DEGRADASI, UJI MEKANIK DAN KARAKTERISASI POLIPADUAN
POLI ASAM LAKTAT DAN POLI Ε-KAPROLAKTON SEBAGAI BAHAN
BAKU BENANG OPERASI SERTA PENGARUH PENAMBAHAN
PEMLASTIS POLIVINIL ALKOHOL
(Skripsi)
Oleh
NELLA MERLIANI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
DEGRADASI, UJI MEKANIK DAN KARAKTERISASI POLIPADUAN
POLI ASAM LAKTAT DAN POLI Ε-KAPROLAKTON SEBAGAI BAHAN
BAKU BENANG OPERASI SERTA PENGARUH PENAMBAHAN
PEMLASTIS POLI VINIL ALKOHOL
Oleh
Nella Merliani
Aplikasi polimer Poly Lactic Acid (PLA) dan Poly ε Caprolactone (PCL) dalam
dunia medis semakin dikembangkan karena kemampuan polimer ini untuk
diterima didalam tubuh secara aman dan tidak berbahaya. Pada penelitian ini
dilakukan sintesis, uji degradasi, uji mekanik dan karakterisasi polipaduan PLA
dan PCL sebagai bahan baku benang operasi. Untuk mengurangi kekakuan
ditambahkan bahan pemlastis poli vinil alkohol (PVA). Metode sintesis dilakukan
secara solution casting dilanjutkan dengan pembentukan lembaran film. Uji
degradasi menggunakan larutan NaCl 0,9% dan uji mekanik memberikan hasil
terbaik pada perbandingan komposisi PLA/PCL 4:1 yang memiliki persentase
degradasi sebesar 2,39% dan nilai tensile strength sebesar 17,99 N/mm2
sedangkan PLA/PCL 4:1 dengan penambahan pemlastis PVA memiliki persentase
degradasi sebesar 3,47% dan nilai tensile strength sebesar 14,63 N/mm2. Analisis
karakterisasi FTIR pada polipaduan menunjukkan adanya pergeseran panjang
gelombang yang lebih rendah akibat terbentuknya ikatan hidrogen antarpolimer.
Analisis SEM menunjukkan bahwa polipaduan PLA/PCL permukaan serat yang
lebih merata dan teratur, sedangkan penambahan pemlastis PVA menyebabkan
morfologi polipaduan menjadi tidak teratur dan cenderung berongga. Analisis
TGA polipaduan mengalami penurunan stabilitas termal dibandingkan dengan
polimer penyusunnya akibat rendahnya interaksi antarpolimer.
Kata kunci : Polimer, Poly Lactic Acid (PLA), Poly ε Caprolactone (PCL),
Poli Vinil Alkohol (PVA)
ABSTRACT
DEGRADATION, MECHANICAL TESTS AND CHARACTERIZATION
POLYBLEND OF POLY LACTIC ACID AND POLY Ε CAPROLACTONE
AS RAW MATERIALS FOR SUTURES AND EFFECT OF ADDITION
PLASTICIZER POLYVINYL ALCOHOL
By
Nella Merliani
Application of Poly Lactic Acid (PLA) and Poly ε Caprolactone (PCL) polymers
in the medicine are increasingly being developed because the ability of these
polymers to be safely and harmlessly received in human body. In this research,
synthesis, degradation , mechanical test and characterization of polyblend PLA
and PCL were used as raw material for sutures. To reduce the stiffness, poly vinyl
alcohol (PVA) as plasticizer was added. The synthesis method is carried out by
solution casting followed by the formation of film sheets. The degradation test
uses 0.9% NaCl solution and the mechanical test gives the best results on the ratio
of PLA/PCL 4:1 composition which has a degradation percentage of 2.39% and a
tensile strength value of 17.99 N/mm2 while PLA/PCL 4:1 with the addition of
PVA plasticizer has a degradation percentage of 3.47% and tensile strength value
of 14.63 N/mm2. FTIR characterization analysis of polyblend shows a lower
wavelength shift due to the formation of hydrogen bonds between polymers. SEM
analysis shows that the polyblend of PLA/PCL’s film surface is more evenly
distributed and regular than the addition of PVA plasticizer gives morphology of
polyblend become irregular and tend to be hollow. The TGA analysis of the
polyblend has decreased thermal stability compared of constituent polymers due
to the low interaction between polymers.
Keywords : Polymer, Poly Lactic Acid (PLA), Poly ε Caprolactone (PCL),
Poly Vinyl Alcohol (PVA)
DEGRADASI, UJI MEKANIK DAN KARAKTERISASI POLIPADUAN
POLI ASAM LAKTAT DAN POLI Ε-KAPROLAKTON SEBAGAI BAHAN
BAKU BENANG OPERASI SERTA PENGARUH PENAMBAHAN
PEMLASTIS POLIVINIL ALKOHOL
Oleh
Nella Merliani
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA SAINS
pada
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gisting, pada tanggal 2 Maret 1997 sebagai anak pertama
dari dua bersaudara, putri dari Bapak Mujiman (Alm) dan Ibu Sri Sumarsih.
Penulis mulai menempuh pendidikan pada tahun 2002 di SDN 1 Sanggi,
kemudian menyelesaikan pendidikan di SMPN 1 Gisting pada tahun 2011 dan
SMAN 1 Pagelaran pada tahun 2014. Penulis melanjutkan pendidikan sebagai
mahasiswa di Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Negeri (SBMPTN) dan lulus di tahun 2018.
Selama menempuh pendidikan di Jurusan Kimia, penulis pernah mendapatkan
beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) pada semester 2 dan 3, kemudian
beasiswa Bidikmisi pada semester 5 hingga 8. Selain itu, penulis juga menjadi
asisten praktikum untuk mata kuliah Kimia Organik Biologi 2016 dan 2017 serta
praktikum Kimia Organik I dan Kimia Organik II pada tahun 2018.
Saat menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai Kader Muda Himpunan Mahasiswa
Kimia (Himaki) FMIPA Unila, Garuda Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
FMIPA Unila, dan anggota muda UKMF ROIS FMIPA Unila pada periode
kepengurusan 2014/2015. Kemudian pada periode 2015/2016 menjadi anggota
Biro Penerbitan Himaki FMIPA Unila dan anggota Bidang Kajian ROIS FMIPA
Unila, lalu menjadi Sekretaris Biro Penerbitan Himaki FMIPA Unila pada periode
kepengurusan 2016 serta menjadi Sekretaris Departemen Komunikasi dan
Informasi BEM FMIPA Unila pada periode kepengurusan 2017.
Pada tahun 2017, penulis pernah melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Beringin Kencana, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan pada
bulan Juli sampai dengan Agustus 2017. Pada tahun 2018 penulis telah
menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
M O T T O
“Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh urusan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap.”
Q.S. Al Insyirah 7-8
“Apabila seorang meninggal dunia, maka terputuslah seluruh amalnya
kecuali tiga hal; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat
dan anak sholih yang berdoa untuknya.”
(HR. Muslim)
“Manusia yang paling lemah adalah orang yang tidak mampu mencari teman.
Namun yang lebih lemah dari itu adalah seseorang yang mendapatkan banyak teman tetapi
menyia-nyiakannya”
Ali bin Abi Thalib
P E R S E M B A H A N
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,
sholawat serta salam semoga selalu melimpah kepada suri tauladan umat,
Nabi Muhammad SAW.
Dengan segala kerendahan hati, kupersembahkan karya kecilku ini
Kepada :
Orangtuaku tercinta
Bapak Mujiman (Alm) dan Ibu Sri Sumarsih
juga Bapak Purwoko
yang telat merawat, mengasihi dan mencintai adinda. Selalu mendoakan dan
mendukung setiap langkahku menuju kesuksesan. Terima kasih atas segala kerja
keras dan semangat yang diberikan.
Adikku tersayang, Bagus Maulana Yusuf
atas keceriaan dan semangat yang diberikan
Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. dan seluruh Dosen
yang telah membimbing dan mendidik adinda selama menempuh pendidikan di
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung
Seluruh keluarga besar dan sahabat
dan
Almamater tercinta
SANWACANA
Alhamdulillahirrobbil ‘alamiin. Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains di
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung dengan judul “Degradasi, Uji
Mekanik dan Karakterisasi Polipaduan Poli Asam Laktat dan Poli ε
Kaprolakton sebagai Bahan Baku Benang Operasi serta Pengaruh
Penambahan Pemlastis Poli Vinil Alkohol”.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada suri tauladan umat, Nabi
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabatnya dan semoga melimpah
kepada kita semua selaku umatnya. Aamiin ya robbal ‘alamiin.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak yang
telah turut serta membantu penulis. Oleh karena itu, melalui tulisan ini penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Kedua orangtuaku, Bapak Mujiman (Alm) dan Ibu Sri Sumarsih yang sangat
aku sayangi. Untuk Bapak yang sudah memberikan semangat, dukungan,
cinta dan kasih sayang, aku sangat berterima kasih dan bersyukur sekali
kepada Allah SWT yang telah menghadirkan Bapak sebagai orangtuaku.
Terima kasih atas segala kerja keras dan usaha Bapak untukku sejak aku lahir
hingga mengeyam pendidikan. Rindu dan kesedihan mendalam bagiku,
Bapak tidak dapat membersamaiku ketika aku menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah sampaikan setiap doa dan salamku untuk Bapak. Untuk Ibu,
wanita hebat dan kuat yang selalu memberikan semangat dan doa untuk
kesuksesanku. Terima kasih, Ma. Aku tidak bisa menuliskan setiap bulir rasa
syukur dan terima kasih atas segala apa yang sudah Mama lakukan untukku.
Gelar yang kuraih saat ini adalah salah satu doa indah kalian yang Allah
SWT kabulkan. Entah kalimat apa yang dapat aku ungkapkan selain rasa
syukur dan terima kasih. Hanya Allah SWT yang dapat membalas segala
kebaikan kalian.
2. Untuk adikku, Bagus Maulana Yusuf. Terima kasih atas keceriaan dan canda
tawa yang selalu adik berikan dan hadirkan untukku. Doa-doa kecil adik
sudah menghantarkanku hingga di titik ini. Aku paham aku belum mampu
menjadi kakak yang baik seperti yang adik harapkan, tetapi doa-doa kecil
dariku untukmu di masa depan akan selalu ada setiap harinya. Kalau sudah
besar kamu pasti akan sangat terharu membaca ini. Untuk sekarang, rajin
belajar ya sebentar lagi Ujian Nasional.
3. Bapak Purwoko, Lusi dan Mbak Evi. Terima kasih sudah menjadi keluarga
baru untukku yang selalu memberikan semangat dan dukungan. Mungkin aku
terlalu sulit beradaptasi dengan suasana baru yang Allah berikan. Tetapi aku
yakin, apa yang terjadi saat ini adalah rencana indah dan terbaik yang Allah
kabulkan atas doa-doaku selama ini. Terima kasih telah membantu Ibu
menjadi orangtuaku yang selalu mau ku repotkan disela-sela akhir
perkuliahanku. Semoga Allah SWT membalasnya dengan kebaikan.
4. Kedua sepupu terbaikku, Umi Lupita Rani dan Tiara Al Fitri. Terima kasih
atas segala keceriaan yang kalian bagikan, aku sangat bersyukur kepada Allah
SWT. Segala bentuk semangat, dukungan, doa, cinta dan kasih sayang yang
kalian berikan sangat berarti dan menguatkanku. Semoga Allah SWT
membalasnya dengan kebaikan dan memberikan kemudahan untuk
menggapai kesuksesan.
5. Keluarga besar Nenek Tinah dan Mbah Tumijem. Terima kasih atas beribu
semangat, nasihat, serta doa yang kalian berikan untukku. Bersyukur sekali
menjadi bagian dari keluarga ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan
kalian dan menjaga kalian selalu.
6. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku Dosen Pembimbing I
yang telah membimbing, mendidik, memotivasi dan memberikan semangat
kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. Semoga Allah
SWT membalas jasa dan kebaikan Bapak serta melimpahkan keberkahan
selalu.
7. Bapak Dr. Eng. Heri Satria, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing, memberikan saran dan motivasi serta semangat kepada penulis
selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas
jasa dan kebaikan Bapak serta melimpahkan keberkahan selalu.
8. Ibu Dra. Aspita Laila, M.S. selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan
saran, nasihat, arahan dan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT membalas kebaikan Ibu.
9. Bapak Dr. Drs. Hardoko Insan Qudus, M.Si. selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang selalu membimbing, mengarahkan dan memberikan saran
kepada penulis dari awal semester hingga penyusunan skripsi ini selesai.
Semoga Allah SWT membalasnya dengan kebaikan.
10. Ibu Prof. Tati Suhartati, M.S. atas dukungan, semangat dan motivasi kepada
penulis. Semoga Allah SWT membalas kebaikan Ibu dan melimpahkan
keberkahan selalu.
11. Ibu Dr. Noviany, M.Si. selaku Kepala Laboratorium Kimia Organik atas
izinnya kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian di laboratorium.
12. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku Ketua Jurusan Kimia
FMIPA Universitas Lampung.
13. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung yang telah
membimbing dan memberikan ilmu selama penulis belajar di Jurusan Kimia.
Semoga Allah SWT membalas jasa dan kebaikan Bapak dan Ibu.
14. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D. selaku Dekan FMIPA Universitas
Lampung.
15. Mbak Wiwit, Pak Gani, dan Mas Nomo, terima kasih atas bantuan yang
diberikan kepada penulis selama mengeyam pendidikan di Jurusan Kimia.
16. Teman-teman dekatku sejak awal perkuliahan hingga detik ini, Deni Diora,
Laili Dini Ariza, Rahmah Hanifah, Yola Yashinta Batubara dan Widia Sari.
Terima kasih atas segala bentuk keceriaan, semangat, canda tawa, dukungan
dan nasihat yang telah kalian berikan kepadaku. Aku sangat bersyukur sekali
dikelilingi oleh orang-orang baik yang selalu saja mau ku repotkan dalam
segala hal. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian, memudahkan
setiap langkah kalian menuju kesuksesan dan mempertemukan kembali kita
di surga-Nya kelak.
17. Teman-teman baikku, Bidari Maulid Diana dan Reni Anggraeni. Terima
kasih atas semangat, canda tawa, dan segala bentuk kebaikan yang telah
kalian berikan kepadaku. Bersyukur sekali kalian hadir dalam bagian
perjalanan kehidupanku selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini.
Semoga persahabatan kita tetap terjalin hingga Allah pertemukan kita di
surga-Nya kelak.
18. Teman-teman satu perjuangan penelitian, Fransisca Clodina Dacasta, Dhia
Hawari dan Mbak Yolanda Larasati. Terima kasih telah membantuku
menyelesaikan penelitian ini walaupun selama perjalanan banyak sekali lika-
liku dan duri-duri yang menghiasi. Terkhusus untuk Fransisca Clodina, terima
kasih untuk semangat dan dukungan yang telah diberikan hingga skripsi ini
dapat terselesaikan. Sungguh sangat bersyukur mempunyai teman
seperjuangan yang memiliki semangat luar biasa sepertimu. Semoga
persahabatan kita tetap terjalin selamanya.
19. Rekan-rekan penelitian di Laboratorium Kimia Organik, Laili Dini Ariza,
Fransisca Clodina, Kartika Dewi Rachmawati, Astriva Novri Harahap,
Elisabeth Yulinda, Dhia Hawari, Gabriella Setia Wulandari, Hidayatul
Mufidah, Nurlaelatul Khotimah, Rizky Fijaryani, Herda Yulia, Risa Septiana,
Mbak Yolanda Larasati, Mbak Khalimatus Sa’diah, Dicky Sildianto dan
Hamidin. Terima kasih atas keceriaan yang kalian bagikan selama penelitian
di laboratorium. Adik-adik; Mentari, Setiasih, Siska, Pipit, Marli, Rinda,
Santi, Isnaini, Eva, Zuwita, Valen, Tosa, Dony, Hanif dan Rizky. Semoga
Allah SWT memberikan kemudahan dan kelancaran untuk kita semua.
20. Kakak-kakak seperjuangan yang telah terlebih dahulu bertemu dengan
polimer. Mbak Dona Mailani, Mbak Khalimatus Sa’diah, Mbak Shella
Anggun, Mbak Siti Mudmainah, Mbak Aulia Pertiwi, dan Kak Ridho
Nahrowi. Terima kasih atas segala bentuk bantuan dan semangat yang kalian
berikan kepadaku. Semoga Allah SWT membalasnya dengan kebaikan.
21. Keluargaku, teman-teman Kimia 2014. Terima kasih untuk kebersamaan,
keceriaan, dan canda tawa yang tercipta selama kita menempuh pendidikan
ini. Aku sangat bersyukur sekali dikelilingi oleh orang-orang baik seperti
kalian semua. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian, memudahkan
setiap langkah kalian menuju kesuksesan dan mempertemukan kembali kita
di surga-Nya kelak.
22. Pimpinan Himaki FMIPA Unila kepengurusan 2016, Fikri Muhammad,
Kartika Dewi Rachmawati, Riri Auliya, Teguh Wijaya Hakim, Herda Yulia,
Yusuf Hadi Kurniawan, Heny Wijaya, Jepry Romansyah, Yola Yashinta
Batubara, Bidari Maulid Diana, Bunga Lantri Dwinta, Hestianingsih Famela,
Reni Anggraeni dan Ayisa Ramadhona. Terima kasih atas bantuan, kerjasama
dan pembelajarannya selama ini. Terkhusus untuk Hesty Famela, terima kasih
atas semangat dan kebaikan yang telah diberikan untukku. Semoga Allah
SWT memudahkan setiap langkahmu dan mempertemukan kita kembali di
surga-Nya kelak.
23. Pimpinan BEM FMIPA Unila periode kepengurusan 2017, Ardiansyah,
Rahmat Purnama, Annisa Nurul, Nur Isfa’ni, Rashan Pratama, Aatiin
Anisassari dan rekan-rekan lainnya. Terima kasih atas kerjasama dan
kebersamaannya selama satu periode kepengurusan. Terkhusus untuk Rashan
dan Aatiin, terima kasih atas kerjasama, semangat dan canda tawa yang telah
kalian berikan. Tetap semangat menebar kebaikan. Semoga Allah SWT
memudahkan setiap langkah kita semua.
24. Sahabat-sahabat semasa sekolahku, Reni Kinasih, Esti Novela, Fatmawati,
Vera Nuramaliya, Voni Khotizah, dan Yongki Abraham. Terima kasih atas
semangat yang kalian berikan kepadaku meski dari kejauhan. Semoga Allah
SWT selalu menjaga kalian dan memudahkan segala aktivitas kalian.
25. Teman-teman KKN Beringin Kecana, terkhusus untuk Hanifatus Sa’diah.
Terima kasih atas kebersamaan, semangat dan cerita-cerita menarik yang
selalu dapat menghiburku. Semoga persahabatan kita tetap terjalin hingga
Allah pertemukan kita di surga-Nya kelak.
26. Himaki FMIPA Unila periode kepengurusan 2014/2015, 2015/2016 dan
2016. Terima kasih atas kebersamaan dan pembelajaran yang telah diberikan.
27. Seluruh keluarga besar Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung angkatan
2011-2018.
28. Almamater Universitas Lampung.
29. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaiin
skripsi ini.
Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi perbaikan penelitian selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi
ini dapat berguna dan bermanfaat untuk kita semua.
Bandar Lampung, Desember 2018
Penulis
Nella Merliani
v
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
C. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Benang Operasi .............................................................................................. 6
a. Berdasarkan Susunan Filamen
1) Monofilamen .................................................................................... 7
2) Multifilamen .................................................................................... 8
3) Pseudo-monofilamen ....................................................................... 8
b. Berdasarkan Jenis Bahan
1) Benang dapat diserap ....................................................................... 9
2) Benang tidak dapat diserap .............................................................. 11
B. Polimer ........................................................................................................... 12
C. Poly Lactic Acid (PLA) .................................................................................. 15
D. Poly (ε-Caprolactone) (PCL) ......................................................................... 20
E. Pemlastis ........................................................................................................ 21
F. Poli Vinil Alkohol (PVA) .............................................................................. 22
G. Degradasi ....................................................................................................... 23
H. Uji Tarik (Tensile Test) .................................................................................. 26
I. Fourier Transform Infra Red (FTIR) ............................................................. 29
J. Scanning Electron Microscopy (SEM) .......................................................... 31
K. Thermo Gravimetric Analyzer (TGA) ........................................................... 32
III. METODE PENELITIAN ............................................................................. 34
A. Waktu dan Tempat ......................................................................................... 34
v
B. Alat dan Bahan .............................................................................................34
C. Prosedur Penelitian
1. Sintesis Polipaduan ................................................................................. 35
a. Tanpa Pemlastis ................................................................................. 35
b. Dengan Pemlastis .............................................................................. 35
2. Pembentukan Film Polimer dengan Alat Hotpress ................................. 36
3. Uji Degradasi Menggunakan Larutan 0,9% NaCl .................................. 36
4. Uji Degradasi Menggunakan Larutan Buffer Fosfat pH 6, 7 dan 8 ........ 37
5. Uji Mekanik (Uji Tarik atau Tensile Test) .............................................. 38
6. Karakterisasi dengan Fourier Transform Infra Red (FTIR) ................... 38
7. Karakterisasi dengan Scanning Electron Microscopy (SEM) ................. 39
8. Karakterisasi dengan Thermo Gravimetric Analyzer (TGA) .................. 39
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 40
A. Sintesis Polipaduan ......................................................................................40
B. Uji Degradasi Menggunakan Larutan 0,9% NaCl .......................................43
C. Uji Degradasi Menggunakan Larutan Buffer FosfatpH 6, 7 dan 8 ..............45
D. Uji Mekanik (Uji Tarik atau Tensile Test) ...................................................48
E. Karakterisasi dengan Fourier Transform Infra Red (FTIR) ........................51
F. Karakterisasi dengan Thermo Gravimetric Analyzer (TGA) .......................53
G. Karakterisasi dengan Scanning Electron Microscopy (SEM) .....................56
H. Perbandingan Hasil Analisis dengan Standar Benang Bedah Komersil dan
SNI 16-3366-1994 .......................................................................................56
V. SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 62
A. Simpulan .................................................................................................... 62
B. Saran ............................................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 68
LAMPIRAN ....................................................................................................... 69
1. Diagram Alir ................................................................................................ 70
2. Uji Degradasi ............................................................................................... 72
3. Data Uji Tarik atau Tensile Test .................................................................. 81
4. Data spektrum FTIR polimer PLA, PCL dan polipaduan ............................ 84
5. Data analisis TGA polimer PLA, PCL dan polipaduan ............................... 86
ii
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sifat Fisik dan Mekanik PLA ........................................................................ 17
2. Sifat fisik poli (ε-kaprolakton) (Lu dan Chen, 2004) ..................................... 20
3. Karakteristik film polimer PLA, PCL dan polipaduan .................................. 41
4. Data nilai tensile strength PLA, PCL dan polipaduan ................................... 48
5. Nilai termogram polimer PLA, PCL dan polipaduan .................................... 54
6. Data uji degradasi polimer PLA .................................................................... 72
7. Data uji degradasi polimer PCL ..................................................................... 73
8. Data uji degradasi polipaduan PLA/PCL (4:1) .............................................. 74
9. Data uji degradasi polipaduan PLA/PCL (1:1) .............................................. 75
10. Data uji degradasi polipaduan PLA/PCL (1:4) .............................................. 76
11. Data uji degradasi polipaduan PLA/PCL (4:1)/P ........................................... 77
12. Data uji degradasi polipaduan PLA/PCL (1:1)/P ........................................... 78
13. Data uji degradasi polipaduan PLA/PCL (1:4)/P ........................................... 79
14. Data nilai tensile strength polimer PLA dan PCL ......................................... 81
15. Data nilai tensile strength polipaduan PLA/PCL ........................................... 82
16. Data nilai tensile strength polipaduan PLA/PCL/P ....................................... 83
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Klasifikasi benang operasi secara luas ........................................................... 7
2. Struktur Poli Asam Laktat ............................................................................. 16
3. Metode polimerisasi PLA (Averous, 2008) ................................................... 18
4. Struktur PCL .................................................................................................. 20
5. Struktur PVA ................................................................................................. 22
6. Mekanisme reaksi hidrolisis PLA (Wulan, 2011) .......................................... 25
7. Mekanisme reaksi hidrolisis PCL (Wulan, 2011) .......................................... 26
8. Kurva pengujian tarik .................................................................................... 27
9. Skema Peralatan SEM .................................................................................... 31
10. Alat TGA seri 7000 dengan Autosampler (Grege et al., 2009) ..................... 33
11. Interaksi kimia antara polimer PLA dan PCL (Yew et al., 2005) ................. 43
12. Grafik degradasi sampel dalam larutan NaCl 0,9% (a) PLA/PCL tanpa
penambahan pemlastis (b) PLA/PCL dengan penambahan pemlastis
PVA ................................................................................................................ 43
13. Grafik degradasi sampel dalam larutan buffer fosfat pH 6 (a) PLA/PCL
tanpa penambahan pemlastis (b) PLA/PCL dengan penambahan
pemlastis PVA ............................................................................................... 46
14. Grafik degradasi sampel dalam larutan buffer fosfat pH 7 (a) PLA/PCL
tanpa penambahan pemlastis (b) PLA/PCL dengan penambahan
pemlastis PVA ............................................................................................... 46
15. Grafik degradasi sampel dalam larutan buffer fosfat pH 6 (a) PLA/PCL
tanpa penambahan pemlastis (b) PLA/PCL dengan penambahan
v
pemlastis PVA ............................................................................................... 47
16. Grafik nilai tensile strength polimer PLA, PCL dan polipaduan
(a) PLA/PCL tanpa penambahan pemlastis (b) PLA/PCL dengan
penambahan pemlastis PVA .......................................................................... 49
17. (a) Spektrum IR polimer PLA (b) Spektrum IR polimer PCL (c) Spektrum
IR polipaduan PLA/PCL (d) Spektrum IR PLA/PCL dengan penambahan
pemlastis PVA ............................................................................................... 51
18. (a) Kurva TGA polimer PLA (b) Kurva TGA polimer PCL (c) Kurva TGA
polipaduan PLA/PCL (d) Kurva TGA polipaduan PLA/PCL dengan
penambahan pemlastis PVA .......................................................................... 54
19. Mikrograf morfologi permukaan dalam film (a) polimer PLA (b) polimer
PCL (c) polipaduan PLA/PCL tanpa pemlastis (d) polipaduan PLA/PCL
dengan penambahan pemlastis PVA .............................................................. 57
20. Mikrograf morfologi permukaan samping film (a) polimer PLA (b) polimer
PCL (c) polipaduan PLA/PCL tanpa pemlastis (d) polipaduan PLA/PCL
dengan penambahan pemlastis PVA .............................................................. 58
21. Grafik degradasi benang poliglekapron dan polipaduan................................ 59
22. Grafik nilai force dan stroke polimer PLA dan PCL ..................................... 81
23. Grafik nilai force dan stroke polipaduan PLA/PCL....................................... 82
24. Grafik nilai force dan stroke polipaduan PLA/PCL/P ................................... 83
25. Spektrum FTIR polimer PLA ........................................................................ 84
26. Spektrum FTIR polimer PCL ......................................................................... 84
27. Spektrum FTIR polipaduan PLA/PCL ........................................................... 85
28. Spektrum FTIR polipaduan PLA/PCL/P ....................................................... 85
29. Termogram analisis TGA polimer PLA......................................................... 86
30. Termogram analisis TGA polimer PCL ......................................................... 86
31. Termogram analisis TGA polipaduan PLA/PCL ........................................... 87
32. Termogram analisis TGA polipaduan PLA/PCL/P ....................................... 87
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat proses
patalogis yang berasal dari internal dan eksternal serta mengenai organ tertentu
(Potter dan Perry, 2006). Salah satu cara yang paling umum untuk menutup dan
menyembuhkan luka yaitu dengan penjahitan dengan benang bedah operasi.
Beberapa kualitas benang bedah operasi yang perlu diperhatikan yaitu bahan-
bahan yang digunakan dalam penjahitan harus aseptik, tidak menyebabkan infeksi
sehingga mempercepat penyembuhan, mudah digunakan, ukuran yang sesuai
dengan penggunaan, memiliki efek yang minimal terhadap pembengkakan
jaringan dan dapat diterima jaringan secara optimal (Anjayani, 2009). Benang
operasi berdasarkan penyerapannya dibedakan mejadi dua yaitu benang yang
dapat diserap tubuh (absorbable suture) dan benang yang tidak dapat diserap
tubuh (non absorbable suture) (Modi, 2009).
Saat ini negara Indonesia masih mengimpor benang operasi dari luar negeri,
dikarenakan para peneliti yang ada di Indonesia masih kesulitan dalam
menemukan bahan baku pembuatan benang bedah operasi yang bersifat
absorbable (dapat diserap) oleh tubuh manusia (Adhitioso, 2012). Oleh karena
2
itu, banyak penelitian dan penemuan baru untuk dapat membuat benang operasi
yang dapat diserap dan aman bagi tubuh. Benang operasi umumnya terbuat dari
bahan-bahan polimer baik alam maupun sintetik. Jenis benang yang dapat diserap
dari bahan alami diperoleh dari lapisan submukosa usus ternak yang terdiri dari
99% kolagen. Namun benang operasi jenis ini mudah terdegradasi dalam waktu
singkat sehingga kurang optimal untuk digunakan pada operasi luka dalam.
Untuk mengatasi masalah ini, banyak dilakukan penelitian mengenai polimer
sintetik biodegradabel yang aman bagi tubuh dan dapat terdegradasi sesuai waktu
penyembuhan luka tersebut.
Poli asam laktat atau poly lactic acid (PLA) merupakan suatu polimer
biodegradabel yang diperoleh dari polimerisasi asam laktat. Monomer asam laktat
diproduksi dari fermentasi pati yang diperoleh dari bahan baku yang 100% dapat
didaur ulang seperti jagung, gula, gandum, dan bahan-bahan yang memiliki pati
dalam jumlah banyak (Koesnandar, 2004). PLA bersifat biodegradabel karena
memiliki gugus ester dan beberapa gugus hidroksil pada ujung rantainya dan
bersifat biokompatibel yang artinya polimer ini dapat diterima dalam tubuh tanpa
menimbulkan efek berbahaya (Liu et al., 2004).
Karena sifatnya yang aman didalam tubuh dan sumber bahan baku yang dapat
diperbaharui, maka PLA sangat memungkinkan digunakan sebagai bahan baku
benang operasi yang efisien. Namun polimer ini memiliki kekurangan yaitu
sifatnya yang kaku atau rigid, rapuh dan nilai elongasi yang rendah. Oleh karena
itu, dalam beberapa penelitian dilakukan metode polipaduan untuk meningkatkan
sifat fisik dan mekanik PLA tersebut. Ljungberg dan Wesslen (2002), melakukan
3
penambahan triasetin atau tributil sitrat untuk menurunkan nilai transisi gelas (Tg)
dan meningkatkan kristalinitas PLA. Nisa (2015), menambahkan poli etilen
glikol dan nanopartikel ZnO untuk meningkatkan sifat mekanik kemasan berbasis
PLA, hasil yang diperoleh pada penambahan PEG menurunkan nilai kuat tarik
dan hanya dapat diaplikasikan untuk mengemas pangan dengan kadar air rendah
(kering) dan berpotensi sebagai kemasan antimikroba. Teknik polipaduan aplikasi
PLA terus dikembangkan khususnya dalam dunia medis dengan
menggabungkannya dengan polimer lain, salah satu polimer yang berpotensi baik
dalam metode polipaduan PLA yaitu polimer Poly ε Caprolactone (PCL).
PCL adalah salah satu polimer sintetik yang dapat terbiodegradasi serta bersifat
biokompetibel dan mempunyai permeabilitas yang baik. PCL memiliki regangan
waktu putus yang lebih tinggi 3-5% dibandingkan dengan PLA, yang
mengakibatkan PLA lebih rapuh dibandingkan dengan PCL. Selain itu, PLA
memiliki permeabilitas yang kurang baik dibanding PCL, akan tetapi memiliki
waktu degradasi yang lebih cepat. Penelitian dalam aplikasi medis yang telah
dilakukan terhadap kedua polimer ini yaitu Kemala et al. (2010) melakukan
pembentukan nanoenkapsulasi ibuprofen tersalut polipaduan PLA dengan PCL
dan Rosida (2007) melakukan pencirian poliblend PLA dan PCL, serta Karfeny
(2011) melakukan degradasi in vitro mikrosfer polipaduan PLA dan PCL.
Berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki oleh polimer PLA dan PCL, maka kedua
polimer ini memungkinkan digunakan sebagai bahan baku benang operasi yang
aman dan tidak berbahaya didalam tubuh. Selain itu, untuk mengurangi
kerapuhan, kekakuan dan meningkatkan fleksibilitas perlu ditambahkan pemlastis
4
yang dapat memperbaiki kelemahan PLA salah satunya yaitu dengan penambahan
poli vinil alkohol (PVA). Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan uji
degradasi dengan menggunakan larutan infus NaCl 0,9% serta buffer fosfat untuk
mengetahui degradasi polipaduan PLA dan PCL dalam beberapa komposisi dan
uji mekanik yang dilakukan yaitu uji tarik (tensil test) menggunakan alat tipe
ASTM D882 untuk mengetahui kekuatan tarik dari polipaduan tersebut. Selain
itu, dilakukan karakterisasi menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR)
untuk menganalisis gugus fungsi dan Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk
mengetahui bentuk morfologi polipaduan PLA dan PCL tersebut serta dilakukan
analisis Thermo Gravimetric Analyzer (TGA) untuk mengukur perubahan jumlah
serta laju berat serta memprediksi stabilitas termalnya.
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, penelitian ini
dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Melakukan sintesis PLA/PCL dalam beberapa komposisi sebagai bahan baku
pembuatan benang operasi yang bersifat absorbable dan mengetahui
komposisi terbaik dari beberapa perbandingan yang dilakukan.
2. Mengetahui kekuatan tarik (tensile strength) dan degradasi polipaduan
PLA/PCL dan mengetahui pengaruh penambahan pemlastis PVA pada
polipaduan PLA/PCL.
3. Melakukan analisis karakterisasi polipaduan yang dihasilkan menggunakan
instrumen FTIR, SEM, dan TGA.
5
C. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang proses
sintesis, degradasi, uji mekanik dan karakterisasi polipaduan PLA dan PCL
sebagai bahan baku pembuatan benang operasi serta mengetahui pengaruh
penambahan pemlastis PVA pada polipaduan tersebut.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Benang Operasi
Benang operasi merupakan benda yang tertanam dalam jaringan tubuh selama
proses penyembuhan luka. Istilah benang operasi atau benang bedah telah dikenal
dan digunakan sejak 4000 tahun lalu. Catatan arkeologi dari Mesir Kuno
menunjukkan bahwa orang Mesir dahulu menggunakan kain linen dan urat daging
atau otot hewan untuk menutup luka (Abdessalem et al., 2009). Benang operasi
adalah biomaterial yang paling banyak digunakan untuk menutup luka dan
jaringan. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan dan memilih
jenis benang operasi yaitu susunan filamennya, jenis bahannya, dan kemampuan
tubuh untuk menyerapnya.
Umumnya bahan benang jahit harus memenuhi syarat-syarat ideal seperti dibawah
ini:
a. Memiliki tensile strength yang tinggi untuk menahan luka dengan baik
hingga proses penyembuhan selesai.
b. Tidak menyebabkan alergi atau menyebabkan inflamasi pada jaringan.
c. Memiliki daya simpul yang baik.
7
d. Memiliki daya kapilaritas yang minimum sehingga bahan material jahitan
tidak menyerap banyak cairan jaringan yang sedang meradang disekitar luka
dan menyebabkan infeksi.
e. Mudah disterilisasi.
f. Murah dan sumber bahan baku dapat diperbaharui.
Klasifikasi Benang Operasi
Klasifikasi benang operasi secara luas ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Klasifikasi benang operasi secara luas (Chellamani et al., 2013).
1. Berdasarkan Susunan Filamen
Benang operasi berdasarkan proses pembuatannya dan susunan filamennya
dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu benang monofilamen, multifilamen dan
pseudo-monofilamen (Desai, 2005).
Surgical sutures
Monofilament Multifilament / braid Pseudo monofilament
Absorbable Non absorbable Absorbable Non absorbable
Natural Natural Synthetic Synthetic Synthetic Synthetic
Polyester
Polyamide
Stainless steel
Silk
Linen
Cotton
Polyglycolic acid
(Dexon)
Polyglactin
910 (Vicryl)
Polyamide
(Ethilon)
Polypropyle
ne (Prolene)
Polybutester
(Novafil)
Polyester
Stainless
steel
Polydioxanone (PDS II)
Poly glyconate
(Maxon)
Poly
glecaprone 25 (Monocryl)
Poly glycolic
acid (Dexon)
Surgical Gut – Plain
& Chromic
Collagen –
Plain &
Chromic
8
a) Monofilamen
Benang monofilamen atau benang dengan serat tunggal adalah jenis benang yang
memiliki permukaan halus dan hanya dapat dibuat dari bahan sintesis dengan
metode ekstrusi polimer. Sifat penting yang dimiliki benang monofilamen ini
adalah reaksi pada jaringan yang minimal, permukaannya yang halus dan
memiliki sifat antibakteri. Benang jenis ini juga mudah pengaplikasiannya pada
penempatan simpul didalam tubuh, namun memiliki kelemahan yaitu kekuatan
simpul yang lebih kecil sehingga simpul jahitan mudah terbuka dan fleksibilitas
yang rendah. Poliester, poliamida, polipropilena, dan polidioksanon banyak
digunakan sebagai benang monofilamen (Chellamani et al., 2012).
b) Multifilamen
Benang multifilamen atau benang serat banyak adalah jenis benang yang dibentuk
dari benang jenis monofilamen yang dipelintir membentuk braided seperti rambut
dikepang. Umumnya digunakan delapan sampai enam belas benang monofilamen
untuk membuat satu unit benang multifilamen. Benang multifilamen ini memiliki
kekuatan simpul yang lebih baik karena jalinan seratnya, serta fleksibel dan
mudah digunakan dibandingkan dengan benang monofilamen. Poliester,
poliamida dan sutra biasanya digunakan dalam pembuatan benang ini
(Chellamani et al., 2012).
c) Pseudo-monofilamen
Benang jenis pseudo-monofilamen adalah jenis benang yang terdiri dari beberapa
bahan yang dilapisi dengan ekstruksi bahan yang sama dengan intinya. Benang
ini memiliki tarikan jaringan yang rendah, simpul yang baik dan fleksibilitas yang
9
cukup. Benang jenis ini memiliki kelemahan yang sama dengan benang jenis
monofilamen yaitu kekuatan simpul yang rendah (Chellamani et al., 2012).
2. Berdasarkan Jenis Bahan
Benang operasi berdasarkan jenis bahan dan kemampuan tubuh untuk
menyerapnya dibedakan mejadi dua yaitu benang yang dapat diserap tubuh
(absorbable sutures) dan benang yang tidak dapat diserap tubuh (non absorbable
sutures) (Modi, 2009).
a) Benang Dapat Diserap (Absorbable Sutures)
Benang yang dapat diserap adalah jenis benang yang dapat dicerna oleh enzim
atau dapat dihidrolisis oleh tubuh. Benang jenis absorbable dibedakan menjadi
dua yaitu alami dan sintetik. Jenis benang absorbable yang terbuat dari bahan
alami adalah catgut, collagen, cargille membrane, kangaroo tendon, dan fascia
lata. Jenis benang absorbable yang terbuat dari bahan sintetik polyglicolic acid
(dexon), polyglactic acid (vicryl), polydioxanone (PDS), dan polytrimethylene
carbonate (maxon) (Balaji, 2007).
Salah satu jenis benang yang dapat diserap dari bahan alami yaitu catgut. Catgut
merupakan benang operasi yang biasa digunakan dalam bidang medis yang
terbuat dari lapisan submukosa usus ternak yang terdiri dari 99% kolagen. Catgut
adalah jenis benang monofilamen yang dapat diserap oleh proses enzimatik.
Tingkat penyerapan tergantung pada ukuran benang tersebut, umumnya benang
ini hanya memiliki daya serap pengikat selama 7 – 19 hari dan akan diabsorbsi
secara sempurna dalam waktu 70 – 90 hari.
10
Sedangkan contoh jenis benang yang dapat diserap tubuh dari bahan sintesis
yaitu:
1. Polidioksanon
Benang ini berbentuk monofilamen yang berasal dari polimer polidioksanon.
Benang ini dapat diserap dan dihidrolisis selama 180 – 190 hari, kehilangan 26%
kekuatan tarik setelah 14 hari implantasi, 42% setelah 28 hari dan 86% setelah 56
hari implantasi. Setelah 6 minggu implantasi benang jahitan ini masih memiliki
masa paruh kekuatan tarik. Polidioksanon memiliki keamanan simpul yang baik,
tarikan jaringan yang rendah dan reaksi tubuh terhadap benda asing minimal
sehingga tidak berbahaya bagi tubuh (Chellamani et al., 2013).
2. Poliglecarprone
Benang ini berbentuk monofilamen yang berasal dari kopolimer kaprolakton dan
glikolida. Benang ini dapat diserap dan dihidrolisis selama 90 sampai 120 hari,
kehilangan 50% kekuatan tarik setelah 7 hari implantasi, 75% setelah 14 hari, dan
100% setelah 21 hari. Benang poliglecarprone ini memiliki keamanan simpul
yang baik, reaksi jaringan yang minimal dan karakteristik penanganan yang baik
karena fleksibilitasnya yang tinggi. Benang jenis ini digunakan untuk jaringan
yang dapat sembuh dengan cepat karena kemampuan kehilangan kekuatan
tariknya yang cepat setelah implantasi (Chellamani et al., 2013).
3. Poli asam glikolat
Benang ini berbentuk multifilamen (braided sutures) yang berasal dari sintesis
asam glikolat. Benang ini dapat diserap dan dihidrolisis selama 100 sampai 120
11
hari, kehilangan 33% kekuatan tariknya dalam waktu 7 hari implantasi dan 80%
dalam waktu 14 hari setelah implantasi (Chellamani et al., 2013).
4. Poliglactin 910
Benang ini berbentuk multifilamen (braided sutures) yang berasal dari kopolimer
asam glikolat dan asam laktat. Benang ini dapat diserap dan dihidrolisis selama
100 sampai 120 hari dan mampu mempertahankan kekuatan tariknya selama 14
sampai 21 hari implantasi. Poliglactin 910 lebih mudah digunakan dan reaksi
pada jaringan minimal. Kelebihan lain yaitu stabil pada lingkungan alkali serta
memiliki kekuatan tarik dan kekuatan simpul yang lebih tinggi
(Chellamani et al., 2013).
b) Benang Tidak Dapat Diserap (Non Absorbable Sutures)
Benang yang tidak dapat diserap adalah jenis benang yang tidak dapat dicerna
oleh enzim maupun dihidrolisis oleh tubuh (Modi, 2009). Benang jenis non
absorbable juga dibedakan menjadi dua yaitu alami dan sintetik. Benang non
absorbable yang terbuat dari bahan alami adalah silk, linen, dan cotton. Jenis
benang non absorbable yang terbuat dari bahan sintetik adalah nylon,
polypropylene, braided polyester, dan polybutester. Jenis benang non absorbable
yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi adalah silk dengan
ukuran 4-0 dan 3-0. Benang silk terbuat dari pintalan filamen protein alami oleh
ulat sutra, mudah digunakan serta harganya relatif murah. Namun, benang jenis
ini harus segera dibuka pada minggu pertama setelah implantasi karena dapat
menyebabkan inflamasi dan infeksi akibat sifatnya yang mudah mengalami
12
penumpukan akumulasi plak serta dapat menyebabkan bakteri masuk kedalam
luka.
B. Polimer
Polimer adalah makromolekul yang memiliki bobot molekul besar dan dibangun
dari pengulangan unit monomer. Kata polimer pertama kali digunakan oleh
kimiawan Swedia Berzelius pada tahun 1833. Polimer berasal dari bahasa yunani
yaitu poly, yang berarti banyak, dan mer, yang berarti bagian atau satuan. Ciri
utama suatu molekul polimer yaitu mempunyai rantai yang sangat panjang dan
memiliki massa molekul yang besar (Steven, 2001).
Polimer dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kelompok, yaitu:
1. Berdasarkan pembentukan polimernya (polimerisasi)
a. Polimer Adisi
Polimer adisi merupakan suatu polimer yang terbentuk dari polimerisasi
adisi (poliadisi). Pembentukan polimer ini melibatkan reaksi pemutusan
ikatan rangkap dari monomer yang memiliki ikatan rangkap serta diikuti
oleh penambahan monomer ikatan rangkap. Contoh polimer ini adalah
polietilen, polipropilen dan poli vinil klorida.
b. Polimer Kondensasi
Polimer kondensasi merupakan suatu polimer yang terbentuk dari
polimerisasi kondensasi yang terjadi antara gugus fungsi dari monomer -
monomer yang sama atau monomer yang berbeda membentuk molekul
besar yang baru. Dalam polimerisasi kondensasi terkadang disertai
13
dengan terbentuknya molekul kecil seperti H2O, NH3 atau HCl. Contoh
polimer ini adalah protein dari asam amino.
2. Berdasarkan Asalnya
a. Polimer Alam
Polimer alam adalah polimer yang dihasilkan dari proses metabolisme
mahluk hidup. Jumlah yang terbatas, kurang stabil dan sukar dibentuk
menyebabkan penggunaanya sangat terbatas. Contoh sederhana polimer
alam seperti, amilum dalam beras, jagung dan kentang, pati, selulosa
dalam kayu, protein dalam daging dan karet alam yang diperoleh dari
getah atau lateks pohon karet.
b. Polimer buatan (sintesis)
Polimer buatan dapat berupa polimer regenerasi dan polimer sintetis.
Polimer regenerasi adalah polimer alam yang dimodifikasi. Contohnya
rayon, yaitu serat sintetis yang dibuat dari molekul sederhana (monomer)
dalam pabrik atau polimer yang dibuat dari bahan baku kimia disebut
polimer sintetis seperti polietena, polipropilena, poli vinil klorida (PVC),
dan nilon.
3. Berdasarkan Fase
a. Polimer Kristalin
Polimer kristalin merupakan polimer dengan susunan antara rantai yang
satu dengan rantai yang lain teratur, disebabkan oleh adanya ikatan antar
rantai yang kuat.
14
b. Polimer Amorf
Polimer amorf adalah polimer yang susunan rantainya acak dan kurang
kompak sebagai akibat tidak ada interaksi antarrantai yang cukup kuat dan
mempunyai transisi gelas.
4. Berdasarkan Sifat Termal
a. Polimer Termoplastik
Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat fleksibel dan
tidak tahan terhadap panas. Jika polimer jenis ini dipanaskan, maka akan
menjadi lunak dan didinginkan akan mengeras.
b. Polimer Termoset
Polimer termoset adalah polimer yang mempunyai sifat tahan terhadap
panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh sehingga
tidak dapat dibentuk ulang kembali. Polimer termoset memiliki ikatan
silang yang mudah dibentuk pada waktu dipanaskan, hal ini membuat
polimer menjadi kaku dan keras.
5. Berdasarkan Komposisi Polimer
a. Homopolimer
Homopolimer merupakan polimer yang disusun oleh satu jenis monomer.
b. Heteropolimer
Heteropolimer merupakan polimer yang disusun oleh dua atau lebih
monomer.
Polimer dari bahan terbarukan (renewable material) menjadi objek penelitian
yang menarik perhatian selama dua dekade akhir ini. Terdapat dua alasan yang
15
mendasari polimer tersebut menjadi objek riset, yaitu lingkungan dan realisasi
dari sumber bahan bakar fosil yang terbatas. Oleh karena itu, diharapkan polimer
dari bahan terbarukan adalah polimer biodegradabel yaitu polimer yang dapat
mengalami degradasi secara alami. Biodegradasi merupakan suatu peristiwa
terurainya senyawa menjadi senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana yang
terjadi karena sebab-sebab alami, seperti proses fotodegradasi (degradasi yang
melibatkan cahaya dan kalor), degradasi kimiawi (hidrolisis), degradasi oleh
bakteri dan jamur, degradasi enzimatik, dan degradasi mekanik (disebabkan oleh
angin, abarasi), atau gabungan dari beberapa sebab (Khoerudin, 2013).
Polimer biodegradabel digunakan untuk aplikasi medis seperti implantasi jaringan
dan sebagai penyalur obat serta aplikasi dalam pertanian seperti jerami dan
agrokimia. Polimer biodegradabel dapat terhidrolisis karena mengandung gugus
fungsi yang peka terhadap hidrolisis enzimatik dan oksidasi, diantaranya gugus
hidroksil (-OH), gugus ester (–COO-) dan gugus karbonil (C=O). Poliester,
seperti poli kaprolakton, poli asam glikolat, dan poli asam laktat merupakan
contoh polimer ini.
C. Poli Asam Laktat
Poli asam laktat atau poly lactid acid (PLA) merupakan poliester termoplastik
linear yang mengandung ikatan ester dan diproduksi dari sumber yang dapat
diperbaharui. Ikatan ester pada polimer PLA menyebabkan PLA dapat
terhidrolisis baik melalui reaksi kimia maupun secara enzimatik (Pandey, 2004).
PLA termasuk kedalam golongan poliester alifatik yang dapat terdegradasi dan
16
terurai didalam tanah karena terbuat dari bahan baku yang dapat didaur ulang
seperti jagung, gula, gandum, dan bahan-bahan yang memiliki pati dalam jumlah
banyak (Koesnandar, 2004).
Polimer PLA tersusun dari monomer asam laktat yang disatukan langsung dari
asam laktat maupun secara tidak langsung melalui pembentukkan laktida. PLA
dapat disintesis dari pembukaan cincin laktida dengan penambahan katalis seperti
PbO, SbF5, Sn(Oct)5 atau pemanasan pada suhu 140 °C. PLA bersifat
biodegradabel karena memiliki beberapa gugus hidroksil pada ujung rantainya
dan bersifat biokompatibel yang artinya polimer ini dapat diterima
dalam tubuh tanpa menimbulkan efek berbahaya. Struktur dan sifat – sifat PLA
ditunjukkan pada Gambar 2 dan Tabel 1 berikut:
Gambar 2. Struktur PLA (Liu et al., 2004).
17
Tabel 1. Sifat fisik dan mekanik PLA
Sifat PLA Keterangan
Kerapatan
Titik leleh
Kristalinitas
Suhu peralihan kaca (Tg)
Kuat tarik
Regangan
Elongasi
Biodegradasi
Densitas
Permeabilitas air
Tegangan permukaan
1,25
130-215 oC
0-1%
61oC
49 MPa
9%
2,5%
100
1,25 g/cm3
172 g/me
50 mN.nm
(Averous, 2008; Lu dan Chen, 2004).
Menurut Averous (2008), sintesis PLA terdiri dari beberapa langkah mulai dari
produksi asam laktat sampai pada tahap polimerisasi. PLA dapat diproduksi
melalui tiga metode, yaitu:
1. Polikondensasi langsung (direct condensation-polymerization)
Asam laktat yang menghasilkan poli asam laktat dengan berat molekul rendah dan
rapuh sehingga sebagian besarnya tidak dapat digunakan kecuali jika ditambahkan
chain coupling agent untuk meningkatkan panjang rantai polimer.
2. Kondensasi dehidrasi azeotropik (Azeotropic dehydration condensation)
Asam laktat dengan menggunakan pelarut azeotropik, yang dapat menghasilkan
poli asam laktat dengan berat molekul mencapai 15.400 dan rendemen sebesar
89%.
18
3. Polimerisasi pembukaan cincin (ring opening polymerization, ROP)
Polimerisasi pembukaan cincin dilakukan melalui tiga tahapan yaitu
polikondensasi asam laktat, depolimerisasi sehingga membentuk dimer siklik
(lactide), dan dilanjutkan dengan polimerisasi pembukaan cincin sehingga
diperoleh poli asam laktat dengan berat molekul tinggi. Polimerisasi pembukaan
cincin menghasilkan poli asam laktat dengan berat molekul 2x104 hingga 6.8 x
105. Metode ROP ini telah dipatenkan oleh Cargill (Amerika Serikat) pada tahun
1992.
Gambar 3. Metode polimerisasi PLA (Averous, 2008).
Menurut Botelho et al. ( 2004), kelebihan PLA dibandingkan dengan polimer
plastik yang terbuat dari minyak bumi yaitu:
1. Biodegradabel, artinya poli asam laktat dapat diuraikan secara alami di
lingkungan oleh mikroorganisme.
19
2. Biokompatibel, artinya poli asam laktat pada kondisi normal dapat diterima
oleh sel atau jaringan biologi.
3. Dihasilkan dari bahan yang dapat diperbaharui (termasuk sisa industri) dan
bukan dari minyak bumi.
4. 100 % dapat di daur ulang melalui hidrolisis asam laktat dapat diperoleh dan
digunakan kembali untuk aplikasi yang berbeda atau bisa digabungkan untuk
menghasilkan produk lain.
5. Tidak menggunakan pelarut organik/bersifat racun dalam memproduksi poli
asam laktat.
6. Dapat dibakar sempurna dan menghasilkan gas CO2 dan air.
PLA dalam dekade terakhir telah banyak diaplikasikan dalam bidang kemasan,
medis dan tekstil. Dalam bentuk film dan bentuk foam, PLA digunakan untuk
pengemas daging, produk susu, atau roti. Selain itu juga, PLA digunakan dalam
bentuk botol dan cangkir sekali pakai untuk kemasan air, susu, jus dan minuman
lainnya. Meskipun PLA memiliki beberapa kelebihan, namun polimer ini dalam
beberapa aplikasi membutuhkan perbaikan karena sifat rigid dan rapuh yang
dimilikinya. Selain itu, PLA memiliki nilai elongasi yang sangat rendah yaitu
dibawah 10% (Rasal dan Hirt, 2008). Oleh karena itu, PLA dalam aplikasinya
banyak dipadukan dengan polimer lain untuk memperbaiki sifat fisik dan
mekaniknya.
20
D. Poli (ε- Kaprolakton) (PCL)
Poli (ε-kaprolakton) adalah salah satu polimer sintetik yang dapat terbiodegradasi
serta bersifat biokompetibel dan mempunyai permeabilitas yang baik. PCL
merupakan polimer semikristalin bersifat termoplastik yang dapat disintesis dari
turunan minyak mentah melalui proses polimerisasi pembukaan cincin
kaprolakton rendah (Flieger et al., 2003).
Polimer ini memiliki sifat tahan terhadap air, minyak, pelarut, dan klor. Perkiraan
waktu degradasi dari PCL adalah lebih dari 24 bulan (Gunatillake dan Adhikari,
2003). PCL yang digunakan memiliki Mn = 42500 dan Mw = 65000. Struktur dan
sifat – sifat PCL ditunjukkan pada Gambar 4 dan Tabel 2.
Gambar 4. Struktur PCL.
Tabel 2. Sifat fisik poli (ε-kaprolakton)
Sifat PCL Keterangan
Suhu transisi kaca - 60oC
Titik leleh 60 oC
Elongasi 800-1000%
Densitas 1,145 g/cm3
(Lu dan Chen, 2004).
21
E. Pemlastis
Bahan pemlastis (plasticizer) adalah suatu bahan organik dengan berat molekul
rendah yang ditambahkan dengan maksud memperlemah kekakuan dari polimer,
meningkatkan fleksibilitas dan ekstensibilitas polimer. Bahan pemlastis larut
dalam tiap-tiap rantai polimer sehingga akan mempermudah gerakan molekul
polimer dan bekerja menurunkan suhu transisi gelas, suhu kristalisasi atau suhu
pelelehan dari polimer (Wypych, 2004).
Mekanisme kerja pemlastis pada resin adalah memisahkan rantai melalui
pemutusan ikatan yaitu ikatan hidrogen dan ikatan van der waals atau ikatan ion,
yang menyebabkan rantai polimer bersatu dan melapisi tenaga di tengahnya
melalui pembentukan ikatan polimer-pemlastis. Beberapa jenis pemlastis yang
dapat digunakan adalah gliserol, poli vinil alkohol, sorbitol, asam laurat, asam
oktanoat, poli etilen glikol dan trietilen glikol.
Hasil kompatibilitas yang baik menunjukkan campuran pemlastis dan polimer
yang stabil dan homogen, yang ditentukan oleh interaksi molekul polimer–
pemlastis, bahan aditif, tekanan, suhu, kelembaban dan cahaya. Kompatibilitas
campuran dapat ditentukan melalui panas reaksi campuran, transisi gelas,
morfologi, sifat mekanikal dinamis secara viskometrik (Chattopadhyay, 2000).
22
F. Poli Vinil Alkohol (PVA)
PVA adalah polimer sintetik yang diproduksi oleh hidrolisis dari polivinil asetat.
PVA bersifat nontoksik dan larut dalam air sehingga banyak digunakan diberbagai
bidang, antara lain bidang medis dan farmasi seperti tablet salut, tetes mata,
biofermentasi dan topikal (Theresia, 2011). PVA berwarna putih, bentuk seperti
serbuk, memiliki berat molekul 85.000–146.000, mempunyai temperatur transisi
gelas (Tg) sebesar 85 oC dan temperatur leleh (Tm) sebesar 228 – 256. PVA
memiliki film yang sangat baik membentuk, pengemulsi dan sifat perekat, tahan
terhadap minyak, lemak dan pelarut, tidak berbau dan tidak beracun, memiliki
kekuatan tarik yang tinggi dan fleksibilitas, serta oksigen yang tinggi dan sifat
aromanya penghalang. PVA merupakan polimer biodegradabel dan cepat larut
(Shalumon, 2010). Struktur PVA dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Struktur PVA.
Poli vinil alkohol ini memiliki beberapa singkatan yang umum dipakai yaitu,
PVOH, PVA, dan PVAL. Sintesis poli vinil alkohol yang secara komersial
melalui hidrolisis. PVA tidak bisa dibuat secara langsung karena vinil alkohol
merupakan bentuk enol yang tidak stabil dari asetildehida. Poli vinil alkohol
dihasilkan melalui hidrolisis dari polivinil asetat dengan menggunakan metanol.
23
Sifat mekanik dari PVA merupakan sifat yang menarik terutama dalam preparasi
hidrogel. PVA memiliki struktur kimia yang sederhana dengan gugus hidroksil
yang tidak beraturan. Monomernya, yaitu vinil alkohol tidak berada dalam bentuk
stabil, tetapi berada dalam keadaaan tautomer dengan asetaldehida (Perwitasari,
2012). PVA dagang biasanya merupakan campuran dari beberapa tipe
stereoregular yang berbeda (isotaktik, ataktik dan sindiotaktik). Mutu PVA
dagang yang baik ditentukan oleh derajat hidrolisisnya. Derajat hidrolisis
berpengaruh terhadap kelarutan PVA dalam air, semakin tinggi derajat
hidrolisisnya maka kelarutannya akan semakin rendah. PVA dengan derajat
hidrolisis 98,5% atau lebih dapat dilarutkan dalam air pada suhu 70oC. Dalam
pembuatan hidrogel kitosan – PVA, PVA dilarutkan daam larutan kitosan pada
suhu 80oC selama lima menit (Perwitasari, 2012).
G. Degradasi
Degradasi adalah peristiwa terurainya suatu senyawa menjadi lebih sederhana
karena sebab-sebab alami (Latief, 2011), seperti fotodegradasi (degradasi yang
melibatkan cahaya), degradasi kimiawi (hidrolisis), degradasi ezimatik, dan
degradasi mekanik (angin, abrasi). Degradasi dapat terjadi melalui empat tahap,
yaitu penyerapan air, pengurangan kekuatan mekaniknya (modulus dan kekuatan),
pengurangan massa molar, dan kehilangan bobot. Pada degradasi polimer terjadi
perpendekan rantai polimer melalui pemutusan ikatan antar monomer.
Degradasi kimiawi sangat berperan penting dalam proses degradasi polimer
biodegradabel (biopolimer). Dengan adanya gugus fungsi yang mudah
24
terhidrolisis dalam rantai polimer, polimer menjadi tidak stabil dalam lingkungan
berair, sehingga dapat terhidrolisis menjadi oligomer maupun monomer
penyusunnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi biodegradabilitas suatu polimer
antara lain yaitu panjangan rantai molekul polimer, kompleksitas struktur polimer,
kristalinitas dan hidrofilitas polimer.
Metode kuantitatif paling sederhana yang dilakukan untuk mengkarakterisasi
terjadinya biodegradasi suatu polimer adalah dengan menentukan kehilangan
berat material polimer. Kehilangan berat dapat ditentukan dengan cara
menimbang massa polimer sebelum dan setelah proses biodegradasi selama
selang waktu tertentu.
Polimer golongan poliester seperti poli asam laktat dan poli (ε-kaprolakton)
mengalami degradasi dengan adanya pemutusan ikatan ester antar monomernya
melalui proses hidrolisis. Menurut Goffrich (1997), degradasi dimulai dengan
difusi air kedalam polimer yang diikuti dengan terjadinya swelling. Proses
degradasi suatu poliester dalam lingkungan berair terjadi melalui pemutusan
ikatan pada sambungan ester dari tulang punggung polimer. Serangan molekul
H2O pada rantai poliester menyebabkan terputusnya ikatan ester menghasilkan
polimer-polimer dengan bobot molekul yang lebih rendah daripada bobot molekul
awal. Polimer-polimer ini selanjutnya mengalami pemutusan ikatan
menghasilkan monomer-monomer yang larut dalam air dan menyebabkan polimer
tersebut kehilangan beratnya (Calabia, 2010). Poli asam laktat dan poli (ε-kapro
lakton) mengalami degradasi lebih cepat dalam kondisi basa daripada kondisi
asam (Jung et al., 2006).
25
Mekanisme reaksi hidrolisis ikatan ester yang dimungkinkan terjadi pada proses
degradasi poli asam laktat dan poli (ε-kaprolakton) dapat dilihat pada Gambar 6
dan Gambar 7. Reaksi diawali dengan penyerangan pada atom C karbonil oleh
ion OH-.
Gambar 6. Mekanisme reaksi hidrolisis PLA (Wulan, 2011).
26
Gambar 7. Mekanisme reaksi hidrolisis PCL (Wulan, 2011).
H. Uji Tarik (Tensile Test)
Pengujian tarik adalah suatu pengukuran terhadap bahan untuk mengetahui
keuletan dan ketangguhan suatu bahan terhadap tegangan tertentu serta
pertambahan panjang yang dialami oleh bahan tersebut. Beban yang diperlukan
untuk menghasilkan regangan tersebut, ditentukan dari defleksi suatu balok atau
proving ring, yang diukur dengan menggunakan metode hidrolik, optik atau
elektro mekanik (Syukur, 2012).
27
Gambar 8. Kurva pengujian tarik.
Uji tarik atau tensile test dilakukan dengan pemberian gaya tarik secara terus-
menerus, sehingga bahan (perpanjangannya) terus meningkat dan teratur sampai
putus, dengan tujuan menentukan nilai tarik. Untuk mengetahui kekuatan tarik
suatu bahan dalam pembebanan tarik, garis gaya harus berhimpit dengan garis
sumbu bahan sehingga pembebanan terjadi beban tarik lurus. Tetapi jika gaya
tarik sudut terhimpit maka yang terjadi adalah gaya lentur. Hasil uji tarik tersebut
mencatat fenomena hubungan antara tegangan–regangan yang terjadi selama
proses uji tarik dilakukan. Mesin uji tarik terdiri dari beberapa bagian pendukung
utama, diantaranya kerangka, mekanisme pencekam spesimen, sistem penarik dan
mekanik, serta sistem pengukur.
Pada uji tarik benda uji diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah secara
terus menerus, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan mengenai
perpanjangan yang dialami benda uji. Sifat–sifat mekanik material
dikuantifikasikan salah satunya dengan kuat tarik dapat diperoleh dengan
pengujian tarik. Pada pengujian tarik uniaksial atau uji satu arah, benda uji diberi
beban atau gaya tarik pada sutu arah dan gaya yang diberikan bertambah besar
28
secara kontinu. Pada saat bersamaan benda uji akan bertambah panjang dengan
bertambahnya gaya yang diberikan. Umumnya kekuatan tarik polimer lebih
rendah dari baja 70 kgf/mm2. Hasil pengujian adalah grafik beban versus
perpanjangan (elongasi) (Nasrullah, 2014). Kekuatan tarik menunjukkan ukuran
ketahanan sampel yaitu regangan maksimal yang dapat diterima sampel,
sedangkan persen pemanjangan menunjukkan perubahan panjang maksimum
yang dialami sampel pada saat uji kuat tarik yaitu pada saat sampel sobek
(Apriyanto, 2007).
Tegangan ( ) :
dengan :
= Tegangan (MPa)
F = Gaya yang diberikan (N)
A = Luas penampang (m2)
Dalam pengkajian tentang benang operasi, tensile strength didefinisikan sebagai
beban yang diberikan per unit area dan dinyatakan dalam psi atau kg/cm2 atau
kekuatan yang dibutuhkan untuk memutuskan jahitan yang dinyatakan dengan lb
atau kg. Semakin kuat tensile strength suatu benang, semakin besar pula daya dan
kekuatan benang bedah operasi dalam merapatkan luka. Benang dengan kekuatan
tarik yang tinggi dipakai untuk menahan luka didaerah yang memiliki beban
tinggi, misalnya abdomen atau ekstremitas.
29
I. Fourier Transform Infra Red (FTIR)
Fourier Transform Infra Red (FTIR) merupakan suatu metode spektroskopi yang
digunakan untuk menganalisa gugus fungsi suatu senyawa kimia. Spektroskopi IR
dapat mengidentifikasi kandungan gugus kompleks dalam senyawa tetapi tidak
dapat menentukan molekular unsur penyusunnya. Pada spektroskopi IR, radiasi
IR dilewatkan pada sampel, sebagian dari radiasi IR diserap oleh sampel dan
sebagian lainnya diteruskan. Jika frekuensi dari suatu vibrasi spesifik sama dari
frekuensi radiasi IR yang langsung menuju molekul, molekul akan menyerap
radiasi tersebut. Spektrum yang dihasilkan menggambarkan absorpsi dan
transmisi molekular, membentuk sidik jari molekular suatu sampel. Karena
bersifat sidik jari, tidak ada dua struktur molekuler unik yang menghasilkan
spektrum IR yang sama (Kencana, 2009).
Sistem optik spektrofotometer FTIR dilengkapi dengan cermin yang bergerak
tegak lurus dan cermin diam. Dengan demikian radiasi IR akan menimbulkan
perbedaan jarak yang ditempuh menuju cermin yang bergerak dan jarak cermin
yang diam. Perbedaan jarak tempuh radiasi tersebut selanjutnya disebut sebagai
retardasi (δ). Hubungan antara intensitas radiasi IR yang diterima detektor
terhadap retardasi disebut sebagai interferogram, sedangkan sistem optik dari
Spektrofotometer IR yang didasarkan atas bekerjanya interferometer disebut
sebagai sistem optik.
Menurut Dachriyanus (2004), FTIR pada umumnya digunakan untuk:
1) Menentukan gugus fungsi suatu senyawa organik.
30
2) Mengetahui informasi struktur suatu senyawa organik dengan
membandingkan daerah sidik jarinya.
Pada analisis PLA menggunakan spektrofotometri IR yang telah dilakukan oleh
Septiana (2017), gugus karbonil (C=O) PLA ditunjukkan pada bilangan
gelombang 1757,15 cm-1
, –CH3 ulur ditunjukkan pada bilangan gelombang
1458,18 cm-1
, C=O tekuk ditunjukkan pada bilangan gelombang 1215,15 cm-1
,
C–O ulur ditunjukkan pada bilangan gelombang 1186,22 cm-1
, O–H tekuk dan
ulur ditunjukkan pada bilangan gelombang 1043,49 cm-1
dan 3506,59 cm-1
, C–H
ulur ditunjukkan pada bilangan gelombang 2949,16 cm-1
, serta C–C ulur
ditunjukkan pada bilangan gelombang 920,05 cm-1
.
Hasil tersebut juga sesuai dengan spektrum PLA standar yang telah dilakukan
oleh Lukmana (2007), yaitu adanya pola spektrum gugus karboksil (–OH) pada
bilangan gelombang 3490,9 cm-1
, vibrasi ulur C–H pada bilangan gelombang
2993,3 cm-1
dan 2943,2 cm-1
, gugus karbonil (C=O) pada bilangan gelombang
1751,2 cm-1
, vibrasi tekuk C–H pada bilangan gelombang 1454,2 cm-1
dan C–O
tekuk pada bilangan gelombang 1269 cm-1
.
Sedangkan analisis polimer PCL diperoleh puncak spektrum IR yang
menunjukkan uluran C–H (–CH2–) pada bilangan gelombang 2840-3000 cm-1
,
O–H karboksil pada bilangan gelombang 3330-3500 cm-1
, gugus karbonil C=O
pada bilangan gelombang 1540-1820 cm-1
serta C–O ester pada bilangan
gelombang 1000-1300 cm-1
(Shriner et al., 2004).
31
J. Scanning Electron Microscopy (SEM)
SEM adalah suatu instrumen penghasil berkas elektron pada permukaan spesimen
target dan mengumpulkan serta menampilkan sinyal-sinyal yang diberikan oleh
material target. Suatu berkas elektron dilewatkan sepanjang spesimen sehingga
terjadi interaksi antara berkas elektron dengan spesimen menghasilkan beberapa
fenomena berupa pemantulan elektron berenergi tinggi, pembentukan elektron
sekunder berenergi rendah, penyerapan elektron, pembentukan sinar X atau
pembentukan sinar tampak. Pada prinsipnya SEM terdiri dari kolom elektron,
ruang sampel,dan sistem vakum. Prinsip analisis menggunakan SEM adalah
dengan sinyal elektron sekunder dapat dilihat pada skema Gambar 9 berikut:
Gambar 9. Skema Peralatan SEM.
Teknik SEM pada dasarnya merupakan pemeriksaan dan analisis permukaan.
Data yang diperoleh merupakan data dari permukaan atau lapisan topografi
dengan segala tonjolan, lekukan dan lubang pada permukaan. Gambar topografi
diperoleh dengan penangkap elektron sekunder yang dipancarkan oleh spesimen.
32
Sampel yang akan dianalisis dengan menggunakan teknik ini harus mempunyai
permukaan dengan konduktivitas yang tinggi. Jika sampel mempunyai
konduktivitas yang rendah maka bahan perlu dilapisi dengan bahan konduktor
(bahan pengantar) yang tipis. Bahan yang biasa digunakan adalah perak, emas
atau campuran emas dan palladium. Berkas elektron diarahkan pada suatu
permukaan spesimen yang telah dilapisi oleh suatu film konduktor. Interaksi
berkas elektron dengan spesimen akan menghasilkan pola difraksi elektron yang
dapat memberikan informasi mengenai kristalografi, jenis unsur serta
distribusinya dan morfologi dari permukaan bahan (Wu et al., 2007).
K. Analisis Thermo Gravimetric Analyzer (TGA)
Analisis TGA merupakan analisis yang digunakan untuk menentukan stabilitas
termal suatu material dan mengukur perubahan jumlah serta laju dalam berat
materi yang dihubungkan dengan temperatur. Teknik ini dapat mengkarakterisasi
material yang menunjukkan pengurangan atau penambahan berat akibat
dekomposisi, oksidasi atau dehidrasi (Kadine, 2010). Ketika sampel dipanaskan
pada atmosfer inert, terjadi dekomposisi kimia dari material organik dengan
pemanasan tanpa oksigen atau reagen, proses ini disebut dengan pirolisis
(Patraini, 2014).
TGA biasanya digunakan untuk pengujian karakteristik material seperti polimer,
untuk menentukan penurunan temperatur, kandungan material yang diserap,
komponen anorganik dan organik di dalam material, dekomposisi bahan yang
mudah meledak, dan residu bahan pelarut. TGA juga sering digunakan untuk
33
kinetika korosi pada oksidasi temperatur tinggi. Bentuk termogram menunjukkan
dekomposisi material yang disebabkan oleh kehilangan air, unsur volatil dan
karbon secara berurutan. Bentuk alat TGA disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10. Alat TGA seri 7000 dengan Autosampler (Grege et al., 2009).
34
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April 2018 sampai dengan bulan
Agustus 2018 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung, hot-press serta uji
tarik (tensile test) dilakukan di Laboratorium Biomaterial Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor. Analisis FTIR (Fourier Transform Infra
Red), analisis SEM (Scanning Electron Microscope) serta analisis TGA (Thermo
Gravimetric Analyzer) dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Terpadu
dan Sentra Inovasi Teknologi (UPT LTSIT) Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, erlenmeyer, gelas
beaker, labu ukur, gelas ukur, pipet tetes, spatula, oven, botol kaca, pengaduk
magnetik, magnetic stirer, cetakan kaca, stopwatch, neraca analitik, alat hot-press
(Yasuda Electric Heating System Mini Test Press), alat uji mekanik (UTM
Shimadzu AG-IS 50Kn), Spectrofotometri FTIR Varian Seri Scimitar 2000, SEM
EVO® MA 10, dan TGA/DTA (SII TG/DTA 7300). Sedangkan bahan-bahan
35
yang digunakan antara lain, poli asam laktat, poli (ε-kaprolakton), kloroform, poli
vinil alkohol, larutan 0,9% NaCl, NaH2PO4, Na2HPO4 dan akuades.
C. Prosedur Penelitian
1. Sintesis Polipaduan
a. Tanpa Pemlastis
Metode sintesis polipaduan atau blending PLA dan PCL yang dilakukan
didasarkan pada metode Broz et.al (2003) dan Rosida (2007) ) yang dilakukan
secara mekanik menggunakan alat magnetic stirrer dengan kecepatan putaran
konstan dengan beberapa perbandingan komposisi. Sintesis polipaduan PLA dan
PCL dilakukan dengan cara melarutkan masing-masing polimer kedalam 175mL
kloroform dan diaduk dengan magnetic stirrer selama 2 jam. Dengan
perbandingan komposisi PLA dan PCL 1:1 (w/w). Kemudian kedua larutan
polimer tersebut dipadukan dan diaduk kembali dengan magnetic stirrer selama 3
jam. Selanjutnya hasil polipaduan terseb ut dicetak dan dikeringudarakan selama
24 jam hingga sampel terbebas dari pelarut. Perlakuan yang sama juga dilakukan
pada polipaduan PLA dan PCL dengan perbandingan komposisi 4:1 dan 1:4 serta
sebagai pembanding digunakan juga PLA dan PCL murni.
b. Dengan Pemlastis
Polimer PLA dan PCL masing-masing dilarutkan kedalam 175mL kloroform dan
diaduk dengan magnetic stirrer selama 2 jam. Dengan perbandingan komposisi
36
PLA dan PCL 1:1 (w/w). Kedua polimer yang telah dilarutkan tersebut kemudian
dipadukan dan ditambahkan pemlastis PVA 1,5% dari berat total polimer lalu
diaduk kembali selama 3 jam dengan putaran konstan. Selanjutnya hasil
polipaduan tersebut dicetak dan dikeringudarakan selama 24 jam hingga sampel
terbebas dari pelarut. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada polipaduan PLA
dan PCL dengan perbandingan komposisi 4:1 dan 1:4 dengan penambahan
pemlastis PVA 1,5%.
2. Pembentukan Film Polimer dengan Alat Hot-press
Sampel polipaduan yang telah kering kemudian dipotong hingga membentuk
potongan-potongan kecil, lalu masing-masing sampel ditimbang sebanyak 18
gram kemudian diletakkan pada plat yang berukuran 15cm x 12cm dengan alas
teflon dan plastik OHP. Selanjutnya sampel dimasukkan pada alat hot-press dan
ditekan dengan tekanan 5 atm selama 12 menit dengan suhu yang disesuaikan
dengan titik leleh polipaduan PLA dan PCL yaitu 170oC. Film polimer dan
polipaduan yang dihasilkan pada ketebalan 0,5mm dan 1mm yang selanjutkan
dilakukan uji degradasi dan uji mekanik yaitu uji tarik (tensile test).
3. Uji Degradasi Menggunakan Larutan NaCl 0,9%
Uji degradasi dilakukan untuk mengetahui degradasi polipaduan PLA dan PCL,
digunakan larutan 0,9% NaCl karena larutan ini mempunyai sifat yang sama
dengan cairan tubuh, sehingga dapat diasumsikan sebagai media degradasi
polipaduan sebagai bahan baku benang operasi ketika diimplantasi di dalam
37
tubuh. Uji dilakukan dengan cara menyiapkan sampel film polipaduan hasil
hot-press berukuran 6mm x 6mm dengan ketebalan 0,5mm. Kemudian film
polipaduan tersebut ditimbang dengan berat yang sama hingga konstan lalu
dimasukkan kedalam botol kaca bening yang berisi 20 mL larutan NaCl 0,9% dan
direndam selama 1, 7, 14, 21, dan 28 hari. Setiap interval waktu 1, 7, 14, 21, dan
28 hari sampel diangkat, dicuci dengan akuades, dikeringkan dan ditimbang berat
akhir sampel untuk mengetahui berat sampel yang terdegradasi.
Dihitung % kehilangan berat dengan cara berikut :
% Berat terdegradasi =
4. Uji Degradasi Menggunakan Larutan Buffer Fosfat pH 6, 7 dan 8
Uji degradasi menggunakan larutan buffer fosfat dilakukan untuk mengetahui
degradasi polipaduan PLA dan PCL dalam kondisi pH yang berbeda. Uji
dilakukan dengan cara menyiapkan sampel film polipaduan hasil hot-press
berukuran 6mm x 6mm dengan ketebalan 0,5mm. Kemudian film polipaduan
tersebut ditimbang dengan berat yang sama hingga konstan lalu dimasukkan
kedalam botol kaca bening yang berisi 20 mL larutan buffer fosfat pH 6, 7, 8
yang telah disiapkan dari larutan stok A (NaH2PO4 dalam 1L akuades) dan larutan
stok B (Na2HPO4 dalam 1L akuades) dan direndam selama 1, 7, 14, 21, dan 28
hari. Setiap interval waktu 1, 7, 14, 21, dan 28 hari sampel diangkat, dicuci
dengan akuades, dikeringkan dan ditimbang berat akhir sampel untuk mengetahui
berat sampel yang terdegradasi.
Berat awal – Berat akhir
Berat awal x 100%
38
Dihitung % kehilangan berat dengan cara berikut :
% berat terdegradasi =
5. Uji Mekanik (Uji Tarik atau Tensile Test)
Uji tarik atau tensile test dilakukan untuk mengetahui kekuatan tarik (tensile
strength) sampel polipaduan PLA dan PCL sebagai salah satu persyaratan yang
diperlukan untuk bahan baku benang operasi. Sampel hasil hot-press dengan
panjang 8cm, lebar 1cm dan ketebalan 1mm disiapkan sesuai dengan ukuran tipe
sampel polimer pada alat UTM Shimadzu AG-IS 50Kn lalu dimasukkan kedalam
alat dan ditarik semaksimal mungkin hingga melewati batas elastis sampai
akhirnya sampel putus dan diperoleh nilai force dan stroke yang menunjukkan
kekuatan tarik (tensile strength) sampel tersebut.
6. Karakterisasi dengan Fourier Transform Infra Red (FTIR)
Analisis karakterisasi menggunakan FTIR dilakukan dengan cara menimbang 0,2
mg sampel kemudian dicampurkan dengan 2 mg KBr dan dibentuk menjadi pellet.
Pellet dari sampel kemudian dimasukkan ke instrumen FTIR dengan ƛ 4000 –
400 cm-1
dan hasil akhir diperoleh puncak-puncak serapan pada spektrum FTIR
sampel tersebut.
Berat awal – Berat akhir
Berat awal x 100%
39
7. Karakterisasi dengan Scanning Electron Microscopy (SEM)
Analisis karakterisasi menggunakan SEM dilakukan menggunakan secondary
electron. Metode ini yaitu pembentukan gambar dihasilkan dari elektron yang
telah bertumbukan dengan spesimen yang sebelumnya sampel dilapisi dengan
emas 99% selama 3 menit dengan arus 230 A.
8. Karakterisasi dengan Thermo Gravimetric Analyzer (TGA)
Analisis karakterisasi menggunakan TGA dilakukan dengan cara sampel
ditimbang sekitar 3-6 mg dan dimasukkan ke dalam thermocouple yang terbuat
dari alumunium. Thermocouple yang berisi sampel dan material referensi
kemudian ditempatkan dalam furnace. Analisis dilakukan pada suhu 30-600 oC
dengan pengaturan kenaikan suhu sebesar 10 oC/menit. Hasil yang diperoleh
ditampilkan dalam bentuk kurva.
62
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Telah dilakukan sintesis polipaduan PLA dan PCL dalam beberapa variasi
komposisi. Perbandingan komposisi terbaik yaitu PLA/PCL 4:1 berdasarkan
hasil uji degradasi dan uji mekanik yang dilakukan.
2. Hasil uji degradasi dalam larutan NaCl 0,9% polipaduan PLA/ PCL 4:1
memiliki presentase degradasi sebesar 2,39 % dan polipaduan PLA/PCL 4:1
dengan penambahan pemlastis PVA memiliki persentase degradasi sebesar
3,47% selama 28 hari perendaman. Uji degradasi pada variasi pH masing-
masing sampel memiliki persentase degradasi yang lebih tinggi pada pH 8
dibandingkan dengan variasi pH lainnya.
3. Uji mekanik polipaduan PLA/PCL pada perbandingan 4:1 memiliki nilai
tensile strength tertinggi yaitu sebesar 17,99 N/mm2 dan PLA/PCL pada
perbandingan 4:1 dengan penambahan pemlastis PVA memiliki nilai tensile
strength sebesar 14,63 N/mm2, namun hasil ini belum memenuhi standar
benang operasi komersil menurut SNI 16-3366-1994.
63
4. Penambahan pemlastis PVA pada polipaduan PLA dan PCL meningkatkan
persentase degradasi namun menurunkan nilai tensile strength polipaduan
yang dihasilkan.
5. Dari hasil analisis FTIR polipaduan PLA/PCL memiliki karakteristik puncak
serapan yang hampir sama dengan polimer PLA dan PCL, namun terjadi
pergeseran bilangan gelombang pada gugus fungsi hidroksi 3623,0-3742,2
cm-1
serta gugus karbonil pada bilangan gelombang 1722-1744 cm-1
menunjukkan bahwa telah terjadi ikatan hidrogen antara PLA dan PCL.
6. Hasil SEM menunjukkan polipaduan morfologi PLA/PCL memiliki
permukaan serat yang lebih merata dan teratur, sedangkan polipaduan
PLA/PCL dengan penambahan pemlastis PVA memiliki morfologi yang tidak
teratur dan permukaan cenderung berongga dan kurang merata.
7. Hasil TGA pada polimer PCL memiliki stabilitas termal yang lebih tinggi
dibandingkan dengan polimer PLA, sedangkan polipaduan PLA/PCL dengan
dan tanpa penambahan pemlastis PVA memiliki stabilitas termal yang lebih
rendah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, perlu dilakukan penambahan
waktu dan kecepatan pengadukan dan penambahan bahan lain untuk
meningkatkan tensile strength, homogenitas serta stabilitas termal polipaduan
PLA/PCL sebagai bahan baku benang operasi. Selain itu, perlu dikembangkan
penelitian lebih lanjut tentang aplikasi PLA dan PCL dalam dunia medis.
64
DAFTAR PUSTAKA
Abdessalem, F. Debbai, H. Jedda, S. Elmarzougui dan Sofiene Mokhtar, 2009.
Tensile and Knot Performance of Polyester Braided Sutures. Textile Res.
J. 9 (3). Hlm. 247-252.
Adhitioso, S. 2012. Paduan Gel Getah Batang Pisang dengan PGA
(Polyglycolic Acid) sebagai Bahan Baku Benang Jahit Operasi yang
Absorbable. (Skripsi). Universitas Airlangga, Surabaya.
Anjayani, M. 2009. Karakteristik Benang Kitosan yang Terbat dari Kitin
Iradiasi dan Tanpa Iradiasi. (Skripsi). UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Apriyanto, J. 2007. Karakteristik Biofilm dari Bahan Dasar Polivinil Alkohol
(PVOH) dan Kitosan. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Averous, L., 2008 . Polylactic Acid: Synthesis, Properties and Applications dalam
Monomers Polymers and Composites from Renewable Resources (Ed
Mohamed Naceur Belgacem dan Alessandro Gandini), 1st Edition, Chapter
21. Elsevier Ltd: Amsterdam.
Balaji, S.M. 2007. Textbook of Oral Maxillofacial Surgery. New Delhi: Elsevier.
Hlm. 04-15.
Botelho, Thiago, Nadia, Teixira dan Felipe. 2004. Polylactic Acid Production
from Sugar Molasses. International Patent WO 2004/057008 A1.
Broz, M.E., D.L. Vanderhart, N.R. Washburn. 2003. Structure and Mechanical
Properties Of Poly(D,L-Lactic Acid)/Poly(E-Caprolactone) Blends.
Polymers Division, National Institute of Standards and Technology.
Gaithersburg, USA.
Calabia, B. 2010. Hydrolitic Degradation of Poly (Lactic Acid): Synthesis,
Structures, Properties, Processing, and Applications. New Jersey: Wiley
Series on Polymer Engineering and Technology.
Chattopadhyay, S. 2000. Compatibility Studies on Solution Of Polymer Blends by
Viscomateric and Phase Separation Technique. Journal Applied Polymers
Science. 77. Hlm. 880-889.
65
Chellamani, K.P., Veerasubramanian, D. dan Vignesh Balaji, R.S. 2012. Barbed
Bi-Directional Surgical Sutures. SITRA Res. Rep. SITRA. 56 (11). Hlm.
1-4.
Chellamani, K.P., Veerasubramanian, D. dan Vignesh Balaji, R.S. 2013. Surgical
Sutures : An overview. SITRA Res. Rep. SITRA. 1 (12). Hlm. 778-782.
Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi
Cetakan I. Andalas University Press, Padang.
Delvia, V. 2006. Kajian Pengaruh Penambahan Dietilen Glikol sebagai Pemlastis
pada Karakterisasi Bioplastik dari Poli-β-hidroksialkanoat (PHA) yang
dihasilkan pada Substrat Hidrolisa Pati Sagu. (Skripsi). Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Desai, A.A. 2005. Biomedical implantable materials sutures. Asian Textile J.
14 (3). Hlm. 54-56.
Ferri, J.M., O. Fenollar, A. J. Vilaplana, D. G. Sanoguera, dan R. Balart. 2016.
Eff ect Of Miscibility on Mechanical and Thermal Properties of
Poly(Lactic Acid)/ Polycaprolactone Blends. Research Article. Wiley
Online Library.
Flieger, M., Kantorova, A., dan Pell, T. 2003. Biodegradable Plastics from
Renewable Sources. Folia Microbiol. 48 (1). Hlm. 27-44.
Gopffrich, A. 1997. Mechanism of Polymer Degradation and Elimination.
Overseae Publisher Assosiation, Amsterdam.
Grege, Klancnik, J. Medved, dan P. Mrvar. 2009. Diffential Thermal Analysis
(DTA) and Differential Scanning Calorimetry (DSC) as a Method of
Material Investigation. RMZ-Materials and Geoenvironment. Pp 127-142.
Gunatillake, PA., Adikari, R. 2003. Bioderadable Sythetic Polymers for Tissue
Engineering. European Cells and Materials. 5. Hlm. 1-16.
Jung, J.H, Ree, M., dan Kim, H. 2006. Acid Base Catalyzed Hydrolyses of
Aliphatic Polycarbonates and Polyester. Catal. 115. Hlm. 283-287.
Kadine, Mohomed. 2010. Thermogravimetric Analysis Theory, Opration,
Calibration, and Data Interpretation. Thermal Application Chemist, TA
Instrument.
Karfeny, M. 2011. Degradasi in Vitro Mikrosfer Polipaduan Poli (Asam Laktat)
dengan Poli (Ε-Kaprolakton). (Skripsi). Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kemala, T., Emil, B., dan Bambang, S. 2010. Preparation and Characterization
of Microsphere Based on Blend of Poly (Lactic Acid) and Poly(Ε
66
Caprolactone) with Poly(Vinyl Alcohol) as Emulsifier. Arabian Journal of
Chemistry.
Kencana, A.L. 2009. Perlakuan Sonifikasi Terhadap Kitosan Viskositas dan
Bobot Molekul. (Skripsi). Fakultas MIPA Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Khoerudin, A. 2013. Sintesis Mikrokapsul Ibupropen dengan Polipaduan
Poli(asam laktat) dan Kitosan: Pengaruh Komposisi terhadap Uji
Efisiensi Enkapsulasi dan Uji Disolusi. (Skripsi). Universitas Indonesia,
Jakarta.
Koesnandar, F. 2004. Kimia Pangan Komponen Mikro. PT. Dian Rakyat, Jakarta.
Latief, R. 2011. Pembuatan Pencirian Poli (Asam Laktat). (Skripsi). FMIPA
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ljungberg N, dan Wesslen B. 2002. The Effects of Plasticizers on The Dynamic
Mechanical and Thermal Properties of Poly (Lactic Acid). Journal Applied
Polymer Science. 86. Hlm. 1227–34.
Lu Y, dan Chen SC. 2004. Micro and Nanofabrication of Biodegradable Polymers
for Drug Delivery. Advanced Drug Delivery Reviews. 56. Hlm. 1621
1633.
Lukmana. 2007. Pembuatan dan Pencirian Poli Asam Laktat. (Skripsi). FMIPA
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Modi, M. 2009. Critical Evaluation of Suture Materials and Suturing Techniques
in Implant Dentistry. International Journal Clinical Implant Dentisty. 1
(2). Hlm. 31-40.
Mofokeng, J.P., dan A.S, Luyt. 2015. Morphology and Thermal Degradation
Studies Of Melt-Mixed Poly(Lactic Acid) (PLA)/Poly(e-Caprolactone)
(PCL) Biodegradable Polymer Blend Nanocomposites With TiO as Filler.
Polymer Testing.
Nasrullah, F. 2014. Pengembangan Komposit PVA – Alginat – Daun Binahong
sebagai Wound Dressing Antibakteri. UIN Maulana Malik Ibrahim,
Malang.
Nisa, A.M. 2015. Pengaruh Penambahan Polietilen Glikol dan Nanopartikel ZnO
Terhadap Sifat Fungsional Kemasan Berbasis Poli Asam Laktat. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pandey, J.K. 2004. Degradation of Polymer Composite from Renewable
Resources. (Thesis). University of Pune Chemistry Devision.
67
Patraini, C. G. 2014. Pembuatan Selulosa Asetat dari α-Selulosa Tandan Kosong
Sawit (TKS). (Skripsi). Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Perwitasari F.I.R. 2012. Jurnal Karakterisasi Invitro dan Invivo Komposit
Alginat – Polivinil Alkohol – ZnO Nano sebagai Wound Dressing
Antibakteri. Universitas Airlangga, Surabaya.
Potter dan Perry, 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC, Jakarta.
Rasal, RM., dan Hirt, DE. 2008. Toughness Decrease of PLA-PHBHHx Blend
Films upon Surface-Confined Photo Polymerization. Journal of Appied
Polymer Science. 101. Hlm. 1583-1590.
Rosida, A. 2007. Pencirian Poliblend Poli Asam Laktat dengan Poli Kaprolakton.
(Skripsi). Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Septiana, S.A. 2017. Pengaruh Penambahan Polietilen Glikol (PEG) Pada
Campuran Poli Asam Laktat Dengan Selulosa Dari Limbah Padat
Tapioka. (Skripsi). Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Shalumon, K.T. 2010. Sodium Aglinat/Poly (Vinyl Alcohol)/ Nano Zno
Composite Nanofibers for Antibacteriall Wound Dressings. Elsevier:
International Journal of Biological Macromolecules. 49. Hlm. 247-254.
SNI 16-3366-1994. 1994. Benang Operasi Serap Hologen Sekali Pakai
(Absorbable Sutures). Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Steven, M.P. 2001. Kimia Polimer. PT. Pradnya Paramita, Cetakan Pertama.
Jakarta.
Syukur, M. 2002. Pembuatan dan Karakterisasi Genteng Komposit Polimer dan
Campuran Resin Poliester, Aspal, Stryrofoam Bekas dan Serat Panjang
Ijuk. USU, Medan.
Theresia Mutia, 2011. Penggunaan Membran Alginat sebagai Produk Alternatif
Tekstil Medis Pembalut Luka Primer pada Kelinci Albino Jantan, Arena
Tekstil. 26 (1).
Wu C.F., Y.L Chen,, C.C Chen., T.T Yang., dan P.E Chang. 2007. Applying
Open-Path Fourier Transform Infrared Spectroscopy for Measuring
Aerosols. Journal of Environmental Science and Health , Part A. 42 :
1131-1140.
Wulan, M.D. 2011. Degradasi In Vitro Mikrosfer Polipaduan Poli (Asam
Laktat) dan Poli Kaprolakton (Skripsi). Universitas Indonesia, Jakarta.
Wypych, G. 2004. Handbook of Plasticizers. ChemTec Publishing, Canada.
68
Yew, G.H., A. M. Yusof, ZA Ishak dan U.S Ishiaku. 2005. Water Absorption and
Enzymatic Degradation of Poly(Lactic Acid)/Rice Starch Composites.
Polymer Degradation and Stability. 90. Pp 488-500.
Zahedi, P., Karami, Z., Rezaeian, I., Jafari, S. H., Mahdaviani, P., Abdolghaffari,
A. H., dan Abdollahi, M. 2011. Preparation and Performance Evaluation
of Tetracycline Hydrochloride Loaded Wound Dressing Mats Based on
Electrospun Nanofibrous Poly(Lactid Acid)/Poly(e-Caprolactone) Blends.
Journal of Applied Polymer Science, 4175-4183.
Zhao, H., dan G, Zhao. 2016. Mechanical and Thermal Properties of Conventional
and Microcellular Injection Molded Poly (Lactic Acid)/Poly (
Caprolactone) Blends. Journal of Mechanical Behavior of Biomaterial
Materials. Pp 59-67.