Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.
Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive
391
DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI
Nuraeni1
1Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi UNDIKMA
Email; nur’[email protected].
Abstrak;
Enam tahun pertama merupakan masa kritis dalam tahapan tumbuh kembang
seorang anak. Dalam periode ini terjadi pertambahan ukuran fisik dan struktur
tubuh serta bertambahnya kematangan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Masa ini
sangat peka terhadap berbagai pengaruh lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan
sosial serta berlangsung sangat singkat dan tidak dapat diulang lagi. Apabila
terjadi gangguan yang tidak segera ditanggulangi dengan benar, dampak yang
ditimbulkan sangat mungkin mempengaruhi kelangsungan hidup jangka pendek
maupun jangka panjang, yang akhir-akhir ini kasusnya banyak ditemukan.
Kata kunci: Deteksi, Tumbuh Kembang, Anak Usia Dini
PENDAHULUAN
Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih dalam kandungan
sampai usia enam tahun tidak hanya ditujukan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya, namun juga untuk meningkatkan kualitas hidup anak
agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional, maupun
sosial serta agar anak memiliki kecerdasan majemuk sesuai dengan potensi
genetiknya. Agar dapat tercapai kualitas tumbuh kembang yang baik, perlu
perhatian khusus pada pemenuhan kebutuhan anak sesuai prinsip asah, asih, dan
asuh. Prinsip tersebut mencakup pemenuhan kebutuhan dasar tumbuh kembang
seperti kecukupan nutrisi, kelengkapan imunisasi, pemberian stimulasi,
lingkungan yang penuh kasih sayang dan rasa gembira, serta upaya membatasi
pengaruh negatif lingkungan menjadi seminimal mungkin.
Pemenuhan kebutuhan dasar perlu diberikan sejak janin berada dalam
rahim ibu. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa 1000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK) memegang peran penting dalam kehidupan awal individu. Pengabaian
terhadap pemenuhan kebutuhan di 1000 HPK dapat berdampak stunting.
Stunting (pendek) adalah pertumbuhan anak yang tidak sesuai dengan standar
akibat gangguan/kekurangan gizi kronis. Terutama terjadi pada 1000 hari
pertama kehidupan. Selain kurang gizi, stunting juga disebabkan oleh sanitasi
yang buruk, kurang tersedianya air bersih yang memadai, pengasuhan yang
buruk, dan penyakit infeksi yang menahun dan berbahaya sehingga tubuh tidak
mampu menyerap sari-sari makanan dengan baik.
Stunting dapat menyebabkan timbulnya generasi yang hilang (lost
generation), yaitu generasi yang tidak mampu bersaing dalam kancah
percaturan dunia, secara ekonomi merugikan negara karena pertambahan
beban, dan tingkat produktivitas yang rendah. Stunting
berhubungan dengan kualitas hidup anak. Secara keseluruhan stunting akan
menurunkan kualitas sumberdaya manusia, produktifitas dan daya saing
bangsa. Stunting tidak hanya terkait dengan permasalahan gizi, tetapi juga ada
hubungannya dengan pengasuhan. Pengasuhan yang dimaksud terkait peran
Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.
Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive
392
ayah dan ibu dalam memperlakukan anak secara asih,
asah dan asuh di rumah. Pengasuhan tersebut juga meliputi pembinaan tumbuh
kembang anak secara komprehensif.
Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas
diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang. Stimulasi yang memadai artinya merangsang
otak anak usia dini sehingga perkembangan kemampuan gerak, bahasa, bicara,
sosialisasi dan kemandirian dapat berlangsung optimal sesuai usia. Deteksi dini
tumbuh kembang bertujuan untuk menemukan tanda penyimpangan tumbuh
kembang sejak dini agar dapat ditindaklanjuti dengan segera. Intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang balita artinya melakukan tindakan koreksi
dengan memanfaatkan plastisitas otak anak untuk memperbaiki penyimpangan
yang ada agar tumbuh kembang anak kembali normal atau penyimpangannya
tidak semakin berat. Kegiatan ini diselenggarakan secara menyeluruh dan
terkoordinasi antara keluarga (orangtua, pengasuh, dan anggota keluarga
lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga
swadaya masyarakat, dan sebagainya), dan tenaga profesional (kesehatan,
pendidikan, dan sosial).
TINJAUAN PUSTAKA
1. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada anak
usia dini. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan/masalah tumbuh
kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan, tenaga kesehatan
juga mempunyai waktu dalam membuat rencana tindakan/intervensi yang
tepat, terutama harus melibatkan ibu/keluarga. Bila penyimpangan terlambat
diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh
pada tumbuh kembang anak (Kemenkes RI, 2016)
Jenis Deteksi tumbuh kembang
a. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan adalah pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui status gizi normal/gizi baik, gizi kurang, gizi
buruk, gizi lebih serta mikro/makrosefali.
b. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
Deteksi dini penyimpangan perkembangan adalah pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui gangguan perkembangan anak
(keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar.
c. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah
kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah
mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi.
Bila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui, maka
intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh
kembang anak
Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.
Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive
393
2. Instrumen Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
a. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat
pelayanan. Adapun alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
Kartu Menuju Sehat (KMS) atau buku KIA
Timbangan
Alat ukur tinggi badan
Pita pengukur Lingkar kepala (LK)
Tabel Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
Grafik LK
1) Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
Pengukuran BB/TB dilakukan untuk menentukan status gizi anak,
normal, kurus, kurus sekali, atau gemuk. Jadwal pengukuran
BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang.
a) Pengukuran Berat Badan (BB)
(1) Menggunakan timbangan bayi
o Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai
usia 2 tahun atau selama anak masih bisa berbaring atau duduk
tenang.
o Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah
bergoyang.
o Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk angka 0.
o Bayi sebaiknya telanjang atau berbaju tipis, tanpa topi, kaus
kaki, sarung tangan.
o Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
o Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
o Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau
angka timbangan.
o Bila bayi terus-menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum,
baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan
dan ke kiri.
o Penimbangan dapat dilakukan sebanyak 2-3 kali, dan diambil
nilai rata-ratanya
Gambar 1. Timbangan bayi
Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.
Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive
394
(2) Menggunakan timbangan injak
o Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah
bergerak.
o Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk angka 0.
o Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai
alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang
sesuatu.
o Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.
o Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
o Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
o Bila anak terus-menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
o Penimbangan dapat dilakukan sebanyak 2-3 kali, dan diambil nilai
rata-ratanya
Gambar 2: Timbangan Injak
b) Pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB)
(1) Cara mengukur dengan posisi berbaring
o Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
o Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
o Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.
o Petugas 1: kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap
menempel pada pembatas angka 0 (pembatas kepala)
o Petugas 2: tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki.
o Petugas 2 : membaca angka di tepi luar pengukur.
Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.
Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive
395
Gambar 3. Mengukur panjang badan dengan posisi
berbaring
(2) Cara mengukur dengan posisi berdiri (untuk anak yang sudah
dapat berdiri)
o Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
o Berdiri tegak menghadap ke depan.
o Punggung, pantat, dan tumit menempel pada tiang pengukur.
o Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
o Baca angka pada batas tersebut.
Gambar 4.
Meng
ukur
tinggi
badan
pada
posis
i
berdi
ri
c) Penggunaan Tabel BB/TB (Direktorat Gizi Masyarakat 2002)
Cara penggunaan tabel BB/TB untuk melihat status gizi anak adalah
sebagai berikut (lihat daftar tabel Berat Badan/Tinggi Badan pada
lampiran):
o Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara yang
telah dijelaskan sebelumnya.
o Lihat kolom Tinggi/Panjang Badan anak yang sesuai dengan hasil
pengukuran.
Batas atas
pengukur,
Angka “0” pada pita
pengukur berada tepat
Pita
pengu
kur,
mene
Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.
Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive
396
o Pilih kolom Berat Badan untuk laki-laki (kiri) atau perempuan
(kanan), sesuai jenis kelamin anak, cari angka berat badan yang
terdekat dengan berat badan anak.
o Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk
mengetahui angka Standar Deviasi (SD).
d) Interpretasi
Untuk menyimpulkan hasil dengan membaca tabel BB/TB pendidik perlu
melakukan interpretasi atau membaca hasil dengan cara sebagai berikut:
Normal : - 2 SD s/d 2 SD atau Gizi Baik
Kurus : <-2 SD s/d -3 SD
atau Gizi Kurang Kurus sekali : <-3 SD atau Gizi
Buruk
Gemuk : >2 SD atau Gizi Lebih
Catat hasil pengukuran dan interpretasi, apabila hasil tidak normal rujuk
ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Contoh:
Seorang anak laki-laki dengan panjang badan 71 cm dan berat badan 6,8
kg. Pada kolom panjang badan anak laki-laki 71 cm, apabila ditarik garis
lurus ke kiri ternyata berat badan 6,8 kg terletak pada kolom 6,0-6,9 kg;
kolom <-2 SD s/d -3 SD.
Interpretasinya anak kurus.
2) Pengukuran Lingkar Kepala (LK) Anak
Tujuan pengukuran LK adalah untuk mengetahui lingkar kepala anak dalam batas
normal atau di luar batas normal.
Jadwal pengukuran disesuaikan dengan usia anak. Usia 0-11 bulan, pengukuran
dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak usia 12-72 bulan, pengukuran dilakukan
setiap enam bulan.
a) Cara mengukur lingkar kepala
Untuk mengukur lingkar kepala perlu dilakukan cara sebagai berikut:
o Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi
alis mata, di atas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang
menonjol, tarik agak kencang.
o Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.
o Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung usia bayi/anak.
o Pengukuran dapat dilakukan lebih dari 1 kali, dan diambil pengukuran
terbesar
o Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkar kepala menurut usia dan
jenis kelamin anak. (grafik lingkar kepala lihat pada lampiran)
o Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu
dengan ukuran yang sekarang.
Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.
Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive
397
Gambar 5: Pengukuran Lingkar Kepala
b) Interpretasi
Untuk menyimpulkan hasil dari pengukuran lingkar kepala pendidik perlu
melakukan interpretasi atau membaca hasil dengan cara sebagai berikut:
o Bila ukuran lingkar kepala berada di antara -2 SD s/d 2 SD, maka
lingkar kepala anak normal.
o Bila ukuran lingkar kepala berada di bawah -2 SD (mikrosefal) atau di
atas 2 SD (makrosefal), maka lingkar kepala anak tidak normal.
o Bila ditemukan makrosefal atau mikrosefal segera dirujuk ke rumah sakit.
b. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak terdiri dari berbagai jenis
instrumen yaitu: Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), Tes Daya
Lihat (TDL), dan Modifikasi Tes Daya Dengar (MTDD).
1) Pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP)
Tujuan pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah
untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
Jadwal pemeriksaan KPSP rutin dilakukan pada anak usia 3, 6, 9, 12, 15, 18,
21, 24,
30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai usia
pemeriksaan tersebut, minta ibu datang kembali pada usia pemeriksaan
terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya bayi usia 7 bulan, diminta
kembali untuk skrining KPSP pada usia 9 bulan.
Apabila orangtua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah
tumbuh kembang, sedangkan usia anak bukan usia untuk pemeriksaan
maka anak diperiksa menggunakan KPSP untuk usia pemeriksaan
terdekat sampai yang lebih muda.
a) Alat/instrumen
Instrumen yang digunakan untuk pemeriksaan perkembangan anak
menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) adalah:
o Formulir KPSP menurut usia. Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan
tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran
KPSP anak usia 3 - 72 bulan. (formulir lihat lampiran KPSP)
o Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, sendok stainless, bola
Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.
Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive
398
sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak
6 buah, kismis, potongan biskuit kecil berukuran 0,5-1 cm.
b) Cara menggunakan KPSP
Cara pemeriksaan KPSP adalah sebagai berikut:
o Pada waktu pemeriksaan, anak harus dibawa.
o Tentukan usia anak dengan menanyakan tanggal, bulan, dan
tahun anak lahir. Bila usia anak lebih 16 hari, dibulatkan
menjadi 1 bulan. Contoh: bayi usia 3 bulan 16 hari, dibulatkan
menjadi 4 bulan. Bila usia bayi 3 bulan 15 hari, dibulatkan
menjadi 3 bulan.
o Tanyakan apakah anak lahir cukup bulan (37 minggu atau lebih)
atau tidak. Pada bayi prematur, digunakan usia koreksi, sampai
ulang tahun yang kedua. Usia koreksi menggunakan usia gestasi
40 minggu.
o Setelah menentukan usia anak, pilih KPSP yang sesuai dengan usia
anak.
o KPSP terdiri dari dua macam pertanyaan, yaitu:
Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh:
“Dapatkah bayi makan kue sendiri?”
Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada
posisi bayi anda telentang, tariklah bayi pada pergelangan
tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”.
o Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut
menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti
apa yang ditanyakan kepadanya.
o Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu.
Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat
jawaban tersebut pada formulir.
o Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak
menjawab pertanyaan terdahulu.
o Teliti/pastikan kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
c) Interpretasi KPSP
Untuk menyimpulkan hasil dari isian KPSP pendidik perlu melakukan
interpretasi atau membaca hasil dengan cara sebagai berikut:
(1) Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya.
o Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau
pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.
o Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum
pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak
tahu.
(2) Jumlah jawaban “Ya” 9 atau 10, perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya (S).
Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.
Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive
399
(3) Jumlah jawaban “Ya” 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).
(4) Jumlah jawaban “Ya” 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P).
(5) Untuk jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban
“Tidak” menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian)
d) Tindak lanjut
Tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh pendidik setelah
interpretasi pemeriksaan KPSP adalah sebagai berikut:
(1) Bila perkembangan anak sesuai usia (S), lakukan tindakan
berikut:
o Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan
baik.
o Teruskan pola asuh sesuai dengan tahap perkembangan anak.
o Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering
mungkin, sesuai dengan usia dan kesiapan anak.
o Ikutkan anak-anak dalam kegiatan penimbangan dan
pelayanan kesehatan di posyandu secara teratur sebulan 1
kali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB),
atau di PAUD,.
o Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setiap 3
bulan pada anak berusia kurang dari 24 bulan dan setiap 6
bulan pada anak usia 24 sampai 72 bulan.
(2) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan
berikut:
o Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi
perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan
sesering mungkin.
o Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi
perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpangan/mengejar ketertinggalannya.
o Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari
kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan
penyimpangan perkembangannya.
o Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian
dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan
usia anak.
o Jika hasil KPSP ulang jawaban “Ya” tetap 7 atau 8 maka
kemungkinan
ada penyimpangan.
(3) Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P),
rujuk ke puskesmas/klinik tumbuh kembang atau rumah
sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan
perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan
Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.
Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive
400
bahasa, sosialiasi dan kemandirian).
(formulir KPSP dapat dilihat pada lampiran )
2) Modifikasi Tes Daya Dengar (MTDD)
Modifikasi Tes Daya Dengar dilakukan dengan tujuan untuk
menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera
ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan
bicara anak.
Jadwal MTDD dapat dilakukan setiap tiga bulan pada bayi usia
kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak usia 12 bulan
ke atas.
a) Alat/sarana
Alat/sarana yang diperlukan untuk menemukan gangguan daya
dengar adalah sebagai berikut:
o Instrumen MTDD menurut usia anak. (instrumen lihat pada
lampiran)
o Gambar binatang (ayam, anjing, kucing), manusia.
o Mainan (bel, boneka, kubus, sendok, cangkir, bola, pensil
warna).
b) Cara melakukan MTDD
Cara yang perlu dilakukan untuk MTDD adalah:
(1) Tanyakan tanggal, bulan, dan tahun anak lahir, hitung
usia anak dalam bulan.
(2) Pilih daftar pertanyaan MTDD yang sesuai dengan usia anak.
(3) Pada anak usia kurang dari 24 bulan:
o Semua pertanyaan harus dijawab oleh
orangtua/pengasuh anak. Tidak usah ragu-ragu atau
takut menjawab, karena tidak untuk mencari siapa
yang salah.
o Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas, dan
nyaring, satu persatu, berurutan.
o Tunggu jawaban dari orangtua/pengasuh anak.
o Jawaban “Ya” jika menurut orangtua/pengasuh anak dapat
melakukannya dalam satu bulan terakhir.
o Jawaban “Tidak” jika menurut orangtua/pengasuh anak tidak pernah,
tidak tahu, atau tidak dapat melakukannya dalam satu bulan terakhir.
(4) Pada anak usia 24 bulan atau lebih:
o Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui
orangtua/pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.
o Amati kemampuan anak dalam
melakukan perintah
Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.
Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive
401
orangtua/pengasuh.
o Jawaban “Ya” jika anak dapat melakukan
perintah
orangtua/pengasuh.
o Jawaban “Tidak” jika anak tidak dapat atau tidak mau
melakukan
perintah orangtua/pengasuh.
c) Interpretasi
Untuk menyimpulkan hasil dari isian MTDD pendidik perlu
melakukan interpretasi atau membaca hasil dengan cara
sebagai berikut:
(1) Bila ada satu atau lebih jawaban “Tidak”, kemungkinan anak
mengalami
gangguan pendengaran.
(2) Catat dalam Buku KIA catatan medik anak, jenis kelainan.
(3) Rujuk ke puskesmas/klinik tumbuh kembang atau rumah
sakit bila tidak dapat ditanggulangi.
3) Tes Daya Lihat (TDL)
Tes Daya Lihat dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi
secara dini kelainan daya lihat agar segera dapat dilakukan
tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh
ketajaman daya lihat menjadi lebih besar.
Jadwal Tes Daya Lihat dapat dilakukan setiap 6 bulan pada anak
prasekolah usia 36 sampai 72 bulan.
a) Alat/sarana
Alat/sarana yang digunakan untuk pemeriksaan TDL terdiri dari:
(1) Ruangan yang bersih, tenang, dengan penyinaran yang baik.
(2) Dua buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk pemeriksa.
(3) Poster “E” untuk digantung dan kartu “E” untuk dipegang anak.
(4) Alat penunjuk.
(contoh kartu E terlampir)
b) Cara melakukan TDL
Cara yang dapat dilakukan untuk melihat perkembangan TDL
adalah sebagai berikut:
(1) Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang, dengan penyinaran
yang baik.
(2) Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk.
(3) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E”,
Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.
Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive
402
menghadap ke poster “E”.
(4) Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk
pemeriksa.
(5) Pemeriksa memberikan kartu “E” pada anak. Latih anak
dalam mengarahkan kartu “E” menghadap atas, bawah,
kiri, dan kanan, sesuai yang ditunjuk pada poster “E”
oleh pemeriksa. Beri pujian setiap kali anak mau
melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat
mengarahkan kartu “E” dengan benar.
(6) Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya
dengan buku/kertas.
(7) Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster,
satu persatu, mulai baris pertama sampai baris keempat
atau baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat.
(8) Puji anak setiap kali dapat mencocokkan posisi kartu “E”
yang dipegangnya dengan huruf “E” pada poster.
(9) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara
yang sama.
(10) Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat pada kertas
yang telah
disediakan:
Mata kanan : ..............................
Mata kiri : ..............................
c) Interpretasi dan tindak lanjut
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan
melihat sampai baris ketiga pada poster “E”. Bila kedua
mata anak tidak dapat melihat baris ketiga poster “E”,
artinya tidak dapat mencocokkan posisi kartu “E” yang
dipegangnya dengan arah “E” pada baris ketiga yang ditunjuk
oleh pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan
daya lihat.
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat,
minta anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada
pemeriksaan berikutnya anak tidak dapat melihat sampai
baris yang sama, atau tidak dapat melihat baris yang sama
dengan kedua matanya, rujuk ke puskesmas/klinik tumbuh
kembang atau rumah sakit dengan menuliskan mata yang
mengalami gangguan (kanan, kiri, atau keduanya).
c. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional
Deteksi dini penyimpangan mental emosional dilakukan untuk
mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah mental
emosional pada anak prasekolah. Jadwal deteksi dini masalah mental
emosional dapat dilakukan rutin setiap 6 bulan pada anak umur 36
bulan sampai 72 bulan jadwal ini sesuai dengan jadwal
Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.
Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive
403
skrining/pemeriksaan perkembangan anak.
Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi secara
dini penyimpangan mental emosional pada anak, yaitu:
1) Kuesioner masalah mental emosional (KMME) bagi anak
umur 36 bulan sampai 72 bulan
Alat yang digunakan adalah kuesioner masalah mental
emosional (KMME) yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk
mengenali problem mental emosional anak umur 36-72 bulan.
(formulir KMME dapat dilihat dalam lampiran)
Cara melakukan:
(1) Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan
nyaring, satu persatu perilaku yang tertulis pada KMME
kepada orang tua atau pengasuh anak.
(2) Catat jawaban Ya, kemudian hitung jumlah jawaban Ya.
a) Interpretasi
Bila ada jawaban Ya, maka kemungkinan anak mengalami
masalah mental emosional.
b) Tindak lanjut
(1) Bila jawaban Ya hanya satu :
o Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan
buku pedoman pola asuh yang mendukung
perkembangan anak.
o Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada
perubahan rujuk ke puskesmas/klinik tumbuh
kembang atau rumah sakit yang memiliki fasilitas
tumbuh kembang anak.
(2) Bila jawaban Ya ditemukan dua atau lebih:
Rujuk ke puskesmas/klinik tumbuh kembang atau rumah
sakit yang memiliki fasilitas tumbuh kembang anak.
Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan
masalah mental emosional yang ditemukan.
2) Daftar tilik/Checklist deteksi dini autis anak prasekolah
Pemeriksaan dengan CHAT (Checklist for Autism in Toddlers)
dilakukan untuk mendeteksi secara dini adanya autisme pada anak usia
18 bulan sampai 36 bulan.
Jadwal deteksi dini autis pada anak prasekolah dilakukan
atas indikasi atau bila ada keluhan dari ibu/pengasuh atau ada
kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, Pendidik
dan pengelola PAUD. Keluhan tersebut dapat berupa salah satu
atau lebih keadaan dibawah ini:
o Keterlambatan berbicara
o Gangguan komunikasi/interaksi sosial
o Perilaku yang berulang-ulang
a) Alat yang digunakan
Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.
Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive
404
Alat yang digunakan adalah CHAT (Checklist for Autism in
Toddlers) (dapat dilihat pada lampiran)
o Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orangtua/pengasuh
anak. Pertanyaan diajukan secara berurutan satu persatu.
Jelaskan kepada orang tua untuk tidak ragu-ragu atau
takut menjawab.
o Ada 5 perintah bagi anak, untuk melaksanakan tugas
seperti yang tertulis pada CHAT.
b) Cara menggunakan CHAT
o Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu
persatu prilaku yang tertulis pada CHAT kepada
orangtua atau pengasuh anak.
o Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas
pada CHAT
o Catat jawaban orangtua/pengasuh dan kesimpulan hasil
pengamatan kemampuan anak, YA atau TIDAK. Teliti
kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
c) Interpretasi
o Risiko tinggi menderita autis: bila jawaban “Tidak” pada
pertanyaan A5,
A7, B2, B3 dan B4.
o Risiko rendah menderita autis: bila jawaban “Tidak” pada
pertanyaan A7
dan B4.
o Kemungkinan gangguan perkembangan lain: bila jawaban
“Tidak”
jumlahnya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4; A6; A8-A9;
B1; B5.
o Anak dalam batas normal, bila tidak termasuk dalam kategori
1,2 dan 3.
d) Tindak lanjut
Bila anak risiko menderita autis atau kemungkinan ada
gangguan perkembangan, rujuk ke rumah sakit yang
memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.
3) Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktifitas (GPPH). Deteksi gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktifitas (GPPH) dilakukan untuk mengetahui secara
dini adanya gangguan GPPH pada anak umur 36 bulan ke atas.
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah
dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari
orangtua/pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan,
kader kesehatan, BKB, Pendidik dan pengelola PAUD, Keluhan
tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini:
Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.
Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive
405
o Anak tidak bisa duduk tenang
o Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
o Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsif
a) Alat yang digunakan
Formulir GPPH (Abbreviated Conners Rating Scale) yang
terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orang
tua/pengasuh anak/guru PAUD dan pertanyaan yang perlu
pengamatan pemeriksa. (dapat dilihat pada lampiran)
b) Cara menggunakan formulir GPPH
o Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring,
satu persatu perilaku yang tertulis pada formulir deteksi
dini GPPH. Jelaskan kepada orangtua/pengasuh anak
untuk tidak ragu-ragu atau tidak takut menjawab
o Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan
pertanyaan pada formulir deteksi dini GPPH
o Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak di mana
pun anak berada, misal ketika di rumah, sekolah, pasar,
toko dll, setiap saat dan ketika anak dengan siapa saja.
o Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak
selama dilakukan pemeriksaan. Teliti kembali apakah
semua pertanyaan telah dijawab.
c) Interpretasi
(1) Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan
“bobot nilai” berikut ini dan jumlahkan nilai masing-
masing jawaban menjadi nilai total.
o Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
o Nilai 1: jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan
pada anak
o Nilai 2: jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
o Nilai 3: Jika keadaan tersebut selalu ada pada anak
(2) Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
d) Tindak lanjut
o Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke
puskesmas/klinik tumbuh kembang atau rumah sakit
yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang
anak untuk konsultasi lebih lanjut.
o Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu,
jadwalkan pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. Ajukan
pertanyaan kepada orang- orang terdekat dengan anak
(orang tua, pengasuh, nenek, guru dsb)
Journal Scientific of Mandalika (JSM), Volume 2- Number 8-August 2021-ISSN: 2745-5955.
Avalaible online at: http://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jomla/issue/archive
406
KESIMPULAN
Pelaksanaan deteksi dini tumbuh kembang pada usia 0-6 tahun
merupakan bagian dari pembinaan tumbuh kembang anak yang sangat penting
dalam pembentukan kemampuan dasar bergerak, berpikir, berbicara, serta
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Proses tumbuh kembang yang
optimal dapat berlangsung dengan baik apabila ada jaminan terpenuhinya hak-
hak anak, upaya untuk memberikan yang terbaik bagi anak, serta meletakkan
kepentingan anak di atas kepentingan lainnya, dan lingkungan yang peduli
anak.
Untuk menciptakan kondisi yang demikian, dibutuhkan dukungan dan
keterlibatan aktif semua pihak terkait. Dukungan dan kerja sama tersebut antara
lain berupa pembinaan suasana di tingkat keluarga dalam memasyarakatkan
pola asuh dan pemberian stimulasi perkembangan anak yang sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi serta terselenggaranya deteksi dini tidak hanya di semua
fasilitas pelayanan kesehatan namun juga di fasilitas pelayanan lainnya seperti
di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini, posyandu, dan sebagainya.
Kesungguhan dan perhatian semua pihak terkait dalam
penyelenggaraan kegiatan ini niscaya akan membuahkan hasil yang
diharapkan, yaitu terwujudnya generasi penerus yang tangguh dan berkualitas
di masa depan.
REFERENSI
Departemen Kesehatan RI, 2016, Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar
HTA Indonesia, 2019, Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit
Kementrian Kesehatan RI,2020, Buku Kesehatan Ibu dan Anak
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no 137 tahun 2014 Tentang Standar
PAUD.Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no 146 tahun 2014 tentang Kurikulum
PAUD.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.