainan
Saluran Pernafasan Tidak ada kelainan Darah Tidak ada kelainan
Ginjal dan Saluran
Kencing
Tidak ada kelainan Endokrin Tidak ada kelainan
Saluran Cerna Terdapat kelainan Genetalia Tidak ada kelainan
Hati dan Saluran
Empedu
Tidak ada kelainan Pancaindra Tidak ada kelainan
Sendi Terdapat kelainan Psikis Tidak ada kelainan
2.4 KEADAAN UMUM
STATUS PRESENT KEADAAN PENYAKIT
Sensorium : Compos mentis
Tekanan Darah : 110 / 60 mmHg
Temperatur : 39 oC
Pernafasan : 20 x/menit,
Nadi : 100 x/menit
Anemia : tidak ada
Edema : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Eritema : tidak ada
Sianosis : tidak ada
Turgor : baik
Dispnoe : tidak ada
3
Sikap tidur paksa : tidak ada
2.5 KEADAAN GIZI
BB : 46 kg TB : 155 cm
46 x 100 % = 83% (gizi sedang)
155 – 100
2.6 PEMERIKSAAN FISIK
KEPALA LEHER
Inspeksi :
Rambut : baik, distribusi merata
Wajah : tidak ada kelainan
Alis mata : tidak ada kelainan
Bulu mata : tidak ada kelainan
Mata : tidak ada kelainan
Hidung : nafas cuping hidung (-)
Bibir : pursed lips breathing ( - )
Lidah : tidak ada kelainan
Inspeksi
Struma : tidak ada kelainan
Kelenjar Limfe : tidak ada kelainan
Posisi trakea : midline
TVJ : tidak meningkat
THORAK
THORAK DEPAN THORAK BELAKANG
Inspeksi
- Bentuk : Simetris
- Otot bantu nafas : tidak ada
- Venektasi : tidak ada
Palpasi
Paru :
- Nyeri tekan : tidak ada
- Fremitus taktil : kanan : kiri normal
- Sela iga melebar ( - )
Inspeksi
- Bentuk : Simetris
- Venektasi : tidak ada
Palpasi
Paru :
- Nyeri tekan : tidak ada
- Fremitus taktil : kanan : kiri normal
- Sela iga melebar ( - )
4
Jantung :
- Ictus cordis : tidak teraba
Perkusi :
Paru : Sonor pada ke dua lapangan
paru
- Batas Relatif : ICS V linea
midclaviclaris dextra
- Batas Absolut : ICS VI linea
midclaviclaris dextra
Jantung :
- Batas jantung atas : ICS III linea
parasternalis sinistra
- Batas jantung kiri : ICS V 1 jari ke
medial dari linea midclavicula sinistra
- Batas jantung kanan : linea
parasternalis dextra
Auskultasi
- suara pernafasan : vesikuler ( +/+)
- suara tambahan : ronki basah (-/-)
wheezing (-/-)
- ekspirasi memanjang ( - )
- Bunyi Jantung : M1>M2, A2>A1,
P2>P1, A2=P2
Perkusi
Paru : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi
- Suara pernafasan : vesikuler ( +/+ )
- Suara tambahan : ronki basah (-/-)
wheezing (-/-)
- Ekspirasi memanjang ( - )
ABDOMEN GENITALIA
Inspeksi :
Simetris, Bengkak (-)
Palpasi :
Soepel, nyeri tekan epigastrium (-)
- Hepar : tidak teraba
- Lien : tidak teraba
- Ginjal : tidak teraba
Perkusi : Timpani (+)
Tidak dilakukan pemeriksaan
5
Auskultasi : Peristaltik Usus (+)
EKSTREMITAS
Ekstremitas Atas
- Bengkak : Tidak ada
- Merah : Ada
- Pucat : Tidak ada
- Clubbing finger :Tidak ada
- Tremor : Tidak ada
- Kulit : Petekie (+)
Ekstremitas Bawah
- Bengkak : Tidak ada
- Merah : Ada
- Pucat : Tidak ada
- Clubbing finger : Tidak ada
- Tremor : Tidak ada
- Kulit : Petekie (-)
2.7 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Haemoglobin 11,8 gr/100ml
Haematocryt 39,0 %
Leucocyte 1.000 103/IU
BSR -
Thrombocyte 54.000 103/IU
Urium 13 mg/100ml
Creatinine 0,7 mg/100ml
KGDS -
2.8 DIAGNOSA BANDING
1. Dengue Haemorrhagic Fever grade II
2. Demam Dengue
3. Demam Tipoid
4. Malaria
5. Demam Cikungunya
2.9 DIAGNOSA KLINIS
Dengue Haemorragic Fever grade II
6
2.10 PENATALAKSANAAN
- IVFD Ringer Laktat 3 Flash dicor
- Injeksi cefotaxime 1 gr/8jam
- Paracetamol 500mg 3x1
- Lansoprazole 30mg 2x1
2.11 ANJURAN
- Darah rutin /8 jam
- Malaria darah tepi
- Kultur Virus
- Pemeriksaan serologi (IgG dan IgM)
- LFT
- Ureum / creatinin
- Foto thorax PA
- USG Abdomen
- Polymerase Chain Reaction
Follow Up Harian
Tanggal S 0 A P
20 Juni
2015
Demam (+)
Mual (+)
Muntah (+)
Sakit kepala (+)
Bintik-bintik
merah (+)
Nyeri perut (+)
BAK (+)
Normal
BAB (+)
Normal
Sens : Compos
Mentis
TD : 110/60
mmHg
HR : 100x/i
RR : 20x/i
T : 39°C
Dengue
Haemorrhagic
Fever grade II
RL 20 tetes/menit
Injeksi cefotaxime 1
gr / 8jam
Paracetamol 3x
500mg
Lansoprazole 2x
30mg
Domperidone 2x
10mg
7
21 Juni
2015
Demam (+)
Mual (+)
Muntah (+)
Pusing (+)
Bintik-bintik
merah (+)
Nyeri perut (+)
BAK(+) Normal
BAB (-)
Sens : Compos
Mentis
TD : 100/60
mmHg
HR : 80x/i
RR : 22x/i
T : 37,5°C
Dengue
Haemorrhagic
Fever grade II
RL 30 tetes/menit
Injeksi cefotaxime 1
gr / 8jam
Paracetamol 3x
500mg
Lansoprazole 2x
30mg
Domperidone 2x
10mg
22 Juni
2015
Demam (+)
Mual (+)
Muntah (-)
Pusing (+)
Bintik-bintik
merah (+)
Nyeri perut (+)
BAK(+) Normal
BAB (-)
Sens : Compos
Mentis
TD : 80/60
mmHg
HR : 76x/i
RR : 20x/i
T : 37,3°C
Dengue
Haemorrhagic
Fever grade II
RL 30 tetes/menit
Injeksi cefotaxime 1
gr / 8jam
Paracetamol 3x
500mg
Lansoprazole 2x
30mg
Domperidone 2x
10mg
23 Juni
2015
Demam (+)
Mual (+)
Muntah (-)
Pusing (+)
Bintik-bintik
merah (+)
Nyeri perut (+)
BAK(+) Normal
BAB(+) Normal
Sens : Compos
Mentis
TD : 110/70
mmHg
HR : 96x/i
RR : 20x/i
T : 38,4°C
Dengue
Haemorrhagic
Fever grade II
RL 30 tetes/menit
Injeksi cefotaxime 1
gr / 8jam
Paracetamol 3x
500mg
Lansoprazole 2x
30mg
BAB III
8
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
Demam dengue/DD (Dengue fever/DF) dan demam berdarah dengue/DBD (Dengue
Hemoragik Fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leucopenia, ruam,
limfadenopati, trombositepenia dan diathesis hemoragik.1,2
Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spektrum menifestasi klinis yang
bervariasi antara penyakit paling ringan (mild undifferent febrile illnes), demam dengue,
demam berdarah dengue (DBD) sampai demam berdarah dengue disertai syok (dengue shock
syndrome = DDS). 2
3.2 ETIOLOGI
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang
termasuk group B anrthtropod bone virus (arboviruses) dan sekarang dikenal sebagai genus
flavivirus, famili Flaviviridae dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai
tunggal dengan berat molekul 4x106. Yang mempunyai 4 jenis serotipe yaitu Den-1, Den-2,
Den-3 dan Den-4. Keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan
serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotype dengue dengan Flavivirus lain
seperti Yellow Fever, Japanese Encephalitis, dan West Nile virus. 1,2
3.3 EPIDEMIOLOGI
Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 1000 negara, terutama daerah
perkotaan yang berpenduduk padat dan pemukiman Brazil dan bagian lain Amerika Selatan,
Karibia, Asia Tenggara, dan India.3
Jumlah kasus DBD tidak pernah menurun dibeberapa daerah tropik dan subtropik
bahkan cenderung terus meningkat dan banyak menimbulkan kematian pada anak 90%
diantaranya menyerang anak dibawah umur 15 tahun. Di Indonesia, setiap tahunnya selalu
terjadi KLB dibeberapa provinsi, yang terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan jumlah
penderita 79.480 orang dengan kematian sebanyak 800 orang lebih. Pada tahun berikutnya
jumlah kasus terus naik tetapi jumlah kematian menurun secara bermakna dibandingkan
tahun 2004.2
9
Jumlah kasus DBD provinsi Aceh mencapai 2.269 jiwa dengan kematian berjumlah 7
jiwa. Kasus DBD di provinsi Aceh pada tahun 2012 mencapai 48/100.000 jiwa.3
3.4 CARA PENULARAN
Penularan virus dengue terjadi melalui gigitan nyamuk yang termasuk subgenus
Stegomya yaitu nyauk Aedes aegypty dan Ae. Albopictus sebagai vektor primer dan Ae.
Polynesiensis, Aescutellaris serta Ae (Finlaya) niveus sebagai vektor sekunder, selain itu juga
terjadi penularan transeksual dari nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui perkawinan serta
penularan transovarial dari induk nyamuk keketurunannya.4
Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap
serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain.4
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue,
yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus
dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang
berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period)
sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya.3
Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4-6 hari (intrinsic incubation
period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat
terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum
panas sampai 5 hari setelah demam timbul.2
3.5 PATOGENESIS
Dua teori yang menjelaskan patogenesis infeksi dengue adalah hipotesis imune
enchancement dan hipotesis infeksi sekunder (secondary heterologous infection theory).
Menurut hipotesis imune enchancement menjelaskan secara tidak langsung bahwa
mereka yang terkena infeksi kedua oleh virus heterolog mempunyai resiko berat yang lebih
besar untuk menderita DBD berat. Antibodi heterolog yang telah ada akan mengenali virus
lain kemudian membentuk kompleks antigen antibodi yang berkaitan dengan Fc reseptor dari
membran leukosit terutama makrofag. Sebagai tanggapan dari proses ini, akan menjadi
sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyababkan peningkatan permeabilitas
pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.1
10
Hipotesis infeksi sekunder, sebagai akibat infeksi sekunder oleh tiper virus dengue
yang berbeda, respon antibody anamnestic pasien akan terpicu, menyebabkan proliferase
dan transformase limfosit dan menghasilkan titer tinggi IgG anti dengue. Karena bertempat
dilimfosit, proferasi limfosit juga menyebabkan tingginya angka replikasi virus dengue. Hal
ini mengakibatkan terbentuknya komplek virus antibodi yang selanjutnya mengaktifasi
sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a menyebabkan peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah dan merembesnya cairan ekstra vaskular. Hal ini terbukti dengan
peningkatan kadar hematokrit, penurunan natrium dan terdapatnya cairan dalam rongga
serosa.1
3.6 MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari), timbul gejala
prodormal yang tidak khas seperti: nyeri kepala, nyeri tulang belakang dan perasaan lelah.1
Pasien penyakit DBD umumnya disertai dengan tanda-tanda berikut :
1. Demam selama 2-7 hari tanpa ada sebab yang jelas
2. Manifestasi perdarahan dengan rumple leed test (+), mulai dari petekie (+) sampai
perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau berak darah hitam.
3. Hasil pemeriksaan trombosit menurun, (normal : 150.000-300.000 µL). Hematokrit
meningkat (normal : pria < 45, dan wanita < 40).
4. Akral dingin, gelisah, tidak sadar, (DDS, dengue syok syndrome).2
Keempat gejala utama DBD adalah sebagai berikut:
1. Demam
Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus, berlangsung
2-7 hari, naik turun tidak mempan dengan obat anti piretik. Kadang-kadang suhu tubuh
sangat tinggi sampai 400C dan dapat terjadi kejang demam mulai cenderung menurun dan
pasien tampak seakan sembuh, hati-hati karena fase tersebut dapat sebagai awal kejadian
syok. Biasanya pada hari ketiga dari demam. Hari ke-3,4,5 adalah fase kritis yang harus
dicermati pada hari ke-6 dapat terjadi syok. Kemungkinan terjadi perdarahan dan kadar
trombosit sangat rendah (<20.000/µl).1
2. Tanda-tanda perdarahan
11
Penyebab perdarahan pada DBD ialah vaskulopati, trombositopenia dan gangguan
fungsi trombosit, serta koagulasi intravaskuler yang menyeluruh. Jenis perdarahan yang
terbanyak adalah perdarahan kulit seperti uji torniket (uji Rumple leede/uji bendung) positif,
petekie, purpura, ekimosis dan perdarahan konjungtiva. Petekie merupakan tanda perdarahan
yang tersering ditemukan. Tanda ini dapat muncul pada hari-hari pertama demam tetapi dapat
pula dijumpai pada hari ke 3,4,5 demam. Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan
nyamuk. Untuk membedakannya, lakukan penekanan pada bintik merah yang dicurigai
dengan kaca obyek atau penggaris plastik transparan. Jika bintik merah menghilang berarti
bukan petekie. Perdarahan lain yaitu epistaksis, perdarahan gusi, melena dan hematemesis.1
Tanda perdarahan seperti tersebut diatas tidak semua terjadi pada seorang pasien
DBD. Perdarahan yang paling ringan adalah uji touniquet positif berarti fragilitas kapiler
meningkat. Perlu diingat bahwa hal ini juga dapat dijumpai pada penyakit virus lain
(misalnya, campak, demam chikungunya), infeksi bakteri (tifus abdominalis) dan lain-lain.
Uji torniket positif akan banyak kegunaannya apabila secara klinis diduga DBD, oleh karena
pada awal perjalanan penyakit 70,2% kasus DBD mempunyai hasil uji torniket positif. Uji
torniket dinyatakan positif jika terdapat lebih dari
3. Hepatomegali (pembesaran hati)
Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit,
bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba (just palpable) sampai 2-4 cm di bawah
lengkungan iga kanan. Proses pembesaran hati, dari tidak teraba menjadi teraba, dapat
meramalkan perjalanan penyakit DBD. Derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya
penyakit, namun nyeri tekan pada daerah tepi hati, berhubungan dengan adanya perdarahan. 1,2
4. Syok
Syok yang ditandai oleh nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi menurun (≤ 20
mmHg), takanan darah menurun (tekanan sistolik ≤ 80 mmHg) disertai kulit yang terasa
dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, dan
timbul sianosis disekitar mulut.1,2
12
3.7 DIAGNOSIS
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah
ini dipenuhi:
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2 – 7 hari, biasanya bifasik.
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
o Uji bendung positif
o Petekie, ekimosis, atau purpura
o Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi)
o Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul)
4. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai
berikut:
o Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan
jenis kelamin
o Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya
o Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemi.1
Dari : Dengue Guidlines for Diagnosis, Treatment, Prevent and Control WHO 2009
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat:
13
DD/DBD Derajat Gejala Labotarium
DD Demam disertai 2 atau lebih tanda : sakit kepala , nyeri retro-orbital , mialgia, arthralgia
Leucopenia
Trombositopenia, tidak ditemukan bukti kebocoran plasma
DBD I Gejala diatas ditambah uji bendung positif
Trombositopenia ( <100.000/µl) , bukti ada kebocoran plasma
DBD II Gejala diatas ditambah perdarahan spontan
Trombositopenia ( <100.000/µl) , bukti ada kebocoran plasma
DBD III Gejala diatas ditambah kegagalan sirkulasi ( kulit dingin dan lembab serta gelisah )
Trombositopenia ( <100.000/µl) , bukti ada kebocoran plasma
DBD IV Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak terukur.
Trombositopenia ( <100.000/µl) , bukti ada kebocoran plasma
Dari : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V
Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam dengue
adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan
darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relative disertai gambaran limfositosis relatif
disertai gambaran limfosit plasma biru.1
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell curture) ataupun
deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptase
Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes serologis
yang mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi total, IgM
maupun IgG lebih banyak.1
Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain:
1. Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke 3 dapat ditemui limfositosis
relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) >15%
dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.
2. Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
3. Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke 3 demam.
14
4. Hemastosis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen D-Diner, atau FDP pada
keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
5. Protein/albumin: dapat terjadi hipopreteinemia akibat kebocoran plasma.
6. SGOT/SGPT dapat meningkat.
7. Ureum, kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
8. Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
9. Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi): bila akan diberikan transfusi darah
atau komponen darah.
10. Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue
a. IgM : terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke 3, menghilang
setelah 60-90 hari.
b. IgG : pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14, pada infeksi
sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke 2.
11. Uji HI: dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari
perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans.
12. NS 1: antigen NS1 dapat dideteksi pada awal demam hari pertama sampai hari ke
delapan. Sensitivitas antigen NS1 berkisar 63%-93,4% dengan spesifitas 100% sama
tingginya dengan spesifitas gold standard kultur virus. Hasil negative antigen NS1
tidak menyingkirkan adanya infeksi virus dengue.1
Dari : Dengue Guidlines for Diagnosis,
Treatment, Prevent and Control WHO 2009
15
Pemeriksaan Radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terurama pada hemitoraks kanan tetapi
apabilaterjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks.
Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan ( pasien tidur
pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan
pemeriksan USG.1
3.8 PENATALAKSANAAN
Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue. Dengan terapi suportif yang
adekuat, angka kematian dapat diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume
cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD.1
Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting
didalam penanganan kasus DBD. Asupan cairan pasien harus tetap terjaga, terutama cairan
oral. Jika asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen
cairan melalui intravena untuk mencegahdehidrasi dan hemokonsentrasi secara bermakna.1
Dari : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V
16
BAB IV
PEMBAHASAN
Teori KasusDemam berdarah dengue/DBD (Dengue
Hemoragik Fever/DHF) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, Nyeri
otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositepenia dan diathesis hemoragik.
Kriteria diagnosis (WHO 1997)
Kriteria klinis
- Demam tinggi mendadak tanpa
sebab yang jelas dan berlangsung
terus menerus selama 2-7 hari.
- Terdapat manifestasi perdahan
- Pembesaran hati
- Syok
Kriteria laboratoris
- Trombositopenia (<100.000/mm3).
- Hemokonsentrasi (Ht meningkat
>20%).
Dari hasil uraian diatas, kami menemukan
beberapa gejala atau gambaran klinis dari
os yang menjurus ke penyakit demam
berdarah dengue atau dengue hemoragiik
fever Beberapa gejala tersebut antara lain
os mengeluhkan :
- Demam
- Mual
- Muntah
- Pusing
- Nyeri sendi
- Petekie pada kulit
Untuk menegakkan diagnosa, dilakukan
beberapa pemeriksaan penunjang
pemeriksaan darah rutin ditemukan
haemoglobin 11,8 gr/100ml trombosit
menurun 54.000/mm3, hematokrit 39,0%,
dan leukosit menurun 1.000/Ulx103.
Berdasarkan data yang kami peroleh, kami
menyimpulkan pada kasus ini os menderita
Dengue Hemoragik Fever grade II.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Suhendro dkk. Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III.
Edisi V. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta, 2009. Hal 2773-2779
2. Widoyono. Demam Berdarah Dengue. Editor Rina Astikawati. dalam Penyakit Tropis
Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasan. Edisi. II. Erlangga. Jakarta :
2011. Hal. 70-79
3. Depertemen Kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi Aceh, 2015.
4. Chandra Aryu. Demam Berdarah Dengue : Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko
Penularan. Jurnal Aspirator Vol. 2, 2010.
5. Hadinegoro S.R.H, Soegijanto S, dkk. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di
Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Edisi 3. Jakarta. 2004.
18