PENDAHULUAN
Demam merupakan gejala penyakit yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Demam (febris) adalah sutu reaksi fisiologis tubuh kompleks terhadap penyakit yang ditandai
dengan meningkatnya suhu tubuh di atas normal akibat rangsangan zat pirogen terhadap pengaturan
suhu tubuh di hipotalamus.
Pirogen adalah suatu zat yang menyebabkan demam, terdapat dua jenis pirogen yaitu
pirogen eksogen dan endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh dan berkemampuan untuk
merangsang interlukin I (IL-1), sedangkan pirogen endogen berasal dari dalam tubuh mempunyai
kemampuan nutk merangsang demam dengan mempengaruhi pusat pengaturan suhu di
hipotalamus. Interlukin-I tumor necrosing factor ( TNF), dan interferon (INF) adalah pirogen
endogen. Bila kandungan seluruh panas tubuh ini sudah melebihi batas toleransi, maka tubuh
berupaya untuk mengeluarkan panas melalui kulit dengan cara konveksi, konduksi, radiasi dan
peleasan panas melalui air keringat maupun melalui paru-paru.
1.1. Definisi
International Union of Physiological Sciences Commission for Thermal Physiology
mendefinisikan demam sebagai suatu keadaan peningkatan suhu inti, yang sering (tetapi tidak
seharusnya) merupakan bagian dari respons pertahanan organisme multiselular (host) terhadap
invasi mikroorganisme atau benda mati yang patogenik atau dianggap asing oleh tubuh. o st. El-
Rahdi dan kawan-kawan mendefinisikan demam (pireksia) dari segi patofisiologis dan klinis.
Secara patofisiologis demam adalah peningkatan thermoregulatory set point dari pusat hipotalamus
yang diperantarai oleh interleukin 1 (IL-1).
Sedangkan secara klinis demam adalah peningkatan suhu tubuh 1 0 C atau lebih besar di atas
nilai rerata suhu normal di tempat pencatatan. Sebagai respons terhadap perubahan set point ini,
terjadi proses aktif untuk mencapai set point yang baru. Hal ini dicapai secara fisiologis dengan
meminimalkan pelepasan panas dan memproduksi panas. 1.2
1.2 Patofisiologis
Tabel 1. Suhu normal pada tempat yang berbeda
Tempat Pengukuran Jenis Termometer Rentang; rerata suhu
normal (oC)
Demam
(oC)
Aksila Air raksa, elektronik 34,7 37,3; 36,4 37,4
Sublingual Air raksa, elektronik 35,5 37,5; 36,6 37,6
Rektal Air raksa, elektronik 36,6 37,9; 37 38
Telinga Emisi infra merah 35,7 37,5; 36,6 37,6
Pasien dianggap demam bila suhu rektal mencapai 38oC, suhu oral 37,6oC, suhu aksila 37,4oC,
atau suhu membran tympani mencapai 37,6oC.Hiperpireksia merupakan istilah pada demam yang
digunakan bila suhu tubuh melampaui 41,1oC.
1.2. Pola Demam
Pola Demam Penyakit
Kontinyu Demam tifoid, malaria falciparum malignan
Remitten Sebagian besar penyakit virus dan bakteri
Intermiten Malaria, limfoma, endokarditis
Hektik atau septic Penyakit Kawasaki, infeksi pyogenik
Quotidian Malaria karena P.vivax
Double quotidian Kala azar, arthritis gonococcal, juvenile rheumathoid arthritis,
beberapa drug fever (contoh karbamazepin)
Relapsing atau periodic Malaria tertiana atau kuartana, brucellosis
Demam rekuren Familial Mediterranean fever
Penilaian pola demam meliputi tipe awitan (perlahan-lahan atau tiba-tiba), variasi derajat suhu
selama periode 24 jam dan selama episode kesakitan, siklus demam, dan respons terapi. Gambaran
pola demam klasik meliputi:
1. demam continue
Demam kontinyu atau sustained fever ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang menetap
dengan fluktuasi maksimal 0,4oC selama periode 24 jam. Fluktuasi diurnal suhu normal
biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan
2. remiten
Demamremiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai normal dengan
fluktuasi melebihi 0,5oC per 24 jam. Pola ini merupakan tipe demam yang paling sering ditemukan
dalam praktek pediatri dan tidak spesifik untuk penyakit tertentu (Gambar2 .). Variasi diurnal
biasanya terjadi, khususnya bila demam disebabkan oleh proses infeksi
3. intermiten
Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi hari, dan puncaknya
pada siang hari (Gambar 3.). Pola ini merupakan jenis demam terbanyak kedua yang ditemukan di
praktek klinis
4. quotidian
Demam quotidian ganda(Gambar 4.)memiliki dua puncak dalam 12 jam (siklus 12 jam)
Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksisme demam yang terjadi setiap
hari
5. Demam septika ta u hektik terjadi saat demam remiten atau intermiten menunjukkan
perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat besar
6. Undulant fever menggambarkan peningkatan suhu secara perlahan dan menetap tinggi
selama beberapa hari, kemudian secara perlahan turun menjadi normal.
7. Demam lama (prolonged fever)menggambarkan satu penyakit dengan lama demam melebihi
yang diharapkan untuk penyakitnya, contohnya > 10 hari untuk infeksi saluran nafas atas.
8. Demamrekuren adalah demam yang timbul kembali dengan interval irregular pada satu
penyakit yang melibatkan organ yang sama (contohnya traktus urinarius) atau sistem organ
multipel.
9. Demambifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam yang berbeda
(camelback fever pattern, atau saddleback fever). Poliomielitis merupakan contoh klasik
dari pola demam ini. Gambaran bifasik juga khas untuk leptospirosis, demam dengue,
demam kuning, Colorado tick fever, spirillary rat-bite fever (Spirillum minus), dan African
hemorrhagic fever (Marburg, Ebola, dan demam Lassa).
Relapsing feverda n demam periodik :
1. Pola demam Borreliosis (pola demamrelapsing)
Relapsing fever adalah istilah yang biasa dipakai untuk demam rekuren yang disebabkan oleh
sejumlah spesies Borrelia (Gambar6 .)dan ditularkan oleh kutu (louse-borne RF) ataut i c k (tick-
borne RF) Penyakit ini ditandai oleh demam tinggi mendadak, yang berulang secara tiba-tiba
berlangsung selama 3 6 hari, diikuti oleh periode bebas demam dengan durasi yang hampir
sama. Suhu maksimal dapat mencapai 40,6oC pada tick-borne fever dan 39,5oC pada louse-borne.
Gejala penyerta meliputi myalgia, sakit kepala, nyeri perut, dan
perubahan kesadaran. Resolusi tiap episode demam dapat disertai Jarish-Herxheimer reaction (JHR)
selama beberapa jam (6 8 jam), yang umumnya mengikuti pengobatan antibiotik. Reaksi ini
disebabkan oleh pelepasan endotoxin saat organisme dihancurkan oleh antibiotik. JHR sangat sering
ditemukan setelah mengobati pasien syphillis. Reaksi ini lebih jarang terlihat pada kasus
leptospirosis, Lyme disease, dan brucellosis. Gejala bervariasi dari demam ringan dan fatigue
sampai reaksi anafilaktik full - b lown.
Contoh lain adalah rat-bite fever yang disebabkan oleh Spirillum minus dan Streptobacillus
moniliformis. Riwayat gigitan tikus 1 10 minggu sebelum awitan gejala merupakan
petunjuk diagnosis.
2. .Pola demam penyakit Hodgkin (pola Pel-Ebstein)
Demam Pel-Ebstein (Gambar7 .), digambarkan oleh Pel dan Ebstein pada 1887, pada awalnya
dipikirkan khas untuk limfoma Hodgkin (LH). Hanya sedikit pasien dengan penyakit Hodgkin
mengalami pola ini, tetapi bila ada, sugestif untuk LH. Pola terdiri dari episode rekuren dari demam
yang berlangsung 3 10 hari, diikuti oleh periode afebril dalam durasi yang serupa. Penyebab jenis
demam ini mungkin berhubungan dengan destruksi jaringan atau berhubungan dengan anemia
hemolitik
3. Pola demam malaria
Demam periodik ditandai oleh episode demam berulang dengan interval regular atau irregular. Tiap
episode diikuti satu sampai beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan suhu normal.
Contoh yang dapat dilihat adalah malaria (istilah tertiana digunakan bila demam terjadi setiap hari
ke-3, kuartana bila demam terjadi setiap hari ke-4) (Gambar5 .) dan brucellosis.
1.3. Klasifikasi demam
Klasifikasi demam diperlukan dalam melakukan pendekatan berbasis masalah.2 Untuk kepentingan diagnostik, demam dapat dibedakan atas akut, subakut, atau kronis, dan dengan atau tanpa localizing signs.7 Tabel 3.da n Tabel 4. memperlihatkan tiga kelompok utama demam yang ditemukan di praktek pediatrik beserta definisi istilah yang digunakan.
Tabel 3. Tiga kelompok utama demam yang dijumpai pada praktek pediatrik
Klasifikasi Penyebab tersering Lama demam pada umumnya
Demam dengan localizing signs Infeksi saluran nafas atas <1 minggu
Demam tanpa localizing signs Infeksi virus, infeksi saluran kemih
<1minggu
Fever of unknown origin Infeksi, juvenile idiopathic arthritis
>1minggu
Demam dengan localizing signs
Penyakit demam yang paling sering ditemukan pada praktek pediatrik berada pada kategori ini (Tabel 5.). Demam biasanya berlangsung singkat, baik karena mereda secara spontan atau karena pengobatan spesifik seperti pemberian antibiotik. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik dan dipastikan dengan pemeriksaan sederhana seperti pemeriksaan foto rontgen dada.
Kelompok Penyakit
Infeksi saluran nafas atas ISPA virus, otitis media, tonsillitis, laryngitis, stomatitis herpetika
Pulmonal Bronkiolitis, pneumonia
Gastrointestinal Gastroenteritis, hepatitis, appendisitis
Sistem saraf pusat Meningitis, encephalitis
Eksantem Campak, cacar air
Kolagen Rheumathoid arthritis, penyakit Kawasak
Neoplasma Leukemia, lymphoma
Tropis Kala azar, cickle cell anemia
Demam tanpalocalizing signs
Sekitar 20% dari keseluruhan episode demam menunjukkan tidak ditemukannya localizing signs pada saat terjadi. Penyebab tersering adalah infeksi virus, terutama terjadi selama beberapa tahun pertama kehidupan. Infeksi seperti ini harus dipikirkan hanya setelah menyingkirkan infeksi saluran kemih dan bakteremia.T a bel 6. menunjukan penyebab paling sering kelompok ini.1 Demam tanpa localizing signs umumnya memiliki awitan akut, berlangsung kurang dari 1 minggu, dan merupakan sebuah dilema diagnostik yang sering dihadapi oleh dokter anak dalam merawat anak berusia kurang dari 36 bulan.6
Penyebab Contoh Petunjuk diagnosis
Infeksi Bakteremia/sepsis
Sebagian besar virus (HH-6)
Infeksi saluran kemih Malaria
Tampak sakit, CRP tinggi, leukositosis Tampak baik, CRP normal, leukosit normal Dipstik urine Di daerah malaria
PUO (persistent pyrexia of unknown origin) atau FUO
Juvenile idiopathic arthritis Pre-articular, ruam, splenomegali,antinucle a r factor tinggi, CRP tinggi
Pasca vaksinasi Vaksinasi triple, campak Waktu demam terjadi berhubungan dengan waktu vaksinas
Drug fever Sebagian besar obat Riwayat minum obat, diagnosis eksklusi
Persistent Pyrexia of Unknown Origin (PUO)
Istilah ini biasanya digunakan bila demam tanpa localizing signs bertahan selama 1 minggu dimana dalam kurun waktu tersebut evaluasi di rumah sakit gagal mendeteksi penyebabnya. Persistent pyrexia of unknown origin, atau lebih dikenal sebagai fever of unknown origin (FUO) didefinisikan sebagai demam yang berlangsung selama minimal 3 minggu dan tidak ada kepastian diagnosis setelah investigasi 1 minggu di rumah saki
APAKAH FEVER UNKNOWN ORIGIN
· Secara umum, suhu badan di atas 370C dinyatakan sebagai demam. Demam yang berlangsung
kurang dari satu minggu biasanya berhubungan dengan adanya suatu infeksi.
· FUO atau demam yang tak diketahui asal-usulnya pada anak didefinisikan sebagai demam (suhu
38-C) selama lebih dari 14 hari dengan penyebab yang tidak dapat ditentukan berdasarkan riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium rutin.
· Diagnosis FUO untuk anak dengan kriteria sebagai berikut:
o Demam yang berlangsung seminggu atau lebih;
o Demam terjadi di rumah sakit
o Diagnosis yang tidak jelas setelah dilakukan penelusuran selama 1 minggu di rumah sakit.
· Klasifikasi lain FUO berdasarkan kondisi klinis dan faktor risiko pasien yang meliputi empat
kategori, yaitu:
o Netropenia yang terjadi dalam 1–2 hari demam dan tidak ditemukan penyebab yang jelas setelah
tiga hari penyelidikan.
o Berhubungan dengan infeksi HIV.
o Infeksi nosokomial, yaitu pada pasien yang dirawat di rumah sakit dengan penyakit akut bukan
infeksi (dengan tiga hari penyelidikan).
o Klasik, yaitu tidak termasuk dalam ketiga kategori di atas, namun menderita demam selama tiga
minggu dengan penyelidikan di RS selama 3 hari.
MEKANISME TERJADINYA DEMAM
· Sejak zaman dahulu, demam telah dikenal sebagai tanda utama penyakit, tetapi pengertian tentang
patofisiologi demam tergolong relatif masih baru. Substansi yang dapat menimbulkan demam
disebut pirogen. Ada dua macam pirogen, yaitu pirogen endogen yang dibentuk oleh sel-sel tubuh
sebagai respons terhadap stimulus dari luar (misal: toksin), dan pirogen eksogen yang berasal dari
luar tubuh. Demam timbul karena adanya produk sel peradangan hospes yang merupakan pirogen
endogen. Belakangan ini, terbukti bahwa fagosit mononuklear merupakan sumber utama pirogen
endogen dan bahwa bermacam-macam produk sel mononuklear dapat menjadi mediator timbulnya
demam.
· Sebagian pasien FUO dengan netropenia berhubungan dengan infeksi yang dapat berupa infeksi
lokal atau sistemik. Diagnosis paling sering pada pasien ini adalah bakteremia, pneumonia, serta
infeksi kulit atau jaringan lunak. Sedangkan pada pasien dengan infeksi HIV, demam paling sering
disebabkan oleh mikobakterium atipik, tuberkulosis, citomegalovirus, dan toksoplasmosis. Pada
demam karena infeksi nosokomial, biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur yang
merupakan komplikasi akibat terapi yang diberikan untuk penyakit lain. Sedangkan yang termasuk
dalam FUO klasik disebabkan oleh infeksi (33%), penyakit jaringan ikat dan vaskular (33%),
neoplasma (25%), serta 8% tetap tak terdiagnosis.
· Sebagian besar FUO merupakan penyakit yang sering muncul, namun dengan manifestasi klinis
yang tidak khas. Lebih dari 90% kasus FUO berhubungan dengan penyakit seperti infeksi bakteri,
virus, dan parasit, penyakit kolagen vaskular, serta neoplasma, dan sisanya tak diketahui.
· Tiga penyebab FUO yang utama pada anak-anak adalah penyakit infeksi, penyakit jaringan ikat
dan vaskular, serta neoplasma/keganasan. Sedangkan pada 10%-20% pasien anak dengan FUO
tidak dapat ditegakkan diagnosisnya. Pada pasien yang sedang dalam pengobatan, perlu dipikirkan
kemungkinan demam akibat obat. Demam karena obat biasanya diikuti gejala lain dan suhu badan
relatif konstan.
Penyakit Infeksi
· Infeksi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu infeksi sistemik dan infeksi lokal. Di Amerika
Serikat, infeksi sistemik yang seringkali dianggap penyebab FUO pada anak-anak adalah
salmonelosis, tuberkulosis, leptospirosis, ricketsia, sifilis, malaria, toksoplasma, infeksi CMV,
hepatitis virus, dan Epstein-Barr virus. Sedangkan infeksi lokal meliputi endokarditis, abses hepar,
sinusitis, mastoiditis, osteomielitis, pnemonia, dan pielonefritis. Meskipun infeksi HIV dapat
menyebabkan demam, AIDS saja tidak bertanggung jawab atas FUO. Pasien AIDS dengan FUO
biasanya disertai infeksi oportunis oleh kuman patogen.
· Infeksi bakterial yang paling sering terjadi adalah tuberkulosis. Akan tetapi, tes tuberkulin akan
memberikan hasil negatif pada TB milier, dan gambaraan radiologis yang normal pada 50% pasien
TB ekstrapulmoner. Sedangkan infeksi virus yang sering terjadi adalah CMV yang menunjukkan
limfositosis dan peningkatan kadar enzim hati. Bahkan, pada pasien dengan sistem imun yang baik
dapat mengalami demam yang diperpanjang (prolonged), yaitu sekitar 25% pasien mengalami
demam selama lebih dari tiga minggu.
Neoplasma
· Keganasan merupakan penyebab FUO yang jarang pada anak-anak, yaitu sekitar 10% dari semua
kasus FUO. Keganasan yang seringkali dihubungkan dengan FUO antara lain Limfoma Hodgkin
dan Non-Hodgkin, leukemia, dan neuroblastoma.
Penyakit Jaringan Ikat dan Vaskular
· Berbagai macam penyakit jaringan ikat dan vaskulitis dapat menimbulkan demam yang
berkepanjangan sebelum timbulnya manifestasi sendi atau gejala-gejala khas lainnya. Penyakit
jaringan ikat yang sering bermanifestasi sebagai FUO antara lain artritis rematoid juvenilis, sistemic
lupus erythematosus (SLE), poliartritis nodosa, dan demam rematik. Menegakkan diagnosis artritis
rematoid juvenilis seringkali menemui kesulitan karena hasil pemeriksaan fisik yang masih dalam
batas normal dan pemeriksaan serologis khusus yang normal atau negatif, sehingga diagnosis baru
dapat ditegakkan setelah observasi yang cukup lama.
DIAGNOSIS
· Pendekatan yang menyeluruh, termasuk mengumpulkan data dasar yang lengkap dan akurat yang
meliputi riwayat penyakit, pemeriksaan fisik yang menyeluruh, pemeriksaan laboratorium, serta
pemeriksaan lanjutan yang tepat berdasarkan hasil evaluasi awal, sangat diperlukan dalam
menegakkan diagnosis penyebab FUO.
· Tidak semua kondisi yang dapat menyebabkan FUO harus dipikirkan pada setiap pasien. Anak di
bawah umur 6 tahun lebih sering menderita penyakit infeksi sebagai penyebab FUO. Biasanya
berupa infeksi viral, infeksi saluran kencing (ISK), pneumonia, dan enteric fever.
· Penyakit autoimun dan keganasan jarang terjadi. Anak umur 6-14 tahun mengalami penyakit
infeksi dan autoimun hampir sama frekuensinya. Sedangkan keganasan merupakan penyebab yang
sangat jarang pada anak-anak. Seperti juga pada pasien dewasa, tuberkulosis juga merupakan
penyebab FUO yang sering pada anak.
Riwayat Penyakit
· Riwayat bepergian ke daerah endemik penyakit tertentu perlu ditelusuri, misalnya daerah endemik
malaria. Riwayat digigit binatang liar atau binatang peliharaan. Riwayat pica, misalnya memakan
kotoran dapat menjadi petunjuk ke arah infeksi Toxocara (visceral larva migrans), atau
Toksoplasma gondii (toxoplasmosis). Riwayat pengobatan, termasuk obat-obatan topikal, perlu pula
ditelusuri, serta latar belakang genetis atau riwayat penyakit di keluarga.
· Mengetahui umur pasien dapat membantu kita ke arah suatu penyakit. Anak-anak di bawah usia 6
tahun seringkali menderita infeksi saluran kencing, infeksi saluran pernapasan, infeksi lokal (misal:
abses, osteomielitis), rematoid artritis juvenilis, atau yang jarang seperti leukemia. Perlu diketahui,
adakah tanda-tanda atau gejala ke arah penyakit sistemik, misalnya hilangnya nafsu makan,
penurunan berat badan, atau mudah lelah. Karakter atau tipe demam perlu juga diperhatikan karena
beberapa penyakit mempunyai tipe demam yang khas. Misalnya, demam tiap dua hari sekali atau
demam tiap hari ketiga, maka kemungkinan malaria. Demam dengan suhu mencapai 390C atau
lebih yang kemudian turun dengan cepat sampai mencapai suhu normal atau bahkan di bawah
normal, merupakan pola yang khas untuk artritis rematoid juvenilis.
Pemeriksaan Fisik
· Mata merah berair dapat merupakan tanda penyakit jaringan ikat, khususnya poliatritis nodosa.
Konjungtivitis palpebra pada pasien demam mungkin gejala cacar air, infeksi virus coxsackie,
tuberkulosis, mononukleosis infeksiosa, dan limfogranuloma venereum. Sebaliknya, konjungtivitis
bulbar dapat menunjukkan sindroma Kawasaki atau leptospirosis.
· Bintik perdarahan (petechial haemorrhages) pada konjungtiva dapat merupakan tanda
endokarditis. Uveitis bisa merupakan tanda sarkoidosis, artritis rematoid juvenilis, SLE, sindroma
Kawasaki, sindroma Behcet, dan vaskulitis. Korioretinitis dapat berarti infeksi CMV,
toksoplasmosis, dan sifilis. Proptosis dapat berarti adanya tumor orbita, tirotoksikosis, metastasis
(neuroblastoma), infeksi orbita, granulomatosis Wegener, atau pseudotumor.
· Produksi keringat pada anak yang demam perlu diperhatikan. Tak adanya produksi keringat pada
peningkatan suhu badan terdapat pada keadaan dehidrasi akibat muntah, diare, atau diabetes
insipidus. Kondisi ini juga dapat terjadi pada displasia eksodermal anhidrotik, diautonomia familial,
atau pada pemakaian atropin4.
· Pemeriksaan limfonodi dapat menunjukkaan keganasan bila terdapat pembesaran yang terlokalisir,
namun tidak disertai nyeri tekan, atau bisa berarti penyakit autoimun atau infeksi bila ditemukan
adenopati generalisata. Limfonodi teraba tunggal dan disertai nyeri tekan biasanya terdapat pada
infeksi lokal9. Otot dan tulang harus dipalpasi dengan teliti. Nyeri tekan setempat pada tulang
mungkin adalah osteomielitis okult atau metastasis sumsum tulang. Nyeri tekan pada muskulus
trapezius kemungkinan oleh karena abses subdiafragmatika. Nyeri tekan otot yang menyeluruh
dapat berarti dermatomiositis, trikinosis, poliartritis, sindroma Kawasaki, atau infeksi arbovirus
maupun mikoplasma. Meningkatnya refleks tendon dapat terjadi pada tirotoksikosis.
· Keringnya air mata atau hilangnya refleks kornea dapat berarti disautonomia familial, selain gejala
lain seperti lidah yang rata karena tidak adanya papilae fungiformis serta refluks gastroesofageal.
Nyeri pada sinus dan gigi perlu diperhatikan, dan perlu dilakukan pemeriksaan transiluminasi pada
sinus.
· Peningkatan suhu yang repetitif dan disertai menggigil sering terjadi pada anak dengan septikemi,
apapun sebabnya. Faring hiperemis dengan atau tanpa eksudat dapat merupakan gejala
mononukleosis infeksiosa, infeksi sitomegalovirus, toksoplasmosis, salmonelosis, tularemia,
sindroma Kawasaki, atau leptospirosis4.
· Pada kulit, perlu diperiksa adakah rash atau bintik merah. Kadang-kadang tanda ini patognomonik
pada beberapa penyakit, misal rash yang berbentuk morbiliformis berwarna salem khas untuk atritis
rematoid juvenilis atau Janewa’s lessions, atau bintik-bintik merah di telapak tangan dan kaki dapat
ditemukan pada pasien endokarditis bakterial.
· Pemeriksaan rektal dilakukan juga untuk mencari adakah adenopati atau nyeri tekan pararektal
yang dapat menjadi petunjuk adanya abses pelvis, iliakadenitis, atau osteomielitis pelvis. Adanya
perdarahan okult pada feses dari pemeriksaan rectal toucher dapat dicurigai adanya kolitis
granulomatosa, atau kolitis ulserativa.
Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang Lain
· Melakukan banyak pemeriksaan pada setiap anak dengan FUO untuk memeriksa setiap
kemungkinan penyakit sangat tidak dianjurkan karena menghabiskan banyak waktu dan biaya.
Sedangkan memperpanjang rawat inap di rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan-pemeriksaan
yang begitu banyak bahkan lebih mahal dan tidak efektif. Pemeriksaan diagnostis yang dilakukan
seharusnya disesuaikan dengan penyakitnya. Pada pasien dengan penyakit yang kritis, terpaksa
harus dilakukan pemeriksaan yang segera. Kadang-kadang bahkan cenderung terburu-buru, namun
pada penyakit yang kronik maka evaluasi dapat dilakukan dengan tenang dan penuh pertimbangan.
Pemeriksaan laboratorium inisial pada anak dengan FUO berturut-turut sebagai berikut:
Pemeriksaan darah lengkap, termasuk hitung jenis lekosit apusan darah tepi dan kecepatan enap
darah (KED).
Urinalisis dan kultur.
Pemeriksaan feses untuk darah okult dan kultur.
Rontgen thoraks (posisi PA dan lateral).
Pemeriksaan enzim transaminase, alkaline fosfatase, dan protein elektroforesis.
Kultur darah untuk bakteri aerob dan anaerob.
Pemeriksaan serologis termasuk VDRL, antibodi antinuclear, faktor rematoid, dan komplemen.
Analisis kadar elektrolit, glukosa, dan kalsium.
Tes kulit PPD, tetanus, candida, atau mumps1.
· Jumlah lekosit dan urinalisis mempunyai nilai diagnostik minimal pada anak-anak dengan FUO.
Nilai absolut netrofil <5000 sel/mL merupakan bukti kuat infeksi bakterial dan bukan demam tifoid.
Sebaliknya, bila lekosit pmn 10.000 sel/mL atau netrofil batang 500 sel/mL maka besar
kemungkinan pasien menderita infeksi bakterial berat. Pemeriksaan serologis dapat menunjang
diagnosis mononukleosis infeksiosa, infeksi CMV, toksoplasmosis, salmonelosis, tularemia,
bruselosis, leptospira, dan kadang artritis rematoid juvenilis.
· Pemeriksaan selanjutnya dilakukan untuk memperoleh data-data yang lebih spesifik pada kondisi
tertentu sesuai hasil pemeriksaan awal. Pemeriksaan yang dilakukan lebih invasif, termasuk di
antaranya adalah biopsi sumsum tulang. Pemeriksaan sumsum tulang untuk menentukan leukemia,
metastase, penyakit-penyakit infeksi bakteri, jamur, atau parasit, dan histiositosis, atau penyakit
penimbunan zat toksik (storage disease). Pemeriksaan rontgenologis seperti plain foto, IVP, dan
barium enema, yang berguna untuk menggambarkan densitas jaringan lunak, pengumpulan udara
yang abnormal, atau kelainan struktur organ dalam. Pemeriksaan dengan USG cukup mudah dan
berguna untuk menentukan adanya massa dan struktur organ dalam tanpa tindakan invasif.
Echocardiogram dapat menunjukkan adanya vegetasi pada katub jantung, seperti pada endokarditis
bakterial.
· Evaluasi selanjutnya melibatkan pemeriksaan yang lebih kompleks, intervensi bedah, dan
percobaan terapeutik. Prosedur-prosedur yang dilakukan mempunyai risiko morbiditas dan
mortalitas yang lebih besar dibanding evaluasi sebelumnya, dan tentu saja secara materi lebih
mahal. Prosedur pemeriksaan ini meliputi CT scan, magnetic resonance imaging (MRI), bone scans,
atau citrate-gallium scans, limfangiogram, arteriogram, biopsi pada lesi yang mencurigakan, serta
lapatatomi eksplorasi.
· CT scan sangat membantu mengidentifikasi lesi-lesi di kepala, leher, dada, ruang retroperitoneal,
hati, lien, limfonodi intraabdominal dan intrathoraks, ginjal, pelvis, serta mediastinum.
Terapi
· Terapi untuk anak-anak dengan FUO belum dapat ditetapkan. Salah satu pendekatan adalah
dengan mengelompokkan pasien ini ke dalam kelompok risiko tinggi atau rendah untuk bakteremia
dan penyakit-penyakit bakterial yang serius lainnya. Pasien yang termasuk kelompok risiko tinggi
mempunyai cukup alasan untuk mendapatkan antibiotik yang telah terbukti secara empiris sambil
menunggu hasil kultur. Sedangkan anak-anak dengan risiko kecil tidak perlu antibiotik dan
antipiretik sampai diagnosis dapat dibuktikan. Setelah evaluasi cukup lengkap maka antipiretik
dapat diberikan untuk mengendalikan demam.
Prognosis
· Prognosis FUO pada anak lebih baik daripada pasien dewasa karena rendahnya frekuensi kasus
keganasan1,4,8. Banyak kasus di mana diagnosis tak dapat ditegakkan, tapi demam dapat sembuh
secara spontan. Sebanyak 25% kasus dengan demam yang persisten, penyebab demam masih tetap
tak diketahui meskipun telah melalui evaluasi yang menyeluruh.
ENDPOINTS
· Fever of Unknown Origin adalah demam dengan suhu 38o C yang diderita selama lebih dari satu
minggu dengan diagnosis yang tidak dapat ditegakkan setelah satu minggu penelusuran di rumah
sakit. Terdapat beberapa klasifikasi FUO dengan berbagai macam kemungkinan penyebab tersering.
Namun, sebenarnya penyakit yang melatarbelakangi FUO adalah penyakit-penyakit yang sering
diderita di masyarakat, misalnya infeksi saluran kencing, atau infeksi saluran nafas, baik oleh
bakteri, virus, maupun agen spesifik lainnya.
· Untuk membantu menegakkan diagnosis, sangat penting mengetahui etiologi tersering pada anak,
epidemiologi penyakit anak di daerah tersebut, anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik yang
teliti, pemeriksaan laboratorium, dan penunjang yang tepat sesuai kepentingannya.
· Intervensi terapi seperti pemberian antipiretik dan antibiotik tanpa alasan yang kuat tidak
dianjurkan karena dapat mengganggu proses diagnostik.
Daftar Pustaka
Powell, Keith R. 1996 Fever Without Focus in Nelson Textbook of Pediatrics, 15th ed., WB
Saunders, USA
Black, Steven B. 1987 Fever of Unknown Origin in Pediatrics, 18th ed., Appleton & Lange, USA
Kaminstein, David S. 2001 Fever of Unknown Origin, http//www.aheathyme.com
Durack, DT and Street, AC 1991 Fever of Unknown Origin – Reexamined and Redefined in
Current Clinical Topics in Infectious Diseases, JS Remington, MN Swartz (eds), Cambridge, MA
(http//www.ccm.lsumc.edu/bugbytes)
Pickering, Larry and Kohl, Steve 1990 Fever of Unknown Origin in Nelson Essentials of Pediatrics,
WB Saunders Co, USA
Arnow, PM., Flaherty, JP. 1997 Fever of Unknown Origin, Lancet 350:575-580
Demam adalah respon fisiologis tubuh dengan cara meningkatkan temperature tubuh diatas normal
PATHOGENESIS INFEKSI
1. Agent
2. Environment
Environment adalah sumber tranmisi yang mempengaruhi infeksi
Faktor lingkungan yang mempengaruhi adalah :
Faktor fisik : suhu dingin,panas, perubahan cuaca, kelembaban udara
Faktor biologi , termasuk kepadatan penduduk, ketersediaan makanan.
Sosialekonomi dan kebiasaan seperti pekerjaan, bencana alam.
SUMBER INFEKSI
1. Infeksi endogen : Flora normal tubuh
Flora normal pada bagian tubuh yang terpapar oleh lingkungan seperti mulut , hidung, oropharynx,
vagina, bagian depan urethra, kulit dan usus
2. Infeksi eksogen : microorganisme eksogen
Kontaminasi langsung : udara, tanah, air, hewan, manusia yang terinfeksi.
HOST
AGENT ENVIRONMENT
Zoonoses : brucellosis, plaque, rabies, leptospirosis
Penularan melalui arthropoda seperti lalat, nyamuk ( infeksi dengue, malaria) dan kutu.
Manusia adalah sumber paling penting yang menyebabkan infeksi eksogen.
Diagnosis demam :
1. Riwayat penyakit
2. Pemeriksan fisik
Pola demam
3. Pemeriksaan laboratorium , Radiologis dan Histopatologis
Gejala klinis yang dapat timbul akibat infeksi adalah
Tanda / Gejala Efek Metabolisme Benefit for Host
Demam Terjadi peningkatan konsumsi
energy untuk memperbaiki
suhu tubuh pada keadaan
normal
Anorexia
Lethargy
Myalgia
Jenis - Jenis Demam
1. Demam Septik:Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam Remiten:Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
3. Demam Intermiten:Pada tipe damam intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam Kontinyu:Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam Siklik:Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Penyebab Demam
Suatu tipe demam kadang-kadang dapat dihubungkan dengan suatu penyakit tertentu, seperti misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas, misalnya : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing atau malaria; tetapi kadan-kadang sama sakit, biasanya digolongkan sebagai influenza atau common cold. Dalam peraktek 90 % dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influenza atau penyakit virus sejenis lainnya. Namum hal ini tidak berarti bahwa kita tidak harus tetap waspada terhadap suatu infeksi bakterial.
Kausa demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, karena keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat. Juga gangguan pada pusat regulasi suhu sentral dapat menyebabkan peninggian temperatur seperti pada heat stroke, perdarahan otak, koma atau gangguan sentral lainnya. Pada perdarahan internal pada saat terjadinya reabsorpsi darah dapat pula menyebabkan peningkatan temperatur. Kemungkinan beberapa hal secara khusus perlu diperhatikan pada demam, adalah cara timbul demam, lama demam, sifat harian demam, tinggi demam dan keluhan serta gejala lain yang menyertai demam. Demam yang tiba-tiba tinggi lebih sering disebabkan oleh penyakit virus.
2.
Demam Yg Tidak Diketahui Penyebabnya
DEFINISI
Demam Yang Tidak Diketahui Penyebabnya (Fever of Unknown Origin, FUO) pada anak-anak
terjadi jika pengukuran suhu tubuh badan melalui rektum, yang dilakukan minimal sebanyak 4 kali
selama minimal 2 minggu, menunjukkan angka 38,5? Celsius dan tidak diketahui penyebabnya.
Demam jangka pendek seringkali terjadi pada anak-anak akibat infeksi saluran pernafasan; FUO
merupakan demam yang berlangsung lebih lama.
Demam yang berlangsung lama bisa merupakan petunjuk dari suatu penyakit yang serius, yang
memerlukan pemeriksaan medis lebih luas.
PENYEBAB
Di AS, sekitar 50% kasus FUO pada akhirnya didiagnosis sebagai suatu infeksi. Infeksi ini
berlainan, tergantung kepada usia anak.
Pada 65% anak yang berumur kurang dari 6 tahun, penyebabnya adalah infeksi virus, terutama pada
saluran pernafasan bagian atas (sinus, hidung dan tenggorokan).
Pada anak yang berumur lebih dari 6 tahun, cenderung lebih banyak ditemukan infeksi pada lapisan
jantung (endokarditis) atau mononukleosis infeksiosa.
Pada anak berumur lebih dari 6 tahun, 20% dari FUO disebabkan oleh penyakit autoimun, seperti
artritis rematoid juvenil, penyakit peradangan usus dan lupus eritematosus sistemik.
Kanker, terutama leukemia atau limfoma, merupakan 10% dari penyebab FUO.
Pada 10% kasus, penyebabnya berupa alergi obat, sindroma Kawasaki, penyakit genetik dan
peradangan pada berbagai organ (misalnya tulang, kelenjar tiroid, pankreas atau otak dan korda
spinali).
Pada 15% kasus, penyebabnya tidak pernah diketahui, meskipun telah dilakukan pemeriksaan yang
menyeluruh.
GEJALA
FUO dibedakan dengan demam lainnya dari lamanya demam berlangsung. Demam seringkali
datang dan pergi selama minimal 2 minggu.
Gejala umum berupa:
- Nafsu makan berkurang
- Penurunan berat badan
- Lelah
- Menggigil
- Berkeringat.
Gejala khusus:
- Gejala kulit (misalnya gatal-gatal, ruam kulit, perubahan warna kulit)
- Nyeri dada
- Sesak nafas
- Murmur (bunyi jantung tambahan)
- Penyakit persendian
- Pembesaran kelenjar getah bening.
DIAGNOSA
FUO dibedakan dari demam lainnya dari lamanya demam berlangsung. Demam seringkali datang
dan pergi selama minimal 2 minggu.
Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan fisik. pemeriksaan darah, air kemih dan
rontgen.
PENGOBATAN
Untuk menurunkan suhu tubuh sebaiknya diberikan asetaminofen.
Mungkin perlu diberikan antibiotik.