Transcript

LAPORAN PRAKTIKUM ANFISMANDENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH

NAMA KELOMPOK I / KP J :1. Putu Agus Andika P.(110114511)2. Muhammad Helmi(110114509)3. Nuriana Fajar P(110114502)4. Anik Faradinah S(110114497)5. Fatimatus Zehroh(110114477) 6. Handriana Estorina A(110114493)7. Dwi Astrini Hatta(110114491)8. Belinda Asda Maulida (110114492)

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SURABAYA2014

Denyut Nadi dan Tekanan Darah 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami persembahkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul Denyut Nadi dan Tekanan Darah dari sumber yang berbeda dengan baik.Sebelumnya, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah memberikan tugas ini dan yang telah membimbing kami dalam penyelesaian tugas kelompok ini, sehingga kami dapat menyelesaikan dengan baik.Kami menyadari berbagai kelemahan dan keterbatasan yang ada, sehingga terbuka kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penulisan makalah ini. Kami sangat memerlukan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca makalah ini, terutama Dosen Pembimbing untuk penyempurnaan makalah ini.Demikianlah yang dapat kami sampaikan, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Surabaya, Oktober 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Kata pengantariDaftar isiiiBAB I. PENDAHULUANI. Dasar teori1II. Tujuan10III. Rumusan masalah10BAB II. METODE KERJAI. Sarana11II. Prosedur kerja11BAB III. HASIL PRAKTIKUM15BAB IV. PEMBASAHAN19BAB V. PENUTUPKesimpulan24Daftar Pustaka

Denyut Nadi dan Tekanan Darah 1

BAB IPENDAHULUAN

I. DASAR TEORI1. Denyut JantungDenyut jantung adalah jumlah denyutan jantung per satuan waktu, biasanya per menit. Denyut jantung didasarkan pada jumlah kontraksi ventrikel (bilik bawah jantung). Denyut jantung mungkin terlalu cepat (takikardia) atau terlalu lambat (bradikardia). Denyut nadi adalah denyutan arteri dari gelombang darah yang mengalir melalui pembuluh darah sebagai akibat dari denyutan jantung. Denyut dapat dirasakan di titik manapun yang arterinya terletak dekat permukaan kulit dan dibantali dengan sesuatu yang keras. Arteri yang biasa teraba adalah arteri radial pada pergelangan tangan. Dua bunyi jantung sebanding dengan satu denyut nadi. Frekuensi denyut nadi memberikan informasi mengenai kerja jantung, pembuluh darah, dan sirkulasi.Denyut jantung yang optimal untuk setiap individu berbeda-beda tergantung pada kapan waktu mengukur detak jantung tersebut (saat istirahat atau setelah berolahraga). Variasi dalam detak jantung sesuai dengan jumlah oksigen yang diperlukan oleh tubuh saat itu. Detak jantung atau juga dikenal dengan denyut nadi adalah tanda penting dalam bidang medis yang bermanfaat untuk mengevaluasi dengan cepat kesehatan atau mengetahui kebugaran seseorang secara umum.Macam-macam Denyut Nadi, antara lain : Denyut Nadi Maksimal (Maximal Heart Rate) Denyut nadi maksimal adalah maksimal denyut nadi yang dapat dilakukan pada saat melakukan aktivitas maksimal. Denyut Nadi LatihanDenyut nadi latihan dilakukan pengukuran setelah menyelesaikan satu set latihan dan ini bisa memantau intensitas latihan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Denyut Nadi Istirahat (Resting Heart Rate)Denyut nadi istirahat adalah denyut nadi yang diukur saat istirahat dan tidak setelah melakukan aktivitas. Pengukuran denyut nadi ini dapat menggambarkan tingkat kesegaran jasmani seseorang. Pengukuran ini dilakukan selama 10 sampai 15 detik. Denyut Nadi Pemulihan (Recovery Heart Rate)Denyut nadi pemulihan adalah jumlah denyut nadi per menit yang diukur setelah istirahat 2 sampai 5 menit. Pengukuran ini diperlukan untuk melihat seberapa cepat kemampuan tubuh seseorang melakukan pemulihan setelah melakukan aktivitas yang berat.Denyut jantung yang normal yakni berkisar antara 60 - 100 kali per menit, dengan rata rata denyutan 75 kali per menit. Sedangkan untuk denyut jantung lambat (Bradikardia) frekuensinya kurang dari 60 kali per menit dan untuk denyut jantung yang cepat (Takikardia) frekuensinya lebih dari 100 kali per menit. Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang berdasarkan sistol dan distole dari jantung.Cara menghitung denyut nadi seseorang adalah dengan cara meletakkan ujung jari 2, 3, dan 4 yang diletakkan rapat sejajar pada pergelangan tangan kanan (jangan menggunakan ibu jari), atau meraba daerah leher disamping tenggorokan, atau dapat juga dengan secara langsung menempelkan telinga pada dada orang yang akan diperiksa untuk mendengar detak jantungnya.Denyut nadi pada orang yang sedang berisitirahat adalah sekita 60 80 per menit untuk orang dewasa, 80 100 per menit untuk anak-anak, dan 100 140 per menit pada bayi. Namun denyut nadi bisa lebih cepat jika seseorang dalam keadaan ketakutan, habis berolah raga, atau sakit. Umumnya denyut nadi akan meningkat sekitar 20 kali per menit untuk setiap satu derajat celcius penderita sakit panas.Denyut nadi yang terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak beraturan dapat berarti gangguan pada jantung. Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut Bradicardi. Sedangakan jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut Tachicardi.2. Tekanan DarahTekanan darah adalah daya dorong darah ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup, yaitu pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Tekanan darah berasal dari aksi pemompaan jantung memberikan tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh - pembuluh. Darah mengalir melalui sistem pembuluh tertutup karena ada perbedaan tekanan atau gradien tekanan antara ventrikel kiri dan atrium kanan.Tekanan ventrikuler kiri berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah 0 mmHg saat diastole. Tekanan aorta berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah 80 mmHg, tekanan diastole tetap dipertahankan dalam arteri karena adanya efek lontar balik dari dinding elastis aorta. Rata-rata tekanan aorta adalah 100 mmHg. Tekanan sistole adalah tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung . Sedangkan tekanan diastole adalah tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan.Perubahan tekanan sirkulasi sistemik yaitu darah mengalir dari aorta (dengan tekanan 100 mmHg menuju arteri dengan perubahan tekanan dari 100 mmHg sampai 40 mmHg) ke arteriol (dengan tekanan 25 mmHg di ujung arteri sampai 10 mmHg di ujung vena) masuk ke vena (dengan perubahan tekanan dari 10 mmHg sampai ke 5 mmHg) menuju ke vena cava superior dan inferior (dengan tekanan 2 mmHg) dan sampai ke atrium kanan (dengan tekanan 0 mmHg).Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada orang dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari. Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu dikatakan mengalami masalah darah tinggi (Hipertensi). Penderita darah tinggi mesti sekurang-kurangnya mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah pada orang yang rata-rata sehat antara lain: Faktor Fisiologis :a. Curah jantung, tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung (ditentukan berdasarkan isi sekuncup dan frekuensi jantungnya). Semakin tinggi curah jantung maka tekanan darah semakin meningkat.b. Kelenturan dinding arteri.c. Volume darah, semakin besar volume darah maka semakin tinggi tekanan darah.d. Viskositas darah, semakin banyak kandungan protein dan sel darah dalam plasma, semakin besar tahanan terhadap aliran darah sehingga tekanan darah akan meningkat.e. Panjang pembuluh. Semakin panjang pembuluh, semakin besar tahanan terhadap aliran darah sehingga tekanan darah akan meningkat. Faktor Sosiologis :a. Usia, tekanan darah akan bertambah secara berangsur-angsur sampai masa puber. Pada usia 20 tahun, tekanan darah rata-rata normal biasanya 120/80 mmHg.b. Aktivitas, adanya aktivitas yang dilakukan seperti berolahraga atau melakukan kegiatan-kegiatan yang berat akan menaikkan tekanan darah karena tubuh membutuhkan energi sehingga membutuhkan aliran untuk menyuplai oksigen dan nutrisi.c. Posisi Tubuh, orang yang berbaring memiliki tekanan darah yang lebih kecil dibandingkan saat duduk atau berdiri, hal ini disebabkan karena usaha yang dilakukan oleh jantung untuk memompa darah lebih kecil jika dibandingkan dengan posisi tubuh saat duduk maupun berdiri. Pada saat berbaring letak jantung berada sejajar dengan tubuh sehingga tidak dipengaruhi oleh gravitasi bumi. Pada saat duduk tubuh berada pada posisi vertikal, sehingga jantung harus memompa darah lebih keras. Pada saat berdiri akan didapatkan denyut nadi dan tekanan darah tertinggi karena energi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berdiri lebih besar jika dibandingkan dengan energi pada saat posisi berbaring maupun duduk karena tekanan darah arteri berpusat dikaki dan mendapat tambahan tekanan hidrostatis kolom darah dibadan, sedangkan dikepala tidak. Tekanan yang didapat juga akan lebih tinggi karena lebih melawan arah gravitasi.d. Emosi . Perasaan emosi seperti marah, takut, dan gembira umumnya akan dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah karena hal ini diakibatkan oleh terangsangnya saraf parasimpatis.e. Jenis kelamin. Pria biasanya memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita pada usia yang sama. Dan wanita cenderung memiliki tekanan darah rendah karena komposisi lemak pada tubuhnya lebih banyak sehingga membutuhkan oksigen lebih banyak untuk pembakaran.

Dari kontraksi dan relaksasi yang dilakukan jantung aliran darah yang masuk ke dalam arteri mengakibatkan tekanan darah naik dan turun pada setiap detak jantung, sehingga tekanan darah dapat diukur dan terbagi atas dua bagian yaitu :1. Tekanan Sistolik adalah tekanan darah dalam puncak kontraksi ventrikular. 2. Tekanan Diastolik adalah tekanan saat ventrikel jantung berelaksasi.Pengaturan tekanan darah juga dipengaruhi oleh pengaturan saraf, yaitu pusat vasomotorik pada medula otak yang mengatur tekanan darah, pusat kardioakselerator dan kardioinhibitor yang mengatur curah jantung. Selain dipengaruhi oleh pengaturan saraf, pengaturan tekanan darah juga dipengaruhi oleh pengaturan kimia dan hormonal. Ada sejumlah zat kimia yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi tekanan darah, diantaranya hormon medula adrenal, hormon antideuretik dan oksitosin, angiotensin, berbagai amina dan pepetida dan prostaglandin.Selama masa diastole (relaksasi), tekanan dalam atrium dan ventrikel sama-sama rendah, tetapi tekanan atrium lebih besar dari tekanan ventrikel. Atrium secara pasif terus menerus menerima darah dari vena (vena kava superior dan inferior, vena pulmonar). Kemudian darah mengalir dari atrium menuju ventrikel melalui katup A-V yang terbuka. Tekanan ventrikular mulai meningkat saat ventrikel mengembang untuk menerima darah yang masuk. Katup semilunar aorta dan pulmonari menutup karena tekanan dalam pembuluh-pembuluh lebih besar daripada tekanan dalam ventrikel. Sekitar 70% pengisian ventricular berlangsung sebelum sistole atrial (Sloane, 2004). Tekanan darah yang diukur secara tidak langsung dapat melalui metode auskultasi dengan menggunakan sphygmomanometer. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Peralatannya terdiri dari sebuah manset lengan utuk menghentikan aliran darah arteri brachial, sebuah manometer raksa untuk membaca tekanan, sebuah bulb memompa manset untuk menghentikan aliran darah arteri brachial dan sebuah katup untuk mengeluarkan udara dari manset. Sebuah stetoskop dipakai untuk mendeteksi bunyi korotkoff yaitu bunyi semburan darah yang melalui sebagian pembuluh darah tertutup. Tekanan darah rata-rata pada pria dewasa muda adalah 120/80 mmHg. Tekanan darah pada wanita dewasa biasanya lebih kecil 10 mmHg dari tekanan darah pria dewasa muda.

Metode Pengukuran Tekanan DarahPengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada beberapa bagian tubuh, diantaranya lengan atas, lengan bawah, kaki dan paha dengan menggunakan dua metode yaitu metode pengukuran langsung dan tidak langsung.1. Metode langsung (Direct Methods), metode yang menggunakan kannula atau jarum yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah dan dihubungkan dengan manometer air raksa atau ukuran dasar ketegangan yang sesuai dan suatu osiloskop diatur untuk menulis secara langsung pada potongan kertas yang bergerak.2. Metode tidak langsung (Indirect Methods), metode ini menggunakan sphygmomanometer. Dengan metode ini tekanan darah diukur dengan dua cara yaitu metode palpasi dan metode auskultasi.

Metode AuskultasiTekanan darah diukur secara tidak langsung melalui metode auskultasi dengan menggunakan sphygmomanometer. Peralatannya terdiri dari dari sebuah manset lengan untuk menghentikan aliran darah arteri brakial, sebuah manometer raksa untuk membaca tekanan, sebuah bulb pemompa manset untuk menghentikan aliran darah arteri brakial, sebuah katup untuk mengeluarkan udara dari manset, dan sebuah stetoskop dipakai untuk mendeteksi awal dan akhir bunyi Korotkoff, yaitu bunyi semburan darah yang melalui sebagian pembuluh yang tertutup. Bunyi dan pembacaan angka pada kolom raksa secara bersamaan merupakan cara untuk menentukan tekanan sistolik dan diastolik. Bunyi Korotkoff dianggap disebabkan oleh darah yang memancar tepat sewaktu pembuluh terbuka selama tiap siklus denyut itu. Pancaran tersebut menyebabkan turbulensi di dalam pembuluh yang lama di luar manset, dan ini menimbulkan getaran yang terdengar melalui stetoskop (Guyton, 1995).Dalam menentukan tekanan darah dengan metode Auskultasi, tekanan di dalam manset mula-mula ditinggikan jauh di atas tekanan sistolik arteri. Selama tekanan ini lebih tinggi daripada tekanan sistolik, arteri brakialis tetap kempis dan tidak ada darah yang mengalir ke dalam arteri yang lebih rendah selama bagian siklus tekanan manapun. Oleh karena itu, tidak ada bunyi Korotkoff yang terdengar di arteri yang lebih rendah. Tetapi kemudian tekanan manset dikurangi secara bertahap. Tepat segera setelah tekanan di dalam manset turun di bawah tekanan sistolik, darah mengalir melalui arteri di bawah manset selama puncak dari tekanan sistolik, dan orang mulai mendengar bunyi ketukan di dalam arteria antekubiti yang sinkron dengan denyut jantung. Segera setelah bunyi ini terdengar tingkat tekanan yang ditunjukkan oleh manometer yang dihubungkan dengan manset kira-kira sama dengan tekanan sistolik (Guyton, 1995).Ketika tekanan di dalam manset lebih direndahkan, kualitas bunyi Korotkoff berubah, yang kualitas ketukannya berkurang tetapi lebih banyak kualitas kasar berirama. Akhirnya sewaktu tekanan darah manset turun sama dengan tekanan diastolik, maka arteri tidak lagi menutup selama diastol yang berarti bahwa faktor dasar yang menyebabkan bunyi (pancaran darah melalui arteri yang tertekan) tidak ada lagi. Sehingga bunyi ini mendadak berubah menjadi kualitas tidak nyaring lalu hilang. Tekanan manometer pada saat ini kira-kira sama dengan tekanan diastolik (Guyton, 1995).Tekanan arteri relatif konstan apabila seseorang duduk atau berdiri setelah berbaring. Segera setelah berdiri, tekanan arteri di dalam kepala dan tubuh bagian atas cenderung untuk turun dengan jelas, dan penurunan tekanan yang besar ini dapat menyebabkan hilangnya kesadaran. Namun, penurunan tekanan pada baroreseptor merangsang suatu refleks segera, yang menimbulkan pencetusan rangsang sistematis yang kuat di seluruh tubuh, dan ini meminimumkan pengurangan tekanan di dalam kepala dan tubuh bagian atas (Guyton, 1995).

Gambar. Pengukuran Tekanan Darah Arteri. Tekanan Darah Arteri diukur dengan sphygmomanometer, terdiri dari manset, pengukur tekanan, dan stetoskopMetode auskultasi dilakukan dengan menggunakan stetoskop dan sphygmomanometer hingga terdengar bunyi yang mengikuti lima fase korotkoff yaitu: Fase 1: bunyi terdengar seperti ketukan yang kuat dan menghentak (tekanan sistolik)Fase 2: bunyi mulai melemah dan terdengar lembutFase 3: bunyi berubah menjadi seperti suara bisikan Fase 4: bunyi melemah seperti tiupan angin dan hampir tak terdengarFase 5: bunyi hilang (tekanan diastolik)

Tekanan darah rata rata pada pria dewasa muda adalah sistolik 120 mmHg dan diastolik 80 mmHg biasanya ditulis 120/80. Tekanan darah pada wanita dewasa muda, baik sistolik maupun diastolik biasanya lebih kecil 10 mmHg dari tekanan darah laki laki dewasa muda (Ethel Sloane).

Metode PalpasiPada metode palpasi tekanan sistolik dapat ditentukan dengan memompa manset lengan dan kemudian membiarkan tekanan turun dan tentukan tekanan pada saat denyut radialis pertama kali teraba. Oleh karena itu kesukaran menentukan secara pasti kapan denyut pertama teraba, tekanan yang diperoleh dengan metode palpasi biasanya 2-5 mmHg lebih rendah dibanding dengan yang diukur dengan metode auskultasi.Dengan stetoskop kita dapat mendengar denyut jantung normal yang biasanya dideskripsikan sebagai lib,dub,lub,dub.... Bunyi lub dikaitkan dengan penutupan katup atrioventrikuler (A-V) pada permulaan sistole, dan bunyi dub dikaitkan dengan penutupan katup semilunaris (aorta dan pulmonaris) pada akhir sistole. Bunyi lub disebut bunyi jantung yang pertama, dan dub sebagai bunyi jantung kedua karena siklus normal jantung dianggap dimulai pada permulaan sistole ketika katup A-V menutup.Penyebab bunyi jantung adalah getaran pada katup yang tegang segera setelah penutupan bersama dengan getaran darah yang berdekatan, dinding jantung, dan pembuluh-pembuluh jantung.Ketika tekanan pada menset diturunkan biasanya suara korotkoff seringkali menghilang di atas tekanan diastolik dan muncul kembali ketika tekanan lebih rendah setelahnya. Untuk pengukuran tekanan sistolik akan lebih baik bila meningkatkan tekanan manset terlebih dahulu sampai denyut nadi pada pergelangan tangan tidak dapat dirasakan. Kira-kira tekanan ditingkatkan diatas tekanan sistolik pada umumnya (>120 mmHg) kemudian diturunkan untuk merasakan denyut pertama. Dengan demikan, kesalahan pengukuran tekanan darah dapat dikurangi (Ganong, 1999).

II. TUJUAN1. Mempelajari dan mengetahui pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah.2. Mempelajari dan mengetahui pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah.

III. RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah?2. Bagaimana pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah?

BAB IIMETODE KERJA

I. SARANAAlat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :Stopwatch, sphygmomanometer (tensimeter), stethoscope, bangku dan metronom.

II. PROSEDUR KERJAA. Memeriksa denyut nadi1. Orang coba berbaring terlentang tenang 2-3 menit di meja periksa/tempat tidur dengan kedua lengan diletakkan di samping tubuh.2. Periksalah dneyut nadi A.radialis dextra ujung jari II-III-IV yang diletakkan rapat sejajar satu dengan yang lain, longitudinal di atas A.radialis tersebut. Tentukan : frekuensi (berapa kali permenit) dan iramanya (teratur atau tidak).

B. Pengukuran tekanan darah secara palpasi1. Orang coba berbaring terlentang, lengan yang hendak diukur tekanan darahnya (lengan kanan) di samping tubuh.2. Pasanglah manset pada lengan kanan atas (jangan terlalu ketat atau terlalu longgar), sekitar 3 cm di atas fossa cubiti.3. Raba dan rasakan denyut Arteri radialis dextra.4. Putar sekrup pada pompa udara searah jarum jam sampai maksimal untuk mencegah udara keluar dari manset, lalu pompakan udara ke dalam manset. Pada suatu saat denyut A.radialis dextra menghilang (tak teraba). Teruslah memompa sampai tinggi air raksa dalam manometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik dimana denyut A.radialis dextra tadi mulai menghilang.5. Keluarkan udara dari manset secara pelan dan berkesinambungan (dengan memutar sekrup pada pompa udara denyut A.radialis teraba kembali. Ini menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara palpasi.

C. Pengukuran tekanan darah secara auskultasi1. Orang coba tetap berbaring terlentang dengan manset tetap terpasang di lengan kanan atas. Posisi lengan kanan tetap disamping tubuh.2. Tentukan letak A. Brachialis dextra secara palpasi pada fossa cubiti, letakkan diafragma stetoskop diatas A. Brachialis dextra tersebut.3. Putar sekrup pada pompa udara searah jarum jam sampai maksimal untuk mencegah udara keluar dari manset, lalu pompakan udara kedalam manset. Anda akan mendengar suara bising A. Brachialis dextra melalui stetoskop. Pada suatu saat suara bising tersebut akan menghilang (tak terdengar). Teruslah memompa sampai tinggi air raksa dalam menometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi daripada titik dimana suara bising A. Brachialis dextra tadi mulai menghilang.4. Keluarkan udara dari manset secara pelan dan berkesinambungan, maka anda akan mendengar suara-suara Korotkoff I-V. Tekanan udara dimana terdengar Korotkoff I menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara auskultasi, sedangkan tekanan dimana terdengar Korotkoff IV atau V menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara auskultasi.D. Pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah1. a. Pilih satu mahasiswa coba (MC 1)b. Pilih satu mahasiswa bertugas memeriksa denyut nadi MC 1 pada arteri radialis sinistra selama praktikum point A.c. Pilih satu mahasiswa yang bertugad megukur tekanan darah MC 1 pada lengan kanan secara auskultasi selama praktikum point A.d. Pilih satu mahasiswa untuk mencatat data.2. MC 1 berbaring terlentang selama 2-3 menit kemudian tentrukan frekuensi dan irama dneyut arteria radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-masing diukur tiga kali berturut-turut) selanjutnya hitung nilai rata-ratanya.3. MC 1 disuruh duduk tenang selama 2-3 menit, kemudian tentukan frekuensi dan irama denyut arteria radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-masing diukur tiga kali berturut-turut) selanjutnya hitung nilai rata-ratanya.4. MC 1 disuruh berdiri tenang dengan sikap anatomis selama 2-3 menit, kemudian tentukan frekuensi dan irama denyut arteria radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-masing diukur tiga kali berturut-turut) selanjutnya hitung nilai rata-ratanya.Bila didalam tiga kali pengukuran secara berturut-turut terdapat perbedaan yang besar, gunakan interval waktu 2 menit.

E. Pengaruh aktivitas fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah1. a. Pilih satu mahasiswa coba (MC 2)b. Pilih satu mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MC 2 pada arteri radialis sinistra selama praktikum point B.c. Pilih satu mahasiswa yang bertugas mengukur tekanan darah MC 2 pada lengan kanan secara auskultasi selama point B.d. Pilih satu mahasiswa untuk mencatat data.2. MC 2 disuruh duduk tenang selama 2-3 menit, kemudian periksa frekuensi dan irama denyut arteria radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-masing diukur tiga kali berturut-turut). Catat frekuensi dan irama denyut arteri radialis sinistra serta tekanan sistolik dan diastolik, selanjutnya hitung nilai rata-ratanya.3. Dengan manchet tetap terpasang pada lengan atas kanan (hubungan manchet dengan skala manometer dilepas), MC 2 melakukan latihan fisik dengan cara Step Test (naik turun bangku) 20 kali/menit selama dua menit dengan dipandu oleh irama metronom yang disetting pada frekuensi 80 ketukan per menit.4. Setelah step test berakhir, MC 2 disuruh degera duduk, perikslah frekuensi denyut arteri aradialis sinistra dan tekanan darahya masing-masing satu kali. Data ini diharapkan tercatat tepat 1 menit setelah step test berakhir.5. Teruskan memeriksa frekuensi denyut arteri radialis sinistra dan tekanan darah dengan interval 2 menit (menit ke 3, menit ke 5, menit ke 7, dstnya) sampai nilainya kembali seperti keadaan sebelum latihan.Untuk setiap saat/interval, pengukuran frekuensi denyut arteri radialis sinistra dan tekanan darah hanya diukur satu kali.

BAB IIIHASIL PRAKTIKUM

1. Data pemeriksaan denyut nadi, tekanan darah palpasi dan tekanan darah auskultasi

Nama Manusia CobaDenyut NadiTekanan Darah PalpasiTekanan Darah Auskultasi

Nuriana Fajar P.1. 732. 833. 841. 1102. 1103. 1001. 110/802. 110/813. 110/80

Mean81,67106,67110/80,3

2. Data pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah

Posisi TubuhDenyut NadiTekanan Sistolik (auskultasi)Tekanan Diastolik (auskultasi)

Berbaring terlentang1. 732. 703. 65Mean = 69,31. 902. 903. 91Mean = 90,31. 802. 803. 80Mean = 80

Duduk1. 792. 803. 82Mean = 80,31. 942. 913. 90Mean = 91,671. 812. 813. 80Mean = 80,67

Berdiri1. 812. 753. 60Mean = 721. 902. 913. 90Mean = 90,31. 802. 803. 80Mean = 80

3. Data pengaruh aktivitas fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah

WaktuDenyut NadiTekanan Sistolik (auskultasi)Tekanan Diastolik (auskultasi)

Pra Latihan1. 712. 743. 74Mean = 731. 902. 903. 90Mean = 901. 702. 803. 80Mean = 76,67

Pasca

Menit ke-19511090

Menit ke-385115100

Menit ke-58311090

Menit ke-78110080

BAB IVPEMBAHASAN

I. Pemeriksaan Denyut Nadi, Tekanan Darah Palpasi, dan Tekanan DarahAuskultasi

Pengukuran Denyut NadiPengukuran denyut nadi dilakukan dengan merasakan denyut nadi pada pergelangan tangan kanan manusia coba I dengan objeknya adalah perempuan dewasa. Pada percobaan pemeriksaan denyut nadi, manusia coba I mempunyai frekuensi denyut nadi yang diukur 3 kali berturut turut dengan rentang waktu pengukuran tiap 1 menit dan didapatkan hasil seperti berikut: 73 kali/menit, 83 kali/menit, dan 84 kali/menit, dengan rata-rata 81,67 kali/menit dan iramanya teratur. Apabila frekuensi denyut nadi yang tidak teratur mungkin disebabkan karena kesalahan secara relatif yang dilakukan dalam menghitung denyut nadi tersebut. Ketidakteraturan irama jantung disebut artimia jantung. Artimia sering terjadi pada jantung yang tidak sehat. Artimia biasanya disebabkan oleh teh, kopi, atau minuman berkafein lainnya, alkohol, rokok, stress emosional, obat-obat diet penurun berat badan sampai ke obat-obat flu. Proses penyakit ini mempengaruhi simpul sinus menyebabkan bradikardia yang jelas disertai dengan pusing dan pingsan.

Pengukuran Tekanan Darah dengan Metode PalpasiHasil pengukuran tekanan darah sistolik perempuan dewasa yang sebagai manusia coba I dalam percobaan dengan metode palpasi dengan mengambil rentang waktu pengukuran tiap 1 menit selama 3 kali berturut - turut menunjukkan hasil sebagai berikut yaitu: hasil percobaan menit pertama menghasilkan tekanan darah sistolik sebesar 110 mmHg, setelah itu hasil percobaan menit kedua menghasilkan tekanan darah sistolik sebesar 110 mmHg, dan pada menit ketiga menghasilkan tekanan darah sistolik sebesar 100 mmHg, dan rata-rata pengukuran dari tiga kali pengukuran tersebut mendapatkan hasil tekanan darah sistolik dengan nilai 106,67 mmHg. Hal ini sudah sesuai dengan yang ada pada teori karena tekanan darah sistolik pada manusia coba I dengan objeknya adalah seorang perempuan dewasa dikatakan normal karena nilai daripada hasil percobaan pengukuran dengan metode palpasi yang umumnya berkisar antara 100 mmHg - 110 mmHg (biasanya lebih rendah 2-5 mmHg bila diukur dengan metode auskultasi) Pengukuran Tekanan Darah dengan Metode AuskultasiPada percobaan pengukuran tekanan darah dengan metode auskultasi pada manusia coba I dengan objeknya adalah seorang perempuan dewasa dengan mengambil rentang waktu pengukuran tiap 1 menit selama 3 kali berturut - turut menunjukkan hasil sebagai berikut yaitu: hasil percobaan menit pertama adalah (110/80), pada menit ke 2 adalah (110/81), dan pada menit ke 3 adalah (110/80), dan rata-rata hasil pengukurannya adalah (110/80,3). Hal ini berarti tekanan darah pada manusia coba yang objeknya adalah perempuan dewasa dikatakan normal karena memiliki tekanan sistolik sebesar 110 dan diastolik sebesar 80 (biasanya tekanan darah perempuan dewasa lebih kecil 10 mmHg dari tekanan darah pria dewasa muda yang pada umumnya bernilai 120/80).

II. Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah

Posisi berbaring terlentangHasil pengukuran denyut nadi manusia coba dengan objeknya adalah seorang perempuan dewasa dan pengukuran yang dilakukan adalah mengambil rentang waktu tiap 1 menit selama 3 kali berturut turut menunjukkan hasil sebagai berikut: pada menit pertama didapatkan hasil adalah 73 kali/menit, pada menit kedua adalah 70 kali/menit, dan pada menit ketiga adalah 65 kali/menit, dengan rata rata adalah 69,3 kali/menit. Hasil dari pengukuran denyut nadi ini dikatakan normal karena denyut nadi pada orang yang sedang berisitirahat adalah sekitar 60 80 kali per menit untuk orang dewasa.Dengan metode auskultasi, tekanan sistolik yang dihasilkan berturut turut adalah, menit pertama dengan nilai 90, menit kedua dengan nilai 90, dan menit ketiga dengan nilai 91, dengan rata rata yang didapatkan adalah bernilai 90,3. Sedangkan tekanan diastolik yang dihasilkan berturut turut adalah, menit pertama dengan nilai 80, menit kedua dengan nilai 80, dan menit ketiga dengan nilai 80, dengan rata rata adalah dengan nilai 80. Dari hasil pengukuran dengan metode auskultasi, posisi tubuh saat berbaring terlentang mempengaruhi jantung untuk melakukan usaha dalam memompa darah, karena posisi jantung yang terletak sejajar dengan posisi tubuh saat berbaring terlentang sehingga tekanan darah yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan saat berdiri maupun duduk.

Posisi dudukHasil pengukuran denyut nadi manusia coba dengan objeknya adalah seorang perempuan dewasa dan pengukuran yang dilakukan dengan mengambil rentang waktu tiap 1 menit selama 3 kali berturut turut menunjukkan hasil sebagai berikut: menit pertama didapatkan hasil adalah 79 kali/menit, menit kedua adalah 80 kali/menit, menit ketiga adalah 82 kali/menit, dengan rata rata adalah 80 kali/menit. Dengan metode auskultasi, tekanan sistolik yang dihasilkan berturut turut adalah, menit pertama dengan nilai 94, menit kedua dengan nilai 91, dan menit ketiga dengan nilai 90, dengan rata rata yang didapatkan adalah bernilai 91,67. Sedangkan tekanan diastolik yang dihasilkan berturut turut adalah, menit pertama dengan nilai 81, menit kedua dengan nilai 81, dan menit ketiga dengan nilai 80, dengan rata rata adalah bernilai 80,67. Dari hasil pengukuran ini didapatkan hasil yang sama ketika manusia coba berada pada posisi berbaring terlentang. Hal ini mungkin disebabkan karena kurang telitinya kami pada saat mengukur tekanan darah, yang semestinya tekanan darah yang dihasilkan nilainya lebih besar daripada ketika pada posisi tubuh terlentang karena pada saat duduk tubuh berada pada posisi vertikal, sehingga jantung harus memompa darah lebih keras. Posisi berdiriHasil pengukuran denyut nadi manusia coba dengan objeknya adalah seorang perempuan dewasa dan pengukuran yang dilakukan dengan mengambil rentang waktu tiap 1 menit selama 3 kali berturut turut menunjukkan hasil sebagai berikut: menit pertama didapatkan hasil adalah 81 kali/menit, menit kedua adalah 75 kali/menit, menit ketiga adalah 60 kali/menit, dengan rata rata adalah 72 kali/menit. Pada pengukuran denyut nadi pada posisi berdiri, hasil yang kami dapat adalah mempunyai nilai yang lebih kecil daripada posisi ketika duduk, hal ini mungkin disebabkan karena kurang telitinya kami dalam mengukur denyut nadi karena hasil yang sebenarnya, denyut nadi ketika posisi berdiri mempunyai nilai tertinggi dibandingkan pada saat posisi duduk maupun berbaring terlentang karena energi yang dibutuhkan lebih besar.Dengan metode auskultasi, tekanan sistolik yang dihasilkan berturut turut adalah, menit pertama dengan nilai 90, menit kedua dengan nilai 91, dan menit ketiga dengan nilai 90, dengan rata rata adalah bernilai 90. Sedangkan tekanan diastolik yang dihasilkan berturut turut adalah, menit pertama dengan nilai 80, menit kedua dengan nilai 80, dan menit ketiga dengan nilai 80, dengan rata rata adalah bernilai 80. Sama halnya dengan hasil dari pengukuran pada saat posisi tubuh berbaring terlentang maupun duduk, pada posisi tubuh berdiri hasil dari pengukuran tekanan darah yang didapatkan nilainya hampir sama. Hal ini mungkin disebabkan kurang telitinya kami pada saat mengukur tekanan darah, yang semestinya tekanan darah yang dihasilkan pada saat berdiri akan mempunyai nilai tekanan darah tertinggi karena energi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berdiri lebih besar jika dibandingkan dengan energi pada saat posisi berbaring maupun duduk karena tekanan darah arteri berpusat dikaki dan mendapat tambahan tekanan hidrostatis kolom darah dibadan, sedangkan dikepala tidak. Tekanan yang didapat juga akan lebih tinggi karena lebih melawan arah gravitasi. III. Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan DarahPra LatihanHasil pengukuran denyut nadi manusia coba dengan objeknya adalah seorang pria dewasa pada saat tahap pra latihan dengan pengukuran yang dilakukan secara 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil sebagai berikut, pengukuran pada menit pertama adalah 71 kali/menit, menit kedua adalah 74 kali/menit, dan menit ketiga adalah 74 kali/menit dan rata-rata yang dihasilkan menjadi 73 kali/menit. Dengan metode auskultasi tekanan sistolik yang dihasilkan berturut-turut yaitu, pada menit pertama dengan nilai 90, pada menit kedua dengan nilai 90 dan menit ketiga dengan nilai 90, dengan rata-rata yang didapat menjadi 90. Sedangkan tekanan diastolik yang dihasilkan yaitu, pada menit pertama dengan nilai 70, pada menit kedua dengan nilai 80, dan pada menit ketiga dengan nilai 80, dengan rata-rata yang didapat menjadi 76,67.Pasca LatihanHasil pengukuran denyut nadi setelah melakukan aktivitas fisik (naik turun bangku) 20 kali/menit selama 2 menit dengan dipandu oleh irama metronome yang telah diatur sebelumnya. Hasil pengukuran denyut nadi yang didapat pada tahap pasca latihan dengan diukur lewat rentang waktu tiap 2 menit sekali, maka didapatkan hasil pada menit pertama adalah dengan nilai 95 kali, menit ketiga adalah dengan nilai 85 kali, menit kelima adalah dengan nilai 83 kali dan menit ketujuh adalah dengan nilai 81 kali.Pada metode auskultasi tekanan sistolik yang dihasilkan berturut-turut pada menit pertama adalah dengan nilai 110, pada menit ketiga adalah dengan nilai 115, pada menit kelima adalah dengan nilai 110, dan pada menit ketujuh adalah dengan nilai 100. Sedangkan pada metode auskultasi tekanan diastolik yang dihasilkan berturut - turut adalah dengan nilai 90 pada menit pertama, dengan nilai 100 pada menit ketiga, dengan nilai 90 pada menit kelima, dan dengan nilai 80 pada menit ketujuh.Jadi, pada percobaan denyut nadi dan tekanan darah terhadap pengaruh aktivitas fisik ini, data yang kita dapat sudah sesuai dengan teori yang ada, yaitu bila kita melakukan aktivitas fisik, berlari atau berolahraga, tubuh kita terutama sel-sel yang terdapat di dalam tubuh memerlukan banyak asupan nutrisi dan oksigen. Sel-sel tersebut mendapatkan nutrisi dan oksigen melalui aliran darah yang dipompa oleh jantung, semakin cepat kerja sel, semakin banyak juga nutrisi dan oksigen yang diperlukan maka darah yang dialirkan harus cepat juga. Agar darah mengalir cepat maka jantung pun harus memompa lebih cepat sehingga denyut nadi dan tekanan darah menjadi naik.Pada data pengukuran kelompok kami, rata - rata pada menit ke 1 3 sesudah melakukan aktivitas fisik tekanan darah dan denyut nadi semula naik, dan baru pada menit ke 5 7 tekanan darah dan denyut nadi mengalami penurunan karena sudah masuk ke tahap pemulihan setelah melakukan aktivitas fisik.

BAB VKESIMPULAN

Pada metode tidak langsung (Indirect Methods), pengukuran tekanan darah dapat diukur dengan dua cara yaitu dengan metode palpasi dan metode auskultasi.

Terdapat faktor faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah baik secara fisiologis maupun sosiologis. Contoh faktor yang mempengaruhi tekanan darah secara fisiologis adalah curah jantung, kelenturan dinding arteri, volume darah, viskositas darah, dan panjang pembuluhContoh faktor yang mempengaruhi secara sosiologis selain posisi tubuh adalah usia, jenis kelamin, emosi, aktivitas.

Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap tekanan darah yang dimiliki oleh seseorang, karena ketika dalam posisi tubuh berbaring terlentang, jantung berada sejajar dengan tubuh dengan tidak melawan gaya gravitasi bumi sehingga usaha yang dilakukan jantung untuk memompa darah lebih kecil dibandingkan dengan posisi duduk atau berdiri yang melawan gravitasi bumi.

Pada percobaan pengaruh aktivitas fisik, tekanan darah dan denyut nadi yang diukur pada awalnya saat tahap pra latihan keadaanya normal, setelah melakukan aktivitas fisik tekanan darah dan denyut nadi menjadi naik, dan akhirnya pada tahap pemulihan denyut nadi dan tekanan darah menjadi normal kembali.

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, WF. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Guyton. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.7 bag.1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Modul Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia.Sloane, Ethel. 1995. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.


Recommended